Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“Trafo Tegangan (VT)”

Oleh:
Kelompok 3

Nama : Muhammad Hary Wahyudi (5171230006)


Muhammad Ridho Afandi Damanik (5171230007)
Rebecca Friskila Friskila Lumban Gaol (5173230012)
Matakuliah : Peralatan Tegangan Tinggi
Dosen : Ir. Mustamam, M.T. IPM

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Maha Esa atas berkat dan karunia-
Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah presentasi matakuliah peralatan tegangan
tinggi. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari pengertian dan
tujuan trafo tegangan tinggi. Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada yang telah


membantu dalam proses penyusunan makalah ini baik secara langsung maupun tidak
langsung. Ucapan terima kasih juga penyusun sampaikan kepada dosen pengampu, yaitu
Ir. Mustamam, M.T. yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Medan, 05 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1.Latar belakang ...................................................................................................... 1
1.2.Rumusan masalah ................................................................................................. 1
1.3.Tujuan dan manfaat penulisan .............................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................ 2
2.1 Trafo Tegangan ........................................................................................................ 2
2.2Jenis Trafo Tegangan ................................................................................................ 3
2.3.1 Trafo Tegangan Magnetik .............................................................................. 4
2.3.2 Trafo Tegangan Kapasitif .............................................................................. 5
2.3Fungsi dari trafo tegangan ......................................................................................... 7
2.4Bagian-bagian Trafo Tegangan .................................................................................. 7
2.4.1 Trafo Tegangan Jenis Magnetik ..................................................................... 7
2.4.2 Trafo Tegangan Jenis Kapasitif ...................................................................... 8
2.5Pedoman Pemeliharaan ........................................................................................... 10
2.5.1 In Service inspection .................................................................................... 10
2.5.2In Service measurement ................................................................................ 11
2.5.3Shutdown testing / Measurement .................................................................. 11
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 15
3.2 Saran ...................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Untuk memonitor dan mengendalikan kinerja suatu sistem tenaga listrik,
diperlukan alat ukur, lampu indikator dan relai proteksi. pengukuran tegangan tinggi
tidak dapat dilakukan langsung seperti halnya pengukuran tegangan rendah, karena
selain berbahayabagi operator, adalah sulit membuat voltmeter yang mampu
mengukur langsung tegangan tinggi. Lampu indikator dan relai proteksi, juga
membutuhkan tegangan rendah. Oleh karena itu, diperlukan trafo tegangan untuk
mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan rendah agar dapat diukur
dengan voltmeter dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan lampu indikator dan relai
proteksi.
1.2.Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan, maka rumusan masalah
yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa pengertian trafo tegangan (VT)?
2. Jenis trafo tegangan (VT)

1.3.Tujuan dan manfaat penulisan


Tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

1. Menambah wawasan mahasiswa terhadap trafo tegangan


2. Mengetahui tujuan dari trafo tegangan (VT)
3. Mengetahui jenis trafo tegangan (VT)

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Trafo Tegangan

Pengertian Trafo Tegangan


Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang lebih
tinggi ke suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk peralatan indikator, alat ukur /
meter dan relai. Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga
tetapi rancangan Trafo tegangan berbeda yaitu :

 Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukur,
relai dan peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil
 Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
 Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.

Prinsip kerja trafo tegangan adalah sebagai berikut:

Rangkaian Trafo Tegangan


a : Ratio transformasi
N1 > N2
N1 : Jumlah belitan primer
N2 : Jumlah belitan sekunder
E1 : Tegangan primer
E2 : Tegangan sekunder

2
2.2 Jenis Trafo Tegangan

Pada Gambar 2.1 diperlihatkan contoh suatu trafo tegangan. Trafo tegangan adalah
trafo satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan
rendah yang besarannya sesuai untuk lampu indikator, alat ukur, relai dan alat
sinkronisasi. Transformasi tegangan ini dilakukan atas pertimbangan harga peralatan
tegangan tinggi yang mahal, dan bahaya yang dapat ditimbulkan tegangan tinggi bagi
operator. Tegangan perlengkapan seperti indikator, meter dan relai dirancang sama
dengan tegangan terminal sekunder trafo tegangan yang dirancang dalam ratusan volt.

Gambar 2.1 trafo tegangan

Trafo tegangan dibagi dibagi menjadi dua jenis yaitu

1. Trafo tegangan magnetik (Magnetik Voltage Transformer / VT)


Disebut juga Trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan sekunder
pada inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer menginduksikan tegangan
kebelitan sekundernya.

2. Trafo tegangan kapasitif (Capasitive Voltage Transformer / CVT)


Trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih yang
berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
pada primer, selanjutnya tegangan pada satu kapasitor ditransformasikan
mengunakan trafo tegangan yang lebih rendah agar diperoleh tegangan sekunder.

3
2.3.1 Trafo Tegangan Magnetik
Komponen utama suatu trafo tegangan magnetik adalah: kumparan primer,
kumparan sekunder, dan inti baja silikon. Susunan dan hubungan ketiga komponen
tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.1. Ketiga komponen tersebut dicetak dalam
isolasi padat atau dimasukkan dalam suatu bejana berisi isolasi cair atau gas' Dalam
praktiknya, badan trafo tegangan selalu terhubung ke tanah. Prinsip kerja trafo
tegangan sama dengan trafo daya. Kumparan primer dihubungkan ke jaringan
tegangan tinggi yang akan diukur, sehingga arus mengalir pada kumparan primer.
Arus pada kumparan primer menimbulkan fluks magnetik pada inti trafo tegangan.
Fluks tersebut akan menginduksikan gaya gerak listrik yang rendah pada kumparan
sekunder sehingga pada terminal kumparan sekunder terdapat beda tegangan yang
sebanding dengan tegangan jaringan yang diukur. Karakteristik yang membedakan
trafo tegangan dengan trafo daya adalah:
a. Kapasitasnya kecil (10 - 150 VA), karena bebannya hanya peralatan yang
mengkonsumsi daya rendah, seperti voltmeter, kWh-meter, wattmeter, relai
jarak, sinkronoskop dan lampu indikator.
b. Karena digunakan kontinu dan menjadi beban bagi sistem yang
menggunakannya, maka trafo tegangan dirancang mengkonsumsi energi
yang sekecil mungkin.
c. Untuk mengurangi kesalahan pengukuran, trafo tegangan dirancang
sedemikian agar tegangan sekunder sebanding dan sefasa dengan tegangan
primer.
d. Tegangan pengenal sekunder trafo tegangan umumnya ditetapkan 100 - 230
V

4
Gambar 2.2 Trafo tegangan magnetic

Gambar 2.3 Rangkaian ekuivalen trafo tegangan magenetik

2.3.2 Trafo Tegangan Kapasitif


Untuk pengukuran tegangan di atas 110 kV adalah lebih ekonomis
menggunakan tratb tegangan kapasitif daripada menggunakan trafo tegangan
magnetik, karena konstruksi isolasi trafo tegangan kapasitif lebih sederhana
daripada trafo tegangan magnetik. Trato tegangan kapasitif akan lebih ekonomis
lagi jika digunakan sekaligus untuk pengiriman sinyal melalui konduktor transmisi
(power line carrier), yaitu sinyal komunikasi data. sinyal audio dan sinyal kendali
jarak j auh (telecontrol). Trafo tegangan kapasitif digunalian juga untuk pengukuran
energi pada konsumen industri. Sangat andal digunakan untuk mencatu tegangan ke
relai elektronik yang bekerja sangat cepat, terutama jika trato tegangan kapasitif
menggunakan peredam osilasi elektronik

5
Gambar 2.4

Gambar 2.5

6
Gambar 2.6

2.3 Fungsi dari trafo tegangan

 Mentransformasikan besaran tegangan sistem dari yang tinggi ke besaran


tegangan listrik yang lebih rendah sehingga dapat digunakan untuk peralatan
proteksi dan pengukuran yang lebih aman, akurat dan teliti
 Mengisolasi bagian primer yang tegangannya sangat tinggi dengan bagian
sekunder yang tegangannya rendah untuk digunakan sebagai sistm proteksi
dan pengukuran peralatan dibagian primer.
 Sebagai standarisasi besaran tegangan sekunder (100, 100/√3, 110/√3 dan
110 volt) untuk keperluan peralatan sisi sekunder.
 Memiliki 2 kelas, yaitu kelas proteksi (3P, 6P) dan kelas pengukuran (0,1;
0,2; 0,5;1;3)

2.4 Bagian-bagian Trafo Tegangan

2.4.1 Trafo Tegangan Jenis Magnetik


a. Kertas / Isolasi Minyak
Berfungsi mengisolasi bagian yang bertegangan (belitan primer) dengan
bagian bertegangan lainnya (belitan sekunder) dan juga dengan bagian badan
(body). Terdiri dari minyak trafo dan kertas isolasi

7
b. Rangkaian Electromagnetic Berfungsi mentransformasikan besaran tegangan
yang terdeteksi disisi primer ke besaran pengukuran yang lebih kecil.
c. Dehydrating Breather Adalah sebagai katup pernapasan untuk menyerap
udara lembab pada kompartemen akibat perubahan volume minyak karena
temperatur, sehingga mencegah penurunan kualitas isolasi minyak
d. Terminal Primer Satu terminal terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan
satu lagi terhubung pada sistim pentanahan (grounding)
e. Inti Terbuat dari plat besi yang dilapisi silicon yang berfungsi untuk jalannya
flux.
f. Struktur Mekanikal Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong
berdirinya trafo tegangan. Terdiri dari : - Pondasi - Struktur penopang VT -
Isolator (keramik/polyester)
g. Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi
mengalirkan arus lebih akibat tegangan surja atau sambaran petir ke tanah

Gambar 2.7 bagian-bagian VT

2.4.2 Trafo Tegangan Jenis Kapasitif


a. Dielectric
- Minyak Isolasi Berfungsi untuk mengisolasi bagian-bagian yang bertegangan dan
sebagai media dielectric untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2 (dua)
kapasitor atau lebihsebagai pembagi tegangan yang terhubung seri.

8
- Kertas-plastik film (paper-polypropylane film) Berfungsi sebagai media dieletric
untuk memperoleh nilai kapasitansi dari 2 (dua) kapasitor atau lebih sebagai
pembagi tegangan yang terhubung seri bersama-sama minyak isolasi.
b. Pembagi Tegangan (Capacitive Voltage Devider) Berfungsi sebagai pembagi
tegangan tinggi untuk diubah oleh trafo tegangan menjadi yang lebih rendah.
c. Electromagnetic Circuit Berfungsi sebagai penyesuai tegangan menengah (
medium voltage choke) untuk mengatur/menyesuaikan agar tidak terjadi
pergeseran fasa antara tegangan masukan (Vi) dengan tegangan keluaran
(Vo) pada frekuensi dasar.
d. Trafo Tegangan Berfungsi untuk mentransformasikan besaran tegangan
listrik dari tegangan menengah yang keluar dari kapasitor pembagi ke
tegangan rendah yang akan digunakan pada rangkaian proteksi dan
pengukuran.
e. Expansion Chamber Rubber bilow adalah sebagai katup pernapasan
(dehydrating breather) untuk menyerap udara lembab pada kompartemen
yang timbul akibat perubahan temperatur. Hal ini mencegah penurunan
kualitas minyak isolasi.
f. Terminal Primer Satu terminal terhubung pada sisi tegangan tinggi (fasa) dan
satu lagi terhubung pada sistim pentanahan (grounding).
g. Struktur Mekanikal Struktur mekanikal adalah peralatan yang menyokong
berdirinya trafo tegangan. Terdiri dari : - Pondasi - Struktur penopang CVT -
Isolator penyangga (porselen/polyester). tempat kedudukan kapasitor dan
berfungsi sebagai isolasi pada bagian-bagian tegangan tinggi.
h. Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah peralatan yang berfungsi
mengalirkan arus lebih akibat tegangan surja atau sambaran petir ke tanah.

9
Gambar 2.8 Bagian-bagian CVT

2.5 Pedoman Pemeliharaan

2.5.1 In Service inspection


In service inspection adalah kegiatan pengamatan visual pada bagian-bagian
peralatan terhadap adanya anomali yang berpotensi menurunkan unjuk kerja
peralatan atau merusak sebagian/keseluruhan peralatan.
a. Dielectric
 Memeriksa rembesan / kebocoran minyak
 memeriksa level ketinggian minyak pada gelas penduga.
 Memeriksa isolator dari keretakan, flek, pecah dan kelainan yang lainnya
b. Electromagnetic Circuit
 memeriksa level ketinggian minyak pada gelas penduga.
 rembesan / kebocoran minyak trafo pada seal isolator.
 Memeriksa kondisi spark gap
c. Mechanical structure
 memeriksa pondasi dari keretakan atau tidak.
 memeriksa rumah VT\CVT dari keretakan dan korosi.
 memeriksa steel structure VT\CVT dari bengkok, longgar dan korosi.
d. Pentanahan VT
Inspeksi pentanahan VT dilakukan dengan memeriksa kawat dan terminal
pentanahan terhubung ke mess grounding switchyard dengan kencang dan
sempurna.

10
2.5.2 In Service measurement
In Service Measurement adalah kegiatan pengukuran / pengujian yang dilakukan
pada saat peralatan sedang dalam keadaan bertegangan / beroperasi.
a. Thermovision
Thermovision digunakan untuk melihat hot spot pada instalasi listrik, dengan
Infra red thermovision dapat dilihat losses yang terjadi di jaringan. Semakin
tinggi suhu hotspot yang terjadi maka semakin besar losses yang terjadi. Losses
dapat diakibatkan oleh sambungan yang kurang baik, Pemeriksaan dengan
thermovision pada CVT digunakan untuk melihat titik-titik sambungan pada
CVT
Thermovisi dilakukan pada:
 Konduktor dan klem VT. Hal ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan suhu
antara konduktor dan klem VT
 Isolator dan housing VT. Hal ini bertujuan untuk mengetahui adanya kelainan /
hotspot di dalam VT. Thermovisi dilakukan setiap 3 bulan, kecuali untuk CVT
500 kV dilakukan setiap 2 minggu.

2.5.3 Shutdown testing / Measurement


Shutdown testing / measurement adalah pekerjaan pengujian yang dilakukan pada
saat peralatan dalam keadaan padam. Pekerjaan ini dilakukan pada saat
pemeliharaan rutin maupun pada saat investigasi ketidaknormalan.
a. Tahanan isolasi Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat ukur tahanan isolasi
5 KV untuk sisi primer dan 500 V untuk sisi sekunder. Berfungsi untuk
mengetahui kualitas tahanan isolasi pada trafo tegangan tersebut. Pencatatan
hasil pengukuran dilakukan pada saat 60 detik.
b. Tan delta & Kapasitansi Pada trafo tegangan yang menggunakan minyak untuk
isolasinya, minyak memiliki nilai konduktansi yang cukup rendah dan nilai
kapasitansi yang cukup tinggi, pengujian tangen delta dilakukan untuk
mengetahui besarnya nilai factor disipasi (tan delta) dan kapasitansi dari VT.
Peningkatan nilai dari kapasitansi mengindikasikan adanya kertas isolasi yang
terkontaminasi oleh kelembaban, pencemaran atau adanya pemburukan pada
sistem isolasi VT.

11
Pengujian dengan mode GST-Ground pada VT bertujuan untuk mengetahui nilai
tan delta overall (secara umum). Tegangan uji yang digunakan adalah 2kV
sampai 10 kV.

c. Tahanan Pentanahan
Pengukuran besarnya tahanan pentanahan menggunakan alat uji tahanan
pentanahan. Besarnya nilai tahanan pentanahan mempengaruhi keamanan
personil terhadap bahaya tegangan sentuh.
d. Pengukuran Rasio
Pengukuran ratio bertujuan untuk membandingkan nilai ratio hasil pengukuran
dengan nilai pada nameplate

12
Pengukuran dilakukan dengan menginjeksi tegangan AC 2 – 10KV pada sisi
primer dan dibandingkan dengan output tegangan pada sisi sekunder. Pengujian
ini hanya dilakukan ketika pemasangan baru atau setelah relokasi.
e. Kualitas Minyak
Berdasarkan standard IEC 60422 “Mineral insulating oils in electrical
equipment supervision and maintenance guide”, Trafo tegangan (VT) masuk
dalam kategori D (instrument/protection transformer >170 kV) dan kategori E
(instrument/protection transformer ≤ 170 kV). Pengujian Kualitas minyak pada
trafo instrument hanya dapat dilakukan pada trafo instrument jenis
nonhermetically sealed. Pengujian kualitas isolasi dilakukan setelah VT 10 tahun
beroperasi. Pengambilan sample yang selanjutnya perlu dilakukan konsultasi
terlebih dahulu dengan manufacturer atau mengacu pada manual instruction dari
manufacturer masing-masing.

Pengujian kualitas minyak sesuai standard IEC 60422 meliputi :


a. Pengujian Down Voltage (BDV) Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk
mengetahui kemapuan minyak isolasi dalam menahan stress tegangan.
Pengujian ini dapat menjadi indikasi keberadaan kontaminan seperti kadar air
dan partikel. Rendahnya nilai tegangan tembus dapat mengindikasikan
keberadaan salah satu kontaminan tersebut, dan tingginya tegangan tembus
belum tentu juga mengindikasikan bebasnya minyak dari semua jenis
kontaminan.
b. Pengujian Water Content Pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa
besar kadar air yang terlarut / terkandung di minyak. Menurut standar IEC
60422 perlu dilakukan koreksi hasil pengujian kadar air terhadap suhu 20 oC
yaitu dengan mengalikan hasil pengujian dengan faktor koreksi f.

13
c. Pengujian Acidity Minyak yang rusak akibat teroksidasi akan menghasilkan
senyawa asam yang akan menurunkan kualitas isolasi kertas isolasi pada
trafo. Asam ini juga dapat menjadi penyebab proses korosi pada tembaga dan
bagian trafo yang terbuat dari bahan metal.
d. Pengujian Dielectric Disspation Factor Pengujian ini bertujuan mengukur
arus bocor melalui minyak isolasi, yang secara tidak langsung mengukur
seberapa besar pengotoran atau pemburukan yang terjadi.
e. Pengujian Interfacial Tension Pengujian IFT antara minyak dengan air
dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan polar contaminant yang larut dan
hasil proses pemburukan.
f. Pengujian Sediment dan Sludge Pengujian sediment ini bertujuan mengukur
seberapa banyak (%) zat pengotor terhadap minyak isolasi trafo.
g. Pengujian Flash Point
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui flash point atau titik nyala api
dari minyak isolasi h. Pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA) Pengujian
Dissolved Gas Analysis (DGA) adalah merupakan suatu tool diagnosa untuk
mendeteksi dan mengevaluasi gangguan pada peralatan tenaga listrik dengan
cara mengukur beberapa kandungan gas di dalam minyak isolasi meliputi
gas: Nitrogen(N2), Oxygen (O2), Hydrogen (H2), Carbon monoxide (CO),
Carbon dioxide(CO2), Methane (CH4), Ethane (C2H6), Ethylene(C2H4) dan
Acetylene (C2H2). Mengacu pada standard IEC 60599 “Mineral oil-
impragnated electrical equipment in service-Guide to interpretation of
Dissolved and free gas analysis” , kelainan dalam peralatan trafo instrument
dapat dideteksi dengan menggunakan DGA.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Trafo tegangan adalah peralatan yang mentransformasi tegangan sistem yang lebih
tinggi ke suatu tegangan sistem yang lebih rendah untuk peralatan indikator, alat ukur /
meter dan relai. Trafo tegangan memiliki prinsip kerja yang sama dengan trafo tenaga
tetapi rancangan Trafo tegangan berbeda yaitu :

 Kapasitasnya kecil (10 – 150 VA), karena digunakan hanya pada alat-alat ukur,
relai dan peralatan indikasi yang konsumsi dayanya kecil
 Memiliki tingkat ketelitian yang tinggi.
 Salah satu ujung terminal tegangan tingginya selalu ditanahkan.
Trafo tegangan dibagi dibagi menjadi dua jenis yaitu
1. Trafo tegangan magnetik (Magnetik Voltage Transformer / VT)
Disebut juga Trafo tegangan induktif. Terdiri dari belitan primer dan
sekunder pada inti besi yang prinsip kerjanya belitan primer
menginduksikan tegangan kebelitan sekundernya.
2. Trafo tegangan kapasitif (Capasitive Voltage Transformer / CVT)
Trafo tegangan ini terdiri dari rangkaian seri 2 (dua) kapasitor atau lebih
yang berfungsi sebagai pembagi tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan
rendah pada primer, selanjutnya tegangan pada satu kapasitor
ditransformasikan mengunakan trafo tegangan yang lebih rendah agar
diperoleh tegangan sekunder

3.2 Saran
Saran dari kami yaitu jika makalah kami masih belum lengkap sebaiknya pembaca
memperbanyak membaca jurnal atau buku mengenai Trafo Tegangan (VT) agar lebih
dalam memahamii sistem pentanahan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. PLN, “Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan CT & PT”, Jakarta


2. PT. PLN (PERSERO), “Diktat Kursus Operasi Gardu Induk”, Pusat
Pendidikan dan Latihan PLN, Jakarta.
3. Marsudi, Djiteng, “Distribusi tenaga Listrik”, Penerbit Erlangga, Jakarta,
2005.
4. Kind, D., " Pengantur Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi" , 1993 17.
5. Naidu, M. S., "Hrglr Vtltage Engineering",Tata Mc Graw Hill Publishing,
1983
6. Bonggas L.Tobing.,”Peralatan Tegangan Tinggi” Penerbit Erlangga, Jakarta,
2012.

16

Anda mungkin juga menyukai