Anda di halaman 1dari 70

TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA ANTARA


PERANCAH KONVENSIONAL DAN SCAFFOLDING
PADA GEDUNG BERTINGKAT
(ANALYSIS OF COST COMPARISON BETWEEN
CONVENTIONAL DESIGN AND SCAFFOLDING IN
STOREY BUILDING)
Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil

Rachmad Akbar Makalalag


14511097

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019
TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN BIAYA ANTARA


PERANCAH KONVENSIONAL DAN SCAFFOLDING
PADA GEDUNG BERTINGKAT
(ANALYSIS OF COST COMPARISON BETWEEN
CONVENTIONAL DESIGN AND SCAFFOLDING IN
STOREY BUILDING)

Disusun oleh
Rachmad Akbar Makalaag
14511097
Telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh derajat Sarjana
Teknik Sipil

Diuji pada tanggal 08 April 2019

Oleh Dewan Penguji

Pembimbing Penguji 1 Penguji 2

Fitri Nugraheni, S.T., M.T., Ph.D. Vendie Abma, S.T,. M.T. Adityawan Sigit, S.T, M.T.
NIK: 005110101 NIK: 155111310 NIK: 155110108

Mengesahkan,
Ketua Program Studi Teknik Sipil

Dr. Ir. Sri Amini Yuni Astuti, M.T.


NIK: 885110101
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa sesungguhnya laporan Tugas Akhir


yang saya susun sebagai syarat untuk memenuhi salah satu persyaratan pada
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas
Islam Indonesia secara keseluruhan merupakan hasil karya saya sendiri. Namun ada
beberapa bagaian dalam penulisan ini yang saya kutip dari tulisan orang lain dan
telah saya tuliskan sumbernya secara jelas sesuia dengan norma, kaidah dan etika
dalam penulisan karya ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa seluruh
karya ilmiah ini bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, Maret 2019

Rachmad Akbar Makalalag


(14511097)

iii
PERSEMBAHAN

Allhamdulillahirabbil’alamin
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT.
Serta NabiMuhammad SAW.

Karya ini saya persembahkan untuk


Ayah dan Ibu yang tiada hentinya mendoakan dan
mendukung saya, agar menjadi orang yang
berpendidikan dan senantiasa mengingat serta taat
kepada Allah SWT
Ka ita, ka it, dan ka uni yang selalu memberikan
semangat dan nasehat kepada saya selama proses
perkuliahan
serta terima kasih untuk teman-teman yang selalu
membantu sampai akhirnya saya dapat menyelesaikan
semua ini.

iv
KATA PENGANTAR

‫اار ِحيم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ِ‫ــــــــــــــــــم اﷲ‬
ِ ‫س‬ْ ‫ِب‬

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Allhamdulillahirabbil’alamin. Puji dan Syukur saya haturkan pada kehadirat Allah SWT.
Karna atas karunia-Nya saya dapat meneyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “ANALISIS
PERBANDINGAN BIAYA ANTARA PERANCAH KONVENSIONAL DAN
SCAFFOLDING PADA GEDUNG BERTINGKAT”. Sebagai salah satu syarat untuk
menempuh derajat Sarjana Teknik Sipil program strata satu (S-1) pada Program Studi Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Selama dalam proses penyelesaian Laporan Tugas Akhir, saya telah banyak
mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam
kesempatan ini saya menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Sri Amini, M.T. Selaku Ketua PSTS FTSP UII beserta segenap jajaran
pengajar Prodi Teknik Sipil atas segala ilmu yang telah diberikan selama saya
berkuliah.
2. Ibu Fitri Nugraheni, S.T., M.T., Ph.D. Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir
yang telah memberikan saran dan kritik untuk tugas akhir ini serta telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bantuan dalam
menyelesaikan tugas akhir ini.
3. Bapak Vendie Abma, S.T., M.T. dan Bapak Adityawan Sigit, S.T,. M.T. Selaku
dosen penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menguji saya.

Akhirnya kepada seluruh pihak yang namanya tidak dapat saya sebutkan
satu persatu, saya mengucapkan banyak terima kasih atas doa dan dorongan
semangatnya. Semoga Allah SWT melimpahkan berkah, rahmat, dan Hidayah-Nya
bagi Bapak, Ibu, Saudara dan teman-teman yang telah membantu saya dalam segala
hal. Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari
itu kritik dan saran masih diperlukan dan harap disampaikan untuk
menyempurnakannya.

v
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, Maret 2019

Rachmad Akbar Makalalag


14511097

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii
PERSEMBAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
ABSTRAK xiv
ABSTRACT xv
BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 2
1.4 Batasan Penelitian 2
1.5 Manfaat Penelitian 3
BAB II 4
STUDI PUSTAKA 4
2.1 Penelitian Sebelumnya 4
2.2 Perbedaan Penelitian 8
BAB III 11
LANDASAN TEORI 11
3.1 Rencana Anggaran Biaya 11
3.1.1 Definisi Rencana Anggaran Biaya 11
3.1.2 Fungsi Rencana Anggaran Biaya 12

vii
3.1.3 Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Anggaran Biaya 12
3.1.4 Perkiraan Biaya 14
3.2 Definisi Perancah 14
3.3 Jenis - jenis Perancah 15
3.3.1 Perancah Bambu 15
3.3.2 Scaffolding 15
3.4 Persyaratan Acuan Perancah 19
BAB IV 20
METODE PENELITIAN 20
4.1 Jenis Penelitian 20
4.2 Subyek dan Obyek Penelitian 20
4.3 Data Penelitian 20
4.4 Lokasi Penelitian 21
4.5 Waktu Pengumpulan Data 21
4.6 Langkah Penelitian 22
4.7 Pengolahan Data 22
4.7.1 Langkah Analisis 22
4.7.2 Bagan Alir Penelitian 23
BAB V 26
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 26
5.1 Data 26
5.2 Analisis Data 27
5.2.1 Menghitung Luas Balok 27
5.2.2 Menghitung Luas Pelat Lantai 30
5.2.3 Daftar Harga Bahan dan Upah 36
5.2.4 Analisis Kebutuhan Biaya Perancah Pelat dan Balok dengan
Menggunakan Bambu 37
5.2.5 Analisis Kebutuhan Biaya Perancah Pelat dan Balok dengan
Menggunakan Scaffolding 41
5.3 Pembahasan 44
BAB VI 46
KESIMPULAN DAN SARAN 46
6.1 Kesimpulan 46

viii
6.2 Saran 46
DAFTAR PUSTAKA 47

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Sekarang dan Terdahulu 8


Tabel 5.1 Rekapitulasi Perhitungan Luas Balok 29
Tabel 5.2 Rekapitulasi Perhitungan Luas Pelat Lantai 32
Tabel 5.3 Harga Bahan dan Upah 37
Tabel 5.4 Analisis Harga Satuan Bahan Pemasangan Bambu 39
Tabel 5.5 Analisis Harga Satuan Tenaga Kerja Pemasangan Bambu 39
Tabel 5.6 Analisis Harga Satuan Pemasangan Bambu 40
Tabel 5.7 Analisis Harga Satuan Pembongkaran Perancah 40
Tabel 5.8 Rekapitulasi Biaya Perancah Bambu 41
Tabel 5.9 Analisis Harga Satuan Bahan Pemasangan Scaffolding 42
Tabel 5.10 Analisis Harga Satuan Tenaga Kerja Pemasangan Scaffolding 42
Tabel 5.11 Analisis Harga Satuan Pemasangan Scaffolding 43
Tabel 5.12 Analisis Harga Satuan Pembongkaran Scaffolding 43
Tabel 5.13 Rekapitulasi Biaya Perancah Scaffolding 44
Tabel 5.14 Perbandingan Selisih Biaya Perancah 44

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Perancah Bambu 16


Gambar 3.2 Komponen Scaffolding 17
Gambar 4.1 Lokasi Penelititan 21
Gambar 4.2 Bagan Alir Penelitian 24
Gambar 5.1 Potongan Gambar Struktur Balok Lantai 1 27
Gambar 5.2 Potongan Gambar Struktur Pelat Lantai 1 31
Gambar 5.3 Sketsa Kebutuhan Bambu 38
Gambar 5.4 Sketsa Kebutuhan Scaffolding 41
Gambar 5.5 Grafik Perbandingan Total Harga Perancah 45

xi
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

Σ = Penjumlahan
V = Volume komponen pekerjaan
HSP = Harga Satuan tiap Pekerjaan

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan 49


Lampiran 2 Lembar Wawancara 50
Lampiran 3 Lembar Wawancara 51
Lampiran 4 Foto Proyek 52
Lampiran 5 Pelat Lantai 53
Lampiran 6 Balok 54
Lampiran 7 Gambar 3D Scaffolding 55

xiii
ABSTRAK

Fenomena yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mengenai suatu proyek konstruksi
pembangunan gedung bertingkat di Jl. Besi Raya, Besi, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta
yang memerlukan biaya banyak. Salah satu komponen penting dalam pengerjaan struktur yang perlu
diperhatikan oleh sebagian besar kontraktor adalah perancah. Biaya adalah salah satu faktor yang
berperan besar dalam manajemen konstruksi. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbandingan biaya antara perancah konvensional dengan scaffolding pada proyek kontruksi gedung
bertingkat di Jl. Besi Raya, Besi, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Jenis penelitian ini
adalah penelitian deskriptif. Data dikumpulkan melalui dua sumber yaitu data primer dan sekunder,
dimana data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh
dari data proyek berupa gambar kerja. Analisis dan pembahasannya dengan cara membuat Rencana
Anggaran Biaya untuk metode konvensional maupun nonkonvensional yaitu menghitung analisis
harga satuan pekerjaan, biaya pekerjaan tiap lantai, dan biaya total seluruh pekerjaan. Hasil
pembahasan menunjukkan bahwa pemilihan perancah bambu pada proyek tersebut memerlukan
biaya yang lebih banyak dibandingkan scaffolding, Total biaya perancah bambu Rp.
3.832.004.320,53, dan Scaffolding Rp. 3.200.465.812,50, sehinggan perancah scaffolding lebih
murah sebesar Rp. 631.538.508,03, dengan selisih perbandingan biaya antara perancah scaffolding
dan perancah bambu sebesar 16,5%.

Kata kunci: Biaya, Perancah Konvensional, Scaffolding

xiv
ABSTRACT

The phenomenom that will be further examined in this study is mainly about the construction
project for the construction of multi-storey building on Jl. Besi Raya, Besi, Sukoharjo, Ngaglik
Sleman, Yogyakarta which apparently required a lot of money. One of the most important
components of the structure found in this study and should be considered by contractors is the
scaffolding. The cost plays a major role in the construction management. The purpose of this study
is, however, to find out the ratio of costs between the conventional scaffolding and scaffolding in a
multi-storey construction project on Jl. Besi Raya, Besi, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.
Thus, this study used descriptive methods. The data is collected through the two sources, namely
primary and secondary data, where primary data is gathered through observations and interviews,
while secondary data is obtained from the project data which resulted into a form of work-drawings.
The analysis and discussion upon the Budget Plan for conventional and nonconventional methods
includes, calculating the analysis of work unit prices; the cost of work per floor, and the total cost
of the overall work. The result of the discussion shows that the selection of bamboo scaffolding
resulted on the project costs more than the scaffolding itself in general. The total cost of bamboo
scaffolding is at Rp. 3.832.004.320,53, and the Scaffolding is at Rp. 3.200.465.812,50. Therefore, it
is apparent that the the scaffolding is far cheaper by Rp. 631.538.508,03, with a total difference in
the cost ratio between scaffolding and bamboo scaffolding by 16,5%.

Keywords: Cost, Conventional Scaffolding, Scaffolding

xv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memberikan kemampuan


yang handal kepada manusia, sehingga mampu bekerja dengan mudah, murah, dan
efektif. Salah satu bentuk kemajuan tersebut adalah penggunaan berbagai perancah
di dalam rancang bangunan dan konstruksi, baik bagi bangunan yang memiliki
massa berskala besar maupun kecil. Upaya untuk menggunakan perancah yang
lebih efisien dan efektif dalam membangun gedung telah dilaksanakan sejak
beberapa tahun lalu berupa penggunaan manajemen proyek konstruksi yang
menekankan kepada aspek perencanaan dan pelaksanaan konstruksi bangunan
Gedung
Perancah bambu yang masih digunakan dalam pelaksanaan dalam rancang
bangunan gedung mulai dirasakan kurang efektif dan efisien. Karena dalam
pelaksanaannya menimbulkan beban biaya tinggi, penggunaan bahan, tenaga dan
peralatan yang kurang efektif dan efisien serta waktu pelaksanaan yang relatif
cukup panjang. Meskipun demikian penggunaan perancah bambu masih sering
dijumpai dan dilaksanakan pada proyek bangunan tertentu karena keterbatasan
tenaga dan peralatan yang tidak menukung dan kuran memadai, dan kemampuan
manajemen pelaksana proyek yang kualitasnya masih rendah.
Pelaksanaan pembangunan gedung terutama bangunan yang berskala besar,
perancah bambu mulai ditinggalkan. Manajemen konstruksi telah beralih dengan
perancah yang lebih efektif dan efisien, yakni scaffolding. Karena dengan memakai
scaffolding penggunaan tenaga, perlatan, bahan-bahan, biaya, dan waktunya lebih
efektif dan efisien. Serta kualitas pekerjaan yang dihasilkan nantinya akan jauh
lebih baik daripada dikerjakan dengan perancah bambu. Dengan adanya perbedaan
tersebut, tentunya pembiayaan proyek secara keseluruhan akan berbeda

1
2

Pada Proyek Pembangunan Pondokan yang berlokasi di Jl. Besi Raya, Besi,
Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Bangunan yang terdiri dari 4 lantai ini
merupakan bangunan low rise building, dan menggunakan perancah bambu
sebagai perancahnya. Dengan kondisi seperti ini pemilihan scaffolding menjadi
pilihan yang tepat karena penggunaannya yang jauh lebih baik daripada perancah
bambu. Selain dari kekuatan tentunya dari segi kecepatan pelaksanaan pun lebih
efisien. Maka dari itu penulis mencoba menganalisis dari segi biaya penggunaan
perancah pada proyek ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, dalam menekan


biaya langsung pada proyek kontruksi, salah satunya adalah biaya pada
penggunaan perancah. Maka perlu dilakukan perhitungan perbandingan biaya
terhadap masing-masing jenis material perancah yang akan digunakan yaitu antara
perancah konvensional dengan scaffolding.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan biaya perancah bambu


dengan scaffolding pada proyek Pembangunan Pondokan di Jl. Besi Raya, Besi,
Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta.

1.4 Batasan Penelitian

Sehubungan dengan banyaknya faktor yang terkait, maka penelitian dibatasi


dengan uraian-uraian sebagai berikut :
1. Perbandingan yang dilakukan adalah perancah tidak termasuk bekistingnya.
2. Perancah dipakai hanya untuk perkerjaan struktur beton pada pelat dan
balok

3. Ruang tangga disamakan dengan masing-masing lantai dalam hal


perhitungan.
3

4. Struktur pelat atap tidak diperhitungkan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah untuk memberikan masukan bagi pihak


kontraktor dalam menetapkan jenis perancah yang akan dipakai pada proyek
tersebut.
BAB II
STUDI PUSTAKA

Studi pustaka merupakan suatu kegiatan yang sangat berpengaruh dalam


suatu penelitian. Dalam suatu penelitian membutuhkan teori-teori yang mendasari
masalah dan bidang yang akan diteliti. Dalam studi pustaka ini peneliti dapat
memeperoleh informasi tentang penelitian sejenis dan berkaitan dengan penelitian
yang akan dilakukan sehingga memperoleh informasi yang bermanfaat dan dapat
membantu dalam penelitian yang akan dilakukan.

2.1 Penelitian Sebelumnya

Pada penelitian ini dicantumkan beberapa hasil penelitian yang telah


dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang dianggap mempunyai keterkaitan
sehingga dapat dijadikan sebagai studi pustaka, uraian seperti berikut ini
1. Penelitian Atmaja (2015)
Penelitian yang dilakukan Atmaja (2015) tentang Analisis Perbandingan
Biaya Pekerjaan Struktur Pelat Lantai Bekisting Konvensional Dan Floordeck
(Studi kasus proyek pembangunan SD IT-Auliya 2 di kota Balikpapan). Penelitian
tersebut bertujuan untuk dapat mengetahui tingkat efisiensi pekerjaan struktur pelat
lantai dengan menggunakan floordeck dan pekerjaan struktur pelat lantai
menggunakan bekisting konvensional. sehingga didapat hasil pekerjaan pelat lantai
manakah yang lebih ekonomis antara pekerjaan struktur pelat lantai menggunakan
pelat besi (floordeck) dan pekerjaan struktur pelat lantai dengan menggunakan
bekisting konvensional. penelitian hanya membandingkan antara dua metode
pengerjaan bekisting yaitu secara konvensional dan floordeck serta perbandingan
biaya dari kedua metode tersebut. Dengan penelitian tersebut memberikan hasil
berupa kesimpulan bahwa:

4
5

a. Tingkat efisiensi antara pekerjaan struktur pelat lantai menggunakan


floordeck dan dengan menggunakan bekisting konvensional yaitu sebesar
20%.

b. Biaya yang di keluarkan pada pekerjaan struktur pelat lantai dengan


menggunakan floordeck sebesar Rp.534.728.637 dan untuk pekerjaan
struktur dengan menggunakan bekisting konvensional yaitu sebesar
Rp.640.564.583 dengan selisih antara kedua metode tersebut sebesar
Rp.105.835.945
c. Tingkat penghematan biaya dengan menggunakan bekisitng floordeck
sebesar 20% terhadap pekerjaan struktur pelat lantai menggunakan bekisting
konvensional.

2. Penelitian oleh Kelirey (2017)


Penelitian yang dilakukan Kelirey (2017) tentang Perbandingan Biaya
bekisting untuk gedung berlantai banyak antara Bekisting Mutiplek dengan
Bekisting Tegofilm pada pekerjaan balok dan pelat lantai (Studi kasus
Pembangunan Gedung Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia) Adapun tujuan
penelitian tersebut yaitu :
a. Untuk mengetahui jenis material bekisting dengan biaya yang murah pada
proyek pembangunan Gedung Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia

Kesimpulan berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut adalah:

a. Perhitungan biaya bekisting untuk balok dan pelat lantai ada


pembangunan Rumah Sakit Universitas Islam Indonesia dengan
menggunakan bahan tegofilm dan bekisting yang menggunakan bahan
multiplek diperoleh tingkat efisiensi yaitu sebesar 2,7%. Dimana hasi biaya
bekisting yang menggunakan multiplek sebesar Rp. 5.148.865.659,74 dan
biaya bekisting yang menggunakan tegofilm sebesar Rp. 5.042.260.569,84
serta selisih dari kedua biaya tersebut Rp. 106.605.089,90.
6

3. Penelitian oleh Legstyana (2012)


Penelitian Legstyana (2012) tentang Komparasi Biaya Pelaksanaan
Penggunaan Bekisting Konvensional Dan Bekisting Sistem Peri. Penelitian tersebut
memiliki tujuan yaitu sebagai berikut :
a. Mengetahui biaya terhemat antara bekisting konvensional atau bekisting
sistem PERI.

b. Mengetahui faktor apa saja dalam memilih bekisting konvensional atau


bekisting sistem PERI untuk konstruksi gedung.
Kesimpulan berdasarkan tujuan dari penelitian tersebut adalah :
a. Jika proyek RED DOT hotel dikerjakan menggunakan bekisting sistem PERI
biaya pelat permeter persegi sebesar Rp 90.000,00 dengan selisih biaya Rp
24.471,66 atau sekitar 18,5 % lebih murah dari perhitungan menggunakan
perancah kayu yaitu rata-rata sebesar Rp. 110.471,66. Menilai hal tersebut
merupakan salah satu alasan pelaksana menggunakan jasa sub.kontraktor
yang menggunakan sistem PERI untuk pelaksanaan bekisting.
b. Selain itu dari segi biaya adapun alasan lain, yaitu hasil pekerjaan lebih rapi,
mengurangi limbah produksi, dan lebih kuat dan aman, adapun pilihan
menggunakan bekisting konvensional antara lain : pelaksana atau kontraktor
mempunyai ide memanfaatkan limbah bekisting, proyek berada di lokasi
yang memiliki banyak kayu / kayu mudah didapat dan murah.
4. Penelitian oleh Astina (2015).
Penelitian Astina (2015) tentang Value Engineering antara Perancah
Konvensional dengan Scaffolding pada Proyek Konstruksi (studi kasus Gedung
Bertingkat di SMPN 10 Denpasar Bali). Penelitian tersebut memiliki tujuan yaitu
untuk mengetahui perbedaan value engineering antara perancah konvensional
dengan scaffolding pada proyek konstruksi gedung bertingkat di SMPN 10
Denpasar. Adapun kesimpulan dari penelitian tersebut adalah:
7

a. Biaya total perancah konvensional untuk balok = Rp. 9,098,121.01

b. Biaya total perancah konvensional untuk plat = Rp. 51,981,750.00


c. Biaya total pembongkaran perancah konvensional balok dan plat = Rp.
73,295,845.21
d. Biaya total perancah scaffolding untuk plat = Rp. 312,000.00
e. Biaya total perancah scaffolding untuk balok = Rp. 342,000.00
f. Biaya total pembongkaran perancah scafolding balok dan plat = Rp.
51,064,188.00
g. Biaya sewa scaffolding lebih murah apabila dibandingkan dengan
biaya perancah konvensional.
2.2 Perbedaan Penelitian
Berdasarkan penelitian - penelitian sebelumnya, disimpulkan bahwa penghematan biaya dapat dilakuakan dengan melakukan
analisa untuk mencari nilai atau biaya yang lebih ekonomis dari penggunakan sebuah metode, alternatif-alternatif pekerjaan dan jenis
material dalam suatu proyek konstruksi.
Penelitian sekarang dan penelitian terdahulu memiliki perbedaan yang dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian Sekarang dan Terdahulu

No Penulis Judul Lokasi Subyek Hasil


1 Atmaja (2015) Analisis Proyek Bekisting Penggunaan metode floordeck memiliki nilai
Perbandingan biaya Pembangunan pada Struktur efisiensi sebesar 20% dan tingkat
pekerjaan struktur SD IT-Auliya 2 Pelat lantai penghematan sebesar 20% dibanding metode
Pelat lantai Bekisting dikota konvensional pada pekerjaan pelat lantai.
Konvensional Dan Balikpapan
Floordeck

8
Lanjutan Tabel 2. 1 Perbedaan Penelitian Sekarang dan Terdahulu

No Penulis Judul Lokasi Subyek Hasil


2 Kelirey (2017) Perbandingan Biaya Pembangunan Bekisting Didapat material yang akan digunakan ada
bekisting untuk Gedung Rumah pada struktur pekerjaan beskting dengan harga yang lebih
gedung berlantai Sakit Balok dan murah dan efisien.
banyak antara Universitas pelat lantai
Bekisting Mutiplek Islam Indonesia
dengan Bekisting
Tegofilm
3 Legstyana (2012) Komparasi Biaya Proyek Gedung Struktur Penggunaan bekisting sistem PERI biaya
Pelaksanaan Hotel Red Dot Pelat pelat permeter persegi sebesar Rp.
Penggunaan Bekisting Yogyakarta 90.000,00 dengan selisih harga Rp. 20.471,66
Konvensional Dan atau sekitar 18,5% lebih murah dibanding
Bekisting Sistem Peri menggunakan prancah kayu.
Hasil pekerjaan lebih rapi, mengurangi
limbah
konstruksi, aman dan kuat

9
Lanjutan Tabel 2. 1 Perbedaan Penelitian Sekarang dan Terdahulu

No Penu Judul Lokasi Subyek Hasil


lis
4 Astina (2015) Value Engineering Gedung Bertingkat Perancah Biaya sewa scaffolding lebih murah apabila
antara Perancah di SMPN 10 Konvensional dibandingkan dengan biaya perancah
Konvensional Denpasar Bali dan konvensional
dengan Scaffolding Scaffolding
pada Proyek
Konstruksi
5 Penulis (2018) Analisis Proyek Perancah Total harga perancah scaffolding Rp.
Perbandingan Biaya Pembangunan pada struktur 3.200.465.812,50, dengan selisih harga Rp.
antara Perancah Pondokan di Jl. Balok dan 680.271.809,33, atau sekitar 16,5% lebih murah

Konvensional Besi Raya pelat lantai dibandingkan perancah bambu.

dengan Scaffolding
pada Gedung
Bertingkat

10
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Rencana Anggaran Biaya

Perhitungan mengenai biaya pekerjaan sangatlah berpengaruh terhadap


kelancaran suatu proyek. Biaya yang di rencanakan seefesien mungkin tanpa
mempengaruhi atau mengurangi kekuatan struktur yang di rencanakan.

3.1.1 Definisi Rencana Anggaran Biaya


1. Rencana anggaran biaya (RAB) adalah:
a. Perhitungan terhadap biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan
sebuah proyek, meliputi : biaya upah, bahan, dan lain-lain.
b. Merencanakan bangunan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, beserta
besarnya biaya.
c. Bahasa matematis yang dapat dituliskan untuk definisi RAB yaitu,
RAB = Σ [ ( volume ) x hsp ] (3.1)
Keterangan : Σ = Penjumlahan
V = volume komponen pekerjaan
HSP = harga satuan tiap pekerjaan
2. Anggaran biaya

Perhitungan secara teliti, cermat dan memenuhi syarat untuk mengetahui


harga sebuah bangunan. Dalam penyusunan anggaran biaya, dapat di lakukan
melalui dua cara yaitu:

a. Anggaran biaya kasar (Taksiran), yaitu dengan menggunakan harga


satuan tiap meter persegi, misalnya pada luas lantai.
b. Anggaran biaya teliti, yaitu anggaran yang di perhitungkan secara teliti

11
12

c. dan cermat sesuai dengan ketentuan dan persyartan dalam penyusunan


anggaran biaya (RAB)

3.1.2 Fungsi Rencana Anggaran Biaya


Rencana Anggaran Biaya memiliki 4 fungsi utama antara lain :
1. Harus dapat menguraikan keseluruhan biaya upah kerja, material dan
peralatan termasuk biaya lainnya yang di perlukan seperti perizinan, kantor
atau gudang sementara, fasilatas pendukung seperti air dan listrik sementara

2. Menetapkan daftar dan jumlah masing-masing material di setiap komponen


pekerjaan yang didasarkan dari volume pekerjaan Sehingga tidak terjadi
kesalahan perhitungan terhadap volume di setiap komponen pekerjaan yang
dapat mempengaruhi jumlah kebutuhan material. daftar dan jenis material
yang tertuang dalam RAB menjadi dasar dalam pembelian material ke
supplier.
3. Menjadi dasar dalam pemilihan kontraktor pelaksana berdasarkan RAB yang
ada, maka akan di ketahui jenis dan besarnya pekerjaan yang akan di
laksanakan. Berdasarkan RAB dapat di ketahui juga apakah cukup
memerlukan satu kontraktor pelaksana saja atau apakah perlu memberikan
suatu pekerjaan kepada subkontraktor dalam menangani pekerjaan yang di
anggap memerlukan spesialis khusus.
4. Peralatan yang akan digunakan untuk kelancaran sebuah proyek akan
diuraikan didalam estimasi biaya yang ada. Dari RAB dapat di putuskan
apakah pengadaan peralatan dengan cara di beli langsung atau cukup dengan
sistem sewa. Kebutuhan peralatan yang di spesifikasikan berdasarkan jenis,
jumlah dan lama pemakaian dapat di ketahui berapa biaya yang di perlukan.

3.1.3 Langkah-Langkah Penyusunan Rencana Anggaran Biaya


Dalam pembuatan RAB memerlukan langkah-langkah yang mendasari suatu
konstruksi. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 11-PRT-M-2013 tentang
pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Analisa harga
13

satuan pekerjaan yang mengatur tentang rencana anggaran biaya, langkah- langkah
dalam pembuatan RAB yaitu

1. Persiapan dan Pengecekkan gambar kerja.


Gambar kerja merupakan dasar dalam penentuan pekerjaan pada komponen
bangunan yang akan dikerjakan. Dari gambar dapat terlihat ukuran, bentuk
dan spesifikasi pekerjaan. Perlu di pastikan bahwa gambar mengandung
semua ukuran dan spesifikasi material yang selanjutnya digunakan untuk
mempermudah perhitungan volume pekerjaan. Selain itu perlu dilakukan
pengecekkan terhadap harga-harga material dan upah yang ada disekitar atau
dekat dengan lokasi bangunan yang akan dikerjakan.
2. Perhitungan Volume.
Langkah awal dalam menghitung volume pekerjaan, yang perlu dilakukan
adalah dengan mengurutkan item pekerjaan yang akan di laksanakan sesuai
gambar kerja yang ada.
3. Membuat Harga Satuan Pekerjaan.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam menghitung harga satuan pekerjaan
adalah sebagai berikut:
a. Indeks (koenfsien) analisa pekerjaan
Koefisien analisa pekerjaan dapat ditentukan dengan menggunakan
koefisien resmi yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 11-PRT-M-2013 tentang pedoman Analisa Harga Satuan
Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum.
1) Harga material / bahan sesuai satuan.
2) Harga upah kerja perhari termasuk mandor, kepala tukang,
tukang dan pekerja
b. Perhitungan Jumlah Biaya Pekerjaan.
Biaya pekerjaan merupakan hasil perkalian antara volume dengan harga
satuan pekerjaan.
c. Rekapitulasi.
Rekapitulasi adalah total penjumlahan dari masing-masing sub item
14

pekerjaan.

3.1.4 Perkiraan Biaya

Perkiraan biaya dibedakan dari anggaran dalam hal perkiran biaya terbatas
pada tabulasi biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan tertentu proyek ataupun
proyek keseluruhan. Sedangkan anggaran merupakan perencanaan terinci,
perkiraan biaya dari bagian atau keseluruhan kegiatan proyek yang dikaitkan
dengan waktu (time-phased). Perkiraan biaya erat hubungannya dengan analisis
biaya yang menitik beratkan pada pengkajian dan pembahasan biaya kegiatan masa
lalu yang akan dipakai sebagai masukan. Estimasi analisis merupakan metode yang
secara tradisional dipakai oleh estimator untuk menentukan setiap tarif komponen
pekerjaan. Setiap komponen pekerjaan dianalisa kedalam komponen-komponen
utama tenaga kerja, material, peralatan, dan lain-lain. Penekanan utamanya
diberikan faktor-faktor proyek seperti jenis, ukuran, lokasi, bentuk dan tinggi yang
merupakan faktor penting yang mempengaruhi biaya

3.2 Definisi Perancah

Perancah merupakan bagian penting pada pekerjaan struktur beton. Berikut


beberapa pendapat mengenai perancah antara lain:
1. Menurut Peraturan Menakertrans No.1 (1980) tentang Keselamatan Kerja dan
Konstruksi Bangunan, perancah (scaffold) adalah bangunan peralatan
(platform) yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga
tenaga kerja, bahan-bahan serta alalt-alat pada setiap pekerjaan konstruksi
bangunan termasuk pekerjaan dan pemeliharaan.
2. Frick dkk (2007) mengatakan, perancah adalah konstruksi dari batang bambu,
kayu, atau pipa baja yang didirikan ketika suatu gedung sedang dibangun
untuk menjamin tempat kerja yang aman bagi tukang yang membangun
gedung, memasang sesuatu, atau mengadakan pekerjaan pemeliharaan.
15

3.3 Jenis - jenis Perancah

Berdasarkan material bahannya, terdapat bermacam-macam jenis perancah

3.3.1 Perancah Bambu

Pada perancah bambu diberi kekuatan dan pembebanannya terbatas hingga


40 kN. Perancah bambu menggunakan alat sambung dari paku dengan jumlah yang
besar. Adapun keuntungan pemakaian perancah dari bambu adalah :

1. Harga relatif murah


2. Dapat dengan baik menerima getaran, tumbukan, dan perlakuan yang kasar.
Sementara itu kerugian dari penggunaan perancah dari bambu adalah :

1. Kemungkinan penggunaan ulang yang kecil.


2. Pengerjaan pemasangannya cukup rumit.
3. Bongkar pasang perancah bambu membutuhkan waktu yang lama.
4. Pemakaian tenaga kerja dalam jumlah yang besar.
5. Keterbatasan ukuran standar.

Penggunaan perancah bambu mulai berkurang karena bermunculan berbagai


macam material yang tidak memerlukan banyak penanganan namun dengan
penyetelan yang mudah. Tetapi dengan keterbatasan peralatan yang ada, perancah
dari bambu masih digunakan pada proyek-proyek yang berskala kecil. Salah
satunya adalah pembangunan pondokan di Jl. Besi Raya. Berikut adalah contoh
gambar penggunaan perancah dari bambu
16

Gambar 3.1 Perancah Bambu

3.3.2 Scaffolding

Scaffolding adalah perancah yang bahannya terbuat dari baja. Scaffolding


dapar dirangkaikan satu sama lain sehingga dengan demikian dapat tercapai
pembebanan yang lebih besar. Scaffolding digunakan dengan tujuan sebagai tempat
untuk bekerja yang aman bagi pekerja konstruksi sehingga keselamatan kerja
terjamin dan sebagai pelindung bagi pekerja yang lain seperti pekerja yang berada
di bawah agar terlindung dari jatuhnya bahan atau alat. Berdasarkan fungsinya,
konstruksi scaffolding menurut Frick dkk (2012) dapat dibagi atas :
1. Konstruksi scaffolding kerja panggung,

2. Konstruksi scaffolding pengaman,

3. Konstruksi scaffolding penyangga tegak dan mendatar

Perancah yang terbuat dari material baja dan merupakan produk pabrikasi
lebih dikenal dengan istilah scaffolding dibuat di pabrik namun dapat dirangkai di
lokasi pembangunan konstruksi karena terdiri dari bebrapa komponen. Komponen-
17

komponen yang ada dalam satu scaffolding adalah rangka main frame atau walk
thru frame, diagonal bidang bracing atau cross brace, adjustable jack atau jack
base, brace locking (pen), join pin dan u head. Komponen-komponen scaffolding
seperti pada gambar 3.2 berikut.

Gambar 3.19 Komponen Scaffolding

Komponen-komponen scaffolding dan fungsinya :

1. Main frame
Main frame berfungsi untuk mengatur ketinggian dan lebar scaffolding
yang akan dirangkai sesua dengan kebutuhan bangunan. Jika
ketinggian satu main frame belum mencukupi kebutuhan tinggi
bangunan, maka dapat ditambahkan main frame lagi diatasnya (arah
vertical) dan jika lebar main frame belum mencukupi kebutuhan
bangunan maka dapat ditambahkan lagi main frame ke sisi
sampingnya (arah horizontal).
18

2. Cross Brace
Cross brace berfungsi untuk memberikan jarak horizontal antar main frame
dan sebagai pengaku scaffolding agar tidak goyang. Cross brace merupakana
dua pipa yang saling bersilangan yang dihubungkan bagian tengahnya,
digunakan sebagai pengikat antara masing – masing main frame sehingga
main frame dapat berdiri tegak. Selain itu, cross brace juga dapat mengurangi
factor tekuk yang terjadi pada standart scaffolding terutama jika main frame
disambungkan ke atas. Pemasangan cross brace cukup mudah yaitu dengan
memasukkan pen yang ada di tiap-tiap frame ke lubang yang tersedia pada
cross brace kemudian dikunci dengan brace locking yang ada di badan main
frame.
3. Jack base

Jack base berfungsi sebagai kaki dari main frame yang dapat diatur
ketinggiannya untuk menambah ketinggian scaffolding sesuai dengan
ketinggian yang dibutuhkan. Jack base juga berfungsi sebagai bagian yang
meratakan ketinggian scaffolding agar main frame dapat berdiri dengan
ketinggian yang rata.
4. Joint Pin

Joint pin berfungsi sebagai penyumbang dan pengunci antar suatu main frame
dengan main frame diatasnya.

5. U-head

U-head merupakan bagian teratas scaffolding karena fungsinya untuk


menahan balok suri yang (balok yang menyalurkan beban-beban dari
bekisting ke scaffolding) yang juga dapat diatur ketinggiannya sama seperti
jack base. Bagian ini disebut U-head karena bentuknya yang menyerupai
huruf U dan dipasang di bagian atas.
19

3.4 Persyaratan Acuan Perancah

Astina (2015) suatu konstruksi tambahan yang merupakan mal atau cetakan
pada bagian sisi dan bawah dari bentuk beton yang dikehendaki. Dengan kata lain
acuan perancah adalah suatu konstruksi sementara dari suatu bangunan yang
fungsinya untuk mendapatkan konstruksi beton yang dikehendaki setelah betonnya
mengeras. Persyaratan–persyaratan suatu konstruksi acuan perancah adalah :
1. Kuat menahan berat beton segar, getaran vibrator, peralatan yang digunakan,
berat sendiri, berat orang yang bekerja dan pengaruh kejutan.

2. Kaku, terutama akibat dari beban horizontal yang membuat cetakan mudah
goyang atau labil. Selain itu acuan perancah tidak boleh melebihi deformasi
yang dizinkan.
3. Kokoh, sehingga mampu menghasilkan bentuk penampang beton seperti
yang diharapkan, tanpa mengalami perubahan bentuk yang berarti, oleh
karena itu maka ukuran dan kedudukan cetakan harus teliti atau sesuai dengan
gambar perencanaan.
4. Bersih, karena dalam pengecoran kotoran mungkin akan naik dan masuk ke
dalam adukan beton sehingga akan mengurangi mutu beton, dan jika kotoran
tidak naik maka akan melekat pada permukaan beton dan sulit dibersihkan.
5. Mudah dibongkar, agar tidak merusak beton yang sudah jadi dan dapat
digunakan berkali-kali.
6. Rapat, Sambungan-sambungan pada cetakan harus rapat dan lubang-lubang
yang disebabkan oleh serangga harus ditutup, sehingga cairan semen dan
agregat tidak keluar dari celah-celah sambungan.
7. Material atau bahan yang digunakan harus mudah dipaku atau sekrup dan
dalam membuat bagian cetakan harus mudah dirangkai sehingga dapat
dilaksanakan dengan tenaga kerja minimal yang pada akhirnya akan
memperoleh efisiensi waktu yang maksimal.
8. Optimal, kebutuhan bahan dan tenaga kerja harus seefektif dan seefisien
mungkin yang akhirnya menguntungkan semua pihak.
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
merupakan penelitian ini mendeskripsikan suatu peristiwa sekarang yang diawali dengan
survey dan pengambilan data yang datanya di peroleh dengan wawancara langsung
kepada pihak pelaksana dan ada juga data yang diperoleh dari observasi langsung di
lapangan. Langkah kedua berupa dilakukannya studi literatur dengan menggunakan
analisa yang lebih mendalam yang diwujudkan dengan pengolahan data yang lebih fokus
dan menyeluruh yang diakhiri dengan penarikan kesimpulan.

4.2 Subyek dan Obyek Penelitian


Subyek penelitian ini adalah harga satuan pekerjaan rencana anggaran biaya pada
pada proyek Pembangunan Pondokan Besi di Jl. Besi Raya, Besi, Sukoharjo,
Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Obyek penelitian ini adalah perbandingan biaya
terhadap masing-masing jenis material perancah yang akan digunakan yaitu antara
perancah konvensional dengan scaffolding.

4.3 Data Penelitian


Data penelitian yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi.
Data yang digunakan dalam penelitian dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

1. Data Primer

Data primer dengan metode wawancara yaitu dengan mewawancarai langsung


Pelaksana dari proyek pembangunan Pondokan Besi. Data primer dari
penelitian ini adalah berupa informasi mengenai upah pekerja yang meliputi
mandor, tukang, pembantu tukang Pondokan Besi khususnya pada pekerjaan
pemasangan perancah.

20
21

2. Data Sekunder
Data sekunder yang dibutuhkan dalam mengerjakan penelitian ini yaitu
Gambar Kerja Pondokan Besi

4.4 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada proyek Pembangunan Pondokan Besi di Jl.
Besi Raya, Besi, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta. Peta Lokasi dapat
dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Lokasi Penelitian

(Sumber : google earth)

4.5 Waktu Pengumpulan Data

Proyek pembangunan Pondokan Besi dimulai bulan Januari 2018 dan


direncanakan selesai bulan Februari 2019. Data yang diambil adalah data pekerjaan
perancah bambu yang dikerjakan pada bulan Juni – Oktober 2018.
22

4.6 Langkah Penelitian

Alur penelitian merupakan tahapan - tahapan yang dilakukan dalam


menyelesaikan penelitian ini. Berikut tahapan - tahapan yang dilakukan dalam penelitian
ini, yaitu :

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah suatu tindakan yang dibutuhkan untuk menentukan


masalah apa yang dapat dijadikan topik dalam penelitian ini yang kemudian
dikerucutkan lagi menjadi judul penelitian ini. Topik dan judul penelitian yang
telah didapatkan kemudian didiskusikan dan dikonsultasikan kepada dosen
pembimbing. Setelah melakukan konsultasi dengan dosen pembimbing didapatkan
didapatkan keputusan apakah judul dan topik penelitian tersebut dapat
digunakan.
2. Pengambilan Data dan Survei

Sebuah penelitian memiliki data – data yang diperlukan untuk menyempurnakan


penelitian tersebut. Data – data yang diperlukan pada penelitian ini secara rinci telah
dijelaskan pada sub bab (4.3), untuk mendapatkan dibutuhkan survei langsung ke
pengarsipan dokumen- dokumen yang berhubungan dengan pembangunan
Pondokan Besi.

4.7 Pengolahan Data


Data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan masih bersifat mentah dan masih
perlu pengolahan lebih lanjut. Tahap pengolahan data dilakukan dengan mencari
kebutuhan perancah bamboo dan scaffolding pada proyek bedasarkan hasil observasi.

4.7.1 Langkah Analisis

Dari data-data yang diamati dan dicatat tersebut dapat dihitung kebutuhan
perancah bambu dan scaffolding kemudian dilakukan analisis biaya untuk
mengetahui perbandingan biaya antara perancah bamboo dan scaffolding. Adapun
langkah-langkah analisis perhiutngan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sebagai
berikut:
23

1. Menentukan harga satuan perkerjaan. Harga satuan pekerjaan dapat


dipisahkan menjadi harga upah dan material

2. Menghitung jumlah biaya pekerjaan tiap lantai dan harga satuan kerja sudah
bisa dihitung, maka langkah selanjutnya mengalikan angka tersebut sehingga
dapat ditentukan jumlah biaya dari masing-masing pekerjaan.

3. Menghitung biaya total seluruh pekerjaan

4.7.2 Bagan Alir Penelitian


Proses penelitian ini dilakukan dengan observasi dilapangan yang kemudian data
hasil pengamatan diolah dihitung harga satuan pekerjaannya. Selain itu juga dilakukan
wawancara atau interview untuk mendapatkan data biaya yang dibutuhkan atau data-
data perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB). Sehingga akan didapatkan
perbandingan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dengan Rencana Anggaran Pelaksanaan
pada pekerjaan pelat lantai konvensional. Proses penelitian dapat dilihat pada Gambar
4.2 berikut disajikan bagan alir (flow chart) penelitian ini.
24

Mulai

Studi Literatur

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Persiapan
1. Survey Lapangan
2. Daftar Pertanyaan
3. Peralatan

Pengumpulan data yang dibutuhkan

Data Primer : Data Sekunder :

Wawancara Gambar Kerja

A
25

Analisis Data
1. Menghitung Volume Pekerjaan
2. Menghitung Kebutuhan perancah
3. Menghitung Analisa harga satuan pekerjaan
4. Menghitung biaya total seluruh pekerjaan

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 4.2 Bagan Alir Penelitian


BAB V
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

5.1 Data
Dalam perencanaan sebuah proyek pembangunan di pengaruhi oleh nilai
suatu pekerjaan dengan metode pekerjaan yang akan digunakan ke dalam sebuah
pekerjaan. Analisis terhadap rencana anggaran biaya merupakan cara untuk
membandingkan alternatif metode untuk mengetahui metode yang lebih efektif
dilihat dari segi biaya dan selanjutnya digunakan atau di implementasikan pada
pelaksanaan sebuah proyek.
Untuk mengetahui hasil yang di inginkan maka dilakukan analisis terhadap
rencana anggaran biaya pekerjaan perancah yaitu dengan membandingkan rencana
anggaran biaya perancah yang menggunakan bambu dengan rencana anggaran
biaya perancah yang menggunakan scaffolding.

Berikut ini merupakan data proyek pembangunan yang menjadi obyek dalam
pengerjaan Tugas Akhir penulis :

Nama Proyek : Pembangunan Rumah Pemondokan


Pemilik Proyek : Yogo Pratomo
Jumlah Lantai : 4 Lantai
Lokasi Proyek : Jl. Besi Raya, Besi, Sukoharjo, Ngaglik, Sleman,
aiYogyakarta
Kontraktor : Swakelola
Konsultan Pengawas : Swakelola
Perencana : Achmad Nurcahyo S.T.
Rencana Penyelesaian : 21 Bulan
Proyek terlaksana : 90 %

26
27

Dalam analisis rencana anggaran biaya terutama pada pekerjaan perancah


yaitu antara perancah yang menggunakan bambu dengan yang menggunakan
scaffolding, tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jumlah material
yang dibutuhkan, jumlah pekerja yang butuhkan. Oleh karena itu dilakukan
perbandingan rencana anggaran biaya perancah terhadap penggunaan kedua jenis
perancah tersebut untuk mengetahui biaya jenis perancah yang lebih efektif dan
murah.

5.2 Analisis Data


5.2.1 Menghitung Luas Balok
Pada proyek pembangunan pondokan yang memiliki 4 lantai, terdapat
beberapa tipe balok dan pelat dimana memiliki dimensi yang berbeda-beda.
Gambar dibawah ini merupakan potongan gambar pada struktur lantai 1 untuk
mewakili cara perhitungan luasan perancah balok.

Gambar 5. 1 Potongan Gambar Struktur Balok Lantai 1


28

1. Luas Volume balok B1


Terdapat 4 Balok B1 dengan dimensi dan ukuran b = 0,3 m, h= 0,5 m,
p = 5,7 m.
Maka :
Luas Volume = (p x b) x 4
= (5,7 x 0,3) x 4

= 6,84 m2

2. Luas Volume balok B3


Terdapat 3 Balok B3 dengan dimensi dan ukuran b = 0,3 m, h= 0,55m,
p = 4,7 m.
Maka :
Luas Volume = (p x b) x 3
= (4,7 x 0,3) x 3

= 4,23 m2

3. Luas Volume balok B5


Terdapat 4 Balok B5 dengan dimensi dan ukuran b = 0,2 m, h= 0,4 m,
p = 5,8 m.
Maka :
Luas Volume = (p x b) x 4
= (5,8 x 0,2) x 4

= 4,64 m2

4. Luas Volume balok B6


Terdapat 2 Balok B6 dengan dimensi dan ukuran b = 0,2 m, h= 0,4 m,
p = 0,25 m.
Maka :
Luas Volume = (p x b) x 2
= (0,25 x 0,2) x 2

=0,1 m2
29

5. Luas Volume balok B8


Terdapat 2 Balok B1 dengan dimensi dan ukuran b = 0,2 m, h= 0,4 m,
p = 0,75 m.
Maka :
Luas Volume = (p x b) x 2
= (0,75 x 0,2) x 2

= 0,15 m2

Dengan cara yang sama seperti diatas dihitung keseluruhan luas untuk Balok
yang dapat dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini. Gambar balok dapat dilihat pada
lampiran 6.

Tabel 5. 1 Rekapitulasi Perhitungan Luas Balok


Balok Panjang Lebar Jumlah Lantai Lantai Lantai Luas
(m) (m) Balok 1 2 3 Total
(m2)
B1 5,7 0,3 20 34,2 34,2 34,2 102,6
B2 4,2 0,3 8 10,08 10,08 10,08 30,24
B3 4,7 0,3 17 23,97 23,97 23,97 71,91
B4 4,7 0,2 9 8,46 8,46 8,46 25,38
B5 5,8 0,2 9 10,44 10,44 10,44 31,32
B6 0,25 0,2 10 0,5 0,5 0,5 1,5
B7 4,2 0,2 6 5,04 5,04 5,04 15,12
B8 0,75 0,2 4 0,6 0,6 0,6 1,8
B9 1,95 0,2 1 0,39 0,39 0,39 1,17
B10 3,75 0,2 1 0,75 0,75 0,75 2,25
B11 1,45 0,2 2 0,58 0,58 0,58 1,74
B12 3,8 0,2 1 0,76 0,76 0,76 2,28
B13 3,25 0,2 1 0,65 0,65 0,65 1,95
30

Luas
Panjang Lebar Jumlah Lantai Lantai Lantai
Balok Total
(m) (m) Balok 1 2 3
(m2)
B14 0,7 0,2 1 0,14 0,14 0,14 0,42
B15 1,25 0,2 1 0,25 0,25 0,25 0,75
B16 0,95 0,3 3 0,855 0,855 0,855 2,565
B17 1,45 0,2 1 0,29 0,29 0,29 0,87
B18 1,85 0,15 17 4,7175 4,7175 4,7175 14,1525
B19 1,175 0,15 30 5,2875 5,2875 5,2875 15,8625
B20 1,775 0,15 2 0,5325 0,5325 0,5325 1,5975
B21 1,75 0,15 6 1,575 1,575 1,575 4,725
B22 1,825 0,15 7 1,91625 1,91625 1,91625 5,74875
B23 0,25 0,15 8 0,3 0,3 0,3 0,9
B24 1,25 0,15 1 0,1875 0,1875 0,1875 0,5625
B25 1,325 0,15 8 1,59 1,59 1,59 4,77
B26 0,825 0,15 3 0,37125 0,37125 0,37125 1,11375
B27 0,75 0,15 4 0,45 0,45 0,45 1,35
B28 0,275 0,15 2 0,0825 0,0825 0,0825 0,2475
B29 3,85 0,15 1 0,5775 0,5775 0,5775 1,7325
Luas 65,75 5,6 184 115,5425 115,5425 115,5425 346,6275
Total

5.2.2 Menghitung Luas Pelat Lantai


Gambar dibawah ini merupakan potogan gambar pada struktur lantai 1 untuk
mewakili cara perhitungan luasan perancah pelat lantai.
31

Gambar 5. 2 Potongan Gambar Struktur Pelat Lantai 1

1. Luas Volume Pelat A55


Diketahui Pelat A56 dengan dimensi dan ukuran P = 5,7 m, L= 3,3 m.
Maka :
Luas Volume =PxL
= 5,7 x 3,3

= 188,1 m2
2. Luas Volume Pelat A56
Diketahui Pelat A56 dengan dimensi dan ukuran P = 5,7 m, L= 3,3 m.
Maka :
Luas Volume =PxL
= 5,7 x 3,3

= 188,1 m2
3. Luas Volume Pelat A6
Diketahui Pelat A6 dengan dimensi dan ukuran P = 1,775 m, L= 0,25
m.
Maka :
Luas Volume =PxL
32

= 1,775 x 0,25

= 0,44375 m2
4. Luas Volume Pelat A7
Diketahui Pelat A7 dengan dimensi dan ukuran P = 1,825 m, L= 0,25
m.
Maka :
Luas Volume =PxL
= 1,825 x 0,25

= 0,4562 m2
5. Luas Volume Pelat A8
Diketahui Pelat A8 dengan dimensi dan ukuran P = 1,75 m, L= 0,25
m.
Maka :
Luas Volume =PxL
= 1,75 x 0,25

= 0,4375 m2

Dengan cara yang sama seperti diatas dihitung keseluruhan luas untuk
pelat lantai yang dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah ini. Gambar Pelat Lantai
dapat dilihat pada lampiran 5.

Tabel 5. 2 Rekapitulasi Perhitungan Luas Pelat Lantai


Luas
Panjang Lebar Jumlah Lantai Lantai Lantai
Pelat Total
(m) (m) Pelat 1 2 3
(m2)
A1 1,025 1,85 17 32,23625 32,23625 32,23625 96,70875
A2 3,75 3,375 1 12,65625 12,65625 12,65625 37,96875
A3 1,775 1,175 1 2,085625 2,085625 2,085625 6,256875
A4 1,825 1,325 1 2,418125 2,418125 2,418125 7,254375
A5 1,75 4,7 1 8,225 8,225 8,225 24,675
33

Luas
Panjang Lebar Jumlah Lantai Lantai Lantai
Pelat Total
(m) (m) Pelat 1 2 3
(m2)
A6 0,25 1,775 1 0,44375 0,44375 0,44375 1,33125
A7 0,25 1,825 1 0,45625 0,45625 0,45625 1,36875
A8 0,25 1,75 1 0,4375 0,4375 0,4375 1,3125
A9 3,375 1,75 1 5,90625 5,90625 5,90625 17,71875
A10 1,175 1,75 1 2,05625 2,05625 2,05625 6,16875
A11 1,825 1,175 1 2,144375 2,144375 2,144375 6,433125
A12 1,325 1,775 1 2,351875 2,351875 2,351875 7,055625
A13 3,75 3,375 1 12,65625 12,65625 12,65625 37,96875
A14 0,25 1,75 1 0,4375 0,4375 0,4375 1,3125
A15 0,25 1,825 1 0,45625 0,45625 0,45625 1,36875
A16 0,25 1,775 1 0,44375 0,44375 0,44375 1,33125
A17 3,37 3,375 1 11,37375 11,37375 11,37375 34,12125
A18 1,775 1,325 1 2,351875 2,351875 2,351875 7,055625
A19 1,825 1,175 1 2,144375 2,144375 2,144375 6,433125
A20 1,75 3,375 1 5,90625 5,90625 5,90625 17,71875
A21 1,75 1,175 1 2,05625 2,05625 2,05625 6,16875
A22 0,25 1,775 1 0,44375 0,44375 0,44375 1,33125
A23 0,25 1,825 1 0,45625 0,45625 0,45625 1,36875
A24 0,25 1,75 1 0,4375 0,4375 0,4375 1,3125
A25 1,75 4,7 1 8,225 8,225 8,225 24,675
A26 3,75 4,7 1 17,625 17,625 17,625 52,875
A27 3,85 1,025 1 3,94625 3,94625 3,94625 11,83875
A28 0,25 1,75 1 0,4375 0,4375 0,4375 1,3125
A29 0,25 3,75 1 0,9375 0,9375 0,9375 2,8125
A30 1,775 1,325 1 2,351875 2,351875 2,351875 7,055625
A31 3,75 3,375 1 12,65625 12,65625 12,65625 37,96875
A32 1,75 3,375 1 5,90625 5,90625 5,90625 17,71875
A33 1,825 1,175 1 2,144375 2,144375 2,144375 6,433125
34

Luas
Panjang Lebar Jumlah Lantai Lantai Lantai
Pelat Total
(m) (m) Pelat 1 2 3
(m2)
A34 1,75 1,175 1 2,05625 2,05625 2,05625 6,16875
A35 0,25 1,775 1 0,44375 0,44375 0,44375 1,33125
A36 0,25 1,825 1 0,45625 0,45625 0,45625 1,36875
A37 0,25 1,75 1 0,4375 0,4375 0,4375 1,3125
A38 1,75 4,7 1 8,225 8,225 8,225 24,675
A39 2,25 3,375 1 7,59375 7,59375 7,59375 22,78125
A40 1,825 1,325 1 2,418125 2,418125 2,418125 7,254375
A41 0,275 1,175 1 0,323125 0,323125 0,323125 0,969375
A42 0,75 3,375 1 2,53125 2,53125 2,53125 7,59375
A43 1,175 0,75 1 0,88125 0,88125 0,88125 2,64375
A44 0,25 1,75 1 0,4375 0,4375 0,4375 1,3125
A45 0,25 1,825 1 0,45625 0,45625 0,45625 1,36875
A46 0,25 0,275 1 0,06875 0,06875 0,06875 0,20625
A47 0,25 0,75 1 0,1875 0,1875 0,1875 0,5625
A48 1,25 1,825 1 2,28125 2,28125 2,28125 6,84375
A49 1,25 1,825 1 2,28125 2,28125 2,28125 6,84375
A50 4,2 3,8 1 15,96 15,96 15,96 47,88
A51 5,7 3,8 1 21,66 21,66 21,66 64,98
A52 3,75 3,8 1 14,25 14,25 14,25 42,75
A53 1,95 3,3 1 6,435 6,435 6,435 19,305
A54 5,7 3,3 1 18,81 18,81 18,81 56,43
A55 5,7 3,3 1 18,81 18,81 18,81 56,43
A56 5,7 3,3 1 18,81 18,81 18,81 56,43
A57 0,75 1,775 1 1,33125 1,33125 1,33125 3,99375
A58 0,75 1,825 1 1,36875 1,36875 1,36875 4,10625
A59 0,75 1,75 1 1,3125 1,3125 1,3125 3,9375
A60 0,675 1,775 1 1,198125 1,198125 1,198125 3,594375
A61 0,825 1,825 1 1,505625 1,505625 1,505625 4,516875
35

Luas
Panjang Lebar Jumlah Lantai Lantai Lantai
Pelat Total
(m) (m) Pelat 1 2 3
(m2)
A62 3,75 3,375 1 12,65625 12,65625 12,65625 37,96875
A63 1,75 3,375 1 5,90625 5,90625 5,90625 17,71875
A64 0,75 1,75 1 1,3125 1,3125 1,3125 3,9375
A65 0,75 1,825 1 1,36875 1,36875 1,36875 4,10625
A66 0,75 1,775 1 1,33125 1,33125 1,33125 3,99375
A67 0,675 1,75 1 1,18125 1,18125 1,18125 3,54375
A68 0,675 1,825 1 1,231875 1,231875 1,231875 3,695625
A69 1.775 0,825 1 1464,375 1464,375 1464,375 4393,125
A70 1,75 3,375 1 5,90625 5,90625 5,90625 17,71875
A71 3,375 3,75 1 12,65625 12,65625 12,65625 37,96875
A72 0,75 1,775 1 1,33125 1,33125 1,33125 3,99375
A73 0,75 1,825 1 1,36875 1,36875 1,36875 4,10625
A74 0,75 1,75 1 1,3125 1,3125 1,3125 3,9375
A75 0,825 1,775 1 1,464375 1,464375 1,464375 4,393125
A76 1,825 0,675 1 1,231875 1,231875 1,231875 3,695625
A77 1,75 0,675 1 1,18125 1,18125 1,18125 3,54375
A78 3,75 3,375 1 12,65625 12,65625 12,65625 37,96875
A79 1,75 3,375 1 5,90625 5,90625 5,90625 17,71875
A80 1,75 0,75 1 1,3125 1,3125 1,3125 3,9375
A81 1,75 4,2 1 7,35 7,35 7,35 22,05
A82 1,175 1,825 1 2,144375 2,144375 2,144375 6,433125
A83 1,775 1,325 1 2,351875 2,351875 2,351875 7,055625
A84 0,25 1,825 1 0,45625 0,45625 0,45625 1,36875
A85 0,25 1,775 1 0,44375 0,44375 0,44375 1,33125
A86 3,75 2,875 1 10,78125 10,78125 10,78125 32,34375
A87 1,775 1,325 1 2,351875 2,351875 2,351875 7,055625
A88 1,825 1,175 1 2,144375 2,144375 2,144375 6,433125
A89 1,75 1,175 1 2,05625 2,05625 2,05625 6,16875
36

Luas
Panjang Lebar Jumlah Lantai Lantai Lantai
Pelat Total
(m) (m) Pelat 1 2 3
(m2)
A90 0,25 1,775 1 0,44375 0,44375 0,44375 1,33125
A91 0,25 1,825 1 0,45625 0,45625 0,45625 1,36875
A92 0,25 1,75 1 0,4375 0,4375 0,4375 1,3125
A93 3,75 3,375 1 12,65625 12,65625 12,65625 37,96875
A94 1,75 3,375 1 5,90625 5,90625 5,90625 17,71875
A95 1,75 4,7 1 8,225 8,225 8,225 24,675
A96 1,825 1,325 1 2,418125 2,418125 2,418125 7,254375
A97 0,275 1,175 1 0,323125 0,323125 0,323125 0,969375
A98 2,25 3,375 1 7,59375 7,59375 7,59375 22,78125
A99 1,25 1,175 1 1,46875 1,46875 1,46875 4,40625
A100 0,25 1,75 1 0,4375 0,4375 0,4375 1,3125
A101 0,25 1,825 1 0,45625 0,45625 0,45625 1,36875
A102 0,25 0,275 1 0,06875 0,06875 0,06875 0,20625
A103 1,25 0,15 1 0,1875 0,1875 0,1875 0,5625
A104 1,925 1,25 1 2,40625 2,40625 2,40625 7,21875
A105 0,75 1,45 1 1,0875 1,0875 1,0875 3,2625
Luas 1939,42 224,575 121 1927,684 1927,684 1927,684 5783,053
Total

5.2.3 Daftar Harga Bahan dan Upah


Data satuan harga ini diperoleh dengan cara wawancara dengan praktisi
dilapangan dan juga hasil survey yang dilakukan sepeti pada lampiran. Berikut
daftar harga bahan dan upah dapat di lihat pada tabel 5.3 berikut ini :
37

Tabel 5.3 Harga Bahan dan Upah


No Uraian Harga (Rp) Satuan Keterangan
A Daftar Uraian Pekerja
1 Kepala Tukang Rp 125.000,00 OH
2 Tukang Kayu Rp 100.000,00 OH
3 Pekerja Rp 80.000,00 OH
4 Mandor Rp 150.000,00 OH
B Daftar Uraian Barang
1 Bambu Rp 10.000,00 Batang
2 Tali Ijuk Rp 1.700,00 Meter
(Main Frame,
3 Scaffolding Rp 30.000,00 Set Cross Brace,
Join pin)
4 Head Jack Rp 6.000,00 Buah
5 Base Jack Rp 6.000,00 Buah
(Sumber : Proyek Pondokan Besi)

5.2.4 Analisis Kebutuhan Biaya Perancah Pelat dan Balok Dengan


Menggunakan Bambu
Berdasarkan wawancara di lapangan untuk jarak antar bambu pada balok
adalah 0,4 m, sedangkan jarak antar bambu pada pelat adalah 0,6 m. Adapun
perancah bambu selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.3
38

Gambar 5.3 Sketsa Kebutuhan Bambu

Diketahu kebutuhan bambu untuk lantai 1 berdasarkan gambar diatas maka didapat
sebanyak 2273 batang, sementara ijuk yang diperlukan untuk setiap bambu adalah 2 meter.

Pada lantai 1 kebutuhan bambu sebanyak 2273, sedangkan pada lantai 2 berdasarkan
wawancara kebutuhan bambu di tambah 15%, jadi pembelian bambu untuk lantai 2 adalah
2273 x 0,15 = 341, untuk lantai 3 kebutuhan bambu juga ditambah sebesar 15%, jadi
kebutuhan bambu untuk lantai 3 adalah (2273 + 341) x 0,15 = 392. Jadi total bambu yang
digunakan pada proyek ini adalah 2273 + 341 +392 = 3006 batang.

Untuk menentukan Harga satuan dibutuhkan data besarnya indeks pekerjaan yang
pada penelitian ini menggunakan acuan indeks harga Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum No 11 – PRT – M – 2013 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan
Bidang Pekerjaan Umum.. Analisa harga satuan pekerjaan Perancah dapat dilihat
pada tabel berikut.
39

Tabel. 5.4 Analisis Harga Satuan Bahan Pemasangan Bambu


Pemasangan 1m2 Perancah bambu
Harga Jumlah
No Uraian Koefisien Satuan satuan Harga
(Rp) (Rp)
A. Bahan
1 bambu 1,25 batang Rp 10.000,00 Rp 12.500,00
2 tali ijuk 0,186 meter Rp 1.700,00 Rp 316,20
Jumlah Harga Bahan Lantai 1 Rp 12.816,00
Jumlah Harga Bahan Lantai 2 Rp 14.738,00
Jumlah Harga Bahan Lantai 3 Rp 16.949,42
Hasil wawancara dengan praktisi dilapangan, untuk pemakaian bahan yang
pertama, bambu tidak melakukan penambahan akibat kerusakan pembongkaran
sedangkan pada pemakaian yang kedua, dan ketiga bambu ditambah masing-
masing sebesar 15% atau 0,15.

Tabel. 5.5 Analisis Harga Satuan Tenaga Kerja Pemasangan Bambu


Jumlah
Harga satuan
No Uraian Koefisien Satuan Harga
(Rp)
(Rp)
B. Tenaga kerja
1 pekerja 1 OH Rp 80.000,00 Rp 80.000,00
2 tukang kayu 2 OH Rp 100.000,00 Rp 200.000,00
3 kepala tukang 0,2 OH Rp 125.000,00 Rp 25.000,00
4 mandor 0,05 OH Rp 150.000,00 Rp 7.500,00
Jumlah Upah Tenaga Kerja Rp 312.500,00
BI Khusus lantai 1 1 OH Rp 312.500,00 Rp 312.500,00
BII Khusus lantai 2 1,1 OH Rp 312.500,00 Rp 343.750,00
BIII Khusus lantai 3 1,21 OH Rp 312.500,00 Rp 378.125,00
Berdasarkan hasil wawancara untuk harga tenaga kerja lantai 2 dan 3 masing-
masing ditambah 10% atau 0,1 karena tingkat pengerjaanya lebih sulit dari lantai
sebelumnya.
40

Tabel. 5.6 Analisis Harga Satuan Pemasangan Bambu


No. Uraian Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3
C Lantai 1 (A+BI)-Lantai 2 Rp Rp Rp
(A+BII)-Lantai 3 (A+BIII) 325.316,20 358.488,63 395.074,42
D Overhead & Profit Rp Rp Rp
10 % 32.531,62 35.848,86 39.507,44
Harga Satuan Pekerjaan Rp Rp Rp
2
Perancah Per - m 357.847,82 394.337,49 434.581,87
Tabel diatas merupakan harga satuan perkerjaaa perancah bambu per meter
persegi, untuk overhead & profit penulis mengambil sebesar 10%. Adapun Harga
Satuan Pekerjaan Perancah Per - m2 dengan menggunakan bambu yaitu sebesar :

Total Harga = Lantai 1 + Lantai 2 + Lantai 3

= 357.847,82 + 394.337,49 + 434.581,87

= Rp 1.186.767,18

Untuk biaya upah pembongkaran, selengkapnya dapat dilihat pada tabel


berikut.

Tabel. 5.7 Analisis Harga Satuan Pembongkaran Perancah Bambu


Pembongkaran 1m2 Perancah bambu
Harga Jumlah
No Uraian Koefisien Satuan satuan Harga
(Rp) (Rp)
A. Tenaga kerja
1 Pekerja 1 OH Rp 80.000,00 Rp 80.000,00
Jumlah Upah Tenaga Kerja Rp 80.000,00
B. Overhead & Rp 8.000,00
10 %
Profit
Harga Satuan Pembongkaran Perancah Per - m2 Rp 88.000,00
Setelah dilakukan analisis harga satuan pemasangan dan pembongkaran
perancah bambu, maka dihitung biaya totalnya. Berikut adalah rekapitulasi
perhitungan biaya perancah bambu
41

Tabel. 5.8 Rekapitulasi Biaya Perancah Bambu


No Uraian Volume Harga Satuan Total Harga
1 Pekerjaan pemasangan Rp
3006 Rp 1.186.767,18
perancah 3.567.472.580,53
2 Pekerjaan
Rp
pembongkaran 3006 Rp 88.000,00
264.531.740,00
perancah
Rp
3.832.004.320,53

5.2.5 Analisis Kebutuhan Biaya Perancah Pelat dan Balok Dengan


Menggunakan Scaffolding
Untuk menghitung kebutuhan scaffolding menggunakan metode maping.
Metode maping akan menghitung lebih akurat tentang jumlah scaffolding yang
dibutuhkan Adapun perancah bambu selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5.4

Gambar 5.4 Sketsa Kebutuhan Scaffolding


42

Diketahu kebutuhan scaffolding untuk lantai 1 berdasarkan gambar diatas maka


didapat sebanyak 215 set, karena tinggi tiap lantai adalah 4 meter sedangkan tinggi
scaffolding hanya 1,7 meter maka scaffolding yang dipakai 2 set. Pada lantai 1 kebutuhan
scaffolding adalah 215 x 2 = 430 set, karena denah tiap lantai sama maka jumlah scaffolding
yang digunakan perlantai sebanyak 430 set. Penggunaan 430 set scaffolding perlantai sama
dengan sewa per 1,5 bulan, maka penggunaan scaffolding untuk 3 lantai adalah 430 x 4,5 =
1935 set untuk 4,5 bulan. Jadi total scaffolding yang digunakan adalah 1935 set.

Tabel. 5.9 Analisis Harga Satuan Bahan Pemasangan Scaffolding


Pemasangan per 1 set Scaffolding
Jumlah
Harga satuan
No Uraian Koefisien Satuan Harga
(Rp)
(Rp)
A. Bahan
1 Scaffolding 1 Set Rp 30.000,00 Rp 30.000,00
2 Head jack 4 Unit Rp 6.000,00 Rp 24.000,00
3 Base jack 4 Unit Rp 6.000,00 Rp 24.000,00
Harga sewa 1 set/ 1 bulan Rp 78.000,00
4. Biaya Angkut 1 Unit Rp 300.000,00 Rp 300.000,00
Jumlah harga bahan Rp 378.000,00
Berdasarkan hasil wawancara dengan praktisi dilapangan, untuk pemakaian
scaffolding tidak melakukan penambahan akibat kerusakan karena bahan yang
terbuat dari baja. Adapun koefisien scaffolding berdasarkan kebutuhan per satu set
scaffolding.

Tabel. 5.10 Analisis Harga Satuan Tenaga Kerja Pemasangan Scaffolding


Jumlah
Harga satuan
No Uraian Koefisien Satuan Harga
(Rp)
(Rp)
B. Tenaga kerja
1 Pekerja 1 OH Rp 80.000,00 Rp 80.000,00
4 Mandor 0,05 OH Rp 150.000,00 Rp 7.500,00
Jumlah Upah Tenaga Kerja Rp 87.500,00
BI Khusus lantai 1 1 OH Rp 87.500,00 Rp 87.500,00
BII Khusus lantai 2 1,1 OH Rp 87.500,00 Rp 96.250,00
BIII Khusus lantai 3 1,21 OH Rp 87.500,00 Rp 105.875,00
Untuk harga tenaga kerja lantai 2 dan 3 masing-masing ditambah 10% atau
0,1 karena tingkat pengerjaanya lebih sulit dari lantai sebelumnya.
43

Tabel. 5.11 Analisis Harga Satuan Pemasangan Scaffolding


No. Uraian Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3
C Lantai 1 (A+BI)-Lantai 2 Rp Rp Rp
(A+BII)-Lantai 3 (A+BIII) 465.500,00 474.250,00 483.875,00
D Overhead & Profit Rp Rp Rp
10 % 46.550,00 47.425,00 48.387,50
Harga Satuan Pekerjaan Rp Rp Rp
Perancah Per 1 set 512.050,00 521.675,00 532.262,50
Tabel diatas merupakan harga satuan perkerjaaa perancah scaffolding per 1
set, untuk overhead & profit penulis mengambil sebesar 10%. Adapun Harga Satuan
Pekerjaan Perancah Per 1 set dengan menggunakan scaffolding yaitu sebesar :

Total Harga = Lantai 1 + Lantai 2 + Lantai 3

= 512.050.00 + 521.675,00 + 532.262,50

= Rp 1.565.987,50

Untuk biaya upah pembongkaran, selengkapnya dapat dilihat pada tabel


berikut ini.

Tabel. 5.12 Analisis Harga Satuan Pembongkaran Scaffolding


Pembongkaran per 1 set Scaffolding
Harga Jumlah
No Uraian Koefisien Satuan satuan Harga
(Rp) (Rp)
A. Tenaga kerja
1 Pekerja 1 OH Rp 80.000,00 Rp 80.000,00
Jumlah Upah Tenaga Kerja Rp 80.000,00
B. Overhead & Rp 8.000,00
10 %
Profit
Harga Satuan Pembongkaran Perancah Per 1 set Rp 88.000,00

Setelah dilakukan analisis harga satuan pemasangan dan pembongkaran


perancah scaffolding, maka dihitung biaya totalnya. Berikut adalah rekapitulasi
perhitungan biaya perancah scaffolding
44

Tabel. 5.13 Rekapitulasi Biaya Perancah Scaffolding


No Uraian Kebutuhan Harga Satuan Total Harga
1 Pekerjaan
Rp
pemasangan 1935 Rp 1.565.987,50
3.030.185.812,50
perancah
2 Pekerjaan
Rp
pembongkaran 1935 Rp 88.000,00
170.280.000,00
perancah
Rp
3.200.465.812,50

5.3 Pembahasan
Berdasarkan analasis data yang sudah dilakukan didapatkan selisih biaya
antar perancah yang menggunakan bambu dengan perancah yang menggunakan
scaffolding dengan menggunakan rumus beriku

ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ


Rasio Perbandingan = x 100%
ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

Dengan rumus tersebut maka didapatkan selisih antara perancah bambu


dengan perancah scaffolding pada pekerjaan balok dan pelat lantai yang dapat
dilihat pada tabel 5.14 dibawah ini.

Tabel. 5.14 Perbandingan Selish Biaya Perancah


Total Harga Pekerjaan Selisih
Perancah Perancah
No Pekerjaan
Bambu Scaffolding (Rp) (%)
(Rp) (Rp)
Rp Rp Rp
1 Perancah 16,5
3.832.004.320,53 3.200.465.812,50 631.538.508,03
Berdasarkan Tabel 5.14, dapat di ketahui bahwa perbandingan biaya
pekerjaan perancah dengan menggunakan bambu dan Scaffolding, terdapat selisih
biaya pekerjaan yaitu sebesar : Rp 3.832.004.320,53 - Rp 3.200.465.812,50 = Rp
45

631.538.508,03 , atau sekitar : Enam ratus tiga puluh satu juta lima ratus tiga puluh
delapan ribu lima ratus delapan rupiah.

Perbandingan Total Harga Perancah

Rp4.000.000.000,00

Rp3.800.000.000,00

Rp3.600.000.000,00

Rp3.400.000.000,00

Rp3.200.000.000,00

Rp3.000.000.000,00

Rp2.800.000.000,00
Scaffolding Bambu

Gambar 5.5 Grafik Perbandingan Total Harga Perancah

𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑐𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑚𝑏𝑢−𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑐𝑎ℎ 𝑠𝑐𝑎𝑓𝑓𝑜𝑙𝑑𝑖𝑛𝑔


Rasio Perbandingan = x 100%
𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑐𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑚𝑏𝑢

Rp3.832.004.320,53−Rp3.200.465.812,50
= x 100%
Rp 3.832.004.320,53

= 16,5 %

Hasil ini menunjukkan bahwa selisih perbandingan biaya antara perancah


scaffolding dan perancah bambu sebesar 16,5%. Adapun penyebab dari selisih
perbandingan biaya yang besar yaitu banyaknya kebutuhan bambu karena volume
yang besar pada proyek tersebut, walaupun analisis harga satuan bambu lebih
murah dari pada scaffolding.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab V, dapat disimpulkan bahwa
Pemilihan perancah bambu pada pembangunan Pondokan Besi sudah tepat ditinjau
dari segi biaya, hal tersebut ditunjukkan dengan :
a. Total biaya perancah bambu Rp. 3.832.004.320,53, dan harga perancah
bambu per 1 m2 Rp. 1.186.767,18
b. Total biaya Scaffolding Rp. 3.200.465.812,50, dan harga perancah
scaffolding per satu set Rp. 1.565.987,50
c. Hasil diatas yang menunjukkan bahwa total biaya perancah scaffolding lebih
murah, dengan selisih harga sebesar Rp. 631.538.508,03, atau sekitar 16,5%.

6.2 Saran
Berdasarkan Hasil Penelitian, maka penulis menyarankan :
1. Berdasarkan hasil pembahasan maka pembangunan Pondokan Besi, sebaiknya
memakai perancah scaffolding, karena biayanya lebih murah
2. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini agar bisa menganalisis dari
segi waktu.

46
47

DAFTAR PUSTAKA

Astina, 2015. Value Engineering antara Perancah Konvensional dengan Scaffolding


pada Proyek Konstruksi (studi kasus Gedung Bertingkat di SMPN 10
Denpasar Bali). Jurnal Teknik Sipil Untag Surabaya. Vol. 8 No. 1, hal. 49-
62. Juli 2015.
Atmaja, 2015. Analisis Perbandingan Biaya Pekerjaan Struktur Pelat Lantai
Bekisting Konvensional Dan Floordeck (Studi kasus proyek pembangunan
SD IT-Auliya 2 di kota Balikpapan). Tugas Akhir. Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Destyarini, 2016. Analisis Perbandingan penggunaan Perancah Baja Konvensional
dan Perancah Baja Modifikasi. Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Frick dkk. 2007. Ilmu Kontruksi Struktur Bangunan. Seri Konstruksi Arsitektur 4.
Yogyakarta. Penerbit Kanasius.
F. Wigbout Ing, 1997, “ Bekisting (Kotak Cetak) “, Jakarta: Erlangga.
Kelirey, 2017. Perbandingan Biaya bekisting untuk gedung berlantai banyak antara
Bekisting Mutiplek dengan Bekisting Tegofilm pada pekerjaan balok dan
pelat lantai (Studi kasus Pembangunan Gedung Rumah Sakit Universitas
Islam Indonesia). Tugas Akhir. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Legstyana, 2012. Komparasi Biaya Pelaksanaan Penggunaan Bekisting
Konvensional Dan Bekisting Sistem Peri. Tugas Akhir. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Peraturan Menakertrans No.1 (1980) tentang Keselamatan Kerja dan Konstruksi
Bangunan
LAMPIRAN
49

Lampiran 1 Surat Keterangan


50

Lampiran 2 Lembar Wawancara


51

Lampiran 3 Lembar Wawancara


52

Lampiran 4 Foto Proyek


53

Lampiran 5 Pelat Lantai


54

Lampiran 6 Balok
55

Lampiran 7 Gambar 3D Scaffolding

Anda mungkin juga menyukai