KOTA DEPOK
TESIS
BINARGA GUCHANY
1106028683
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magíster Teknik
BINARGA GUCHANY
1106028683
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat Nya Tesis ini dapat diselesaikan.
Penulisan Tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
Magister Teknik Departemen Teknik Kimia pada Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya
menyadari bahwa dari masa perkuliahan hingga penyusunan Tesis ini, telah banyak pihak yang
membantu sehingga semua proses dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih dengan tulus kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Asep Handaya Saputra, MEng selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan Tesis
ini.
2. Seluruh staf pengajar Pasca Sarjana Magister Manajemen Gas Universitas Indonesia
3. Ibu Dr. Ing. Evita H Legowo selaku Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi yang telah
memberi izin penulis untuk menambah ilmu kembali di Fakultas Teknik Universitas
Indonesia.
4. Keluarga besar Ditjen Migas terutama Direktorat Pembinaan Usaha Hilir Migas atas bantuan
data dan dukungan moral yang telah diberikan.
5. Kedua orang tua penulis, (Alm) H. Abdul Gafar dan Ibu Hajjah Marnis yang telah
membimbing dan mendidik penulis dari buaian hingga sekarang. Semoga Allah SWT
membalas jasa-jasa beliau yang tak terhitung.
6. Istri penulis tercinta , Hartini Rahayu and dan Empat permata hatiku, Farras, Felda Voila,
Sadra atas doa dan support nya.
7. Pihak pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan dan wawasan dalam penyusunan Tesis ini
sehingga segala kritik dan saran yang bermanfaat diharapkan dapat memperbaiki penelitian ini di
masa yang akan datang.
Akhir kata, Saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu. Semoga Tesis in membawa manfaat.
Jakarta, Januari 2014
Binarga Guchany
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
Sebaga i civ itas akad emi k Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Binarga Guchany
NPM : 1106028683
Progr am Studi : Manajem en Gas
Depart emen : Teknik Kimia
Fak ultas : Teknik
Jenis Karya : T esis
D em i pe ngembanga n ilmu pengetahu an, meny etujui untuk mernberikan kepada Un iversitas
Indone sia Hak Bebas Ro yalt i No neks klusif ( No n-Exclu sive Roya lty Free R ight) atas karya
ilmiah saya berjudul
"A nalisis Keekonomian Pengembangan Jaringan Gas Bumi Kota Depok"
Beserta per angkat yang ada (jika d iperlu kan). Dengan Hak Bebas Ro yalti No n eksklusif ini
Universitas Ind on esia berhak menyimpan , menga lih med ia/ formatkan, mengelo la da,lam bent uk
pangka lan data (database) , meraw at dan mempubli kasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebaga i penulis/pe ncipta dan sebagai pemi lik hak c ipta.
Dibuat di : Jakarta
Yang me~
y ta.kan
.d ,
G
.
(Binarga Guchany)
VI
~ IIIIIl
ABSTRAK
Kurangnya infrastruktur distribusi gas bumi ke lokasi calon pelanggan merupakan kendala
pemanfaatan gas bumi. Kurang berkembangnya infrastruktur gas bumi tersebut dikarenakan
kendala keekonomian sehingga badan usaha belum tertarik mengembangkannya. Oleh karena itu
perlu keterlibatan Pemerintah untuk mempercepat penggunaan bahan bakar gas tersebut melalui
Pembangunan Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga (Jargas) yang salah satunya
di Kota Depok pada Tahun Anggaran 2010. Jargas ini selanjutnya pada tahun 2011 diserahkan
oleh Pemerintah kepada PT A sebagai operator yang ditunjuk Menteri ESDM untuk
mengelolanya. Untuk tetap eksis maka PT A diharuskan untuk mengembangkan jaringan yang
telah diserahkan
Gas sebesar 1 MMSCFD yang dipasok dari PT B baru dikonsumsi sebesar 0,07 MMSCFD untuk
4000 SR. Sisa 0,93 MMSCFD digunakan untuk pengembangan jargas di sektor rumah tangga
dan komersil. Studi ini menganalisis keekonomian terhadap pengembangan jaringan dengan 5
skenario pengembangan: 100% untuk rumah tangga, 75% untuk rumah tangga dan 25% untuk
komersil; 50% rumah tangga dan 50% komersil; 25% rumah tangga dan 75% komersil: dan
100% komersil.
Dengan asumsi bahwa Minimum IRR 13% dan Payback Period maksimal 8 tahun maka skenario
3,4 dan 5 saja yang layak. Dengan berbagai pertimbangan maka skenario 4 yang layak untuk
direkomenadasikan ke PT A untuk pengembangan Jaringan Gas Bumi di Kota Depok.
vii
ABSTRACT
Lack of gas infrastructure to consumer is barrier in utilizing natural gas. Undeveloped of gas
infrastructure is caused by economic threat in which companies are not interesting to develop.
That is why it is needed government’s role to speed up utilization of natural gas fuel through
construction of gas pipeline network for household in which Depok is chosen as a city which is
built at 2010. The network then was given to Jabar Energi as company appointed as operator of
Depok’s gas pipeline network to develop. To become exist, PT A is obliged to develop network
which was constructed.
1 MMSCFD of natural gas supplied by PT B is only consumed 0,07 MMSCFD for 4000 house
hold. 0.93 MMSCFD excess gas is used to household and commercial. This study is to analyze
economic feasibily for 5 scenarios i.e: 100% for household; 75% for household and 25%
commercial; 50% for household 50% commercial; 25% household and 75% commercial; and
100% commercial.
By assumption Minimum IRR 13% study shows 4th and 5th will be feasible and Maximum
Payback Period 8 yeras, study show 3th, 4th and 5th will be feasible. By various consideration
4th is the most feasible to be recommended to PT A to develop the gas network within Depok.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. PERMASALAHAN 3
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN 4
1.4. BATASAN PENELITIAN 4
1.5. SISTIMATIKA PENULISAN 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7
2.1. GAS BUMI 7
2.1.1. Komposisi Kimia & Spesifikasi Gas Bumi 7
2.1.2. Transportasi Gas Bumi 8
2.1.3. Pemanfaatan Gas Bumi 8
2.1.4. Kandungan Energi 9
ix
2.4. ANALISIS TEKNIS 16
2.4.1. Hidrolika Gas 16
2.4.1.1. Persamaan Umum Untuk Gas 17
2.4.1.2 Perhitungan Penurunan Tekanan (Pressure Drop) 18
2.4.2. Ukuran Pipa 19
2.4.3. Persamaan Disain Pipa Poly Ethilene (PE) 22
2.4.4. Mekanika Fluida Gas 22
2.4.4.1. Bilangan Reynold 22
2.4.4.2. Kehilangan Tekanan Akibat Friksi 23
x
3.4. PERHITUNGAN INVESTASI 41
3.4.1. Pengumpulan Harga Satuan Material 41
3.4.2. Analisis Harga Satuan 42
3.4.3. Rencana Biaya 42
BAB V KESIMPULAN 71
DAFTAR PUSTAKA 73
xi
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN
xii
DAFTAR TABEL
HALAMAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Indonesia
(FEED) dan Detail Engineering Drawing and Construction (DEDC) serta kajian Upaya
Kelola Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) di masing-masing
kota/kabupaten.
Kriteria pemilihan kota/kabupaten yang akan dibangun Jargas yaitu adanya alokasi
gas bumi untuk Jargas, dekat dengan jaringan distribusi gas bertekanan rendah, lebar jalan
menuju rumah lebih dari 2 (dua) meter, tersedia anggaran dari Ditjen Migas serta ada
pertimbangan dari Pemerintah Daerah setempat.
Pemerintah c.q. Ditjen Migas membangun dan memberikan jaringan gas ini secara
cuma-cuma kepada masyarakat sampai ke kompor. Untuk kompor disediakan masing-
masing rumah tangga. Program ini ditujukan lebih kepada masyarakat ekonomi menengah
ke bawah walau pada kenyataannya jaringan ini juga melewati rumah-rumah mewah karena
kendala teknis jaringan pipa.
Setelah Jargas dikonstruksi, maka sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan
Sumber daya Mineral (ESDM) No. 19 tahun 2009 tentang Tatacara Penawaran
Pengoperasian Jaringan Distribusi Gas Bumi untuk Rumah Tangga yang dibangun oleh
Pemerintah, dilakukan lelang operator oleh Ditjen Migas untuk menentukan operator yang
akan mengoperasikan dan mengembangkan Jargas yang telah dibangun.
Sektor komersial meliputi hotel, toko, gedung perkantoran, rumah sakit dan restoran.
Dalam 5 tahun terakhir permintaan sektor komersial tumbuh rata-rata 5,7% per tahun
dengan pangsa berkisar antara 4,0% - 4,6% (diluar biomassa). Permintaan energi sektor ini
diperkirakan akan terus tumbuh dengan berkembangnya sektor komersial di masa
mendatang. Trend permintaan energy sektor komersial akan tumbuh sekitar 5,1% per tahun.
Kota Depok adalah salah satu kota terpilih yang dibangun Jargas untuk Rumah
Tangga pada Tahun 2010 dan telah dioperasikan tahun 2011. Tahap pengembangan
diperkirakan pada tahun 2014 yang akan dilakukan oleh PT. A sebagai Badan Usaha yang
ditunjuk oleh Menteri ESDM atas usulan Ditjen Migas sebagai operator Jargas di kota
Depok. Dengan mendapat suplai gas dari PT. B sebesar 1 MMSCFD yang melakukan
Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) dengan PT. A selama 5 (lima) tahun. Pada tahun 2011 gas
telah mengalir ke Kelurahan Beji dan Beji Timur sebanyak 4000 Sambungan Rumah
(SR).Harga gas yang dibayar US$ 2.79/MMBTU dengan eskalasi 3% per tahun dimana
pada tahun 2013 menjadi $ 2.96/MMBTU.
2
Universitas Indonesia
Agreement (GTA). Gas bumi disediakan oleh PT. B di Citarik, Jawa Barat yang disalurkan
melalui pipa milik PT. C yang melewati wilayah kota Depok. Gas ini diambil melalui
Tapping Out - 07 (TO-07)yang terdapat di wilayah Pondok Cina, Kecamatan Beji, Kota
Depok untuk kemudian disalurkan ke Jargas Depok melalui MRS (Metering Regulation
Station).
Beji
Gambar 1.1. Diagram Pengiriman Gas dari PT. B ke MRS Jargas Depok (Beji)
Saat ini terdapat 13 Regulator Sektor (RS) yang tersebar di wilayah Beji dan Beji
Timur yang digunakan untuk melayani pengaliran gas ke 4000 Sambungan Rumah. Satu RS
didisain untuk menampung 400 SR sehingga jaringan gas bumi yang dibangun pemerintah
di kota Depok untuk saaat ini mampu menampung maksimal 400 x 13 RS = 5200 SR.
Berapa banyak sambungan rumah tangga dan/atau sambungan untuk komersial yang
perlu ditambah agar PT. A dapat menikmati untung dan berapa komposisinya, studi ini akan
mencoba menjawab skenario terbaik mana yang dapat direkomendasikan kepada PT. A
untuk pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga di Kota Depok. Dari lima
skenario ini akan dilihat skenario mana yang paling layak untuk direkomendasikan ke PT.
A untuk mengembangkan aset yang telah diserahkan pengelolaannya.
3
1.2 PERMASALAHAN
Analisis keekonomian sangat diperlukan mengingat PT. A dituntut untuk
menghasilkan keuntungan (profit) dari pengembangan yang dilakukan agar perusahaan ini
bisa eksis dan tujuan akhir dari pembangunan jargas di kota Depok tercapai yaitu menuju
Depok sebagai kota gas (Gas City).
Suplai 0,93 MMSCFD akan dicoba dimanfaatkan untuk pengembangan jaringan dan
pemanfaatan gas sebagai bahan bakar untuk Sektor Komersial (Hotel, Restoran, Rumah
Sakit Swasta, Perkantoran Swasta, Pertokoan/Ruko/Rukan/Pasar/Mall/Swalayan dan
Kegiatan Komersial sejenisnya). Penelitian ini akan mengkaji dan membandingkan sisi
keekonomian 5 skenario.
2. Menentukan lokasi dan jumlah sambungan rumah (SR) dan sambungan komersial (SK)
yang paling optimal dari pengembangan jaringan existing gas bumi untuk rumah
tangga kota Depok.
Jaringan gas bumi kota Depok adalah jaringan gas bumi yang dibangun tahun 2010 dan
diserahkan pengoperasiannya oleh Ditjen Migas kepada PT. A tahun 2011.
4
Universitas Indonesia
Jaringan yang dirancang sampai pipa Distribusi Tekanan Rendah (DTR) depan rumah
atau komersial.
Sumber gas memanfaatkan ekses 0,93 MMSCFD dari PT. B yang belum terserap.
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab landasan teori dan peraturan perundangan mengenai jargas untuk
rumah tangga dan sektor komersil yang meliputi teori gas bumi, harga gas bumi,
regulasi di Indonesia, perhitungan pipa, kompresi gas bumi, kota Depok, analisis
teknis dan ekonomi
Merupakan bab yang berisi pembahasan mengenai metode yang akan digunakan
dalam membantu perhitungan dalam analisis teknis dan ekonomis.
BAB V KESIMPULAN
Merupakan bab kesimpulan dan saran dari hasil penulisan secara keseluruhan.
Dalam lembaran akhir dicantumkan lampiran-lampiran lain yang menunjang bab-
bab sebelumnya.
5
Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gas bumi atau Natural Gas merupakan gas yang mudah terbakar yang mengandung
senyawa-senyawa hidrokarbon dalam jumlah besar. Seperti minyak bumi dan batubara, gas
bumi juga merupakan bahan bakar fosil. Gas bumi biasanya mengandung sebanyak 85%
metana (CH4) dan sekitar 10% etana (C2 H6), serta mengandung sejumlah kecil propana
(C3H8), butana (C4H10), pentana (C5H12) dan alkana lainnya. Secara umum kandungan
hidrokarbon di dalam gas bumi bervariasi tergantung terutama pada lokasi reservoir gas
bumi. Gas bumi mengandung sejumlah kecil senyawa-senyawa pengotor, termasuk
didalamnya karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S) dan nitrogen.
Spesifikasi gas bumi yang umum digunakan untuk komersial seperti tercantum pada
tabel 2.1. adalah sebagai berikut:[1]
4 Kandungan CO2 ˂ 2%
Gas bumi terbagi atas Gas Associated dan Non Associated, dimana gas associtaed
adalah gas yang terikut di dalam tambang minyak bumi sedangkan gas non associated
adalah gas yang dihasilkan oleh tambang gas bumi. Untuk gas associated didapatkan dari
pengolahan minyak bumi, dan untuk gas non associtaed didapatkan dari proses pemurnian
6
Universitas Indonesia
awal tanpa melalui proses pengolahan minyak dan gas bumi. Pada proses pengolahan gas
bumi, umumnya mengahasilkan produk Liquified Natural Gas (LNG) dan Liquified
Petroleum Gas (LPG).
Di Indonesia, BPH Migas telah menyusun Master Plan "Sistem Jaringan Induk
Transmisi Gas Nasional Terpadu". Saat ini jaringan pipa gas di Indonesia dimiliki oleh PT.
PERTAMINA dan PT. PGN dan masih terlokalisir terpisah-pisah pada daerah-daerah
tertentu, misalnya di Sumatera Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Barat,
Jawa Timur dan Kalimantan Timur.
Secara garis besar pemanfaatan gas bumi dibagi atas 3 kelompok yaitu :
Gas bumi sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik
Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar
kendaraan bermotor (BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga,
hotel, restoran dan sebagainya.
Gas bumi sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia,
metanol,bahan baku plastik (LDPE = low density polyethylene, LLDPE = linear low
density polyethylene, HDPE = high density polyethylene, PE= poly ethylene, PVC=poly
vinyl chloride, C3 dan C4-nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet
makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.
Gas bumi sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni Liquefied Natural Gas (LNG).
7
Universitas Indonesia
2.1.4 Kandungan Energi
Gas bumi ini memiliki nilai panas yang bervariasi. Satuan yang biasa digunakan
untuk mengukur kualitas gas bumi adalah panas pembakaran kotor (gross heating value)
yang disingkat GHV atau biasa disebut HHV (Higher Heating Value). Satuan lain yang
juga biasa digunakan adalah LHV (Lower Heating Value) atau Net Heating Value (NHV)
yang merupakan panas pembakaran bersih dimana H2O (air) yang dihasilkan berada dalam
fase uap. Nilai panas gas bumi bervariasi sesuai dengan komposisinya. Dalam penelitian
ini nilai panas yang digunakan adalah 960 BTU/SCF.
Komponen harga gas bumi seperti yang terlihat pada Gambar 2.1, dimana harga gas
sampai ke konsumen terdiri dari harga gas bumi dan harga non gas bumi. Pada tahap
monopoli harga gas diregulasi, kemudian adanya pipeline to pipeline competition diregulasi
secara terbatas dan tergantung kepada tingkat kompetisinya. Sedangkan tahapan pasar
bebas sudah tidak diregulasi lagi. Secara umum harga gas bumi sampai konsumen
merupakan penjumlahan dari gas (wellhead) ditambah tarif transportasi dan distribusi gas,
dimana umumnya tarif diregulasi.
8
Universitas Indonesia
Gambar 2.1. Komponen Harga Gas Bumi[3]
Di dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi,
yang mengatur mengenai gas bumi melalui pipa adalah Pemerintah bersama Badan
Regulasi, maka pada tahun 2002 dibentuklah suatu Badan Regulasi yang disebut Badan
Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Pengangkutan
Gas Bumi Melalui Pipa (BPH Migas) yang mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan penyediaan dan pendistribusian Bahan Bakar Minyak (BBM) dan
pengangkutan gas bumi melalui pipa, selain tugas tersebut BPH Migas juga mengatur serta
menetapkan:
Ketersediaan dan distribusi BBM
Cadangan BBM Nasional
Pemanfaatan fasilitas Pengangkutan dan Penyimpanan BBM
Tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa
Harga gas bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil
Pengusahaan transmisi dan distribusi gas bumi
Badan Pengatur dalam hal ini BPH Migas melakukan pengaturan dan pengawasan
atas pelaksanaan dan penyediaan dan pendistribusian BBM dan pengangkutan gas bumi
9
Universitas Indonesia
melalui pipa yang diselenggarakan Badan Usaha (BU) yang telah mendapat Izin Usaha dari
Menteri ESDM.
Dalam memenuhi ketentuan Pasal 27 ayat 1 UU Nomor 22 tahun 2001, Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan tentang Rencana Induk jaringan Transmisi
dan Distribusi Nasional yang dapat dipergunakan oleh Badan Pengatur bersama Pemerintah,
maupun pelaku usaha seperti Swasta, BUMN/BUMD dan Koperasi, sehingga penyaluran
gas bumi mempunyai cakupan nasional yang selaras antara jaringan transmisi dan distribusi.
Setiap Badan Usaha yang akan membangun jaringan pipa transmisi dan jaringan
pipa distribusi gas bumi harus mengacu pada Rencana Induk Jaringan Transmisi dan
Distribusi Gas Bumi Nasional (RIJTDGBN). Pada gambar 2.2. disajikan RITJGBN sesuai
dengan Kepmen ESDM No. 2950/K/21/MEM/2006.
Peta Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional dilengkapi dengan Legenda
yang menggambarkan kategori jenis Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional
yang terdiri atas 5 (lima) jenis kategori yaitu meliputi:
10
Universitas Indonesia
Kategori 1 (Open Access) yaitu Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi Gas Bumi
dengan mempertimbangkan sumber gas dalam kerangka Kegiatan Usaha Hilir yang
pengusulan, pendanaan dan pelaksanaannya oleh pemerintah untuk dapat dimanfaatkan
para pengguna jaringan pipa (shipper) yang pengaturan pemanfaatannya ditetapkan
Badan Pengatur.
Kategori 2 (Open Access) yaitu menggambarkan Jaringan Transmisi dan/ atau Distribusi
Gas Bumi dengan mempertimbangkan sumber gas dalam kerangka Kegiatan Usaha
Hilir yang pengusulannya oleh Pemerintah dengan pendanaan Badan Usaha melalui
mekanisme lelang dalam rangka pemberian Hak Khusus oleh Badan Pengatur untuk
dapat dimanfaatkan para pengguna jaringan pipa (shipper) secara komersial
Kategori 3 (Open Access) yaitu menggambarkan Jaringan Transmisi dan/atau Distribusi
Gas Bumi dengan mempertimbangkan sumber gas dalam kerangka Kegiatan Usaha
Hilir yang pengusulan dan pendanaannya oleh Badan Usaha melalui mekanisme lelang
dalam rangka pemberian Hak Khusus oleh Badan Pengatur untuk dapat dimanfaatkan
para pengguna jaringan pipa (shipper) secara komersial;
Kategori 4 (Dedicated Hilir) yaitu menggambarkan Jaringan Transmisi dan/atau
Distribusi Gas Bumi dalam kerangka Kegiatan Usaha Hilir untuk dapat dimanfaatkan
bagi kepentingan sendiri (fully dedicated)
Kategori 5 (Dedicated Hulu) yaitu menggambarkan Jaringan Transmisi dan/atau
Distribusi Gas Bumi dalam kerangka Kegiatan Usaha Hulu untuk dapat dimanfaatkan
bagi kepentingan sendiri (shared dedicated) sebagai kelanjutan Kegiatan Usaha Hulu.
Gambar 2.2. Rencana Induk Jaringan Transmisi dan Distribusi Gas Bumi Nasional
Indonesia (Kepmen ESDM No. 2950/K/21/MEM/2006)
11
Universitas Indonesia
Penetapan Tarif Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa
Untuk penetapan besarnya tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa diatur oleh
BPH Migas dengan dikeluarkannya Peraturan Nomor: 04/P/BPH Migas/II/2005, di dalam
peraturan itu dimuat aturan yang mengatur:
Badan Usaha Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa mengajukan usulan tarif pengangkutan
Gas Bumi Melalui Pipa kepada Badan Pengatur secara tertulis dengan melampirkan:
Perhitungan dan usulan besaran tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa
Volume gas bumi yang akan dialirkan
Peta lokasi beserta koordinat
Besarnya tarif ditetapkan berdasarkan Sistem Perangko (postage stamp) dan sistem
jarak (distance)
Penggunaan sistem perangko adalah penetapan tarif yang sama dari sumber gas sampai
kepada pelanggan di setiap titik penyerahan pada wilayah tertentu
Penggunaan sistem jarak adalah penetapan tarif yang berbeda tergantung jarak dari
sumber gas bumi sampai kepada setiap titik penyerahan.
Usulan besaran tarif uang diajukan Badan Usaha dalam perhitungan harus
menggunakan Metode Internal Rate of Return (IRR).
Parameter yang digunakan dalam metode IRR adalah investasi, pendapatan, biaya
operasi, pemeliharaan, depresiasi, pajak dan lain-lain.
Badan Pengatur juga menarik iuran untuk setiap Badan Usaha yang melakukan
kegiatan usaha Niaga Gas Bumi dan Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2006 tentang Besaran dan Penggunaan Iuran
Badan Usaha Dalam Kegiatan Usaha Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak
dan Pengangkutan Gas Bumi Melalui Pipa.
12
Universitas Indonesia
Tabel 2.3. Besaran Iuran (PP Nomor 1 Tahun 2006)
Lapisan Volume Gas Bumi yang diangkut Besaran persentase dari tarif pengangkutan
melalui pipa gas bumi per standard kaki kubik
Sampai dengan 100 (seratus) miliar 3%
Standard Kaki kubik per tahun
Diatas 100 (seratus) Miliar Standard Kaki 2%
Kubik per tahun
13
Universitas Indonesia
Tabel 2.4. Klasifikasi Lokasi Penggelaran Pipa Transmisi Minyak, Pipa Transmisi Gas dan
Pipa Induk. Lampiran I Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 300 K/38/M.PE/1997
Dalam membangun pipa harus mempunyai jarak minimum antara pipa penyalur
dengan bangunan atau hunian tetap disekitarnya Pengusaha wajib menyediakan tanah untuk
tempat digelarnya pipa penyalur dan ruang untuk Hak Lintas Pipa (Right of Way/ROW)
serta memenuhi ketentuan jarak minimum, seperti tercantum dalam Tabel 2.5. ROW adalah
hak yang diperoleh Perusahaan untuk memanfaatkan tanah dalam menggelar,
mengoperasikan dan memelihara pipa penyalur.
Tabel 2.5. Jarak Minimum Pipa Penyalur [Lampiran II Keputusan Menteri Pertambangan
dan Energi Nomor 300.K/38/M.PE/ 1997]
Konstruksi
Diameter Pipa Jarak Minimum (Meter)
Tekanan 4 s.d. 16 Tekanan > 16 s.d. 50 Tekanan > 50 s.d. 100
Inch
Bar Bar Bar
2–6 2 -
8 2 3 3
10 2 3 3,5
12 3,5 4
14 4 4,5
16 4 4,5
14
Universitas Indonesia
Konstruksi
Diameter Pipa Jarak Minimum (Meter)
Tekanan 4 s.d. 16 Tekanan > 16 s.d. 50 Tekanan > 50 s.d. 100
Inch
Bar Bar Bar
18-22 4,5 5
24 4,5 6
28-30 5 6
36 6 6
42 7 7
48 7 7,5
Untuk material pipa yang biasa digunakan pada pipa distribusi adalah carbon steel,
polyethylene, dan ada juga yang menggunakan polyvinylchloride.Tetapi penggunaan
material terbesar pada penggunaan pipa dengan material jenis logam (besi, bijih besi, atau
tembaga) dan polyethylene.
Untuk pipa distribusi yang menggunakan bahan dari logam dapat menimbulkan
masalah korosi yang akan menimbulkan biaya untuk monitoring terhadap korosi, dan biaya
yang dikeluarkan dapat mencapai 10% dari biaya operasi dan perawatan pipa. Untuk pipa
baja karbon, biasanya digunakan bahan pelapis anti karat yang dapat melindungi
permukaaan pipa dari korosi.
15
Universitas Indonesia
2.4.1.1 . Persamaan Umum untuk Gas
Gas merupakan fluida yang dapat dimampatkan.Akibat adanya pemampatan ini,
maka densitas fluida gas dapat berubah.Hubungan yang menyatakan perubahan densitas
fluida gas ditunjukkan oleh persamaan 2.3.dimana z merupakan faktor kompressibilitas
fluida.
ρ= ……………………………………………………………...(2.3)
dimana:
ρ = densitas gas
P = tekanan gas
M = berat molekul gas
R = konstanta Boltzmann = 0,08205 L atm/mol K
T = temperatur gas
Z = faktor kompressiblitas
Z=
.
……………………………(2.4)
.
Dimana:
Pavg =tekanan gas (psig)
T f = temperature gas (oR)
G = specific gravity gas
16
Universitas Indonesia
Persamaan CNGA di atas akan valid digunakan ketika tekanan gas rata-rata Pavg
lebih besar dari 100 psig. Untuk tekanan kurang dari 100 psig, faktor kompressiblitas dapat
dianggap 1,00.
ρB
νB
hB
ρA
νA
hA
Datum
Dengan prinsip kekekalan massa, massa yang mengalir di titik A dan B adalah tetap
jika tidak ada gas yang masuk atau keluar di antar titik A dan B.
Untuk aliran gas dalam pipa (gambar 2.3) energi per unit massa dari gas pada titik A
dapat dinyatakan dalam tiga komponen, yaitu energi tekanan (PA/ρA), energi kinetic (νA2/2g)
dan energi potensial (ZA).
Perbedaan tekanan di antara titik A dan titik B sebagian kecil disebabkan karena
perbedaan elevasi dan sebagian besar karena adanya kehilangan tekanan akibat friksi
(friction loss) antara aliran gas dengan dinding pipa. Semakin besar kekasaran relatif
dinding pipa, maka friction loss juga akan semakin besar. Kecepatan gas, ν, yang
proporsional dengan laju volumetric, Q, juga berubah sepanjang pipa.Kecepatan gas
17
Universitas Indonesia
tergantung pada luas penampang aliran pipa (cross sectional area), tekanan dan temperature
gas.
Jika kehilangan energi akibat friksi (head loss) dari titik A ke titik B adalah hf, maka
persamaan kekekalan energi (Bernoulli) dari sistem tersebut adalah:
+ + ZA = + + ZB + hf ………………………………….(2.7)
Nilai ketebalan yang diperoleh harus dibulatkan kedalam ketebalan standard yang
ada. Dari persamaan matematis (2.8) salah satu faktor yang berpengaruh adalah faktor
disain pipa (F) yang berhubungan erat dengan kelas lokasi pada jalur yang akan dilalui pipa,
adapun nilai F dapat dilihat dengan melihat ketentuan yang ada pada Tabel 2.6. dan 2.7.
Berdasarkan data pada Tabel 2.6.nilai dari faktor disian F dapat dikelompokkan menjadi
empat kelas lokasi dengan nilai faktor disain yang lebih seragam seperti tertera pada Tabel
2.7.
Faktor lain yang mempengaruhi ketebalan pipa adalah nilai faktor sambungan (joint factor),
E, ketentuan yang berlaku untuk sambungan pipa distribusi berdasarkan standar API 5L
dapat dilihat dibawah ini:
18
Universitas Indonesia
1,00 untuk seamless, electrical resistance welded
1,00 untuk electrical flash welded
1,00 untuk Submerged Arc Welded
0,60 untuk furnace butt welded pipe
19
Universitas Indonesia
Kelas lokasi
Fasilitas Jalur Pipa 1 2 3 4
Div.1 Div. 2
b. Jalan umum sederhana (belum ada perkerasan) 0,80 0,72 0,60 0,50 0,40
c. Jalan umum dengan perkerasan dan rel kereta api 0,60 0,60 0,60 0,50 0,40
Fabricated Assembly 0,60 0,60 0,60 0,50 0,40
Jalur pipa diatas jembatan 0,60 0,60 0,60 0,50 0,40
Perpipaan stasiun kompressor 0,50 0,50 0,50 0,50 0,40
Dekat dengan konsentrasi permukiman 0,50 0,50 0,50 0,50 0,40
Faktor derating temperatur (T) adalah besarnya pengaruh temperatur terhadap keadaan pipa.
Semakin besar temperatur dalam pipa, maka akan semakin mempengaruhi keadaan dari
pipa sendiri. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.8.
Tabel 2.8. Pengaruh Temperatur terhadap Pipa [8]
Temperatur (oF) Faktor Derating Temperatur
-20 – 250 1,0
300 0,967
350 0,933
400 0,900
450 0,867
Beberapa nilai kekuatan minimum spesifik (S) dari pipa baja adalah sebagai berikut:
Tabel 2.9. Kekuatan Pipa Minimum
Spesifikasi Grade Tipe Kekuatan minimum, (psi)
API 5L A25 BW, ERW, S 25.000
API 5L A ERW, FW, S 30.000
API 5L B ERW, FW, S 35.000
API 5 LX X46 ERW, FW, S 46.000
API 5 LX X52 ERW, FW, S 52.000
ASTM A53 A ERW, S 30.000
ASTM A53 B ERW, S 35.000
ASTM A 333 1 S, ERW 30.000
ASTM A333 8 S, ERW 75.000
20
Universitas Indonesia
2.4.3 Persamaan Disain Pipa Poly Ethilene (PE)
Design pressuredimana diameter dan ketebalan pipa diketahui adalah sebagai
berikut:
P = 2S x 0,32 ……………………………...………………………………..(2.9)
Dimana:
P = design pressure (psig)
S = kekuatan piap (psi)
t = ketebalan dinding pipa (inch)
D = diameter luar pipa (inch)
Re = ……………………………………………….……(2.10)
Dimana:
Re = bilangan Reynold
ρ = densitas gas rata-rata, lb/ft3
ν = kecepatan gas rata-rata sepanjang pipa, ft/s
D = diameter pipa bagian dalam, ft
μ = viskositas gas, lb/ft.s
Aliran gas dalam perpipaan dianggap laminar apabila bilangan Reynold dari gas
tersebut dibawah 2100.Aliran gas dikatakan turbulen apabila bilangan Reynold gas tersebut
diatas 4000.Sedangkan aliran transisi memiliki bilangan Reynold antara 2100 – 4000.Pada
21
Universitas Indonesia
praktiknya, kebanyakan perpipaan gas dioperasikan pada laju alir yang menghasilkan
bilangan Reynold yang tinggi, sehingga alirannya turbulen.
Sistem perpipaan tidak terdiri atas pipa, namun juga terdapat berbagai instrumen
lainnya seperti fitting. Efek dari fitting ini seperti adanya valve, elbow, dan lain-lain pada
jalur pipa perlu diperhatikan karena kehadiran komponen-komponen tersebut akan
menyebabkan kehilangan energi akibat adanya friksi (fitting losses) bertambah besar.
Besarnya friksi (F) sepanjang fitting ini dapat dicari dengan korelasi berikut[10]:
F sepanjang fitting =(konstanta) x ( Fsepanjang pipa yang sama dengan 1 diameter pipa) ………………...(2.11)
Untuk menghitung friksi total dari suatu perpipaan yang mengandung fitting, maka
perlu dicari panjang ekivalen dari fitting kemudian panjang pipa yang digunakan dalam
22
Universitas Indonesia
perhitungan friksi total adalah panjang pipa awal ditambah dengan panjang ekivalen total
(Le) dari fitting. Panjang ekivalen dari fitting (Le/D) dapat dilihat pada tabel 2.11[8]
F=-4f ………………………………………………...(2.12)
Dimana:
dL = panjang pipa
D = diameter pipa bagian dalam
v = kecepatan gas di dalam pipa
g = konstanta gravitasi
F = kehilangan energi akibat friksi
f = factor friksi pipa
Hubungan antara penurunan tekanan fluida dengan faktor friksi, kecepatan fluida, panjang
pipa dan diameter pipa dinyatakan sebagai berikut [8]:
dP = - 4 f ρ ………………………………………(2.13)
Dimana:
dP = penurunan tekanan akibat friksi
23
Universitas Indonesia
dL = panjang pipa
D = diameter pipa bagian dalam
v = kecepatan gas di dalam pipa
ρ = densitas gas rata-rata
f = faktor friksi pipa
Lebih jauh, dengan mempertimbangkan adanya fitting di dalam jalur pipa, maka persamaan
(2.13) dapat diturunkan menjadi [8] :
Dimana:
Z = factor kompressibilitas
R = konstanta gas = 10, 73 ft3. Psia/lbmol.0R
T = temperature gas rata-rata, 0R
G = specific gravity dari gas
P = tekanan gas rata-rata, psia
24
Universitas Indonesia
Pada praktiknya, kecepatan fluida dalam perpipaan gas biasanya dibuat agar berada
di bawah kecepatan maksimum Vmax.Kecepatan maksimum yang direkomendasikan adalah
sebesar 100 ft/s [8].
Kota Depok yang dulu disebut Kota Madya Tingkat II Depok dibentuk berdasarkan
Undang – Undang No. 15 tahun 1999 yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1999, dan
diresmikan tanggal 27 April 1999. Kota dengan luas wilayah sekitar 200, 29 km2[9] ini
mempunyai potensi sebagai wilayah penyangga kawasan lalu lintas Jakarta-Bogor-
Tangerang-Bekasi. Potensi ini mendukung kota Depok untuk dijadikan sebagai tempat
bermukim, tempat berusaha, dan sebagai daerah pusat pemerintahan. Saat ini, kota Depok
memiliki 11 kecamatan yaitu Sawangan, Bojongsari, Pancoran Mas, Cipayung, Sukmajaya,
Cilodong, Cimanggis, Tapos, Beji, Limo, Cinere [10].
Secara geografis Kota Depok terletak pada koordinat Lintang Selatan 6º 19’00’’ -6º
28’00’’dan 106º43’00’’ -106º55’30’’ Bujur Timur. Bentang alam Depok dari Selatan ke
Utara merupakan dataran rendah – perbukitan bergelombang lemah, dengan elevasi antara
50-140 meter diatas permukaan laut dan kemiringan lerengnya antara 2-15%.
Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu Propinsi, yaitu :
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondokgede Kota Bekasi dan Kecamatan
Gunung Puteri Kabupaten Bogor.
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Bojong Gede
Kabupaten Bogor.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur
Kabupatan Bogor.
Kepadatan penduduk kota Depok di tahun 2011 mencapai 9055 jiwa/km2 dengan
jumlah penduduk mencapai 1.813.612 jiwa yang terdiri dari 918.836 laki-laki dan 894.7777
perempuan. Dengan jumlah penduduk yang besar dan tingkat kepadatan yang tinggi maka
25
Universitas Indonesia
Depok memiliki potensi pengguna jaringan gas bumi dan pemanfaatangas bumi untuk
sektor komersial yang besar.
Tabel 2.12. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk kota Depok (tahun 2011)[10]
Kepadatan Penduduk
Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km2)
(jiwa/km2)
Kota Depok bukan merupakan kota industri namun masih terdapat beberapa industri
berdasarkan Sensus Ekonomi 2006 sebanyak 129 perusahaan. Industri yang paling banyak
di kota Depok adalah industri makanan dan minuman ada 26 perusahaan, kemudian industri
pakaian jadi ada 20 perusahaan. Selain industri besar dan menengah, kota Depok juga
memiliki berbagai macam industri kecil (tenaga kerja 5-19 orang), diantaranya industri
makanan dan industri perkayuan. Industri makanan ini merupakan salah satu konsumen gas
yang potensial selain industri lainnya.
26
Universitas Indonesia
2.6 ANALISIS KEEKONOMIAN
Laju pengembalian modal atau IRR adalah indikator yang menunjukkan kemampuan
pengembalian modal suatu proyek.
[1 − (1 + ]
0= − +
atau
[ ( ]
= ………………………………………..(2.16)
( )
+( )
+ ……. + ( )
- I0 = 0 …………………………………..(2.17)
Dimana :
CF1, CF2 dan seterusnya = adalah arus kas bersih pada tahun kesatu dan seterusnya sampai
tahun ke n
n = adalah umur proyek yang diharapkan
27
Universitas Indonesia
I0 = adalah biaya awal investasi dan IRR yang dicari untuk menjadikan present value dari
arus kas bersih sama dengan present value dari biaya awal proyek/investasi
Suatu proyek dapat dinyatakan berhasil bila memenuhi 2 (dua) syarat berikut:
1. Nilai NPV positif
2. IRR >Minimum Acceptable Rate of Return (MARR)
Nilai MARR pada dasarnya merupakan Weighted Average Cost of Capital (WACC),
dimana nilainya bergantung pada seberapa nilai yang diberikan terhadap modal sendiri dan
pinjaman.
WACC dapat dinyatakan dengan persamaan:
WACC = x Re + x Rd x (1-Tc) ………………………………………………(2.18)
Dimana:
Re = nilai yang diberikan untuk model sendiri (%)
Rd = nilai yang diberikan untuk pinjaman (%)
E = nilai modal sendiri
D = nilai pinjaman
V = adalah jumlah E dan D
Tc = tingkat pajak
Dimana:
NPV (Net Present Value) : akumulasi cash flow
CI (Capital Investment) : nilai investasi proyek
A (Annual Revenues) : penerimaan bersih setiap periode
i (Interest Rate) : tingkat diskonto
n : periode waktu misalnya dalam tahun
28
Universitas Indonesia
Metode perhitungan secara matematis yang hampir sama dapat dilihat pada persamaan
dibawah ini:
NPV = [ ( )
+( )
+ ……. + ( )
] – I0………………………………………(2.20)
Dimana CF1, CF2, dan seterusnya = arus kas bersih dari present value yang diharapkan
I0 = biaya awal investasi
i = discount rate yang dipergunakan dalam analisis
Nilai NPV positif atau lebih besar daripada nol menandakan bahwa proyek layak untuk
dilaksanakan.
Dimana:
PV atau Present Value = Nilai Sekarang
Persamaan 2.21 dianggap sebagai rasio efisiensi pada suatu proyek, manfaatnya berupa
uang pada discounted cash flow dibagi biaya terdiskon. Pilihan untuk melakukan investasi
diambil jika harga B/C> 1. Jika harga B/C = 1, maka investor tidak memperolah perbedaan
dalam hal memilih untuk berinvestasi dan jika B/C < 1 maka lebih baik tidak berinvestasi.
29
Universitas Indonesia
Komponen- komponen Biaya
Komponen biaya terdiri dari biaya investasi, biaya operasi, biaya pinjaman, biaya
pinjaman dan biaya depresiasi.
( ) ( )
= ( )
…………………………………………..(2.22)
Dimana:
CIP = biaya tahunan untuk investasi pipa (US$/tahun)
r = tingkat suku bunga tahunan
Rp = fraksi antara biaya pemasangan pipa dengan harga pipa
Cp = harga pipa per satuan panjang dan diameter (US$/ft.inci) (diperoleh
dari konstanta hasil regresi harga pipa)
L = panjang pipa
d = diameter pipa
m = konstanta ketidakliniearan antara harga pipa dengan besarnya diameter
n = jangka waktu operasi
30
Universitas Indonesia
Pendapatan
Pendapatan dari pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tanggadan sektor komersial
berasal dari iuran dari pengguna jaringan gas rumah tangga dan sektor komersial
berdasarkan pemakaiannya.
Bunga pinjaman
Bunga pinjaman merupakan tingkat pengembalian pinjaman yang harus dibayar. Besar
biaya bunga sangat ditentukan dari pokok pinjaman. Bunga pinjaman diasumsikan sebesar
8% (untuk US $) dan merupakan bunga pinjaman yang diberikan oleh Bank Komersial.
Biaya Depresiasi
Depresiasi adalah penurunan nilai aset seiring berjalannya waktu. Metode depresiasi terdiri
dari 2 (dua) yaituStraight Line Depreciation dan Double Declining Balance.
Straight Line Depreciation, pada metode ini, mengurangi nilai aset secara garis lurus,
artinya pengurangan nilai aset setiap periode besarnya tetap. Untuk mendapatkan nilai
bersih pendapatan setiap periode dapat dilakukan dengan mengurangkan nilai pendapatan
kotor dengan biaya depresiasi, biaya bunga dan pajak.
Double Declining Balance, pada metode ini, penurunan aset pada tahun awal lebih besar
dan akan berkurang dengan bertambahnya periode.
Depresiasi dengan metode Double Declining Balance dinyatakan dengan persaman sebagai
berikuta:
dk = B (1 − ) r …………………………………………………………………..(2.23)
r= …………………………………………………………………………………..(2.24)
Dimana:
dk = besarnya depresiasi tahun ke k
B = besarnya investasi yang terdepresiasi
r = faktor depresiasi
n = umur proyek
31
Universitas Indonesia
Metode yang dipilih dalam perhitungan ini adalah metode Double Declining Balance,
dimana pemilihan ini mempertimbangkan strategi perhitungan nilai pajak, dengan
penurunan awal yang relatif besar pada tahun pertama, maka pengeluaran pajak menjadi
lebih rendah.
Tingkat Diskonto
Tingkat diskonto merupakan perubahan nilai uang sebagai fungsi waktu. Pada analisis ini,
tingkat diskonto yang digunakan sebesar 5% berdasarkan tingkat suku bunga Sertifikat
Bank Indonesia (SBI) dalam US$.
Pajak Pendapatan
Pajak pendapatan mengurangi pendapatan yang berasal dari margin, selain biaya bunga dan
biaya depresiasi. Tingkat pajak pendapatan diasumsikan besarnya 20%.
= × ×
………………………………………………..(2.25)
Dimana:
TFi = tarif tol untuk segmen ke –i (US$/mscf)
CIPi = biaya tahunan untuk investasi pipa untuk segmen ke-i (US$/tahun)
OCpipe = biaya operasi pipa (US$/tahun)
CICi = biaya tahunan untuk investasi kompresor segemen ke-i(US$/tahun)
OCcompi = biaya operasi kompresor segmen ke-i (US$/tahun)
Q = laju alir gas (MMSCFD)
F = faktor klasifikasi lokasi
Penentuan tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa(toll fee)di Indonesia tergantung
atas skema pipa, apakah masuk dalam kategori pipa dedicated hulu atau kategori pipa open
access. Untuk skema pipa dedicated hulu, besarnya tarif ditentukan oleh kesepakatan
32
Universitas Indonesia
antara pihak produsen gas dengan pihak konsumen secara business to business. Sedangkan
untuk skema pipa open access, besarnya tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa
ditetapkan oleh Badan Pengatur.
33
Universitas Indonesia
BAB III
METODOLOGI
Metodologi yang akan dilakukan dalam analisis terdapat pada gambar 3.1:
Disain Teknis
Perhitungan Investasi
Analisis Keekonomian
Tahapan tersebut dapat dijelaskan lebih rinci dengan langkah-langkah lebih lanjut:
3.1.1 Suplai
Excess rata-rata jargas Depok sebesar 0,93 MMSCFD akan digunakan sebagai basis
perhitungan untuk suplai pengembangan jaringan distribusi gas untuk rumah tangga dan
34
Universitas Indonesia
sektor komersial dengan titik tapping sebagaimana yang telah disediakan pada
pembangunan jaringan gas bumi eksisting (lihat lampiran). Dari kelebihan sebesar 0,93
MMSCFD akan dibuat 5 (lima) skenario :
1. 100% dimanfaatkan untuk pengembangan jaringan distribusi gas untuk rumah tangga
2. 75% dimanfaatkan untuk pengembangan jaringan distribusi gas untuk rumah tangga
dan 25% untuk pengembangan jaringan distribusi gas untuk sektor komersial
3. 50% dimanfaatkan untuk pengembangan jaringan distribusi gas untuk rumah tangga
dan 50% untuk pengembangan jaringan distribusi gas untuk sektor komersial
4. 25% dimanfaatkan untuk pengembangan jaringan distribusi gas untuk rumah tangga
dan 75% untuk pengembangan jaringan distribusi gas untuk sektor komersial
5. 100% dimanfaatkan untuk untuk pengembangan jaringan distribusi gas untuk sektor
komersial
3.1.2 Demand
Melakukan analisis terhadap permintaan elpiji di sektor rumah tangga dan sektor
komersial sekitar Jargas Depok eksisting pada tahun sebelumnya kemudian dilakukan
switching kepada gas bumi. Proyeksi dapat diperoleh dari data historis GDP, dan beberapa
asumsi yang terkait dengan permintaan gas di waktu yang akan datang.
Proyeksi kebutuhan LPG di Kota Depok yang akan dilakukan dengan menggunakan
tiga skenario, yaitu berdasarkan Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), konsumsi
perkapita dan Kebijakan Pemerintah yang menegaskan bahwa pada tahun 2015 keberadaan
minyak tanah subsidi sudah tidak ada lagi di pasaran. Proyeksi dilakukan sampai dengan
tahun 2025 untuk skenario pertama dan kedua. Sedangkan untuk skenario ketiga hanya
sampai dengan tahun 2015 sesuai dengan kebijakan pemerintah. Berdasarkan hasil studi
yang dilakukan, volume kenaikan permintaan LPG terbesar terjadi pada Skenario ketiga,
yaitu mencapai 41,696,571 Kg/tahun, sehingga total permintaan LPG untuk Kota Depok
mencapai 121,243,098 Kg/tahun pada tahun 2015 .
35
Universitas Indonesia
Perhitungan konversi dari LPG ke gas bumi dilakukan berdasarkan nilai kalor dan
efisiensi pembakaran sebagaimana tercantum pada table 2.2.
2. Sektor komersial menggunakan bahan bakar 20 kali dari sektor Rumah Tangga atau
sekitar 300 m3/bulan.
Pengembangan jaringan gas bumi untuk rumah tangga di Depok dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu:
a. Menyisip atau memasang instalasi pada pelanggan yang telah dilewati jalur pipa;
b. Memasang instalasi jaringan pipa baru di sisi luar jaringan pipa gas yang telah ada.
Pada penelitian ini akan difokuskan pada pengembangan jaringan gas untuk
instalasi jaringan pipa baru di sisi luar jaringan pipa gas yang telah ada. Data penelitian
akan diperoleh dengan melakukan survei ke lokasi sasaran.
Data potensi kebutuhan (demand) gas bumi untuk pemasangan instalasi jaringan pipa
baru diperoleh dengan melakukan survei ke rumah-rumah dan ke tempat usaha komersil
yang terdapat di sekitar lokasi jaringan gas yang telah ada. Survei dilakukan dengan metoda
sampling kuisioner. Penentuan titik sampling dilakukan secara acak.
Survei demand dilaksanakan di wilayah Kelurahan Pondok Cina dan Kelurahan Kemiri
Muka. Survei ditujukan pada dua katagori yaitu:
a. Rumah tangga
36
Universitas Indonesia
Untuk menentukan jalur pipa dipilih rute yang paling optimal berdasarkan titik suplai
dan data permintaan. Jalur pipa distribusi yang dibuat harus memperhatikan aspek-aspek
dasar, yaitu geografis , suplai serta teknis. Langkah-langkah dalam penentuan routing pipa
distribusi adalah sebagai berikut:
a. Data peta umum kota Depok skala 1:250.000, peta digital kota Depok, dan citra
satelit untuk kota Depok.
b. Data fasilitas kota meliputi jalan, jalur pipa distribusi air bersih dan jalur pipa
distribusi gas.
Data ini digunakan dalam pertimbangan pembuatan jalur pipa distribusi gas. Data
fasilitas jalan dan jaringan air bersih diperoleh dari BAPPEDA kota Depok
sedangkan data peta jalur pipa distribusi gas yang melintasi kota Depok diperoleh
dari PT. PGN (Persero) Tbk.
Jalur awal dibuat sebagai dasar untuk menentukan titik survei berdasarkan data peta
georgrafis dan peta topografi. Pertimbangan pemilihan jalur awal adalah jarak
terpendek dan tidak melewati daerah-daerah tinggi dan rawan bencana. Pekerjaan
ini kemudian dilanjutkan dengan survei untuk memeriksa kelayakan jalur yang
dibuat dan melihat kondisi yang sesungguhnya di lapangan. Pada perancangan
sistem perpipaan distribusi ini digunakan dua alternatif jalur. Selain mengumpulkan
data peta, juga dilakukan survei dengan menggunakan GPS (Global Positioning
System), peta Kota Depok dan metode visual. Survei dilakukan untuk mendapatkan
37
Universitas Indonesia
data primer terkait kondisi topografi kota Depok terutama data koordinat dan
ketinggian, memperoleh gambaran nyata mengenai kondisi lingkungan di sekitar
titik survei dan mengamati lokasi persebaran konsumen di titik survei.
Jalur pipa dibuat sependek mungkin agar lebih ekonomis dan pressure drop
minimal.
Jalur pipa yang dipilih harus seminimal mungkin jumlah crossing dengan jalan,
sungai, jalur kereta api, transmisi tegangan tinggi dan utilitas umum yang
sejenisnya.
Jalur pipa harus dipilih pada daerah yang aman secara konstruksi sehingga
tidak menimbulkan banyak masalah pada masa instalasi. Jalur pipa harus
diseleksi dengan dengan mempertimbangkan hal-hal yang dapat menimbukan
kerusakan seperti adanya jaringan pipa dan kabel yang telah ada, aktivitas
seismik dan lain-lain.
a. Data standar perancangan sistem perpipaan transmisi dan distribusi gas ASME
B.31-8 2010. Standar ini akan digunakan dalam perancangan sistem perpipaan
distribusi gas.
b. Dengan data-data diatas ditambah data standar komposisi gas, nilai kalor bahan
bakar diamasukkan ke dalam perhitungan untuk mendapatkan flow dan tekanan
gas untuk disimulasi untuk mendapatkan jalur pipa yang optimal.
Data teknis ini kemudian digabungkan dengan data-data yang diperoleh dari 3.2.1
dan 3.2.2 disimulasikan untuk mendapatkan jalur pipa yang optimal. Alur survei
jalur dan pembuatan jalur pipa dapat dilihat pada gambar 3.2.
38
Universitas Indonesia
Analisis Data
Jalur Pipa
Optimasi
Pekerjaan pembangunan jaringan gas bumi di Depok dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
bagian besar kegiatan yaitu: Engineering, Procurement, dan Constructions atau
biasa disebut sebagai EPC. Kegiatan engineering terdiri dari Survei Topografi, Plot
Plan, Process Flow Diagram (PFD), Piping & Instrument Diagram (P&ID), Data
Sheet dan Gambar-gambar teknis.
Process Flow Diagram (PFD) disusun berdasarkan Basic Design hasil kajian
engineering yang telah sesuai dengan kaidah teknis dan standar yang berlaku. Pada
PFD dapat dilihat gambaran proses aliran gas secara umum pada jaringan gas bumi
Depok. Pada PFD tergambar jenis pipa yang digunakan, letak titik Regulator Sektor
(RS), Tekanan (pressure) input tiap regulator dan flow gas yang mengalir pada tiap
sektor.
39
Universitas Indonesia
3.3.2. Material Take Off (MTO)
Dari hasil engineering ini dapat diperoleh jumlah kebutuhan material untuk
konstruksi jaringan gas bumi atau yang biasa disebut sebagai Material Take off
(MTO). MTO disusun berupa tabel yang terdiri dari jenis material, satuan material
dan volume material. Volume dan satuan material yang terdapat pada table MTO
harus sesuai dengan spesifikasi pada Plot Plan, PFD dan P&ID.
Bill of Quantity merupakan tabel kebutuhan dan spesifikasi teknis semua material
yang dibutuhkan sampai konstruksi jaringan gas bumi. Pada MTO hanya
ditampilkan kebutuhan material utama seperti pipa, fitting, meter regulator (M/RS)
dan Regulator Sektor (RS). Sementara pada BQ akan ditampilkan sampai kebutuhan
material sipil untuk konstruksi yang termasuk kebutuhan marker tape, batako, pasir
dan urukan tanah.
Setelah diketahui jenis material, satuan material, dan spesifikasi teknis sesuai
dengan Bill of Quantity (BQ), maka langkah selanjutnya adalah melakukan survei
harga material sesuai dengan spesifikasi yang dibutuhkan. Survei harga material
dimulai dengan menyusun list merek dan vendor material. Dari hasil list tersebut,
peneliti mencari harga masing-masing material. Persyaratan merek dan vendor
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Ditjen Migas.
Dari hasil beberapa pencarian harga material akan dilakukan analisis dengan
menambahkan komponen transportasi, pajak dan inflasi. Kemudian disusun suatu
tabel harga satuan material untuk tiap jenis material yang dibutuhkan. Salah satu
persyaratan tabel harga satuan material tersebut adalah bahwa spesifikasi teknis dan
harga material benar-benar merupakan harga real material sampai di lokasi
pekerjaan.
40
Universitas Indonesia
3.4.2. Analisis Harga Satuan
Analisa harga satuan dilakukan untuk memperkirakan biaya pekerjaan untuk tiap
satuan pekerjaan. Komponen harga satuan terdiri dari: Biaya Bahan, Biaya Tenaga
Kerja dan Biaya Peralatan. Analisa dilakukan dengan metoda tabel yang terdiri dari:
Jenis Pekerjaan, Satuan Volume Pekerjaan, Koefisien Komponen Biaya, dan Harga
Satuan Bahan/Tenaga Kerja/Peralatan.
Dari hasil MTO, BQ, Daftar Harga Satuan Material, dan Analisa Harga Satuan
dapat disusun suatu Rencana Anggaran Biaya atau RAB. RAB melingkupi semua
biaya yang dibutuhkan mulai dari persiapan, survei, engineering, pengadaan,
konstruksi, pengujian, sampai komisioning. Biasanya pada konstruksi jaringan gas
bumi, biaya pengadaan material berkisar antara 60% sampai dengan 70%, dan biaya
konstruksi berkisar antara 30% sampai dengan 35%. Selebihnya adalah biaya
engineering, pengujian dan komisioning.
Dari hasil analisis data suplai dan demand, geografis dan teknis maka akan dibuat
beberapa skenario pengembangan Jargas Depok. Masing-masing skenario akan dianalis
kekonomiannya dilihat dari IRR, NPV,PBP dan BCR. Dari hasil analisis maka kita akan
merangking skenario terbaik pengembangan Jargas Depok.
41
Universitas Indonesia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) Kota Depok, pada tahun 2010 Laju
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Depok mencapai 6,36. Nilai tersebut lebih tinggi dari
laju LPE Propinsi Jawa Barat yang hanya 6,22 dan LPE nasional yang hanya 6,10. Kota
Depok memiliki potensi komersial yang cukup tinggi.
1. Kecamatan Beji meliputi wilayah kerja: Kelurahan Beji, Kelurahan Beji Timur,
Kelurahan Kemiri Muka, Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Kukusan, dan
Kelurahan Tanah Baru.
42
Universitas Indonesia
9. Kecamatan Tapos meliputi wilayah kerja: Kelurahan Tapos, Kelurahan
Leuwinanggung, Kelurahan Sukatani, Kelurahan Sukamaju Baru, Kelurahan
Jatijajar, Kelurahan Cilangkap, dan Kelurahan Cimpaeun.
Jaringan gas bumi untuk rumah tangga Kota Depok terletak pada dua wilayah
kelurahan yaitu Kelurahan Beji dan Kelurahan Beji Timur pada Kecamatan Beji. Jaringan
pipa gas bumi yang telah terpasang dikelilingi oleh beberapa kelurahan yaitu:
Kelurahan dengan potensi komersil paling besar adalah Kelurahan Kemiri Muka
dan Kelurahan Pondok Cina. Sehingga survei pengembangan gas kota Depok difokuskan
di kedua kelurahan tersebut.
Rata-rata kelebihan pasokan jargas Depok sebesar 0,93 MMSCFD akan digunakan
untuk pengembangan jaringan distribusi gas untuk rumah tangga dan sektor komersial
dengan titik tapping sebagaimana yang telah disediakan pada pembangunan jaringan gas
43
Universitas Indonesia
bumi eksisting (lihat lampiran). Dari kelebihan sebesar 0,93 MMSCFD akan dibuat 5 (lima)
scenario (gambar terdapat di lampiran) :
Pada Tabel 4.1, disuguhkan data kependudukan Kecamatan Beji tahun 2012.
Jumlah rumah (KK) sasaran penelitian di Kelurahan Kemiri Muka dan Kelurahan Pondok
Cina adalah 8.492 + 3.414 KK atau sama dengan 11.906 KK.
Tabel 4.1. Data Kependudukan Kecamatan Beji Kota Madya Depok 2012
Jumlah sampel rumah tangga pada survei ini adalah 80 KK atau sama dengan 1%
dari semua populasi kepala keluarga di kedua kelurahan. Pada tabel 4.2, disuguhkan daftar
sektor komersil dan pusat pertumbuhan ekonomi di sepanjang jalan Margonda pada
Kelurahan Kemiri Muka dan Pondok Cina.
44
Universitas Indonesia
No Sektor Komersil No Sektor Komersil
Jumlah tempat usaha yang telah terdata oleh surveior ada sekitar 81 tempat usaha,
tetapi menurut data kelurahan pada Kelurahan Kemiri Muka dan Pondok Cina terdapat
sekitar 360 tempat usaha komersil pada tahun 2012. Sampel pada survei sektor komersil
adalah 20 tempat usaha atau sekitar 6% dari jumlah tempat usaha yang terdata di sepanjang
jalan Margonda pada kedua kelurahan.
Pada lampiran 1 disuguhkan rekapitulasi hasil kuisioner untuk sektor rumah tangga dan
sektor komersil. Hasil rekapitulasinya adalah sebagai berikut:
Pertanyaan I : A = 0; B = 0; C = 78; D = 0
45
Universitas Indonesia
Pertanyaan II : A = 1; B = 19; C = 52; D = 5
Pertanyaan III : A = 59; B = 0; C = 19
Pertanyaan IV : A = 37; B = 0; C = 41
Sektor Komersil
Pertanyaan I : A = 0; B = 0; C = 22; D = 0
Pertanyaan II : A = 1; B = 1; C = 1; D = 9; E = 11
Pertanyaan III : A = 4; B = 3; C = 15
Pertanyaan IV : A = 5; B = 0; C = 17
Dari hasil survei dapat dilihat bahwa hampir keseluruhan responden menggunakan
gas elpiji, baik untuk sektor rumah tangga dan sektor komersial. Pengeluaran rata-rata
sektor rumah tangga untuk konsumsi energi adalah antara Rp. 50.000 s/d Rp. 100.000.
Sementara untuk sektor komersil, pengeluaran rata-rata untuk konsumsi bahan bakar diatas
Rp. 1.000.000 (lebih kurang Rp 1.500.000).
Minat masyarakat terhadap gas bumi relatif tinggi. Ini terlihat dari hasil survei
untuk sektor rumah tangga, 75,6 % menyatakan berminat dan selebihnya pikir-pikir (ragu-
ragu). Hasilnya agak berbeda dengan sektor komersial, hanya 18,2% yang langsung
menyatakan berminat, sementara 68,2% masih ragu-ragu.
a. Masyarakat di sekitar jaringan gas bumi kota Depok berminat terhadap pemakaian gas
bumi (natural gas);
b. Perlu dilakukan sosialisasi atau edukasi terhadap masyarakat calon pemakai gas bumi;
c. Potensi permintaan sektor komersil terhadap gas bumi rata-rata diatas Rp. 1.000.000
per tempat usaha.
d. Potensi permintaan sektor rumah tangga terhadap gas bumi rata-rata antara Rp. 50.000
s/d Rp. 100.000 per rumah.
46
Universitas Indonesia
4.1.2. Perhitungan Demand Jaringan Gas Depok
Total potensi kebutuhan bahan bakar LPG per hari di kedua kelurahan tersebut adalah
2.634,15 kg + 2.903,9 kg = 5.538,05 kg LPG per hari.
Sumber gas berasal dari jaringan gas bumi untuk rumah tangga yang telah
terpasang. Referensi berdasarkan gambar P&ID (As Build Drawing) Jaringan Pipa Gas Kel.
Beji & Kel. Beji Timur Kota Depok yang dikeluarkan oleh DJ Migas, PT. Kelsri dan PT.
Dellasonta tahun 2011. Berdasar gambar tersebut dapat dilihat bahwa sumber gas pada
jaringan gas bumi untuk rumah tangga Kota Depok berasal dari pipa Ø 16” milik PT
Pertamina Gas dengan tekanan 17 barg. Kemudian gas alirkan melalui pipa CS Ø4” menuju
M/RS untuk diturunkan tekanannya menjadi 3,7 barg. Dari M/RS, gas dialirkan looping
melalui pipa MDPE Ø 180 mm dengan tekanan ± 3,7 barg melewati Jl. M Ridwan Rais, Jl.
Datuk Kuningan, Jl. Kembangan Beji, Jl. H Asmawi, Jl. Nangka, dan Jl. Baitur Rohim.
47
Universitas Indonesia
Jaringan gas Kota Depok memiliki 13 Regulator Sektor (RS) yang berfungsi sebagai
penurun tekanan dari 3,7 bar menjadi 0,1 barg yang kemudian dialirkan ke rumah-rumah.
Pada jaringan gas Kota Depok terdapat 3 (tiga) titik pengembangan - future
connection (FC) yaitu yang terletak di:
Dua titik pengembangan (FC) tersebut yaitu yang berada di ujung Jl. Nangka dan
di Jl. Nusantara berada pada sisi barat dari jaringan gas Kota Depok. Sementara satu titik
pengembangan (FC) di ujung Jl. Kembangan Beji berada pada sisi selatan jaringan gas Kota
Depok.
Analisis jaringan gas harus dilakukan untuk menguji kehandalan dan kelayakan
jaringan pada kondisi beban yang berbeda-beda, baik dari segi distribusi penggunaan, dan
fluktuasi beban sehingga dapat diperoleh desain jaringan yang optimum dari segi diameter
pipa. Kebutuhan diameter pipa tersebut sangat berkaitan erat dengan tekanan gas, sehingga
keduanya perlu dilakukan analisis.
Secara umum terdapat beberapa hal yang menjadi dasar untuk pemilihan diameter
pipa, di antaranya adalah:
a. Pertimbangan Biaya
Semakin besar diameter pipa yang digunakan maka akan semakin tinggi biaya
yang dikeluarkan. Selain itu, semakin tebal pipa yang digunakan (schedule pipa
besar) maka akan semakin tinggi biaya yang digunakan.
b. Pressure Drop
Pemilihan diameter pipa berdasarkan pertimbangan pressure drop sekecil
mungkin sehingga gas tersebut dapat mengalir sampai ke rumah-rumah.
c. Jarak Distribusi (panjang pipa yang digunakan)
Jarak distribusi gas yang panjang kemungkinan menyebabkan gas tidak akan
mengalir sampai ke pelanggan. Hal ini terjadi apabila pemilihan diameter pipa
yang digunakan tidak tepat sehingga terjadi banyak kehilangan pressure drop
yang tinggi akibat jarak distribusi yang panjang. Apabila diameter kecil,
ekspansi gas dengan pressure drop yang besar, menghasilkan aliran yang sangat
48
Universitas Indonesia
cepat. Kecepatan aliran gas yang diperbolehkan maksimal yaitu antara 10-60 ft/s
untuk single gas phase (Sumber: API RP 14E-2007).
Analisis diameter pipa gas dan pengaturan tekanan gas dilakukan dengan melakukan
simulasi jaringan gas di Kota Depok sesuai dengan spesifikasi peralatan sebagai berikut:
49
Universitas Indonesia
Tabel 4.3. Analisis Diameter Pipa DTM Scenario 1
Kesimpulan: Berdasarkan gambar hasil simulasi diatas dapat terlihat bahwa pipa yang
paling tepat digunakan sebagai pipa outlet MRS yaitu pipa 125 mm.
Pada RS 01 jangkauan terjauh untuk pipa induk DTR yaitu 2.154 m. Oleh karena
itu, rencana awal akan dibagi menjadi dua penggunaan diameter pipa untuk pipa induk
DTR yaitu pipa PE 63 mm dan pipa PE 90 mm. Namun demikian dilakukan juga analisis
untuk menggunakan pipa PE 63 mm saja. Pada Tabel 4.4 terdapat hasil analisis diameter
pipa induk DTR untuk wilayah pelayanan RS 01.
Ø63 Ø90
Temprature 24,35°C 24,35°C
Out RS1 0,3801 barg 0,2374 barg
Molar Flow 0,084 mmscfd 0,084 mmscfd
Maximum Velocity 25,15 ft/s 11,64 ft/s
Cell Axial Length 2.154 m 2.154 m
Nominal Diameter 63 mm 90 mm
50
Universitas Indonesia
Tabel 4.4, diatas merupakan hasil simulasi analisis diameter pipa DTR dengan
alternatif keseluruhan menggunakan pipa PEØ63 mm atau PEØ90 mm. Pada PEØ63mm,
tekanan keluar RS 01 menjadi 0,3801 barg. Nilai tersebut mendekati batas maksimal keluar
RS yaitu 0,4 barg tetapi masih dapat digunakan. Pipa PEØ90 mm, tekanan gas keluar RS
yang dibutuhkan menjadi 0,2374 barg.
Kesimpulan: dapat digunakan pipa PEØ63 mm untuk pipa DTR sehingga tekanan
keluar RS masih berada dalam range 0,1 – 0,4 barg. Pada table 4.5, merupakan hasil analisa
pada pipa service diameter 32 mm dan 20 mm pada sambungan rumah (SR) dan pipa
galvanish ½ inch pada sambungan kompor .
Tabel 4.5 Hasil Analisa Jenis Pipa Untuk Laju Alir Gas 1 MMSCFD
Diameter
Kecepatan gas
Fungsi Pipa Jenis Pipa Nominal Keterangan
(ft/s)
Pipa
Pipayang
mengalirkan gas
PE 32 mm 0,2723 dari Pipa DTR PE
63 mm ke pipa PE
Pipa Servis 20 mm
Pipa PE 20 mm
yang mengalirkan
PE 20 mm 0,2723
gas dari Pipa PE 32
ke MGRT
Pipa Galvanis: pipa
yang mengalirkan
gas setelah
Sambungan Galvanized
½ inch 0,4621 MGRT/sebelum
Rumah iron
selang kompor
pelanggan
Jalur pipa utama MDPE Ø125mm dirancang sama untuk tiap skenario (1 sampai
5). Pipa MDPE Ø125mm merupakan kerangka jalur utama. Perbedaan pada tiap scenario 1
sampai dengan 5 terletak dari sebaran konsumen sasaran yang akan mempengaruhi letak
titik Regulator Sektor (RS) dan jumlah pelanggan rumah tangga dan komersil.
51
Universitas Indonesia
Aliran gas pada jaringan pipa MDPE Ø125mm akan diperoleh dari titik
pengembangan (FC1) di ujung Jl. Nangka, titik pengembangan (FC3) di ujung Jl.
Kembangan Beji, dan future conection setelah M/RS untuk pengembangan pada daerah
Margonda, Pondok Cina dan Kemiri Muka. Sambungan akan dilakukan dengan pipa MDPE
Ø125mm di ujung Jl. Nangka, kemudian looping sampai ujung Jl. Kembangan Beji. Lalu,
sambungan dari future conection (FC) setelah M/RS dialirkan menyusuri Jl. Juanda, Jl.
Margonda, kemudian looping pada FC3 di ujung Jl. Kembangan Beji. Total panjang pipa
MDPE Ø125mm lebih kurang 13.634,47 meter.
Pada Skenario 1, akan terdapat 110 Regulator Sektor (RS) yang berfungsi sebagai
pembagi arus gas ke masing masing sektor. Dari pipa MDPE Ø125mm, digunakan Fitting
MDPE T. Equal 125mm, lalu disambung dengan Reducer 125mm x 90mm. Kemudian
disambung dengan pipa MDPE Ø90mm menuju Regulator Sektor. Total panjang pipa
MDPE Ø90mm lebih kurang 806,12 meter.
Dari tiap Regulator Sektor akan diteruskan dengan menggunakan pipa MDPE
Ø63mm menuju ke jalan lingkungan di depan rumah calon pelanggan. Total panjang pipa
MDPE Ø63mm lebih kurang 134.234,77 meter. Penentuan ukuran pipa yang digunakan
diperoleh dari perhitungan simulasi dengan hasil dirangkum dalam PFD Skenario 1 dan
P&ID Skenario 1 pada lampiran. Sementara Plot Plan detail Skenario 1 disajikan dalam
bentuk gambar pada lampiran.
Pada Skenario 2, akan terdapat 87 Regulator Sektor (RS) pada sisi barat dan timur
jaringa gas Depok yang digunakan untuk sambungan rumah tangga dan sebahagian lagi
untuk sambungan komersil. Digunakan pipa MDPE Ø90mm menuju Regulator Sektor
dengan total panjang lebih kurang 806,12 meter. Dari tiap Regulator Sektor akan diteruskan
dengan menggunakan pipa MDPE Ø63mm menuju ke jalan lingkungan di depan rumah
atau tempat usaha calon pelanggan. Total panjang pipa MDPE Ø63mm lebih kurang
102.354,01 meter.
Penentuan ukuran pipa yang digunakan diperoleh dari perhitungan simulasi dengan hasil
dirangkum dalam PFD dan P&ID Skenario 2 pada lampiran. Sementara Plot Plan detail
Skenario 2 disajikan dalam bentuk gambar pada lampiran.
Pada Skenario 3, terdapat 71 Regulator Sektor (RS) yang tersebar pada sisi barat
dan timur jaringan gas Depok, seperti terdapat pada gambar 4.4. Pengembangan jaringan
gas akan dilakukan dengan ketentuan 50% untuk rumah tangga dan 50% untuk komersil.
52
Universitas Indonesia
Dari tiap Regulator Sektor akan diteruskan dengan menggunakan pipa MDPE
Ø63mm menuju ke jalan lingkungan di depan rumah atau tempat usaha calon pelanggan.
Total panjang pipa MDPE Ø63mm untuk scenario 3 lebih kurang 70.473,25 meter.
Penentuan ukuran pipa yang digunakan diperoleh dari perhitungan simulasi dengan hasil
dirangkum dalam PFD dan P&ID Skenario 3 pada lampiran. Sementara Plot Plan detail
Skenario 3 disajikan dalam bentuk gambar pada lampiran.
Pada Skenario 4, seperti terdapat pada gambar 4.5, pengembangan jaringan gas
akan dilakukan dengan ketentuan 25% untuk rumah tangga dan 75% untuk komersil.
Berbeda dari Skenario 1, 2, & 3, pada Skenario 4 ini, tujuan utama pengembangan adalah
sektor komersil (75%), adapun 25% pelanggan rumah tangga adalah para calon pelanggan
rumah tangga yang dilewati oleh jalur pipa. Setiap rumah yang dilewati oleh jalur pipa
sebaiknya diberi kesempatan untuk memasang jaringan gas kota agar tidak terjadi benturan
sosial pada saat pelaksanaan konstruksi dan pengoperarian gas kota.
Pada Skenario 5, seperti terdapat pada gambar 4.6, pengembangan jaringan gas
akan dilakukan dengan ketentuan 100% untuk komersil. Jumlah Regulator Sektor (RS)
yang digunakan sebanyak 36 RS, dengan total panjang jaringan pipa MDPE Ø63mm yang
digunakan sebanyak 6.711,79 meter. Pada Skenario 5, tidak terdapat sambungan rumah
tangga. Hanya ada sambungan untuk komersil berupa tempat usaha kecil, menengah dan
besar.
Gas alam dialirkan dari titik serah (tapping point) kemudian tekanan diturunkan
agar memenuhi syarat untuk distribusi tekanan menengah (DTM). Jalur pipa DTM juga
kemudian dibagi menjadi jalur pipa untuk future connection, pipa DTM menggunakan pipa
PEØ125 mm menuju ke RS001 sampai dengan RS110 dan future connection ditujukan
untuk mengantisipasi pengembangan kapasitas pengaliran gas. Tekanan dari pipa DTM
53
Universitas Indonesia
selanjutnya diturunkan lagi menjadi jaringan Distribusi Tekanan Rendah (DTR) atau pipa
DTR. Analisis pengaturan tekanan untuk tiap skenario dapat dilihat pada tabel 4.6 sampai
dengan table 4.10.
Cell axial length dari M/RS adalah jarak significant pipa dari titik sambung pada
M/RS menuju titik sambung sector (RS). Jarak ini telah mengkonversikan keberadaan
fitting yang meliputi elbow, T equal, reducer, kopler dan sambungan buttfusion. Jumlah
pelanggan adalah perkiraan jumlah pelanggan rumah (rumah tangga) dan komersil yang
akan dilayani oleh masing-masing regulator sektor (RS). Jumlah pelanggan ini dihitung dari
perkiraan kepadatan rumah dan tempat usaha komersil yang terdapat pada ruas jalan yang
dilalui oleh pipa.
Tekanan (pressure) merupakan perkiraan tekanan yang diperoleh pada titik
sambung sebelum regulator sektor (RS). Sementara flow merupakan perkiraan jumlah aliran
gas (dalam mmscfd) yang akan dikonsumsi oleh masing-masing sektor. Dasar perhitungan
adalah tiap pelanggan rumah akan mengkonsumsi gas sebesar 0,0000175 mmscfd dan tiap
pelanggan komersil akan mengkonsumsi gas sekitar 0,00035 mmscfd.
Tekanan gas yang keluar dari M/RS ditetapkan sebesar 3,7 barg dengan flow
sebesar 1 mmscfd. Sebesar 0,07 mmscfd gas alam telah dikonsumsi oleh 4.000 sambungan
rumah yang telah terpasang pada jaringan gas Depok, oleh karena itu sisa flow gas yang
akan disalurkan pada pengembangan jaringan gas ini sebesar 0,93 mmscfd.
Pada lampiran L dapat dilihat bahwa tekanan sebelum titik sambung sektor (RS)
berkisar antara 1,889 barg sampai dengan 3,502 barg. Tekanan tertinggi diterima oleh RS
001 pada skenario 1 yaitu sebesar 3,502 barg, dan tekanan terendah diterima oleh RS 052
pada scenario 1 yaitu sebesar 1,889 barg.
Pada Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa biaya Pembangunan Pengembangan Jaringan
Gas Kota Depok bervariasi dari Skenario 1 sampai Skenario 5. Biaya terbesar terdapat pada
Skenario 1 yaitu sekitar Rp. 75.288.221.200,- dan biaya terkecil terdapat pada Skenario 5
54
Universitas Indonesia
yaitu sekitar Rp. 25.548.567.780,-. Hal ini terjadi karena variasi panjang pipa MDPE pada
tiap Skenario.
55
Universitas Indonesia
Tabel 4.6. Skenario Pengembangan Jaringan Gas Depok
3 Pipa MDPE
3.1 Ø125 13,634.47 Meter 13,634.47 Meter 13,634.47 Meter 13,634.47 Meter 13,634.47 Meter
3.2 Ø90 4,137.20 Meter 3,679.04 Meter 3,360.32 Meter 2,254.00 Meter 1,086.40 Meter
3.3 Ø63 134,234.77 Meter 92,354.01 Meter 75,473.26 Meter 36,723.42 Meter 8,712.93 Meter
56
Universitas Indonesia
4.3. ANALISIS KEEKONOMIAN
Konsumsi untuk sektor komersil 20 (dua puluh) kali lebih besar dari konsumsi
Rumah Tangga.
Harga gas bumi dari PT. B ke PT. A naik 3% per tahun sesuai eskalasi harga dari
BPH Migas.
Faktor diskonto 8%
SKENARIO 1
Pada skenario 1 berdasarkan hasil perhitungan investasi diketahui bahwa total
investasi untuk membangun 53.142 Sambungan untuk rumah tangga (SR) tanpa
membangun sambungan untuk sambungan untuk sektor komersial (SK) adalah sebesar Rp
75.288.221.196,-. Dengan menggunakan Surat Ketetapan Kepala BPH Migas tentang harga
gas bumi untuk rumah tangga dan pelanggan komersil maka harga jual gas ke konsumen
adalah sebesar Rp 2790,-. Dengan volume pemakaian rata-rata tiap rumah tangga 15
57
Universitas Indonesia
m3/bulan maka total pendapatan bruto dari jargas jika diasumsikan semua gas sebesar 0,93
MMSCFD habis dikonsumsi maka akan mendapatkan pendapatan perbulan sebesar Rp
1.242.530.570,- . Dengan asumsi pengeluaran untuk biaya toll fee sebesar $0.38/MSCF dan
biaya operation and maintence (O&M) sebesar Rp 998.031.607 sebagaimana tabel 4.7 maka
didapatkan total pengeluaran perbulan sebesar Rp 1.036.558.250, . Perhitungan rinci dapat
dilihat di lampiran
Data- data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam microsoft excel perhitungan
cash flow (perhitungan rinci dapat dilihat di lampiran) yang menghasilkan parameter
keekonomian sebagai berikut:
NPV = - Rp 56,005,906,943;
IRR = - 5 %;
PBP = tidak dapat dihitung; dan
BCR = 0,19.
Jumlah 867,853,571
58
Universitas Indonesia
SKENARIO 2
59
Universitas Indonesia
TABEL 4.8. PERKIRAAN RINCIAN BIAYA OPERATION AND MAINTENANCE
Biaya Tidak
langsung Rp 552,139,286
1 Kalibrasi meter 40,521 Meter Rp 10,000 Rp 405,214,286
Jumlah 704,139,286
SKENARIO 3
60
Universitas Indonesia
1.417.798.286,- . Dengan asumsi pengeluaran untuk biaya toll fee sebesar $0.38/MSCF dan
biaya operation and maintence (O&M) sebesar Rp 627.181.250,- sebagaimana tabel 4.9,
maka didapatkan total pengeluaran perbulan sebesar Rp 794.104.250,-. Perhitungan rinci
dapat dilihat di lampiran
Data- data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam microsoft excel perhitungan
cash flow yang menghasilkan parameter keekonomian sebagai berikut:
NPV = Rp 17.502.346.902;
IRR = 13%;
PBP = 8 tahun; dan
BCR = 1.37
Jumlah 545,375,000
61
Universitas Indonesia
SKENARIO 4
62
Universitas Indonesia
TABEL 4.10. PERKIRAAN RINCIAN BIAYA OPERATION AND MAINTENANCE
Biaya Tidak
langsung Rp 280,560,714
1 Kalibrasi meter 15,279 Unit Rp 10,000 Rp 152,785,714
Jumlah 381,560,714
SKENARIO 5
63
Universitas Indonesia
sebagaimana tabel 4.11, maka didapatkan total pengeluaran perbulan sebesar Rp
330.298.893,-. Perhitungan rinci dapat dilihat di lampiran.
Data- data tersebut kemudian dimasukkan ke dalam microsoft excel perhitungan
cash flow yang menghasilkan parameter keekonomian sebagai berikut:
NPV = Rp 97.298.270.687
IRR = 48%;
PBP = 2 tahun; dan
BCR = 5,13.
NPV = Rp 97.298.270.687;
IRR = 48%
Jumlah 181,195,000
64
Universitas Indonesia
Dari perhitungan cash flow dapat dibuatkan rekapitulasi sebagai berikut:
TABEL 4.12
PERHITUNGAN NPV, IRR, PBP DAN BCR UNTUK TIAP SKENARIO INVESTASI
Grafik dibawah ini menunjukkan grafik Investasi terkait investasi untuk masing-masing
skenario.
120,000,000,000
100,000,000,000
80,000,000,000
60,000,000,000
40,000,000,000 Investasi
20,000,000,000 NPV
-
1 2 3 4 5
(20,000,000,000)
(40,000,000,000)
(60,000,000,000)
65
Universitas Indonesia
Dari hasil perhitungan sebelumnya terlihat jelas bahwa proyek jargas ini memang
proyek yang tidak menarik secara ekonomis namun memiliki dampak sosial dan ekonomi
yang cukup tinggi dan sangat bermanfaat bagi rakyat (pro rakyat). Dengan investasi yang
relatif tinggi dan konsumsi yang rendah apalagi dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) terlihat investasi ini cukup berat untuk dilaksanakan sehingga
diperlukan strategi-strategi pendanaan. Dari skenario 1,2 terlihat NPV yang masih negatif,
mulai dari skenario 3 baru NPV menjadi positif. Hal ini menunjukkan bahwa jika
pengembangan dititik beratkan pada sektor rumah tangga maka terlihat parameter-parameter
ekonomi yang tidak menarik tapi bila dititik beratkan pada sektor komersil maka tujuan dari
proyek ini supaya rakyat merasakan energi yang bersih, murah dan aman sedikit terhalang.
Jika kita mengambil asumsi bahwa konsumsi rumah tangga menengah rata-rata
adalah 1 tabung LPG 12 Kg sebelum tanggal 1 Januari 2014 sebesar Rp 75.000 maka
konsumsi per rumah tangga adalah 22,5 m3/bulan. Maka untuk menghabiskan sisa 0,93
MMSCFD diperlukan invesatasi untuk menambah jaringan 35.429 Sambungan untuk
rumah tangga (SR) tanpa membangun sambungan untuk sambungan untuk sektor komersial
(SK) adalah sebesar Rp 52.000.000.000 ,-. Dengan menggunakan menggunakan asumsi
harga jual gas bumi untuk rumah tangga sama dengan harga jual gas bumi untuk komersial
sebesar Rp 3150,- per m3 dan dengan volume pemakaian rata-rata tiap rumah tangga 22,5
m3/hari maka total pendapatan bruto dari jargas jika diasumsikan semua gas sebesar 0,93
MMSCFD habis dikonsumsi maka akan mendapatkan pendapatan perbulan sebesar Rp
1.561.284.000,- . Dengan asumsi pengeluaran untuk biaya toll fee sebesar $0.38/MSCF dan
biaya operation and maintence (O&M) sebesar Rp 787.503.571 maka didapatkan total
pengeluaran perbulan sebesar Rp 909.426.571. Hasil perhitungan menunjukan perubahan
cukup significan sebagai berikut:
NPV = Rp 14.0777.777.527;
IRR = 12 %;
PBP = 8 tahun; dan
BCR = 1.29.
Tapi bila kita meningkatkan asumsi bahwa konsumsi rumah tangga mewah rata-rata
adalah 2 tabung LPG 12 Kg sebelum tanggal 1 Januari 2014 sebesar Rp 150.000 maka
konsumsi per rumah tangga adalah 45 m3/bulan. Maka untuk menghabiskan sisa 0,93
MMSCFD diperlukan invesatasi untuk menambah jaringan 17.714 Sambungan untuk
rumah tangga (SR) tanpa membangun sambungan untuk sambungan untuk sektor komersial
(SK) adalah sebesar Rp 44.398.644.000 ,-. Dengan menggunakan menggunakan asumsi
66
Universitas Indonesia
harga jual gas bumi untuk rumah tangga sama dengan harga jual gas bumi untuk komersial
sebesar Rp 3150,- per m3 dan dengan volume pemakaian rata-rata tiap rumah tangga 22,5
m3/hari maka total pendapatan bruto dari jargas jika diasumsikan semua gas sebesar 0,93
MMSCFD habis dikonsumsi maka akan mendapatkan pendapatan perbulan sebesar Rp
1.561.284.000,- . Dengan asumsi pengeluaran untuk biaya toll fee sebesar $0.38/MSCF dan
biaya operation and maintence (O&M) sebesar Rp 583.789.286 maka didapatkan total
pengeluaran perbulan sebesar Rp 705.512.286.. Hasil perhitungan menunjukan perubahan
sangat significan sebagai berikut:
NPV = Rp 41.906.805.223;
IRR = 19,5 %;
PBP = 5 tahun; dan
BCR = 2,02
Dengan asumsi bahwa jargas ini dimanfaatkan untuk kalangan rumah tangga
menengah keatas pun terlihat bahwa proyek jargas ini masih kurang menarik sehingga
diperlukan studi mengenai kiat-kiat peningkatan konsumsi gas rumah tangga bukan saja
digunakan untuk kompor tapi digunakan untuk alat-alat kebutuhan rumah tangga lain
seperti water heater atau bahan bakar mobil.
Dengan memakai asumsi bahwa Minimum Acceptable Rate of Return adalah 13% maka
hanya skenario 3,4 dan 5 yang dapat dianggap layak untuk direalisasikan
IRR
50.00%
40.00%
30.00%
20.00% IRR
10.00%
0.00%
1 2 3 4 5
-10.00%
67
Universitas Indonesia
4.3.3. ANALISIS PAY BACK PERIOD (PBP)
Dengan memakai asumsi bahwa Payback Period maksimal sehingga proyek ini layak
dijalankan adalah 8 tahun maka skenario 3,4,5 layak direalisasikan
PBP (tahun)
12
10
8
6
PBP (tahun)
4
2
0
1 2 3 4 5
Dengan memakai asumsi bahwa minimum BCR sebesar 1,2 maka hanya skenario 3,4,5
yang layak untuk dijalankan.
BCR
6.00
5.00
4.00
3.00
BCR
2.00
1.00
0.00
1 2 3 4 5
68
Universitas Indonesia
Dari parameter-parameter keekonomian terlihat bahwa yang paling menarik dari ke-5
skenario adalah skenario ke-5, namun jika diambil skenario ke-5 maka tujuan pembangunan
jaringan gas bumi untuk rumah tangga tidak tercapai karena gas ini sebenarnya ditujukan
untuk konsumsi rumah tangga bukan komersial. Namun, melihat konsumsi rendah dan
investasi besar maka proyek pengembangan jargas yang mengharuskan PT. A untuk
mencari profit maka skenario ke-4 sudah cukup menarik sehingga skenario ke-4 ini lah
yang paling layak untuk direkomendasikan ke PT. A.
69
Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN
1.1. KESIMPULAN
1. Jargas Depok potensial untuk dikembangkan. Dengan sisa gas yang belum terpakai dari
jargas eksisting senilai 0,93 MMSCFD yang dapat dimanfaatkan 100% untuk rumah
tangga sebesar 53.142 sambungan rumah tangga (SR) lagi (skenario1) atau 100%
komersil sebesar 2657 sambungan komersil (SK) baru (skenario 5) dan kombinasi dari
masing-masing skenario ekstrim tersebut.
3. Penambahan jaringan pipa dengan menambah pipa berdiameter 125 mm, 90 mm dan
63 mm serta menambah Regulator Sektor (RS) untuk masing-masing skenario: 110,
87, 71, 41, 36.
6. Dari hasil analisi keekonomian maka terlihat skenario 4 lebih layak untuk diambil
mengingat jika diambil skenario 5 tidak mungkin karena peruntukkan gas tersebut
adalah untuk rumah tangga.
1.2. SARAN
71
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
[2] Unit Pelayanan Pada Masyarakat,”Pra Studi kelayaka Pipa Transmisi Jatim-Jateng-
Jabar”, UPPM TGP FTUI, Depok, 2003
[3] IEA,” Natural Gas Security Study and Distribution Study”, 1998
[4] Campbell, Jhon.M, “Gas Conditioning and Processing”, Jhon M. Campbell and
Company, Oklahoma U.S.A, 1998
72
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Maksud dan
No Pertanyaan Pilihan Jawaban tujuan
pertanyaan
1 Apakah Sumber bahan bakar A. Minyak Tanah Untuk menghitung
(energi) yang saat ini saudara B. Kayu Bakar konversi kalor
gunakan untuk kebutuhan sehari- C. Gas elpiji penggunaan bahan
hari? D. Lainnya bakar
2 Berapakah biaya bulanan yang A. Kurang dari Untuk mengetahui
dikeluarkan untuk memenuhi Rp.20.000,- potensi kebutuhan
kebutuhan sumber energi B. Antara Rp.20.000,- (demand) bahan
sebagaimana dimaksud dalam sampai dengan bakar
pertanyaan pertama Rp.50.000,-
C. Antara Rp.50.000,-
sampai dengan
Rp.100.000,-
D. Antara Rp.100.000,-
sampai dengan
Rp.500.000,-
E. Diatas Rp.1.000.000,-
(industri/usaha)
3 Apakah saudara berminat A. YA Untuk mengetahui
memanfaatkan layanan jaringan gas B. Tidak minat dan
bumi melalui pipa untuk memenuhi C. Masih pikir-pikir pemahaman
kebutuhan sumber energi rumah terhadap jaringan
tangga sehari-hari? gas bumi
4 Berapa kesanggupan saudara untuk A. Rp.1.000.000,- sampai Untuk mengetahui
membayar pemasangan instalasi dengan Rp.2.000.000,- kesanggupan dan
pipa gas jika anda mau menjadi B. Rp.2.000.000,- sampai kemauan bayar
pelanggan jaringan gas bumi? dengan Rp.3.500.000,- (willing to pay)
C. Dilihat kondisi
lapangan
(industri/usaha)
Lampiran 2, Rekapitulasi hasil kuisioner potensi demad di Kelurahan Kemiri Muka dan
Kelurahan Pondok Cina
Alamat Pertanyaan
No Kategori Nama Keterangan
(Kelurahan) I II III IV
Hasil Perhitungan Tekanan dan Flow Pada Tiap Regulator Sektor (RS)
Skenario 2 (Pressure Out M/RS = 3,7 barg)
Cell Axial Length dari M/RS Pelanggan Pressure Flow
RS
Ø180 Ø125 Ø90 Rumah Komersil (bar.g) (mmscfd)
1 951.2 0 15.3 456 7 3.50233 0.01043
2 973.32 0 15.93 451 7 3.497562 0.010343
3 1291.64 0 12.76 463 7 3.436581 0.010553
4 1320.81 0 199.4 432 7 3.314429 0.01001
5 1320.81 0 598.87 455 7 3.065333 0.010413
6 1320.81 0 955.19 458 7 2.843144 0.010465
7 1328.13 0 13.29 458 7 3.429033 0.010465
8 2099.53 915.84 34.23 458 7 2.931873 0.010465
9 2099.53 384.96 32.68 423 7 3.125019 0.009853
Cell Axial Length dari M/RS Pelanggan Pressure Flow
RS
Ø180 Ø125 Ø90 Rumah Komersil (bar.g) (mmscfd)
10 2099.53 155.45 40.92 498 7 3.202963 0.011165
11 2099.53 1310.04 34.83 465 7 2.788799 0.010588
12 2099.53 915.84 543.71 487 7 2.614179 0.010973
13 2099.53 915.84 1031.74 458 7 2.309859 0.010465
14 2099.53 915.84 901.93 437 7 2.390805 0.010098
15 1288.31 0 17.86 458 7 3.434059 0.010465
16 1320.81 0 580.56 462 7 3.076751 0.010535
17 1320.81 0 804.6 475 7 2.937047 0.010763
18 1320.81 0 849.24 467 7 2.909211 0.010623
19 2099.53 850.32 366.55 458 7 2.748368 0.010465
20 1747.22 0 16.65 448 7 3.34405 0.01029
21 1777.93 0 17.27 491 7 3.33759 0.011043
22 1777.93 0 304.53 458 7 3.158464 0.010465
23 2286.71 0 7.28 468 7 3.243192 0.01064
24 2319.95 0 15.15 458 7 3.23171 0.010465
25 2099.53 850.32 1003.59 490 8 2.351131 0.011375
26 2099.53 850.32 660.3 458 8 2.565195 0.010815
27 2099.53 1310.04 285.16 458 8 2.632701 0.010815
28 2099.53 1310.04 458.84 462 8 2.5244 0.010885
29 2099.53 1310.04 546.21 475 8 2.469919 0.011113
30 2099.53 1310.04 490.18 467 8 2.504858 0.010973
31 2099.53 1310.04 653.92 435 8 2.402755 0.010413
32 2099.53 1310.04 713.72 448 8 2.365466 0.01064
33 2099.53 2005.7 480.62 491 8 2.25899 0.011393
34 2099.53 2005.7 20.98 458 8 2.545606 0.010815
35 2099.53 2029.35 14.74 468 8 2.540936 0.01099
36 2099.53 2130.73 35.51 458 8 2.491285 0.010815
37 2099.53 2230.8 26.83 499 8 2.460472 0.011533
38 2099.53 2130.73 221.54 458 8 2.375283 0.010815
39 2099.53 2444.61 29.5 458 8 2.381408 0.010815
40 3624.14 315.76 62.05 458 8 2.830215 0.010815
41 3624.14 357.39 69.22 458 8 2.810674 0.010815
42 3624.14 357.39 332.71 462 8 2.646371 0.010885
43 3624.14 738.79 54.93 467 8 2.681518 0.010973
44 3624.14 738.79 513.87 495 8 2.395339 0.011463
45 3624.14 738.79 662.31 458 8 2.302776 0.010815
47 3624.14 738.79 738.79 502 8 2.255086 0.011585
48 3624.14 33.16 295.68 458 8 2.786833 0.010815
49 3624.14 33.16 59.15 458 8 2.934325 0.010815
50 3624.14 33.16 597.97 458 8 2.598335 0.010815
51 3624.14 33.16 638.16 458 8 2.573274 0.010815
46 3624.14 738.79 662.31 491 8 2.302776 0.011393
53 0 2857.23 30.86 468 8 2.646439 0.01099
54 0 2857.23 172.95 458 8 2.557837 0.010815
Cell Axial Length dari M/RS Pelanggan Pressure Flow
RS
Ø180 Ø125 Ø90 Rumah Komersil (bar.g) (mmscfd)
55 3624.14 601.52 83.91 499 8 2.713139 0.011533
56 0 2629.37 29.53 458 8 2.729754 0.010815
57 0 2606.23 22.68 458 8 2.742402 0.010815
58 0 2629.37 507.04 398 8 2.431995 0.009765
59 0 2606.23 315.8 423 8 2.559622 0.010203
60 0 2258.92 7 498 8 2.877906 0.011515
61 0 2183.6 17.78 465 8 2.89845 0.010938
62 0 1754.05 5 487 8 3.061916 0.011323
63 0 3002.33 31.87 458 8 2.593283 0.010815
64 0 2970.25 10.74 437 8 2.618072 0.010448
65 0 2063.06 38.31 458 8 2.929283 0.010815
66 0 1685.34 153.28 462 8 2.994327 0.010885
67 0 1217.96 11.66 475 8 3.251828 0.011113
68 0 1183.97 39.85 467 8 3.246554 0.010973
69 0 1629.03 13.78 458 8 3.101698 0.010815
70 0 1361.01 31.92 448 8 3.18741 0.01064
71 0 1207.12 31.24 495 8 3.243542 0.011463
72 0 1275.34 189.46 458 8 3.120186 0.010815
73 0 1477.73 11.11 468 8 3.158134 0.01099
74 0 1497.33 28.8 458 8 3.140008 0.010815
75 0 858.1 40.98 499 8 3.363814 0.011533
76 0 1428.67 17.76 458 8 3.171747 0.010815
77 0 1633.89 19.78 464 8 3.096198 0.01092
78 0 911.53 17.01 458 8 3.359419 0.010815
79 0 1063.22 26.05 458 8 3.29887 0.010815
80 0 1063.22 139.22 499 8 3.228301 0.011533
81 0 1063.22 518.87 477 8 2.991564 0.011148
82 0 1063.22 856.57 458 8 2.780986 0.010815
83 0 911.53 395.77 458 8 3.123237 0.010815
84 0 1518.58 25.85 458 8 3.134155 0.010815
85 0 1884.2 24.56 451 8 3.002605 0.010693
86 0 1922.47 24.33 458 8 2.988894 0.010815
87 0 1998.07 24.21 458 8 2.961602 0.010815
Hasil Perhitungan Tekanan dan Flow Pada Tiap Regulator Sektor (RS)
Skenario 3 (Pressure Out M/RS = 3,7 barg)
Cell Axial Length dari M/RS Pelanggan Pressure Flow
RS
Ø180 Ø125 Ø90 Rumah Komersil (bar.g) (mmscfd)
1 951.2 0 15.3 375 18 3.5023 0.012863
2 973.32 0 15.93 375 18 3.4976 0.012863
3 1291.64 0 12.76 375 18 3.4366 0.012863
Cell Axial Length dari M/RS Pelanggan Pressure Flow
RS
Ø180 Ø125 Ø90 Rumah Komersil (bar.g) (mmscfd)
4 1320.81 0 199.4 375 18 3.3144 0.012863
5 1320.81 0 598.87 375 18 3.0653 0.012863
6 1320.81 0 955.19 375 18 2.8431 0.012863
7 1328.13 0 13.29 375 18 3.4290 0.012863
8 2099.53 915.84 34.23 375 18 2.9319 0.012863
9 2099.53 384.96 32.68 375 18 3.1250 0.012863
10 2099.53 155.45 40.92 375 18 3.2030 0.012863
11 2099.53 1310.04 34.83 375 18 2.7888 0.012863
12 2099.53 915.84 543.71 375 18 2.6142 0.012863
13 2099.53 915.84 1031.74 375 18 2.3099 0.012863
14 2099.53 915.84 901.93 375 18 2.3908 0.012863
15 1288.31 0 17.86 375 18 3.4341 0.012863
16 1320.81 0 580.56 375 18 3.0768 0.012863
17 2099.53 1636.49 70.52 375 18 2.6484 0.012863
18 1320.81 0 849.24 374 18 2.9092 0.012845
19 2099.53 850.32 366.55 374 18 2.7484 0.012845
20 1747.22 0 16.65 374 18 3.3441 0.012845
21 1777.93 0 17.27 374 18 3.3376 0.012845
22 1777.93 0 304.53 374 19 3.1585 0.013195
23 2286.71 0 7.28 374 19 3.2432 0.013195
24 2319.95 0 15.15 374 19 3.2317 0.013195
25 2771.64 0 474.75 374 19 2.8558 0.013195
26 2955.3 0 21.53 374 19 3.1021 0.013195
27 2099.53 1310.04 285.16 374 19 2.6327 0.013195
28 2099.53 1310.04 458.84 374 19 2.5244 0.013195
29 2955.3 0 201.44 374 19 2.9899 0.013195
30 2099.53 1310.04 490.18 374 19 2.5049 0.013195
31 2099.53 1310.04 653.92 374 19 2.4028 0.013195
32 2783.12 0 77.64 374 19 3.1011 0.013195
33 2955.3 0 386 374 19 2.8748 0.013195
34 2099.53 2005.7 20.98 374 19 2.5456 0.013195
35 2099.53 2029.35 14.74 374 19 2.5409 0.013195
36 2099.53 2130.73 35.51 374 19 2.4913 0.013195
37 3624.14 315.76 62.05 374 19 2.8302 0.013195
38 2099.53 2130.73 221.54 374 19 2.3753 0.013195
39 3624.14 357.39 69.22 374 19 2.8107 0.013195
40 2099.53 2569.98 43.87 374 19 2.3271 0.013195
41 3624.14 357.39 332.71 374 19 2.6464 0.013195
42 0 2629.37 29.53 374 19 2.7298 0.013195
Cell Axial Length dari M/RS Pelanggan Pressure Flow
RS
Ø180 Ø125 Ø90 Rumah Komersil (bar.g) (mmscfd)
43 0 2606.23 22.68 374 19 2.7424 0.013195
44 0 2606.23 315.8 374 19 2.5596 0.013195
45 0 2258.92 7 374 19 2.8779 0.013195
46 0 2183.6 17.78 374 19 2.8984 0.013195
47 0 1754.05 5 374 19 3.0619 0.013195
48 0 3002.33 31.87 374 19 2.5933 0.013195
49 0 2970.25 10.74 374 19 2.6181 0.013195
50 0 2063.06 38.31 374 19 2.9293 0.013195
51 0 1685.34 153.28 374 19 2.9943 0.013195
52 0 1217.96 11.66 374 19 3.2518 0.013195
53 0 1183.97 39.85 374 19 3.2466 0.013195
54 0 1629.03 13.78 374 19 3.1017 0.013195
55 0 1361.01 31.92 374 19 3.1874 0.013195
56 0 1207.12 31.24 374 19 3.2435 0.013195
57 0 1275.34 189.46 374 19 3.1202 0.013195
58 0 1477.73 11.11 374 19 3.1581 0.013195
59 0 1497.33 28.8 374 19 3.1400 0.013195
60 0 858.1 40.98 374 19 3.3638 0.013195
61 0 1428.67 17.76 374 19 3.1717 0.013195
62 0 1633.89 19.78 374 19 3.0962 0.013195
63 0 911.53 17.01 374 19 3.3594 0.013195
64 0 1063.22 26.05 374 19 3.2989 0.013195
65 0 1063.22 139.22 374 19 3.2283 0.013195
66 0 1063.22 518.87 374 19 2.9916 0.013195
67 0 1063.22 856.57 374 19 2.7810 0.013195
68 0 911.53 395.77 374 19 3.1232 0.013195
69 0 1518.58 25.85 374 19 3.1342 0.013195
70 0 1922.47 24.33 374 19 2.9889 0.013195
71 0 1998.07 24.21 374 19 2.9616 0.013195
Hasil Perhitungan Tekanan dan Flow Pada Tiap Regulator Sektor (RS)
Skenario 4 (Pressure Out M/RS = 3,7 barg)
Cell Axial Length dari M/RS Pelanggan Pressure Flow
RS
Ø180 Ø125 Ø90 Rumah Komersil (bar.g) (mmscfd)
1 1291.64 0 12.76 325 48 3.436581 0.022488
2 2099.53 155.45 40.92 324 48 3.202963 0.02247
3 2286.71 0 7.28 324 48 3.243192 0.02247
Cell Axial Length dari M/RS Pelanggan Pressure Flow
RS
Ø180 Ø125 Ø90 Rumah Komersil (bar.g) (mmscfd)
4 2319.95 0 15.15 324 48 3.23171 0.02247
5 1320.81 0 598.87 324 48 3.065333 0.02247
6 2099.53 1636.49 70.52 324 48 2.648369 0.02247
7 2099.53 1684.41 35.44 324 48 2.652897 0.02247
8 2771.64 0 474.75 324 48 2.855783 0.02247
9 2955.3 0 21.53 324 48 3.102071 0.02247
10 2955.3 0 201.44 324 48 2.989886 0.02247
11 2783.12 0 77.64 324 48 3.101137 0.02247
12 2955.3 0 386 324 48 2.8748 0.02247
13 3624.14 315.76 62.05 324 48 2.830215 0.02247
14 3624.14 357.39 69.22 324 48 2.810674 0.02247
15 3624.14 357.39 332.71 324 48 2.646371 0.02247
16 0 2629.37 29.53 324 48 2.729754 0.02247
17 0 2258.92 7 324 48 2.877906 0.02247
18 0 2183.6 17.78 324 48 2.89845 0.02247
19 0 1754.05 5 324 48 3.061916 0.02247
20 0 3002.33 31.87 324 49 2.593283 0.02282
21 0 2970.25 10.74 324 49 2.618072 0.02282
22 0 2063.06 38.31 324 49 2.929283 0.02282
23 0 1685.34 153.28 324 49 2.994327 0.02282
24 0 1217.96 11.66 324 49 3.251828 0.02282
25 0 1183.97 39.85 324 49 3.246554 0.02282
26 0 1629.03 13.78 324 49 3.101698 0.02282
27 0 1361.01 31.92 324 49 3.18741 0.02282
28 0 1207.12 31.24 324 49 3.243542 0.02282
29 0 1477.73 11.11 324 49 3.158134 0.02282
30 0 1497.33 28.8 324 49 3.140008 0.02282
31 0 1922.47 24.33 324 49 2.988894 0.02282
32 0 858.1 40.98 324 49 3.363814 0.02282
33 0 1428.67 17.76 324 49 3.171747 0.02282
34 0 1633.89 19.78 324 49 3.096198 0.02282
35 0 911.53 17.01 324 49 3.359419 0.02282
36 0 1063.22 26.05 324 49 3.29887 0.02282
37 0 1063.22 139.22 324 49 3.228301 0.02282
38 0 911.53 395.77 324 49 3.123237 0.02282
39 0 1518.58 25.85 324 49 3.134155 0.02282
40 0 1884.2 24.56 324 50 3.002605 0.02317
41 0 1998.07 24.21 324 50 2.961602 0.02317
0 2657 0.92995
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
SCENARIO 1: 100% RUMAH TANGGA
A PEKERJAAN PERSIAPAN
Survey, Marking dan Levelling Ls 1 52,370.50 52,370.50
Papan Nama Proyek Unit 1 1,704.30 1,704.30
Sewa Direksi Kit 120 m² Bulan 8 12,000.00 96,000.00
Sewa Gudang 1000 m² Bulan 8 4,000.00 32,000.00
Baricade Pengaman (Daerah Cross Section) Set 10 2,211.90 22,119.00
Traffic Signage / Rambu-2 Jalan Set 1 55,000.00 55,000.00
SOP Pelaksanaan Konstruksi Ls 1 29,500.00 29,500.00
Shop Drawing: Jaringan Lembar 650 175.00 113,750.00
Biaya Sewa Crossing Rell Kereta Api (2 titik per 5 tahun) 2 280,000.00 560,000.00
1.5 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 36 3,312.00 117,719.56
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Jalan inch 6" mᶦ 60.00 427.92 25,675.19
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Saluran Air inch 6" mᶦ 25.00 427.92 10,697.99
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Jalan inch 10" mᶦ 256.00 1,033.75 264,641.19
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Sungai & Saluran Air inch 10" mᶦ 125.00 1,033.75 129,219.33
4 Pekerjaan Penggalian
4.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 125 mm m³ 11,517.27 79.41 914,586.19
Pipa PE Dia 90 mm m³ 2,206.42 61.75 136,246.61
Page 1
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
Pembongkaran Jalan Beton m² 477.12 285.53 136,233.50
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 318.08 94.64 30,103.41
4.3 Pekerjaan Pembongkaran pipa PE 90 mm
Pembongkaran Jalan Aspal m² 243.13 183.22 44,546.65
Pembongkaran Jalan Beton m² 145.88 285.53 41,652.89
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 97.25 94.64 9,204.00
1.7 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 1,342 1,312.00 1,761,160.18
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Jalan inch 4" mᶦ 745.00 272.50 203,010.48
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Sungai & Saluran Air inch 4" mᶦ 375.00 272.50 102,186.48
3 Pekerjaan Penggalian
3.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 63 mm m³ 70,504.24 61.75 4,353,636.69
Page 2
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
1 Pemeriksaan Teknis
Pemeriksaan Teknis Pipa PE Ls 1.00 240,000.00 240,000.00
2 Pengujian
Pneumatik Test Pipa PE Ls 1.00 353,405.00 353,405.00
Pengujian Prosedur dan Pipe Fitter Pipa PE Ls 1.00 87,000.00 87,000.00
N PEKERJAAN COMMISSIONING
Commissioning Ls 1.00 201,375.00 201,375.00
TOTAL 75,288,221.20
Note : Harga sudah termasuk PPN dan Asuransi
Page 3
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
SCENARIO 2: 75% RUMAH TANGGA & 25% KOMERSIL
A PEKERJAAN PERSIAPAN
Survey, Marking dan Levelling Ls 1 52,370.50 52,370.50
Papan Nama Proyek Unit 1 1,704.30 1,704.30
Sewa Direksi Kit 120 m² Bulan 8 12,000.00 96,000.00
Sewa Gudang 1000 m² Bulan 8 4,000.00 32,000.00
Baricade Pengaman (Daerah Cross Section) Set 10 2,211.90 22,119.00
Traffic Signage / Rambu-2 Jalan Set 1 55,000.00 55,000.00
SOP Pelaksanaan Konstruksi Ls 1 29,500.00 29,500.00
Shop Drawing: Jaringan Lembar 650 175.00 113,750.00
Biaya Sewa Crossing Rell Kereta Api (2 titik per 5 tahun) 2 280,000.00 560,000.00
1.5 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 35 3,312.00 114,684.70
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Jalan inch 6" mᶦ 45.00 427.92 19,256.39
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Saluran Air inch 6" mᶦ 25.00 427.92 10,697.99
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Jalan inch 10" mᶦ 367.00 1,033.75 379,387.96
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Sungai & Saluran Air inch 10" mᶦ 203.00 1,033.75 209,852.20
4 Pekerjaan Penggalian
4.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 125 mm m³ 11,353.03 79.41 901,543.81
Pipa PE Dia 90 mm m³ 1,965.12 61.75 121,346.30
Page 1
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
Pembongkaran Jalan Beton m² 470.32 285.53 134,290.75
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 313.55 94.64 29,674.12
4.3 Pekerjaan Pembongkaran pipa PE 90 mm
Pembongkaran Jalan Aspal m² 216.54 183.22 39,674.90
Pembongkaran Jalan Beton m² 129.93 285.53 37,097.61
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 86.62 94.64 8,197.43
1.7 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 924 1,312.00 1,211,684.61
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Jalan inch 4" mᶦ 645.00 272.50 175,760.75
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Sungai & Saluran Air inch 4" mᶦ 212.00 272.50 57,769.43
3 Pekerjaan Penggalian
3.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 63 mm m³ 48,461.39 61.75 2,992,490.92
Page 2
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
1 Pemeriksaan Teknis
Pemeriksaan Teknis Pipa PE Ls 1.00 240,000.00 240,000.00
2 Pengujian
Pneumatik Test Pipa PE Ls 1.00 353,405.00 353,405.00
Pengujian Prosedur dan Pipe Fitter Pipa PE Ls 1.00 87,000.00 87,000.00
N PEKERJAAN COMMISSIONING
Commissioning Ls 1.00 201,375.00 201,375.00
TOTAL 59,472,837.83
Note : Harga sudah termasuk PPN dan Asuransi
Page 3
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
SCENARIO 3: 50% RUMAH TANGGA & 50% KOMERSIL
A PEKERJAAN PERSIAPAN
Survey, Marking dan Levelling Ls 1 52,370.50 52,370.50
Papan Nama Proyek Unit 1 1,704.30 1,704.30
Sewa Direksi Kit 120 m² Bulan 8 12,000.00 96,000.00
Sewa Gudang 1000 m² Bulan 8 4,000.00 32,000.00
Baricade Pengaman (Daerah Cross Section) Set 10 2,211.90 22,119.00
Traffic Signage / Rambu-2 Jalan Set 1 55,000.00 55,000.00
SOP Pelaksanaan Konstruksi Ls 1 29,500.00 29,500.00
Shop Drawing: Jaringan Lembar 650 175.00 113,750.00
Biaya Sewa Crossing Rell Kereta Api (2 titik per 5 tahun) 2 280,000.00 560,000.00
1.5 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 34 3,312.00 112,573.50
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Jalan inch 6" mᶦ 48.00 427.92 20,540.15
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Saluran Air inch 6" mᶦ 25.00 427.92 10,697.99
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Jalan inch 10" mᶦ 485.00 1,033.75 501,371.01
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Sungai & Saluran Air inch 10" mᶦ 102.00 1,033.75 105,442.98
4 Pekerjaan Penggalian
4.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 125 mm m³ 11,338.25 79.41 900,370.68
Pipa PE Dia 90 mm m³ 1,789.95 61.75 110,529.15
Page 1
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
Pembongkaran Jalan Beton m² 469.71 285.53 134,116.01
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 313.14 94.64 29,635.51
4.3 Pekerjaan Pembongkaran pipa PE 90 mm
Pembongkaran Jalan Aspal m² 197.24 183.22 36,138.17
Pembongkaran Jalan Beton m² 118.34 285.53 33,790.63
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 78.90 94.64 7,466.69
1.7 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 755 1,312.00 990,209.17
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Jalan inch 4" mᶦ 445.00 272.50 121,261.29
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Sungai & Saluran Air inch 4" mᶦ 202.00 272.50 55,044.45
3 Pekerjaan Penggalian
3.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 63 mm m³ 39,631.73 61.75 2,447,259.24
Page 2
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
1 Pemeriksaan Teknis
Pemeriksaan Teknis Pipa PE Ls 1.00 240,000.00 240,000.00
2 Pengujian
Pneumatik Test Pipa PE Ls 1.00 353,405.00 353,405.00
Pengujian Prosedur dan Pipe Fitter Pipa PE Ls 1.00 87,000.00 87,000.00
N PEKERJAAN COMMISSIONING
Commissioning Ls 1.00 201,375.00 201,375.00
TOTAL 51,157,934.29
Note : Harga sudah termasuk PPN dan Asuransi
Page 3
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
SCENARIO 4: 25% RUMAH TANGGA & 75% KOMERSIL
A PEKERJAAN PERSIAPAN
Survey, Marking dan Levelling Ls 1 52,370.50 52,370.50
Papan Nama Proyek Unit 1 1,704.30 1,704.30
Sewa Direksi Kit 120 m² Bulan 8 12,000.00 96,000.00
Sewa Gudang 1000 m² Bulan 8 4,000.00 32,000.00
Baricade Pengaman (Daerah Cross Section) Set 10 2,211.90 22,119.00
Traffic Signage / Rambu-2 Jalan Set 1 55,000.00 55,000.00
SOP Pelaksanaan Konstruksi Ls 1 29,500.00 29,500.00
Shop Drawing: Jaringan Lembar 650 175.00 113,750.00
Biaya Sewa Crossing Rell Kereta Api (2 titik) 2 280,000.00 560,000.00
1.5 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 32 3,312.00 105,245.24
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Jalan inch 6" mᶦ 41.00 427.92 17,544.71
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Saluran Air inch 6" mᶦ 25.00 427.92 10,697.99
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Jalan inch 10" mᶦ 525.00 1,033.75 542,721.20
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Sungai & Saluran Air inch 10" mᶦ 142.00 1,033.75 146,793.16
4 Pekerjaan Penggalian
4.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 125 mm m³ 11,268.73 79.41 894,850.10
Pipa PE Dia 90 mm m³ 1,191.37 61.75 73,566.85
Page 1
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
Pembongkaran Jalan Beton m² 466.83 285.53 133,293.68
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 311.22 94.64 29,453.80
4.3 Pekerjaan Pembongkaran pipa PE 90 mm
Pembongkaran Jalan Aspal m² 131.28 183.22 24,053.12
Pembongkaran Jalan Beton m² 78.77 285.53 22,490.63
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 52.51 94.64 4,969.74
1.7 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 367 1,312.00 481,811.27
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Jalan inch 4" mᶦ 365.00 272.50 99,461.51
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Sungai & Saluran Air inch 4" mᶦ 112.00 272.50 30,519.70
3 Pekerjaan Penggalian
3.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 63 mm m³ 19,197.92 61.75 1,185,471.33
Page 2
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
1 Pemeriksaan Teknis
Pemeriksaan Teknis Pipa PE Ls 1.00 240,000.00 240,000.00
2 Pengujian
Pneumatik Test Pipa PE Ls 1.00 353,405.00 353,405.00
Pengujian Prosedur dan Pipe Fitter Pipa PE Ls 1.00 87,000.00 87,000.00
N PEKERJAAN COMMISSIONING
Commissioning Ls 1.00 201,375.00 201,375.00
TOTAL 33,300,236.80
Note : Harga sudah termasuk PPN dan Asuransi
Page 3
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
SCENARIO 5: 100% KOMERSIL
A PEKERJAAN PERSIAPAN
Survey, Marking dan Levelling Ls 1 52,370.50 52,370.50
Papan Nama Proyek Unit 1 1,704.30 1,704.30
Sewa Direksi Kit 120 m² Bulan 8 12,000.00 96,000.00
Sewa Gudang 1000 m² Bulan 8 4,000.00 32,000.00
Baricade Pengaman (Daerah Cross Section) Set 10 2,211.90 22,119.00
Traffic Signage / Rambu-2 Jalan Set 1 55,000.00 55,000.00
SOP Pelaksanaan Konstruksi Ls 1 29,500.00 29,500.00
Shop Drawing: Jaringan Lembar 650 175.00 113,750.00
Biaya Sewa Crossing Rell Kereta Api (2 titik) 2 280,000.00 560,000.00
1.5 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 29 3,312.00 97,511.06
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Jalan inch 6" mᶦ 41.00 427.92 17,544.71
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 6 " Cassing PE 90 Crosing Saluran Air inch 6" mᶦ 25.00 427.92 10,697.99
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Jalan inch 10" mᶦ 525.00 1,033.75 542,721.20
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 10 " Cassing PE 125 Crossing Sungai & Saluran Air inch 10" mᶦ 142.00 1,033.75 146,793.16
4 Pekerjaan Penggalian
4.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 125 mm m³ 11,268.73 79.41 894,850.10
Pipa PE Dia 90 mm m³ 555.61 61.75 34,308.78
Page 1
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
Pembongkaran Jalan Beton m² 466.83 285.53 133,293.68
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 311.22 94.64 29,453.80
4.3 Pekerjaan Pembongkaran pipa PE 90 mm
Pembongkaran Jalan Aspal m² 61.22 183.22 11,217.46
Pembongkaran Jalan Beton m² 36.73 285.53 10,488.77
Pembongkaran Jalan Pasir Batu m² 24.49 94.64 2,317.70
1.7 Papan Nama Jalur Gas (Marker Post) unit 87 1,312.00 114,313.64
2 Material Cassing
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Jalan inch 4" mᶦ 241.00 272.50 65,671.85
Pipa Galvanis SNI Medium Ø 4" Casing PE 63 Crosing Sungai & Saluran Air inch 4" mᶦ 112.00 272.50 30,519.70
3 Pekerjaan Penggalian
3.1 Pekerjaan Galian dan Pembuangan
Pipa PE Dia 63 mm m³ 4,427.84 61.75 273,418.93
Page 2
NOMINAL TOTAL HARGA x Rp
NO DESKRIPSI SIZE UNIT UNIT VOL HARGA SATUAN x Rp 1000
SIZE 1000
1 Pemeriksaan Teknis
Pemeriksaan Teknis Pipa PE Ls 1.00 240,000.00 240,000.00
2 Pengujian
Pneumatik Test Pipa PE Ls 1.00 353,405.00 353,405.00
Pengujian Prosedur dan Pipe Fitter Pipa PE Ls 1.00 87,000.00 87,000.00
N PEKERJAAN COMMISSIONING
Commissioning Ls 1.00 201,375.00 201,375.00
TOTAL 25,548,567.78
Note : Harga sudah termasuk PPN dan Asuransi
Page 3
PROYEKSI CASH FLOW
Pengeluaran
A Biaya Investasi 75,288,221,195.71 75,288,221,196
PBP 0
IRR -5%
NPV (Rp56,005,906,943.96)
BCR 0.19
Toll fee 7555.82
Discount Factor 8%
Equity 30%
Debt 70.00%
Cost of Equity 0%
Cost of Debt 15%
Eskalasi 3%
1 feet = 960 BTU
1 meter3 = 35.2 feet
Kenaikan harga jual gas per 5 tahun 15%
SENSITIVITY FACTOR
CAPEX 1.00
OPEX 1.00
UNIT 1.00
Toll Fee 1.00
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengeluaran
A Biaya Investasi 59,472,837,825.70 59,472,837,826
PBP 13
IRR 4.4%
NPV (Rp15,773,818,217.89)
BCR 0.71
Toll fee 7555.82
Discount Factor 8%
Equity 30%
Debt 70.00%
Cost of Equity 0%
Cost of Debt 15%
Eskalasi 3%
1 feet = 960 BTU
1 meter3 = 35.29 feet
Kenaikan harga jual gas per 5 tahun 15%
SENSITIVITY FACTOR
CAPEX 1.00
OPEX 1.00
UNIT 1.00
Toll Fee 1.00
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengeluaran
A Biaya Investasi 51,157,934,293 51,157,934,293
PBP 8
IRR 13%
NPV Rp17,502,057,436.92
BCR 1.37
Toll fee 7555.82
Discount Factor 8%
Equity 30%
Debt 70.00%
Cost of Equity 0%
Cost of Debt 15%
Eskalasi 3%
1 feet = 960 BTU
1 meter3 = 35.29 feet
Kenaikan harga jual gas per 5 tahun 15%
SENSITIVITY FACTOR
CAPEX 1.00
OPEX 1.00
UNIT 1.00
Toll Fee 1.00
4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengeluaran
A Biaya Investasi 33,300,236,800 33,300,236,800
PBP 4
IRR 28%
NPV Rp59,477,612,337.60
BCR 2.94
Toll fee 7555.82
Discount Factor 8%
Equity 30%
Debt 70.00%
Cost of Equity 0%
Cost of Debt 15%
Eskalasi 3%
1 feet = 960 BTU
1 meter3 = 35.29 feet
Kenaikan harga jual gas per 5 tahun 15%
SENSITIVITY FACTOR
CAPEX 1.00
OPEX 1.00
UNIT 1.00
Toll Fee 1.00
4 5 6 7 8 9 10 11
27,184,870,628
11,798,665,127
1,415,260,064
13,213,925,191
13,970,945,436
2,794,189,087
11,176,756,349
12,592,016,413
12,592,016,413
184,736,704,352
17
0
PROYEKSI CASH FLOW
Pengeluaran
A Biaya Investasi 25,548,567,781 25,548,567,781
PBP 2
IRR 48%
NPV Rp97,298,270,686.92
BCR 5.13
Toll fee 7555.82
Discount Factor 8%
Equity 30%
Debt 70.00%
Cost of Equity 0%
Cost of Debt 15%
Eskalasi 3%
1 feet = 960 BTU
1 meter3 = 35.29 feet
Kenaikan harga jual gas per 5 tahun 15%
SENSITIVITY FACTOR
CAPEX 1.00
OPEX 1.00
UNIT 1.00
Toll Fee 1.00
4 5 6 7 8 9 10 11 12