Disusun Oleh:
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat ALLAH SWT
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan Kerja Praktek. Laporan Kerja Praktek ini dibuat untuk
memenuhi salah satu persyaratan bagi setiap mahasiswa Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya dan merupakan mata kuliah yang harus ditempuh, guna
memenuhi tugas akhir sebagai syarat kelulusan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
terdapat kekurangan dikarenakan keterbatasan kemampuan, pengetahuan,
pengalaman, serta waktu yang dimiliki penulis. Maka penulis mengharapkan
saran dan masukan dari berbagai pihak sebagai masukan yang membangun.
Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan tereima kasih sebesar -
besarnya kepada :
1. Dr. Ir. Hari Agus Sujono, M.Sc., selaku Ketua Progam Studi Teknik
Elektro.
2. Bapak Wahyu Setyo Pambudi, ST., M.T., selaku kordinator Kerja Praktek.
3. Bapak Nasyith Hananur Rohiem, S.ST.,M.T selaku Dosen pembimbing
pada pelaksanaan Kerja Praktek.
4. Pegawai PT PLN (PERSERO) ULP LEMBATA.
5. Serta semua pihak yang secara tidak langsung membantu penulis, yang tidak
mungkin disebutkan satu persatu.
Dengan penuh hormat penulis sangat menghargai bantuan yang telah
diberikan, semoga ALLAH SWT menjadikan catatan amal kebaikan. Sebagai
akhir, semoga laporan praktek kerja lapangan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Lembata, 20 Desember 2020
Penyusun
Penulis
i
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Pelaksanaan Kerja Praktek
PERAWATAN DAN PEMELIHARAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI
Disusun Oleh :
Menyetujui,
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN SUPERVISOR ..................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. iv
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Kerja Praktek........................................................................................ 2
1.3 Sistematika Penulisan Laporan ........................................................................ 3
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah PT PLN (Persero) ................................................................................. 5
2.2 Visi, Misi dan Motto PT PLN (Persero) .......................................................... 6
2.3 Makna Logo PT PLN (Persero) ........................................................................ 7
2.4 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) ............................................................. 8
BAB III SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik ..................................................................... 11
3.1.1 Klasifikasi Jaringan Distribusi Berdasarkan Tegangan Pengenal .... 11
3.1.2 Pola Jaringan Distribusi Primer. ........................................................ 12
3.1.2.1 Jaringan Distribusi Pola Radial .............................................. 12
3.1.2.2 Jaringan Distribusi Pola Loop ................................................ 13
3.1.2.3 Jaringan Distribusi Pola Grid ................................................. 14
3.1.2.4 Jaringan Distribusi Pola Spindel ............................................ 15
3.1.3 Komponen Utama Sistem Jaringan Distribusi .................................. 16
3.1.3.1 Tiang ........................................................................................ 16
3.1.3.2 Isolator ..................................................................................... 18
3.1.3.3 Konduktor ................................................................................ 22
3.1.3.4 Transformator .......................................................................... 24
3.1.3.5 Fuse Cut Out............................................................................ 25
3.1.4 Kubikel 20 kV ..................................................................................... 26
3.1.4.1 Jenis - Jenis Kubikel 20 kV ................................................... 27
3.1.4.2 Bagian bagian Utama Kubikel .............................................. 28
vi
3.2 Gangguan – Gangguan ...................................................................................... 28
3.2.1 Gangguan pada jaringan ..................................................................... 29
3.2.2 Alat Pengaman Pada Jaringan Distribusi........................................... 29
3.2.2.1 Alat Pengaman Celah ..............................................................29
3.2.2.2 Alat Pengaman Tabung Pelindung ........................................31
3.2.2.3 Alat Pengaman Lightning Arrester ........................................ 31
3.3 Peralatan Penghubung....................................................................................... 32
3.3.1 Pemutus Tenaga (PMT) ...................................................................... 32
3.3.2 Disconnecting Switch (DS)/ Saklar Pemisah .................................... 33
3.3.3 Air Break Switch (ABSW) ................................................................. 34
3.3.4 Load Break Switch (LBS) .................................................................. 35
3.3.5 Recloser (Penutup Balik Otomatis/PBO) .......................................... 36
3.4 Pemeliharaan pada Jaringan Distribusi… ........................................................ 37
3.4.1 Tujuan Pemeliharaan .......................................................................... 37
3.4.2 Jenis-jenis pemeliharaan ..................................................................... 37
3.4.3 Persiapan Pemeliharaan Kubikel 20kV ............................................. 39
3.4.4 Pemeliharaan Pada Kubikel 20kV ..................................................... 39
3.4.5 Petunjuk / Langkah-Langkah Pemeliharaan Kubikel 20kV ..............39
3.4.6 Pemeliharaan Komponen – Komponen Kubikel .............................. 40
3.4.7 Tahapan Pemeliharaan Korektif Recloser. ........................................ 40
3.4. 8 Langkah-Langkah pemelihaan korektif Recloser.............................. 41
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 42
4.2 Saran .................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 44
LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
keandalan terdiri dari SAIDI (Sistem Average Interuption Duration Index) dan
SAIFI (Sistem Average Interuption Frequency Index).
Melihat begitu besarnya dampak dari diadakannya pemeliharaan pada jaringan
tenaga listrik khususnya pada sistem distribusi, maka PT PLN ULP Lembata
melakukan langkah-langkah yang tepat dalam meminimalisir penyebab gangguan
yaitu dengan melakukan kegiatan Inspeksi Fisik dan Pemeliharaan Terpadu Secara
Intensif. Salah satu kegiatan inspeksi dan pemeliharaan secara terpadu yang telah
dilaksanakan oleh PT PLN ULP Lembata.
2
F. Mahasiswa mampu mengenal lebih jauh tentang pengoperasian dan
pemanfaatan teknologi sesuai dengan bidang yang dipelajari di
Program Studi Teknik Elektro.
G. Diharapkan mahasiswa mampu meningkatkan kompetensi
individunya dengan terlibat secara langsung pada pelaksanaan
tugasnya sebagai engineer.
H. Mahasiswa mampu mencapai kompetensi yang disyaratkan oleh
masyarakat industri.
I. Terciptanya hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara
perguruan tinggi dengan dunia kerja sebagai pengguna lulusan dari
perguruan tinggi.
J. Meningkatkan kepedulian dan partisipasi industri dalam memberikan
kontribusi pada sistem pendidikan nasional.
BAB I: PENDAHULUAN
Memberikan gambaran tentang latar belakang kerja praktek di PT. PLN
(PERSERO) ULP Lembata
BAB II: DESKRIPSI PERUSAHAAN
3
Membahas mengenai sejarah perusahaan PT. PLN (PERSERO) ULP Lembata
BAB III: TEORI DASAR
Pada bab ini membahas mengenai sistem distribusi tenaga listrik tegangan
menengah 20 Kv
BAB IV: MATERI KERJA PRAKTEK
Pada bab ini membahas mengenai pemeliharaan jaringan distribusi tenaga listrik
tegangan menengah 20 kV pada penyulang di dalamnya menjelaskan hasil
pelaksanaan kegiatan inspeksi serta membahas keandalan jaringan distribusi PT
PLN (Persero) ULP LEMBATA dalam melayani konsumen yang ditentukan oleh
besarnya keandalan kontinuitas pelayanan sistem distribusi listrik.
BAB V: PENUTUP
Pembahasan kerja praktek ini diakhiri dengan kesimpulan dan disertai dengan
saran.
Demikian gambaran paparan laporan kerja praktek ini, diharapkan dapat
mempermudah dan membantu dalam memahami isinya.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN PT. PLN ( PERSERO )
ULP LEMBATA
5
Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor
swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun 1994
status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)
dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga
sekarang
6
2.2.4 Logo Perusahaan
Gambar 2.1
Logo Perusahaan PT. PLN ( PERSERO )
7
(Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi
warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti
halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di samping
itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan
perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
Gambar 2.2
Struktur Organisasi Perusahaan
8
1. Manajer merupakan seseorang yang bekerja dengan mengoordinasi berbagai
kegiatan yang dilakukan oleh para tenaga kerja di suatu perusahaan. Kegiatan
ini tidak lain dilakukan agar perusahaan dapat mencapai tujuannya.
9
BAB III
SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
10
distribusi atau sisi sekunder trafo distribusi ke konsumen. Tegangan sistem
yang digunakan adalah 220 Volt dan 380 Volt.
Gambar 3.1
Jaringan Distribusi Pola Radial [2]
11
adalah sistem ini tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain.
Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan sistem lainnya.
Kurangnya keandalan disebabkan karena hanya terdapat satu jalur utama yang
menyuplai gardu distribusi, sehingga apabila jalur utama tersebut mengalami
gangguan, maka seluruh gardu akan ikut padam. Kerugian lain yaitu mutu tegangan
pada gardu distribusi yang paling ujung kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh
tegangan terbesar ada diujung saluran.
Gambar 3.2
Jaringan Distribusi Pola Loop [2]
Dalam struktur ini saluran harus mempunyai kapasitas yang cukup. Ukuran
dari penghantar saluran utama dirancang sama pada seluruh jaringan loop.
Pemilihan ukuran penghantar berdasarkan beban normal yang harus dibawa
ditambah beban setengah loop yang lain.
12
3.1.2.3 Jaringan Distribusi Pola Grid
Pola jaringan ini mempunyai beberapa rel daya dan antara rel-rel tersebut
dihubungkan oleh saluran penghubung yang disebut tie feeder. Dengan demikian
setiap gardu distribusi dapat menerima atau mengirim daya dari atau ke rel lain.
Sistem ini merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara terus-
menerus oleh dua atau lebih feeder pada gardu-gardu induk dari beberapa pusat
pembangkit tenaga listrik yang bekerja secara paralel. Pada sistem ini merupakan
gabungan dari sistem jaringan sebelumnya dan mengalami perbaikan. Sehingga
jaringan ini merupakan sistem jaringan yang memiliki kehandalan yang baik.
Struktur ini diterapkan pada area distribusi yang luas dengan beban yang besar dan
memerlukan kehandalan yang lebih untuk kelangsungan pelayanan terhadap
pelanggan.
Gambar 3.3
Jaringan Distribusi Pola Grid [2]
13
g. Jumlah cabang lebih banyak daripada jumlah titik feeder.
h. Jika terjadi gangguan di salah satu feeder, maka dapat di backup dengan feeder
yang lain dengan cara memanuver jaringan sesuai dengan perhitungan beban.
Kekurangan Sistem Jaringan Grid :
a. Biaya konstruksi dan pembanguanan sangat mahal.
b. Setting alat proteksi lebih sulit.
c. Membutuhkan perlatan proteksi yang handal dalam jumlah yang besar pula.
Gangguan yang terjadi pada salah satu saluran tidak akan mengganggu
kontinuitas pelayanan. Sebab semua titik beban terhubung paralel dengan beberapa
sumber tenaga listrik.
Gambar 3.4
Jaringan Distribusi Pola Spindel [2]
Pada sebuah sistem spindel biasanya terdiri dari beberapa penyulang aktif
dan sebuah penyulang cadangan (express) yang akan dihubungkan melalui gardu
hubung. Pola spindel biasanya digunakan pada jaringan tegangan menengah (JTM)
yang menggunakan kabel tanah/saluran kabel tanah tegangan menengah
(SKTM).Namun pada pengoperasiannya, sistem spindel berfungsi sebagai sistem
radial. Di dalam sebuah penyulang aktif terdiri dari gardu distribusi yang berfungsi
untuk mendistribusikan tegangan kepada konsumen baik konsumen tegangan
rendah (TR) atau tegangan menengah (TM).
14
3.1.3 Komponen Utama Sistem Jaringan Distribusi
Dilihat dari konstruksinya, sistem distribusi listrik dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu sistem distribusi dengan saluran udara dan sistem distribusi dengan
saluran bawah tanah. Namun pada laporan kali ini hanya akan membahas mengenai
sistem distribusi dengan saluran udara di PT. PLN (Persero) ULP Lembata.
Konstruksi dan struktur jaringan sistem distribusi secara teknis yang akan
digunakan harus memenuhi syarat keandalan minimum jaringan. Pada
pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan,
penggunaan sistem tegangan menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama
menghindari rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kualitas persyaratan tegangan
yang harus dipenuhi oleh PT PLN (PERSERO) selaku pemegang Kuasa Usaha
Utama seperti yang diatur dalam UU Ketenagalistrikan No. 30 Tahun 2009. Dengan
ditetapkannya standard tegangan menengah sebagai tegangan operasi yang
digunakan di Indonesia adalah 20kV, kontruksi JTM wajib memenuhi kriteria
enjinering keamanan ketenaga listrikan, termasuk di dalamnya adalah jarak aman
minimal antarfasa dengan lingkungan dan antarfasa dengan tanah. Hal ini
dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinuitas pelayanan konsumen.
Untuk konstruksi jaringan distribusi saluran udara PT PLN (PERSERO) ULP
Lembata terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut, yaitu:
3.1.3.1 Tiang
Tiang listrik merupakan salah satu komponen utama dari jaringan listrik
tegangan menengah maupun tegangan rendah. Pada umumnya, tiang ini berfungsi
untuk menyangga hantaran listrik beserta perlengkapannya. Pemakaiannya tentu
tergantung pada kondisi di lapangan. Pada umumnya tiang listrik yang sekarang
pada Saluran Udara Tegangan Menengah ( SUTM ) 20 kV terbuat dari beton
bertulang dan tiang besi. Pemakaian tiang kayu sudah jarang digunakan karena daya
tahannya ( umurnya ) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus.[3]
a. Tiang Penyangga
Tiang penyangga merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik
dan hanya berfungsi sebagai penyangga kawat penghantar beserta
15
perlengkapannya. Tiang ini dipasang lurus tanpa adanya sudut ataupun
belokan. Tiang penyangga berada pada jalur jaringan dan dipakai untuk
dudukan post pin isolator. Tinggi tiang penyangga beragam, mulai dari 11m,
12m, 13m, 14m, dan 15m dengan kekuatan tiang 200, 250, 500, 800, dan
1200 daN.
Gambar 3.5
Tiang Penyangga [3]
b. Tiang Sudut
Merupakan tiang yang dipasang pada saluran listrik saat ada belokan
sudut dan arah gaya tarikan adalah horizontal.
Gambar 3.6
Tiang Sudut [3]
16
c. Tiang Percabangan
Tiang percabangan adalah tiang yang digunakan untuk percabangan
(taping) pada jaringan.Tiang ini biasanya dipasang pada persimpangan jalan. Pada
taping ini terdapat dua jenis, yakni taping satu phasa dan taping tiga phasa.
Gambar 3.7
Tiang Percabangan [3]
3.1.3.2 Isolator
Pada jaringan SUTM, isolator merupakan komponen utama sebagai
pemisah/penyekat antara bagian yang bertegangan seperti penghantar dengan
bagian yang tidak bertegangan. Selain sebagai penyekat, isolator juga dapat
digunakan sebagai penopang kawat penghantar.Pemasangan isolator ada pada
crossarm sebagai tempat dudukan yang dibaut pada tiang.Utamanya pada isolator
ini mampu untuk mencegah terjadinya kebocoran arus (leakage current) atau
loncatan bunga api (flash over) sehingga mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
sistem jaringan tenaga listrik.
Isolator terdiri dari komponen - komponen dielektrik, terminal elektroda
atau ujung sambungan, dan bagian dalam yang membantu mengikat dielektrik ke
elektroda.
Fungsi isolator dapat ditinjau dari 2 (segi) yaitu:
a. Fungsi dari segi listrik :
1) Untuk menyekat/mengisolasi antara kawat phase dengan tegangan.
2) Untuk menyekat /mengisolasi antara kawat phase dengan kawat phase.
17
1) Menahan berat dari penghantar/kawat.
2) Mengatur jarak dan sudut antar penghantar/ kawat.
3) Menahan adanya perubahan kawat akibat perbedaan temperatur dan angin.
Konstruksi isolator pada umumnya dibuat dengan bentuk lekukan –lekukan
yang bertujuan untuk memperjauh jarak rambatan, sehingga pada kondisi hujan
maka ada bagian permukaan isolator yang tidak ditempeli air hujan.Kegagalan
kekuatan elektris sebuah isolator dapat terjadi dengan jalan menembus bahan
dielektrikatau dengan jalan loncatan api (flashover) di udara sepanjang
permukaan isolator. Pada umumnya semua konstruksi isolator direncanakan
untuk tegangan tembus yang lebih tinggi dari tegangan flash over, sehingga
biasanya kekuatan elektrik isolator dikarakteristikan oleh tegangan flash
overnya.[4]
a. Isolator Porselin
Isolator porselin dibuat dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan
veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazur ini permukaan
isolator tidak berpori-pori. Dengan lapisan glazur ini isolator menjadi licin dan
berkilat, sehingga ridak dapat menghisap air. Oleh sebab itu, porselin ini dapat
dipakai dalam ruangan yang lembab maupun udara terbuka.
Gambar 3.8
Isolator Berbahan Porselin[4]
b. Isolator Gelas
Isolator gelas pada umumnya terbuat dari bahan campuran antara pasir,
silikat, dolomite, dan phospat. Komposisi dari bahan-bahan tersebut dan cara
pengolahannya dapat menentukan sifat dari isolator gelas ini. Isolator gelas
memiliki sifat mengkondensir kelembaban udara, sehingga lebih mudah debu
18
melekat dipermukaan isolator tersebut. Makin tinggi tegangan sistem makin
mudah pula terjadi peristiwa kebocoran arus listrik (leakage current) lewat
isolator tersebut, yang berarti mengurangi fungsi isolasinya. Oleh karena itu,
isolator berbahan gelas ini lebih banyak dijumpai pada jaringan distribusi
sekunder. Kelemahan isolator berbahan gelas adalah memiliki kualitas
tegangan tembus yang rendah dan kekuatannya berubah dengan cepat sesuai
dengan perubahan suhu.
Gambar 3.9
Isolator Berbahan Gelas [4]
Gambar 3.10
Pin Type Insulator [4]
19
b. Isolator Jenis Post (Post Type Insulator)
Isolator jenis post ini sering digunakan pada tiang-tiang lurus dan tiang
sudut untuk sudut 5 0 sampai dengan 150. Dibandingkan dengan isolator jenis
pasak, isolator jenis pos ini lebih sederhana perencanaannya. Diameternya
lebih kecil dan tidak menggunakan keeping-keping seperti isolator jenis pasak.
Terdapat lekukan-lekukan pada permukaannya untuk mengurangi hantaran
yang terjadi pada isolator. Makin tinggi tegangan isolasinya makin banyak
lekukan-lekukan tersebut. Kekuatan mekanis isolator jenis pos ini lebih tinggi
dibandingkan dengan isolator jenis pasak dan penggunaanya hanya untuk
jaringan distribusi primer 20 kV, memiliki tegangan tembus sebesar 35 kV
dengan kekuatan tarik sebesar 5000 pon.
Gambar 3.11
Post Type Insulator [4]
20
(a) (b)
Gambar 3.12
(a)Clevis type Suspension Insulator
(b)Ball and Socket type Suspension Insulator[4]
Dilihat dari konstruksinya, isolator tarik ini dikenal dalam dua jenis, yaitu jenis
clevis dan jenis ball and socket. Jenis clevis ini memiliki bentuk tutup (cap) dan
pasaknya (pin) berbentuk pipih dengan lubang yang berfungsi untuk
penggandengan dari beberapa isolator gantung dengan mengikatnya
menggunakan mur baut. Jenis ball and socket, memiliki bentuk tutup (cap)
berlubang untuk menyangkutkan pasak yang berbentuk bulat, sehingga untuk
penggabungan beberapara isolator tarik tidak menggunakan mur baut lagi.
Kedua jenis ini kemudian dikombinasikan menjadi satu, Sedangkan untuk
menggandeng beberapa isolator tarik menggunakan jenis ball and socket. Untuk
menghubungkan antara isolator tarik dengan kawat konduktor, maka digunakan
strain clamp.
(b)
(a)
(a)
Gambar 3.13
Suspension Insulator
Clevis Type
Ball and Socket Type
Strain Clamp
21
3.1.3.3 Konduktor
Penghantar pada sistem jaringan distribusi berfungsi untuk menghantarkan
arus listrik dari suatu bagian ke instalasi atau bagian yang lain. Penghantar harus
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Konduktifitasnya cukup baik
2. Kekuatan mekanisnya (kekuatan tarik) cukup tinggi
3. Koefisien muai panjangnya kecil
4. Modulus elastisitasnya cukup besar
Tabel 3.1 Kemampuan Hantar Arus SUTM AAC dan AAAC [4]
22
LUAS KHA terus menerus KHA terus menerus
Penampang (mm2) AAC (A) AAC
16 110 105
25 145 135
35 180 170
50 225 210
70 270 255
95 340 320
3.1.3.4 Transformator
Transformator tenaga adalah suatu peralatan tenaga listrik yang berfungsi
untuk menyalurkan tenaga / daya listrik dari tegangan tinggi ke tegangan rendah
23
atau sebaliknya. Ditinjau dari jumlah fasanya trafo distribusi ada dua macam, yaitu
trafo satu fasa dan trafo tiga fasa.
Gambar 3.14
Transformator Distribusi Satu Fasa [5]
Gambar 3.15
Transformator Distribusi Tiga Fasa [5]
Transformator dirancang dan dibuat dari komponen dan bahan baku yang
sama sekali baru dan sesuai dengan persyaratan desain sebagaimana ditetapkan oleh
SPLN. Transformator dilengkapi pula dengan alat-alat pelengkap yang sama sekali
baru dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh pabrikan. Bagi
transformator produksi dalam negeri yang dimaksudkan dengan pabrikan adalah
pemberi lisensi. Adapun alat-alat yang umum dipasang untuk memperlengkapi
suatu transformator distribusi yaitu roda yang dipasang pada alas, lubang penguras
minyak, lubang pengisi minyak, kantong termometer, terminal hubung tanah,
kuping pengangkat, serta plat nama dan spesifikasi. Sedangkan alat pelengkap yang
disertakan sesuai dengan standar PLN adalah termometer tanpa kontak,termometer
dengan kontak, konservator, tabung silika gel, busing tegangan menengah yang
dapat ditarik,relay buchols dan kontak terminal dengan tegangan rendah. [5]
24
3.1.3.5 Fuse Cut Out
Fuse Cut Out (FCO) adalah sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang
berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara meleburkan bagian dari
komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan disesuaikan ukurannya.
Gambar 3.16
Fuse Cut Out
Gambar 3.17
Fuse Link
25
3.1.4 Kubikel 20 kV
Kubikel 20 kV adalah seperangkat peralatan listrik yang dipasang pada
gardu distribusi yang berfungsi sebagai pembagi, pemutus, penghubung
pengontrol dan proteksi sistem penyaluran tenaga listrik tegangan 20 kV
kubikel 20 kV biasa terpasang pada gardu distribusi atau gardu hubung
yang berupa beton maupun kios.
Gambar 3.18
Kubikel [8]
26
terpasang memiliki double secunder satu sisi untuk mensuplai arus ke alat ukur
kwh dan satu sisi lagi untuk menggerakan relai proteksi pada saat ter jadi
gangguan.
e. Kubikel TP ( Transformer Protection)
Berfungsi sebagai alat pengaman transformator distribusi, dikenal juga dengan
istilah kubikel PB (Pemutus Beban) kubikel ini berisi lbs dan fuse pengaman
trafo dengan ukuran beragam dari 25A, 32 A, 43 A tergantung kapasitas trafo
yang akan diamankan.
f. Kubikel PT ( Potential Transformer )
Berfungsi sebagai terminal penghubung kabel ke pemakaian (pelanggan) berisi
pms, dan bila mana posisi membuka maka kontak gerak terhubung dengan
pentanahan.
27
1. Gangguan intern (dari dalam)
yaitu gangguan yang disebabkan oleh sistem itu sendiri. Misalnya gangguan
hubung singkat, kerusakan pada alat, switching kegagalan isolasi, kerusakan
pada pembangkit dan lain – lain.
2. Gangguan extern (dari luar)
yaitu gangguan yang disebabkan oleh alam atau diluar sistem. Misalnya
terputusnya saluran/kabel karena angin, badai, petir, pepohonan, layang –
layang dan sebagainya.
3. Gangguan karena faktor manusia
yaitu gangguan yang disebabkan oleh kecerobohan atau kelalaian operator,
ketidak telitian, tidak mengindahkan peraturan pengamanan diri, dan lain-
lain.
1. Beban lebih
Pada saat terjadi gangguan maka sistem akan mengalami keadaan kelebihan
beban karena arus gangguan yang masuk ke sistem dan mengakibatkan sistem
menjadi tidak normal, jika dibiarkan berlangsung dapat membahayakan
peralatan sistem.
2. Hubung singkat
Pada saat hubung singkat akan menyebabkan gangguan yang bersifat
temporer maupun yang bersifat permanen. Gangguan permanen dapat terjadi
pada hubung singkat 3 phasa, 2 phasa ketanah, hubung singkat antar phasa
maupun hubung singkat 1 phasa ketanah. Sedangkan pada gangguan temporer
terjadi karena flashover antar penghantar dan tanah, antara penghantar dan
tiang, antara penghantar dan kawat tanah dan lain – lain
3. Tegangan lebih
Tegangan lebih dengan frekuensi daya, yaitu peristiwa kehilangan atau
penurunan beban karena switching, gangguan AVR, over speed karena
kehilangan beban. Selain itu tegangan lebih juga terjadi akibat tegangan
lebih transient surja petir dan surja hubung / switching.
28
4. Hilangnya sumber tenaga
Hilangnya pembangkit biasanya diakibatkan oleh gangguan di unit
pembangkit, gangguan hubung singkat jaringan sehingga rele dan CB
bekerja dan jaringan terputus dari pembangkit.
29
d. Alat Pengaman Celah Kontrol (control gap)
Alat pengaman celah kontrol terdiri dari dua buah celah
yang diatur sedemikian rupa, sehingga karakteristiknya mendekati
celah bola ditinjau dari segi lengkung volt-waktunya yang
mempunyai karakteristik lebih baik dari celah batang. Celah kontrol
ini dapat dipakai bersama atau tanpa sekring; meskipun alat ini
dapat dipakai sebagai perlindungan cadangan atau sekunder, dan
dianggap sekelas dengan celah batang.
30
3.2.2.3 Alat Pengaman Lightning Arrester
Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi
jaringan dan peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi
karena sambaran petir (flash over) dan karena surja hubung (switching
surge) di suatu jaringan. Lightning arrester ini memberi kesempatan
yang lebih besar terhadap tegangan lebih abnormal untuk dilewatkan ke
tanah sebelum alat pengaman ini merusak peralatan jaringan seperti
tansformator dan isolator. Oleh karena itu lightning arrester merupakan
alat yang peka terhadap tegangan, maka pemakaiannya harus
disesuaikan dengan tegangan sistem.
Tabel 3.2
Program Peningkatan Keandalan di ULP Lembata
Program peningkatan keandalan jaringan di ULP Lembata
a. Layang-Layang di jaringan
b. Binatang mengenai jaringan
c. Pohon mengenai jaringan
Tindakan
31
3.3.1 Pemutus Tenaga (PMT)
Pemutus tenaga (PMT) adalah alat pemutus tenaga listrik yang berfungsi
untuk menghubungkan dan memutuskan hubungan listrik (switching equipment)
baik dalam kondisi normal (sesuai dengan tujuan pemeliharaan),abnormal
(gangguan), atau manuver system, sehingga dapat memonitor komunitas sistem
tenaga listrik dan keandalan pekerjaan pemeliharaan.
Gambar 3.19
Pemutus Tenaga (PMT) [6]
32
posisi apabila ada pemadaman karena pekerjaan pemeliharaan maupun
gangguan). [6]
dioperasikan satu per satu, karena antara satu DS dengan DS yang lain tidak
berhubungan, biasanya menggunakan stick (tongkat khusus) yang dapat
dipendekkan atau dipanjangkan sesuai dengan jarak dimana DS itu berada. DS
terdiri dari bahan keramik sebagai penopang dan sebuah pisau yang berbahan besi
logam sebagai switch.
33
3.3.3 Air Break Switch (ABSW)
Air Break Switch (ABSW) adalah peralatan hubung yang berfungsi sebagai
pemisah dan biasa dipasang pada jaringan luar.
Gambar 3.21
Air Break Switch
Gambar 3.22
Handle ABSW
34
3.3.4 Load Break Switch (LBS)
Load Break Switch (LBS) adalah peralatan hubung yang digunakan sebagai
pemisah ataupun pemutus tenaga dengan beban nominal yang menggunakan gas
SF6 sebagai media pemadam busur apinya.
Gambar 3.23
Load Break Switch [7]
35
Gambar 3.23
Recloser
36
a. Pemeriksaan rutin.
b. Pemeliharaan rutin.
c. Pemeriksaan prediktif.
d. Perbaikan / penggantian peralatan.
e. Perubahan / penyempurnaan jaringan.
B. Pemeliharaan Prediktif :
Sistem pemeliharaan yang berbasis kondisi (condition base maintenance)
dengan cara memonitor kondisi peralatan / jaringan secara on line maupun
off line.
Contoh pemeriksaan rutin antara lain :
a. Pemeriksaan instalasi dengan alat infrared / termo vision.
b. Pemeriksaan partial discharge terminal indoor penyulang 20 kv gardu
induk.
c. Pengukuran beban.
d. Test trip PMT penyulang 20 kv gardu induk, dll.
C. Pemeliharaan korektif :
Pemeliharaan yang dilakukan secara terencana ketika peralatn listrik
mengalami kelainan.
D. Pemeliharaan Darurat :
Pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan mendadak Apabila
pemeliharaan tidak dilaksanakan kemudian peralatan menjadi rusak atau
terjadi gangguan Misalnya busbar akan berkarat, atau solefuse akan terbakar
tanpa diketahui.
Contoh pemeliharaan khusus antara lain :
a. Perbaikan penggantian kubikel yang rusak akibat kebakaran.
b. Perbaikan penggantian instalasi gardu yang rusak akibat banjir.
37
3.4.3 Persiapan Pemeliharaan Kubikel 20kV
Kegiatan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan
pemeliharaan seperti di maksud di atas antara lain :
a. Memahami kegiatan operasi jaringan yang akan dilakukan sesuai
SOP.
b. Mempelajari perubahan konfigurasi jaringan yang akan
dilaksanakan.
c. Memahami kegiatan pemeliharaan kubikel yang akan dilakukan
sesuai dengan SOP.
Mempersiapkan perlengkapan pemeliharaan, antara lain :
a. Peralatan / perkakas kerja.
b. Alat ukur listrik dan mekanik.
c. Material / bahan.
38
dibuka apabila saklar pentanahan pada posisi ON / masuk. Pada
tahap ini harus ada koordinasi dimana aliran listrik baik dari saluran
sisi masuk maupun keluar sudah dinyatakan padam. Pemeriksaan
atau pemeliharaan pada bagian dalam kubikel dilaksanakan pada
tahap ini.
3. Menutup pintu kubikel : tahap ini menandakan pekerjaan
pemeriksaan / pemeliharaan telah dilakukan dan dengan hasil baik,
berarti kubikel siap dioperasikan kembali.
4. Memasukkan kontak hubung (LBS,PMT), tahap ini berarti
memasukkan tegangan dari
a. Saluran / penyulang ke busbar untuk kubikel in coming.
b. Busbar ke saluran ke busbar untuk kubikul out going.
c. Busbar ke beban ke busbar untuk kubikel PB.
1 Body
2 Kekencangan Baut
39
d. Pemeriksaan dan perawatan media pemadaman busur api (untuk
minyak dan gas).
e. Pemeriksaan dan perawatan alat-alat kontak.
f. Pemeriksaan dan perawatan motor penggerak (bila ada).
g. Pengukuran tahanan isolasi.
h. Pengukuran tahanan kontak.
i. Pemeriksaan keserempakan alat kontak.
j. Pengukuran dan pemeriksaan terhadap tahanan pentanahan.
k. Pemeriksaan / perbaikan terhadap peralatan interlock mekanik maupun
listrik.
40
2. Pengecekan Tegangan Supply AC
Pengukuran tegangan sumber AC dilakukan untuk memastikan tegangan
yamg mensupply Recloser tidak kurang dari 90 dan lebih dari 260 VAC.
3. Pengecekan Tegangan Battery
Pengecekan battery dilakukan dengan menggunakan AVO meter untuk
memastikan kestabilan pada battery untuk mensupply energy listrik saat
terjadi pemadaman.
4. Pengecekan dan uji coba Open Close Recloser
Uji open close Recloser dilakukan memastikan RTU dapat berfungsi
dengan baik dan dapat memerintahkan PMT berkerja pada saat di control
open maupun close remote, test control sampai PMT berfungsi dengan baik
untuk mencegah PMT yang mengakibatkan macet akibat lamanya Recloser
tidak dioperasiakan.
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan-pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat diambil beberapa
kesimpulan, diantaranya sebagai berikut :
1. Pemeliharaan merupakan suatu pekerjaan yang dimaksudkan untuk
mendapatkan jaminan bahwa suatu sistem atau peralatan akan berfungsi secara
optimal, umur teknisnya meningkat dan aman baik bagi personil maupun bagi
masyarakat umum.
2. Pada jaringan distribusi tegangan menengah terdapat 4 jenis pemeliharaan,
diantaranya yaitu pemeliharaan preventive(rutin), pemeliharaan korektif,
pemeliharaan prediktif dan pemeliharaan darurat.
3. Pemeliharaan rutin (preventive maintenance) adalah kegiatan untuk menjaga
keaadaan suatu peralatan untuk mencegah terjadinya kerusakan dan
mempertahankan unjuk kerja agar selalu dalam keadaan efisiensi yang tinggi.
4. Sebelum dilakukan pemeliharaan, dilakukan inspeksi pada jaringan yang akan
dipelihara agar pelaksanaan pemeliharaan jaringan distribusi dapat dilakukan
secara optimal.
5. Kegiatan yang meliputi rangkaian tahapan kerja mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga pengendalian dan evaluasi pekerjaan pemeliharaan
instalasi dan sistem distribusi Agar instalasi jaringan distribusi beroperasi
dengan Aman (safe) bagi manusia dan lingkungan, Andal (reliable), Kesiapan
(avaibility) tinggi, Unjuk kerja (performance) yang baik, Umur (life time)
sesuai desain, Waktu pemeliharaan (down time) efektif, Biaya pemeliharaan
(cost) efisien / ekonomis.
6. Dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan jaringan, selalu dilakukan
manuver jaringan untuk mengurangi daerah padam.
42
4.2 SARAN
Setelah mengikuti kegiatan magang, maka penulis dapat memberikan sedikit saran
untuk PT PLN (Persero) ULP Lembata sebagai berikut :
1. Dalam kegiatan pemeliharaan jaringan, baik petugas pelaksana maupun
pengawas lapangan sekiranya selalu mengacu pada SOP dan prosedur yang
berlaku agar kegiatan berjalan dengan aman dan lancar.
2. Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan jaringan di PT PLN (Persero) ULP
Lembata perlu ditingkatkan agar kualitas pelayanan maupun kualitas
penyaluran tenaga listrik dapat meningkat secara keseluruhan, selain itu dengan
strategi pemeliharaan yang tepat maka secara otomatis akan menekan angka
SAIDI dan SAIFI.
3. Perlunya melakukan sosialisasi tentang bahaya ketenagalistrikan kepada
masyarakat. Dengan adanya sosialisasi diharapkan masyarakat dapat lebih
berhati-hati terhadap jaringan listrik sehingga dapat menghindari terjadinya
gangguan listrik.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. https://iskandarlbs.files.wordpress.com/2012/11/pln-buku-5.pdf
2. https://electricdot.wordpress.com/2011/08/16/tipe-tipe-jaringan-distribusi-
tegangan-menengah/
3. https://www.scribd.com/doc/125864372/Jenis-Jenis-Tiang-Dan-Penopang-
Pada-Saluran-Udara-Tegangan-Menengah-SUTM-20-kV
4. https://azmiboys.wordpress.com/2013/06/05/isolator/https://azmiboys.wor
dpress.com/2013/06/05/isolator/
5. SPLN 50_1997 Trafo Distribusi
6. SPLN 108_1993 Pemutus tenaga mini untuk pembatas & pengaman
7. https://www.gwelec.com/diamondback-load-break-switch-p-251-l-en.html
8. (PERSERO), P. P. (n.d.). PENGENALAN KUBIKEL 20 KV , 30-62. (2014,
feb 19).
9. Retrieved from id.scribd:
https://www.scribd.com/doc/208028535/Presentasi-4-PEMELIHARAAN-
KUBIKEL
10. Hendrawan, A. M. (2010). PEMELIHARAAN PERALATAN HUBUNG
BAGI (KUBIKEL) 20kV, 1-8.
11. Marsudi, Djiteng. 2006. Operasi Sistem Tenaga Listrik. Jakarta: Balai
Penerbit & Humas ISTN
12. PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan Jogjakarta, 2008. Standar
Konstruksi Jaringan Konstruksi Jaringan Distribusi, Semarang : PT. PLN
(Persero) Distribusi Jawa Tengah dan Jogjakarta.
44
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1.
GAMBAR PERAWATAN TRAVO STEP DOWN 20 kV
45
46
LAMPIRAN 2.
GAMBAR PENGUKURAN BEBAN SIANG & MALAM PADA GARDU
DISTRIBUSI
47
LAMPIRAN 3.
GAMBAR SURAT BALASAN
48
LAMPIRAN 4.
GAMBAR SINGLE LINE
49
LAMPIRAN 5.
50
51