Halaman Judul
i
TUGAS AKHIR
Halaman Pengesahan
Disusun Oleh:
Mengesahkan,
Materai 6.000
iii
DEDIKASI
Alhamdulillah …
Kupanjatkan Kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan juga kesempatan dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi saya dengan segala kekurangannya. Segala
syukur kuucapkan kepadaMu Yaa Rabb, karena sudah menghadirkan orang-orang
berarti disekililing saya, Yang selalu memberi Semangat dan Doa, sehingga Tugas
Akhir saya ini dapat diselesaikan dengan baik.
Untuk Tugas Akhir yang sederhana ini, maka saya persembahkan untuk ….
iv
- Kakak dan Adik (Indra, Feny, Bani, Hakim, & Amar).
Keluarga saya di rumah yang membuat keributan dan kehebohan dari Rumah
Istana hingga menempati rumah saudara. Terimakasih selalu memberi warna
dalam kehidupan saya, membuat cerita baru setiap saya pulang ke rumah, tanpa
mereka mungkin Tugas Akhir ini tidak selesai.
- Dosen Pembimbing Ir. Subarkah, M.T.
Kepada Bapak Subarkah sekalu dosen pembimbing dan guru road pavement
material saya yang paling tegas, bijaksana, serta disiplin. Terima kasih atas segala
bantuan dan masukan yang diberikan sehingga skripsi dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan baik.
- Keluarga Besar Teknik Sipil 2014 (lehughaa).
KOSEMA yang menurut saya adalah orang-orang terbaik dan hebat (Al-hadi,
Bale, Sam, Yogi, Ayu, Muthia) keluarga angkatan saya di kampus yang berjuang
bersama-sama di kampus tercinta.
- Sekte Laboran (Adyatma Arif, Nugrah Sentana, Iqba Budi, Wahyu S).
Partner saat bimbingan, semangat untuk kita semua. Ini adalah langkah awal kita
untuk menggapai cita-cita, kalian semua luar biasa. Terima Kasih untuk selalu
menemani dan support sesama saat di kantor, hingga Tugas Akhir ini bisa selesai
dengan baik.
- Rombongan Keluarga Bento Praja.
Semangat untuk kita semua perjalanan masih panjang, semoga silaturahmi kita
tetap berjalan baik, Terima Kasih banyak selalu menemani membuat laporan
Tugas Akhir ini hingga laporan selesai. Kalian Hebat. Rudiansyah, Lanny
Kusuma, Ruli Maisenta, Ramona Fitri, Aditia Elvarando.
Terima Kasih untuk semuanya orang-orang yang secara tidak langsung telah
membantu saya, dalam menyelesaikan Tugas Akhir hingga dapat selesai dengan
baik. Semoga Tugas Akhir ini senantiasa memberi manfaat dan berguna.
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii
DEDIKASI iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH xviii
ABSTRAK xxii
ABSTRACT xxiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
1.5 Batasan Penelitian 5
BAB II STUDI PUSTAKA 7
2.1 Tinjauan Umum 7
2.2 Campuran Perkerasan Laston 7
2.3 Agregat 8
2.4 Aspal 10
2.5 Penilitian Terdahulu 12
BAB III LANDASAN TEORI 14
3.1 Perkerasan Jalan 14
3.2 Lapisan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 14
3.2.1 Macam-macam Lapisan Perkerasan Lentur 15
vii
3.3 Karakteristik Lapis Perkerasan Lentur 17
3.4 Komponen Penyusun Perkerasan AC-BC 18
3.4.1 Agregat 18
3.4.2 Aspal 20
3.5 Batu Andesit 23
3.6 Karakteristik Marshall Test 25
3.6.1 Stabilitas (stability) 25
3.6.2 Kelelehan (flow) 26
3.6.3 MQ (Marshall Quotient) 26
3.6.4 VITM (Void in the Total Mix) 27
3.6.5 VFWA (Void Filled With Asphalt) 27
3.6.6 VMA (Void in Mineral Aggregate) 28
3.6.7 Kepadatan (density) 28
3.7 Karakteristik Pengujian Perendaman (Immersion Test) 29
3.8 Indirect Tensile Strength (ITS) 30
3.9 Uji Cantabro (Cantabro Test) 31
BAB IV METODE PENELITIAN 33
4.1 Metode Penelitian 33
4.2 Metode Pengambilan Data 33
4.3 Tahapan Penelitian 34
4.3.1 Persiapan dan Pemeriksaan Material 34
4.3.2 Persiapan Alat 37
4.3.3 Perencanaan Campuran AC-BC 38
4.3.4 Kepekaan Aspal Terhadap Temperatur 44
4.4 Pengujian Yang Dilakukan 46
4.4.1 Pembuatan Campuran Sampel 46
4.4.2 Pengujian Marshall Test 47
4.4.3 Pengujian Immersion Test 48
4.4.4 Pengujian Indiret Tensile Strength 49
4.4.5 Pengujian Cantabro Loss 49
4.5 Analisis Data 50
viii
4.6Bagan Alir Metode Penelitian 52
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 54
5.1Hasil Penelitian dan Pembahasan 54
5.1.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat dan filler 54
5.1.2 Hasil Pengujian Karakteristik Aspal 57
5.1.3 Hasil Pengujian Marshall Test Campuran AC–BC untuk
menentukan Kadar Aspal Optimum 60
5.1.4 Penentuan Kadar Aspal Optimum pada Campuran AC-BC 75
5.1.5 Hasil Pengujian Campuran AC–BC Pada
Kadar Aspal Optimum (KAO) 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 102
6.1Kesimpulan 102
6.2Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 104
LAMPIRAN 106
ix
DAFTAR TABEL
x
Tabel 5.14 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60 Substitusi
0% Batu Kasokandel 76
Tabel 5.15 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
50% Batu Clereng 77
Tabel 5.16 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60 Substitusi
50% Batu Kasokandel 78
Tabel 5.17 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
100% Batu Clereng 79
Tabel 5.18 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60 Substitusi
100% Batu Kasokandel 80
Tabel 5.19 Rekapitulasi Pengujian Mencari Kadar Aspal Optimum 81
Tabel 5.20 Hasil Stabilitas Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 83
Tabel 5.21 Hasil Flow Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 84
Tabel 5.22 Hasil MQ Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 86
Tabel 5.23 Hasil VITM Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 87
Tabel 5.24 Hasil VFWA Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 89
Tabel 5.25 Hasil VMA Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 90
Tabel 5.26 Hasil Density Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 92
Tabel 5.27 Hasil Marshall Test Aspal Pen 60/70 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO 93
Tabel 5.28 Hasil Marshall Test Aspal Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO 93
Tabel 5.29 Hasil Pengujian Immersion Test Pada Kondisi KAO
Dengan Substitusi Variasi Batuan aspal Pen 60/70 94
xi
Tabel 5.30 Hasil Pengujian Immersion Test Pada Kondisi KAO
Dengan Substitusi Variasi Batuan Starbit E-60 94
Tabel 5.31 Hasil Pengujian ITS Campuran AC-BC Pada Kondisi KAO
Dengan Substitusi Variasi Batuan 98
Tabel 5.32 Hasil Pengujian Cantabro Test Campuran AC-BC
Pada Kondisi KAO Dengan Substitusi Variasi Batuan 100
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 5.10 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 68
Gambar 5.11 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 68
Gambar 5.12 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 68
Gambar 5.13 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0% d
engan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 70
Gambar 5.14 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 70
Gambar 5.15 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 70
Gambar 5.16 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 72
Gambar 5.17 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 72
Gambar 5.18 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 72
Gambar 5.19 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 74
Gambar 5.20 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 74
Gambar 5.21 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 74
Gambar 5.22 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 0% 76
Gambar 5.23 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 0% 77
Gambar 5.24 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 50% 78
Gambar 5.25 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 50% 79
Gambar 5.26 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 100% 80
Gambar 5.27 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 100% 81
xiv
Gambar 5.28 Grafik Stabilitas pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 83
Gambar 5.29 Grafik Flow pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 85
Gambar 5.30 Grafik MQ pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 86
Gambar 5.31 Grafik VITM pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 88
Gambar 5.32 Grafik VFWA pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 89
Gambar 5.33 Grafik VMA pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 91
Gambar 5.34 Grafik Density pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 92
Gambar 5.35 Grafik Hubungan Nilai Stabilitas Marshall 24 jam pada
Aspal Pen 60/70 95
Gambar 5.36 Grafik Hubungan Nilai Stabilitas Marshall 24 jam pada
Aspal Starbit E-60 95
Gambar 5.37 Grafik Nilai Index of Retained Strength pada aspal Pen 60/70
dan Aspal Starbit E-60 97
Gambar 5.38 Grafik Nilai Indirect of Tensile Strength pada aspal Pen 60/70
dan Aspal Starbit E-60 99
Gambar 5.39 Grafik Nilai Cantabro Loss pada aspal Pen 60/70 dan
Aspal Starbit E-60 101
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Lampiran 26 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 50% 132
Lampiran 27 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 50% 133
Lampiran 28 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 100% 134
Lampiran 29 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 100% 135
Lampiran 30 Pengujian Marshall Test pada KAO Aspal Pen 60/70
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100 136
Lampiran 31 Pengujian Marshall Test pada KAO Aspal Starbit E-60
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100 137
Lampiran 32 Pengujian Immersion pada KAO Aspal Pen 60/70
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100% 138
Lampiran 33 Pengujian Immersion pada KAO Aspal Starbit E-60
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100% 139
Lampiran 34 Pengujian ITS pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100% 140
Lampiran 35 Pengujian Cantabro pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100% 142
xvii
DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH
Notasi:
a : Persentase aspal terhadap batuan (%)
b : Persentase aspal terhadap campuran (%)
c : Berat kering sebelum direndam (gr)
d : Berat benda uji jenuh SSD (gr)
e : Berat benda uji didalam air (gr)
f : Volume benda uji (cc)
g : Berat isi sampel (gr/cc)
h : Berat jenis maksimum teoritis campuran
i : Persen aspal terhadap campuran dikalikan berat isi benda uji dibagi
berat jenis aspal (%)
j : Persentase hasil pengurangan 100 dengan persentase aspal terhadap
campuran dikalikan berat isi benda uji dibagi berat jenis agregat (%)
k : Jumlah kandungan rongga (%)
l : Rongga terhadap agregat (VMA) (%)
m : Rongga terisi aspal (VFWA) (%)
n : Rongga dalam campuran (VITM) (%)
o : Nilai pembacaan arloji stabilitas
p : Nilai pembacaan arloji stabilitas dikalikan dengna kalibrasi proving
ring
q : Stabilitas (kg)
r : Flow (mm)
s : Angka koreksi tebal benda uji
t : Tebal benda uji (cm)
S1 : Stabilitas setelah direndam selama 0,5 jam
S2 : Stabilitas setelah direndam selama 24 jam
P runtuh : Beban puncak (kg)
h : Tinggi sampel (cm)
xviii
Istilah:
xix
Fleksibilitas : Kemampuan lapisan untuk dapat mengikuti
deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas
berulang tanpa timbulnya retak dan perubahan
volume.
Flexible Pavement : Perkerasan lentur, perkerasan yang menggunakan
aspal sebagai bahan ikat.
Flow : Besarnya deformasi yang terjadi pada lapis keras
akibat beban yang diterima.
Gradasi Agregat : Distribusi ukuran butiran agregat atau
pengelompokkan agregat dengan ukuran yang
berbeda.
Immersion Test : Pengujian campuran aspal yang bertujuan untuk
mengetahui perubahan karaketeristik dari campuran
akibat dari perubahan air, suhu, dan cuaca.
Index of Retained Strength : Persentase nilai stabilitas campuran yang direndam
selama 24 jam dibandingkan dengan stabilitas
campuran 0,5 jam.
Indirect Tensile Strength : Pengujian untuk mengetahui kemampuan material
dalam menerima gaya tarik.
Loss Angeles : Alat yang digunakan untuk uji keausan agregat.
Kadar Aspal Optimum : Kadar aspal tengah dari rentang gradasi pada
spesifikasi gradasi agregat.
Laston : Lapisan Aspal beton, beton aspal bergradasi
menerus.
Marshall Test : Menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan
plastis (flow) dari suatu campuran aspal.
Marshall Quotient : Perbandingan antara stabilitas dengan nilai Flow.
Maximum size : Satu saringan yang lebih besar dari ukuran nominal
maksimum dimana agergat yang lolos sebanyak
100%.
Overload : Beban lalu lintas berlebih.
xx
Pavement : Konstruksi perkerasan jalan yang berada di atas tanah
dasar (subgrade).
Rigid Pavement : Perkerasan kaku, perkerasan yang menggunakan
semen sebagai bahan ikat.
Sand Equivalent : Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
kadar debu yang menyerupai lempung pada agregat
halus.
Stone Crusher : Alat pemecah batu yang menghasilkan gradasi butiran
agregat.
Stabilitas : Kemampuan lapisan perkerasan menerima beban
lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap
seperti gelombang, alur ataupun bleeding.
Thermoplastic : Aspal berubah menjadi padat ketika suhunya dingin,
dan berubah menjadi cair ketika dipanaskan.
VFWA : Persentase rongga dalam campuran yang terisi aspal.
VITM : Persentase antara rongga udara dengan volume total
campuran setelah dipadatkan.
VMA : Rongga udara antar butiran agregat dalam campuran
aspal beton.
Workability : Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu
campuran untuk dihampar dan dipadatkan sehingga
diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang
diharapkan.
Wearing Course : Lapisan permukaan aspal yang bersentuhan langsung
dengan roda kendaraan lalu lintas.
xxi
ABSTRAK
Agregat merupakan komponen dari struktur perkerasan jalan. Ketersediaan agregat yang
berkualitas mutlak diperlukan untuk menjamin keberlangsungan pembangunan di sektor konstruksi
jalan. Salah satu jenis batu agregat yang digunakan adalah batu andesit yang diambil dari Desa
Kasokandel, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka. Penggunaan batu andesit
Kasokandel sebagai hiasan dinding rumah menciptakan banyak limbah yang tidak terpakai karena
ukurannya yang tidak sesuai dengan permintaan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk memanfaatkan limbah batu andesit Kasokandel sebagai bahan substitusi agregat kasar
dengan variasi 0%, 50%, dan 100% sebagai campuran AC-BC berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan
Starbit E-60 dan diharapkan menambah kekuatan dan kewetan lapis perkerasan aspal tersebut
sehingga sesuai dengan umur rencana.
Penelitian dilakukan 4 tahap, yaitu tahap pertama pengujian sifat material yang terdiri dari
pengujian agregat dan aspal. Tahap kedua menentukan kadar aspal optimum pada campuran AC-
BC dengan variasi kadar aspal sebesar 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, dan 7% pada masing-masing jenis
aspal. Tahap ketiga melakukan uji Marshall Test, uji Immersion, uji Indirect Tensile Strength, dan
Cantabro Loss. Tahap empat melakukan analisis, pembahasan, dan pengambilan kesimpulan dari
hasil pengujian yang telah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi batu andesit Kasokandel dapat digunakan
sebagai pengganti agregat dalam campuran AC-BC berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-
60. Hasil Marshall Test menunjukkan bahwa campuran dapat menahan beban namun kelelehan
mengalami penurunan. Hal ini diukur dengan nilai stabilitas mengalami peningkatan dan flow
mengalami penurunan. Nilai VFWA dan VMA mengalami penurunan sedangkan VITM menjadi
meningkat, dan nilai density mengalami peningkatan. Keawetan dalam mempertahankan stabilitas
setelah mengalami perendaman pada campuran AC-BC bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-
60 yang diukur dengan hasil pengujian (Index of Retained Strength) yang mengalami peningkatan.
Hal tersebut menunjukkan campuran tersebut memiliki keawetan (Durability) yang baik.
Kemampuan menahan gaya tarik yang diukur dengan hasil pengujian (Indirect Tensile Strength)
mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukan campuran kuat dalam menahan kuat tarik.
Pengujian keausan agregat dengan pengujian Cantabro Loss mengalami penurunan seiring
bertambahnya substitusi batuan. Hal ini menunjukkan campuran AC-BC menggunakan batu
andesit Kasokandel kuat terhadap keausan.
Kata Kunci: Andesit Kasokandel, Pen 60/70, Starbit E-60, Immersion, ITS, Marshall, Cantabro.
xxii
ABSTRACT
Keywords: Andesit Kasokandel, Pen 60/70, Starbit E-60, Immersion, ITS, Marshall, Cantabro.
xxiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
bagian dari campuran perkerasan Lapis Aspal Beton (Laston). Lapisan ini
merupakan bagian dari lapis permukaan diantara lapis pondasi atas (Base Course)
dengan lapis aus (Wearing Course) yang mempunyai gradasi menerus dengan
aspal keras dicampur, dihamparkan, dan dipadatkan pada suhu tertentu. Laston
sebagai lapisan pengikat adalah lapisan yang terletak di bawah lapis aus, tidak
berhubungan langsung dengan cuaca tetapi perlu memiliki stabilitas untuk
memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan dengan tebal
nominal minimum 6 cm. Lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu
lintas dan menyebarkannya kelapisan di bawahnya berupa muatan kendaraan,
gaya rem, dan pukulan roda kendaaran.
Pembuatan konstruksi perkerasan jalan dibuat menggunakan agregat,
dengan bahan ikat aspal serta filler sebagai pengisi rongga–rongga campuran.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90%-
95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75%-85% agregat berdasarkan
persentase volume. Apabila agregat yang dipakai memiliki mutu yang rendah
maka bisa dipastikan tingkat ketahanan dan keawetan konstruksi menjadi rendah.
Ketersediaan agregat yang berkualitas mutlak diperlukan untuk menjamin
keberlangsungan pembangunan di sektor konstruksi jalan. Salah satu jenis batu
agregat yang bisa digunakan adalah jenis batu andesit bintik hitam yang diambil
dari Desa Kasokandel, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka.
Desa Kasokandel, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka, letak
geografisnya dikelilingi tebing–tebing setinggi ± 20m yang menyimpan berbagai
jenis batu alam yang dimanfaatkan warga sekitar sebagai hiasan dinding, salah
satunya adalah batu andesit bintik hitam. Penggunaan batu andesit bintik hitam
sebagai hiasan pada dinding–dinding rumah menciptakan banyak limbah yang
tidak terpakai karena ukurannya yang tidak sesuai dengan permintaan. Limbah
tersebut dipakai warga untuk skala kecil, seperti urugan jalan dan sebagai material
bahan pembuatan beton untuk rumah. Berikut adalah salah satu contoh batu
andesit bintik hitam sebagai batu hias.
3
Alternatif bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah limbah batu
andesit yang telah dibuat dengan ukuran yang telah disesuaikan menggunakan mesin
stone crusher. Batu andesit berasal dari limbah pengrajin daerah Desa Kasokandel,
Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka. Pada Gambar 1.2 bentuk dari batu
Kasokandel cenderung mempunyai bentuk kubikal, berbintik dan mempunyai tekstur
yang kasar berbeda dengan batu Clereng yang mempunyai bentuk kubikal dan
runcing. Diharapkan batu Kasokandel mempunyai nilai daya
4
guna untuk digunakan sebagai material pada perkerasan jalan. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut apakah limbah batu andesit tersebut memenuhi standar
kualitas untuk digunakan sebagai agregat perkerasan lentur jalan raya atau tidak.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah
batu andesit Kasokandel sebagai bahan substitusi agregat kasar untuk digunakan
sebagai campuran aspal berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dan
diharapkan menambah kekuatan dan keawetan lapis perkerasan aspal tersebut
sehingga dapat sesuai dengan umur rencana.
7
8
2.3 Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik berupa hasil alam maupun buatan sebagai bahan penyusun jalan.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu antara
90-95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75-85% agregat berdasarkan
persentase volume (Sukirman, 2007).
Beberapa penelitian tentang komparasi antar beton aspal yang menggunakan
variasi agregat menunjukan hasil yang berbeda pada masing-masing
bahan/material uji. Berikut ini adalah hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang
pernah dilakukan dengan menggunakan variasi agregat.
1. Januratmi dan Subarkah (2017). Tentang Perbandingan Karakteristik
Campuran HRS-WC Bergradasi Senjang yang Menggunakan Agregat
Clereng Murni dan Campuran Agregat Clereng Baron, mendapatkan hasil
sebagai berikut.
a. Hasil kadar aspal optimum (KAO) campuran Clereng Baron 6,48% dan
Clereng murni 6,19%. Sifat batu karang gunung pantai Baron yang lebih
menyerap aspal menjadi alasan utama bahwa kadar aspal optimum pada
campuran Clereng Baron lebih banyak.
b. Karakteristik Marshall pada campuran HRS-WC campuran Clereng murni
dengan campuran Clereng Baron sudah memenuhi standar Bina Marga
2010, dan campuran Clereng Baron layak untuk digunakan sebagai
campuran pada perkerasan. Pengaruh penggunaan agregat kasar Baron
terhadap marshall campuran HRS-WC pada Clereng murni memiliki hasil
lebih kecil pada stabilitas dan VFWA serta memiliki hasil lebih besar pada
flow, VMA, dan VITM.
c. Pengujian Index of Reteained Strength pada campuran Clereng murni lebih
besar yaitu 94,37% sedangkan Clereng Baron lebih kecil yaitu 92,48%.
Hal ini menunjukan campuran Clereng Baron mempunyai durabilitas yang
lebih kecil dari pada agregat Clereng.
d. Pengujian Indirect Tensile Strength Clereng murni memiliki nilai lebih
2 2
besar yaitu 44,517 kg/cm dan Clereng Baron 39,309 kg/cm .
9
2.4 Aspal
Aspal adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur
ruang berbentuk padat. Jika dipanaskan sampai temperatur tertentu aspal akan
berubah menjadi lunak dan apabila suhu temperatur mulai turun, maka aspal akan
mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya. Hal tersebut disebabkan aspal
mempunyai sifat thermoplastic. Aspal pada lapis perkerasan sebagai bahan ikat
antar agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak, selain sebagai
bahan ikat aspal juga berfungsi untuk mengisi rongga antar butir agregat dan pori-
pori yang ada dari agregat itu sendiri.
Beberapa penelitian tentang komparasi antar beton aspal yang menggunakan
aspal polimer dan menunjukan hasil yang berbeda pada masing-masing campuran.
Berikut ini adalah hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan
dengan menggunakan aspal polimer.
1. Nugroho, Arif (2018), Tentang Perbandingan Karakteristik Campuran HRA
berbahan ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-55 dengan Substitusi Filler Abu
Ampas Tebu, mendapatkan hasil sebagai berikut.
a. Limbah abu ampas tebu sebagai pengganti filler abu batu pada campuran
HRA bahan ikat aspal pen 60/70 dan Starbit E-55 memenuhi persyaratan
yang ditentukan sehingga dapat digunakan sebagai filler pengganti.
b. Campuran HRA berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-55
dengan filler abu ampas tebu sebagai pengganti mengalami perubahan
karakteristik Marshall yaitu pada kemampuan campuran menahan beban
menurun dan kelelehan meningkat.
11
Hal ini dapat dilihat pada nilai stabilitas mengalami penurunan yang
signifikan dan nilai flow mengalami peningkatan namun tidak signifikan,
MQ mengalami penurunan yang signifikan, nilai VITM dan VMA
mengalami penurunan namun tidak signifikan, nilai VFWA mengalami
peningkatan yang signifikan, dan Density mengalami penurunan namun
tidak signifikan.
c. Keawetan campuran HRA berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-
55 yang diukur ketahananya dalam mempertahankan stabilitas setelah
mengalami rendaman yang diukur dengan nilai Index of Retained Strength
mengalami penurunan seiring dengan penggantian filler abu ampas tebu. Hal
ini menunjukan bahwa keawetan (durability) semakin menurun.
d. Kemampuan menahan gaya tarik (Indirect Tensile Strength) campuran
HRA berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-55 dengan filler
abu ampas tebu sebagai pengganti filler abu batu mengalami penurunan.
Hal ini menunjukan bahwa campuran dalam menahan kuat tarik semakin
menurun sehingga campuran cenderung mudah terjadi retak
2. Noer, D (2018), Tentang Perbandingan Penggunaan Agregat Kasar Boyong
dan Agregat Clereng Sebagai Pengganti Agregat Kasar pada Campuran AC-
BC Menggunakan Aspal Starbit E60, mendapatkan hasil sebagai berikut.
a. Agregat kasar sugai Boyong dapat digunakan dalam campuran AC-BC
karena memenuhi persyaratan Bina Marga 2010.
b. Semakin besar persentase campuran yang menggunakan agregat kasar
Boyong maka kadar aspal optimum yang dihasilkan semakin meningkat.
Pada variasi 1 (0% campuran agregat kasar Boyong) menghasilkan KAO
5,32% sedangkan pada variasi 5 (100% campurang agregat kasar
Boyong) menghasilkan KAO 5,8%.
c. Hasil pengujian karakteristik Marshall diperoleh nilai stabilitas campuran
yang menggunakan 100% campuran agregat kasar Boyong sebesar
1271,99 kg lebih kecil daripada campuran yang menggunakan 0%
campuran agregat kasar Boyong yaitu 1503,12 kg.
12
3. Bahan Clereng dan Sungai Clereng dan Filler Abu Ampas Clereng dan Clereng dan
Clereng dan Baron
Agregat Bengawan Solo Sukadana Tebu Boyong Kasokandel
4. Jenis Aspal Pen 60/70 Aspal Pen 60/70 dan
Aspal Pen 60/70 Aspal Pen 60/70 Aspal Pen 60/70 Starbit E60
Aspal dan Starbit E55 Starbit E60
Marshall Test, IRS,
Marshall Test, IRS, Marshall Test, IRS, Marshall Test, IRS, Marshall Test, IRS,
5. Pengujian Marshall Test, IRS ITS, dan Cantabro
dan Cantabro dan ITS dan ITS dan ITS
Test
Sumber: Zakaria, H dan Fauziah, M (2012), Anggraini, N dan Fauziah, M (2017), Januratmi dan Subarkah (2017), Nugroho (2018), Noer, D (2018).
13
BAB III
LANDASAN TEORI
14
15
seperti jalan perkotaan, jalan dengan sistem utilitas terletak di bawah perkerasan
jalan, perkerasan bahu jalan, atau perkerasan dengan konstruksi bertahap.
Perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas (Sukirman, 1999). Mekanisme pembebanan untuk
konstruksi perkerasan lentur dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Wearing Course
Lapis Permukaan
Binder Course
b. Agregat Halus
Merupakan material yang lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan tertahan
saringan No.200 (0,075 mm). Berikut Tabel 3.2 ketentuan agregat halus
menurut Bina Marga 2018.
20
2. Aspal buatan/minyak
Merupakan aspal yang didapat dari residu destilasi minyak bumi. Setiap
minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang
banyak mengandung aspal, paraffin base crude oil yang banyak mengandung
parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara parafin
dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis
asphaltic base crude oil.
3. Aspal modifikasi
Jenis aspal ini merupakan aspal yang terbentuk dari campuran aspal buatan
khususnya aspal keras dengan bahan tambahan tertentu. Biasanya bahan yang
digunakan sebagai campuran adalah jenis bahan polymer, antara lain polymer
elastomer dan polymer plastomer. Bahan polymer elastomer berfungsi untuk
meningkatkan elastisitas aspal, sedangkan polymer plastomer berfungsi untuk
meningkatkan sifat fisik pada aspal tersebut. Starbit E-60 diproduksi untuk
memenuhi persyaratan spesifikasi baru dari Bina Marga. Bedanya, dengan aspal
modifikasi yang lain, Starbit E-60 merupakan aspal yang dimodifikasi dengan
polymer jenis elastomer. Elastomer adalah sejenis polymer yang bersifat kenyal
yang menjadi suatu sifat pada getah karet. Elastomer juga sering digunakan
menjadi bahan baku pada pembuatan ban kendaraan. Elastomer boleh diubah
bentuknya dan boleh ditarik hingga berganda-ganda panjangnya, tetapi balik
kepada bentuk asal juga. Elastomer juga mengandung molekul-molekul yang
panjang dan halus, dan menjadi teratur apabila di tarik. Penggunaan elastomer
sebagai modifier aspal memiliki fungsi baik untuk memberikan peningkatan
terhadap properties aspal sebagai bahan konstruksi jalan. Peningkatan kualitas
aspal yang didapat tidak hanya berupa peningkatan titik lembek, namun juga
elastic recovery (sangat penting untuk daerah dengan lalu lintas beban berat),
kelekatan terhadap agregat, ketahanan terhadap oksidasi, ketahanan terhadap
keretakan (cracking) dan ketahanan terhadap deformasi. Dalam penelitian ini
aspal yang digunakan sebagai bahan ikat adalah aspal Pertamina Pen 60/70 dan
Starbit E-60. Berikut Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 ketentuan aspal di bawah ini.
22
Laston
Sifat-sifat Campuran
Lapis
Lapis Aus Pondasi
Antara
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Rasio partikel lolos ayakan 0.075mm Min 0.6
dengan kadar aspal efektif Maks 1.2
Rongga dalam campuran (%) Min 3.0
Maks 5.0
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min 65 65 65
Stabilitas Marshall (Kg) Min 800 1800
Pelelehan (mm) Min 2 3
Maks 4 6
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama 24 jam, 60°C
Rongga dalam campuran (%) pada
Min 2
kepadatan membal (refusal)
Sumber: Bina Marga Divisi VI (2018)
terjadi di permukaan bumi sebagai akibat letusan gunung merapi. Karena itu para
ahli mengklasifikasikannya ke dalam batuan beku ekstrusif. Batuan andesit
memiliki kandungan mineral-mineral yang tidak bisa dilihat tanpa bantuan
mikroskop. Raymond (1984) mengungkapkan bahwa andesit adalah batuan yang
secara kimia memiliki jumlah Silika (SiO2) dengan jumlah 52-63%, Alkali (Na2O
+ K2O) kurang dari 7% kandungan tersebut menempatkan andesit pada golongan
batuan menengah.
Salah satu pusat pengrajin dan pemotongan batu andesit berada di daerah
kabupaten Majalengka, karena di daerah tersebut masih banyak terdapat
perbukitan yang merupakan daerah tambang batu andesit. Batu tatal bintik hitam
merupakan sebutan dari masyarakat yang berada di daerah kabupaten Majalengka
karena ciri khas dari batu tersebut mempunyai bintik berwarna hitam pada tiap
sisinya. Batu tersebut diambil dan diolah untuk menjadi hiasan dinding rumah
sehingga menjadi daya guna, akan tetapi banyaknya permintaan batu tatal
membuat potongan dari tiap batu tidak sesuai sehingga menjadi limbah yang
digunakan masyarakat untuk skala kecil seperti pembuatan rumah dan urug. Batu
tatal bintik hitam ini belum banyak diketahui oleh masyarakat umum dan masih
sangat minim penggunannya oleh masyarakat, khususnya digunakan pada material
konstruksi jalan, namun ketersedian batu tatal bintik hitam ini banyak terdapat di
daerah kabupaten Majalengka, dan sekitarnya. Berikut adalah Gambar 3.3 dari
batu andesit yang tidak terpakai di bawah ini.
= (3.1)
dengan:
q = Nilai stabilitas
= Pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat
= Angka koreksi tebal benda uji
3.6.2 Kelelehan (flow)
Flow menunjukkan deformasi benda uji akibat pembebanan nilai. Nilai flow
langsung terbaca pada arloji flow saat uji marshall test, apabila nilai flow tinggi
menandakan campuran tersebut bersifat plastis, sebalikya nilai flow yang rendah
menandakan campuran tersebut bersifat kaku. Nilai yang didapat pada jarum arloji
sudah dalam satuan mm (millimeter), sehingga nilainya tidak perlu dikonversi.
3.6.3 MQ (Marshall Quotient)
Merupakan perbandingan antara nilai stabilitas dengan nilai flow. Nilai
Marshall quotient (MQ) didapat dari hasil bagi antara nilai stabilitas dengan nilai
flow. Nilai dari marshall quotient (MQ) akan memberikan nilai fleksibilitas
campuran. Semakin besar nilai marshall quotient berarti campuran semakin kaku
sehingga perkerasan tersebut mudah terjadi keretakan jika dilewati beban lalu
lintas yang berlebih, sebaliknya apabila semakin kecil nilainya maka campuran
semakin lentur. Nilai marshall quotient (MQ) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 3.2
=
(3.2)
dengan:
= Marshall Quotient (kg/mm)
= Nilai stabilitas (kg)
= Nilai flow (mm)
27
= 100 − (100 )
(3.3)
ℎ
100
ℎ=( )
% %
(3.4)
( + )
dengan:
= Nilai VITM
= Berat isi sampel (gr/cc)
ℎ = Berat jenis maksimum teoritis campuran
= 100
100+
(3.5)
dengan:
= Persentase aspal terhadap batuan (%)
= Persentase aspal terhadap campuran (%)
28
= (3.6)
=100− (3.7)
((100−
(3.8)
)
= )
dengan: (3.9)
= Nilai VFWA (%)
= Berat isi sampel (gr/cc)
= Persentase aspal terhadap campuran (%)
3.6.6 VMA (Void in Mineral Aggregate)
Merupakan persentase rongga udara antar butiran agregat dalam campuran
agregat aspal padat, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif dalam total
volume campuran. Jika VMA terlalu besar maka campuran bisa memperlihatkan
masalah stabilitas dan tidak ekonomis untuk dihasilkan, tetapi jika terlalu kecil
maka campuran bisa mengalami masalah durabilitas. Nilai VMA dapat dicari
dengan menggunakan persamaan berikut.
=100−
= (100− )
(3.10)
dengan: (3.11)
= Nilai VMA (%)
= Persentase aspal terhadap campuran (%)
= Berat isi sampel (gr/cc)
3.6.7 Kepadatan (density)
Merupakan tingkat kerapatan campuran yang telah dipadatkan. Semakin besar
nilai density, maka kerapatannya semakin baik, semakin meningkatnya kadar aspal,
jumlah aspal yang dapat mengisi rongga antar butir semakin besar sehingga
29
campuran menjadi rapat dan padat. Nilai kepadatan dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut.
= (3.12)
= − (3.13)
dengan:
= Nilai density (gr/cc)
= Berat benda uji sebelum direndam (gr)
= Berat benda uji dalam keaadan jenuh/SSD (gr)
= Berat dalam air (gr)
3
= Volume/isi (cm )
=( ) 100%
2
(3.14)
1
30
dengan:
1
2
= Index of Retained Strength
= Stabilitas setelah direndam selama 0,5 jam
= Stabilitas setelah direndam selama 24 jam
Dari gambar tersebut beban roda kendaraan yang berhenti atau bergerak di
atas struktur perkerasan tersebut menimbulkan gaya tekan ke bawah sehingga
lapisan akan terjadi lendutan. Jika lapisan melendut, maka lapisan bagian atas
terjadi gaya tekan dan sebaliknya lapisan bagian bawah terjadi gaya tarik. Untuk
dapat menghitung nilai kuat tarik tidak langsung (IRS) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut.
(3.15)
ℎ
=
ℎ
dengan:
= Kuat tarik tidak langsung (kg/cm2)
Tahapan yang dilakukan dalam pengujian Cantabro Test dengan cara memasukan
benda uji ke dalam mesin Loss Angeles kemudian mesin tersebut diputar 300 kali
tanpa menggunakan bola besi baja. Untuk mengetahui nilai Cantabro dapat
menggunakan persamaan berikut.
(3.16)
−
=( ) 100
dengan:
= Persentase kehilangan berat (%)
= Berat sampel sebelum di uji (gr)
= Berat sampel setelah di uji (gr)
BAB IV
METODE PENELITIAN
33
34
2. Pengujian Aspal
Pada penelitian ini bahan ikat yang digunakan adalah aspal Pertamina Pen
60/70 dan aspal Starbit E-55. Aspal yang akan digunakan dalam penelitian ini
dilakukan pengujian terlebih dahulu agar kualitas aspal yang akan digunakan
harus sesuai degan persyaratan Bina Marga Divisi VI, 2018. Pengujian yang
akan dilakukan antara lain:
a. Pengujian Berat Jenis Aspal Padat
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dengan berat air
suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu. Peralatan dan cara
pengujian untuk menentukan berat jenis aspal padat dengan menggunakan
alat piknometer (SNI 06-2441-1991).
b. Pengujian Penetrasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal (solid
atau semi solid), dengan memasukkan jarum kemudian dibebani dengan
berat dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Peralatan yang
digunakan adalah alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang
jarum naik turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1
mm, pemberat, jarum penetrasi, cawan, bak perendam (waterbath) (SNI
06-2456-1991).
c. Pengujian Daktilitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kohesi aspal. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang aspal apabila aspal
diletakkan pada dua cetakan yang berada pada suhu 25C kemudian ditarik
dengan kecepatan 25 mm/detik sampai aspal itu putus (SNI 06-2432-1991).
d. Pengujian Titik Lembek Aspal
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan temperatur aspal pada saat
mulai mengalami kelembekan atau mencapai tingkat viskositas yang
rendah. Hal ini dapat diketahui dengan melihat suhu pada saat bola baja
dengan berat tertentu mendesak aspal sehingga aspal tersebut menyentuh
plat dasar yang terletak di bawah cincin pada ketinggian tertentu sebagai
akibat kecepatan pemanasan tertentu (SNI 06-2434-1991).
37
e. Pengujian Kelarutan
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan jumlah aspal yang larut dalam
TCE. Prosedur pengujian berdasarkan (SNI 06-2438-1991).
f. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan suhu pada saat terjadi nyala
singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal. Sedangkan titik bakar
bertujuan untuk menentukan suhu pada saat dimana aspal terlihat terbakar
singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal. Syarat minimum suhu
yang dicapai dalam pemeriksaan ini adalah 232C.
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian berat jenis abu batu Clereng.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis abu batu batu Clereng
sebagai filler.
5. Oven, alat untuk memanaskan bahan yang dilengkapi dengan pengatur suhu
untuk memanasi sampai (200 ± 3) C.
6. Ejector, alat untuk mengeluarkan benda uji yang telah dipadatkan dari cetakan.
7. Compactor, alat penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata
berbentuk silinder dengan berat 4,536 kg (10 pound) dan tinggi jatuh beban
45,7 cm (18”).
8. Bak perendam (waterbath), dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20C.
9. Timbangan yang dilengkapi penggantung uji berkapasitas 2 kg dengan
ketelitian 0,1 gram, timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram, dan
timbangan digital.
10. Alat uji Indirect Tensile Strength Test, yang meliputi:
a. Alat ukur tekan (strip loading) selebar 0,5”.
b. Arloji pengukuran stabilitas.
c. Arloji pengukuran kelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm
11. Perlengkapan penunjang, seperti kompor, wajan, spatula, sarung tangan karet,
gelas ukur, panci, kain lap, bak plastik, jangka sorong, termometer, dan lain-
lain.
12. Seperangkat mesin loss angeles untuk cantabro test, yang terdiri dari silinder
baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm. Silinder bertumpu
pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar.
Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang
rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam
silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm.
4.3.3 Perencanaan Campuran AC-BC
Dalam penelitian ini, bahan material yang digunakan terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, aspal, dan filler yang telah diuji terlebih dahulu sebelum digunakan
sebagai campuran perkerasan AC-BC. Agregat yang akan digunakan sebagai
campuran AC-BC harus dilakukan penyaringan terlebih dahulu dengan gradasi
agregat ukuran maksimum 25 mm (1”) selanjutnya dilakukan penimbangan berat
tertentu yang telah ditentukan oleh spesifikasi setelah semua bahan disiapkan.
39
Gradasi agregat penyusun campuran AC-BC termasuk jenis lapis tipis aspal beton
(Laston).
Rencana gradasi agregat campuran AC-BC dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rencana Gradasi Agregat Campuran AC-BC
Spesifikasi
Ukuran Saringan Jumlah Persen (%)
Bina Marga (2018)
ASTM mm Min Maks Lolos Tertahan
1” 25 100 100 100 0
¾” 19 90 100 95 5
½” 12.5 75 90 82.5 17.5
3/8” 9.5 66 82 74 26
No.4 4.75 46 64 55 45
No.8 2.36 30 49 39.5 60.5
No.16 1.18 18 38 28 72
No.30 0.6 12 28 20 80
No.50 0.3 7 20 13.5 86.5
No.100 0.15 5 13 9 91
No.200 0.08 4 8 6 94
Pan 0 0 0 100
100
90
Batas atas
80
Batas bawah
70
Persen lolos (%) 60
Desain
50
40
30
20
10
0
0,01
0,1 1 10 100
Ukuran Agregat (mm)
Dengan menggunakan persamaan 4.1 didapat nilai kadar aspal perkiraan sebagai
berikut.
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%F) + K
Pb = 0,035 (45%) + 0,045 (49%) + 0,18 (6%) + 1
Pb = 5,86% dibulatkan menjadi 6%
100
90
Batas atas
80
Batas bawah
70
Persen lolos (%) 60 Desain
50
40
30
20
10
0
0,01
0,1 1 10 100
Ukuran Agregat (mm)
100
90
Batas atas
80
Batas bawah
70
Perse lolos (%)
Desain
60
50
40
n
30
20
10
0
0,01
0,1 1 10 100
Ukuran Agregat (mm)
100
90
Batas atas
80
Batas bawah
70
Perse lolos (%)
Desain
60
50
40
n
30
20
10
0
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Agregat (mm)
Tabel 4.5 Jumlah Benda Uji Pada Pengujian Kadar Aspal Optimum
Substitusi Jumlah Benda Uji Pada Tiap Kadar Aspal (buah)
Jenis Aspal
Batu Andesit 5% 5.5% 6% 6,5% 7%
0% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
Pertamina
50% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
Pen 60/70
100% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
0% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
Starbit E-60 50% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
100% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
Jumlah 90
Jumlah benda uji untuk tiap pengujian setalah didapatkan nilai KAO dapat
dilihat pada Tabel 4.6 berikut.
20(1−25 )
=
1+50
(4.2)
Nilai PI berkisar antara -3 (kepekaan tinggi) sampai +7 (kepekaan rendah). Nilai PI dan A dapat
diturunkan dari pengukuran nilai penetrasi bitumen yang diukur pada dua temperatur (T1 dan
T2) yang berbeda, seperti persamaan berikut ini.
1 − 800
=
(4.3)
1 − 2
dengan:
1 = Temperatur keadaan 1 (Temperatur saat penetrasi = 25°C)
2 = Temperatur keadaan 2 (Temperatur saat softening point)
Berikut ini merupakan perhitungan nilai IP pada aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60
dengan menggunakan persamaan 4.2 dan 4.3 di bawah ini.
1. Aspal Pen 60/70 memiliki nilai penetrasi 60,15 dan titik lembek 48°C
2. Aspal Starbit E-60 memiliki nilai penetrasi 54,4 dan titik lembek 55°C
dengan: (4.2)
(4.3)
51
dengan:
= Berat piknometer dengan penutup (gr)
= Berat piknometer berisi air (gr)
= Berat piknometer berisi aspal (gr)
= Berat piknometer berisi aspal dan air (gr)
Mulai
Persiapan Bahan
Pengujian Bahan
Memenuhi
Spek Bina Tidak
Marga
2018?
Ya
Pembuatan benda uji dengan jumlah 90 buah
menggunakan variasi kadar aspal (5%, 5,5% ,6%, 6,5%,
7%) dengan substitusi limbah batu andesit 0%, 50%,
100%
Selesai
Nilai Hasil
No Jenis Pengujian Keterangan
Persyaratan
Clereng Kasokandel
Penyerapan Agregat
2 <3 1,687 1,809 Memenuhi
Terhadap Air (%)
Kelekatan Agregat
3 > 95 97 96 Memenuhi
Terhadap Aspal (%)
Keausan dengan
4 Mesin Los Angeles < 40 16,620 13,060 Memenuhi
(%)
54
55
Nilai
No Jenis Pengujian Hasil Keterangan
Persyaratan
1 Berat Jenis > 2.5 2,603 Memenuhi
Penyerapan Agregat
2 <3 2,862 Memenuhi
Terhadap Air (%)
3 Sand Equivalent (%) > 50 95,043 Memenuhi
c. Sand Equivalent
Pengujian sand equivalent bertujuan untuk menentukan kadar lumpur,
debu, atau lempung yang terkandung pada agregat halus. Semakin tinggi
nilai sand equivalent, maka jumlah material lainnya akan semakin rendah
atau sedikit. Hasil pengujian sand equivalent agregat halus Clereng
sebesar 95,043%. Nilai tersebut memenuhi persyaratan Bina Marga 2018
sebesar >50%. Hal tersebut menunjukan bahwa agregat halus Clereng
tidak banyak memiliki kandungan lumpur atau lempung yang dapat
mengganggu kelekatan aspal terhadap agregat.
3. Filler
Hasil pengujian karakteristik agregat filler Abu Batu Clereng dapat dilihat
pada Tabel 5.3 sebagai berikut.
Tabel 5.3 Hasil Pengujian Filler Abu Batu Clereng
Nilai
No Jenis Pengujian Hasil Keterangan
Persyaratan
1 Berat Jenis > 2.5 2,553 Memenuhi
Berat Jenis adalah nilai perbandingan antara berat agregat halus dan berat
air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Hasil pengujian filler abu
batu Clereng sebesar 2,553. Hasil tersebut akan berpengaruh terhadap kadar
aspal optimum campuran aspal beton dan juga hasil pengujian karakteristik
marshall test.
5.1.2 Hasil Pengujian Karakteristik Aspal
Aspal yang digunakan dalam penelian ini adalah aspal Pertamina Pen 60/70
yang tersedia di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII, Yogyakarta dan aspal Starbit
E-60 yang diperoleh dari PT. Bintang Djaja, Cilacap. Pengujian aspal dilakukan di
Laboratorium Jalan Raya FTSP UII, Yogyakarta. Pengujian tersebut
menghasilkan data–data yang telah memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga
2018 seperti yang tercantum dalam Tabel 5.4 dan Tabel 5.5. Hasil pengujian
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
58
Nilai
No Jenis Pengujian Hasil Keterangan
Persyaratan
1 Berat Jenis ≥ 1.0 1,038 Memenuhi
2 Penetrasi (0,1 mm) 60 -70 60,15 Memenuhi
3 Daktilitas (cm) ≥ 100 164 Memenuhi
4 Titik Nyala (°C) ≥ 232 327 Memenuhi
5 Titik Bakar (°C) ≥ 232 335 Memenuhi
6 Kelarutan TCE (%) ≥ 99 99,165 Memenuhi
7 Titik Lembek (°C) ≥ 48 48 Memenuhi
Nilai
No Jenis Pengujian Hasil Keterangan
Persyaratan
1 Berat Jenis ≥ 1.0 1,067 Memenuhi
2 Penetrasi (0,1 mm) 54 54,4 Memenuhi
3 Daktilitas (cm) ≥ 100 164 Memenuhi
4 Titik Nyala (°C) ≥ 232 290 Memenuhi
5 Titik Bakar (°C) ≥ 232 314 Memenuhi
6 Kelarutan TCE (%) ≥ 99 99,032 Memenuhi
7 Titik Lembek (°C) ≥ 60 55 Tidak Memenuhi
Pembahasan untuk pengujian karakteristik aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60
yang digunakan sebagai bahan ikat pada campuran AC-BC dengan subsitusi batu
andesit Kasokandel adalah sebagai berikut.
1. Berat Jenis
Berat Jenis adalah nilai perbandingan antara berat agregat halus dan berat
air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Hasil pengujian aspal Pen
60/70 sebesar 1,038 dan starbit E-60 sebesar 1,067. Nilai tersebut memenuhi
persyaratan Bina Marga 2018 sebesar >1,00.
2. Penetrasi Aspal
Pengujian penetrasi bertujuan mengetahui tingkat kekerasan aspal padat
yang diuji dengan beban dan waktu pada suhu tertentu. Semakin rendah angka
penetrasi aspal maka sifat kohesi dalam bahan tersebut tinggi. Sebaliknya,
semakin tinggi angka penetrasi aspal, maka aspal memiliki nilai kohesi yang
59
tinggi. Hasil pengujian penetrasi aspal Pen 60/70 sebesar 60,15. sehingga telah
memenuhi persyaratan Bina Marga 2018 sebesar 60-70. Sedangkan pengujian
aspal Starbit E-60 sebesar 54,4 , sehingga telah memenuhi persayaratan
produk PT. Bintang Djaja sebesar 54. Nilai penetrasi dari kedua bahan ikat
tersebut menunjukkan adanya perbedaan, Aspal Starbit E-60 memiliki nilai
penetrasi lebih kecil dari pada aspal Pen 60/70, sehingga aspal starbit E-60
memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi/kaku dari pada aspal pen 60/70.
3. Daktilitas Aspal
Pengujian daktilitas bertujuan untuk mengetahui sifat kohesi dalam aspal
dan mendapatkan nilai fleksibilitas campuran itu sendiri yaitu dengan
mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi
aspal keras sebelum terjadi putus pada suhu dan kecepatan konstan. Aspal
dengan nilai daktilitas yang lebih besar akan mengikat butir-butir agregat lebih
baik dan peka terhadap perubahan temperatur. Hasil pengujian daktilitas aspal
Pen 60/70 dan starbit E-60 sebesar 164 cm. Nilai tersebut memenuhi
persyaratan Bina Marga 2018 sebesar > 100 cm.
4. Titik Nyala & Bakar Aspal
Pengujian titik nyala bertujuan untuk mengatahui suhu saat aspal mulai
terlihat nyala singkat. Sedangkan titik bakar bertujuan untuk mengetahui suhu
saat terjadi percikan api pada permukaan aspal. Hasil pengujian titik nyala aspal
Pen 60/70 sebesar 327°C dan aspal Starbit E-60 sebesar 290°C sedangkan hasil
titik bakar aspal Pen 60/70 sebesar 335°C dan aspal Starbit E-60 sebesar 314°C.
Nilai tersebut memenuhi persyaratan Bina Marga 2018 sebesar 232°C.
5. Kelarutan dalam Tetrachloro Ethylene (TCE)
Pengujian kelarutan dalam TCE bertujuan untuk mengetahui persentase
kemurnian aspal. Semakin besar persentase kelarutannya maka semakin kecil
kandungan mineral lainnya yang dapat mengganggu ikatan aspal dengan
agregat. Hasil pengujian Kelarutan dalam TCE aspal Pen 60/70 sebesar
99,165% dan aspal Starbit E-60 sebesar 99,032%. Nilai tersebut memenuhi
persyaratan Bina Marga 2018 sebesar ≥ 99%.
60
6. Titik Lembek
Pengujian titik lembek bertujuan untuk mengetahui temperatur saat aspal
mulai berubah bentuk menjadi lunak. Hasil pengujian aspal Pen 60/70 sebesar
48°C dan aspal Starbit E-60 sebesar 55°C. Nilai tersebut memenuhi
persyaratan Bina Marga 2018 sebesar ≥ 48°C untuk aspal pen 60/70
sedangkan aspal starbit tidak memenuhi persyaratan karena di bawah
spesifikasi produk PT. Bintang Djaja yaitu ≥ 60°C. Sehingga dapat dikatakan
bahwa aspal Pen 60/70 lebih peka terhadap perubahan suhu.
5.1.3 Hasil Pengujian Marshall Test Campuran AC–BC untuk menentukan Kadar
Aspal Optimum
Pengujian Marshall Test dilakukan di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII,
Yogyakarta. Hasil pengujian karakteristik marshall dilihat dari beberapa nilai-
nilai yang didapat meliputi nilai stabilitas (stability), kelelehan (flow), VMA (Void
in Mineral Agregate), VFWA (Void Filled With Asphalt), VITM (Void in The Total
Mix), MQ (Marshall Quotient), dan Kepadatan (density). Kadar Aspal yang
digunakan untuk campuran AC-BC menggunakan kadar variasi aspal masing-
masing sebesar 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% pada masing–masing jenis aspal Pen
60/70 dan Starbit E-60 dari jenis campuran AC-BC. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 5.6 sampai 5.11 kemudian hasil dari Tabel tersebut digambarkan
dalam grafik untuk menentukan kadar aspal optimum.
Pemilihan kadar aspal optimum pada campuran AC–BC ditentukan dengan
melihat kriteria parameter pada karakteristik Marshall Test, yaitu stabilitas > 800
kg untuk pen 60/70 dan > 1000 kg untuk starbit, flow dengan syarat 2 - 4 mm, MQ
sebesar > 250 kg/mm, VITM dengan persyaratan 3-5%, VFWA > 65%, nilai VMA
> 14%, dan untuk nilai density > 2 gr/cc. Dari hasil uji marshall didapat masing–
masing kriteria nilai parameter marshall test.
61
1. Stabilitas (Stability)
Kemampuan perkerasan untuk menahan beban sebelum terjadi deformasi
akibat beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap (deformasi
permanen) seperti gelombang, atau alur (rutting). Nilai stabilitas yang tinggi
menunjukkan bahwa perkerasan tersebut mampu menahan beban lalu lintas yang
besar. Pengaruh kadar aspal terhadap stabilitas cenderung naik seiring dengan
bertambahnya kadar aspal, hingga stabilitas mencapai batas maksimum
selanjutnya penambahan kadar aspal akan menyebabkan turunnya nilai stabilitas.
Nilai stabilitas menurun ketika aspal tersebut sudah sampai titik jenuh yang
artinya adhesi dari aspal tersebut sudah sampai titik puncak untuk mengikat
material – material penyusun, maka aspal akan lebih tebal sehingga mengurangi
stabilitas campuran, dan interlocking antara agregat menjadi berkurang. Aspal
yang berfungsi sebagai bahan ikat akan berubah fungsi menjadi pelicin seiring
dengan bertambahnya kadar aspal dalam campuran.
Stabilitas yang terlalu tinggi menyebabkan perkerasan lebih mampu
menahan beban lebih besar, sedangkan stabilitas yang rendah mengakibatkan
perkerasan cenderung mudah terjadi rutting. Berdasarkan hasil pengujian
diperoleh nilai stabilitas seperti pada Tabel 5.6 dan grafik pada Gambar 5.1 di
bawah ini.
Tabel 5.6 Nilai Stabilitas Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel
Stabilitas (Kg)
Kadar
Aspal
Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 1145,17 984,86 1291,42 1354,35 1172,24 1501,71
5.5 1172,60 1048,14 1403,13 1364,76 1351,31 1590,32
6 1119,94 1360,08 1363,17 1667,60 1377,38 1715,54
6.5 1019,17 1493,10 1068,26 1424,23 1498,61 1529,39
7 917,75 1321,79 893,00 1409,13 1281,48 1244,85
62
1700
1500
Stabilitas (kg)
1300
1100
900
700
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
1500
1100
900
700
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.2 Grafik Stabilitas dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
1900
1700
Stabilitas (kg)
1500
1300
1100
900
700
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.3 Grafik Stabilitas dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
63
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.1 sampai 5.3 bahwa nilai stabilitas
pada campuran Starbit E-60 cenderung lebih tinggi dari campuran Pen 60/70.
Campuran yang menggunakan aspal starbit E-60 memiliki nilai Indeks
Penetrasi yang tinggi sehingga aspal tersebut cenderung lebih getas atau kaku
dari pada aspal Pen 60/70 yang memiliki nilai Index Penetrasi yang rendah
dan cenderung lebih peka terhadap temperatur sesuai dengan pengujian Indeks
Penetrasi. Nilai stabilitas campuran AC–BC menggunakan substitusi batu
Kasokandel memiliki nilai yang besar dibanding dengan menggunakan
substitusi batu Clereng sehingga cocok untuk digunakan pada perkerasan jalan
dengan lalu lintas berat.
2. Kelelehan (Flow)
Merupakan perubahan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat suatu
beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam satuan panjang (mm).
Campuran yang memiliki flow rendah dengan nilai stabilitas tinggi lapisan
perkerasan cenderung kaku sehingga mudah mengalami retak apabila
menerima beban yang melebihi daya dukungnya, sebaliknya jika nilai flow
tinggi dan nilai stabilitas rendah perkerasan yang dihasilkan cenderung
bersifat plastis dan mudah berubah bentuk bila menerima beban lalu lintas.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai flow seperti pada Tabel 5.7 dan
grafik pada Gambar 5.4 di bawah ini.
Tabel 5.7 Nilai Flow Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel
Flow (mm)
Kadar
Aspal Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 3,28 3,40 3,23 3,30 3,47 3,53
5.5 3,43 3,47 3,43 3,53 3,63 3,57
6 3,53 3,60 3,50 3,63 3,77 3,77
6.5 3,70 3,73 3,97 4,03 4,03 3,97
7 4,18 3,93 4,33 4,57 4,53 4,47
64
Flow (mm) 4
1
5 5,5 6 6,5 7
Gambar 5.4 Grafik Flow dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
4
Flow (mm)
1
5 5,5 6 6,5 7
Gambar 5.5 Grafik Flow dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
4
Flow (mm)
1
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.6 Grafik Flow dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
65
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.4 sampai 5.6 bahwa nilai flow seiring
dengan bertambahnya kadar aspal cenderung meningkat. Nilai flow pada
campuran yang menggunakan aspal Starbit E-60 lebih tingi dibanding dengan
menggunakan aspal pen 60/70 karena aspal Starbit memiliki kandungan minyak
lebih tinggi, dibuktikan dengan pengujian titik nyala yang hasilnya lebih rendah
daripada pen 60/70. Campuran dengan bahan ikat yang mengandung minyak
lebih tinggi cenderung mempunyai nilai flow yang tinggi.
3. MQ (Marshall Quotient)
Nilai Marshall Quotient merupakan hasil perbandingan antara stabilitas
dengan nilai flow. Nilai Marshall quotient digunakan sebagai pendekatan nilai
fleksibilitas dari suatu lapis perkerasan. Stabilitas yang tinggi disertai nilai
flow yang rendah menyebabkan perkerasan menjadi kaku. Tetapi, stabilitas
yang rendah dan flow yang tinggi menunjukkan campuran lebih bersifat plastis
dan apabila menerima beban lalu lintas, maka perkerasan akan mengalami
perubahan bentuk (deformasi permanen).
Faktor–faktor yang mempengaruhi nilai Marshall Quotient adalah
stabilitas dan flow. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai MQ seperti
pada Tabel 5.8 dan grafik pada Gambar 5.7 di bawah ini.
MQ (Kg/mm)
Kadar
Aspal
Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 350,40 290,92 399,32 411,02 338,56 425,35
5.5 342,71 303,13 408,91 387,11 372,52 446,99
6 317,38 379,20 389,88 458,97 366,33 457,77
6.5 275,93 401,80 270,83 353,32 373,97 385,73
7 219,70 335,90 206,10 308,52 284,16 279,24
66
500
450
MQ (kg/mm)
400
350
300
250
200
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
400
MQ (kg/mm)
350
300
250
200
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.8 Grafik MQ dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
500
450
MQ (kg/mm)
400
350
300
250
200
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.7 sampai 5.9 bahwa nilai Marshall
Quotient campuran akan naik hingga maksimum seiring bertambahnya kadar
aspal dan kemudian nilai Marshall Quotient akan mengalami penurunan. Nilai
tersebut dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan flow dari hasil masing masing
variasi. Hasil Marshall Quotient yang menggunakan bahan ikat starbit E-60
lebih besar dari pada aspal Pen 60/70. Campuran yang menggunakan aspal
Starbit lebih kaku, hal itu dipengaruhi oleh titik lembek starbit yang lebih
tinggi dibanding Pen 60/70 sehingga tingkat kepekaan terhadap temperatur
kurang baik sesuai dengan hasil indeks penetrasi aspal.
4. VITM (Void in the Total Mix)
Nilai VITM adalah persentase banyaknya rongga dalam campuran terhadap
volume total campuran yang telah dipadatkan. Campuran beton aspal yang
memiliki nilai VITM < 3% akan dapat menimbulkan terjadinya bleeding.
Akibat tingginya temperatur, aspal dalam campuran akan mencair ketika
perkerasan menerima beban, aspal akan mengalir di antara rongga agregat.
Semakin kecil rongga udara maka campuran beraspal akan semakin kedap
terhadap air akan tetapi udara tidak dapat masuk kedalam lapisan sehingga
aspal menjadi mudah rapuh dan getas. Sebaliknya, Jika nilai VITM > 5 %
menunjukkan rongga yang terdapat didalam campuran besar, sehingga
campuran tidak rapat dan tidak kedap terhadap udara dan air.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai VITM seperti pada Tabel 5.9
dan grafik pada Gambar 5.10 di bawah ini.
Tabel 5.9 Nilai VITM Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel
VITM (%)
Kadar
Aspal Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 7,69 6,90 6,28 8,28 7,51 7,65
5.5 6,37 4,99 4,66 6,92 5,82 5,88
6 5,10 3,86 3,39 5,25 4,71 4,43
6.5 3,03 2,78 2,69 4,22 4,32 3,66
7 2,22 2,36 1,79 3,55 3,56 3,15
68
8
VITM (%)
0
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.10 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
6
VITM (%)
0
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.11 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
6
VITM (%)
0
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.12 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
69
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.10 sampai 5.12 dapat dilihat bahwa
seiring dengan penambahan kadar aspal, maka nilai VITM pada campuran AC-
BC dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan rongga udara yang terisi aspal semakin besar dan
memperkecil volume rongga udara, sehingga campuran semakin rapat.
Campuran yang menggunakan Starbit E-60 lebih tinggi dari pada Pen 60/70
karena aspal aspal Pen 60/70 lebih mudah terserap ke dalam pori. Secara
umum pada penambahan batu Kasokandel nilai VITM cenderung menurun,
sehingga material tersebut mempunyai durabilitas baik dan kedap terhadap
udara dan air.
5. VFWA (Void Filled With Asphalt)
VFWA adalah persentase nilai yang menunjukkan banyaknya rongga yang
berada di dalam suatu campuran yang terisi oleh aspal. Nilai VFWA yang
terlalu rendah akan menyebabkan campuran bersifat porous dan mudah
teroksidasi, menyebabkan ikatan antar agregat menurun dan campuran
menjadi rusak. Sebaliknya, Nilai VFWA yang besar menyebabkan campuran
menjadi lentur karena rongga campuran cukup terisi oleh aspal. Faktor-faktor
yang mempengarui nilai VFWA adalah gradasi agregat, kadar aspal, jumlah
dan temperatur pemadatan. Syarat yang harus dicapai pada nilai VFWA
menurut Bina Marga 2018 sebesar > 65%.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai VFWA seperti pada Tabel 5.10
dan grafik pada Gambar 5.13 di bawah ini.
Tabel 5.10 Nilai VFWA Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel
VFWA (%)
Kadar
Aspal
Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 58,56 61,44 63,87 55,98 58,65 58,25
5.5 65,37 71,07 72,57 62,77 67,07 66,91
6 72,18 77,68 79,98 71,04 73,42 74,70
6.5 82,73 84,01 84,48 76,86 76,48 79,51
7 87,58 86,92 89,86 80,93 80,96 82,91
70
100
VFWA (%) 90
80
70
60
50
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
90
80
VFWA (%)
70
60
50
40
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.14 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
100
90
VFWA (%)
80
70
60
50
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.15 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
71
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.13 sampai 5.15 dapat dilihat bahwa
seiring dengan penambahan kadar aspal, maka nilai VFWA semakin
meningkat. Campuran yang menggunakan aspal Pen 60/70 memiliki nilai
VFWA yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran yang menggunakan
aspal Starbit E-60 karena aspal pertamina lebih mudah terserap kedalam pori.
Campuran yang menggunakan batu Kasokandel cenderung lebih naik seiring
dengan bertambahnya substitusi agregat sehingga cocok digunakan sebagai
material perkerasan jalan.
6. VMA (Void in Mineral Agregate)
VMA yaitu rongga udara antar butir agregat aspal padat yang dinyatakan
dalam persentase. Nilai VMA akan naik berdasarkan naiknya kadar aspal, dan
semakin tinggi nilai VMA maka kekedapan campuran terhadap air dan udara
semakin tinggi, karena semakin banyak rongga dalam campuran yang terisi aspal.
Namun nilai VMA yang tinggi akan menyebabkan campuran akan mudah
mengalami bleeding, sebaliknya jika nilai VMA yang kecil mengakibatkan
terbatasnya aspal yang dapat menyelimuti agregat dan menghasilkan selimut
aspal yang tipis sehingga lapisan akan mudah retak. Nilai VMA dipengaruhi oleh
gradasi agregat, jumlah tumbukan, dan kadar aspal
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh grafik nilai VMA
pada berbagai kadar aspal seperti pada Tabel 5.11 dan grafik pada Gambar
5.16 di bawah ini.
Tabel 5.11 Nilai VMA Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel
VMA (%)
Kadar
Aspal
Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 18,54 17,88 17,37 18,81 18,12 18,33
5.5 18,39 17,23 16,99 18,59 18,22 17,76
6 18,29 17,28 16,91 18,12 18,64 17,50
6.5 17,54 17,38 17,35 18,22 18,35 17,84
7 17,87 18,04 17,61 18,64 18,69 18,40
72
19
VMA (%)
17
15
13
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
19
VMA (%) 17
15
13
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.17 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
19
17
VMA (%)
15
13
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.18 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
73
Tabel 5.12 Nilai Density Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel
Density (gr/cc)
Kadar
Aspal Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 2,25 2,28 2,30 2,25 2,27 2,28
5.5 2,27 2,31 2,33 2,26 2,30 2,30
6 2,28 2,32 2,34 2,29 2,31 2,32
6.5 2,32 2,33 2,34 2,30 2,30 2,33
7 2,32 2,32 2,35 2,30 2,31 2,32
74
2,40
2,30
Density (gr/cc)
2,20
2,10
2,00
1,90
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
2,4
2,1
1,9
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)
Gambar 5.20 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
2,4
2,2
2,1
1,9
5 5,5 6 6,5 7
Gambar 5.21 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
75
Tabel 5.13 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
0% Batu Clereng
Berdasarkan Tabel 5.13 di dapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.22
76
KAO = 6.375
65
55
45
35
25
15
5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO
Berdasarkan Tabel 5.14 di dapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Starbit E-60 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.23
77
65 KAO = 6.35
55
45
35
25
15
5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO
Tabel 5.15 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
50% Batu Clereng
Berdasarkan Tabel 5.15 di dapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.24
78
KAO = 6.0
65
55
45
35
25
15
5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO
Gambar 5.24 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 50%
Berdasarkan Tabel 5.16 di dapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Starbit E-60 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.25
79
KAO = 6.2
65
55
45
35
25
15
5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO
Gambar 5.25 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 50%
Tabel 5.17 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
100% Batu Clereng
Berdasarkan Tabel 5.17 didapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.26
80
KAO = 5.89
65
55
45
35
25
15
5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO
Gambar 5.26 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 100%
Tabel 5.18 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60 Substitusi 100%
Batu Kasokandel
Berdasarkan Tabel 5.18 didapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Starbit E-60 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.27
81
KAO = 6.17
65
55
45
35
25
15
5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO
Gambar 5.27 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 100%
Tabel hasil rekapitulasi kadar aspal optimum pada setiap jenis variasi agregat
substitusi 0%, 50%, 100% yang telah dilakukan pada Tabel 5.19 berikut ini.
Berdasarkan Tabel 5.19 diatas, dapat dilihat bahwa semakin besar substitusi
agregat batuan Kasokandel dengan masing–masing variasi 0%, 50%, 100% dalam
campuran AC–BC menggunakan bahan ikat Pen 60/70 dan Starbit E-60
didapatkan kadar aspal optimum (KAO) semakin menurun.
kadar aspal optimum pada campuran AC–BC antara substitusi batu Clereng
dan batu Kasokandel menggunakan bahan ikat aspal Starbit E-60 lebih tinggi.
Aspal Starbit E-60 mempunyai nilai kohesif yang lebih besar dan bersifat
getas/kaku. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Indeks Penetrasi aspal, bahan ikat
aspal Pen 60/70 mempunyai nilai IP sebesar -1,287 sehingga cenderung peka
terhadap temperatur dan bahan ikat aspal Starbit E-60 mempunyai nilai IP sebesar
0,1839 dan aspal tersebut kurang peka terhadap perubahan temperatur. Penelitian
ini sejalan dengan nugroho arief (2018) yang mengatakan aspal Starbit E-55
memiliki viskositas yang tinggi dari pada aspal Pen 60/70, sehingga dapat
mengurangi terjadinya pengaliran aspal (drain down)
5.1.5 Hasil Pengujian Campuran AC–BC Pada Kadar Aspal Optimum (KAO)
Adapun hasil pengujian pada kadar aspal optimum (KAO) meliputi empat
pengujian, yaitu: Pengujian Marshall Test, pengujian Indirect Tensile Strength
(ITS), pengujian Immersion (IRS), dan pengujian Cantabro Loss hasil dari
pengujian tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut ini. Hasil
penelitian campuran AC-BC dengan substitusi batu Kasokandel bahan ikat aspal
Pen 60/70 dan Starbit E-60 mendapatkan nilai yang berbeda pada tiap masing-
masing pengujian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut ini.
1. Hasil Pengujian dan Pembahasan Marshall Test Standar Pada KAO Aspal Pen
60/70 dan Starbit E-60
a. Analisis Substitusi Variasi Batuan terhadap Stabilitas
Menurut Sukirman (2003), Nilai Stabilitas campuran beton aspal dibentuk
dari gesekan internal antar butiran agregat yang saling mengunci dengan
bahan ikat aspal. Selain itu, kohesi atau gaya ikat aspal yang berasal dari
daya lekatnya sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar butir
agregat.
83
Tabel 5.20 Hasil Stabilitas Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO
1600
1400
Stabilitas (kg)
1200
1000
800
600
0 50 100
% Batu Kasokandel
Gambar 5.28 Grafik Stabilitas pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel
0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
Tabel 5.21 Hasil Flow Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO
4
Flow (mm)
3
1
0 50 100
% Batu Kasokandel
Gambar 5.29 Grafik Flow pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel
0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
Tabel 5.22 Hasil MQ Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO
Batu MQ (kg/mm)
Kasokandel
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 312,05 347,62
50 355,34 388,27
100 387,86 422,00
400
MQ (kg/mm)
350
300
250
200
0 50 100
% Batu Kasokandel
terjadi retak. Hal ini didukung dengan angka Indeks Penetrasi aspal Starbit
E-60 yang lebih besar dari Pen 60/70, angka penetrasi yang semakin kecil
menunjukkan aspal atau campuran tersebut peka terhadap temperatur dan
cenderung mempunyai viskositas yang rendah. Penelitian ini sesuai
dengan Nugroho (2018) yang menyatakan campuran dengan bahan ikat
aspal Starbit E-55 cenderung lebih kaku, sehingga lebih mudah terjadi
cracking, sedangkan aspal Pen 60/70 cenderung lebih plastis sehingga
lebih mudah terjadi rutting.
d. VITM (Void In The Mix)
VITM adalah rongga atau void yang tersisa setelah campuran beton aspal
dipadatkan. Void tersebut berguna sebagai tempat bergesernya butiran
material agregat akibat beban lalu lintas yang berulang atau tempat jika
aspal melunak akibat perubahan temperatur. Persentase rongga yang
disyaratkan Bina Marga 2018 untuk campuran beton aspal adalah 3-5%.
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh hasil hubungan
antara substitusi agregat batu Kasokandel dengan nilai VITM pada
campuran AC-BC aspal pen 60/70 dan Starbit E-60 dapat dilihat pada
Tabel 5.23 dan grafik pada Gambar 5.31 di bawah ini.
Tabel 5.23 Hasil VITM Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi Batu
Kasokandel pada KAO
4
VITM (%)
1
0 50 100
% Batu Kasokandel
Gambar 5.31 Grafik VITM pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel 0%,
50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
Tabel 5.24 Hasil VFWA Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO
75
VFWA (%)
70
65
60
0 50 100
% Batu Kasokandel
Gambar 5.32 Grafik VFWA pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel 0%,
50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
90
Tabel 5.25 Hasil VMA Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO
18
17
VMA (%)
16
15
14
13
0 50 100
% Batu Kasokandel
Gambar 5.33 Grafik VMA pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel 0%,
50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.33 nilai VMA pada campuran AC-BC
variasi batuan Kasokandel dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-
60 cenderung menurun hal tersebut disebabkan batu Kasokandel memiliki
berat jenis yang lebih besar dibanding batu Clereng sehingga material agregat
Kasokandel memiliki sedikit rongga dan campuran tersebut dan rentan terjadi
bleeding apabila tidak ada rongga yang cukup didalamnya. Penelitian ini
sejalan dengan Januratmi (2017) yang menyatakan berat jenis agregat yang
kecil berpeluang menimbulkan banyak rongga antar agregat pada campuran
yang telah dipadatkan, Perkerasan dengan banyak rongga akan membutuhkan
lebih banyak aspal dan tidak ekonomis.
Nilai VMA pada campuran aspal Starbit E-60 cenderung lebih tinggi
sedikit dibandingkan campuran menggunakan aspal Pen 60/70, karena
pada campuran starbit mempunyai ikatan adhesi lebih baik dibanding aspal
pertamina. Penelitian ini sejalan dengan Nugroho (2018) campuran yang
menggunakan bahan ikat starbit E-55 memiliki gaya adhesi yang baik
terhadap agregat dibanding Pen 60/70
g. Kepadatan (density)
Density merupakan tingkat kerapatan suatu campuran setelah dipadatkan.
Suatu campuran dengan nilai density yang tinggi akan mampu menahan beban
yang lebih besar dibandingkan dengan campuran yang memiliki nilai
92
Tabel 5.26 Hasil Density Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO
4
Density (gr/cc)
1
0 50 100
% Batu Kasokandel
Gambar 5.34 Grafik Density pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel
0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
Tabel 5.27 Hasil Marshall Test Aspal Pen 60/70 dengan Variasi Batu
Kasokandel pada KAO
Tabel 5.28 Hasil Marshall Test Aspal Starbit E-60 dengan Variasi Batu
Kasokandel pada KAO
2. Hasil Pengujian dan Pembahasan Immersion Test pada KAO Aspal Pen 60/70
dan Starbit E-60
Immersion Test Bertujuan untuk mengetahui durabilitas suatu campuran.
Durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima beban lalu lintas seperti
berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan,
serta menahan suhu akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air, atau
perubahan temperatur (Sukirman,2003). Metode immersion test yaitu
membandingkan nilai stabilitas benda uji yang telah direndam dalam
waterbath dengan suhu konstan yaitu 60º C selama 0,5 jam dan 24 jam.
Berdasarkan pengujian immersion test dari campuran Asphalt Concrete–
Binder course (AC-BC) dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60
pada substitusi variasi batuan. Nilai–nilai hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel 5.29 dan Tabel 5.30 di bawah ini.
Tabel 5.29 Hasil Pengujian Immersion Test Pada Kondisi KAO Dengan
Substitusi Variasi Batuan aspal Pen 60/70
Index of Retained Strength aspal Pen 60/70
0,5 jam 24 jam IRS (%)
Susbstitusi
Variasi Stabilitas Stabilitas
Nilai Keterangan
Batuan (%) (kg) (kg)
0 1175,19 1067,13 90,80 Memenuhi
50 1300,15 1185,86 91,21 Memenuhi
100 1367,33 1257,30 91,95 Memenuhi
Spesifikasi < 800 < 90
Tabel 5.30 Hasil Pengujian Immersion Test Pada Kondisi KAO Dengan
Substitusi Variasi Batuan Starbit E-60
Index of Retained Strength aspal Starbit E-60
Susbstitusi 0,5 jam 24 jam IRS (%)
Variasi Stabilitas Stabilitas
Nilai Keterangan
Batuan (%) (kg) (kg)
0 1317,55 1206,03 91,54 Memenuhi
50 1447,75 1332,43 92,03 Memenuhi
100 1540,30 1430,60 92,88 Memenuhi
Spesifikasi < 1000 < 90
95
800
600
0 50 100
% Batu Kasokandel
1200
1000
800
600
0 50 100
% Batu Kasokandel
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.35 dan 5.36 dapat dilihat bahwa nilai
stabilitas rendaman campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan Starbit E-
60 cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya subtitusi variasi
batuan andesit Kasokandel hal tersebut disebabkan material batu tersebut
memiliki nilai ketahanan yang lebih kuat dari pada material batu Clereng
sehingga pada saat dilakukan uji perendaman dengan suhu yang konstan
60ºC selama 0,5 jam dan 24 jam pengaruh rendaman air tidak
mempengaruhi nilai stabilitas batu andesit Kasokandel.
Nilai stabilitas pada rendaman waterbath 24 jam dengan suhu yang konstan
60ºC lebih rendah dibandingkan dengan rendaman 30 menit. Hal tersebut
disebabkan pada saat proses perendaman, air masuk kedalam pori-pori
campuran sehingga melemahkan ikatan adhesi antara aspal dan agregat.
Nilai stabilitas pada campuran AC-BC menggunakan bahan ikat aspal
Starbit E-60 lebih tinggi dari pada campuran yang menggunakan aspal Pen
60/70. Sifat rheologis aspal starbit E-60 yang lebih kental dan kaku
menyebabkan campuran AC-BC menjadi kurang peka terhadap perubahan
temperatur. Hal inilah yang membuat campuran AC-BC dengan
menggunakan aspal starbit E-60 memiliki ketahanan yang lebih baik
dalam menahan beban dibandingkan dengan campuran beraspal pen 60/70.
Penelitian ini sesuai dengan Nugroho (2018) yang menyatakan nilai
stabilitas yang menggunakan Starbit E-55 lebih tinggi pada pengujian
rendaman. Sifat aspal yang lebih kaku dan menyebabkan campuran
campuran menjadi kurang peka terhadap perubahan temperatur. Hal ini
yangn membuat campuran Starbit E-55 memiliki ketahanan yang baik
dalam menahan air rendaman, suhu, dan cuaca.
b. Analisis Pengaruh Substitusi Batuan terhadap Nilai Index of Retained
Strength (IRS)
Index of retained strength diperoleh dari proses perendaman di dalam
waterbath, untuk mengetahui kekuatan (strength) dan durabilitas
(durability) yang dimiliki campuran setelah proses perendaman.
97
90
80
70
0 50 100
% Batu Kasokandel
Gambar 5.37 Grafik Nilai Index of Retained Strength pada aspal Pen 60/70
dan Aspal Starbit E-60
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.37 dapat dilihat bahwa nilai index of
retained strength campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan starbit E-60
cenderung meningkat seiring bertambahnya substitusi batu andesit
Kasokandel sehingga penambahan variasi batuan memiliki ketahanan yang
baik terhadap air, suhu, dan cuaca karena memiliki nilai IRS sesuai syarat
spesifikasi Bina Marga 2018 sebesar ≥ 90%.
98
3. Hasil Pengujian dan Pembahasan Indirect Tensile Strength pada KAO aspal
Pen 60/70 dan Starbit E-60
Indirect Tensile Strength adalah pengujian untuk mengetahui kuat Tarik
maksimum dihitung dari puncak beban. Hasil pengujian indirect tensile
strength test campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-60
terhadap substitusi variasi batuan andesit Kasokandel dapat dilihat pada Tabel
5.31 di bawah ini.
Tabel 5.31 Hasil Pengujian ITS Campuran AC-BC Pada Kondisi KAO
Dengan Substitusi Variasi Batuan
Variasi Rekapitulasi Pengujian ITS
2
Batuan (Kg/cm )
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 17,01 21,39
50 17,30 21,84
100 18,82 22,78
Pada Tabel 5.31 nilai ITS campuran AC-BC menggunakan aspal Pen 60/70
dan Starbit E-60 mengalami kenaikan seiring bertambahnya substitusi variasi
batuan. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh nilai grafik
hubungan antara substitusi variasi batuan dan nilai Indirect Tensile Strength
dapat dilihat dari grafik pada Gambar 5.38 di bawah ini.
99
30
25
20
15
0 50 100
% Batu Kasokandel
Gambar 5.38 Grafik Nilai Indirect of Tensile Strength pada aspal Pen 60/70
dan Aspal Starbit E-60
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.38 dapat dilihat bahwa nilai ITS
campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 mengalami nilai
kenaikan seiring bertambahnya substitusi batuan Kasokandel. Penggunaan
agregat Kasokandel memiliki nilai VMA yang kecil, membuat campuran
Kasokandel memiliki sedikit rongga sehingga nilai kuat tarik menjadi lebih
besar ketika menerima beban. Penelitian ini sesuai dengan Januratmi (2017)
campuran yang mempunyai nilai VMA yang besar membuat campuran
memiliki rongga sehingga apabila terjadi kuat tarik didapat hasil yang tidak
maksimal.
Campuran AC-BC dengan aspal Starbit E-60 mempunyai nilai ITS lebih
tinggi dibandingkan aspal Pen 60/70 sehingga aspal Starbit lebih kuat menahan
gaya tarik terhadap beban kendaraan. Hal tersebut disebabkan ikatan material
agregat dengan aspal baik sehingga kemungkinan terjadi retak lebih kecil dari
pada menggunakan aspal Pen 60/70. Penelitian ini sesuai dengan Nugroho (2018)
temperatur merupakan parameter kuat tarik lapis perkerasan, Starbit E-55
memiliki nilai titik lembek yang tinggi dari Pen 60/70 dan memiliki nilai ketahan
terhadap suhu sehingga fleksibilitas suatu campuran lebih terjaga.
100
4. Hasil Pengujian dan Pembahasan Cantabro Test pada KAO aspal Pen 60/70
dan Starbit E-60
Cantabro test adalah suatu metode pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui ketahanan benda uji terhadap keausan dengan menggunakan
mesin loss angeles. Pengujian ini untuk mengetahui kehilangan berat dari
benda uji setelah dilakukan tes abrasi. Pengujian Cantabro test dilakukan
untuk mengetahui besarnya batas kekuatan hancur akibat pengaruh impact
(tumbukan/pembebanan) beban roda lalu lintas pada lapis perkerasan. Hasil
pengujian cantabro test campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan aspal
Starbit E-60 terhadap substitusi variasi batuan dapat dilihat pada Tabel 5.32
di bawah ini.
0
0 50 100
% Batu Kasokandel
Gambar 5.39 Grafik Nilai Cantabro Loss pada aspal Pen 60/70 dan Aspal
Starbit E-60
Berdasarkan grafik pada Gambar 5.39 dapat dilihat bahwa nilai Cantabro Test
pada aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 cenderung menurun seiring bertambahnya
substitusi variasi batuan dengan campuran AC-BC, hal tersebut disebabkan sifat
material batuan andesit Kasokandel lebih kuat terhadap uji keausan sesuai
dengan pengujian abrasi, pengujian abrasi menggunakan mesin loss angeles pada
batu Clereng didapatkan nilai sebesar 16,620% sedangkan batu Kasokandel
didapatkan nilai sebesar 10,28% semakin kecil nilai abrasi semakin kuat batuan
tersebut menahan benturan sehingga campuran menggunakan batu Kasokandel
mempunyai nilai durabilitas yang baik.
Campuran yang menggunakan bahan ikat starbit E-60 lebih kuat terhadap
uji abrasi dari pada campuran aspal Pen 60/70. Hal ini disebabkan oleh
kandungan aspal starbit E-60 lebih lekat terhadap campuran sehingga ikatan
antara aspal dan agregat menjadi lebih kuat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan dari karakteristik campuran
Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan
aspal Starbit E-60 dengan substitusi variasi agregat kasar batu andesit Kasokandel
sebesar 0%, 50%, dan 100% terhadap berat total agregat kasar dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Penggunaan batu andesit Kasokandel sebagai agregat kasar pada variasi 0%,
50%, dan 100% terhadap berat total agregat dapat digunakan pada campuran
Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) bahan ikat aspal Pen 60/70 dan
Starbit E-60, sebab masing-masing bahan ikat tersebut memenuhi spesifikasi
Bina Marga 2018 pada setiap masing-masing pengujian.
2. Karakteristik Marshall Test campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-
BC) bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 mempunyai nilai Stabilitas,
MQ, VITM, dan Density mengalami kenaikan dan terjadi penurunan pada nilai
Flow, VFWA, dan VMA seiring dengan bertambahnya subsitusi batu
Kasokandel 0%, 50%, dan 100%.
3. Campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) bahan ikat aspal Pen
60/70 dan Starbit E-60 yang diukur ketahanannya dalam mempertahankan
stabilitas setelah mengalami rendaman yang diukur dengan nilai Index of
Retained Strength mengalami kenaikan seiring dengan penambahan variasi
batu Kasokandel. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja campuran yang
menggunakan agregat batu Kasokandel memiliki tingkat durabilitas/keawetan
yang tinggi dibandingkan campuran yang menggunakan agregat Clereng
terhadap air rendaman.
102
103
6.2 Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian campuran Asphalt Concrete – Binder
Course (AC-BC) bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan variasi batu
Kasokandel sebagai substitusi agregat kasar, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut.
1. Material batu andesit yang diperoleh dari Desa Kasokandel, Kecamatan
Kasokandel. Kabupaten Majalengka dapat digunakan untuk bahan alternatif
pekerjaan jalan campuran AC-BC, sehingga menambah pemanfaatan batu
andesit Kasokandel dan dapat digunakan pada jalan lalu lintas berat.
2. Penggunaan batu Kasokandel dapat dijadikan variasi agregat kasar untuk
pembuatan jalan dengan campuran yang berbeda dengan harapan dapat
meningkatkan karakteristik Marshall Test.
3. Pemakaian aspal Starbit E-60 dapat digunakan pada kondisi lalu lintas berat
dan suhu yang ekstrem karena memiliki nilai penetrasi yang rendah dan titik
lembek yang tinggi.
104
DAFTAR PUSTAKA
Arrum, D. N. A., 2018. Perbandingan Penggunaan Batu Sungai Boyong dan Batu
Clereng Sebagai Pengganti Agregat Kasar pada Campura AC-BC
Menggunakan Aspal Starbit E-60, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.
Direktorat Jendral Bina Marga, 2018. Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal Divisi
6. Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Robert, D. H. N., Andy, S. & P. J. R., 2003. The Shell Bitumen Handbook. 6 ed.
UK: ICE Publishing.
Romadhona, W., 2015. Pengaruh Tipe Gradasi Agregat Terhadap Sifat Beton
Aspal dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina dan Starbit E-55 Campuran AC-
WC. Jurnal Teknisia, 1 Mei.Volume XX.
Silvia, S., 2003. Beton Aspal Campuran Panas. I ed. Jakarta: Granit.
Zakaria, H. & Fauziah, M., 2012. Optimasi Penggunaan Pasir Bengawan Solo
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Mulai 25 ̊C 09.30
Selesai 25 ̊C 11.00
3. Diperiksa
Mulai 25 ̊C 11.00
Selesai 25 ̊C 11.45
HASIL PENGAMATAN
Sket Pengujian
No. Benda Uji
Benda Uji 1 Benda Uji 2
1. 57,5 65
2. 57 62
3. 57 62
4. 59 61
5. 61 60
Rata-rata 58,3 62
Rerata 60,15
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
108
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Selesai 25 ̊C 13.00
3. Diperiksa
Mulai 25 ̊C 13.00
Selesai 25 ̊C 13.45
HASIL PENGAMATAN
Sket Pengujian
No. Benda Uji
Benda Uji 1 Benda Uji 2
1. 54 53
2. 55 56
3. 53 54
4. 56 53
5. 55 55
Rata-rata 54,6 54,2
Rerata 54,4
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
109
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 27 ̊C 09.00
Selesai 160 ̊C 09.30
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 27 ̊C 09.30
Selesai 27 ̊C 10.30
Diperiksa
3. Mulai 5 ̊C 10.30
Selesai 50 ̊C 10.58
HASIL PENGAMATAN
Waktu Pemanasan (Detik) Titik Lembek (̊C)
No. Suhu yang diamati
Benda Uji 1 Benda uji 2 Benda Uji 1 Benda Uji 2
1. 5 ̊C 0 0
2. 10 ̊ C 145 145
3. 15 ̊ C 94 94
4. 20 ̊ C 100 100
5. 25 ̊ C 113 113
6. 30 ̊ C 121 121
7. 35 ̊ C 127 127
8. 40 ̊ C 134 134
9. 45 ̊ C 87 87
10. 50 ̊ C 73 80 48 ̊C 48,5 ̊C
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
110
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1 Mulai 27 ̊C 10.00
Selesai 160 ̊C 10.30
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2 Mulai 27 ̊C 10.30
Selesai 27 ̊C 11.30
Diperiksa
3 Mulai 5 ̊C 11.30
Selesai 57 ̊C 12.10
HASIL PENGAMATAN
Waktu Pemanasan (Detik) Titik Lembek (̊C)
No. Suhu yang diamati
Benda Uji 1 Benda uji 2 Benda Uji 1 Benda Uji 2
1. 5 ̊C 0 0
2. 10 ̊ C 155 155
3. 15 ̊ C 132 132
4. 20 ̊ C 143 143
5. 25 ̊ C 126 126
6. 30 ̊ C 129 129
7. 35 ̊ C 136 136
8. 40 ̊ C 134 134
9. 45 ̊ C 98 98
10. 50 ̊ C 125 125
11. 55 ̊ C 82 76 55 ̊C 54 ̊C
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
111
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Pemeriksaan Keterangan Waktu Temperatur
Suhu
Persiapan
1. Aspal Dipanaskan 15 Menit Pemanasan
Benda Uji
± 135 ̊C
Mendinginkan Suhu Ruang
2. Didiamkan Pada Suhu Ruang 60 Menit
Benda Uji ±26̊C
Perendaman Direndam Dalam Waterbath Suhu Waterbath
3. 60 Menit
Benda Uji Pada Suhu 25 ̊C ±25̊C
Diuji Daktilitas Pada Suhu 25 Suhu Alat
4. Pemeriksaan 20 Menit
̊ C, Kecepatan 5 Cm Per Menit ±25̊C
HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji Hasil pengujian Keterangan
1. Sampel 1 164 cm Tidak putus
2. Sampel 2 164 cm Tidak putus
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
112
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Pemeriksaan Keterangan Waktu Temperatur
Suhu
Persiapan
1. Aspal Dipanaskan 15 Menit Pemanasan
Benda Uji
± 135 ̊C
Mendinginkan Suhu Ruang
2. Didiamkan Pada Suhu Ruang 60 Menit
Benda Uji ±26̊C
Perendaman Direndam Dalam Waterbath Suhu Waterbath
3. 60 Menit
Benda Uji Pada Suhu 25 ̊C ±25̊C
Diuji Daktilitas Pada Suhu 25 Suhu Alat
4. Pemeriksaan 20 Menit
̊ C, Kecepatan 5 Cm Per Menit ±25̊C
HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji Hasil pengujian Keterangan
1. Sampel 1 164 cm Tidak putus
2. Sampel 2 164 cm Tidak putus
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
113
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 25 ̊C 09.00
Selesai 145 ̊C 09.15
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 145 ̊C 09.15
Selesai 25 ̊C 09.30
Diperiksa
3. Mulai 30 ̊C 09.45
Selesai 340 ̊C 10.30
HASIL PENGAMATAN
No. Benda Uji Titik Nyala Titik Bakar
1. Benda Uji 1 327 ̊C 335 ̊C
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
114
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 25 ̊C 09.00
Selesai 145 ̊C 09.15
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 145 ̊C 09.15
Selesai 25 ̊C 09.30
Diperiksa
3. Mulai 30 ̊C 09.50
Selesai 320 ̊C 10.45
HASIL PENGAMATAN
No. Benda Uji Titik Nyala Titik Bakar
1. Benda Uji 1 290 ̊C 314 ̊C
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
115
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Pembacaan
No. Pemeriksaan Keterangan
Waktu Suhu (°C)
1. Penimbangan Mulai 10.00 26
2. Pelarutan Mulai 10.20 26
Mulai 10.25 26
3. Penyaringan
Selesai 10.30 26
4. Di Oven Mulai 10.32 110
5. Penimbangan Selesai 10.42 26
HASIL PEMERIKSAAN
Benda Uji
No. Pemeriksaan
1 2
1. Beraterlenmayer kosong (gr) 68,87 74,22
2. Beraterlenmayer kosong + aspal (gr) 70,02 75,47
3. Berat aspal (gr) (2-1) 1,15 1,25
4. Berat kertas saring bersih (gr) 0,6 0,58
5. Berat kertas saring bersih + mineral (gr) 0,61 0,59
6. Berat mineral (gr) (5-4) 0,01 0,01
7. Persentase mineral (%) (6/3*100) 0,869 0,80
8. Aspal yang larut (%) (100-7) 99,130 99,20
9. Rata-rata aspal yang larut (%) 99,165
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
116
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Pembacaan
No. Pemeriksaan Keterangan
Waktu Suhu (°C)
1. Penimbangan Mulai 10.45 26
2. Pelarutan Mulai 11.00 26
Mulai 11.05 26
3. Penyaringan
Selesai 11.15 26
4. Di Oven Mulai 11.17 110
5. Penimbangan Selesai 11.27 26
HASIL PEMERIKSAAN
Benda Uji
No. Pemeriksaan
1 2
1. Beraterlenmayer kosong (gr) 68,87 73,49
2. Beraterlenmayer kosong + aspal (gr) 69,74 74,76
3. Berat aspal (gr) (2-1) 0,87 1,27
4. Berat kertas saring bersih (gr) 0,61 0,62
5. Berat kertas saring bersih + mineral (gr) 0,62 0,63
6. Berat Mineral (gr) (5-4) 0,01 0,01
7. Persentase Mineral (%) (6/3*100) 1,15 0,79
8. Aspal yang larut (%) (100-7) 98,85 99,21
9. Rata-rata aspal yang larut (%) 99,03
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
117
Sampel
No. Pemeriksaan
1 2
1. Berat piknometer kosong (gr) 20,72 12,41
2. Berat piknometer + aquadest (gr) 44,16 24,42
3. Berat aquadest (gr) (2-1) 23,44 12,01
4. Berat piknometer + aspal (gr) 22,97 13,69
5. Berat aspal (gr) (4-1) 2,25 1,28
6. Berat piknometer + aspal + aquadest (gr) 44,22 24,48
7. Berat aquadest (gr) (6-4) 21,25 10,79
8. Volume aspal (gr) (3-7) 2,19 1,22
9. Berat jenis aspal = Berat / Vol (5/8) 1,027 1,049
10. Rata-rata BJ Aspal 1,038
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
118
Sampel
No. Pemeriksaan
1 2
1. Berat piknometer kosong (gr) 20,57 20,63
2. Berat piknometer + aquadest (gr) 43,3 43,09
3. Berat aquadest (gr) (2-1) 22,73 22,46
4. Berat piknometer + aspal (gr) 21,32 22,86
5. Berat aspal (gr) (4-1) 0,75 2,23
6. Berat piknometer + aspal + aquadest (gr) 43,35 43,22
7. Berat aquadest (gr) (6-4) 22,03 20,36
8. Volume aspal (gr) (3-7) 0,7 2,1
9. Berat jenis aspal = Berat / Vol (5/8) 1,071 1,062
10. Rata-rata BJ Aspal 1,067
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
119
Benda uji
No. Keterangan
Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata
Berat benda uji dalam keadaan basah jenuh
1. 1600,14 1619,27 1609,66
(BJ) (gram)
2. Berat benda uji dalam air (BA) (gram) 1001,04 1002,46 1001,75
3. Berat benda uji kering oven (BK) (gram) 1574,46 1591,42 1582,94
Benda uji
No. Keterangan
Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata
Berat benda uji dalam keadaan basah jenuh
1. 1592,8 1592,62 1592,71
(BJ) (gram)
2. Berat benda uji dalam air (BA) (gram) 1000,46 1001,01 1000,74
3. Berat benda uji kering oven (BK) (gram) 1564,76 1564,06 1564,41
Material : Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Agregat ukuran (3/8”) Clereng
Sumber : Pertamina, Cilacap
Tahun Uji : 2019
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 26 ̊C 09.00
Selesai 150 ̊C 09.20
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 150 ̊C 09.20
Selesai 26 ̊C 11.30
Diperiksa
3. Mulai 26 ̊C 11.30
Selesai 26 ̊C 13.00
HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji % Terselimuti Aspal Keterangan
1. Benda Uji 1 97% Memenuhi
2. Benda Uji 2 97% Memenuhi
3. Rata-Rata 97% Memenuhi
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
122
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 26 ̊C 09.30
Selesai 150 ̊C 09.45
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 150 ̊C 09.45
Selesai 26 ̊C 13.00
Diperiksa
3. Mulai 26 ̊C 13.00
Selesai 26 ̊C 13.30
HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji % Terselimuti Aspal Keterangan
1. Benda Uji 1 95% Memenuhi
2. Benda Uji 2 97% Memenuhi
3. Rata-Rata 96% Memenuhi
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
123
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 26 ̊C 08.30
Selesai 150 ̊C 08.45
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 150 ̊C 08.45
Selesai 26 ̊C 13.00
Diperiksa
3. Mulai 26 ̊C 13.00
Selesai 26 ̊C 13.30
HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji % Terselimuti Aspal Keterangan
1. Benda Uji 1 99% Memenuhi
2. Benda Uji 2 97% Memenuhi
3. Rata-Rata 98% Memenuhi
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
124
PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 26 ̊C 10.00
Selesai 150 ̊C 10.20
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 150 ̊C 10.20
Selesai 26 ̊C 13.30
Diperiksa
3. Mulai 26 ̊C 13.30
Selesai 26 ̊C 14.00
HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji % Terselimuti Aspal Keterangan
1. Benda Uji 1 97% Memenuhi
2. Benda Uji 2 97% Memenuhi
3. Rata-Rata 97% Memenuhi
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
125
Jenis Gradasi F
No. Saringan Benda Uji (gram)
Lolos Tertahan 1 2
1. 72.2 mm (3") 63.5 mm (2.5")
2. 63.5 mm (2.5") 50.8 mm (2")
3. 50.8 mm (2") 37.5 mm (1.5")
4. 37.5 mm (1.5") 25.4 mm (1")
5. 25.4 mm (1") 19.0 mm (3/4")
6. 19.0 mm (3/4") 12.5 mm (0.5") 2500
7. 12.5 mm (0.5") 09.5 mm (3/8") 2500
8. 09.5 mm (3/8") 06.3 mm (1/4")
9. 06.3 mm (1/4") 04.75 mm (No.4)
10. 04.75 mm (No.4) 02.36 mm (No.8)
11. Jumlah Benda Uji (A) 5000 4402,19
12. Jumlah Tertahan Di Sieve 12 (B) 4402,19 3465,19
13. Keausan = (((A-B)/A) x 100%) 11,96% 21,28%
14. Rata-rata Keausan (%) 16,62%
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
126
Jenis Gradasi F
No. Saringan Benda Uji (gram)
Lolos Tertahan 1 2
1. 72.2 mm (3") 63.5 mm (2.5")
2. 63.5 mm (2.5") 50.8 mm (2")
3. 50.8 mm (2") 37.5 mm (1.5")
4. 37.5 mm (1.5") 25.4 mm (1")
5. 25.4 mm (1") 19.0 mm (3/4")
6. 19.0 mm (3/4") 12.5 mm (0.5") 2500
7. 12.5 mm (0.5") 09.5 mm (3/8") 2500
8. 09.5 mm (3/8") 06.3 mm (1/4")
9. 06.3 mm (1/4") 04.75 mm (No.4)
10. 04.75 mm (No.4) 02.36 mm (No.8)
11. Jumlah Benda Uji (A) 5000 4713,27
12. Jumlah Tertahan Di Sieve 12 (B) 4713,27 4014,27
13. Keausan = (((A-B)/A) x100%) 5,73% 14,83%
14. Rata-rata Keausan (%) 10,28%
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
127
3. Berat piknometer + air + benda uji (BT) (gram) 950,86 1012,530 981,695
Lampiran 24 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%
Lampiran 25 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%
Lampiran 26 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 50%
Lampiran 27 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 50%
Lampiran 28 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 100%
Lampiran 29 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 100%
Lampiran 30 Pengujian Marshall Test pada KAO Aspal Pen 60/70 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%
PENGUJIAN MARSHALL TEST PADA KAO ASPAL PEN 60/70 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% DAN 100%
Lampiran 31 Pengujian Marshall Test pada KAO Aspal Starbit E-60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%
PENGUJIAN MARSHALL TEST PADA KAO ASPAL STARBIT E-60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% DAN 100%
Lampiran 32 Pengujian Immersion pada KAO Aspal Pen 60/70 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%
PENGUJIAN IMMERSION PADA KAO ASPAL PEN 60/70 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%
Lampiran 33 Pengujian Immersion pada KAO Aspal Starbit E-60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%
PENGUJIAN IMMERSION PADA KAO ASPAL STARBIT E-60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%
Lampiran 34 Pengujian ITS pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%
PENGUJIAN ITS PADA ASPAL PEN 60/70 DAN STARBIT E60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%
Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A
Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T
140
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Lanjutan Lampiran 34 Pengujian ITS pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%
PENGUJIAN ITS PADA ASPAL PEN 60/70 DAN STARBIT E60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%
Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A
Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T
141
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Lampiran 35 Pengujian Cantabro pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%
PENGUJIAN CANTABRO PADA ASPAL PEN 60/70 DAN STARBIT E60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%
142