DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................
.................................................................................
............................................
..........................................
....................i
DAFTAR TABEL..........................................................
................................................................................
.............................................
.................................
..........iii
BAB 1 ...........................................
.................................................................
.......................................
................. Error! Bookmark not defined.
PENGANTAR .............................................
...................................................................
........................
.. Error! Bookmark not defined.
1.1 Sistem Komunikasi PLN P3BJB ...................................................
..........................................................................
....................... 1
1.2 Penggunaan Sarana Komunikasi....................
Komunikasi..........................................
.............................................
..................................
........... 1
1.3 Media Komunikasi PLN P3B JB .........................................
...............................................................
..................................
............ 2
BAB 2 ...........................................
.................................................................
............................................
............................................
.............................................
....................... 5
BAB 3 ...........................................
.................................................................
............................................
............................................
...........................................
..................... 30
i
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
ii
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alternatif Media Komunikasi untuk kebutuhan sistem tenaga listrik .................. 4
Gambar 2. Bagan Komunikasi Radio VHF .................................................
........................................................................
......................... 29
Gambar 3. Konfigurasi Radio Komunikasi RJKB Ch.1 ....................................................
......................................................
.. 30
Gambar 4. Konfigurasi Komunikasi Radio RJKB ch. 3 ......................................................
...................................................... 30
Gambar 5. Komunikasi Radio RJBR ...........................................................
..................................................................................
......................... 31
Gambar 6. Komunikasi Radio RJTD ............................................
...................................................................
.......................................
................ 32
Gambar 7. Komunikasi Radio RJTB.........................................
...............................................................
...........................................
..................... 33
iii
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
BAB I
PENGANTAR
Kebutuhan energi listrik dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan ini
menuntut jumlah unit-unit pembangkit yang lebih banyak, lebih besar serta lebih efisien.
Serta menuntut pula perluasan dan penambahan kapasitas jaringan transmisi dan distribusinya
beserta gardu induk dan gardu distribusinya. Mengingat bahwa sumber energi yang dapat
dikonversikan ke energi listrik terbatas, maka perlu adanya interkoneksi diantara Pusat-pusat
Pembangkit melalui jaringan-jaringan transmisi dan Gardu Induk yang pada gilirannya suatu
konfigurasi sistem yang paling optimum merupakan tujuan utama sehingga akan diperoleh
tingkat keandalan yang tinggi, dari kontinuitas penyediaan energi listrik disamping
persyaratan-persyaratan ekonomis terpenuhi pula, yang untuk menunjang pengoperasian
tersebut diperlukan sarana telekomunikasi.
Media komunikasi adalah salah satu bagian terpenting yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu sistem pengendalian tenaga listrik, yaitu suatu subsistem yang merupakan sarana
telekomunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pusat pengendali dengan pusat
pembangkit dan gardu-gardu induk, perangkat-perangkat sistem pengendalian yaitu master
station dengan perangkat-perangkat remote terminal unit. Disamping itu sarana komunikasi
dalam sistem pengendalian diperlukan pula oleh para operator untuk melakukan koordinasi
antara unit-unit terkait pada sistem tenaga listrik yang akan dikendalikan.
Pada prinsipnya sarana komunikasi didalam management sistem tenaga listrik
dipergunakan untuk:
1. Menunjang kelancaran pengoperasian sistem dalam usaha untuk memperoleh
penyediaan energi listrik dengan keandalan yang tinggi dan dengan biaya yang
serendah mungkin.
2. Mengawasi kondisi operasional sistem didalam usaha untuk memperoleh mutu
listrik yang baik melalui pengaturan tegangan dan frekwensi.
3. Membantu melokalisir gangguan yang terjadi di sistem serta membantu membatasi
lamanya gangguan yang terjadi ketika proses pemulihan sistem.
PLN Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali selanjutnya disebut PLN
P3BJB bertugas untuk menyelenggarakan management energi listrik di seluruh jaringan
sistem tenaga listrik untuk Pulau Jawa, Bali dan Madura di sisi tegangan tinggi dan ekstra
tinggi. Penyelenggaraan managemen tersebut dilaksanakan dengan cara mengoperasikan
pusat-pusat pembangkit listrik serta jaringan transmisinya dan gardu-gardu induk sehingga
diperoleh keandalan, mutu dan skala ekonomis yang paling optimum. Dalam hal ini jelas
guna mengoperasikan sistem Jawa PLN P3B memerlukan media komunikasi. Pada
1
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
2
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
3
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
G ambar
bar 1. Alte
A lterr natif
natif M edi a Ko
K omunikasi
uni kasi untuk ke
k ebutuha
butuhan
n siste
si stem
m tenaga
tenaga listri
listr i k
4
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
BAB 2
Power Line Carrier (PLC) merupakan media komunikasi khusus yang khas pada suatu
Perusahaan Listrik. Kekhususan ini disebabkan pada komunikasi PLC, sebagai media
transmisinya menggunakan saluran udara tegangan tinggi SUTT. Fasilitas komunikasi PLC
bekerja dengan cara menggabungkan suatu peralatan transeiver (PLC lern1ine) melalui
mel alui suatu
media coupling tertentu sehingga proses komunikasi dapat bcrlangsung dengan aman tanpa
adanya bahaya terhadap pemakai / peralatan komunikasi itu sendiri. Media komunikasi PLC
ini yang bekerja pada range frekwensi 50 kHz sampai 500kHz dlan menggunakan media /
saluran transmisi tenaga dipandang sangat cocok dan mempunyai keandalan yang paling
tinggi saat ini diantara media komunikasi lainnya. Oleh karena itu fasilitas komunikasi ini
pada awalnya merupakan fasilitas komunikasi utama untuk:
1. Teleproteksi
2. Transmisi data SCADA
Sistem komunikasi PLC di Pulau Jawa telah digunakan semenjak tahun 1960-an dan saat ini
telah digunakan / terpasang pada hampir semua jaringan SUTT 70 kV, 150 kV dan bahkan
500kV.
Beberapa merk dan type yang terpasang di PLN khususnya P3B Jawa Bali diantaranya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini :
5
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
2.2 Radio
6
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
Pada instalasi kabel tanah tegangan tinggi selain kabel power yang tertanam di bawah
tanah, juga memerlukan kabel lain dalam satu saluran, yaitu kabel pilot. Kabel pilot
merupakan instalasi yang digunakan sebagai kabelkabel pengaman. Kabel pilot yang
dimaksud disini adalah kabel tyang dimiliki oleh perusahaan pengelola listrik yang biasanya
ditanam bersama-sama dengan kabel tegangan tinggi untuk keperluan komunikasi antara dua
gardu yang saling terhubung dan untuk keperluan sistem pengaman kabel tegangan tinggi.
Karena kabel ini berjalan paralel dengan kabel tegangan tinggi maka konstruksi kabel
biasanya dirancang khusus dan tidak sarna seperti kabel telepon biasa. Spesifikasinya
ditentukan oleh:
- jumlah konduktor dalam satu kabel pilot, yang biasanya sudah ditentukan oleh
pabrikan pembuat kabel pilot.
- Type dan Jenis relay pengaman yang digunakan
- Rating CT (current transformer) yang terpasang
Perbedaan tersebut dapat dilihat baik dari segi kekuatan mekanisnya, kekuatan isolasi
maupun dari segi pemasangan dan sistem penyambungan terminal pada kedua ujung kabel.
Dirancang dengan kekuatan mekanis secara khusus mengingat kabel ini dapat mengalami
gaya-gaya mekanis yang ditimbulkan oleh gaya-gaya elektromagnetis yang kuat sepanjang
perjalanan kabel tersebut terutama hila kabel tegangan tinggi yang berdekatan mengalami
gangguan hubung singkat ke tanah maupun hubung singkat antar rasa. Sedang kekuatan
isolasinya dirancang untuk tahan terhadap tegangan lebih yang mungkin terinduksi daTi
kabel tegangan tinggi berdekatan misalnya pada waktu hubung singkat maupun waktu
manuver jaringan tegangan tinggi. Karena tegangan lebih yang mungkin menjalar sepanjang
kawat maka dalam prakteknya kedua ujung kabel jarang dihubungkan langsung dengan
perangkat-perangkat komunikasi. Namun terlebih dahulu disambung dengan perangkat
isolasi berupa trafo, dimana perbandingan antara lilitan primer dengan lilitan sekunder
biasanya adalah sarna dan tidak saling terhubung secara galvanis.
Trafo isolasi ini sering juga disebut sebagai translator. Trafo isolasi tersebut dilengkapi
dengan alat pengaman seperti arester dan sekring dengan karakteristik khusus yang segera
7
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
dapat membatasi puncak tegangan lebih yang mungkin memasuki trafo dan memutuskannya
dengan cepat untuk menghindari trafo tersebut dari kenaikan tegangan yang curam.
Disamping sebagai pengaman maka trafo isolasi berfungsi pula sebagai perangkai yang akan
menapis frekuensi berisik yang datang dari jaringan akibat interferensi gelombang-
gelombang elektromagnetis dari kabel tenaga. Kawat-kawat yang tidak digunakan atau
cadangan tidak boleh dibiarkan terbuka atau mengambang namun kedua ujung kawat harus
ditanahkan langsung dengan tanah.
Kawat-kawat telepon pilot kabel dapat digunakan untuk keperluan komunikasi data maupun
pembicaraan biasa dengan baik. Dalam sistem dupleks kecepatan komunikasi
komunikasi data
biasanya dapat dilakukan pada laju
l aju data 600 bit per detik. Sedang dalam sistem komunikasi
satu arah atau simpleks maupun sistem semi-dupleks maka laju kecepatan data dapat
ditingkatkan sampai 9600 bit per detik. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan dalam memilih
pasangan-pasangan kawat adalah ketidak-seimbangan kapasitif yang berlebihan sehingga
dapat menyebabkan timbulnya pembicaraan silang pada ujung jauh maupun ujung dekat yang
dapat mengganggu sistem komunikasi.
Impedansi karakteristik yang diperoleh pada waktu kabel tenaga belum diberi tegangan
mungkin perlu dikoreksi untuk memperhitugkan perubahan impedansi setelah kabel t enaga
mengalirkan daya pada arus dan tegangan nominalnya. Hal ini perlu pada waktu melakukan
setting terminal komunikasi. Tidak ada aturan khusus yang dapat digunakan sebagai
pegangan, oleh karena itu pekerjaan ini lebih sering bersifat sebagai seni yang diperoleh dari
hasil pengalaman-pengalaman ketimbang secara teoritis.
Parameter-parameter lainnya sarna seperti parameter-parameter kabel telepon biasa.
Salah satu dari ujung kawat-kawat cadangan yang tidak terpakai harus ditanahkan. Bila kedua
ujungnya ditanahkan maka arus sirkulasi dapat mengalir pada kawat-kawat tersebut karena
tegangan induksi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem komunikasi pada kawat-
kawat lainnya.
P emelihar
li hara
aan K abe
abel Pi
P i lot
Seperti kabel instalasi yang lain, apalagi kabel pilot tertanam dengan kedalaman
kurang lebih 2,5 meter di bawah tanah dengan suhu tanah yang panas maka akan terpengaruh
oleh kondisi lingkungan di sekitarnya. Khususnya pada terminal kabel pada panel control
cabinet yang ada di dalam underground tank chamber maupun yang ada di sunshilled tank
atau panel kontrol. Semua terminal klem tersebut mempunyai risiko kelembaban atau
bersentuhan/berhubungan dengan peralatan yang lain yang dapat menyebabkan kondisi
isolasi kabel pilot menurun atau nol sama sekali. Untuk mengetahui
perubahan kinerja kabel pilot harus dilakukan pemeliharaan dengan melakukan pengukuran-
pengukurannya yang diperlukan. Berikut adalah contoh table pemeliharaan terhadap pilot
cable.
8
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
sinyal gelombang. Generasi pertama ini pada tahun 1978 dapat mencapai kapasitas
transmisi sebesar 10 Gb.km/s.
b) Generasi kedua (mulai 1981), Untuk mengurangi efek dispersi, ukuran serat
diperkecil agar menjadi tipe mode tunggal. Indeks bias kulit dibuat sedekat-dekatnya
dengan indeks bias. Dengan sendirinya transmitter juga diganti dengan diode laser,
panjang gelombang yang dipancarkannya 1,3 mm. Dengan modifikasi ini generasi
kedua mampu mencapai kapasitas transmisi 100 Gb.km/s, 10 kali lipat lebih besar
daripada generasi pertama.
c) Generasi ketiga (mulai 1982), Terjadi penyempurnaan pembuatan serat silika dan
pembuatan chip diode laser berpanjang gelombang 1,55 mm. Kemurnian bahan silikasili ka
ditingkatkan sehingga transparansinya dapat dibuat untuk panjang gelombang sekitar
1,2 mm sampai 1,6 mm. Penyempurnaan ini meningkatkan kapasitas transmisi
menjadi beberapa ratus Gb.km/s.
d) Generasi keempat (mulai 1984), Dimulainya riset dan pengembangan sistem koheren,
modulasinya yang dipakai bukan modulasi intensitas melainkan modulasi frekuensi,
sehingga sinyal yang sudah lemah intensitasnya masih dapat dideteksi. Maka jarak
yang dapat ditempuh, juga kapasitas transmisinya, ikut membesar. Pada tahun 1984
kapasitasnya sudah dapat menyamai kapasitas sistem deteksi langsung. Sayang,
generasi ini terhambat perkembangannya karena teknologi piranti sumber dan deteksi
modulasi frekuensi masih jauh tertinggal. Tetapi tidak dapat disangkal bahwa sistem
koheren ini punya potensi untuk maju pesat pada masa-masa yang akan datang.
e) Generasi kelima (mulai 1989), Pada generasi ini dikembangkan suatu penguat optik
yang menggantikan fungsi repeater pada generasi-generasi sebelumnya. Sebuah
penguat optik terdiri dari sebuah diode laser InGaAsP (panjang gelombang 1,48 mm)
dan sejumlah serat optik dengan doping erbium (Er) di terasnya. Pada saat serat ini
disinari diode lasernya, atom-atom erbium di dalamnya akan tereksitasi dan membuat
inversi populasi*, sehingga bila ada sinyal lemah masuk penguat dan lewat di dalam
serat, atom-atom itu akan serentak mengadakan deeksitasi yang disebut emisi
terangsang (stimulated emission) Einstein. Akibatnya sinyal yang sudah melemah
akan diperkuat kembali oleh emisi ini dan diteruskan keluar penguat. Keunggulan
penguat optik ini terhadap repeater adalah tidak terjadinya gangguan terhadap
perjalanan sinyal gelombang, sinyal gelombang tidak perlu diubah jadi listrik dulu
dan seterusnya seperti yang terjadi pada repeater. Dengan adanya penguat optik ini
kapasitas transmisi melonjak hebat sekali. Pada awal pengembangannya hanya
dicapai 400 Gb.km/s, tetapi setahun kemudian kapasitas transmisi sudah menembus
harga 50 ribu Gb.km/s.
f) Generasi keenam, Pada tahun 1988 Linn F. Mollenauer memelopori sistem
komunikasi soliton. Soliton adalah pulsa gelombang yang terdiri dari banyak
komponen panjang gelombang. Komponen-komponennya memiliki panjang
gelombang yang berbeda hanya sedikit, dan juga bervariasi dalam intensitasnya.
Panjang soliton hanya 10-12 detik dan dapat dibagi menjadi beberapa komponen yang
saling berdekatan, sehingga sinyal-sinyal yang berupa soliton merupakan informasi
yang terdiri dari beberapa saluran sekaligus (wavelength division multiplexing).
Eksperimen menunjukkan bahwa soliton minimal dapat membawa 5 saluran yang
masing-masing membawa informasi dengan laju 5 Gb/s. Cacah saluran dapat dibuat
menjadi dua kali lipat lebih banyak jika dibunakan multiplexing polarisasi, karena
setiap saluran memiliki dua polarisasi yang berbeda. Kapasitas transmisi yang telah
diuji mencapai 35 ribu Gb.km/s.
g) Cara kerja sistem soliton ini adalah efek Kerr, yaitu sinar-sinar yang panjang
gelombangnya sama akan merambat dengan laju yang berbeda di dalam suatu bahan
10
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
jika intensitasnya melebihi suatu harga batas. Efek ini kemudian digunakan untuk
menetralisir efek dispersi, sehingga soliton tidak akan melebar pada waktu sampai di
receiver. Hal ini sangat menguntungkan karena tingkat kesalahan yang
ditimbulkannya amat kecil bahkan dapat diabaikan. Tampak bahwa penggabungan
ciri beberapa generasi teknologi serat optik akan mampu menghasilkan suatu sistem
komunikasi yang mendekati ideal, yaitu yang memiliki kapasitas transmisi yang
sebesar-besarnya dengan tingkat kesalahan yang sekecil-kecilnya.
Gambar 5.
5. Struktur Dasar Serat Optik
Optik
µm (sudah terstandarisasi). Serat optic ini cocok digunakan untuk transmisi data
dengan bit rate tinggi.
b) Serat Optik Mode Jamak Dengan Indeks Step (Multi Mode Step Indeks). Ukuran
core serat optic ini umumnya cukup besar yaitu ± 50 µm dan dilapisi dengan
selubung yang sangat tipis. Indeks bias inti konstan dan berbeda sedikit dengan
indeks bias selubung ( indeks bias inti > indeks bias selubung tetapi bedanya
hanya sedikit). Serat optic ini adalah serat optic
optic yang pertama ada di pasaran
karena pembuatannya sangat mudah. Dari sisi keuntungan, lebih mudah dalam
penyambungan karena core yang cukup besar. Serat optic ini cocok digunakan
untuk jarak yang pendek dengan bit rate yang relative rendah.
c) Serat Optik Mode Jamak Dengan Indeks Gradasi ( Multi Mode Graded Indeks)
Serat optic ini merupakan perkembangan dari serat optic multimode step indeks
untuk mengatasi kekurangan yang ada yaitu pelebaran pulsa. Indeks bias dalam
inti akan berkurang sedikit demi sedikit secara bertahap mulai dari pusat inti
sampai batas antara inti dan selubung. Inti serat optic ini terdiri dari lapisan-
lapisan gelas dimana masing-masing lapisan mempunyai indeks bias yang
berbeda. Dengan susunan indeks bias ini maka cahaya dengan lintasan yang
berbeda akan sampai pada 1 titik dengan waktu yang bersamaan sehingga bias
meminimalkan pelebaran pulsa. Diameter inti umumnya sama dengan 50 µm dan
selubung sama dengan 125 µm. Harga dari serat optic ini tentunya lebih mahal
dibandingkan serat optic step indeks karena pembuatannya yang lebih rumit.
4. Parameter
Parameter Yang Mempengaruhi
Mempengaruhi Performansi Sistem Komunikasi Serat Optik
Performansi SKSO depengaruhi oleh dua parameter yang menentukan seberapa jauh
sinyal optic dapat ditransmisikan melalui serat optic. Kedua parameter itu adalah:
1. Redaman
Redaman terjadi dari serat optic (hamburan dan absorbsi) dan redaman karena
sejumlah konektor serat optic.
1.1 . Redaman dari serat optic disebabkan oleh
a. Hamburan Rayleigh, hamburan yang di akibatkan oleh struktur gelas
yang tidak teratur. Struktur ini memindahkan sebagian berkas
cahaya yang seharusnya merambat langsung melalui serat.
b. Penyerapan material, penyerapan material terjadi karena cahaya
yang merambat di dalam serat optic itu sendiri. Secara umum
penyerapan material disebabkan oleh interaksi antar gelombang
cahaya dengan atom-atom air yang masih tertinggal dalam gelas
karena ketidakmurnian bahan karena fabrikasi.
1.2 Redaman karena sambungan dan konektor kabel
Redaman pada sambungan dan konektor terjadi karena energi cahaya
yang merambat sebagian dipantulkan kembali pada titik penyambungan. Hal
ini disebabkan ketidaksempurnaan penyambungan, teknik sambungan dan
jenis konektor yang digunakan.
digunakan.
Sambungan (splice) bersifat permanent dan digunakan untuk
menyambungkan beberapa kabel yang menghubungkan dua terminal atau
repeater. Sedangkan konektor merupakan sambungan tidak bersifat permanent
untuk menyambungkan satu serat optic dengan serat optic lainnya atau serat
optic dengan terminal.
2. Dispersi
Peristiwa dispersi serat optic disebabkan oleh melebarnya pulsa yang
dipancarkan dan merambat sepanjang serat optic. Pulsa yang melebar akan saling
12
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
menumpuk, sehingga menjadi tidak bias dibedakan pada input penerima. Efek ini
dikenal dengan Intersymbol
dengan Intersymbol Interference (ISI). Dispersi sinyal akan membatasi lebar
pita (bandwidth) maksimum yang dapat dicapai agar masing-masing symbol masih
dapat dibedakan. Dalam serat optic terdapat dua macam dispersi yaitu:
2.1. Dispersi intermodal
Yaitu pelebaran pulsa sebagai akibat dari perbedaan delay propagasi antara satu
mode penjalaran lainnya. Untuk menempuh panjang serat yang sama, sinar
dengan mode yang lebih rendah sehingga lambat dibandingkan dengan mode yang
lebih rendah sehingga terjadi pelebaran pulsa. Gangguan ini ditiadakan dengan
menggunakan serat optic single
optic single mode.
2.2. Dispersi intramodal
Keuntungan serat optic single
optic single mode yaitu
mode yaitu hanya terjadi dispersi intramodal karena
yang merambat hanya terdapat satu mode. Sering juga disebut dispersi kromatik
(Chromatic).
Chromatic). Ada dua factor utama penyebab dispersi kromatik yaitu dispersi
material dan dispersi pandu gelombang. Dispersi material disebabkan adanya
perubahan indeks bias bahan serat optic yang dinyatakan sebagai fungsi tak linier
terhadap panjang gelombang. Sedangkan dispersi pandu gelombang disebabkan
dalam satu mode terdiri dari beberapa panjang gelombang yang berada dari
spectral sumber cahaya yang merambat sepanjang ser at optic.
Ada empat macam type yang sering digunakan berdasarkan ITU-T (International
telekommunication Union –
Union – Telecommunication
Telecommunication Standardization sector) yang dahulu dikenal
dengan CCITT yaitu :
1) G.652 - Standar Single Mode Fiber
2) G.653 –
G.653 – Dispersion-shifted
Dispersion-shifted single mode fiber
3) G.653 –
G.653 – Characteristics
Characteristics of cut-off shifted mode fiber cable
4) G.655 –
G.655 – Dispertion-shifted
Dispertion-shifted non zero Dispertion fiber.
Tipe fibre G.652 adalah type fiber yang sering digunakan pada generasi pertama di
PLN dan saat ini type fiber yagn di gunakan adalah G.655. Jaringan komunikasi PT PLN
(Persero) yang dalam hal ini dikelelola PT ICON+ menggunakan type jenis G.652 dan G655.
5. Komponen – komponen
komponen fiber optik
Agar bisa berfungsi sebagai alat komunikasi, berikut blok diagram komponen yang ada pada
jaringan fiber optic.
13
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
5.1.Driver
Berfungsi mengendalikan sumber optik berdasarkan sinyal elektrik yang diterima dan
mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal optik.
5.3.Detektor
5.3.Detektor Optik
Berfungsi untuk mengubah kembali sinyal optik menjadi sinyal elektrik. Detektor optik
dapat menghasilkan gelombang sesuai aslinya, dengan meminimalisasi losses yang
timbul selama perambatan, sehingga dapat juga menghasilkan sinyal elektrik yang
maksimum dengan daya optik yang kecil.
5.4.Rangkaian Penguat
Berfungsi untuk menguatkan sinyal elektrik sesuai dengan sinyal elektrik yang
ditransmisikan.
6. Karakteristik
Karakteristik Serat Optik
Berikut karakteristik serat optic sebagai dasar pertimbangan dengan kelebihan dan
kekurangannya :
f. Kapasitas Besar
Kapasitas dalam penyaluran informasi per cross section area sangat besar
disamping mempunyai bandwidth yang sangat besar. Sebagai contoh, kapasitas
penyaluran per cross
cr oss section
sect ion area 100 kali lebih besar dibandingkan dengan kabel
multi pair dan 10 kali disbanding dengan kabel coaxial.
g. Bebas Induksi
Serat optic menggunakan bahan dasar silica yang pada dasarnya merupakan bahan
dielektrik yang sangat baik dan fleksibel terhadap induksi electromagnet terhadap
kilat atau petir.
h. Tahan Terhadap Temperature Tinggi
Bahan silica mempunyai titik leleh kurang lebih 1900 ‘C dan ini sangat jauhdari
titik leleh ceper dan plastic. Maka fiber optic sangat cocok untuk sarana
telekomunikasi pada daerah yang rawan terhadap temperature tinggi.
i. Tidak Menimbulkan Bunga Api
Pada titik sambung tidak mungkin terjadi bunga api (discharge), oleh karenanya
sangat ideal bila digunakan pada tempat yang peka terhadap ledakan atau
kebakaran.
j. Tidak Dapat Dicabangkan
Serat optic mempunyai ukuran sangat kecil atau sangat tipis. Oleh karenanya
sangat sulit untuk dicabangkan maka harus menggunakan multimode bila ingin
diperbanyak.
k. Tidak Menggunakan Bahan Tembaga
Serat optic menggunakan bahan silica yang tidak menggunakan unsure logam,
bahkan serat optic menggunakan Multikomponent Glass, unsure campuran logam
sangat kecil.
15
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
Optical Cable
Power Supply
Media & Battery Optical
Barphone
Terminal Box
Copper / CPM128
(OTB)
Terminal Box (Hotline)
(CTB)
Gantry Box
All Dielectric Seft Support (ADSS)
FL Type
Main Optical
Distributi Terminal Box
on Frame (OTB)
(MDF)
copper
cable
Fiber Optic Gantry
Terminal Box
Private (FOT)
Automatic
All Dielectric Seft Support
Exchange
(ADSS) FS Type
(PAX) Layer
Video
#1 Optical Terminal
Conference
Box (OTB)
Keterangan :
OPGW= Optical Ground Wire
FL = Fiber Long Span
FS = Fiber Short Span
FA = Fiber Armoured
FOT = Fiber Optical Terminal
OTB = Optical Terminal Box
PAX = Private Automatic Exchange
MDF = Main Distribution Frame
CTB = Copper Terminal Box
TDB = Telephone Distribution Box
CPM = Commutator Position Multilines
NMS = Network Management System
SSM = Sopho System Manager
VM = Voice Mail
16
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
Keterangan :
1. Fibres Single
2. Centre support member
3. Sub-units
4. Interstitial waterblock
5. Inner sheath
6. Strength members
7. Outer sheath
c) OPGW
17
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
Pendahuluan
Plesiochronous Digital Hirarki (PDH) adalah sistem yang selama ini digunakan, hingga
diterapkannya SDH. Kata plesiochronous berasal dari bahasa Yunani plesio yang berarti
hampir. Nama ini baru dimunculkan setelah SDH diresmikan oleh CCITT, karena orang
merasa perlu memberikan nama baru untuk sistem lama,
lama , yang sebelumnya dianggap sinkron.
Dalam sebuah jaringan transmisi, pemultiplekan memiliki masalah dalam hal pencabangan
dan penyisipan (drop and insert) karena sulit untuk memonitor dan mengendalikan. Jika
sebuah multiplexer berusaha untuk menggabungkan beberapa sinyal ke dalam sebuah arus
data (stream), terjadi kesulitan karena pulsa detak / clock setiap sinyal tidak persis sama.
Dalam sistem PDH, perbedaan sebesar 50 bit pada kecepatan 2 048 Mb/s adalah sesuatu
yang wajar.Ini karena PDH tidak mensinkronkan jaringan dalam arti sesungguhnya. PDH
hanya menggunakan pulsa detak maksimum pada setiap simpul (switching node) sebagai
standar. Jika tidak ada lagi data bit dalam buffer karena sinyal data tersebut menggunakan
pulsa detak yang lebih lambat, maka PDH akan menyisipkan bit-bit tambahan (stuff bits,
Stop bit). Sebaliknya, multiplexer penerima harus membuang bit-bit tambahan tersebut.
Kerugian lain yang dimiliki PDH adalah kemampuan komponen transmisi yang terbatas
pada satu jenis layanan. Tentu saja hal ini tidak sesuai
ses uai dengan perkembangan teknologi saat
ini dan tidak mengutamakan efisiensi hardware. Jaringan Multiplex saat ini harus mampu
menggabungkan beberapa jenis layanan.
18
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
Hierachy PDH
Gambar dibawah menunjukkan hierarchy sistem PDH, dimana semua sinyal informasi yang
berupa sinyal digital atau analog dimasukkan dalam chanel-chanel unit untuk kemudian
dimultipleks.
1
4
0
M
b
it/s
3
4
M
b
it/s 3
4
M
b
it/s
8
M
b
it/s 8
M
b
it/s
d
e
-
mu
ltip
le
x
e
r ul
il
t
i
d
e
-
m
u
ltip
le
xrm
eu
ltiplex
e
r
d
e
-
mum
u
ltlp
itli
e p
le
x
e
rx
e
r
2
M
b
it/s
Teknologu multiplek yang digunakan disini menggunakan PCM 30 yang mempunyai bitrate
sebesar 2048 kbit/s. Untuk mendapatkan kapasitas saluran yang lebih banyak dapat
dikembangkan dengan dasar dari PCM 30 (2 Mbit/s, 8 Mbit/s, 34 Mbit/s, dan 140 Mbit/s).
Disini terjadilah proses penggabungan channel unit dalam satu struktur frame berdasarkan
sistem TDM (. Hasil multipleks dari DM2 dimasukkan ke DF (digital Fiber) yang sesuai
dengan DM-nya. Di DF (Digital Fiber), sinyal informasi yang berupa besaran listrik dirubah
ke optik, kemudian ditransmisikan melalui fiber optik. Pada bagian penerima, sinyal optik
yang masuk dirubah ke sinyal
sinyal listrik oleh DF, kemudian masuk ke DM penerima untuk
dipisahkan atau di demultipleks. Hasil dari demultipleks ini dimasukkan ke card-card
penerima.
M
u
ltip
lex
e
r l
t
i
l
R
e
g
en
e
ra
t o
r
T
e
riR
m e
g
e
n
e
n
a
lr a
to
r r
il
ABC
Pada saat instalasi PDH, apabila jarak antar kedua site jauh maka perlu ditambahkan
perangkat Regenerator yang berfungsi untuk memperkuat signal optic sehingga
s ehingga bisa diterima
dengan kualitas baik (seperti pada gb.2).
Perangkat PDH yang ada di PLN, saat ini umumnya terdiri dari card-card yang ada pada
pengirim dan penerima adalah :
19
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
1. DF dan DM
2. Sub Exchange (pengirim) dan Subcriber (Penerima)
3. CU 24 Data Unit (untuk komunikasi data)
4. E & M / VF-P Channel Unit (untuk hubungan antar PAX, SCADA)
DM 2 - MUX
DM 2 adalah peralatan multipleks yang menggunakan teknologi PCM 30 yang melakukan
proses multipleks dengan sistem TDM. Perangkat DM 2 ini merupakan realisasi dari
hierarchy pertama sistem eropa, dimana 30 chanel suara 64 kb/s atau channel data 64 kb/s
dimultipleks ke dalam satu sinyal dengan frame 125 s yang mempunyai kapasitas 2048
Kbit/s.
DM 2 – Mux menggabungkan fungsi control, multipleksing dan fungsi pengawasan. Input
dari DM 2 ini adalah chanel unit yang dapat berupa Sub Exchange, V.24 untuk sinyal data
digital dan VF/E&M dan sinyal suara.
Channel Unit Sub, Exchange End
Channel Unit Sub / EXCHANGE END adalah salah sa tu channel unit dari DM 2 yang sangat
penting. Channel unit ini terdiri atas 6 frekuensi suara dan satu MCSD (metering control
signal detection) channel untuk setiap VF channel. Keenam frekuensi suara itu dibagi
menjadi 5 channel unit dan 1 multiplex unit (MUX) yang didalamnya menghubungkan
pelanggan dengan analog subcriber dari analog maupun digital interface ke channel unit
sub/sub yang kemudian dihubungkan ke pelanggan atau ke nomor yang dituju.
C ontoh
ntoh apli
aplikk asi dapat di
di j elaskan
laskan sep
seper ti i lustrasi ber i kut
kut ini
i ni..
Jika kita mengangkat telepon, maka kita akan mendengar suara atau posisi off hook.
Kemudian kita memencet nomor yang akan kita hubungi. Voice atau pembicaraan kita
dipesawat telepon tersebut dirubah ke besaran listrik berupa sinyal analog ke DM 2 sub/sub,
yang kemudian sinyal tersebut akan dimultipleksing. Setelah itu sinyal tersebut dikirim
melalui transmisi fiber optik berdasarkan sistem PDH. Tiba di sentral penerima (exchange
End) sinyal yang dikirim itu kemudian dimultiplexing. Selanjutnya dari sentral tersebut
dikirim ke analog subcriber interface, lalu ke DM 2 sub/E yang akan meyambungkan ke
nomor yang dituju.
CU 24020 data unit 0 … 6 4 K, ASYNC, /SYNC, V.110, 4 CH.
CU 24020 merupakan sebuah data unit yang berbentuk card yang digunakan untuk mengirim
dan menerima sinyal yang berbentuk data sebanyak 4 channel tiap CU 24020 seperti untuk
internet, intranet, dll.
E & M / VF-P
V F-P Channel Unit TU 21232 8 ch.
Unit TU 21232 meliputi 8 VF channel block yang identik, sebuah block kontrol, dan sebuah
unit power supply. Jadi tiap
tia p card TU 21232 dapat digunakan untuk 8 Channel misalnya untuk
SCADA.
Tujuan dari unit ini adalah :
1. Membangun sebuah channel interface 2 –
2 – wire
wire atau 4 –
4 – wire
wire
2. Mengadaptasi level dan impedansi
20
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
21
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
23
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
VF
SUB
EM
CU SUB
24 E E
DM 2 DF 2
PC
FIBER
OPTIK
DF 2
DM 2
SUB
SUB S
S
VF V24
EM
Ringing Generator
Pada saat ini ada banyak produk multilex PDH dengan teknology, design, kapasitas dan
dimensi yang lebih tipis dan ringan sehingga mudah dalam instalasi dan penggunaannya.
Walaupun saat ini sistem SDH sedang dikembangkan, namun sistem PDH hingga saat ini
masih digunakan dikarenakan sistem yang digunakan cukup sederhana, tidak memerlukan
sinyal reference clock.
24
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
Synchro
Synchrono
nous
us D i git
gi tal H ier
ier archy (SD
(S D H )
Synchronous Digital Hierarchy (SDH) merupakan hirarki pemultiplekan yang berbasis pada
transmisi sinkron yang telah ditetapkan oleh CCITT (ITU-T) pada bulan November 1988.
Pada gambar dibawah menggambarkan jaringan SDH dan master clock.
Karakteristik
Karakteristik Sinyal SDH
Sinyal SDH mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. Adanya acuan clock pada jaringan transmisi.
2. Adanya standarisasi internasional untuk laju data di atas 140 Mbps, sehingga bias
diterapkan pada perangkat dari pabrik yang berbeda.
3. Strukrur yang modular dari laju data dasar (155,52 Mbps) dapat disusun tingkatan
multipleks yang lebih tinggi dengan laju data kelipatan N x STM-1.
4. Pengaksesan kanal tertentu dari sinyal multipleks secara langsung dengan bantuan
pointer. Hal ini merupakan keuntungan pada aplikasi system digital cross connect dan
teknik percabangan ADM (Add/drop Multiplexer.
5. Adanya bit-bit overhead untuk keperluan supervise, control dan manajemen.
6. Dimungkinkan mentransmisikan sinyal PDH melalui teknik SDH.
7. Konversi dari sinyal elekrik ke sinyal optic secara langsung, tidak menggunakan line
code tertentu.
25
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
Keterangan :
Container (C-n)
Container merupakan komponen SDH pertama yang akan membawa sinyal input untuk
diproses pada komponen selanjutnya. Setiap sinyal tributary akan disusun kembali ke dalam
suatu container terlebih dahulu sebelum ditransmisikan ke frame STM-1.
Pengertian container adalah suatu kapasitas transmisi yang besarnya sudah ditentukan yang
digunakan untuk keperluan sinyal tributary ke dalam jaringan sinkron. Besarnya container
diberikan dalam byte dan setiap container memiliki selang waktu 125 mikrosekon.
Misalnya sinyal input C-12 menggunakan sinyal input PCM 30 yang besarnya 2Mbps atau
2048Kbps. Sinyal – sinyal tributary akan di pak ke dalam salah satu container di atas dan
selanjutnya akan ditempatkan di dalam frame STM1 (Synchronous Transport Module-1).
26
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
dapat langsung disusun dalam frame STM-1. Proses penempatan layanan seperti ini ke dalam
VC disebut mapping .
27
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
Meskipun PLN P3B JB telah mempunyai media komunikasi tersendiri, PLN P3B masih
menyewa beberapa saluran komunikasi dari PT Telkom. Hal ini masih tetap dilaksanakan
karena untuk memenuhi beberapa keperluan managemen perkantoran dan pertukaran
informasi antara unit-unit PLN masih tetap diperlukannya fasilitas telepon facsimile dari
PSTN PT Telkom. Selain itu karena dengan saluran-saluran PLC yang ada, masih belum
mampu menyediakan fasilitas saluran telekomunikasi sesuai dengan mode dan traffic yang
terjadi didalam pengendalian dan pehgawasan sistem, maka PLN P3B masih perlu menyewa
saluran khusus (leased line channel).
channel). Namun hal ini hanya bersifat sebagai pelengkap atau
sebagai backup sambil PLN dalam hal ini melalui anak perusahaannya PT Indonesia Comnets
Plus (ICON+) menyiapkan infrastruktur jaringan fiber optic (FO) yang mana fungsi
utamanya adalah melayani kebutuhan ketenagalistrikan.
2.7 Satelit
28
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
BAB 3
Pada awalnya komunikasi voice menjadi sarana komunikasi utama PLN dalam
mengelola system tenaga listrik baik. Sarana ini digunakan untuk hubungan antar piket
operasi di pusat pengendali dengan operator di gardu-gardu induk, operator pembangkit dan
regu pemeliharaan di lapangan. Kemudian dengan berkembangnya system dan semakin
luasnya wilayah operasi di bangunlah pusat pengatur beban. Perangkat telekomunikasi yang
digunakan untuk komunikasi voice yang paling sering dipakai adalah Radio VHF
simplex/half duplex. Sesuai dengan namanya, maka frekuensi yang digunakan adalah dalam
range 30- 300 MHz.
Sistem komunikasi VHF dapat digambarkan sebagai berikut:
G ambar 2. Ba
B agan Komunikasi
Komunikasi R adi o V H F
Untuk P3B JB, komunikasi radionya menggunakan frekuensi sebagai berikut :
Menggunakan 2 (dua) channel, untuk channel 1, frekuensi yang digunakan adalah Tx 72.800
MHz dan Rx 82.426MHz, dengan konfigurasi dan cakupan GI sebagaimana tergambar pada
gambar berikut:
29
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
Gamb
Gambar 3. K onfigura
nfig urasi
si R adio Ko
K omunik
unikaasi R J K B Ch.1
Sedangkan untuk channel 2, frekuensi yang digunakan adalah Tx 72.750MHz dan Rx 82.300
MHz. Konfigurasi dan cakupan GI sebagai berikut :
G ambar 4. K onfigur
nfi gura
asi K omunikasi R adi o R J K B ch. 3
30
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
31
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
G ambar 6. K omunika
unik asi R adio
adio RJ
R J TD
Untuk Region Jawa Timur dan Bali konfigurasi Komunikasi Radionya adalah sebagai
berikut :
32
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
3.1.2 HOTLINE
Sistem komunikasi hotline merupakan salah satu sarana komunikasi yang sangat penting dan
sesuai dengan untuk kebutuhan pengelolaan system tenaga listrik terutama di suatu pusat
pengendali atau pusat pengatur beban. Sistem
Sistem hotline ini memiliki ciri sebagai berikut :
- Hanya dapat berkomunikasi dengan tujuan yang telah ditentukan (dedicated only)
yakni untuk kebutuhan operasional system tenaga listrik, dan tidak dapat digunakan
untuk komunikasi diluar tujuan operasional.
- Komunikasi akan secara otomatis dirouting ke tujuan yang telah ditetapkan tanpa
perlu mendial nomor (di sisi GI)
- Tidak akan dapat diinterup oleh sistem komunikasi lain, karena dia menggunakan
sistem sendiri dan terpisah.
- Tidak dapat ditransfer ke sistem komunikasi lain.
Saat ini telah terpasang Sistem Telepon HOTLINE yang digunakan untuk kebutuhan
operasional pengaturan system tenaga listrik Jawa Bali. Sistem HOTLINE tersebut terdiri
dari 6 unit PABX terintegrasi yang belokasi di 6 Pusat Pengatur Beban Jawa Bali yakni JCC,
RJKB, RJBR, RJTD, RJTB, dan SRB yang dihubungkan dengan trunk E1 2 Mbps dengan
konfigurasi Ring dan bersifat redundant dengan kemampuan Auto Route Selection (ARS).
Sedangkan subscriber atau pesawat cabang ditempatkan di keenam pusat pengatur beban dan
di seluruh GITET dan Pembangkit.
Konfigurasi sistem HOTLINE P3B JB dapat dilihat pada gambar berikut ini.
33
PT PLN (Persero)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Telekomunikasi Sistem Tenaga Listrik
REMOTE SHELF
REGION RJKB
(1000)
Operator
OPTIC
PABX
E1 RCC RJKB E1
(1xxx)
Dispatcher
E1
PABX
PABX PABX PABX
RCC+REGION E1 PABX JCC E1
SRB BALI E1 RCC RJBR E1 REGION RJBR
RJTB (8xxx)
(5xxx) (2xxx) (2xxx)
(4xxx)
E1
Operator
PABX
RCC+REGION
E1 E1
RJTD
(3xxx)
Dispatcher
Gamb
Gambar 8. K onfigura
nfig urasi
si E 1 Ho
H otline P3B J B
N x 64 kbps
PABX RJKB
KRIAN GITET E1 E1
ALCATEL 4400 UNGARAN
GITET
GRESIK GITET
GRESIK PLTGU
PEDAN GITET
E1
GRESIK BLOK 1 PLTU
A A
L P L P T.LOROK BLK 1
GRATI PLTGU C A C A
PLTGU
N A B A B N
x T X T X x
T.LOROK BLK 2
GRATI GITET 6
4 E PABX JCC E 6
4
L R E1 E1 L R PLTGU
k k
b J ALCATEL 4400 J b
PAITON GITET
p 4 T 4 T p
s 4 B 4 D s T.LOROK
0 0
PAITON JP PLTU TJATI
PLTU
E1
PAITON PEC PLTU
TJATI
GITET
KEDIRI GITET
PABX RJBR
E1 ALCATEL 4400
E1
E1 N x 64 kbps
SUB REGION BANDUNG MANDIRANCAN SAGULING SAGULING CIRATA CIRATA CIBATU JATI LUHUR TASIK
BALI SELATAN GITET GITET GITET PLTA GITET PLTA GITET PLTA GITET
G amb
ambar 9. Kon
K onfifi g urasi Pe
P esaw
sawat C aban
abangg H otli
otline
ne P3B J B
1. Pengirim (sender)
2. Penerima (receiver)
3. Link komunikasi (link)
4. Pesan (message)
Dimana kelima komponen tersebut harus ada sehingga komunikasi data dapat terbentuk.
Dalam sistem tenaga listrik, banyak kita temukan kebutuhan komunikasi data yang
tidak terbatas hanya pada komunikasi antar dua terminal, namun lebih umum diperlukan
untuk suatu sistem yang terintegrasi. Bebarapa peralatan yang digunakan dalam pengelolaan
sistem tenaga listrik yang dihubungkan atau yang menggunakan komunikasi data yang
terpasang di sistem Jawa Bali adalah sebagai berikut :
3.2.1
3.2.1 Sistem SCADA
Dalam sistem pengendalian tenaga listrik berbasis SCADA, komunikasi merupakan
sub sistem utama dari tiga sub sistem SCADA, yakni :
1. Master Station
2. Remote Station
3. Telekomunikasi
Untuk sistem SCADA, media telekomunikasi yang memungkinkan untuk dapat digunakan
adalah PLC, Pilot Cable, Radio Microwave, dan Fiber Optic. Sedangkan GSM, PSTN dan
Satelit sampai saat ini belum pernah diterapkan untuk sistem SCADA. Untuk GSM dan
PSTN alasannya adalah keamanan, karena kedua sistem atau media komunikasi tersebut
digunakan juga untuk public, sedangkan Satelit, delay time terlalu besar untuk fungsi remote
control.
3.3 Teleproteksi
Agar gangguan sepanjang penghantar saluran transmisi dapat ditripkan dengan
seketika pada kedua sisi ujung saluran, maka sistem proteksi perlu dilengkapi dengan fasilitas
teleproteksi.
Suatu system teleproteksi adalah hubungan antar terminal yang memiliki kemampuan
mentransmisikan command (perintah) yang diterima dari peralatan proteksi untuk menjamin
keandalan dan ketersediaan tenaga listrik.
li strik. Tujuannya adalah untuk memproteksi (melindungi)
system dan penghantar dengan cara, ketika gangguan terdeteksi pada satu titik di penghantar,
command trip dikirim ke titik lain pada penghantar yang sama sehingga dia akan beraksi
sesuai dengan pola proteksi yang disetting pada peralatan reley proteksi tersebut.
Karakteristik system teleproteksi sama dengan proteksi, yakni harus memiliki 3 unsur sebagai
berikut :
1. Cepat (speed), command trip harus sampai sebelum gangguan berdampak pada titik
lain di penghantar.
2. Aman (secure), system harus mampu mengabaikan noise, yang mana tidak akan
menyebabkan command trip.
3. Handal. (dependability)
35