Oleh :
MADE ABDI WIGUNA
1515313034
Oleh :
MADE ABDI WIGUNA
1515313034
Piji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya saya selaku penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini yang
berjudul “Analisa Drop Tegangan Jaringan Tegangan Rendah (JTR) di Jurusan B Trafo
DT0328 Pada Penyulang Sedap Malam” dengan tepat pada waktunya.
Penyusunan Proyek Akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
kelulusan program pendidikan Diploma III pada program Studi Teknik Listrik Jurusan
Teknik Elektro Politekik Negeri Bali.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak memperoleh bimbingan, dukungan,
dan masukan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Ir. Made Mudhina, MT, selaku Direktur Politeknik Negeri Bali.
2. Bapak I Gusti Ngurah Catur Bawa, ST,M.Kom selaku Ketua Jurusan Teknik
Elektro Politeknik Negeri Bali.
3. Bapak I Gusti Ketut Abasana,SST., MT, selaku Dosen Pembimbing I dalam
penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Bapak Ir. IBK Sugirianta, MT, selaku Dosen Pembimbing II dalam penyusunan
Tugas Akhir ini.
5. Bapak / Ibu Dosen serta staf Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali.
6. Pimpinan, staf dan karyawan PT. PLN (Persero) Rayon Denpasar, yang telah
membantu penulis selama proses penyusunan Tugas Akhir ini.
7. Keluarga, teman terdekat, rekan – rekan, dan semua pihak yang telah
memberikan dukungan, doa dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan tugas
akhir ini.
Penulis
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Terkait dengan itu, sesuai dengan data yang didapatkan dari PT. PLN (Persero) Rayon
Denpasar, trafo DT0328 berlokasi di Jl. Sedap Malam, dimana trafo DT0328 dengan
kapasitas trafo 160 kVA menyuplai 2 jurusan yaitu, jurusan A dan jurusan B. Pada
jaringan tegangan rendah, jurusan B mempunyai panjang jaringan sepanjang 459 meter.
Dan menggunakan kabel penghantar LVTC dengan ukuran 3x70mm2 + 1x50mm2 .
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh pihak PLN, tegangan ujung sisi
pengirim dari jurusan B trafo DT0328, ialah sebesar : R-S : 405V , S-T : 398V , T-R :
413V (untuk tegangan fasa fasa) dan R-N : 229V , S-N : 237 , T-N : 232V (untuk
tegangan fasa netral), dan tegangan ujung penerima, ialah sebesar : R-S : 343V , R-T :
339V , S-T : 343V (untuk tegangan fasa fasa) dan R-N : 191V , S-N : 182V , T-N :
182V (untuk tegangan fasa netral). Dimana seharusnya tegangan ujung penerima pada
kondisi normal dalam batas toleransi sebesar 4% ialah, R-S : 388,8V , S-T : 382,08V ,
T-R : 396,40V (untuk tegangan fasa fasa) dan R-N : 219,84V , S-N : 227,52V , T-N :
222,72V (tegangan fasa netral). Namun, dari hasil pengukuran dapat dilihat bahwa di
jurusan B trafo DT0328 pada tegangan bagian sekunder sisi penerima terindikasi
1.5 Tujuan
Adapun beberapa tujuan dari pembahasan tugas akhir ini meliputi :
a. Bisa mengetahui besarnya nilai dari drop tegangan pada jurusan B di trafo DT0328.
b. Mengetahui penyebab terjadinya drop tegangan pada jurusan B di trafo DT0328.
c. Dapat mengetahui cara-cara mengatasi atau memperkecil nilai dari drop tegangan
pada jaringan tegangan rendah.
Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik dari sumber daya listrik
besar hingga bisa sampai ke konsunen. Dalam sistem distribusi saluran tenaga listrik
yang menghubungkan pembangkitan ke gardu induk (GI) disebut sebagai saluran
transmisi karena saluran ini memakai standard tegangan tinggi. Dilingkungan
operasional PLN saluran transmisi ini sering disebut sebagai saluran udara tegangan
tinggi (SUTT) dimana, pada saluran ini terdapat dua macam nilai tegangan yaitu saluran
dengan nilai tegangan 70 kV dan saluran yang bertegangan 150 kV. Namun, SUTT 150
kV lebih banyak digunakan daripada SUTT 70 kV. Dan khusus untuk tegangan 500 kV
disebut sebagai saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET). SUTET itu sendiri
ditunjukan untuk mengalirkan energi listrik dari pusat-pusat pembangkitan yang
jaraknya jauh menuju pusat-pusat beban sehingga energi listrik yang tersalurkan bisa
lebih efisien. Saluran transmisi ada yang berupa saluran udara dan saluran bawah tanah.
Karena saluran udara harganya jauh lebih murah dibandingkan dengan saluran kabel
bawah tanah, maka saluran transmisi PLN lebih dominan berupa saluran transmisi
udara. Namun, tidak lepas dari harga yang murah, kerugian dari saluran transmisi udara
yaitu saluran lebih mudah terganggu oleh gangguan yang ditimbukan diluar sistemnya
seperti contohnya terkena pohon tumbang, binatang, layangan, sambaran petir, dan
sebagaianya[3].
Setelah tenaga listrik disalurkan melalui saluran transmisi maka aliran tenaga listrik
sampai di garduk induk (GI) sebagai pusat beban untuk diturunkan teganganya melalui
transformator penurun tegangan (step down transformator) menjadi tegangan
menengah atau sering disebut sebagai jaringan tegangan menengah (JTM). Pada saluran
JTM tegangan yang dipakai PLN adalah 20 kV , 12 kV , dan 6 kV[2].
Jadi, pada sistem distribusi ini bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu :
2.1.1 Distribusi Primer : Jaringan distribusi yang berasal dari jaringan transmisi yang
diturunkan tegangannya di gardu induk menjadi tegangan menengan (TM)
dengan nilai tegangan 20 kV , lalu disalurkan ke lokasi-lokasi pelanggan listrik,
kemudian diturunkan tegangannya di trafo pada gardu distribusi untuk
disalurkan ke pelanggan.
Kontruksi jaringan distribusi primer terdiri dari dua yaitu :
1) Saluran Udara (Overhead Lines) Tegangan Menengah (SUTM)
2) Saluran Kabel Tanah (Underground Lines) Tegangan Menengah (SKTM)
2.1.2 Distribusi Sekunder : Jaringan distribusi dari gardu distribusi untuk disalurkan
ke pelanggan dengan klasifikasi tegangan rendah yaitu 220 V atau 380 V (antar
fasa). Jaringan dari gardu distribusi ini dikenal sebagai Jaringan Tegangan
Rendah yang sering disingkat dengan JTR. Lalu , jaringan tegangan rendah ini di
bagi-bagi untuk kerumah pelanggan yang dikenal dengan nama saluran rumah
(SR).
2. Gardu Portal
Gardu listrik tipe terbuka (out-door) dengan memakai kontruksi dua tiang atau lebih.
Tempat kedudukan transformator sekurang-kurangnya 3 meter di atas tanah dan
ditambahkan platform sebagai fasilitas kemudahan kerja teknisi operasi dan
pemeliharaan.
3. Gardu Cantol
Transformator yang terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected
Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap
dalam tangki transformator.
4. Gardu Kios
Kotak tempat peralatan listrik terbuat dari bahan besi. Gardu kios bukan merupakan
gardu permanen tetapi hanya merupakan gardu sementara, sehingga dapat mudah
untuk dipindah-pindakan.
Adapun berbagai kapasitas dari transformator yang terpasang pada gardu distribusi,
yaitu :
1. Transformator 25 kVA
2. Transfomator 50 kVA
3. Transformator 100 kVA
4. Transfomator 160 kVA
5. Transformator 200 kVA
6. Transfomator 250 kVA
7. Transformator 315 kVA
Adapun beberapa jenis kawat penghantar yang umumnya digunakan pada jaringan
distribusi, meliputi :
1. AAC (All Aluminium Conductors) : Seluruh bagian inti kabel terbuat dari aluminium.
2. AAAC (All Aluminium Alloyconductors) : Seluruh bagian inti kabel terbuat dari
campuran aluminium.
Namun, pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR) pada umumnya dipergunakan kabel
penghantar dengan jenis berisolasi atau LVTC (Low Voltage Twisted Cable). Ukuran
untuk kabel jenis LVTC, seperti pada tabel :
Resistansi Reaktansi
Ukuran Kabel
KHA Penghantar pada F=50Hz
Penghantar
(A) (ohm/km) (ohm/km)
3x35mm2 + 1x50mm2 125 0,867 0,3790
3x50mm2 + 1x50mm2 154 0,641 0,3678
3x70mm2 + 1x50mm2 196 0,443 0,3572
3x95mm2 + 1x50mm2 242 0,308 0,3449
Dan untuk setiap sambungan pada penghantar sistem distribusi dibutuhkan konektor,
dimana komponen tersebut memiliki beberapa jenis, yaitu :
1. Joint Sleeve Connector (Sambungan Lurus) : Jenis konektor yang digunakan untuk
sambungan penghantar pada posisi lurus.
2. Paralel Groove Connector (Sambungan Percabangan) : Jenis konektor yang
digunakan untuk sambungan penghantar pada titik pecabangan.
3. Live Line Connector (Sambungan Sementara yang bisa dibuka pasang) : Jenis
konektor yang digunakan untuk pekerjaan dalam keadaan bertegangan (PDKB).
2.4 Pembebanan
Pembebanan pada trafo distribusi tentu saja tidak jauh dari permasalahan beban yang
tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban selalu terjadi dalam suatu sistem distribusi
tenaga listrik. Penyambungan beban yang dilakukan di saluran distribusi kurang
......................................................................... (2.1)
............................................................................................ (2.6)
Keterangan :
= Rugi-Rugi Tegangan (V)
= Tegangan Awal (V)
= Tegangan Akhir (V)
= Arus Saluran (A)
= Resistansi Saluran (Ω)
= Reaktansi Saluran (Ω)
Adapun beberapa hal yang menjadi penyebab bisa terjadinya drop tegangan pada sistem
tenaga listrik sebagai berikut :
1. Besarnya arus yang mengalir,
Semakin besar arus yang mengalir, maka semakin besar drop voltage yang akan
terjadi.
2. Tahanan dalam kabel,
Semakin besar tahanan dalam sebuah kabel, maka akan semakin besar pula voltage
drop yang akan terjadi. Hal ini berbanding terbalik dengan diameter kawat yang
dilalui. Semakin besar diameter kawat, maka tahanan dalam akan semakin kecil.
Dampak yang diakibatkan oleh adanya nilai drop tegangan yang begitu besar yaitu,
tentu saja sangat berpengaruh besar untuk pelanggan yang tempat tinggalnya jauh dari
gardu distribusi, penuruan level iluminasi pada lampu, tegangan yang diterima tidak
sesuai dengan nilai nominal tegangan kerja, adalah beberapa dampak dari drop tegangan
yang melewati batas maksimum.
Cara-cara untuk mengatasi nilai jatuh tegangan yang terlalu besar yaitu dengan :
1. Memperbaiki kualitas pemasangan konektor
Perbaikan kualitas pemasangan konektor akan berdampak memperbaiki jatuh
tegangan pada jaringan distribusi, dimana perbaikan ini akan mempengaruhi nilai
dari resistansi. Semakin baik pemasangan konektor maka nilai resistansinya akan
semakin kecil dan konduktivitas konduktor akan lebih baik dan juga akan
mengakibatkan jatuh tegangan akan semakin kecil. Maka tegangan di sisi penerima
akan semakin baik.
2. Pembangunan gardu baru
Pembangunan gardu baru dapat dilakukan pada sistem distribusi dengan nilai jatuh
tegangan yang cukup besar akibat penghantar yang terlalu panjang dan
perkembangan beban yang tinggi. Pembangunan gardu baru bertujuan untuk
membagi jaringan distribusi yang panjang dan beban yang banyak. Dengan membagi
panjang jaringan dan beban, akan mempengaruhi arus yang mengalir akan semakin
kecil dan memperpendek jaringan distribusi ke beban. Hal ini akan berdampak
terhadap berkurangnya jatuh tegangan pada jaringan distribusi. Berkurangnya jatuh
tegangan akan menaikan nilai tegangan yang diterima di sisi beban.
3. Mengganti jenis penghantar dan memperbesar luas penampang penghantar
Pengruh kawat penghantar terhadap jatuh tegangan adalah berkaitan terhadap nilai
resistansi jaringan pada penghantar. Dimana dampak yang terjadi jika nilai resistansi
semakin besar akan mengakibatkan jatuh tegangan jaringan distribusi semakin besar,
kemudian akan mengakibatkan tegangan disisi penerima beban akan semakin kecil.
Oleh sebab itu, untuk memperkecil nilai dari jatuh tegangan pada jaringan distribusi
dilakukan dengan cara memperkecil nilai resistensi jaringan. Hal itu dapat dilakukan
Karakteristik Keterangan
Arus Jurusan B
No Saluran
(ampere)
1 R 147
2 S 212
3 T 192
3.3 Pembahasan
Dimana,
Vs : 229V
Vr : 191V
Maka, untuk persentase drop yang terjadi pada phasa R bisa dihitung dengan persamaan 2.6
seperti pada :
Phasa S,
Vr : 182V
Maka, untuk persentase drop yang terjadi pada phasa S bisa dihitung dengan persamaan 2.6
seperti pada :
Phasa T,
Dimana,
Vs : 232V
Vr : 182V
Maka, untuk persentase drop yang terjadi pada phasa T bisa dihitung dengan persamaan 2.6
seperti pada :
Jadi, dengan menggunakan Persamaan 2.2 bisa didapatkan nilai drop tegangan pada
jaringan tegangan rendah tersebut dan dengan persamaan 2.6, dapat diketahui persentase
1. Pada phasa R, tegangan sumber terukur sebesar 229V dan tegangan yang sampai
pada ujung pelanggan atau ujung jurusan terukur sebesar 191V, besar tegangan
yang hilang yaitu 38V atau sama dengan 16,59%.
2. Pada phasa S, tegangan sumber terukur sebesar 237V dan tegangan yang sampai
pada ujung pelanggan atau ujung jurusan terukur sebesar 182V, besar tegangan
yang hilang yaitu 55V atau sama dengan 23,55%.
3. Pada phasa T, tegangan sumber terukur sebesar 232V dan tegangan yang sampai
pada ujung pelanggan atau ujung jurusan terukur sebesar 182V, besar tegangan
yang hilang yaitu 50V atau sama dengan 21,55%.
Dapat dilihat dari Tabel 3.4 dan perhitungan sebelumnya bahwa, di arah jurusan B pada
phasa R,S, dan T nilai tegangan ujung melewati batas toleransi dari peraturan tegangan
yang telah dimuat pada SPLN No. 72 : 1987 yaitu batas drop tegangan yang diijinkan
untuk Jaringan Tegangan Rendah (JTR) ialah 4% dari tegangan kerja.
Maka, besarnya nilai drop tegangan pada fasa R,S,T gardu distribusi DT0328 arah
jurusan B dapat dianalisa atau dihitung dengan Persamaan 2.3 dan menggunakan
parameter arus beban, panjang penghantar, hambatan kawat penghantar dan nilai
reaktansi dari kawat penghantar.
Namun, sebelum menghitung nilai drop tegangan, perlu dicari besarnya resistansi dan
reaktansi sepanjang saluran R,S, dan T seperti dibawah :
Dimana,
Rsaluran = 0,203
Penyelesaian X,
Xsaluran = Xk.penghantar x Panjang
Xsaluran = 0,163
Jadi, untuk perhitungan nilai resistansi dan reaktansi sepanjang saluran diatas sudah
langsung mencari besarnya nilai dari saluran R,S, dan T.
Selanjutnya menghitung besar nilai drop tegangan dengan Persamaan 2.3, yaitu :
Diketahui,
I pada saluran R : 147 Ampere
I pada saluran S : 212 Ampere
I pada saluran T : 192 Ampere
Resistansi R,S,T : 0,203 Ω/km
Reaktansi R,S,T : 0,163 Ω/km
Cos : 0,85
Sin : 0,53
Penyelesaian,
Phasa R,
Maka, besarnya jumlah tegangan yang hilang pada gardu distribusi DT0328 arah
jurusan B di phasa R yaitu 37,926 Volt dengan persentase drop tegangan sebesar 16,5%
Phasa S,
Maka, besarnya jumlah tegangan yang hilang pada gardu distribusi DT0328 arah
jurusan B di phasa S yaitu 54,696 Volt dengan persentase drop tegangan sebesar
23,07%
Maka, besarnya jumlah tegangan yang hilang pada gardu distribusi DT0328 arah
jurusan B di phasa T yaitu 49,536 Volt dengan persentase drop tegangan sebesar 21,3%
Dimana,
Resistansi 3x95mm2 + 1x50mm2 : 0,308Ω
Reaktansi 3x95mm2 + 1x50mm2 : 0,3449Ω
Panjang saluran : 459 m = 0,459 km
Penyelesaian R,
Rsaluran = Rk.penghantar x Panjang
Penyelesaian X,
Xsaluran = Xk.penghantar x Panjang
Xsaluran = 0,158
Selanjutnya menghitung besar nilai drop tegangan dengan Persamaan 2.3, yaitu :
Diketahui,
I pada saluran R : 147 Ampere
I pada saluran S : 212 Ampere
I pada saluran T : 192 Ampere
Resistansi R,S,T : 0,141 Ω/km
Reaktansi R,S,T : 0,158 Ω/km
Cos : 0,85
Sin : 0,53
Jika menentukan nilai tegangan yang sampai pada pelanggan ujung, menggunakan
persamaan 2.5 yaitu :
Jadi, untuk hasil perhitungan menggunakan Persamaan 2.3, 2.5, dan 2.6 jika luas
penampang penghantar diganti dapat dilihat pada Tabel 3.7
1. Pada phasa R, tegangan sumber terukur sebesar 229V dan tegangan yang sampai
pada ujung pelanggan atau ujung jurusan terukur sebesar 199,306V, besar tegangan
yang hilang yaitu 29,694V atau sama dengan 12,96%.
2. Pada phasa S, tegangan sumber terukur sebesar 237V dan tegangan yang sampai
pada ujung pelanggan atau ujung jurusan terukur sebesar 186,176V, besar tegangan
yang hilang yaitu 42,824V atau sama dengan 18,06%.
3. Pada phasa T, tegangan sumber terukur sebesar 232V dan tegangan yang sampai
pada ujung pelanggan atau ujung jurusan terukur sebesar 193,216V, besar tegangan
yang hilang yaitu 38,784V atau sama dengan 16,7%.
Rsaluran = 0,077
Penyelesaian X,
Xsaluran = Xk.penghantar x Panjang
Xsaluran = 0,086
Jadi, hasil dari nilai resistansi dan reaktansi setelah dirubah sesuai dengan asumsi
analisa yaitu :
Resistansi R,S,T : 0,077 Ω/km
Reaktansi R,S,T : 0,086 Ω/km
Jadi, untuk hasil perhitungan menggunakan Persamaan 2.3, 2.5, dan 2.6 jika nilai I,
panjang saluran, dan luas penampang penghantar diganti dapat dilihat pada Tabel 3.8
Tabel 3. 8 Hasil Perhitungan Setelah Nilai I, Panjang, dan Luas Penampang Penghantar Diganti
1. Pada phasa R, tegangan sumber terukur sebesar 229V dan tegangan yang sampai
pada ujung pelanggan atau ujung jurusan terukur sebesar 220,75V, besar tegangan
yang hilang yaitu 8,25V atau sama dengan 3,6%.
2. Pada phasa S, tegangan sumber terukur sebesar 237V dan tegangan yang sampai
pada ujung pelanggan atau ujung jurusan terukur sebesar 228,75V, besar tegangan
yang hilang yaitu 8,25V atau sama dengan 3,4%.
3.4 Analisa
Penulis telah melakukan perhitungan dan perubahan sesuai dengan hasil pada Gambar
3.4
25.00%
20.00%
Persentase Drop
15.00% Phasa R
Phasa S
10.00%
Phasa T
5.00%
0.00%
Perhitungan 1 Perhitungan 2 Perhitungan 3
Pada saluran phasa S, dengan besar nilai pada tegangan sumber yaitu 237V, besar arus
yang mengalir 212Ampere, panjang jaringan 459 meter, dan luas penampang
penghantar 70mm2 didapatkan hasil nilai tegangan yang hilang sepanjang saluran
hingga sampai ke pelanggan ujung sebesar 54,696V dan untuk persentase dari drop
tegangan sebesar 23,07%.
Pada saluran phasa T, dengan besar nilai pada tegangan sumber yaitu 232V, besar arus
yang mengalir 192Ampere, panjang jaringan 459 meter, dan luas penampang
Dari semua data-data dan hasil perhitungan yang telah ditampilkan diatas, dapat
dianalisa bahwa penyebab terjadinya drop tegangan yang besar pada trafo DT0328 arah
jurusan B yaitu karena arus yang mengalir besar dan saluran yang panjang. Sesuai
dengan persamaan 2.3 yaitu , dimana besarnya nilai drop
tegangan berbanding lurus dengan besarnya nilai arus, nilai resistansi dan reaktansi
yang juga memperhitungkan panjang saluran, maka semakin besar arus yang mengalir
semakin besar juga drop tegangan yang terjadi pada jaringan tersebut.
Jadi, solusi untuk memperkecil nilai dari drop tegangan yang terjadi di trafo DT0328
arah jurusan B, dapat dilakukan penambahan gardu baru, dan mengganti jenis kabel atau
luas penampang pada jaringan. Dimana, penambahan gardu baru tentu saja berguna
untuk mengurangi panjang jaringan atau memperpendek jarak pelanggan ujung dengan
tegangan sumber pada gardu distribusi dan berfungsi juga untuk membagi beban agar
nilai I yang mengalir lebih kecil, untuk solusi selanjutnya yaitu mengganti jenis kabel
dan luas penampang dimana, jenis kabel dan luas penampang sangat menentukan dari
besarnya nilai resistansi maupun reaktansi.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan analisa yang telah dilakukan pada trafo DT0328 jurusan B
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai drop tegangan yang terjadi pada trafo DT0328 arah jurusan B saat kondisi
beban puncak, melewati batas dari standar yang ditentukan pada SPLN No. 72 :
1987 ialah tegangan yang diterima oleh pelanggan tidak diperbolehkan melewati
batas toleransi sebesar 4% dari tegangan kerja. Besar nilai tegangan yang hilang
dan persentase nilai drop tegangan yang terjadi pada trafo DT0328 arah jurusan B
di phasa R sebesar 37,926V dan 16,5%, phasa S sebesar 54,696V dan 23,07%,
phasa T sebesar 49,536V dan 21,3%
2. Besarnya nilai drop tegangan yang terjadi pada trafo DT0328 arah jurusan B,
disebabkan oleh besarnya arus yang mengalir pada jaringan, jenis kabel yang
digunakan pada jaringan, dan luas penampang penghantar yang digunakan pada
jaringan tersebut.
3. Cara-cara untuk memperkecil nilai drop tegangan pada trafo DT0328 arah jurusan
B yaitu dengan mengganti kabel penghantar dari 3x70mm2 + 1x50mm2 menjadi
3x95mm2 + 1x50mm2 , dan pembangunan gardu baru atau gardu sisipan untuk
memperpendek panjang jaringan dan berfungsi sebagai pembagi beban agar nilai
dari arus menjadi lebih kecil.
4.2 Saran
Adapun beberapa saran yang ingin disampaikan oleh penulis untuk mengatasi
permasalahan pada trafo DT0328 jurusan B, sebagai berikut :
1. Melakukan rekonfigurasi pada jaringan tegangan rendah (JTR) tersebut untuk
meminimalisir nilai drop tegangan dan agar mutu pelayanan atau penyediaan
tegangan oleh PLN menuju pelanggan mempunyai kualitas baik.
2. Saat melakukan penyambungan beban atau SR pada phasa JTR, selalu diperhatikan
agar beban seimbang atau tidak terlalu jauh terjadinya penyimpangan.