Anda di halaman 1dari 167

TUGAS AKHIR

Halaman Judul

PENGGUNAAN BATU ANDESIT KASOKANDEL


SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI AGREGAT KASAR
CAMPURAN AC-BC DENGAN BAHAN IKAT ASPAL
PERTAMINA PEN 60/70 DAN STARBIT E-60
(UTILIZING OF KASOKANDEL ANDESIT STONE AS
MATERIAL SUSBTITUTIONS OF AC-BC MIXED
AGGREGATE USING ASPHALT PERTAMINA PEN
60/70 AND STARBIT E-60)

Diajukan Kepada Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Untuk


Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Teknik Sipil

Mochamad Falah Amaludin


14511299

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM
INDONESIA 2020

i
TUGAS AKHIR
Halaman Pengesahan

PENGGUNAAN BATU ANDESIT


KASOKANDEL SEBAGAI BAHAN
SUBSTITUSI AGREGAT KASAR
CAMPURAN AC-BC DENGAN BAHAN IKAT
ASPAL PERTAMINA PEN 60/70 DAN
STARBIT E-60
(UTILIZING OF KASOKANDEL ANDESIT STONE AS
MATERIAL SUSBTITUTIONS OF AC-BC
MIXED AGGREGATE USING ASPHALT
PERTAMINA PEN 60/70 AND STARBIT E-
60)

Disusun Oleh:

Mochamad Falah Amaludin


14511299

Telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Untuk memperoleh derajat Sarjana Teknik Sipil

Diuji pada tanggal 8 April 2020

Oleh dewan penguji

Pembimbing I Penguji I Penguji II

Ir. Subarkah, M.T. Berlian Kushari, M.Eng. Miftahul Fauziah, Ph.D.


NIP: 865110101 NIP: 015110101 NIP: 955110103

Mengesahkan,

Ketua Program Studi Teknik Sipil

Dr. Ir. Sri Amini Yuni Astuti, M.T.


NIP: 885110101
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas Akhir yang


saya susun sebagai syarat untuk memenuhi salah satu persyaratan pada Program
Studi Teknik Sipil Univertitas Islam Indonesia seluruhnya merupakan hasil karya
saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan Tugas Akhir
yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan Tugas Akhir
ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian
tertentu, saya bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik
yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 10 Maret 2020


Yang membuat pernyataan,

Materai 6.000

Moch. Falah. Amaludin


(14511299)

iii
DEDIKASI

Alhamdulillah …
Kupanjatkan Kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan juga kesempatan dalam
menyelesaikan tugas akhir skripsi saya dengan segala kekurangannya. Segala
syukur kuucapkan kepadaMu Yaa Rabb, karena sudah menghadirkan orang-orang
berarti disekililing saya, Yang selalu memberi Semangat dan Doa, sehingga Tugas
Akhir saya ini dapat diselesaikan dengan baik.

Untuk Tugas Akhir yang sederhana ini, maka saya persembahkan untuk ….

- Bapak H. Dedie Djunaedi dan Ibu Hj. Puji Rahayuningsih.


Sepasang orang tua yang sangat hebat, sabar menghadapi saya dan kakak-kakak
saya dengan kondisi yang luar biasa, setia memberi semangat tidak ada habisnya,
yang selalu menyakinkan saya untuk terus kuliah dengan kondisi ekonomi yang
belum mampu, sabar menghadapi setiap ada masalah yang datang, yang semua
orang belum tentu kuat menghadapi masalah tersebut. Dari mereka aku belajar,
orang tua mana yang mau dan sanggup dengan kondisi anak-anaknya yang gagal,
tetapi merekalah orang yang benar-benar kuat dan menghadapinya dengan penuh
semangat serta doa yang selalu dipanjatkan kepadaNya dengan harapan roda akan
selalu berputar dan menjadi lebih baik. Orang tua saya adalah panutan saya, guru
saya, dan orang yang paling spesial di hati saya. Apa yang saya dapatkan hari ini
belum mampu membayar semua kebaikan, keringat, dan juga air mata. Terima
kasih Bapak & Ibu. Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk kalian, sebagai janji
saya untuk menyelesaikan kewajban saya ini sehingga saya dapat menggapai cita-
cita.

iv
- Kakak dan Adik (Indra, Feny, Bani, Hakim, & Amar).
Keluarga saya di rumah yang membuat keributan dan kehebohan dari Rumah
Istana hingga menempati rumah saudara. Terimakasih selalu memberi warna
dalam kehidupan saya, membuat cerita baru setiap saya pulang ke rumah, tanpa
mereka mungkin Tugas Akhir ini tidak selesai.
- Dosen Pembimbing Ir. Subarkah, M.T.
Kepada Bapak Subarkah sekalu dosen pembimbing dan guru road pavement
material saya yang paling tegas, bijaksana, serta disiplin. Terima kasih atas segala
bantuan dan masukan yang diberikan sehingga skripsi dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan baik.
- Keluarga Besar Teknik Sipil 2014 (lehughaa).
KOSEMA yang menurut saya adalah orang-orang terbaik dan hebat (Al-hadi,
Bale, Sam, Yogi, Ayu, Muthia) keluarga angkatan saya di kampus yang berjuang
bersama-sama di kampus tercinta.
- Sekte Laboran (Adyatma Arif, Nugrah Sentana, Iqba Budi, Wahyu S).
Partner saat bimbingan, semangat untuk kita semua. Ini adalah langkah awal kita
untuk menggapai cita-cita, kalian semua luar biasa. Terima Kasih untuk selalu
menemani dan support sesama saat di kantor, hingga Tugas Akhir ini bisa selesai
dengan baik.
- Rombongan Keluarga Bento Praja.
Semangat untuk kita semua perjalanan masih panjang, semoga silaturahmi kita
tetap berjalan baik, Terima Kasih banyak selalu menemani membuat laporan
Tugas Akhir ini hingga laporan selesai. Kalian Hebat. Rudiansyah, Lanny
Kusuma, Ruli Maisenta, Ramona Fitri, Aditia Elvarando.

Terima Kasih untuk semuanya orang-orang yang secara tidak langsung telah
membantu saya, dalam menyelesaikan Tugas Akhir hingga dapat selesai dengan
baik. Semoga Tugas Akhir ini senantiasa memberi manfaat dan berguna.

v
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Akhir yang berjudul Penggunaan Batu Andesit Kasokandel Sebagai Subsitusi
Agregat Kasar Campuran AC-BC Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Aspal Starbit E-
60. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi
tingkat sarjana di Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Ir Subarkah, M.T. selaku dosen pembimbing Tugas Akhir,
2. Bapak Berlian Kushari, M.Eng selaku dosen penguji,
3. Ibu Miftahul Fauziah, P.h.D selaku dosen penguji,
4. Bapak Sukamto dan Bapak Pranoto selaku karyawan Laboratorium Jalan Raya.
5. Dan seluruh pihak yang telah mendukung terselesaikanya Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari penyusunan Tugas Akhir masih belum sempurna. Oleh
karena itu, Penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun, agar
dalam penyusunan karya ilmiah berikutnya akan lebih baik.
Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh.

Yogyakarta, 10 Maret 2020


Penulis

Moch. Falah. Amaludin


(14511299)

vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Halaman Pengesahan ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii
DEDIKASI iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH xviii
ABSTRAK xxii
ABSTRACT xxiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
1.5 Batasan Penelitian 5
BAB II STUDI PUSTAKA 7
2.1 Tinjauan Umum 7
2.2 Campuran Perkerasan Laston 7
2.3 Agregat 8
2.4 Aspal 10
2.5 Penilitian Terdahulu 12
BAB III LANDASAN TEORI 14
3.1 Perkerasan Jalan 14
3.2 Lapisan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) 14
3.2.1 Macam-macam Lapisan Perkerasan Lentur 15

vii
3.3 Karakteristik Lapis Perkerasan Lentur 17
3.4 Komponen Penyusun Perkerasan AC-BC 18
3.4.1 Agregat 18
3.4.2 Aspal 20
3.5 Batu Andesit 23
3.6 Karakteristik Marshall Test 25
3.6.1 Stabilitas (stability) 25
3.6.2 Kelelehan (flow) 26
3.6.3 MQ (Marshall Quotient) 26
3.6.4 VITM (Void in the Total Mix) 27
3.6.5 VFWA (Void Filled With Asphalt) 27
3.6.6 VMA (Void in Mineral Aggregate) 28
3.6.7 Kepadatan (density) 28
3.7 Karakteristik Pengujian Perendaman (Immersion Test) 29
3.8 Indirect Tensile Strength (ITS) 30
3.9 Uji Cantabro (Cantabro Test) 31
BAB IV METODE PENELITIAN 33
4.1 Metode Penelitian 33
4.2 Metode Pengambilan Data 33
4.3 Tahapan Penelitian 34
4.3.1 Persiapan dan Pemeriksaan Material 34
4.3.2 Persiapan Alat 37
4.3.3 Perencanaan Campuran AC-BC 38
4.3.4 Kepekaan Aspal Terhadap Temperatur 44
4.4 Pengujian Yang Dilakukan 46
4.4.1 Pembuatan Campuran Sampel 46
4.4.2 Pengujian Marshall Test 47
4.4.3 Pengujian Immersion Test 48
4.4.4 Pengujian Indiret Tensile Strength 49
4.4.5 Pengujian Cantabro Loss 49
4.5 Analisis Data 50

viii
4.6Bagan Alir Metode Penelitian 52
BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN 54
5.1Hasil Penelitian dan Pembahasan 54
5.1.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat dan filler 54
5.1.2 Hasil Pengujian Karakteristik Aspal 57
5.1.3 Hasil Pengujian Marshall Test Campuran AC–BC untuk
menentukan Kadar Aspal Optimum 60
5.1.4 Penentuan Kadar Aspal Optimum pada Campuran AC-BC 75
5.1.5 Hasil Pengujian Campuran AC–BC Pada
Kadar Aspal Optimum (KAO) 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 102
6.1Kesimpulan 102
6.2Saran 103
DAFTAR PUSTAKA 104
LAMPIRAN 106

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu 13


Tabel 3.1 Ketentuan Agregat Kasar 19
Tabel 3.2 Ketentuan Agregat Halus 20
Tabel 3.3 Ketentuan Untuk Aspal Keras 22
Tabel 3.4 Ketentuan untuk Aspal Starbit E-60 22
Tabel 3.5 Ketentuan Sifat–sifat Campuran Laston (AC) 23
Tabel 4.1 Rencana Gradasi Agregat Campuran AC-BC 39
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Substitusi Agregat 0% 41
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Substitusi Agregat 50% 42
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Subsitusi Agregat 100% 43
Tabel 4.5 Jumlah Benda Uji Pada Pengujian Kadar Aspal Optimum 44
Tabel 4.6 Jumlah Benda Uji Pada Tiap Pengujian KAO 44
Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai PI 46
Tabel 5.1 Hasil Pengujian Agregat Kasar Clereng 54
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Agregat Halus 56
Tabel 5.3 Hasil Pengujian filler Abu Batu Clereng 57
Tabel 5.4 Hasil Pengujian Aspal Pen 60/70 58
Tabel 5.5 Hasil Pengujian Aspal Starbit E-60 58
Tabel 5.6 Nilai Stabilitas Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel 61
Tabel 5.7 Nilai Flow Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel 63
Tabel 5.8 Nilai MQ Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel 65
Tabel 5.9 Nilai VITM Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel 67
Tabel 5.10 Nilai VFWA Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel 69
Tabel 5.11 Nilai VMA Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel 71
Tabel 5.12 Nilai Density Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel 73
Tabel 5.13 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi 0% Batu
Clereng 75

x
Tabel 5.14 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60 Substitusi
0% Batu Kasokandel 76
Tabel 5.15 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
50% Batu Clereng 77
Tabel 5.16 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60 Substitusi
50% Batu Kasokandel 78
Tabel 5.17 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
100% Batu Clereng 79
Tabel 5.18 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60 Substitusi
100% Batu Kasokandel 80
Tabel 5.19 Rekapitulasi Pengujian Mencari Kadar Aspal Optimum 81
Tabel 5.20 Hasil Stabilitas Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 83
Tabel 5.21 Hasil Flow Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 84
Tabel 5.22 Hasil MQ Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 86
Tabel 5.23 Hasil VITM Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 87
Tabel 5.24 Hasil VFWA Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 89
Tabel 5.25 Hasil VMA Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 90
Tabel 5.26 Hasil Density Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO 92
Tabel 5.27 Hasil Marshall Test Aspal Pen 60/70 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO 93
Tabel 5.28 Hasil Marshall Test Aspal Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO 93
Tabel 5.29 Hasil Pengujian Immersion Test Pada Kondisi KAO
Dengan Substitusi Variasi Batuan aspal Pen 60/70 94

xi
Tabel 5.30 Hasil Pengujian Immersion Test Pada Kondisi KAO
Dengan Substitusi Variasi Batuan Starbit E-60 94
Tabel 5.31 Hasil Pengujian ITS Campuran AC-BC Pada Kondisi KAO
Dengan Substitusi Variasi Batuan 98
Tabel 5.32 Hasil Pengujian Cantabro Test Campuran AC-BC
Pada Kondisi KAO Dengan Substitusi Variasi Batuan 100

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Distribusi Beban Roda Perkerasan Lentur 15


Gambar 3.2 Komponen Lapisan Perkerasan Lentur 16
Gambar 3.3 Limbah Batu Andesit Kasokandel 24
Gambar 3.4 Mekanisme Terjadinya Gaya Tarik dan Kerusakan Retak 31
Gambar 4.1 Rencana Gradasi Agregat Campuran AC-BC 39
Gambar 4.2 Gradasi AC-BC pada Subsitusi Agregat 0% 41
Gambar 4.3 Gradasi AC-BC pada Substitusi Agregat 50% 42
Gambar 4.4 Gradasi AC-BC pada substitusi Agregat 100% 43
Gambar 4.5 Bagan Alir Penelitian Tugas Akhir 52
Gambar 5.1 Grafik Stabilitas dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 62
Gambar 5.2 Grafik Stabilitas dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 62
Gambar 5.3 Grafik Stabilitas dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 62
Gambar 5.4 Grafik Flow dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 64
Gambar 5.5 Grafik Flow dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 64
Gambar 5.6 Grafik Flow dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 64
Gambar 5.7 Grafik MQ dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 66
Gambar 5.8 Grafik MQ dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 66
Gambar 5.9 Grafik MQ dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 66

xiii
Gambar 5.10 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 68
Gambar 5.11 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 68
Gambar 5.12 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 68
Gambar 5.13 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0% d
engan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 70
Gambar 5.14 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 70
Gambar 5.15 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 70
Gambar 5.16 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 72
Gambar 5.17 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 72
Gambar 5.18 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 72
Gambar 5.19 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 74
Gambar 5.20 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 74
Gambar 5.21 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60 74
Gambar 5.22 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 0% 76
Gambar 5.23 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 0% 77
Gambar 5.24 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 50% 78
Gambar 5.25 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 50% 79
Gambar 5.26 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 100% 80
Gambar 5.27 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 100% 81

xiv
Gambar 5.28 Grafik Stabilitas pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 83
Gambar 5.29 Grafik Flow pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 85
Gambar 5.30 Grafik MQ pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 86
Gambar 5.31 Grafik VITM pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 88
Gambar 5.32 Grafik VFWA pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 89
Gambar 5.33 Grafik VMA pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 91
Gambar 5.34 Grafik Density pada Kondisi KAO untuk Batu
Kasokandel 0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat
Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 92
Gambar 5.35 Grafik Hubungan Nilai Stabilitas Marshall 24 jam pada
Aspal Pen 60/70 95
Gambar 5.36 Grafik Hubungan Nilai Stabilitas Marshall 24 jam pada
Aspal Starbit E-60 95
Gambar 5.37 Grafik Nilai Index of Retained Strength pada aspal Pen 60/70
dan Aspal Starbit E-60 97
Gambar 5.38 Grafik Nilai Indirect of Tensile Strength pada aspal Pen 60/70
dan Aspal Starbit E-60 99
Gambar 5.39 Grafik Nilai Cantabro Loss pada aspal Pen 60/70 dan
Aspal Starbit E-60 101

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pemeriksaan Penetrasi Aspal 107


Lampiran 2 Pemeriksaan Penetrasi Aspal 108
Lampiran 3 Pemeriksaan Titik Lembek Aspal 109
Lampiran 4 Pemeriksaan Titik Lembek Aspal 110
Lampiran 5 Pemeriksaan Daktilitas Aspal 111
Lampiran 6 Pemeriksaan Daktilitas Aspal 111
Lampiran 7 Pemeriksaan Titik Nyala & Titik Bakar Aspal 113
Lampiran 8 Pemeriksaan Titik Nyala & Titik Bakar Aspal 114
Lampiran 9 Pemeriksaan Kelarutan Aspal Dalam TCE 114
Lampiran 10 Pemeriksaan Kelarutan Aspal Dalam TCE 116
Lampiran 11 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal 117
Lampiran 12 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal 117
Lampiran 13 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar 119
Lampiran 14 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar 120
Lampiran 15 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Oleh Aspal 121
Lampiran 16 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Oleh Aspal 122
Lampiran 17 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Oleh Aspal 123
Lampiran 18 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Oleh Aspal 124
Lampiran 19 Pemeriksaan Keasuan Agregat (Abrasi Test) 125
Lampiran 20 Pemeriksaan Keasuan Agregat (Abrasi Test) 126
Lampiran 21 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus 127
Lampiran 22 Pemeriksaan Berat Jenis Filler Clereng 128
Lampiran 23 Pemeriksaan Sand Equivalent 128
Lampiran 24 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0% 130
Lampiran 25 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0% 131

xvi
Lampiran 26 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 50% 132
Lampiran 27 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 50% 133
Lampiran 28 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 100% 134
Lampiran 29 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO
Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 100% 135
Lampiran 30 Pengujian Marshall Test pada KAO Aspal Pen 60/70
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100 136
Lampiran 31 Pengujian Marshall Test pada KAO Aspal Starbit E-60
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100 137
Lampiran 32 Pengujian Immersion pada KAO Aspal Pen 60/70
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100% 138
Lampiran 33 Pengujian Immersion pada KAO Aspal Starbit E-60
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100% 139
Lampiran 34 Pengujian ITS pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100% 140
Lampiran 35 Pengujian Cantabro pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel
0%, 50% dan 100% 142

xvii
DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH

Notasi:
a : Persentase aspal terhadap batuan (%)
b : Persentase aspal terhadap campuran (%)
c : Berat kering sebelum direndam (gr)
d : Berat benda uji jenuh SSD (gr)
e : Berat benda uji didalam air (gr)
f : Volume benda uji (cc)
g : Berat isi sampel (gr/cc)
h : Berat jenis maksimum teoritis campuran
i : Persen aspal terhadap campuran dikalikan berat isi benda uji dibagi
berat jenis aspal (%)
j : Persentase hasil pengurangan 100 dengan persentase aspal terhadap
campuran dikalikan berat isi benda uji dibagi berat jenis agregat (%)
k : Jumlah kandungan rongga (%)
l : Rongga terhadap agregat (VMA) (%)
m : Rongga terisi aspal (VFWA) (%)
n : Rongga dalam campuran (VITM) (%)
o : Nilai pembacaan arloji stabilitas
p : Nilai pembacaan arloji stabilitas dikalikan dengna kalibrasi proving
ring
q : Stabilitas (kg)
r : Flow (mm)
s : Angka koreksi tebal benda uji
t : Tebal benda uji (cm)
S1 : Stabilitas setelah direndam selama 0,5 jam
S2 : Stabilitas setelah direndam selama 24 jam
P runtuh : Beban puncak (kg)
h : Tinggi sampel (cm)

xviii
Istilah:

Agregat : Sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasit atau


mineral lainnya, baik berupa hasil alam maupun hasil
buatan.
Agregat Halus : Bahan yang lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan
tertahan saringan No.200 (0,075 mm).
Agregat Kasar : Agregat yang tertahan saringan No.4 (4,75 mm).
Aspal : Bahan padat atau semi padat yang merupakan
senyawa hidrokarbon, berwarna cokelat gelap atau
hitam pekat yang tersusun atas asphaltenes,
maltenes, dan oil.
Bahan Pengisi / Filler : Butiran yag lolos saringan No. 200 (0,075 mm).
Bleeding : Naiknya aspal ke permukaan.
Cracking : Kerusakan permukaan aspal berupa retak.
Cantabro : Pengujian yang dilakukan untuk mengetaui keuasan
pada sampel dan diputar sesuai dengan spesifikasi
campuran.
Composite Pavement : Merupakan gabungan antara pekerasan lentur
dengan perkerasan kaku.
Daktilitas : Nilai elastisitas aspal.
Deformasi : Perubahan bentuk suatu perkerasan setelah menerima
beban.
Density : Nilai yang menunjukkan besarnya kepadatan suatu
campuran yang telah dipadatkan.
Durabilitas : Kemampuan lapisan perkerasan menahan keausan
akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu
ataupun keausan akibat gesekan kendaraan.

xix
Fleksibilitas : Kemampuan lapisan untuk dapat mengikuti
deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas
berulang tanpa timbulnya retak dan perubahan
volume.
Flexible Pavement : Perkerasan lentur, perkerasan yang menggunakan
aspal sebagai bahan ikat.
Flow : Besarnya deformasi yang terjadi pada lapis keras
akibat beban yang diterima.
Gradasi Agregat : Distribusi ukuran butiran agregat atau
pengelompokkan agregat dengan ukuran yang
berbeda.
Immersion Test : Pengujian campuran aspal yang bertujuan untuk
mengetahui perubahan karaketeristik dari campuran
akibat dari perubahan air, suhu, dan cuaca.
Index of Retained Strength : Persentase nilai stabilitas campuran yang direndam
selama 24 jam dibandingkan dengan stabilitas
campuran 0,5 jam.
Indirect Tensile Strength : Pengujian untuk mengetahui kemampuan material
dalam menerima gaya tarik.
Loss Angeles : Alat yang digunakan untuk uji keausan agregat.
Kadar Aspal Optimum : Kadar aspal tengah dari rentang gradasi pada
spesifikasi gradasi agregat.
Laston : Lapisan Aspal beton, beton aspal bergradasi
menerus.
Marshall Test : Menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan
plastis (flow) dari suatu campuran aspal.
Marshall Quotient : Perbandingan antara stabilitas dengan nilai Flow.
Maximum size : Satu saringan yang lebih besar dari ukuran nominal
maksimum dimana agergat yang lolos sebanyak
100%.
Overload : Beban lalu lintas berlebih.

xx
Pavement : Konstruksi perkerasan jalan yang berada di atas tanah
dasar (subgrade).
Rigid Pavement : Perkerasan kaku, perkerasan yang menggunakan
semen sebagai bahan ikat.
Sand Equivalent : Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui
kadar debu yang menyerupai lempung pada agregat
halus.
Stone Crusher : Alat pemecah batu yang menghasilkan gradasi butiran
agregat.
Stabilitas : Kemampuan lapisan perkerasan menerima beban
lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap
seperti gelombang, alur ataupun bleeding.
Thermoplastic : Aspal berubah menjadi padat ketika suhunya dingin,
dan berubah menjadi cair ketika dipanaskan.
VFWA : Persentase rongga dalam campuran yang terisi aspal.
VITM : Persentase antara rongga udara dengan volume total
campuran setelah dipadatkan.
VMA : Rongga udara antar butiran agregat dalam campuran
aspal beton.
Workability : Kemudahan pelaksanaan adalah mudahnya suatu
campuran untuk dihampar dan dipadatkan sehingga
diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang
diharapkan.
Wearing Course : Lapisan permukaan aspal yang bersentuhan langsung
dengan roda kendaraan lalu lintas.

xxi
ABSTRAK

Agregat merupakan komponen dari struktur perkerasan jalan. Ketersediaan agregat yang
berkualitas mutlak diperlukan untuk menjamin keberlangsungan pembangunan di sektor konstruksi
jalan. Salah satu jenis batu agregat yang digunakan adalah batu andesit yang diambil dari Desa
Kasokandel, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka. Penggunaan batu andesit
Kasokandel sebagai hiasan dinding rumah menciptakan banyak limbah yang tidak terpakai karena
ukurannya yang tidak sesuai dengan permintaan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan
untuk memanfaatkan limbah batu andesit Kasokandel sebagai bahan substitusi agregat kasar
dengan variasi 0%, 50%, dan 100% sebagai campuran AC-BC berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan
Starbit E-60 dan diharapkan menambah kekuatan dan kewetan lapis perkerasan aspal tersebut
sehingga sesuai dengan umur rencana.
Penelitian dilakukan 4 tahap, yaitu tahap pertama pengujian sifat material yang terdiri dari
pengujian agregat dan aspal. Tahap kedua menentukan kadar aspal optimum pada campuran AC-
BC dengan variasi kadar aspal sebesar 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, dan 7% pada masing-masing jenis
aspal. Tahap ketiga melakukan uji Marshall Test, uji Immersion, uji Indirect Tensile Strength, dan
Cantabro Loss. Tahap empat melakukan analisis, pembahasan, dan pengambilan kesimpulan dari
hasil pengujian yang telah dilakukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa substitusi batu andesit Kasokandel dapat digunakan
sebagai pengganti agregat dalam campuran AC-BC berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-
60. Hasil Marshall Test menunjukkan bahwa campuran dapat menahan beban namun kelelehan
mengalami penurunan. Hal ini diukur dengan nilai stabilitas mengalami peningkatan dan flow
mengalami penurunan. Nilai VFWA dan VMA mengalami penurunan sedangkan VITM menjadi
meningkat, dan nilai density mengalami peningkatan. Keawetan dalam mempertahankan stabilitas
setelah mengalami perendaman pada campuran AC-BC bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-
60 yang diukur dengan hasil pengujian (Index of Retained Strength) yang mengalami peningkatan.
Hal tersebut menunjukkan campuran tersebut memiliki keawetan (Durability) yang baik.
Kemampuan menahan gaya tarik yang diukur dengan hasil pengujian (Indirect Tensile Strength)
mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukan campuran kuat dalam menahan kuat tarik.
Pengujian keausan agregat dengan pengujian Cantabro Loss mengalami penurunan seiring
bertambahnya substitusi batuan. Hal ini menunjukkan campuran AC-BC menggunakan batu
andesit Kasokandel kuat terhadap keausan.

Kata Kunci: Andesit Kasokandel, Pen 60/70, Starbit E-60, Immersion, ITS, Marshall, Cantabro.

xxii
ABSTRACT

Aggregate is a component of road pavement structure. Availability of quality aggregate is


absolutely necessary to ensure the sustainability of development in the road construction sector.
One type of aggregate used is andesite stone taken from Kasokandel village, Kasokandel sub-
district, Majalengka regency. The use of Kasokandel andesite stones as wall decoration of the
house creates many unused waste because the size is not in accordace with the demand. Based on
this, the research aims to utilize the waste Kasokandel andesite Stone as a substitute material of
coarse aggregate with 0%, 50%, and 100% as a mixture of AC-BC asphalt Pen 60/70 and Starbit
E-60 and is expected to increase the strength and hardness of the asphalt pavement layer so that
according to the age of the plan.
The research was conducted in 4 stages, the first phase is testing material properties
consisting of aggregate and asphalt testing. The second stage determines the optimum asphalt
level in the AC-BC mixture with a variation of asphalt content of 5%, 5.5%, 6%, 6.5%, and 7% on
each asphalt type. The third stage is the Marshall test, Immersion test, Indirect Tensile Strength
test, and Cantabro Loss. And Last step is analysis, discussion, and conclusion of the test results
that have been done.
The results showed that the substitution of Kasokandel andesite stone can be used as an
aggregate substitute in a mixture of AC-BC asphalt using Pen 60/70 and Starbit E-60. Marshall
Test result show that the mixture can withstand loads but the melt has decreased. This is measured
by the value of stability having increased and flow decreased. VFWA and VMA values decreased
while the VITM becomes increased, and the density value increased. Durability in maintaining
stability after immersion in a mixture AC-BC using asphalt Pen 60/70 and Starbit E-60 as
measured by the results of test results (Index of Retained Strength) which has increased. This
shows that the mixture has good durability (Durability). The ability to withstand the tensile forces
measured by the test result (Indirect Tensile Strength) has increased. It shows a strong mixture in
holding the tensile strength. Aggregate wear testing with Cantabro Loss testing has decreased
with increasing substitution aggregate. This shows the of AC-BC mixture using Kasokandel
andesite stone strongly against wear and tear.

Keywords: Andesit Kasokandel, Pen 60/70, Starbit E-60, Immersion, ITS, Marshall, Cantabro.

xxiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan infrastruktur merupakan salah satu bagian tolak ukur dari
kemajuan persaingan global di suatu negara. Infrastruktur di Indonesia terus
mengalami perkembangan khususnya perkembangan infrastruktur bidang jalan
raya. Infrastruktur jalan merupakan prasarana utama dalam kelangsungan
lancarnya roda perekonomian di suatu daerah. Perkembangan wilayah di suatu
daerah sekarang masih banyak memerlukan sarana dan prasarana yang memadai
untuk menunjang kegiatan perekonomian, pemerintahan, pengembangan wilayah
dan lain-lain. Namun, ruas jalan yang ada belum mampu untuk melayani jumlah
mobilitas kendaraan yang semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan
tersebut harus diimbangi dengan membangun jaringan jalan raya baru maupun
perbaikan atau pemeliharaan jalan raya lama yang dituntut semakin tinggi untuk
melayani lalu lintas yang semakin berat.
Kerusakan struktural jalan raya banyak disebabkan oleh beban lalu lintas
berlebih (overload), umur rencana jalan yang telah dilewati, material penyusun
lapis perkerasan yang kurang baik, serta curah hujan yang mengakibatkan
genangan. Jalan yang menerima beban kendaraan akan disebarkan secara merata
pada struktur lapis perkerasan di bawahnya, Apabila struktur lapis perkerasan
jalan tersebut tidak mampu menahan kendaran, jalan akan mudah untuk
mengalami pengelupasan material, pengausan, bleeding, retak-retak (cracking)
bahkan bisa mengalami pergeseran tanah (deformasi). Sehingga, jalan mengalami
kerusakan sebelum umur rencana yang telah ditentukan.
Umumnya, Jalan raya di Indonesia dibangun menggunakan jenis lapis
perkerasan campuran panas. Salah satu jenis campuran tersebut adalah Lapis AC-
BC (Asphalt Concrete – Binder Course), lapisan perkerasan tersebut termasuk

1
2

bagian dari campuran perkerasan Lapis Aspal Beton (Laston). Lapisan ini
merupakan bagian dari lapis permukaan diantara lapis pondasi atas (Base Course)
dengan lapis aus (Wearing Course) yang mempunyai gradasi menerus dengan
aspal keras dicampur, dihamparkan, dan dipadatkan pada suhu tertentu. Laston
sebagai lapisan pengikat adalah lapisan yang terletak di bawah lapis aus, tidak
berhubungan langsung dengan cuaca tetapi perlu memiliki stabilitas untuk
memikul beban lalu lintas yang dilimpahkan melalui roda kendaraan dengan tebal
nominal minimum 6 cm. Lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu
lintas dan menyebarkannya kelapisan di bawahnya berupa muatan kendaraan,
gaya rem, dan pukulan roda kendaaran.
Pembuatan konstruksi perkerasan jalan dibuat menggunakan agregat,
dengan bahan ikat aspal serta filler sebagai pengisi rongga–rongga campuran.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90%-
95% agregat berdasarkan persentase berat atau 75%-85% agregat berdasarkan
persentase volume. Apabila agregat yang dipakai memiliki mutu yang rendah
maka bisa dipastikan tingkat ketahanan dan keawetan konstruksi menjadi rendah.
Ketersediaan agregat yang berkualitas mutlak diperlukan untuk menjamin
keberlangsungan pembangunan di sektor konstruksi jalan. Salah satu jenis batu
agregat yang bisa digunakan adalah jenis batu andesit bintik hitam yang diambil
dari Desa Kasokandel, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka.
Desa Kasokandel, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka, letak
geografisnya dikelilingi tebing–tebing setinggi ± 20m yang menyimpan berbagai
jenis batu alam yang dimanfaatkan warga sekitar sebagai hiasan dinding, salah
satunya adalah batu andesit bintik hitam. Penggunaan batu andesit bintik hitam
sebagai hiasan pada dinding–dinding rumah menciptakan banyak limbah yang
tidak terpakai karena ukurannya yang tidak sesuai dengan permintaan. Limbah
tersebut dipakai warga untuk skala kecil, seperti urugan jalan dan sebagai material
bahan pembuatan beton untuk rumah. Berikut adalah salah satu contoh batu
andesit bintik hitam sebagai batu hias.
3

Gambar 1.1 Batu Andesit Kasokandel Majalengka


(Sumber: Doc.Pribadi)

Batu Clereng, Kulonprogo Batu Kasokandel, Majalengka

Gambar 1.2 Perbandingan Batu Clereng dengan Batu Kasokandel


(Sumber: Doc.Pribadi)

Alternatif bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah limbah batu
andesit yang telah dibuat dengan ukuran yang telah disesuaikan menggunakan mesin
stone crusher. Batu andesit berasal dari limbah pengrajin daerah Desa Kasokandel,
Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka. Pada Gambar 1.2 bentuk dari batu
Kasokandel cenderung mempunyai bentuk kubikal, berbintik dan mempunyai tekstur
yang kasar berbeda dengan batu Clereng yang mempunyai bentuk kubikal dan
runcing. Diharapkan batu Kasokandel mempunyai nilai daya
4

guna untuk digunakan sebagai material pada perkerasan jalan. Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut apakah limbah batu andesit tersebut memenuhi standar
kualitas untuk digunakan sebagai agregat perkerasan lentur jalan raya atau tidak.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah
batu andesit Kasokandel sebagai bahan substitusi agregat kasar untuk digunakan
sebagai campuran aspal berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dan
diharapkan menambah kekuatan dan keawetan lapis perkerasan aspal tersebut
sehingga dapat sesuai dengan umur rencana.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasakan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut.
1. Berapa proporsi optimum penggunaan batu andesit Kasokandel sebagai
agregat kasar pada campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC)
bahan ikat aspal Pertamina pen 60/70 dan aspal Starbit E-60?
2. Bagaimana sifat karatekristik Marshall campuran Asphalt Concrete – Binder
Course (AC-BC) bahan ikat aspal Pertamina pen 60/70 dan aspal Starbit E-60
yang menggunakan batu andesit Kasokandel?
3. Bagaimana nilai perendaman (Immersion) dan nilai kuat tarik langsung
(Indirect Tensile Strength) campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-
BC) bahan ikat aspal Pertamina pen 60/70 dan aspal Starbit E-60 yang
menggunakan batu andesit Kasokandel?
4. Bagaimana nilai kehilangan berat (Cantabro) dalam campuran Asphalt
Concrete – Binder Course (AC-BC) bahan ikat aspal Pertamina pen 60/70 dan
aspal Starbit E-60 yang menggunakan batu andesit Kasokandel?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian tugas akhir adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui proporsi optimum batu andesit Kasokandel sebagai bahan
pengganti agregat kasar pada campuran Asphalt Concrete – Binder Course
(AC-BC) dengan bahan ikat aspal Pertamina pen 60/70 dan aspal Starbit E-60.
5

2. Mengetahui sifat karakteristik Marshall campuran Asphalt Concrete – Binder


Course (AC-BC) yang menggunakan batu andesit Kasokandel sebagai
pengganti agregat kasar.
3. Mengetahui nilai perendaman (Immersion) dan nilai kuat tarik langsung
(Indirect Tensile Strength) campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-
BC) yang menggunakan batu andesit Kasokandel sebagai pengganti agregat
kasar.
4. Mengetahui nilai kehilangan berat aspal (Cantabro) dalam campuran Asphalt
Concrete–Binder Course (AC-BC) yang menggunakan batu andesit
Kasokandel sebagai pengganti agregat kasar.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menjadi referensi untuk penelitian–penelitian selanjutnya yang akan
membahas pengganti agregat kasar dengan bahan limbah substitusi lainnya.
2. Memanfaatkan sumber daya alam limbah batu andesit Kasokandel, Majalengka
yang tidak sesuai dengan permintaan menjadi suatu nilai daya guna yang tinggi
khususnya digunakan sebagai bahan material perkerasan jalan.
3. Mengetahui prosedur pengujian campuran perkerasan Asphalt Concrete-
Binder Course (AC-BC) bahan ikat aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-60.

1.5 Batasan Penelitian


Adapun masalah yang telah diuraikan pada penelitian ini, dapat dibuat
batasan-batasan penelitian agar penilitian ini berjalan sistematis dan tidak terjadi
penyimpangan analisis ataupun pembahasan. Batasan-batasan penelitian yang
perlu digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut.
1. Penelitian dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Jurusan Teknik Sipil dan
Perencanaan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia.
2. Bahan agregat kasar yang digunakan terdiri dari 2 jenis, yaitu:
6

a. Agregat kasar diambil dari pengrajin batu daerah Desa Kasokandel,


Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka.
b. Agregat kasar diambil dari Clereng, Kulon Progo.
3. Agregat Halus dan filler yang digunakan merupakan agregat yang berasal dari
Clereng, Kulon Progo.
4. Bahan ikat aspal yang digunakan adalah aspal Pertamina Penetrasi 60/70 dan
aspal polimer Starbit E-60 yang berasal dari PT. Bintang Djaja, Cilacap.
5. Variasi Agregat Batu Andesit yang digunakan pada campuran Asphalt
Concrete–Binder Course (AC-BC) dengan variasi agregat yang direncanakan
sebagai berikut.
a. 0% Batu Kasokandel : 100% Batu Clereng.
b. 50% Batu Kasokandel : 50% Batu Clereng.
c. 100% Batu Kasokandel: 0% Batu Clereng.
6. Pengujian penelitian ini meliputi karakteristik marshall, yaitu: Stabilitas, MQ
(Marshall Quetient), Flow, Density, VITM (Void in Total Mix), VFWA
(Volume of Voids Filled With Asphalt), VMA (Void in Mineral Agregate), ITS
(Indirect Tensile Strength), Immersion test, Dan Cantabro.
7. Pada penilitian ini tidak membahas kandungan unsur kimia pada bahan atau
unsur yang terjadi dalam ikatan aspal.
8. Penelitian ini dibuat pada campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-
BC) Mengacu pada Spesifikasi Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat
Jendral Bina Marga 2018.
9. Analisis karakteristik campuran pada penelitian ini adalah hasil dari pengujian
laboratorium dan dibahas sesuai teori serta dibandingkan dengan spesifikasi
yang digunakan.
BAB II
STUDI PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum


Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara
lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayananannya diharapkan tidak
terjadi kerusakan yang berarti. Kerusakan jalan dibuat berlapis-lapis dengan
tujuan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai. Lapis paling atas
disebut juga lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik mutunya, Di
bawahnya terdapat lapisan pondasi, yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah
dipadatkan. Untuk mendapatkan perkerasan jalan yang memenuhi mutu yang
diharapkan, perlu adanya pengetahuan tentang sifat, pengadaan, dan pengolahan
agregat (Sukirman, 2007).

2.2 Campuran Perkerasan Laston


Aspal beton (Asphalt Concrete) di Indonesia dikenal dengan Laston (Lapis
Aspal Beton) yaitu lapis permukaan struktural atau lapis pondasi atas. Aspal beton
terdiri atas tiga macam lapisan, yaitu Laston lapis aus (AC-WC), Laston lapis
permukaan antara (AC-BC) dan Laston lapis pondasi (AC-Base). Lapis
permukaan antara (AC-BC) merupakan lapisan perkerasan yang terletak di bawah
lapis aus (Wearing Course) dan di atas lapisan pondasi (Base Course). Lapisan ini
tidak berhubungan langsung dengan cuaca, tetapi harus mempunyai ketebalan dan
kekakuan yang cukup untuk mengurangi tegangan/regangan akibat beban lalu
lintas yang akan diteruskan ke lapisan di bawahnya yaitu Base dan Subgrade
(tanah dasar).

7
8

2.3 Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir pecah, kerikil, pasir atau mineral
lainnya, baik berupa hasil alam maupun buatan sebagai bahan penyusun jalan.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu antara
90-95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75-85% agregat berdasarkan
persentase volume (Sukirman, 2007).
Beberapa penelitian tentang komparasi antar beton aspal yang menggunakan
variasi agregat menunjukan hasil yang berbeda pada masing-masing
bahan/material uji. Berikut ini adalah hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang
pernah dilakukan dengan menggunakan variasi agregat.
1. Januratmi dan Subarkah (2017). Tentang Perbandingan Karakteristik
Campuran HRS-WC Bergradasi Senjang yang Menggunakan Agregat
Clereng Murni dan Campuran Agregat Clereng Baron, mendapatkan hasil
sebagai berikut.
a. Hasil kadar aspal optimum (KAO) campuran Clereng Baron 6,48% dan
Clereng murni 6,19%. Sifat batu karang gunung pantai Baron yang lebih
menyerap aspal menjadi alasan utama bahwa kadar aspal optimum pada
campuran Clereng Baron lebih banyak.
b. Karakteristik Marshall pada campuran HRS-WC campuran Clereng murni
dengan campuran Clereng Baron sudah memenuhi standar Bina Marga
2010, dan campuran Clereng Baron layak untuk digunakan sebagai
campuran pada perkerasan. Pengaruh penggunaan agregat kasar Baron
terhadap marshall campuran HRS-WC pada Clereng murni memiliki hasil
lebih kecil pada stabilitas dan VFWA serta memiliki hasil lebih besar pada
flow, VMA, dan VITM.
c. Pengujian Index of Reteained Strength pada campuran Clereng murni lebih
besar yaitu 94,37% sedangkan Clereng Baron lebih kecil yaitu 92,48%.
Hal ini menunjukan campuran Clereng Baron mempunyai durabilitas yang
lebih kecil dari pada agregat Clereng.
d. Pengujian Indirect Tensile Strength Clereng murni memiliki nilai lebih
2 2
besar yaitu 44,517 kg/cm dan Clereng Baron 39,309 kg/cm .
9

2. Anggraini, N dan Fauziah, M (2017), Tentang Kajian Perbandingan


Karakteristik Campuran AC-BC menggunakan Agregat Batu Pecah
Sukadana, Lampung dan Clereng, DIY, mendapatkan hasil sebagai berikut.
a. Agregat batu pecah Clereng dan Sukadana memenuhi persyaratan Bina
Marga yang ditentukan sehingga dapat digunakan sebagai agregat kasar
dan agregat halus sebagai campuran AC-BC.
b. Kinerja struktur marshall yang menggunakan campuran dengan agregat
Sukadana lebih mampu menahan beban, dan cenderung lebih kaku
dibandingkan dengan campuran agregat Clereng.
c. Berdasarkan parameter volumetrik, campuran yang menggunakan agregat
Sukadana cenderung memiliki pori (VITM) yang lebih besar, dan
kepadatan lebih rendah dibandingkan dengan campuran yang
menggunakan agregat Clereng.
d. Kemampuan mempertahankan stabilitas akibat rendaman (IRS) campuran
yang menggunakan agregat batu pecah Sukadana signifikan lebih besar
dibandingkan agregat batu pecah Clereng, sebagai akibat dari besarnya
kadar aspal dan selimut aspal.
e. Campuran dengan menggunakan agregat batu pecah Sukadana lebih tahan
terhadap disintegrasi akibat benturan, ditunjukan dari nilai Cantabro Loss
yang lebih rendah dibandingkan dengan campuran dengan agregat Clereng.
3. Zakaria, H dan Fauziah, M (2012), Tentang Optimasi Penggunaan Pasir
Bengawan Solo sebagai Agregat Halus pada Campuran AC-BC,
mendapatkan hasil sebagai berikut.
a. Pasir Bengawan Solo dapat digunakan sebagai agregat halus pengganti
dalam campuran AC-BC karena memenuhi semua spesifikasi Bina Marga
2010.
b. Semakin besar persentase penggunaan pasir Bengawan Solo ke dalam
campuran AC-BC semakin rendah nilai stabilitas, flow, VFWA dan Density,
sebaiknya nilai Marshall Quotient, VITM, dan VMA mengalami kenaikan.
10

c. Nilai Index of Retained Strength semakin menurun dengan bertambahnya


persentasi pasir Bengawan Solo, meskipun demikian pada semua variasi
campuran masih memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Bina
Marga 2010.
d. Proporsi optimum penggunaan pasir Bengawan Solo sebagai agregat
halus pengganti pada campuran AC-BC yaitu sebesar proporsi 25%
terhadap total agregat halus yang dibutuhkan.

2.4 Aspal
Aspal adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur
ruang berbentuk padat. Jika dipanaskan sampai temperatur tertentu aspal akan
berubah menjadi lunak dan apabila suhu temperatur mulai turun, maka aspal akan
mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya. Hal tersebut disebabkan aspal
mempunyai sifat thermoplastic. Aspal pada lapis perkerasan sebagai bahan ikat
antar agregat untuk membentuk suatu campuran yang kompak, selain sebagai
bahan ikat aspal juga berfungsi untuk mengisi rongga antar butir agregat dan pori-
pori yang ada dari agregat itu sendiri.
Beberapa penelitian tentang komparasi antar beton aspal yang menggunakan
aspal polimer dan menunjukan hasil yang berbeda pada masing-masing campuran.
Berikut ini adalah hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan
dengan menggunakan aspal polimer.
1. Nugroho, Arif (2018), Tentang Perbandingan Karakteristik Campuran HRA
berbahan ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-55 dengan Substitusi Filler Abu
Ampas Tebu, mendapatkan hasil sebagai berikut.
a. Limbah abu ampas tebu sebagai pengganti filler abu batu pada campuran
HRA bahan ikat aspal pen 60/70 dan Starbit E-55 memenuhi persyaratan
yang ditentukan sehingga dapat digunakan sebagai filler pengganti.
b. Campuran HRA berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-55
dengan filler abu ampas tebu sebagai pengganti mengalami perubahan
karakteristik Marshall yaitu pada kemampuan campuran menahan beban
menurun dan kelelehan meningkat.
11

Hal ini dapat dilihat pada nilai stabilitas mengalami penurunan yang
signifikan dan nilai flow mengalami peningkatan namun tidak signifikan,
MQ mengalami penurunan yang signifikan, nilai VITM dan VMA
mengalami penurunan namun tidak signifikan, nilai VFWA mengalami
peningkatan yang signifikan, dan Density mengalami penurunan namun
tidak signifikan.
c. Keawetan campuran HRA berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-
55 yang diukur ketahananya dalam mempertahankan stabilitas setelah
mengalami rendaman yang diukur dengan nilai Index of Retained Strength
mengalami penurunan seiring dengan penggantian filler abu ampas tebu. Hal
ini menunjukan bahwa keawetan (durability) semakin menurun.
d. Kemampuan menahan gaya tarik (Indirect Tensile Strength) campuran
HRA berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-55 dengan filler
abu ampas tebu sebagai pengganti filler abu batu mengalami penurunan.
Hal ini menunjukan bahwa campuran dalam menahan kuat tarik semakin
menurun sehingga campuran cenderung mudah terjadi retak
2. Noer, D (2018), Tentang Perbandingan Penggunaan Agregat Kasar Boyong
dan Agregat Clereng Sebagai Pengganti Agregat Kasar pada Campuran AC-
BC Menggunakan Aspal Starbit E60, mendapatkan hasil sebagai berikut.
a. Agregat kasar sugai Boyong dapat digunakan dalam campuran AC-BC
karena memenuhi persyaratan Bina Marga 2010.
b. Semakin besar persentase campuran yang menggunakan agregat kasar
Boyong maka kadar aspal optimum yang dihasilkan semakin meningkat.
Pada variasi 1 (0% campuran agregat kasar Boyong) menghasilkan KAO
5,32% sedangkan pada variasi 5 (100% campurang agregat kasar
Boyong) menghasilkan KAO 5,8%.
c. Hasil pengujian karakteristik Marshall diperoleh nilai stabilitas campuran
yang menggunakan 100% campuran agregat kasar Boyong sebesar
1271,99 kg lebih kecil daripada campuran yang menggunakan 0%
campuran agregat kasar Boyong yaitu 1503,12 kg.
12

Nilai flow campuran yang menggunakan 100% campuran agregat kasar


Boyong sebesar 3,74 mm lebih besar dari pada campuran yang
menggunakan 0% campuran agregat kasar Boyong sebesar 2,27 mm.
Dan nilai VITM campuran yang menggunakan 100% campuran agregat
kasar Boyong sebesar 4,33 lebih besar daripada campuran 0% Boyong
sebesar 3,55.
d. Nilai Index of Retained Strength semua variasi memenuhi persyaratan
(minimal 90%). Nilai IRS pada campuran yang menggunakan 0% campuran
agregat kasar Boyong 97,24% lebih tinggi daripada campuran yang
menggunakan 100% campuran agregat kasar Boyong sebesar 90,60%. Hal
ini menunjukkan bahwa kinerja campuran yang menggunakan agregat kasar
Boyong mengalami penurunan yang lebih banyak dan memiliki tingkat
durabilitas/ keawetan yang lebih rendah setelah dilakukan perendaman
dibandingkan campuran yang menggunakan agregat Clereng.
e. Semakin besar persentase campuran yang menggunakan agregat kasar
Boyong dalam campuran AC-BC, menghasilkan nilai Indirect Tensile
Strength yang semakin menurun.

2.5 Penilitian Terdahulu


Penilitian ini berbeda dengan penilitian sebelumnya. Penelitian ini
menggunakan agregat kasar batu andesit yang berasal dari daerah Kasokandel,
Kabupaten Majalengka dan membandingkan subtsitusi limbah batu andesit desa
Kasokandel dengan batu andesit Clereng, Yogyakarta menggunakan berbagai
jenis variasi dengan bahan ikat aspal pen 60/70 dan Starbit E-60 terhadap
campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC).
Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu dapat dilihat
pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu
Zakaria, H dan Anggraini, N dan Januratmi dan Nugroho, Arif
No Aspek Noer, D (2018) Penulis
Fauziah, M (2012) Fauziah, M (2017) Subarkah (2017) (2018)
1 Judul Optimasi Kajian perbandingan Perbandingan Perbandingan Perbandingan Penggunaan Batu
Penggunaan Pasir Karakteristik Karakteristik Karakteristik Penggunaan Andesit Kasokandel
Bengawan Solo Campuran AC-BC Campuran HRS-WC Campuran HRA Agregat Kasar Batu Sebagai Bahan
sebagai Agregat Menggunakan Gradasi Senjang yang Bahan Ikat aspal Sungai Boyong dan Substitusi Agregat
Halus pada Agregat Batu Pecah Menggunakan Pen 60/70 dan Batu Clereng Kasar Campuran
Campuran AC-BC Sukadana Lampung Agregat Clereng Starbit E55 dengan Sebagai Pengganti AC-BC Bahan Ikat
dan Clereng DIY Murni dan Campuran Substitusi Filler Agregat Kasar Pada Aspal Pen 60/70 dan
Agregat Clereng Abu Ampas Tebu. Campuran AC-BC. Starbit E-60.
Baron
2 Jenis
AC-BC AC-BC HRS-WC HRA AC-BC AC-BC
Campuran

3. Bahan Clereng dan Sungai Clereng dan Filler Abu Ampas Clereng dan Clereng dan
Clereng dan Baron
Agregat Bengawan Solo Sukadana Tebu Boyong Kasokandel
4. Jenis Aspal Pen 60/70 Aspal Pen 60/70 dan
Aspal Pen 60/70 Aspal Pen 60/70 Aspal Pen 60/70 Starbit E60
Aspal dan Starbit E55 Starbit E60
Marshall Test, IRS,
Marshall Test, IRS, Marshall Test, IRS, Marshall Test, IRS, Marshall Test, IRS,
5. Pengujian Marshall Test, IRS ITS, dan Cantabro
dan Cantabro dan ITS dan ITS dan ITS
Test
Sumber: Zakaria, H dan Fauziah, M (2012), Anggraini, N dan Fauziah, M (2017), Januratmi dan Subarkah (2017), Nugroho (2018), Noer, D (2018).
13

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Perkerasan Jalan


Struktur perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di
antara lapisan tanah dasar dan roda kendaraan yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada sarana transportasi. Perkerasan jalan terdiri dari berbagai lapis
material yang diletakkan di atas tanah dasar. Komponen lapisan material terdiri
dari beberapa macam bahan granular yang dapat memberikan sokongan penting
dari kapasitas struktural sistem perkerasan.
Material utama pembentuk lapisan perkerasan jalan adalah agregat, yaitu
90%-95% dari berat campuran perkerasan. Daya dukung lapisan perkerasan
ditentukan dari berat campuran perkerasan dan sifat butiran serta gradasi
agregatnya. Bahan pengikat seperti aspal dan semen digunakan sebagai pengikat
agregat agar terbentuk lapisan kedap air.
Perlunya struktur perkerasan jalan dirancang dengan mempertimbangkan
banyak faktor agar lapis permukaan dapat kuat menopang beban lalu lintas yang
berulang. Kondisi tanah asli di alam jarang sekali dalam kondisi yang mampu
menahan beban kendaraan tanpa mengalami deformasi yang besar. Oleh karena
itu, dibutuhkan suatu struktur yang dapat melindungi tanah dasar dari beban roda
kendaraan yaitu struktur perkerasan (pavement). Menurut Sukirman (1999), jenis
konstruksi perkerasan dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu perkerasan lentur
(flexible Pavement), perkerasan kaku (rigid pavement), dan perkerasan komposit
(composite pavement).

3.2 Lapisan Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)


Konstruksi perkerasan lentur merupakan campuran agregat kasar, agregat
halus, material pengisi (filler) dan aspal yang kemudian dihamparkan di lapangan
kemudian dipadatkan dengan alat berat. Pada umumnya perkerasan lentur baik
digunakan untuk jalan yang melayani beban lalu lintas ringan sampai sedang,

14
15

seperti jalan perkotaan, jalan dengan sistem utilitas terletak di bawah perkerasan
jalan, perkerasan bahu jalan, atau perkerasan dengan konstruksi bertahap.
Perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal
sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan
menyebarkan beban lalu lintas (Sukirman, 1999). Mekanisme pembebanan untuk
konstruksi perkerasan lentur dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Distribusi Beban Roda Perkerasan Lentur


(Sumber: Wiryanto, 2011)

Berdasakarkan Gambar 3.1 Lapis permukaan (surface course) berhubungan


langsung dengan beban roda yang mendistribusikan beban terpusat, sehingga
tekanan yang terjadi pada lapis tanah dasar menjadi lebih kecil. Lapis struktur
perkerasan harus dibuat dengan sifat modulus kekakuan (Modulus Elastisitas)
lapis di atas lebih besar dari pada lapis di bawahnya. Lapis permukaan bersifat
kasar dengan tujuan mempunyai kekesatan agar aman sehingga mempunyai
koefisien gesek yang baik antara roda dan permukaan perkerasan.
3.2.1 Macam-macam Lapisan Perkerasan Lentur
Struktur perkerasan lentur terdiri dari beberapa lapis apabila semakin ke bawah,
maka tiap lapisan memiliki daya dukung tanah yang tidak stabil. Komponen material
lapisan tersebut akan memberikan sokongan penting dari kapasitas struktur
perkerasan (Christiady, 2011). Untuk mendapatkan struktur perkerasan yang baik
maka dibuat berlapis-lapis berdasarkan kebutuhan dari tiap lapisan.
16

Setiap lapis pada perkerasan lentur mempunyai fungsi yang berbeda-beda


dengan tujuan mendistribusikan beban sampai ke bawah. Gambar 3.2 di bawah ini
adalah komponen lapisan pada perkerasan lentur.

Wearing Course
Lapis Permukaan
Binder Course

Lapis Pondasi Atas (Base


Course)

Lapis Pondasi Bawah (Subbase


Course)

Tanah Dasar (Subgrade)

Gambar 3.2 Komponen Lapisan Perkerasan Lentur


(Sumber: Romadhona, 2014)

1. Menurut Sukirman (1999), Lapis permukaan adalah bagian lapis perkerasan


yang terletak di paling atas dari struktur perkerasan jalan, lapis permukaan
dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu:
a. Lapis Aus (Wearing Course)
Merupakan bagian dari lapis permukaan yang terletak di atas lapis
permukaan antara (Binder Course). Tebal minimum lapis perkerasan
wearing course 4 cm.
b. Lapis Permukaan Antara (Binder Course)
Merupakan bagian dari lapis permukaan yang terletak diantara lapis aus
(wearing course) dengan lapis pondasi atas (base course). Tebal minimum
lapis perkerasan binder course 6 cm.
2. Lapis Pondasi Atas (Base Course) terletak diantara lapis permukaan antara
dan lapis pondasi bawah. Tebal minimum lapis perkerasan base course 7.5 cm
3. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course) merupakan lapis perkerasan yang
terletak diantara lapis pondasi atas dan tanah dasar.
4. Tanah Dasar (Subgrade) merupakan permukaan tanah awal atau tanah asli.
Kendaraan yang dilimpahkan ke lapisan perkerasan melalui roda-roda
kendaraan selanjutnya disebarkan ke lapisan-lapisan di bawahnya dan terakhir
oleh tanah dasar.
17

3.3 Karakteristik Lapis Perkerasan Lentur


Tujuan karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh beton aspal adalah
stabilitas, keawetan (durability), kelenturan (flexibility), ketahanan leleh (fatique
resitance), ketahanan geser (skid resistance), kedap air, dan kemudahan dalam
pelaksanaan (workability). Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh lapis
perkerasan lentur adalah sebagai berikut:
1. Stabilitas (stability)
Stabilitas adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban untuk
mendistribusikan ke tiap lapis permukaan hingga ke tanah dasar (subgrade)
tanpa mengalami perubahan bentuk (deformasi), seperti bergelombang, alur,
bleeding, retak, dan bolong.
2. Keawetan (durability)
Durability diperlukan pada lapisan permukaan sehingga lapisan dapat
mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air, dan perubahan suhu
ataupun keausan akibat gesekan roda kendaraan.
3. Kelenturan (flexibility)
Kelenturan pada lapis perkerasan lentur adalah kemampuan lapisan
perkerasan untuk dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu
lintas berulang tanpa timbulnya retak dan perubahan volume
4. Ketahanan lelah (fatique resistance)
Ketahanan dari lapis aspal beton (Laston) dalam menerima beban berulang
tanpa terjadinya kelelahan yang berupa alur (rutting) dan keretakan (cracking).
5. Ketahanan geser (skid resistance)
Tahanan geser adalah kekesatan yang diberikan oleh perkerasan sehingga
kendaraan tidak mengalami slip baik di waktu hujan (permukaan basah)
maupun di waktu kering. Kekesatan dinyatakan dengan koefisien gesek antara
permukaan jalan dengan roda kendaraan.
18

6. Kedap air (impermeability)


Kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki oleh air ataupun
udara dalam lapis beton aspal (laston). Air dan udara dapat mengakibatkan
percepatan proses penuaan aspal dan pengelupasan selimut aspal (film) dari
permukaan agregat.
7. Kemudahan pelaksanaan (workability)
Usaha untuk membuat suatu campuran yang akan dihampar dan dipadatkan
sehingga diperoleh hasil yang memenuhi kepadatan yang diharapkan.

3.4 Komponen Penyusun Perkerasan AC-BC


Struktur perkerasan AC-BC termasuk dalam campuran lapis aspal beton
(Laston) yang biasa digunakan pada jenis perkerasan lentur. Untuk membuat jenis
perkerasan lentur mengunakan campuran aspal panas sebagai bahan ikat dalam
campuran. Aspal memiliki sifat thermoplastic yang jika terkena panas akan
menjadi cair namun apabila suhu disekitar dingin aspal tersebut menjadi relatif
kaku. Bahan penyusun konstruksi perkerasan jalan terdiri dari agregat, aspal, dan
filler. Berikut adalah bahan penyusun konstruksi perkerasan jalan, yaitu.
3.4.1 Agregat
Merupakan material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah, dan kerak
tungku besi, yang dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk
membentuk suatu semen hidraulik atau adukan. Agregat diperoleh dari sumber
daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara ilmiah melalui proses
pelapukan dan abrasi yang berlangsung lama. Agregat merupakan komponen
utama dari struktur perkerasan jalan, yaitu 90%-95% agregat berdasarkan
persentase berat atau 75%-85% agregat berdasarkan persentase volume.
Pemilihan agregat yang akan digunakan harus memperhatikan ketersediaan
bahan di lokasi, jenis konstruksi, gradasi, ukuran maksimum, kebersihan, daya
tahan, bentuk, tekstur, daya lekat agregat terhadap aspal, dan berat jenisnya.
1. Jenis-jenis gradasi
Gradasi adalah susunan butir agregat sesuai ukuran partikelnya dan
dinyatakan dalam persentase terhadap total beratnya, diperoleh dari hasil
19

analisa saringan (1 set saringan) dengan cara melewatkan sejumlah material


melalui serangkaian saringan dari ukuran besar ke ukuran kecil dan
menimbang berat material yang tertahan pada masing-masing saringan.
2. Ukuran Butiran Agregat
Berdasarkan ukuran butirannya, agregat dikelompokan dalam 2 jenis, yaitu
agregat kasar dan agregat halus.
a. Agregat Kasar
Merupakan agregat yang tertahan saringan No.4 (4,75 mm) (Bina Marga
2018), yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet, dan
bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan
memenuhi ketentuan. Berikut Tabel 3.1 ketentuan agregat kasar menurut
Bina Marga 2018.

Tabel 3.1 Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Metode Pengujian Nilai


Natrium
Maks. 12 %
Sulfat SNI 3407:2008
Kekekalan bentuk agregat
terhadap larutan Magnesium
Maks. 18%
Sulfat
Abrasi dengan Campuran AC 100 Putaran Maks. 6%
mesin Los Modifikasi dan
500 Putaran Maks. 30%
Angeles SMA
Semua jenis 100 Putaran Maks. 8%
SNI 2417:2008
campuran
beraspal dan
500 Putaran Maks. 40%
modifikasi
lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 2439:2011 Min. 95%
Butir pecah pada agregat kasar SMA SNI 7619:2012 100/90
Lainnya 95/90
SMA ASTM D4791-10 Maks. 5%
Partikel pipih dan lonjong
Lainnya Perbandingan 1:5 Maks. 10%
Material lolos ayakan No.200 SNI ASTM C117:2012 Maks. 1%
(Sumber: Bina Marga Divisi VI 2018)

b. Agregat Halus
Merupakan material yang lolos saringan No.4 (4,75 mm) dan tertahan
saringan No.200 (0,075 mm). Berikut Tabel 3.2 ketentuan agregat halus
menurut Bina Marga 2018.
20

Tabel 3.2 Ketentuan Agregat Halus

Pengujian Metode Pengujian Nilai


Nilai setara pasir SNI 03-4428-1997 Min. 50%
Uji kadar rongga tanpa pemadatan SNI 03-6877-2002 Min. 45
Gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah
SNI 03-4141-1996 Maks. 1%
dalam agregat
SNI ASTM
Agregat lolos ayakan No.200 Maks. 10%
C117:2012
(Sumber: Bina Marga Divisi VI 2018)

c. Bahan Pengisi (filler)


Filler merupakan bagian bahan tambah yang mempunyai fungsi untuk
mengisi rongga udara pada material campuran sehinga memperkaku
lapisan aspal. Syarat material untuk filler adalah lolos saringan No.200.
3.4.2 Aspal
Merupakan bahan pengikat agregat berwarna hitam atau cokelat tua pada
temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Aspal mempunyai sifat
thermoplastic apabila aspal dipanaskan sampai temperatur tertentu, aspal dapat
berubah menjadi lunak hingga cair sehingga dapat membungkus partikel agregat
pada waktu pembuatan beton aspal atau dapat masuk kedalam pori-pori yang ada
dalam proses penyemprotan atau penyiraman. Banyaknya aspal dalam campuran
perkerasan berkisar antara 4%-10% berdasarkan berat campuran, atau 10%-15%
berdasarkan volume campuran (Sukirman, 2007)
Berdasarkan proses pembuatannya jenis aspal sendiri bermacam-macam.
Berikut ini adalah penjabaran dari masing-masing jenis aspal tersebut:
1. Aspal alam
Aspal alam yang diperoleh di gunung-gunung seperti aspal di pulau Buton,
dan ada yang diperoleh di danau seperti Trinidad. Aspal alam terbesar di dunia
terdapat di Trinidad, berupa aspal danau (Trinidad Lake Asphalt). Indonesia
memiliki aspal alam yaitu di pulau Buton, yang berupa aspal gunung, terkenal
dengan nama Asbuton (Aspal Batu Buton). Asbuton merupakan campuran
antara bitumen dengan bahan mineral lainnya dalam bentuk batuan.
21

2. Aspal buatan/minyak
Merupakan aspal yang didapat dari residu destilasi minyak bumi. Setiap
minyak bumi dapat menghasilkan residu jenis asphaltic base crude oil yang
banyak mengandung aspal, paraffin base crude oil yang banyak mengandung
parafin, atau mixed base crude oil yang mengandung campuran antara parafin
dan aspal. Untuk perkerasan jalan umumnya digunakan aspal minyak jenis
asphaltic base crude oil.
3. Aspal modifikasi
Jenis aspal ini merupakan aspal yang terbentuk dari campuran aspal buatan
khususnya aspal keras dengan bahan tambahan tertentu. Biasanya bahan yang
digunakan sebagai campuran adalah jenis bahan polymer, antara lain polymer
elastomer dan polymer plastomer. Bahan polymer elastomer berfungsi untuk
meningkatkan elastisitas aspal, sedangkan polymer plastomer berfungsi untuk
meningkatkan sifat fisik pada aspal tersebut. Starbit E-60 diproduksi untuk
memenuhi persyaratan spesifikasi baru dari Bina Marga. Bedanya, dengan aspal
modifikasi yang lain, Starbit E-60 merupakan aspal yang dimodifikasi dengan
polymer jenis elastomer. Elastomer adalah sejenis polymer yang bersifat kenyal
yang menjadi suatu sifat pada getah karet. Elastomer juga sering digunakan
menjadi bahan baku pada pembuatan ban kendaraan. Elastomer boleh diubah
bentuknya dan boleh ditarik hingga berganda-ganda panjangnya, tetapi balik
kepada bentuk asal juga. Elastomer juga mengandung molekul-molekul yang
panjang dan halus, dan menjadi teratur apabila di tarik. Penggunaan elastomer
sebagai modifier aspal memiliki fungsi baik untuk memberikan peningkatan
terhadap properties aspal sebagai bahan konstruksi jalan. Peningkatan kualitas
aspal yang didapat tidak hanya berupa peningkatan titik lembek, namun juga
elastic recovery (sangat penting untuk daerah dengan lalu lintas beban berat),
kelekatan terhadap agregat, ketahanan terhadap oksidasi, ketahanan terhadap
keretakan (cracking) dan ketahanan terhadap deformasi. Dalam penelitian ini
aspal yang digunakan sebagai bahan ikat adalah aspal Pertamina Pen 60/70 dan
Starbit E-60. Berikut Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 ketentuan aspal di bawah ini.
22

Tabel 3.3 Ketentuan Untuk Aspal Keras


Tipe I Tipe II
Metode Aspal Aspal Modifikasi
No Jenis Pengujian
Pengujian Pen Elastomer Sintetis
60/70 PG 70 PG 76
1 Penetrasi pada 25°C SNI 2456:2011 60-70 Dilaporkan
Temperatur yang menghasilkan
SNI 06-6442-
2 geser dinamis (G*/sin) pada osilasi - 70 76
2000
10rad/detik ≥1,0 kPa (°C)
ASTM D2170-
3 Viskositas kinematis 135°C (cSt) ≥ 300 ≤ 3000
10
4 Titik Lembek (°C) SNI 2434-2011 ≥ 48 Dilaporkan
5 Daktilitas pada 25°C (cm) SNI 2432:2011 ≥ 100 -
6 Titik Nyala (°C) SNI 2433:2011 ≥ 232 ≥ 230
AASHTO
7 Kelarutan dalam Trichloroethylene ≥ 99 ≥ 99
T44-14
8 Berat Jenis SNI 2441:2011 ≥ 1.0 -
ASTM D
Stabilitas penyimpanan perbedaan 5976-00 Part
9 - ≤ 2.2
Titik Lembek (°C) 6.1 dan SNI
2434:2011
SNI 03-3639-
10 Kadar Parafin Lilin (%) ≤2
2002
Pengujian Residu Hasil TFOT (SNI-06-2440-1991) atau RTFOT (SNI-03-6835-2002)
SNI 06-2441-
11 Berat yang hilang (%) ≤ 0.8 ≤ 0.8
1991
Temperatur yang menghasilkan
SNI 06-6442-
12 geser dinamis (G*/sin) pada osilasi - 70 76
2000
10rad/detik ≥2,2 kPa (°C)
13 Penetrasi pada 25°C (% semula) SNI 2456:2011 ≥ 54 ≥ 54 ≥ 54
14 Daktilitas pada 25°C (cm) SNI 2432:2011 ≥ 50 ≥ 50 ≥ 25
Residu aspal segar setelah PAV (SNI 03-6837-2002) pada temperatur 100°C
dan tekanan 2,1 MPa
Temperatur yang menghasilkan
SNI 06-6442-
15 geser dinamis (G*/sin) pada osilasi - 31 34
2000
10rad/detik ≥2,2 kPa (°C)
Sumber: Bina Marga Divisi VI (2018)
Tabel 3.4 Ketentuan untuk Aspal Starbit E-60
Starbit E-60
No Jenis Pengujian Metode Pengujian
Min Max
1 Penetrasi pada suhu 25°C SNI 06-2456-1991 54
2 Viskositas Dinamis 60°C SNI 06-6441-2000 320 500
3 Viskositas Kinematis 135°C SNI 06-6441-2000 3000
4 Titik Lembek (°C) SNI 2434-2011 60
5 Daktilitas Pada 25°C (cm) SNI 2434-2011 100
6 Titik Nyala (°C) SNI 2434-2011 232
7 Kelarutan dalam Trichloroethylene (%) AASHTO T44-03 99
8 Berat Jenis SNI 2441-2011 1.0
Stabilitas Penyimpanan Perbedaan Lembek ASTM D 5976 Part
9 2.2
°C 6.1
Sumber: PT. Bintang Djaja, Cilacap
23

a. Campuran Panas Laston AC-BC


Menurut Sukirman (2003), aspal beton dapat dibedakan berdasarkan suhu
pencampuran dan fungsinya. Campuran panas atau hot-mix adalah
campuran merata antara agregat dan aspal sebagai bahan ikatnya dalam
suhu tinggi. Campuran tersebut memiliki sifat stabilitas, durabilitas,
fleksibilitas, ketahanan terhadap geser, ketahanan terhadap kelelahan,
kedap air dan mudah untuk dilaksanakan. Berikut ini Tabel 3.5 Ketentuan
campuran Laston berdasarkan spesifikasi Bina Marga 2018.

Tabel 3.5 Ketentuan Sifat–sifat Campuran Laston (AC)

Laston
Sifat-sifat Campuran
Lapis
Lapis Aus Pondasi
Antara
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
Rasio partikel lolos ayakan 0.075mm Min 0.6
dengan kadar aspal efektif Maks 1.2
Rongga dalam campuran (%) Min 3.0
Maks 5.0
Rongga dalam agregat (VMA) (%) Min 15 14 13
Rongga terisi aspal (%) Min 65 65 65
Stabilitas Marshall (Kg) Min 800 1800
Pelelehan (mm) Min 2 3
Maks 4 6
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah
Min 90
perendaman selama 24 jam, 60°C
Rongga dalam campuran (%) pada
Min 2
kepadatan membal (refusal)
Sumber: Bina Marga Divisi VI (2018)

3.5 Batu Andesit


Batu alam andesit adalah suatu jenis batuan beku vulkanik dengan komposisi
antara dan tekstur spesifik yang umumnya ditemukan di daerah Indonesia dengan
aktivitas vulkanik yang tinggi. Batu andesit terbentuk dari pembekuan lava yang
keluar ke permukaan bumi saat letusan gunung berapi. Nama andesit sendiri berasal
dari nama pegunungan Andes di daerah Amerika Selatan. Batuan andesit atau disebut
juga dengan lavastone adalah batuan beku yang tersusun atas mineral yang halus
(fine-grained), serta memiliki kandungan silika yang lebih tinggi dari batu basal dan
lebih rendah dari batuan rhylolite dan felsite. Umumnya batuan andesit
24

terjadi di permukaan bumi sebagai akibat letusan gunung merapi. Karena itu para
ahli mengklasifikasikannya ke dalam batuan beku ekstrusif. Batuan andesit
memiliki kandungan mineral-mineral yang tidak bisa dilihat tanpa bantuan
mikroskop. Raymond (1984) mengungkapkan bahwa andesit adalah batuan yang
secara kimia memiliki jumlah Silika (SiO2) dengan jumlah 52-63%, Alkali (Na2O
+ K2O) kurang dari 7% kandungan tersebut menempatkan andesit pada golongan
batuan menengah.
Salah satu pusat pengrajin dan pemotongan batu andesit berada di daerah
kabupaten Majalengka, karena di daerah tersebut masih banyak terdapat
perbukitan yang merupakan daerah tambang batu andesit. Batu tatal bintik hitam
merupakan sebutan dari masyarakat yang berada di daerah kabupaten Majalengka
karena ciri khas dari batu tersebut mempunyai bintik berwarna hitam pada tiap
sisinya. Batu tersebut diambil dan diolah untuk menjadi hiasan dinding rumah
sehingga menjadi daya guna, akan tetapi banyaknya permintaan batu tatal
membuat potongan dari tiap batu tidak sesuai sehingga menjadi limbah yang
digunakan masyarakat untuk skala kecil seperti pembuatan rumah dan urug. Batu
tatal bintik hitam ini belum banyak diketahui oleh masyarakat umum dan masih
sangat minim penggunannya oleh masyarakat, khususnya digunakan pada material
konstruksi jalan, namun ketersedian batu tatal bintik hitam ini banyak terdapat di
daerah kabupaten Majalengka, dan sekitarnya. Berikut adalah Gambar 3.3 dari
batu andesit yang tidak terpakai di bawah ini.

Gambar 3.3 Limbah Batu Andesit Kasokandel


(Sumber: Doc Pribadi)
25

3.6 Karakteristik Marshall Test


Marshall test merupakan suatu metode pengujian untuk mengukur stabilitas
dan kelelehan plastis campuran beraspal dengan menggunakan parameter
Marshall. Merupakan metode yang paling umum digunakan dan sudah di
standarisasi. Dalam metode tersebut terdapat tiga parameter penting dalam
pengujian tersebut, yaitu beban maksimum yang dapat dipikul benda uji sebelum
hancur atau sering disebut dengan Marshall stability dan deformasi permanen dari
benda uji sebelum hancur yang disebut dengan Marshall flow serta turunan yang
merupakan perbandingan antara keduanya (Marshall stability dengan Marshall
flow) disebut dengan Marshall Quotient (MQ).
Alat Marshall adalah alat tekan yang dilengkapi dengan proving ring (cincin
penguji) berkapasitas 22,2 kN atau 5000 lbf dan flowmeter untuk mengukur
kelelehan plastis atau flow. Benda uji marshall berbentuk silinder berdiameter 4”
atau 10,2 cm dan tinggi 2,5” atau 6,35 cm. Berikut sifat-sifat pengujian Marshall
dengan parameter sebagai berikut:
1. Stabilitas (Stability)
2. Kelelehan (Flow)
3. MQ (Marshall Quotient)
4. VITM (Void in the Total Mix)
5. VFWA (Void Filler With Asphalt)
6. VMA (Void in Mineral Aggregate)
7. Kepadatan (Density)
3.6.1 Stabilitas (stability)
Stabilitas merupakan kemampuan lapis perkerasan untuk menahan
deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas yang bekerja diatasnya tanpa
mengalami perubahan bentuk. Nilai stabilitas merupakan nilai arloji pengukur
dikalikan dengan nilai kalibrasi proving ring. Umumnya Marshall test yang
digunakan mempunyai satuan lbf (pound force), sehingga harus disesuaikan
satuannya terhadap satuan kilogram. Selanjutnya nilai tersebut disesuaikan dengan
angka koreksi terhadap ketebalan atau volume benda uji. Nilai stabilitas dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan 3.1.
26

= (3.1)

dengan:
q = Nilai stabilitas
= Pembacaan arloji stabilitas x kalibrasi alat
= Angka koreksi tebal benda uji
3.6.2 Kelelehan (flow)
Flow menunjukkan deformasi benda uji akibat pembebanan nilai. Nilai flow
langsung terbaca pada arloji flow saat uji marshall test, apabila nilai flow tinggi
menandakan campuran tersebut bersifat plastis, sebalikya nilai flow yang rendah
menandakan campuran tersebut bersifat kaku. Nilai yang didapat pada jarum arloji
sudah dalam satuan mm (millimeter), sehingga nilainya tidak perlu dikonversi.
3.6.3 MQ (Marshall Quotient)
Merupakan perbandingan antara nilai stabilitas dengan nilai flow. Nilai
Marshall quotient (MQ) didapat dari hasil bagi antara nilai stabilitas dengan nilai
flow. Nilai dari marshall quotient (MQ) akan memberikan nilai fleksibilitas
campuran. Semakin besar nilai marshall quotient berarti campuran semakin kaku
sehingga perkerasan tersebut mudah terjadi keretakan jika dilewati beban lalu
lintas yang berlebih, sebaliknya apabila semakin kecil nilainya maka campuran
semakin lentur. Nilai marshall quotient (MQ) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan 3.2

=
(3.2)

dengan:
= Marshall Quotient (kg/mm)
= Nilai stabilitas (kg)
= Nilai flow (mm)
27

3.6.4 VITM (Void in the Total Mix)


Merupakan persentase antara rongga udara dengan volume total campuran
setelah dipadatkan. Nilai VITM akan semakin kecil apabila kadar aspal semakin
besar. Nilai VITM berpengaruh terhadap keawetan lapisan perkerasan jalan raya,
semakin tinggi nilai VITM menunjukan semakin besar rongga dalam campuran
sehingga campuran bersifat poros. Nilai VITM dapat dihitung menggunakan
persamaan 3.3 dan 3.4.

= 100 − (100 )
(3.3)

100
ℎ=( )
% %
(3.4)
( + )

dengan:
= Nilai VITM
= Berat isi sampel (gr/cc)
ℎ = Berat jenis maksimum teoritis campuran

3.6.5 VFWA (Void Filled With Asphalt)


Merupakan persentase rongga dalam campuran yang terisi aspal yang nilainya
akan naik berdasarkan naiknya kadar aspal sampai batas tertentu, hingga rongga telah
terisi oleh aspal. VFWA adalah aspal yang berfungsi untuk menyelimuti butir-butir
agregat di dalam beton aspal padat, atau VFWA merupakan persentase volume beton
aspal padat yang menjadi film atau selimut aspal. Nilai
VFWA dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut.

a. Persentase aspal terhadap campuran

= 100
100+
(3.5)

dengan:
= Persentase aspal terhadap batuan (%)
= Persentase aspal terhadap campuran (%)
28

b. Persentase aspal terhadap agregat


= 100

= (3.6)

=100− (3.7)
((100−
(3.8)
)
= )

dengan: (3.9)
= Nilai VFWA (%)
= Berat isi sampel (gr/cc)
= Persentase aspal terhadap campuran (%)
3.6.6 VMA (Void in Mineral Aggregate)
Merupakan persentase rongga udara antar butiran agregat dalam campuran
agregat aspal padat, termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif dalam total
volume campuran. Jika VMA terlalu besar maka campuran bisa memperlihatkan
masalah stabilitas dan tidak ekonomis untuk dihasilkan, tetapi jika terlalu kecil
maka campuran bisa mengalami masalah durabilitas. Nilai VMA dapat dicari
dengan menggunakan persamaan berikut.
=100−
= (100− )

(3.10)

dengan: (3.11)
= Nilai VMA (%)
= Persentase aspal terhadap campuran (%)
= Berat isi sampel (gr/cc)
3.6.7 Kepadatan (density)
Merupakan tingkat kerapatan campuran yang telah dipadatkan. Semakin besar
nilai density, maka kerapatannya semakin baik, semakin meningkatnya kadar aspal,
jumlah aspal yang dapat mengisi rongga antar butir semakin besar sehingga
29

campuran menjadi rapat dan padat. Nilai kepadatan dapat dicari dengan
menggunakan persamaan berikut.

= (3.12)

= − (3.13)

dengan:
= Nilai density (gr/cc)
= Berat benda uji sebelum direndam (gr)
= Berat benda uji dalam keaadan jenuh/SSD (gr)
= Berat dalam air (gr)
3
= Volume/isi (cm )

3.7 Karakteristik Pengujian Perendaman (Immersion Test)


Pengujian perendaman (Immersion Test) bertujuan untuk mengetahui
perubahan karakteristik dari campuran akibat pengaruh air, suhu, dan cuaca.
Pengujian ini pada prinsipnya sama dengan pengujian marshall standar, hanya
waktu perendaman saja yang membedakan. Metode pengujian perendaman ini
merupakan salah satu metode yang dipakai untuk mengetahui campuran tahan
terhadap pengelupasan aspal (stripping). Benda uji pada Immersion Test direndam
selama 24 jam pada suhu konstan 60°C sebelum pembebanan diberikan. Hasil
perhitungan indeks tahanan campuran aspal (Index of Retained Strength) adalah
persentase nilai stabilitas campuran yang direndam selama 24 jam dan
dibandingkan dengan stabilitas campuran biasa. Apabila indeks tahanan campuran
lebih atau sama dengan 90% campuran tersebut dikatakan memiliki tahanan yang
cukup baik dari kerusakan yang disebabkan oleh faktor air, suhu, dan cuaca.
Untuk mengetahui nilai ketahanan aspal (Index Retained Strength) dapat
menggunakan persamaan berikut.

=( ) 100%
2
(3.14)
1
30

dengan:
1
2
= Index of Retained Strength
= Stabilitas setelah direndam selama 0,5 jam
= Stabilitas setelah direndam selama 24 jam

3.8 Indirect Tensile Strength (ITS)


Merupakan metode untuk mengetahui nilai gaya tarik dari suatu campuran
beton aspal. Sifat uji ini adalah kegagalan gaya tarik yang berguna untuk
memperkirakan tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh sebuat beton aspal
ketika diregangkan atau ditarik, sehingga dapat mencegah terjadinya retakan.
retak yang disebabkan oleh pengulangan beban menyebabkan adanya gaya tarik
yang terjadi pada perkerasan.
Campuran lapisan perkerasan yang baik dapat menahan beban maksimum,
sehingga dapat mencegah terjadinya retakan. Gaya tarik tidak langsung
menggunakan benda uji yang berbentuk silindris yang mengalami pembebanan
tekan dengan dua plat penekan pada satu titik yang menciptakan tegangan tarik
yang tegak lurus sepanjang diameter benda uji sehingga menyebabkan pecahnya
benda uji. Pengujian kuat tarik tidak langsung dilakukan untuk mengetahui
kemampuan material dalam menerima gaya tarik. Dikatakan tidak langsung
karena tidak diuji dengan pembebanan maksimum tetapi dilakukan secara terus
menerus dengan laju konstan sampai mencapai beban maksimum pada beton aspal
tersebut. Pengukuran kekuatan tarik dihentikan apabila jarum pengukur
pembebanan telah berbalik arah atau berlawanan dengan arah jarum jam. Berikut
ini skesta gambar pembebanan yang mengalami retakan (fatique).
31

Gambar 3.4 Mekanisme Terjadinya Gaya Tarik dan Kerusakan Retak


(Sumber: ASTM D 4123, 1989)

Dari gambar tersebut beban roda kendaraan yang berhenti atau bergerak di
atas struktur perkerasan tersebut menimbulkan gaya tekan ke bawah sehingga
lapisan akan terjadi lendutan. Jika lapisan melendut, maka lapisan bagian atas
terjadi gaya tekan dan sebaliknya lapisan bagian bawah terjadi gaya tarik. Untuk
dapat menghitung nilai kuat tarik tidak langsung (IRS) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut.

(3.15)

=

dengan:
= Kuat tarik tidak langsung (kg/cm2)

ℎ = Beban puncak (kg)

ℎ = Tinggi sampel (cm)


= Konstanta

3.9 Uji Cantabro (Cantabro Test)


Merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui berat sampel yang hilang
setelah dilakukan Abrasi Test menggunakan mesin Loss Angeles. Pengujian ini
bertujuan untuk mengetahui kehilangan berat dari benda uji setelah dilakukan uji
abrasi. Beban lalu lintas pada lapis permukaan perkerasan dapat menyebabkan
lapis perkerasan menjadi aus yang berdampak pada penurunan sifat daya tahan.
32

Tahapan yang dilakukan dalam pengujian Cantabro Test dengan cara memasukan
benda uji ke dalam mesin Loss Angeles kemudian mesin tersebut diputar 300 kali
tanpa menggunakan bola besi baja. Untuk mengetahui nilai Cantabro dapat
menggunakan persamaan berikut.

(3.16)

=( ) 100

dengan:
= Persentase kehilangan berat (%)
= Berat sampel sebelum di uji (gr)
= Berat sampel setelah di uji (gr)
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian


Rangkaian cara terstruktur atau sistematis yang digunakan oleh peneliti
dalam suatu masalah, kasus, atau yang lain secara ilmiah disebut dengan metode
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimental,
yaitu metode yang dilakukan dengan cara percobaan terhadap benda yang akan
diteliti secara langsung untuk mendapatkan data. Data tersebut diolah dan
dianalisis sesuai dengan syarat-syarat ketentuan dan spesifikasi yang ada dari
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Bina Marga Divisi VI, 2018. Metode
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis. Deskriptif
analisis merupakan metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi
gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah
terkumpul serta menganalisis permasalahan berdasarkan acuan, pustaka dan data
pendukung lainnya.
Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengujian eksperimen
kausal. Penelitian kausal adalah metode penelitian sebab akibat yang terdapat dua
variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud
adalah substitusi penggunaan limbah batu andesit Kasokandel sebagai pengganti
agregat kasar, sedangkan variabel terikat adalah karakteristik Marshall Test,
Immersion, Indirect of Tensile Strength, dan Cantabro.

4.2 Metode Pengambilan Data


Data yang diperoleh dapat diambil dari berbagai sumber. Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan, yaitu dengan
cara eksperimen langsung baik berupa pengukuran atau pengamatan di lokasi
penelitian.

33
34

Langkah-langkah yang dilakukan antara lain, melakukan pemeriksaan bahan,


mencari kadar aspal optimum (KAO), Marshall Test, Immersion Test, Indirect
Tensile Stregt Test, dan uji Cantabro.
2. Data Sekunder
Merupakan data yang tidak diperoleh secara langsung dari sumber data.
Data tersebut diperoleh secara langsung dari instansi-instansi terkait yang
berhubungan dengan pengamatan yang dilakukan. Data sekunder ini berfungsi
sebagai pendukung dari data primer.

4.3 Tahapan Penelitian


Pelaksanaan penelitian yang dilaksanakan dilakukan di Laboratorium Jalan
Raya Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta. Tahapan penelitian ini meliputi
persiapan material, pemeriksaan material, persiapan alat, pembuatan benda uji,
Marshall Test, Immersion Test, Indirect of Tensile Strength, dan Uji Cantabro
4.3.1 Persiapan dan Pemeriksaan Material
Material yang akan digunakan untuk pembuatan benda uji adalah campuran
Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) bahan penyusunnya yaitu agregat,
aspal, dan filler. Tujuan pemeriksaan material adalah untuk mengetahui kelayakan
material tersebut, apakah telah memenuhi spesifkasi yang akan digunakan atau
tidak memenuhi spesifikasi. Pemeriksaan material ini berpedoman pada SNI,
ASTM, dan Bina Marga Divisi VI, 2018.
1. Pengujian Agregat
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan.
Kualitas perkerasan sangat tergantung dari bahan penyusunnya, sehingga
pengujian terhadap agregat perlu dilakukan secara teliti baik terhadap agregat
kasar dan agregat halus agar sesuai dengan persyaratan Bina Marga Divisi VI,
2018. Pengujian yang akan dilakukan antara lain:
35

a. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar.


Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh berat jenis curah, berat jenis
permukaan, berat jenis semu, dan besarnya angka penyerapan. Alat dan
prosedur pengujian disesuaikan dengan (SNI 03-1969:2008).
b. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus.
Pengujian ini bertujuan untuk memperoleh berat jenis curah, berat jenis
permukaan, berat jenis semu, dan besarnya angka penyerapan. Alat dan
prosedur pengujian disesuaikan dengan (SNI 03-1970:2008).
c. Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal
Pengujian ini bertujuan untuk mendapatkan persentase kelekatan agregat
terhadap aspal. Kelekatan agregat terhadap aspal dinyatakan dengan
perkiraan persentase luas permukaan batuan yang tertutup aspal terhadap
keseluruhan luas permukaan (SNI 03-2439-1991).
d. Pengujian Keausan Agregat
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan ketahanan agregat kasar
terhadap pengausan/abrasi dengan menggunakan mesin Loss Angeles.
Nilai Abrasi menunjukan banyaknya benda uji yang hancur akibat
tumbukan dan gesekan antara partikel dengan bola-bola baja pada saat
terjadinya putaran mesin (SNI 2417-2008).
e. Pengujian Sand Equivalent.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kadar debu/bahan yang
menyerupai lempung pada agregat halus/pasir. Nilai yang disyaratkan
sebesar minimum 50%. Lempung dapat mempengaruhi mutu campuran
aspal beton, karena lempung membungkus partikel agregat sehingga ikatan
antara agregat dengan aspal berkurang dan dengan adanya lempung
mengakibatkan luas daerah yang harus diselimuti aspal bertambah (SNI
03-4428-1997).
36

2. Pengujian Aspal
Pada penelitian ini bahan ikat yang digunakan adalah aspal Pertamina Pen
60/70 dan aspal Starbit E-55. Aspal yang akan digunakan dalam penelitian ini
dilakukan pengujian terlebih dahulu agar kualitas aspal yang akan digunakan
harus sesuai degan persyaratan Bina Marga Divisi VI, 2018. Pengujian yang
akan dilakukan antara lain:
a. Pengujian Berat Jenis Aspal Padat
Berat jenis aspal adalah perbandingan antara berat aspal dengan berat air
suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu. Peralatan dan cara
pengujian untuk menentukan berat jenis aspal padat dengan menggunakan
alat piknometer (SNI 06-2441-1991).
b. Pengujian Penetrasi
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekerasan aspal (solid
atau semi solid), dengan memasukkan jarum kemudian dibebani dengan
berat dan waktu tertentu kedalam aspal pada suhu tertentu. Peralatan yang
digunakan adalah alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang
jarum naik turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1
mm, pemberat, jarum penetrasi, cawan, bak perendam (waterbath) (SNI
06-2456-1991).
c. Pengujian Daktilitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kohesi aspal. Pemeriksaan ini
dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang aspal apabila aspal
diletakkan pada dua cetakan yang berada pada suhu 25C kemudian ditarik
dengan kecepatan 25 mm/detik sampai aspal itu putus (SNI 06-2432-1991).
d. Pengujian Titik Lembek Aspal
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan temperatur aspal pada saat
mulai mengalami kelembekan atau mencapai tingkat viskositas yang
rendah. Hal ini dapat diketahui dengan melihat suhu pada saat bola baja
dengan berat tertentu mendesak aspal sehingga aspal tersebut menyentuh
plat dasar yang terletak di bawah cincin pada ketinggian tertentu sebagai
akibat kecepatan pemanasan tertentu (SNI 06-2434-1991).
37

e. Pengujian Kelarutan
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan jumlah aspal yang larut dalam
TCE. Prosedur pengujian berdasarkan (SNI 06-2438-1991).
f. Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan suhu pada saat terjadi nyala
singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal. Sedangkan titik bakar
bertujuan untuk menentukan suhu pada saat dimana aspal terlihat terbakar
singkat pada suatu titik di atas permukaan aspal. Syarat minimum suhu
yang dicapai dalam pemeriksaan ini adalah 232C.

Pengujian yang dilakukan adalah pengujian berat jenis abu batu Clereng.
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui berat jenis abu batu batu Clereng
sebagai filler.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Jalan Raya Program


Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam
Indonesia (UII), Yogyakarta. Berikut alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Peralatan pengujian fisik agregat, seperti mesin Loss Angeles, saringan
standar, vibrator, dan tabung Sand Equivalent.
2. Peralatan pengujian fisik aspal, seperti alat ukur penetrasi aspal, daktilitas
aspal, kelarutan aspal, titik lembek aspal, titik nyala dan titik bakar aspal.
3. Cetakan benda uji berbentuk silinder (mold) berdiameter 10 cm (4”) dan tinggi
7,5 cm (3”) dilengkapi dengan pelat atas dan leher sambung.
4. Alat tekan Marshall Test yang terdiri sebagai berikut:
a. Kepala penekan yang berbentuk lengkung (breaking head).
b. Cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg (5000 pound). dengan ketelitian
12,5 kg (25 pound) dilengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm
(0,0001”).
c. Arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm (0,0001”).
d. Arloji penunjuk kelelehan dengan ketelitian 0,25 mm (0,01”) dengan
perlengkapannya.
38

5. Oven, alat untuk memanaskan bahan yang dilengkapi dengan pengatur suhu
untuk memanasi sampai (200 ± 3) C.
6. Ejector, alat untuk mengeluarkan benda uji yang telah dipadatkan dari cetakan.
7. Compactor, alat penumbuk yang mempunyai permukaan tumbuk rata
berbentuk silinder dengan berat 4,536 kg (10 pound) dan tinggi jatuh beban
45,7 cm (18”).
8. Bak perendam (waterbath), dilengkapi dengan pengatur suhu minimum 20C.
9. Timbangan yang dilengkapi penggantung uji berkapasitas 2 kg dengan
ketelitian 0,1 gram, timbangan berkapasitas 5 kg dengan ketelitian 1 gram, dan
timbangan digital.
10. Alat uji Indirect Tensile Strength Test, yang meliputi:
a. Alat ukur tekan (strip loading) selebar 0,5”.
b. Arloji pengukuran stabilitas.
c. Arloji pengukuran kelelehan (flow) dengan ketelitian 0,25 mm
11. Perlengkapan penunjang, seperti kompor, wajan, spatula, sarung tangan karet,
gelas ukur, panci, kain lap, bak plastik, jangka sorong, termometer, dan lain-
lain.
12. Seperangkat mesin loss angeles untuk cantabro test, yang terdiri dari silinder
baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 71 cm. Silinder bertumpu
pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar.
Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji. Penutup lubang terpasang
rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu. Di bagian dalam
silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 8,9 cm.
4.3.3 Perencanaan Campuran AC-BC
Dalam penelitian ini, bahan material yang digunakan terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, aspal, dan filler yang telah diuji terlebih dahulu sebelum digunakan
sebagai campuran perkerasan AC-BC. Agregat yang akan digunakan sebagai
campuran AC-BC harus dilakukan penyaringan terlebih dahulu dengan gradasi
agregat ukuran maksimum 25 mm (1”) selanjutnya dilakukan penimbangan berat
tertentu yang telah ditentukan oleh spesifikasi setelah semua bahan disiapkan.
39

Gradasi agregat penyusun campuran AC-BC termasuk jenis lapis tipis aspal beton
(Laston).
Rencana gradasi agregat campuran AC-BC dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Rencana Gradasi Agregat Campuran AC-BC
Spesifikasi
Ukuran Saringan Jumlah Persen (%)
Bina Marga (2018)
ASTM mm Min Maks Lolos Tertahan
1” 25 100 100 100 0
¾” 19 90 100 95 5
½” 12.5 75 90 82.5 17.5
3/8” 9.5 66 82 74 26
No.4 4.75 46 64 55 45
No.8 2.36 30 49 39.5 60.5
No.16 1.18 18 38 28 72
No.30 0.6 12 28 20 80
No.50 0.3 7 20 13.5 86.5
No.100 0.15 5 13 9 91
No.200 0.08 4 8 6 94
Pan 0 0 0 100

100
90
Batas atas
80
Batas bawah
70
Persen lolos (%) 60
Desain

50
40
30
20
10
0
0,01
0,1 1 10 100
Ukuran Agregat (mm)

Gambar 4.1 Rencana Gradasi Agregat Campuran AC-BC

Setelah perencanaan gradasi agregat Campuran AC-BC, selanjutnya mencari


kadar aspal perkiraan. Kadar aspal tersebut dapat dicari menggunakan persamaan
berikut.
40

Pb = 0,035 x (%CA) + 0,045 x (%FA) + 0,18 (%filler) + K (4.1)


dengan:
Pb = Kadar aspal perkiraan
CA = Agregat kasar tertahan saringan No. 4
FA = Agregat halus lolos saringan No. 4 dan tertahan No. 200
FF = Agregat halus lolos saringan No. 200
K = Konstanta 0.5 - 1 untuk Lapis Aspal Beton (Laston)

Dengan menggunakan persamaan 4.1 didapat nilai kadar aspal perkiraan sebagai
berikut.
Pb = 0,035 (%CA) + 0,045 (%FA) + 0,18 (%F) + K
Pb = 0,035 (45%) + 0,045 (49%) + 0,18 (6%) + 1
Pb = 5,86% dibulatkan menjadi 6%

Berdasarkan hasil perhitungan perkiraan kadar aspal (Pb), di dapat kadar


aspal untuk campuran AC-BC bahan ikat aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-60
pada variasi batu andesit Kasokandel sebesar 5,86 dibulatkan ke atas menjadi 6%.
Kemudian dilakukan pengujian untuk mencari kadar aspal optimum (KAO)
dengan kadar aspal yang digunakan yaitu 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% terhadap berat
total campuran. Kebutuhan variasi agregat menggunakan perbandingan berat jenis
batu Clereng dan berat jenis batu Kasokandel dengan variasi 0%, 50%, dan 100%
menggunakan bahan ikat aspal Pertamina pen 60/70 dan Starbit E-60. Kebutuhan
variasi agregat untuk masing-masing kebutuhan kadar aspal dengan bahan ikat
berbeda dapat dilihat pada Tabel 4.2 sampai Tabel 4.4 sebagai berikut.
41

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Substitusi Agregat 0%


Lolos Saringan (%) Tertahan
Ukuran Tertahan Tertahan Berat Tertahan Jumlah
Kumulatif
Butir Ideal Clereng Clereng Andesit Lolos
Rencana Clereng
(mm) Max Min (%) (%) (g) (%) (%)
Ideal (%)
25 100 100 100.0 0.0 0.00 0.00 0.00 0.00 100.00
19 100 90 95.0 5.0 5.00 5.00 57.00 0.00 95.00
12.5 90 75 82.5 17.5 17.50 12.50 142.50 0.00 82.50
9.5 82 66 74.0 26.0 26.00 8.50 96.90 0.00 74.00
4.75 64 46 55.0 45.0 45.00 19.00 216.60 0.00 55.00
2.36 49 30 39.5 60.5 60.50 15.50 176.70 0.00 39.50
1.18 38 18 28.0 72.0 72.00 11.50 131.10 0.00 28.00
0.6 28 12 20.0 80.0 80.00 8.00 91.20 0.00 20.00
0.3 20 7 13.5 86.5 86.50 6.50 74.10 0.00 13.50
0.15 13 5 9.0 91.0 91.00 4.50 51.30 0.00 9.00
0.075 8 4 6.0 94.0 94.00 3.00 34.20 0.00 6.00
Pan Jumlah 100.0 100.00 6.00 68.40 0.00 0.00

100

90
Batas atas
80
Batas bawah
70
Persen lolos (%) 60 Desain

50
40
30
20
10
0
0,01
0,1 1 10 100
Ukuran Agregat (mm)

Gambar 4.2 Gradasi AC-BC pada Subsitusi Agregat 0%


42

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Substitusi Agregat 50%


Lolos Saringan (%) Tertahan Tertahan
Tertahan Kontrol
Ukuran Tertahan Tertahan Ideal Total
Ideal Lolos
Butir Rencana Ideal Ideal Andesit Masing-
Max Min Clereng Total
(mm) Ideal (%) Total (g) Volume masing
(g) (%)
(g) (g)

25 100 100 100.0 0.0 0 0.00 0.00 0.00 100.00


19 100 90 95.0 5.0 57 28.50 28.98 57,48 94.98
12.5 90 75 82.5 12.5 143 71.25 72.45 143.70 82.42
9.5 82 66 74.0 8.5 97 48.45 49.27 97.72 73.88
4.75 64 46 55.0 19.0 217 108.30 110,13 218.43 54.79
2.36 49 30 39.5 15.5 177 176.70 0.00 176.70 39.35
1.18 38 18 28.0 11.5 131 131.10 0.00 131.10 27.89
0.6 28 12 20.0 8.0 91 91.20 0.00 91.20 19.92
0.3 20 7 13.5 6.5 74 74.10 0.00 74.10 13.45
0.15 13 5 9.0 4.5 51 51.30 0.00 51.30 8.97
0.075 8 4 6.0 3.0 34 34.20 0.00 34.20 5.98
Pan Jumlah 6.0 68 68.40 0.00 68.40 0.00

100

90
Batas atas
80
Batas bawah
70
Perse lolos (%)

Desain
60

50

40
n

30

20

10

0
0,01
0,1 1 10 100
Ukuran Agregat (mm)

Gambar 4.3 Gradasi AC-BC pada Substitusi Agregat 50%


43

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Subsitusi Agregat 100%


Lolos Saringan (%)
Tertahan Tertahan
Tertahan Kontrol
Ukuran Tertahan Tertahan Ideal Total
Ideal lolos
Butir Rencana Ideal Ideal Andesit Masing-
Max Min Clereng Total
(mm) Ideal (%) Total (g) Volume masing
(g) (%)
(g) (g)

25 100 100 100.0 0.0 0 0.00 0.00 0.00 100.00


19 100 90 95.0 5.0 57 0.00 57.96 57.96 94.95
12.5 90 75 82.5 12.5 143 0.00 144,90 144.90 82.34
9.5 82 66 74.0 8.5 97 0.00 98,53 98.53 73.76
4.75 64 46 55.0 19.0 217 0.00 220,25 220,25 54.59
2.36 49 30 39.5 15.5 177 176,70 0.00 176,70 39.20
1.18 38 18 28.0 11.5 131 131.10 0.00 131,10 27.79
0.6 28 12 20.0 8.0 91 91.20 0.00 91.20 19.85
0.3 20 7 13.5 6.5 74 74.10 0.00 74.10 13.40
0.15 13 5 9.0 4.5 51 51.30 0.00 51.30 8.93
0.075 8 4 6.0 3.0 34 34.20 0.00 34.20 5.95
Pan Jumlah 6.0 68 68.40 0.00 68.40 0.00

100

90
Batas atas
80
Batas bawah
70
Perse lolos (%)

Desain
60

50

40
n

30

20

10

0
0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Agregat (mm)

Gambar 4.4 Gradasi AC-BC pada substitusi Agregat 100%


44

Tabel 4.5 Jumlah Benda Uji Pada Pengujian Kadar Aspal Optimum
Substitusi Jumlah Benda Uji Pada Tiap Kadar Aspal (buah)
Jenis Aspal
Batu Andesit 5% 5.5% 6% 6,5% 7%
0% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
Pertamina
50% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
Pen 60/70
100% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
0% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
Starbit E-60 50% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
100% Batu Kasokandel 3 3 3 3 3
Jumlah 90

Jumlah benda uji untuk tiap pengujian setalah didapatkan nilai KAO dapat
dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Jumlah Benda Uji Pada Tiap Pengujian KAO


Jumlah Benda Uji Berdasarkan Kadar Aspal (buah)
Jenis 0% Batu Kasokandel 50% Batu Kasokandel 100% Batu Kasokandel
Pengujian Pen Starbit Pen Starbit Pen Starbit
60/70 E-60 60/70 E-60 60/70 E-60
Marshall Test 3 3 3 3 3 3
Immersion 3 3 3 3 3 3
ITS 3 3 3 3 3 3
Cantabro 3 3 3 3 3 3
Jumlah 24 24 24
Total 72

Setelah mendapatkan kadar aspal optimum selanjutnya dilakukan pengujian


Marshall Test, Immersion Test, Indirect Tensile Strength Test, dan Cantabro.
Total benda uji yang dipakai pada penelitian ini sebanyak 162 buah. Jumlah berat
campuran untuk masing-masing benda uji sebesar 1200 gram, sedangkan untuk
masing-masing agregat dan aspal tergantung dari variasi kadar aspal yang dipakai
pada rencana penelitian.
4.3.4 Kepekaan Aspal Terhadap Temperatur
Aspal bersifat viscos-elastik yaitu menjadi lebih keras bila temperatur turun dan
melunak bila temperatur meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah sifat akibat
perubahan temperatur ini dikenal sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur. Laju
perubahan viskositas atau konsistensi aspal oleh perubahan temperatur pada setiap
bitumen berbeda-beda, bergantung pada asal bitumen, tipe bitumen, dan metode
45

pemrosesan bitumen. Semakin besar perubahan viskositas bitumen oleh setiap


derajat kenaikan temperatur, maka semakin peka bitumen tersebut terhadap
temperatur. Salah satu metode untuk mengukur kepekaan bitumen terhadap
perubahan temperatur adalah Penetration Index (PI). Nilai PI pada dasarnya
ditentukan oleh dua nilai penetrasi pada temperatur yang berbeda. Pfieffer dan
Van Doormal mengembangkan parameter kepekaan bitumen dengan Penetration
Index (PI) seperti persamaan berikut

20(1−25 )
=
1+50
(4.2)

Nilai PI berkisar antara -3 (kepekaan tinggi) sampai +7 (kepekaan rendah). Nilai PI dan A dapat
diturunkan dari pengukuran nilai penetrasi bitumen yang diukur pada dua temperatur (T1 dan
T2) yang berbeda, seperti persamaan berikut ini.

1 − 800
=
(4.3)
1 − 2

dengan:
1 = Temperatur keadaan 1 (Temperatur saat penetrasi = 25°C)
2 = Temperatur keadaan 2 (Temperatur saat softening point)

Berikut ini merupakan perhitungan nilai IP pada aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60
dengan menggunakan persamaan 4.2 dan 4.3 di bawah ini.
1. Aspal Pen 60/70 memiliki nilai penetrasi 60,15 dan titik lembek 48°C

1− 800 60,15− 800


= = = 0,04886

1 2 25−48

20(1−25 ) 20(1−25 0,04886)


= = = −1,287
1+50 1+50 0,04886
46

2. Aspal Starbit E-60 memiliki nilai penetrasi 54,4 dan titik lembek 55°C

1− 800 54,4− 800


= = = 0,03891

1 2 25−55

20(1−25 ) 20(1−25 0,03891)


= = = 0,1839
1+50 1+50 0,03891

Berdasarkan hasil perhitungan di atas dapat dilakukan rekapitulasi seperti


pada Tabel 4.7 di bawah ini

Tabel 4.7 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Nilai PI


Nilai
Kode Bitumen Jenis Tes Suhu A PI Keterangan
Penetrasi
Aspal Pen Tes Pen 25 60,15 Kepekaan
0,04886 -1,287
60/70 Tes S.P 48 800 tinggi

Aspal Starbit Tes Pen 25 54,4 Kepekaan


0,03891 0,1839
E-60 Tes S.P 55 800 rendah

4.4 Pengujian Yang Dilakukan


4.4.1 Pembuatan Campuran Sampel
Setelah melakukan penyaringan agregat sesuai dengan kebutuhan agregat
dan persentase kadar aspal yang dibutuhkan, selanjutnya pembuatan campuran
sampel. Cara pembuatan sampel dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Memanaskan aspal hingga mencapai suhu 160C dan agregat yang telah
dibungkus plastik hingga mencapai 170C.
2. Mencampurkan aspal dan agregat sesuai dengan variasi kadar aspal maupun
agregat masing-masing yang direncanakan, kemudian memanaskan hingga
suhu 160C dan mengaduk campuran secara merata.
3. Membersihkan cetakan benda uji mold dan mengolesi bagian dalamnya
dengan minyak pelumas.
4. Meletakkan selembar kertas/kertas penghisap yang sudah digunting sesuai dengan
ukuran cetakan dibagian bawah cetakan, kemudian memasukkan benda uji 1/3
dari volume cetakan dan dipukul menggunakan spatula sebanyak 25x
47

(15x pukulan di pinggir, dan 10x pukulan di tengah), kemudian memasukkan


benda uji hingga 2/3 dari volume cetakan dan dipukul menggunakan spatula
sebanyak 25x, dengan cara tersebut memasukkan benda uji kembali hingga
penuh dalam volume cetakan dan dipukul menggunakan spatula sebanyak 25x
dan menaruh kertas penghisap di permukaan.
5. Meletakan cetakan mold diatas dudukannya (landasan) pemadatan.
Memadatkan sebanyak 75x pukulan di sisi pertama dan menumbuk 75x
pukulan di sisi kedua.
6. Mendiamkan benda uji sesudah pemadatan selesai sampai mencapai suhu
ruang, kemudian mengeluarkan benda uji dari cetakan dengan menggunakan
ejector hydrolic pump lalu mendiamkan sampel sampai mencapai suhu ruang.
Setelah dingin ambil kertas penghisap di kedua sisi untuk memberikan
kodefikasi terhadap sampel tersebut.
4.4.2 Pengujian Marshall Test
Marshall Test bertujuan untuk memperoleh nilai-nilai dari stabilitas
(stability), kelelehan (flow), VITM (void in total mix), VFWA (void filled with
asphalt), VMA (void in mineral aggregate), kepadatan (density), MQ (Marshall
quotient). Cara pengujian Marshall Test dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut.
1. Menyiapkan semua peratalan dan benda uji, kemudian membersihkan benda
uji dari kotoran yang menempel selama proses pencetakan.
2. Mengukur tinggi benda uji dengan kaliper sebanyak tiga kali di tiga posisi
berbeda, sampai mendapatkan angka yang mendekati angka rata-rata,
kemudian menimbang dan mencatat beratnya sehingga mendapatkan benda uji
sebelum di rendam.
3. Merendam benda uji didalam air selama 20 s/d 24 jam pada suhu ruang untuk
mendapatkan kejenuhan, kemudian menimbang didalam air untuk
mendapatkan berat isi.
4. Mengeluarkan benda uji dari rendaman lalu mengelap bagian permukannya
(hingga mencapai kering permukaan atau SSD), kemudian menimbang untuk
mendapatkan berat jenuh.
48

5. Memasukkan benda uji kedalam bak perendam (waterbath) selama 30 menit


dengan suhu air 60C.
6. Menyiapkan kepala penekan test head dan memberi minyak pelumas.
Kemudian memeriksa mesin penekan marshall test dan perlengkapannya,
mengatur dial stabilitas pada angka nol.
7. Mengambil benda uji yang direndam dalam bak perendam (waterbath) dan
memindahkan ke test head, memasang dial flow pada tempatnya, kemudian
menghidupkan mesin pembebanan. Mengamati dial stabilitas dan dial flow,
caranya membaca dial flow bila dial stabilitas telah mencapai angka maksimum.
8. Mencatat pembacaan pada dial stabilitas dan dial flow, caranya: misal, pada
dial stabilitas diperoleh 5 putaran dan telah berhenti di 50, berarti pembacaan
dial stabilitas = 550.
9. Mengulangi langkah-langkah seperti diatas untuk benda uji yang lain sebanyak
benda uji yang dibuat dalam penelitian.
4.4.3 Pengujian Immersion Test
Cara pengujian Immersion Test dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Membuat benda uji dengan nilai KAO yang telah didapat dari pengujiaan
marshall.
2. Mengukur tinggi benda uji dengan kaliper sebanyak tiga kali di tiga posisi yang
berbeda, sampai mendapatkan angka yang mendekati rata-rata, lalu menimbang
dan mencatat beratnya sehingga diperoleh berat benda uji sebelum di rendam.
3. Merendam benda uji didalam air selama 20 s/d 24 jam pada suhu ruang untuk
mendapatkan kejenuhan, kemudian menimbang di dalam air untuk
mendapatkan berat isi.
4. Mengeluarkan benda uji dari rendaman lalu mengelap bagian permukannya
(hingga mencapai kering permukaan atau SSD), kemudian menimbang untuk
mendapatkan berat jenuh.
5. Memasukkan benda uji kedalam waterbath selama 24 jam.
6. Menyiapkan kepala penekan test head dan memberi minyak pelumas.
Kemudian memeriksa mesin penekan marshall test dan perlengkapannya,
menyetel dial stabilitas pada angka nol.
49

7. Mengambil benda uji yang direndam dalam waterbath dan memindahkan ke


test head, memasang dial flow pada tempatnya, kemudian menghidupkan
mesin pembebanan. Mengamati dial stabilitas dan dial flow, caranya membaca
dial flow bila dial stabilitas telah mencapai angka maksimum.
8. Membaca pembacaan pada dial stabilitas dan dial flow
9. Mengulangi langkah-langkah seperti di atas untuk benda uji yang lain sebanyak
benda uji yang dibuat dalam penelitian.
4.4.4 Pengujian Indiret Tensile Strength
Cara pengujian Indirect Tensile Strength dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut.
1. Membuat benda uji dengan nilai KAO yang telah didapat dari pengujiaan
marshall.
2. Meletakkan benda uji pada alat uji Indirect Tensile Strength untuk dilakukan
pengujian.
3. Mengamati pembacaan dial dan catat hasilnya.
4. Mengulangi langkah-langkah seperti di atas untuk benda uji yang lain sebanyak
benda uji yang dibuat dalam penelitian.
4.4.5 Pengujian Cantabro Loss
Cara pengujian Cantabro Loss dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Membuat benda uji dengan nilai KAO yang telah didapat dari pengujiaan
marshall.
2. Menimbang benda uji sebelum dilakukan pengujian.
3. Memasukkan benda uji kedalam mesin Loss angeles.
4. Menjalankan mesin Loss Angeles dan memutar mesin tersebut sebanyak 300
putaran.
5. Menimbang benda uji setelah pengujian.
6. Mengulangi langkah-langkah seperti di atas untuk benda uji yang lain
sebanyak benda uji yang dibuat dalam penelitian.
50

4.5 Analisis Data


Analisis data terdiri dari beberapa data-data di bawah ini:
1. Analisis Karakteristik Marshall
Nilai karakteristik marshall didapat dengan cara menganalisis data-data
yang diperoleh dari hasil percobaan laboratorium antara lain sebagai berikut:
a. Berat benda uji sebelum direndam (gram).
b. Berat benda uji didalam air (gram).
c. Berat benda uji dalam keadaan jenuh air (gram).
d. Tebal benda uji (gram).
e. Pembacaan arloji stabilitas (kg).
f. Pembacaan arloji kelelahn flow (mm).
Nilai karakteristik Marshall seperti, Stabilitas, kelelehan (flow), kepadatan
(density), VITM (void in the total mix), VMA (void in mineral aggregate),
VFWA (void filled with asphalt), MQ (marshall quotient) dapat dihitung
menggunakan persamaan 3.1 sampai dengan 3.13. Nilai-nilai berat jenis
agregat, berat jenis aspal dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:

1) Berat jenis agregat


=( . 1)+( . 2)
100

dengan: (4.2)

= Persentase agregat kasar (%)


= Persentase agregat halus (%)
1 = Berat jenis agregat kasar
2 = Berat jenis agregat halus

2) Berat Jenis Aspal



= ( − )−( − )

(4.3)
51

dengan:
= Berat piknometer dengan penutup (gr)
= Berat piknometer berisi air (gr)
= Berat piknometer berisi aspal (gr)
= Berat piknometer berisi aspal dan air (gr)

2. Analisis Immersion Test


Nilai Index of Retained Strength diperoleh dari hasil Immersion Test
kemudian analisis data menggunakan persamaan 3.14.
3. Analisis Indirect Tensile Strength Test
Nilai Indirect Tensile Strength diperoleh dari kuat tarik maksimum
kemudian analisis data menggunakan persamaan 3.15.
4. Analisis Cantabro Test
Nilai karakteristik Cantabro diperoleh dari uji keausan menggunakan
mesin Loss Angeles kemudian analisis data menggunakan persamaan 3.16.
52

4.6 Bagan Alir Metode Penelitian


Bagan alir (flowchart) adalah gambaran singkat tentang tahapan-tahapan
dalam penelitian yag ditunjukkan pada Gambar 4.5 sebagai berikut.

Mulai

Persiapan Bahan

Pengujian Bahan

Aspal Pen 60/70 Limbah Batu Andesit


Agregat
dan dan
Halus Clereng
Starbit E-60 Agregat Kasar Clereng

Memenuhi
Spek Bina Tidak
Marga
2018?

Ya
Pembuatan benda uji dengan jumlah 90 buah
menggunakan variasi kadar aspal (5%, 5,5% ,6%, 6,5%,
7%) dengan substitusi limbah batu andesit 0%, 50%,
100%

Gambar 4.5 Bagan Alir Penelitian Tugas Akhir


53

Penentuan Kadar Aspal Optimum

Pembuatan benda uji dengan jumlah 72 buah pada KAO


dengan subtitusi limbah batu andesit 0%, 50%, 100%

Uji Uji Uji Uji


Marshall Immersion ITS Cantabro

Analisis dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Lanjutan Gambar 4.5 Bagan Alir Penelitian Tugas Akhir


BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan


Pengujian campuran AC-BC menggunakan substitusi agregat batu andesit
Kasokandel dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dilakukan di
Laboratorium Jalan Raya FTSP UII, meliputi pengujian sifat fisik material agregat
dan aspal kemudian mencari kadar aspal optimum pada masing-masing bahan ikat
aspal serta melakukan pengujian pada masing-masing KAO meliputi Marshall
Test, Immersion, Indirect Tensile Strength (ITS), dan Cantabro. Berikut hasil
penilitan dan pembahasan pada campuran AC-BC menggunakan subsitusi agregat
batu andesit Kasokandel.
5.1.1 Hasil Pengujian Karakteristik Agregat dan filler
Pengujian terhadap karakteristik agregat meliputi pengujian agregat kasar
(Batu Clereng dan Batu Kasokandel), agregat halus, dan filler. Seperti yang
tercantum dalam Tabel 5.1 sampai 5.3 di bawah ini. Hasil pengujian selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran.
1. Agregat Kasar
Hasil pengujian karakteristik agregat kasar dapat dilihat pada Tabel 5.1
sebagai berikut.
Tabel 5.1 Hasil Pengujian Agregat Kasar Clereng

Nilai Hasil
No Jenis Pengujian Keterangan
Persyaratan
Clereng Kasokandel

1 Berat Jenis > 2.5 2,664 2,709 Memenuhi

Penyerapan Agregat
2 <3 1,687 1,809 Memenuhi
Terhadap Air (%)
Kelekatan Agregat
3 > 95 97 96 Memenuhi
Terhadap Aspal (%)
Keausan dengan
4 Mesin Los Angeles < 40 16,620 13,060 Memenuhi
(%)

54
55

Pembahasan untuk pengujian karakteristik agregat kasar yang digunakan


adalah sebagai berikut.
a. Berat Jenis Agregat
Berat Jenis adalah nilai perbandingan antara berat agregat kasar dan berat air
suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Agregat kasar dengan berat
jenis kecil akan mempunyai volume yang besar sehingga dengan berat yang
sama akan membutuhkan aspal yang banyak dan sebaliknya. Hasil pengujian
agregat kasar batu Clereng sebesar 2,664 dan batu Kasokandel sebesar 2,7.
Hasil tersebut memenuhi persyaratan Bina Marga 2018 sebesar
≥ 2,5.
b. Penyerapan Agregat Terhadap Air
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui persentase berat air yang dapat
diserap pori atau rongga terhadap suatu material, Semakin besar nilai
persentase penyerapan semakin banyak aspal yang terserap oleh material
tersebut, Hasil pengujian penyerapan agregat kasar Clereng terhadap air
sebesar 1,687% dan penyerapan agregat kasar Kasokandel sebesar 1,81%.
Nilai tersebut memenuhi persyaratan Bina Marga 2018 sebesar ≤ 3%. Dari
hasil nilai penyerapan agregat terhadap air dapat dilihat bahwa penyerapan
agregat Kasokandel lebih besar karena banyaknya pori pada material
tersebut.
c. Kelekatan Agregat Terhadap Aspal
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan persentase luas permukaan
batuan yang tertutup aspal terhadap keseluruhan permukaan, Hasil
pengujian kelekatan agregat kasar Clereng sebesar 97% dan agregat kasar
Kasokandel sebesar 96%. Nilai tersebut memenuhi persyaratan Bina
Marga 2018 sebesar > 95%.
56

d. Keausan dengan Mesin Loss Angeles


Pengujian keausan agregat menggunakan alat Loss Angeles bertujuan
untuk mengetahui ketahanan agregat terhadap keausan. Keausan
dinyatakan dengan perbandingan antara berat bahan aus tertahan saringan
No.12 terhadap berat awal. Hasil pengujian keuasan agregat Clereng
sebesar 16,620% dan agregat Kasokandel sebesar 10,28%. Nilai tersebut
memenuhi persyaratan Bina Marga 2018 sebesar < 40%.
2. Agregat Halus
Pengujian karakteristik agregat halus ini bertujuan untuk membandingkan
sifat fisik dan karakteristik agregat halus Clereng, Kulonprogo. Hasil pengujian
karakteristik agregat halus dapat dilihat pada Tabel 5.2 sebagai berikut.
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Agregat Halus

Nilai
No Jenis Pengujian Hasil Keterangan
Persyaratan
1 Berat Jenis > 2.5 2,603 Memenuhi
Penyerapan Agregat
2 <3 2,862 Memenuhi
Terhadap Air (%)
3 Sand Equivalent (%) > 50 95,043 Memenuhi

Pembahasan untuk pengujian karakteristik agregat halus yang digunakan


adalah sebagai berikut.
a. Berat Jenis Agregat
Berat Jenis adalah nilai perbandingan antara berat agregat halus dan berat
air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Hasil pengujian
agregat halus Clereng sebesar 2,603. Hasil tersebut memenuhi persyaratan
Bina Marga 2018 sebesar ≥ 2,5.
b. Penyerapan Agregat Terhadap Air
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui persentase berat air yang dapat
diserap pori atau rongga terhadap suatu material. Semakin besar nilai
persentase penyerapan semakin banyak aspal yang terserap oleh material
tersebut. Hasil pengujian penyerapan agregat halus Clereng terhadap air
sebesar 2,862%. Nilai tersebut memenuhi persyaratan Bina Marga 2018
sebesar ≤ 3%.
57

c. Sand Equivalent
Pengujian sand equivalent bertujuan untuk menentukan kadar lumpur,
debu, atau lempung yang terkandung pada agregat halus. Semakin tinggi
nilai sand equivalent, maka jumlah material lainnya akan semakin rendah
atau sedikit. Hasil pengujian sand equivalent agregat halus Clereng
sebesar 95,043%. Nilai tersebut memenuhi persyaratan Bina Marga 2018
sebesar >50%. Hal tersebut menunjukan bahwa agregat halus Clereng
tidak banyak memiliki kandungan lumpur atau lempung yang dapat
mengganggu kelekatan aspal terhadap agregat.
3. Filler
Hasil pengujian karakteristik agregat filler Abu Batu Clereng dapat dilihat
pada Tabel 5.3 sebagai berikut.
Tabel 5.3 Hasil Pengujian Filler Abu Batu Clereng

Nilai
No Jenis Pengujian Hasil Keterangan
Persyaratan
1 Berat Jenis > 2.5 2,553 Memenuhi

Berat Jenis adalah nilai perbandingan antara berat agregat halus dan berat
air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Hasil pengujian filler abu
batu Clereng sebesar 2,553. Hasil tersebut akan berpengaruh terhadap kadar
aspal optimum campuran aspal beton dan juga hasil pengujian karakteristik
marshall test.
5.1.2 Hasil Pengujian Karakteristik Aspal
Aspal yang digunakan dalam penelian ini adalah aspal Pertamina Pen 60/70
yang tersedia di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII, Yogyakarta dan aspal Starbit
E-60 yang diperoleh dari PT. Bintang Djaja, Cilacap. Pengujian aspal dilakukan di
Laboratorium Jalan Raya FTSP UII, Yogyakarta. Pengujian tersebut
menghasilkan data–data yang telah memenuhi persyaratan spesifikasi Bina Marga
2018 seperti yang tercantum dalam Tabel 5.4 dan Tabel 5.5. Hasil pengujian
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.
58

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Aspal Pen 60/70

Nilai
No Jenis Pengujian Hasil Keterangan
Persyaratan
1 Berat Jenis ≥ 1.0 1,038 Memenuhi
2 Penetrasi (0,1 mm) 60 -70 60,15 Memenuhi
3 Daktilitas (cm) ≥ 100 164 Memenuhi
4 Titik Nyala (°C) ≥ 232 327 Memenuhi
5 Titik Bakar (°C) ≥ 232 335 Memenuhi
6 Kelarutan TCE (%) ≥ 99 99,165 Memenuhi
7 Titik Lembek (°C) ≥ 48 48 Memenuhi

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Aspal Starbit E-60

Nilai
No Jenis Pengujian Hasil Keterangan
Persyaratan
1 Berat Jenis ≥ 1.0 1,067 Memenuhi
2 Penetrasi (0,1 mm) 54 54,4 Memenuhi
3 Daktilitas (cm) ≥ 100 164 Memenuhi
4 Titik Nyala (°C) ≥ 232 290 Memenuhi
5 Titik Bakar (°C) ≥ 232 314 Memenuhi
6 Kelarutan TCE (%) ≥ 99 99,032 Memenuhi
7 Titik Lembek (°C) ≥ 60 55 Tidak Memenuhi

Pembahasan untuk pengujian karakteristik aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60
yang digunakan sebagai bahan ikat pada campuran AC-BC dengan subsitusi batu
andesit Kasokandel adalah sebagai berikut.
1. Berat Jenis
Berat Jenis adalah nilai perbandingan antara berat agregat halus dan berat
air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu. Hasil pengujian aspal Pen
60/70 sebesar 1,038 dan starbit E-60 sebesar 1,067. Nilai tersebut memenuhi
persyaratan Bina Marga 2018 sebesar >1,00.
2. Penetrasi Aspal
Pengujian penetrasi bertujuan mengetahui tingkat kekerasan aspal padat
yang diuji dengan beban dan waktu pada suhu tertentu. Semakin rendah angka
penetrasi aspal maka sifat kohesi dalam bahan tersebut tinggi. Sebaliknya,
semakin tinggi angka penetrasi aspal, maka aspal memiliki nilai kohesi yang
59

tinggi. Hasil pengujian penetrasi aspal Pen 60/70 sebesar 60,15. sehingga telah
memenuhi persyaratan Bina Marga 2018 sebesar 60-70. Sedangkan pengujian
aspal Starbit E-60 sebesar 54,4 , sehingga telah memenuhi persayaratan
produk PT. Bintang Djaja sebesar 54. Nilai penetrasi dari kedua bahan ikat
tersebut menunjukkan adanya perbedaan, Aspal Starbit E-60 memiliki nilai
penetrasi lebih kecil dari pada aspal Pen 60/70, sehingga aspal starbit E-60
memiliki tingkat kekerasan lebih tinggi/kaku dari pada aspal pen 60/70.
3. Daktilitas Aspal
Pengujian daktilitas bertujuan untuk mengetahui sifat kohesi dalam aspal
dan mendapatkan nilai fleksibilitas campuran itu sendiri yaitu dengan
mengukur jarak terpanjang yang dapat ditarik antara dua cetakan yang berisi
aspal keras sebelum terjadi putus pada suhu dan kecepatan konstan. Aspal
dengan nilai daktilitas yang lebih besar akan mengikat butir-butir agregat lebih
baik dan peka terhadap perubahan temperatur. Hasil pengujian daktilitas aspal
Pen 60/70 dan starbit E-60 sebesar 164 cm. Nilai tersebut memenuhi
persyaratan Bina Marga 2018 sebesar > 100 cm.
4. Titik Nyala & Bakar Aspal
Pengujian titik nyala bertujuan untuk mengatahui suhu saat aspal mulai
terlihat nyala singkat. Sedangkan titik bakar bertujuan untuk mengetahui suhu
saat terjadi percikan api pada permukaan aspal. Hasil pengujian titik nyala aspal
Pen 60/70 sebesar 327°C dan aspal Starbit E-60 sebesar 290°C sedangkan hasil
titik bakar aspal Pen 60/70 sebesar 335°C dan aspal Starbit E-60 sebesar 314°C.
Nilai tersebut memenuhi persyaratan Bina Marga 2018 sebesar 232°C.
5. Kelarutan dalam Tetrachloro Ethylene (TCE)
Pengujian kelarutan dalam TCE bertujuan untuk mengetahui persentase
kemurnian aspal. Semakin besar persentase kelarutannya maka semakin kecil
kandungan mineral lainnya yang dapat mengganggu ikatan aspal dengan
agregat. Hasil pengujian Kelarutan dalam TCE aspal Pen 60/70 sebesar
99,165% dan aspal Starbit E-60 sebesar 99,032%. Nilai tersebut memenuhi
persyaratan Bina Marga 2018 sebesar ≥ 99%.
60

6. Titik Lembek
Pengujian titik lembek bertujuan untuk mengetahui temperatur saat aspal
mulai berubah bentuk menjadi lunak. Hasil pengujian aspal Pen 60/70 sebesar
48°C dan aspal Starbit E-60 sebesar 55°C. Nilai tersebut memenuhi
persyaratan Bina Marga 2018 sebesar ≥ 48°C untuk aspal pen 60/70
sedangkan aspal starbit tidak memenuhi persyaratan karena di bawah
spesifikasi produk PT. Bintang Djaja yaitu ≥ 60°C. Sehingga dapat dikatakan
bahwa aspal Pen 60/70 lebih peka terhadap perubahan suhu.
5.1.3 Hasil Pengujian Marshall Test Campuran AC–BC untuk menentukan Kadar
Aspal Optimum
Pengujian Marshall Test dilakukan di Laboratorium Jalan Raya FTSP UII,
Yogyakarta. Hasil pengujian karakteristik marshall dilihat dari beberapa nilai-
nilai yang didapat meliputi nilai stabilitas (stability), kelelehan (flow), VMA (Void
in Mineral Agregate), VFWA (Void Filled With Asphalt), VITM (Void in The Total
Mix), MQ (Marshall Quotient), dan Kepadatan (density). Kadar Aspal yang
digunakan untuk campuran AC-BC menggunakan kadar variasi aspal masing-
masing sebesar 5%, 5,5%, 6%, 6,5%, 7% pada masing–masing jenis aspal Pen
60/70 dan Starbit E-60 dari jenis campuran AC-BC. Hasil pengujian dapat dilihat
pada Tabel 5.6 sampai 5.11 kemudian hasil dari Tabel tersebut digambarkan
dalam grafik untuk menentukan kadar aspal optimum.
Pemilihan kadar aspal optimum pada campuran AC–BC ditentukan dengan
melihat kriteria parameter pada karakteristik Marshall Test, yaitu stabilitas > 800
kg untuk pen 60/70 dan > 1000 kg untuk starbit, flow dengan syarat 2 - 4 mm, MQ
sebesar > 250 kg/mm, VITM dengan persyaratan 3-5%, VFWA > 65%, nilai VMA
> 14%, dan untuk nilai density > 2 gr/cc. Dari hasil uji marshall didapat masing–
masing kriteria nilai parameter marshall test.
61

1. Stabilitas (Stability)
Kemampuan perkerasan untuk menahan beban sebelum terjadi deformasi
akibat beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap (deformasi
permanen) seperti gelombang, atau alur (rutting). Nilai stabilitas yang tinggi
menunjukkan bahwa perkerasan tersebut mampu menahan beban lalu lintas yang
besar. Pengaruh kadar aspal terhadap stabilitas cenderung naik seiring dengan
bertambahnya kadar aspal, hingga stabilitas mencapai batas maksimum
selanjutnya penambahan kadar aspal akan menyebabkan turunnya nilai stabilitas.
Nilai stabilitas menurun ketika aspal tersebut sudah sampai titik jenuh yang
artinya adhesi dari aspal tersebut sudah sampai titik puncak untuk mengikat
material – material penyusun, maka aspal akan lebih tebal sehingga mengurangi
stabilitas campuran, dan interlocking antara agregat menjadi berkurang. Aspal
yang berfungsi sebagai bahan ikat akan berubah fungsi menjadi pelicin seiring
dengan bertambahnya kadar aspal dalam campuran.
Stabilitas yang terlalu tinggi menyebabkan perkerasan lebih mampu
menahan beban lebih besar, sedangkan stabilitas yang rendah mengakibatkan
perkerasan cenderung mudah terjadi rutting. Berdasarkan hasil pengujian
diperoleh nilai stabilitas seperti pada Tabel 5.6 dan grafik pada Gambar 5.1 di
bawah ini.

Tabel 5.6 Nilai Stabilitas Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel

Stabilitas (Kg)
Kadar
Aspal
Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 1145,17 984,86 1291,42 1354,35 1172,24 1501,71
5.5 1172,60 1048,14 1403,13 1364,76 1351,31 1590,32
6 1119,94 1360,08 1363,17 1667,60 1377,38 1715,54
6.5 1019,17 1493,10 1068,26 1424,23 1498,61 1529,39
7 917,75 1321,79 893,00 1409,13 1281,48 1244,85
62

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

1700

1500
Stabilitas (kg)
1300

1100

900

700
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.1 Grafik Stabilitas dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%


dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

1500

Stabilitas (kg) 1300

1100

900

700
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.2 Grafik Stabilitas dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

1900
1700
Stabilitas (kg)

1500
1300
1100
900
700
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.3 Grafik Stabilitas dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
63

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.1 sampai 5.3 bahwa nilai stabilitas
pada campuran Starbit E-60 cenderung lebih tinggi dari campuran Pen 60/70.
Campuran yang menggunakan aspal starbit E-60 memiliki nilai Indeks
Penetrasi yang tinggi sehingga aspal tersebut cenderung lebih getas atau kaku
dari pada aspal Pen 60/70 yang memiliki nilai Index Penetrasi yang rendah
dan cenderung lebih peka terhadap temperatur sesuai dengan pengujian Indeks
Penetrasi. Nilai stabilitas campuran AC–BC menggunakan substitusi batu
Kasokandel memiliki nilai yang besar dibanding dengan menggunakan
substitusi batu Clereng sehingga cocok untuk digunakan pada perkerasan jalan
dengan lalu lintas berat.
2. Kelelehan (Flow)
Merupakan perubahan bentuk suatu campuran yang terjadi akibat suatu
beban sampai batas runtuh yang dinyatakan dalam satuan panjang (mm).
Campuran yang memiliki flow rendah dengan nilai stabilitas tinggi lapisan
perkerasan cenderung kaku sehingga mudah mengalami retak apabila
menerima beban yang melebihi daya dukungnya, sebaliknya jika nilai flow
tinggi dan nilai stabilitas rendah perkerasan yang dihasilkan cenderung
bersifat plastis dan mudah berubah bentuk bila menerima beban lalu lintas.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai flow seperti pada Tabel 5.7 dan
grafik pada Gambar 5.4 di bawah ini.

Tabel 5.7 Nilai Flow Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel

Flow (mm)
Kadar
Aspal Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 3,28 3,40 3,23 3,30 3,47 3,53
5.5 3,43 3,47 3,43 3,53 3,63 3,57
6 3,53 3,60 3,50 3,63 3,77 3,77
6.5 3,70 3,73 3,97 4,03 4,03 3,97
7 4,18 3,93 4,33 4,57 4,53 4,47
64

Pen 60/70 Batas Min Batas Max Starbit E60


5

Flow (mm) 4

1
5 5,5 6 6,5 7

Kadar Aspal (%)

Gambar 5.4 Grafik Flow dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Batas Max Starbit E60


5

4
Flow (mm)

1
5 5,5 6 6,5 7

Kadar Aspal (%)

Gambar 5.5 Grafik Flow dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Batas Max Starbit E60


5

4
Flow (mm)

1
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.6 Grafik Flow dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
65

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.4 sampai 5.6 bahwa nilai flow seiring
dengan bertambahnya kadar aspal cenderung meningkat. Nilai flow pada
campuran yang menggunakan aspal Starbit E-60 lebih tingi dibanding dengan
menggunakan aspal pen 60/70 karena aspal Starbit memiliki kandungan minyak
lebih tinggi, dibuktikan dengan pengujian titik nyala yang hasilnya lebih rendah
daripada pen 60/70. Campuran dengan bahan ikat yang mengandung minyak
lebih tinggi cenderung mempunyai nilai flow yang tinggi.
3. MQ (Marshall Quotient)
Nilai Marshall Quotient merupakan hasil perbandingan antara stabilitas
dengan nilai flow. Nilai Marshall quotient digunakan sebagai pendekatan nilai
fleksibilitas dari suatu lapis perkerasan. Stabilitas yang tinggi disertai nilai
flow yang rendah menyebabkan perkerasan menjadi kaku. Tetapi, stabilitas
yang rendah dan flow yang tinggi menunjukkan campuran lebih bersifat plastis
dan apabila menerima beban lalu lintas, maka perkerasan akan mengalami
perubahan bentuk (deformasi permanen).
Faktor–faktor yang mempengaruhi nilai Marshall Quotient adalah
stabilitas dan flow. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai MQ seperti
pada Tabel 5.8 dan grafik pada Gambar 5.7 di bawah ini.

Tabel 5.8 Nilai MQ Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel

MQ (Kg/mm)
Kadar
Aspal
Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 350,40 290,92 399,32 411,02 338,56 425,35
5.5 342,71 303,13 408,91 387,11 372,52 446,99
6 317,38 379,20 389,88 458,97 366,33 457,77
6.5 275,93 401,80 270,83 353,32 373,97 385,73
7 219,70 335,90 206,10 308,52 284,16 279,24
66

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

500
450
MQ (kg/mm)
400
350

300
250
200
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.7 Grafik MQ dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%


dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60


450

400
MQ (kg/mm)
350

300
250

200
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.8 Grafik MQ dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

500
450
MQ (kg/mm)

400
350
300
250
200
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.9 Grafik MQ dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%


dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
67

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.7 sampai 5.9 bahwa nilai Marshall
Quotient campuran akan naik hingga maksimum seiring bertambahnya kadar
aspal dan kemudian nilai Marshall Quotient akan mengalami penurunan. Nilai
tersebut dipengaruhi oleh nilai stabilitas dan flow dari hasil masing masing
variasi. Hasil Marshall Quotient yang menggunakan bahan ikat starbit E-60
lebih besar dari pada aspal Pen 60/70. Campuran yang menggunakan aspal
Starbit lebih kaku, hal itu dipengaruhi oleh titik lembek starbit yang lebih
tinggi dibanding Pen 60/70 sehingga tingkat kepekaan terhadap temperatur
kurang baik sesuai dengan hasil indeks penetrasi aspal.
4. VITM (Void in the Total Mix)
Nilai VITM adalah persentase banyaknya rongga dalam campuran terhadap
volume total campuran yang telah dipadatkan. Campuran beton aspal yang
memiliki nilai VITM < 3% akan dapat menimbulkan terjadinya bleeding.
Akibat tingginya temperatur, aspal dalam campuran akan mencair ketika
perkerasan menerima beban, aspal akan mengalir di antara rongga agregat.
Semakin kecil rongga udara maka campuran beraspal akan semakin kedap
terhadap air akan tetapi udara tidak dapat masuk kedalam lapisan sehingga
aspal menjadi mudah rapuh dan getas. Sebaliknya, Jika nilai VITM > 5 %
menunjukkan rongga yang terdapat didalam campuran besar, sehingga
campuran tidak rapat dan tidak kedap terhadap udara dan air.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai VITM seperti pada Tabel 5.9
dan grafik pada Gambar 5.10 di bawah ini.

Tabel 5.9 Nilai VITM Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel

VITM (%)
Kadar
Aspal Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 7,69 6,90 6,28 8,28 7,51 7,65
5.5 6,37 4,99 4,66 6,92 5,82 5,88
6 5,10 3,86 3,39 5,25 4,71 4,43
6.5 3,03 2,78 2,69 4,22 4,32 3,66
7 2,22 2,36 1,79 3,55 3,56 3,15
68

Pen 60/70 Batas Min Batas Maks Starbit E60


10

8
VITM (%)

0
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.10 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Batas Maks Starbit E60

6
VITM (%)

0
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.11 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Batas Maks Starbit E60

6
VITM (%)

0
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.12 Grafik VITM dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
69

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.10 sampai 5.12 dapat dilihat bahwa
seiring dengan penambahan kadar aspal, maka nilai VITM pada campuran AC-
BC dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 mengalami penurunan.
Hal ini disebabkan rongga udara yang terisi aspal semakin besar dan
memperkecil volume rongga udara, sehingga campuran semakin rapat.
Campuran yang menggunakan Starbit E-60 lebih tinggi dari pada Pen 60/70
karena aspal aspal Pen 60/70 lebih mudah terserap ke dalam pori. Secara
umum pada penambahan batu Kasokandel nilai VITM cenderung menurun,
sehingga material tersebut mempunyai durabilitas baik dan kedap terhadap
udara dan air.
5. VFWA (Void Filled With Asphalt)
VFWA adalah persentase nilai yang menunjukkan banyaknya rongga yang
berada di dalam suatu campuran yang terisi oleh aspal. Nilai VFWA yang
terlalu rendah akan menyebabkan campuran bersifat porous dan mudah
teroksidasi, menyebabkan ikatan antar agregat menurun dan campuran
menjadi rusak. Sebaliknya, Nilai VFWA yang besar menyebabkan campuran
menjadi lentur karena rongga campuran cukup terisi oleh aspal. Faktor-faktor
yang mempengarui nilai VFWA adalah gradasi agregat, kadar aspal, jumlah
dan temperatur pemadatan. Syarat yang harus dicapai pada nilai VFWA
menurut Bina Marga 2018 sebesar > 65%.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai VFWA seperti pada Tabel 5.10
dan grafik pada Gambar 5.13 di bawah ini.

Tabel 5.10 Nilai VFWA Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel

VFWA (%)
Kadar
Aspal
Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 58,56 61,44 63,87 55,98 58,65 58,25
5.5 65,37 71,07 72,57 62,77 67,07 66,91
6 72,18 77,68 79,98 71,04 73,42 74,70
6.5 82,73 84,01 84,48 76,86 76,48 79,51
7 87,58 86,92 89,86 80,93 80,96 82,91
70

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

100

VFWA (%) 90

80

70

60

50
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.13 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%


dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

90

80
VFWA (%)
70

60

50

40
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.14 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50% dengan
Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

100

90
VFWA (%)

80

70

60

50
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.15 Grafik VFWA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
71

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.13 sampai 5.15 dapat dilihat bahwa
seiring dengan penambahan kadar aspal, maka nilai VFWA semakin
meningkat. Campuran yang menggunakan aspal Pen 60/70 memiliki nilai
VFWA yang lebih tinggi dibandingkan dengan campuran yang menggunakan
aspal Starbit E-60 karena aspal pertamina lebih mudah terserap kedalam pori.
Campuran yang menggunakan batu Kasokandel cenderung lebih naik seiring
dengan bertambahnya substitusi agregat sehingga cocok digunakan sebagai
material perkerasan jalan.
6. VMA (Void in Mineral Agregate)
VMA yaitu rongga udara antar butir agregat aspal padat yang dinyatakan
dalam persentase. Nilai VMA akan naik berdasarkan naiknya kadar aspal, dan
semakin tinggi nilai VMA maka kekedapan campuran terhadap air dan udara
semakin tinggi, karena semakin banyak rongga dalam campuran yang terisi aspal.
Namun nilai VMA yang tinggi akan menyebabkan campuran akan mudah
mengalami bleeding, sebaliknya jika nilai VMA yang kecil mengakibatkan
terbatasnya aspal yang dapat menyelimuti agregat dan menghasilkan selimut
aspal yang tipis sehingga lapisan akan mudah retak. Nilai VMA dipengaruhi oleh
gradasi agregat, jumlah tumbukan, dan kadar aspal
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh grafik nilai VMA
pada berbagai kadar aspal seperti pada Tabel 5.11 dan grafik pada Gambar
5.16 di bawah ini.

Tabel 5.11 Nilai VMA Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel

VMA (%)
Kadar
Aspal
Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 18,54 17,88 17,37 18,81 18,12 18,33
5.5 18,39 17,23 16,99 18,59 18,22 17,76
6 18,29 17,28 16,91 18,12 18,64 17,50
6.5 17,54 17,38 17,35 18,22 18,35 17,84
7 17,87 18,04 17,61 18,64 18,69 18,40
72

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

19

VMA (%)
17

15

13
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.16 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%


dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

19

VMA (%) 17

15

13
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.17 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

19

17
VMA (%)

15

13
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.18 Grafik VMA dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
73

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.16 sampai 5.18 menunjukan bahwa


nilai VMA mengalami penurunan hinga mencapai batas maksimum kemudian
terjadi peningkatan terhadap nilai VMA seiring dengan bertambahnya kadar
aspal, hal tersebut terjadi karena aspal selain berfungsi sebagai bahan ikat juga
berfungsi sebagai bahan pelicin pada saat pemadatan sehingga dapat
membantu agregat menempati porsinya kemudian menjadi rapat hingga
mencapai kepadatan minimum, dan mengalami peningkatan seiring kenaikan
kadar aspal apabila sudah mencapai kepadatan yang jenuh/optimum.
7. Kepadatan (density)
Nilai kepadatan atau Density menunjukkan tingkat kerapatan suatu
campuran setelah dipadatkan. Semakin meningkatnya kadar aspal maka nilai
density akan semakin naik sehingga campuran tersebut semakin rapat dan
padat, karena semakin meningkatnya kadar aspal, maka semakin besar juga
jumlah aspal yang dapat mengisi rongga antar butir pada volume campuran.
Nilai density dapat dipengaruhi oleh faktor gradasi bahan, jumlah pemadatan,
temperatur pemadatan, dan penggunaan kadar aspal dalam campuran
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh grafik nilai Density
pada berbagai kadar aspal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5.12 dan grafik
pada Gambar 5.19 di bawah ini.

Tabel 5.12 Nilai Density Mencari KAO pada Substitusi Batu Kasokandel

Density (gr/cc)
Kadar
Aspal Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E60
(%)
0% 50% 100% 0% 50% 100%
5 2,25 2,28 2,30 2,25 2,27 2,28
5.5 2,27 2,31 2,33 2,26 2,30 2,30
6 2,28 2,32 2,34 2,29 2,31 2,32
6.5 2,32 2,33 2,34 2,30 2,30 2,33
7 2,32 2,32 2,35 2,30 2,31 2,32
74

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

2,40

2,30
Density (gr/cc)
2,20

2,10

2,00

1,90
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.19 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 0%


dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

2,4

Density (gr/cc) 2,3


2,2

2,1

1,9
5 5,5 6 6,5 7
Kadar Aspal (%)

Gambar 5.20 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 50%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

2,4

Density (gr/cc) 2,3

2,2

2,1

1,9
5 5,5 6 6,5 7

Kadar Aspal (%)

Gambar 5.21 Grafik Density dengan Kadar Aspal Pada Variasi 100%
dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E60
75

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.19 sampai 5.21 menunjukan bahwa


nilai density pada campuran AC–BC dengan substitusi variasi batu
Kasokandel menggunakan bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60
cenderung naik dan mempunyai nilai yang tidak jauh berbeda seiring dengan
penambahan kadar aspal. Hal ini disebabkan semakin meningkatnya kadar
aspal, jumlah aspal yang dapat mengisi rongga antar butir sama besarnya,
sehingga campuran menjadi padat.
5.1.4 Penentuan Kadar Aspal Optimum pada Campuran AC-BC
Dari hasil pengujian marshall yang dilakukan di Laboratorium Jalan Raya
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia. Nilai kadar aspal
optimum didapat dari masing–masing kriteria parameter Marshall Test dengan
spesifikasi yang disyaratkan oleh Bina Marga 2018, maka diperoleh batas
minimum dan batas maksimum sesuai yang disyaratkan. Berdasarkan perhitungan
secara grafik, nilai kadar aspal optimum dapat dilihat pada Tabel 5.13 sampai 5.18
dan grafik pada Gambar 5.22 sampai 5.27 berikut ini.

Tabel 5.13 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
0% Batu Clereng

Kadar Stabilitas Flow MQ VITM VFWA VMA Density


Aspal (%) (Kg) (mm) (Kg/mm) (%) (%) (%) (gr/cc)
5 1145,17 3,28 350,40 7,69 58,56 18,54 2,253
5,5 1172,60 3,43 342,71 6,37 65,37 18,39 2,269
6 1119,94 3,53 317,38 5,10 72,18 18,29 2,284
6,5 1019,17 3,70 275,93 3,03 82,73 17,54 2,317
7 917,75 4,18 219,70 2,22 87,58 17,87 2,321
Spesifikasi > 800 2-4 > 250 3-5 > 65 > 14 >2

Berdasarkan Tabel 5.13 di dapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.22
76

KAO = 6.375
65

55

45

35

25

15

5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO

Gambar 5.22 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 0%

Pada grafik dalam Gambar 5.22 menunjukan kadar aspal optimum


menggunakan campuran aspal Pen 60/70 dengan substitusi Batu Clereng 100 % ;
Batu Kasokandel 0% di dapat nilai KAO sebesar 6,375%

Tabel 5.14 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60


Substitusi 0% Batu Kasokandel

Kadar Stabilitas Flow MQ VITM VFWA VMA Density


Aspal (%) (Kg) (mm) (Kg/mm) (%) (%) (%) (gr/cc)
5 1354,35 3,30 411,02 8,28 55,98 18,81 2,246
5,5 1364,76 3,53 387,11 6,92 62,77 18,59 2,264
6 1667,60 3,63 458,97 5,25 71,04 18,12 2,289
6,5 1424,23 4,03 353,32 4,22 76,86 18,22 2,298
7 1409,13 4,57 308,52 3,55 80,93 18,64 2,299
Spesifikasi > 1000 2-4 > 250 3-5 > 65 > 14 >2

Berdasarkan Tabel 5.14 di dapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Starbit E-60 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.23
77

65 KAO = 6.35

55

45

35

25

15

5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO

Gambar 5.23 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 0%

Pada grafik dalam Gambar 5.23 menunjukan kadar aspal optimum


menggunakan campuran aspal Starbit E-60 dengan substitusi Batu Clereng 100
% ; Batu Kasokandel 0% di dapat nilai KAO sebesar 6,35%

Tabel 5.15 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
50% Batu Clereng

Kadar Stabilitas Flow MQ VITM VFWA VMA Density


Aspal (%) (Kg) (mm) (Kg/mm) (%) (%) (%) (gr/cc)

5 984,86 3,40 290,92 6,90 61,44 17,88 2,280


5,5 1048,14 3,47 303,13 4,99 71,07 17,23 2,311
6 1360,08 3,60 379,20 3,86 77,68 17,28 2,322
6,5 1493,10 3,73 401,80 2,78 84,01 17,38 2,331
7 1321,79 3,93 335,90 2,36 86,92 18,04 2,325
Spesifikasi > 800 2-4 > 250 3-5 > 65 > 14 >2

Berdasarkan Tabel 5.15 di dapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.24
78

KAO = 6.0
65

55

45

35

25

15

5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO

Gambar 5.24 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 50%

Pada grafik dalam Gambar 5.24 menunjukan kadar aspal optimum


menggunakan campuran aspal Pen 60/70 dengan substitusi Batu Clereng 50 % ;
Batu Kasokandel 50% di dapat nilai KAO sebesar 6,0%

Tabel 5.16 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60


Substitusi 50% Batu Kasokandel

Kadar Stabilitas Flow MQ VITM VFWA VMA Density


Aspal (%) (Kg) (mm) (Kg/mm) (%) (%) (%) (gr/cc)
5 1172,24 3,47 338,56 7,51 58,65 18,12 2,272
5,5 1351,31 3,63 372,52 5,82 67,07 18,22 2,298
6 1377,38 3,77 366,33 4,71 73,42 18,64 2,310
6,5 1498,61 4,03 373,97 4,32 76,48 18,35 2,304
7 1281,48 4,53 284,16 3,56 80,96 18,69 2,306
Spesifikasi > 1000 2-4 > 250 3-5 > 65 > 14 >2

Berdasarkan Tabel 5.16 di dapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Starbit E-60 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.25
79

KAO = 6.2
65

55

45

35

25

15

5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO

Gambar 5.25 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 50%

Pada grafik dalam Gambar 5.25 menunjukan kadar aspal optimum


menggunakan campuran aspal Starbit E-60 dengan substitusi Batu Clereng 50 % ;
Batu Kasokandel 50% didapat nilai KAO sebesar 6,2%

Tabel 5.17 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Pen 60/70 Substitusi
100% Batu Clereng

Kadar Stabilitas Flow MQ VITM VFWA VMA Density


Aspal (%) (Kg) (mm) (Kg/mm) (%) (%) (%) (gr/cc)
5 1291,42 3,23 399,32 6,28 63,87 17,37 2,304
5,5 1403,13 3,43 408,91 4,66 72,57 16,99 2,327
6 1363,17 3,50 389,88 3,39 79,98 16,91 2,341
6,5 1068,26 3,97 270,83 2,69 84,48 17,35 2,341
7 893,00 4,33 206,10 1,79 89,86 17,61 2,346
Spesifikasi > 800 2-4 > 250 3-5 > 65 > 14 >2

Berdasarkan Tabel 5.17 didapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.26
80

KAO = 5.89
65

55

45

35

25

15

5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO

Gambar 5.26 Kadar Aspal Optimum Aspal Pen 60/70 Substitusi 100%

Pada grafik dalam Gambar 5.26 menunjukan kadar aspal optimum


menggunakan campuran aspal pen 60/70 dengan substitusi Batu Clereng 0 % ;
Batu Kasokandel 100% didapat nilai KAO sebesar 5,89%

Tabel 5.18 Hasil Pengujian Marshall Test Aspal Starbit E-60 Substitusi 100%
Batu Kasokandel

Kadar Stabilitas Flow MQ VITM VFWA VMA Density


Aspal (%) (Kg) (mm) (Kg/mm) (%) (%) (%) (gr/cc)
5 1501,71 3,53 425,35 7,65 58,25 18,33 2,277
5,5 1590,32 3,57 446,99 5,88 66,91 17,76 2,305
6 1715,54 3,77 457,77 4,43 74,70 17,50 2,324
6,5 1529,39 3,97 385,73 3,66 79,51 17,84 2,327
7 1244,85 4,47 279,24 3,15 82,91 18,40 2,324
Spesifikasi > 1000 2-4 > 250 3-5 > 65 > 14 >2

Berdasarkan Tabel 5.18 didapat hasil kadar aspal optimum dari hasil
Marshall Test dengan bahan ikat aspal Starbit E-60 yang dapat dilihat pada grafik
dalam Gambar 5.27
81

KAO = 6.17
65

55

45

35

25

15

5
4,5 5 5,5 6 6,5 7 7,5
Kadar Aspal
Stabilitas Flow M/Q
VMA VITM VFWA
min max KAO

Gambar 5.27 Kadar Aspal Optimum Aspal Starbit E-60 Substitusi 100%

Pada grafik dalam Gambar 5.27 menunjukan kadar aspal optimum


menggunakan campuran aspal starbit E-60 dengan substitusi Batu Clereng 0 % ;
Batu Kasokandel 100% didapat nilai KAO sebesar 6,17%

Tabel hasil rekapitulasi kadar aspal optimum pada setiap jenis variasi agregat
substitusi 0%, 50%, 100% yang telah dilakukan pada Tabel 5.19 berikut ini.

Tabel 5.19 Rekapitulasi Pengujian Mencari Kadar Aspal Optimum


Kadar Kadar Kadar
Aspal Aspal Aspal
Jenis Aspal Variasi Substitusi Batuan
Minimum Maksimum Optimum
(%) (%) (%)
100% Clereng ; 0% Kasokandel 6,1 6,65 6,375
Pen 60/70 50% Clereng ; 50% Kasokandel 5,55 6,45 6
0% Clereng ; 100% Kasokandel 5,43 6,35 5,89
100% Clereng ; 0% Kasokandel 6,2 6,5 6,35
Starbit E-60 50% Clereng ; 50% Kasokandel 5,9 6,5 6,2
0% Clereng ; 100% Kasokandel 5,83 6,51 6,17
82

Berdasarkan Tabel 5.19 diatas, dapat dilihat bahwa semakin besar substitusi
agregat batuan Kasokandel dengan masing–masing variasi 0%, 50%, 100% dalam
campuran AC–BC menggunakan bahan ikat Pen 60/70 dan Starbit E-60
didapatkan kadar aspal optimum (KAO) semakin menurun.
kadar aspal optimum pada campuran AC–BC antara substitusi batu Clereng
dan batu Kasokandel menggunakan bahan ikat aspal Starbit E-60 lebih tinggi.
Aspal Starbit E-60 mempunyai nilai kohesif yang lebih besar dan bersifat
getas/kaku. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Indeks Penetrasi aspal, bahan ikat
aspal Pen 60/70 mempunyai nilai IP sebesar -1,287 sehingga cenderung peka
terhadap temperatur dan bahan ikat aspal Starbit E-60 mempunyai nilai IP sebesar
0,1839 dan aspal tersebut kurang peka terhadap perubahan temperatur. Penelitian
ini sejalan dengan nugroho arief (2018) yang mengatakan aspal Starbit E-55
memiliki viskositas yang tinggi dari pada aspal Pen 60/70, sehingga dapat
mengurangi terjadinya pengaliran aspal (drain down)
5.1.5 Hasil Pengujian Campuran AC–BC Pada Kadar Aspal Optimum (KAO)
Adapun hasil pengujian pada kadar aspal optimum (KAO) meliputi empat
pengujian, yaitu: Pengujian Marshall Test, pengujian Indirect Tensile Strength
(ITS), pengujian Immersion (IRS), dan pengujian Cantabro Loss hasil dari
pengujian tersebut lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut ini. Hasil
penelitian campuran AC-BC dengan substitusi batu Kasokandel bahan ikat aspal
Pen 60/70 dan Starbit E-60 mendapatkan nilai yang berbeda pada tiap masing-
masing pengujian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada pembahasan berikut ini.
1. Hasil Pengujian dan Pembahasan Marshall Test Standar Pada KAO Aspal Pen
60/70 dan Starbit E-60
a. Analisis Substitusi Variasi Batuan terhadap Stabilitas
Menurut Sukirman (2003), Nilai Stabilitas campuran beton aspal dibentuk
dari gesekan internal antar butiran agregat yang saling mengunci dengan
bahan ikat aspal. Selain itu, kohesi atau gaya ikat aspal yang berasal dari
daya lekatnya sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar butir
agregat.
83

Berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium diperoleh nilai grafik


hubungan antara variasi batuan dan nilai stabilitas pada campuran AC–BC
aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dapat dilihat pada Tabel 5.20 dan grafik
dalam Gambar 5.28 di bawah ini.

Tabel 5.20 Hasil Stabilitas Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan
Variasi Batu Kasokandel pada KAO

Batu Stabilitas (kg)


Kasokandel
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 1175,19 1317,55
50 1300,15 1447,75
100 1367,33 1540,30

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60

1600

1400
Stabilitas (kg)
1200
1000

800

600
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.28 Grafik Stabilitas pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel
0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.28 nilai stabilitas yang menggunakan


campuran AC–BC mengalami kenaikan baik yang menggunakan aspal Pen
60/70 maupun Starbit E-60 terhadap substitusi variasi batuan Kasokandel
pada kondisi KAO, sehingga kemampuan campuran menahan beban
cenderung baik. Hal ini disebabkan karena agregat batu Kasokandel
cenderung mempunyai bentuk kubikal berbeda dengan agregat batu
Clereng yang mempunyai bentuk beragam, sehingga nilai stabilitas
cenderung lebih besar.
84

Penggunanaan campuran AC–BC aspal Starbit E-60 memiliki nilai stabilitas


yang lebih tinggi dibandingkan aspal Pen 60/70 disebabkan karena aspal
Starbit E-60 mempunyai nilai Indeks Penetrasi yang lebih besar dari pada
aspal Pen 60/70. Sifat aspal Starbit E-60 yang lebih kaku membuat daya lekat
terhadap agregat lebih tinggi dan memberikan nilai stabilitas yang baik dari
pada aspal Pen 60/70. Penelitian ini sejalan dengan nugroho (2018) yang
menyatakan campuran Starbit E-55 mempunyai sifat yang lebih kaku dan
kurang peka terhadap temperatur, sehingga dapat memberikan stabilitas yang
lebih baik dari pada aspal Pen 60/70.
b. Analisis Substitusi Variasi Batuan terhadap Kelelehan (flow)
Flow merupakan keadaan perubahan bentuk suatu campuran yang terjadi
akibat pembebanan sampai batas maksimum yang dinyatakan dalam satuan
panjang (mm). Kelelehan suatu campuran menunjukkan suatu keadaan tingkat
kelenturan atau kegetasan suatu campuran beton aspal. Semakin tinggi nilai
flow menunjukkan campuran tersebut cenderung bersifat plastis, tetapi apabila
mendapatkan nilai yang rendah campuran tersebut bersifat kaku/getas.
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh nilai grafik hubungan
antara variasi batuan dan flow pada campuran AC–BC aspal Pen 60/70 dan
Starbit E-60 dengan varaisi batu Kasokandel dapat dilihat pada Tabel 5.21
dan grafik dalam Gambar 5.29 di bawah ini.

Tabel 5.21 Hasil Flow Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO

Batu Flow (mm)


Kasokandel
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 3,77 3,80
50 3,67 3,73
100 3,53 3,67
85

Pen 60/70 Batas Min Batas Maks Starbit E60


5

4
Flow (mm)
3

1
0 50 100

% Batu Kasokandel

Gambar 5.29 Grafik Flow pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel
0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.29 nilai flow yang menggunakan


campuran AC–BC mengalami penurunan antara aspal Pen 60/70 dan
Starbit E-60 terhadap substitusi variasi batuan Kasokandel pada kondisi
KAO. Hal tersebut disebabkan karena tekstur permukaan dari agregat batu
Kasokandel memiliki permukaan yang kasar sehingga interlocking antara
agregat dan aspal material batu Kasokandel lebih baik dan campuran akan
bersifat kaku/getas sehingga mengakibatkan terjadinya retak/cracking bila
menerima beban kendaraan yang melebihi batas daya dukungnya.
Penggunaan Aspal starbit E-60 dalam grafik pada gambar tersebut
mempunyai nilai flow yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan
aspal Pen 60/70. Hal ini disebabkan aspal Starbit E-60 memiliki
kandungan minyak (oil) yang lebih besar, hal ini dibuktikan dengan nilai
titik nyala yang lebih kecil dibanding Pen 60/70.
c. MQ (Marshall Quotient)
Nilai MQ merupakan hasil perbandingan antara nilai stabilitas dengan nilai
flow pada campuran beton aspal. Nilai MQ pada perencanaan perkerasan
dengan metode marshall test digunakan sebagai pendekatan nilai
fleksibiltas perkerasan. Hasil perhitungan MQ pada campuran AC-BC
aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dapat dilihat pada Tabel 5.22 dan grafik
dalam Gambar 5.30 di bawah ini.
86

Tabel 5.22 Hasil MQ Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO

Batu MQ (kg/mm)
Kasokandel
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 312,05 347,62
50 355,34 388,27
100 387,86 422,00

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60


450

400
MQ (kg/mm)
350

300

250

200
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.30 Grafik MQ pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel


0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.30 nilai MQ yang menggunakan


campuran AC – BC cenderung naik antara aspal Pen 60/70 dan Starbit E-
60 terhadap substitusi variasi batuan pada kondisi KAO sehingga
campuran tersebut bersifat kaku/getas hal tersebut karena nilai stabilitas
yang semakin naik tetapi nilai flow yang semakin menurun sehingga angka
pembagi pada rasio semakin kecil. Penelitian ini sejalan dengan Januratmi
(2017) yang menyatakan Nilai MQ dapat naik jika nilai stabilitas tinggi
dan memiliki flow yang rendah sehingga dapat menghasilkan perkerasan
yang lebih kaku dan tidak mudah berubah bentuk jika diberi beban.
Campuran aspal starbit E-60 pada grafik dalam gambar diatas terlihat lebih
tinggi dari pada campuran aspal pen 60/70 karena sifat aspal starbit
cenderung lebih kaku dibandingkan aspal pertamina sehingga lebih mudah
87

terjadi retak. Hal ini didukung dengan angka Indeks Penetrasi aspal Starbit
E-60 yang lebih besar dari Pen 60/70, angka penetrasi yang semakin kecil
menunjukkan aspal atau campuran tersebut peka terhadap temperatur dan
cenderung mempunyai viskositas yang rendah. Penelitian ini sesuai
dengan Nugroho (2018) yang menyatakan campuran dengan bahan ikat
aspal Starbit E-55 cenderung lebih kaku, sehingga lebih mudah terjadi
cracking, sedangkan aspal Pen 60/70 cenderung lebih plastis sehingga
lebih mudah terjadi rutting.
d. VITM (Void In The Mix)
VITM adalah rongga atau void yang tersisa setelah campuran beton aspal
dipadatkan. Void tersebut berguna sebagai tempat bergesernya butiran
material agregat akibat beban lalu lintas yang berulang atau tempat jika
aspal melunak akibat perubahan temperatur. Persentase rongga yang
disyaratkan Bina Marga 2018 untuk campuran beton aspal adalah 3-5%.
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh hasil hubungan
antara substitusi agregat batu Kasokandel dengan nilai VITM pada
campuran AC-BC aspal pen 60/70 dan Starbit E-60 dapat dilihat pada
Tabel 5.23 dan grafik pada Gambar 5.31 di bawah ini.

Tabel 5.23 Hasil VITM Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi Batu
Kasokandel pada KAO

Batu VITM (%)


Kasokandel
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 3,94 4,26
50 4,04 4,30
100 4,17 4,31
88

Pen 60/70 Batas Min Batas Maks Starbit E60


6

4
VITM (%)

1
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.31 Grafik VITM pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel 0%,
50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.31 nilai VITM yang menggunakan


campuran AC–BC cenderung naik antara aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60
terhadap substitusi variasi batuan pada kondisi KAO hal tersebut
disebabkan oleh agregat batu Kasokandel memiliki bentuk yang kubikal
sehingga saat proses pemadatan, penempatan agregat ada yang tidak sesuai
dengan tempatnya dan membuat void menjadi besar, berbeda dengan
agregat batu Clereng yang memiliki bentuk yang beragam sehingga proses
pemadatan, agregat dapat mengisi ruang apabila ada rongga yang ada pada
campuran tersebut sehingga void/rongga cenderung lebih kecil.
Campuran aspal starbit E-60 pada grafik dalam Gambar 5.31 diatas
cenderung lebih besar nilai VITM-nya, Hal tersebut karena angka Indeks
Penetrasi aspal starbit E-60 yang lebih besar dari Pen 60/70, Angka
penetrasi yang semakin besar menunjukkan aspal atau campuran tersebut
kurang peka terhadap temperatur dan bersifat getas. Besarnya nilai rongga
dalam campuran menunjukkan durability pada suatu campuran, apabila
rongga pada campuran tersebut mempunyai rongga yang besar
mengakibatkan oksidasi/penuaan sehingga terjadi pelemahan antara
agregat dengan bahan ikat aspal.
89

e. VFWA (Void Filled With Asphalt)


VFWA adalah rongga campuran yang terisi aspal atau biasa disebut dengan
selimut aspal. Semakin tinggi nilai VFWA maka selimut aspal semakin tebal
sehingga campuran semakin kedap air dan udara mengakibatkan campuran
lebih awet dan lentur. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh
hasil hubungan antara substitusi agregat batu Kasokandel dengan nilai VFWA
pada campuran AC-BC aspal pen 60/70 dan Starbit E-60 dapat dilihat pada
Tabel 5.24 dan grafik pada Gambar 5.32 di bawah ini.

Tabel 5.24 Hasil VFWA Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO

Batu VFWA (%)


Kasokandel
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 78,20 76,28
50 76,82 75,77
100 76,0 75,69

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60


80

75
VFWA (%)

70

65

60
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.32 Grafik VFWA pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel 0%,
50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60
90

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.32 nilai VFWA yang menggunakan


campuran AC–BC cenderung menurun antara aspal Pen 60/70 dan Starbit
E-60 terhadap substitusi variasi batuan pada kondisi KAO. Dalam grafik
pada Gambar 5.32 dapat dilihat bahwa nilai VFWA pada campuran AC-BC
semakin turun seiring dengan bertambahnya substitusi variasi batuan, dan
berbanding terbalik dengan nilai VITM semakin naik. Hal tersebut
disebabkan karena bentuk agregat batu Kasokandel cenderung mempunyai
bentuk kubikal sehingga aspal sulit untuk mengisi rongga dalam
campuran. Campuran AC-BC menggunakan aspal Pen 60/70 mempunyai
nilai VFWA lebih besar dibandingkan dengan aspal Starbit E-60. Hal
tersebut disebabkan karena aspal Pertamina lebih lunak dan peka terhadap
temperatur dibandingkan dengan aspal Starbit, sehingga aspal Pertamina
Pen 60/70 lebih bisa masuk ke rongga dan mengisi void pada campuran
dan sesuai dengan perhitungan nilai Indeks Penetrasi, nilai IP aspal Starbit
E-60 lebih tinggi dari pada aspal Pen 60/70. Semakin tinggi nilai IP
menunjukkan aspal tersebut kurang peka terhadap perubahan temperatur.
f. VMA (Void Mineral Aggregate)
VMA adalah persentase banyaknya pori antar butiran agregat dalam
campuran, atau persentase rongga yang dapat ditempati aspal dan udara.
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh nilai grafik
hubungan antara variasi batuan dan VMA pada campuran AC-BC aspal
Pen 60/70 dan Starbit E-60 dapat dilihat pada Tabel 5.25 dan grafik dalam
Gambar 5.33 di bawah ini.

Tabel 5.25 Hasil VMA Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO

Batu VMA (%)


Kasokandel
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 18,06 17,96
50 17,43 17,75
100 17,36 17,74
91

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60


19

18

17
VMA (%)

16

15

14

13
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.33 Grafik VMA pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel 0%,
50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.33 nilai VMA pada campuran AC-BC
variasi batuan Kasokandel dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-
60 cenderung menurun hal tersebut disebabkan batu Kasokandel memiliki
berat jenis yang lebih besar dibanding batu Clereng sehingga material agregat
Kasokandel memiliki sedikit rongga dan campuran tersebut dan rentan terjadi
bleeding apabila tidak ada rongga yang cukup didalamnya. Penelitian ini
sejalan dengan Januratmi (2017) yang menyatakan berat jenis agregat yang
kecil berpeluang menimbulkan banyak rongga antar agregat pada campuran
yang telah dipadatkan, Perkerasan dengan banyak rongga akan membutuhkan
lebih banyak aspal dan tidak ekonomis.
Nilai VMA pada campuran aspal Starbit E-60 cenderung lebih tinggi
sedikit dibandingkan campuran menggunakan aspal Pen 60/70, karena
pada campuran starbit mempunyai ikatan adhesi lebih baik dibanding aspal
pertamina. Penelitian ini sejalan dengan Nugroho (2018) campuran yang
menggunakan bahan ikat starbit E-55 memiliki gaya adhesi yang baik
terhadap agregat dibanding Pen 60/70
g. Kepadatan (density)
Density merupakan tingkat kerapatan suatu campuran setelah dipadatkan.
Suatu campuran dengan nilai density yang tinggi akan mampu menahan beban
yang lebih besar dibandingkan dengan campuran yang memiliki nilai
92

density yang lebih rendah. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium


diperoleh hasil hubungan antara substitusi variasi batuan dengan nilai
density pada campuran AC-BC aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 yang
ditunjukkan pada Tabel 5.26 dan grafik dalam Gambar 5.34 berikut ini.

Tabel 5.26 Hasil Density Aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan Variasi
Batu Kasokandel pada KAO

Batu Density (%)


Kasokandel
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 2,300 2,302
50 2,317 2,313
100 2,326 2,322

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60


5

4
Density (gr/cc)

1
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.34 Grafik Density pada Kondisi KAO untuk Batu Kasokandel
0%, 50% dan 100% dengan Bahan Ikat Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.34 nilai density campuran AC-BC


dalam substitusi variasi batuan Kasokandel dengan bahan ikat aspal Pen
60/70 dan Starbit E-60 cenderung mengalami kenaikan disebabkan karena
berat jenis Kasokandel yang besar dibandingkan dengan berat jenis
Clereng yang lebih kecil sehingga berat agregat batu Kasokandel pada
volume yang sama memiliki berat yang lebih besar, akibatnya tingkat
kekuatan dan kepadatan campuran Kasokandel lebih tinggi.
93

Dengan kerapatan yang tinggi membuat campuran perkerasan dapat


menahan beban untuk tidak terjadi perubahan bentuk deformasi. Penelitian
ini sejalan dengan Januratmi (2017) yang menyatakan berat jenis yang
lebih kecil mengakibatkan volume pada agregat lebih besar akibatnya
tingkat kerapatan campuran menjadih lebih rendah.

Pada pengujian karakteristik Marshall Test dengan variasi batu Kasokandel


bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 didapat hasil dari masing-masing
sampel sesuai dengan spesifikasi Bina Marga 2018. Berikut ini hasil nilai dari
marshall Test yang disajikan pada Tabel 5.27 dan 5.28 di bawah ini.

Tabel 5.27 Hasil Marshall Test Aspal Pen 60/70 dengan Variasi Batu
Kasokandel pada KAO

Aspal Pen 60/70


Variasi
Substitusi
Stabilitas Flow MQ VITM VFWA VMA Density
Batuan (%) (kg) (mm) (kg/mm) (%) (%) (%) (gr/cc)
0 1175,19 3,77 312,05 3,94 78,20 18,06 2,30
50 1300,15 3,67 355,34 4,04 76,82 17,43 2,317
100 1367,33 3,53 387,86 4,17 76,0 17,36 2,326

Tabel 5.28 Hasil Marshall Test Aspal Starbit E-60 dengan Variasi Batu
Kasokandel pada KAO

Aspal Starbit E-60


Variasi
Substitusi
Stabilitas Flow MQ VITM VFWA VMA Density
Batuan (%)
(kg) (mm) (kg/mm) (%) (%) (%) (gr/cc)
0 1317,55 3,80 347,62 4,26 76,28 17,96 2,302
50 1447,75 3,73 388,27 4,30 75,77 17,75 2,313
100 1540,30 3,67 422,00 4,31 75,69 17,74 2,322
94

2. Hasil Pengujian dan Pembahasan Immersion Test pada KAO Aspal Pen 60/70
dan Starbit E-60
Immersion Test Bertujuan untuk mengetahui durabilitas suatu campuran.
Durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima beban lalu lintas seperti
berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan,
serta menahan suhu akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara, air, atau
perubahan temperatur (Sukirman,2003). Metode immersion test yaitu
membandingkan nilai stabilitas benda uji yang telah direndam dalam
waterbath dengan suhu konstan yaitu 60º C selama 0,5 jam dan 24 jam.
Berdasarkan pengujian immersion test dari campuran Asphalt Concrete–
Binder course (AC-BC) dengan bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60
pada substitusi variasi batuan. Nilai–nilai hasil pengujian dapat dilihat pada
Tabel 5.29 dan Tabel 5.30 di bawah ini.

Tabel 5.29 Hasil Pengujian Immersion Test Pada Kondisi KAO Dengan
Substitusi Variasi Batuan aspal Pen 60/70
Index of Retained Strength aspal Pen 60/70
0,5 jam 24 jam IRS (%)
Susbstitusi
Variasi Stabilitas Stabilitas
Nilai Keterangan
Batuan (%) (kg) (kg)
0 1175,19 1067,13 90,80 Memenuhi
50 1300,15 1185,86 91,21 Memenuhi
100 1367,33 1257,30 91,95 Memenuhi
Spesifikasi < 800 < 90

Tabel 5.30 Hasil Pengujian Immersion Test Pada Kondisi KAO Dengan
Substitusi Variasi Batuan Starbit E-60
Index of Retained Strength aspal Starbit E-60
Susbstitusi 0,5 jam 24 jam IRS (%)
Variasi Stabilitas Stabilitas
Nilai Keterangan
Batuan (%) (kg) (kg)
0 1317,55 1206,03 91,54 Memenuhi
50 1447,75 1332,43 92,03 Memenuhi
100 1540,30 1430,60 92,88 Memenuhi
Spesifikasi < 1000 < 90
95

a. Analisis Pengaruh Substitusi Batuan terhadap Nilai Stabilitas Rendaman


0,5 jam dengan Rendaman 24 jam
Stabilitas rendaman dimaksudkan untuk mengetahui perubahan
karakteristik pada campuran akibat perubahan cuaca, suhu, dan air. Nilai
stabilitas rendaman di dalam waterbath dengan suhu 60º C selama 0,5 jam
dan 24 jam. Berdasarkan hasil pengujian di Laboratorium diperoleh nilai
grafik hubungan antara lama perendaman dan nilai stabilitas dapat dilihat
pada grafik pada Gambar 5.35 dan 5.36 di bawah ini.

Marshall 0,5 jam MIN Marshall 24 jam


1800
Stabilitas Rendaman
(kg) 1600
1400
1200
1000

800
600
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.35 Grafik Hubungan Nilai Stabilitas Marshall 24 jam pada


Aspal Pen 60/70

Marshall 0,5 jam MIN Marshall 24 jam


1800
Stabilitas Rendaman (kg)
1600
1400

1200
1000
800
600
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.36 Grafik Hubungan Nilai Stabilitas Marshall 24 jam pada


Aspal Starbit E-60
96

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.35 dan 5.36 dapat dilihat bahwa nilai
stabilitas rendaman campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan Starbit E-
60 cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya subtitusi variasi
batuan andesit Kasokandel hal tersebut disebabkan material batu tersebut
memiliki nilai ketahanan yang lebih kuat dari pada material batu Clereng
sehingga pada saat dilakukan uji perendaman dengan suhu yang konstan
60ºC selama 0,5 jam dan 24 jam pengaruh rendaman air tidak
mempengaruhi nilai stabilitas batu andesit Kasokandel.
Nilai stabilitas pada rendaman waterbath 24 jam dengan suhu yang konstan
60ºC lebih rendah dibandingkan dengan rendaman 30 menit. Hal tersebut
disebabkan pada saat proses perendaman, air masuk kedalam pori-pori
campuran sehingga melemahkan ikatan adhesi antara aspal dan agregat.
Nilai stabilitas pada campuran AC-BC menggunakan bahan ikat aspal
Starbit E-60 lebih tinggi dari pada campuran yang menggunakan aspal Pen
60/70. Sifat rheologis aspal starbit E-60 yang lebih kental dan kaku
menyebabkan campuran AC-BC menjadi kurang peka terhadap perubahan
temperatur. Hal inilah yang membuat campuran AC-BC dengan
menggunakan aspal starbit E-60 memiliki ketahanan yang lebih baik
dalam menahan beban dibandingkan dengan campuran beraspal pen 60/70.
Penelitian ini sesuai dengan Nugroho (2018) yang menyatakan nilai
stabilitas yang menggunakan Starbit E-55 lebih tinggi pada pengujian
rendaman. Sifat aspal yang lebih kaku dan menyebabkan campuran
campuran menjadi kurang peka terhadap perubahan temperatur. Hal ini
yangn membuat campuran Starbit E-55 memiliki ketahanan yang baik
dalam menahan air rendaman, suhu, dan cuaca.
b. Analisis Pengaruh Substitusi Batuan terhadap Nilai Index of Retained
Strength (IRS)
Index of retained strength diperoleh dari proses perendaman di dalam
waterbath, untuk mengetahui kekuatan (strength) dan durabilitas
(durability) yang dimiliki campuran setelah proses perendaman.
97

Perendaman dalam penelitian ini yaitu perendaman di dalam waterbath


selama 0,5 jam dan 24 jam pada suhu konstan 60°C. Kriteria minimum
untuk nilai Index of retained strength adalah 90% (Bina Marga 2018).
Apabila suatu campuran yang memiliki nilai index of retained strength
> 90% campuran tersebut tahan terhadap kerusakan oleh air pada suhu yang
konstan 60°C. Nilai Index of retained strength di hitung dengan
membandingkan nilai stabilitas setelah direndam 24 jam (S2) dengan nilai
stabilitas setelah direndam 0,5 jam (S1). Berdasarkan hasil pengujian di
laboratorium diperoleh nilai grafik hubungan nilai index of retained strength
dapat dilihat dari grafik pada Gambar 5.37 di bawah ini.

Pen 60/70 Batas Min Starbit E60


Index Of Retained
Strength (%) 100

90

80

70
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.37 Grafik Nilai Index of Retained Strength pada aspal Pen 60/70
dan Aspal Starbit E-60

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.37 dapat dilihat bahwa nilai index of
retained strength campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan starbit E-60
cenderung meningkat seiring bertambahnya substitusi batu andesit
Kasokandel sehingga penambahan variasi batuan memiliki ketahanan yang
baik terhadap air, suhu, dan cuaca karena memiliki nilai IRS sesuai syarat
spesifikasi Bina Marga 2018 sebesar ≥ 90%.
98

Penggunaan campuran yang memakai bahan aspal Starbit E-60 memiliki


nilai IRS yang lebih tinggi dari pada aspal Pen 60/70 hal tersebut
disebabkan penggunaan aspal Pen 60/70 lebih peka terhadap perubahan
suhu sehingga pada saat direndam 24 jam dengan suhu yang konstan 60°C
mengalami penurunan nilai stabilitas.

3. Hasil Pengujian dan Pembahasan Indirect Tensile Strength pada KAO aspal
Pen 60/70 dan Starbit E-60
Indirect Tensile Strength adalah pengujian untuk mengetahui kuat Tarik
maksimum dihitung dari puncak beban. Hasil pengujian indirect tensile
strength test campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan aspal Starbit E-60
terhadap substitusi variasi batuan andesit Kasokandel dapat dilihat pada Tabel
5.31 di bawah ini.

Tabel 5.31 Hasil Pengujian ITS Campuran AC-BC Pada Kondisi KAO
Dengan Substitusi Variasi Batuan
Variasi Rekapitulasi Pengujian ITS
2
Batuan (Kg/cm )
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 17,01 21,39
50 17,30 21,84
100 18,82 22,78

Pada Tabel 5.31 nilai ITS campuran AC-BC menggunakan aspal Pen 60/70
dan Starbit E-60 mengalami kenaikan seiring bertambahnya substitusi variasi
batuan. Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium diperoleh nilai grafik
hubungan antara substitusi variasi batuan dan nilai Indirect Tensile Strength
dapat dilihat dari grafik pada Gambar 5.38 di bawah ini.
99

Indirect Tensile Strenght Pen 60/70 Starbit E60


(kg/cm2) 35

30

25

20

15
0 50 100

% Batu Kasokandel

Gambar 5.38 Grafik Nilai Indirect of Tensile Strength pada aspal Pen 60/70
dan Aspal Starbit E-60

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.38 dapat dilihat bahwa nilai ITS
campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 mengalami nilai
kenaikan seiring bertambahnya substitusi batuan Kasokandel. Penggunaan
agregat Kasokandel memiliki nilai VMA yang kecil, membuat campuran
Kasokandel memiliki sedikit rongga sehingga nilai kuat tarik menjadi lebih
besar ketika menerima beban. Penelitian ini sesuai dengan Januratmi (2017)
campuran yang mempunyai nilai VMA yang besar membuat campuran
memiliki rongga sehingga apabila terjadi kuat tarik didapat hasil yang tidak
maksimal.
Campuran AC-BC dengan aspal Starbit E-60 mempunyai nilai ITS lebih
tinggi dibandingkan aspal Pen 60/70 sehingga aspal Starbit lebih kuat menahan
gaya tarik terhadap beban kendaraan. Hal tersebut disebabkan ikatan material
agregat dengan aspal baik sehingga kemungkinan terjadi retak lebih kecil dari
pada menggunakan aspal Pen 60/70. Penelitian ini sesuai dengan Nugroho (2018)
temperatur merupakan parameter kuat tarik lapis perkerasan, Starbit E-55
memiliki nilai titik lembek yang tinggi dari Pen 60/70 dan memiliki nilai ketahan
terhadap suhu sehingga fleksibilitas suatu campuran lebih terjaga.
100

4. Hasil Pengujian dan Pembahasan Cantabro Test pada KAO aspal Pen 60/70
dan Starbit E-60
Cantabro test adalah suatu metode pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui ketahanan benda uji terhadap keausan dengan menggunakan
mesin loss angeles. Pengujian ini untuk mengetahui kehilangan berat dari
benda uji setelah dilakukan tes abrasi. Pengujian Cantabro test dilakukan
untuk mengetahui besarnya batas kekuatan hancur akibat pengaruh impact
(tumbukan/pembebanan) beban roda lalu lintas pada lapis perkerasan. Hasil
pengujian cantabro test campuran AC-BC pada aspal Pen 60/70 dan aspal
Starbit E-60 terhadap substitusi variasi batuan dapat dilihat pada Tabel 5.32
di bawah ini.

Tabel 5.32 Hasil Pengujian Cantabro Test Campuran AC-BC


Pada Kondisi KAO Dengan Substitusi Variasi Batuan
Variasi
Rekapitulasi Pengujian Cantabro Test (%)
Batuan
(%) Pen 60/70 Starbit E-60
0 3,39 1,12
50 2,61 0,73
100 2,52 0,31

Pada Tabel 5.32 nilai Cantabro Test campuran AC-BC menggunakan


aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 mengalami penurunan seiring bertambahnya
substitusi variasi batuan andesit Kasokandel. Berdasarkan hasil pengujian di
Laboratorium diperoleh nilai grafik hubungan antara substitusi variasi batuan
andesit Kasokandel dan nilai Cantabro Test dapat dilihat dari grafik pada
Gambar 5.39 di bawah ini.
101

Pen 60/70 Starbit E60


6
Cantabro loss (%)

0
0 50 100
% Batu Kasokandel

Gambar 5.39 Grafik Nilai Cantabro Loss pada aspal Pen 60/70 dan Aspal
Starbit E-60

Berdasarkan grafik pada Gambar 5.39 dapat dilihat bahwa nilai Cantabro Test
pada aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 cenderung menurun seiring bertambahnya
substitusi variasi batuan dengan campuran AC-BC, hal tersebut disebabkan sifat
material batuan andesit Kasokandel lebih kuat terhadap uji keausan sesuai
dengan pengujian abrasi, pengujian abrasi menggunakan mesin loss angeles pada
batu Clereng didapatkan nilai sebesar 16,620% sedangkan batu Kasokandel
didapatkan nilai sebesar 10,28% semakin kecil nilai abrasi semakin kuat batuan
tersebut menahan benturan sehingga campuran menggunakan batu Kasokandel
mempunyai nilai durabilitas yang baik.
Campuran yang menggunakan bahan ikat starbit E-60 lebih kuat terhadap
uji abrasi dari pada campuran aspal Pen 60/70. Hal ini disebabkan oleh
kandungan aspal starbit E-60 lebih lekat terhadap campuran sehingga ikatan
antara aspal dan agregat menjadi lebih kuat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan dari karakteristik campuran
Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) berbahan ikat aspal Pen 60/70 dan
aspal Starbit E-60 dengan substitusi variasi agregat kasar batu andesit Kasokandel
sebesar 0%, 50%, dan 100% terhadap berat total agregat kasar dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Penggunaan batu andesit Kasokandel sebagai agregat kasar pada variasi 0%,
50%, dan 100% terhadap berat total agregat dapat digunakan pada campuran
Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) bahan ikat aspal Pen 60/70 dan
Starbit E-60, sebab masing-masing bahan ikat tersebut memenuhi spesifikasi
Bina Marga 2018 pada setiap masing-masing pengujian.
2. Karakteristik Marshall Test campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-
BC) bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 mempunyai nilai Stabilitas,
MQ, VITM, dan Density mengalami kenaikan dan terjadi penurunan pada nilai
Flow, VFWA, dan VMA seiring dengan bertambahnya subsitusi batu
Kasokandel 0%, 50%, dan 100%.
3. Campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) bahan ikat aspal Pen
60/70 dan Starbit E-60 yang diukur ketahanannya dalam mempertahankan
stabilitas setelah mengalami rendaman yang diukur dengan nilai Index of
Retained Strength mengalami kenaikan seiring dengan penambahan variasi
batu Kasokandel. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja campuran yang
menggunakan agregat batu Kasokandel memiliki tingkat durabilitas/keawetan
yang tinggi dibandingkan campuran yang menggunakan agregat Clereng
terhadap air rendaman.

102
103

4. Kemampuan campuran Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) bahan ikat


aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dalam menahan gaya tarik (Indirect Tensile
Strength) mengalami kenaikan seiring dengan penambahan variasi batu
Kasokandel. Hal tersebut menunjukan campuran memiliki kuat tarik yang baik.
5. Pada pengujian Cantabro, nilai kehilangan berat semakin menurun seiring dengan
penambahan variasi batu Kasokandel, kemudian nilai kehilangan berat pada
campuran berbahan ikat Starbit E-60 memiliki nilai lebih kecil dari pada
campuran aspal Pen 60/70. Hal ini menujukkan campuran yang menggunakan
bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 memiliki tingkat keausan yang baik.
6. Penggunaan aspal Starbit E-60 menghasilkan nilai yang lebih baik
dibandingkan dengan aspal Pen 60/70 pada tiap pengujian (Marshall Test,
Index of Retained Strength, Indirect Tensile Strength, dan Cantabro)

6.2 Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian campuran Asphalt Concrete – Binder
Course (AC-BC) bahan ikat aspal Pen 60/70 dan Starbit E-60 dengan variasi batu
Kasokandel sebagai substitusi agregat kasar, maka penulis memberikan saran
sebagai berikut.
1. Material batu andesit yang diperoleh dari Desa Kasokandel, Kecamatan
Kasokandel. Kabupaten Majalengka dapat digunakan untuk bahan alternatif
pekerjaan jalan campuran AC-BC, sehingga menambah pemanfaatan batu
andesit Kasokandel dan dapat digunakan pada jalan lalu lintas berat.
2. Penggunaan batu Kasokandel dapat dijadikan variasi agregat kasar untuk
pembuatan jalan dengan campuran yang berbeda dengan harapan dapat
meningkatkan karakteristik Marshall Test.
3. Pemakaian aspal Starbit E-60 dapat digunakan pada kondisi lalu lintas berat
dan suhu yang ekstrem karena memiliki nilai penetrasi yang rendah dan titik
lembek yang tinggi.
104

DAFTAR PUSTAKA

Arrum, D. N. A., 2018. Perbandingan Penggunaan Batu Sungai Boyong dan Batu
Clereng Sebagai Pengganti Agregat Kasar pada Campura AC-BC
Menggunakan Aspal Starbit E-60, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Direktorat Jendral Bina Marga, 2018. Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal Divisi
6. Jakarta: Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Fauziah, M. & Anggraini, N., 2017. Kajian Perbandingan Karakteristik Campuran


AC-BC Menggunakan Agregat Batu Pecah Sukadana dan Clereng.
Konferensi Nasional Teknik Sipil, Oktober, Volume II, pp. 41-48.

Hardiyatmo, H. C., 2011. Perancangan Perkerasan Jalan & Penyelidikan Tanah.


In: Perancangan Perkerasan Jalan & Penyelidikan Tanah. Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada.

Januratmi & Subarkah, 2017. Perbandingan Karakteristik Campuran HRS-WC


Bergradasi Senjang yang Menggunakan Agregat Clereng Murni dan
Campuran Agregat Clereng Baron. Prosiding Kolokium PSTS UII, Agustus,
Volume XI, pp. 21-30.

Nugroho, A., 2018. Perbandingan Karakteristik Campuran Hot Rolled Asphalt


(HRA) Bahan Ikat Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Starbit E-55 dengan
Substitusi Filler Abu Ampas tebu, Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

PT Bintang Indrajaya, 2005. Latar Belakang Pengembangan Aspal Modifikasi


Starbit E-60. Semarang: PT. Bintang Djaja.

Raymond, L. A. P., 2002. The Study of Igneous, Sedimentary, and Metamorphic


Rocks. McGrawhill Science Engineering.
105

Robert, D. H. N., Andy, S. & P. J. R., 2003. The Shell Bitumen Handbook. 6 ed.
UK: ICE Publishing.

Romadhona, W., 2015. Pengaruh Tipe Gradasi Agregat Terhadap Sifat Beton
Aspal dengan Bahan Ikat Aspal Pertamina dan Starbit E-55 Campuran AC-
WC. Jurnal Teknisia, 1 Mei.Volume XX.

Silvia, S., 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova.

Silvia, S., 2003. Beton Aspal Campuran Panas. I ed. Jakarta: Granit.

Zakaria, H. & Fauziah, M., 2012. Optimasi Penggunaan Pasir Bengawan Solo

Sebagai Agregat Halus pada Campuran AC-BC. Jurnal Rekayasa Sipil,


November, Volume II, pp. 82-92.
LAMPIRAN
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
107

Lampiran 1 Pemeriksaan Penetrasi Aspal

PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL

Material : Aspal Pertamina Pen 60/70


Sumber : Pertamina, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu

1. Pemanasan Benda Uji


Mulai 09.00
Selesai 09.30
2. Didiamkan pada suhu ruang

Mulai 25 ̊C 09.30

Selesai 25 ̊C 11.00
3. Diperiksa
Mulai 25 ̊C 11.00
Selesai 25 ̊C 11.45

HASIL PENGAMATAN
Sket Pengujian
No. Benda Uji
Benda Uji 1 Benda Uji 2
1. 57,5 65
2. 57 62
3. 57 62
4. 59 61
5. 61 60
Rata-rata 58,3 62
Rerata 60,15
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
108

Lampiran 2 Pemeriksaan Penetrasi Aspal

PEMERIKSAAN PENETRASI ASPAL

Material : Aspal Starbit E-60


Sumber : PT. Bintang Djaja, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu

1. Pemanasan Benda Uji


Mulai 10.00
Selesai 10.30
2. Didiamkan pada suhu ruang
Mulai 25 ̊C 10.30

Selesai 25 ̊C 13.00
3. Diperiksa
Mulai 25 ̊C 13.00
Selesai 25 ̊C 13.45

HASIL PENGAMATAN
Sket Pengujian
No. Benda Uji
Benda Uji 1 Benda Uji 2
1. 54 53
2. 55 56
3. 53 54
4. 56 53
5. 55 55
Rata-rata 54,6 54,2
Rerata 54,4
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
109

Lampiran 3 Pemeriksaan Titik Lembek Aspal

PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL

Material : Aspal Pen 60/70


Sumber : Pertamina, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 27 ̊C 09.00
Selesai 160 ̊C 09.30
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 27 ̊C 09.30
Selesai 27 ̊C 10.30
Diperiksa
3. Mulai 5 ̊C 10.30
Selesai 50 ̊C 10.58

HASIL PENGAMATAN
Waktu Pemanasan (Detik) Titik Lembek (̊C)
No. Suhu yang diamati
Benda Uji 1 Benda uji 2 Benda Uji 1 Benda Uji 2
1. 5 ̊C 0 0
2. 10 ̊ C 145 145
3. 15 ̊ C 94 94
4. 20 ̊ C 100 100
5. 25 ̊ C 113 113
6. 30 ̊ C 121 121
7. 35 ̊ C 127 127
8. 40 ̊ C 134 134
9. 45 ̊ C 87 87
10. 50 ̊ C 73 80 48 ̊C 48,5 ̊C
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
110

Lampiran 4 Pemeriksaan Titik Lembek Aspal

PEMERIKSAAN TITIK LEMBEK ASPAL

Material : Aspal Starbit E-60


Sumber : PT. Bintang Djaja, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1 Mulai 27 ̊C 10.00
Selesai 160 ̊C 10.30
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2 Mulai 27 ̊C 10.30
Selesai 27 ̊C 11.30
Diperiksa
3 Mulai 5 ̊C 11.30
Selesai 57 ̊C 12.10

HASIL PENGAMATAN
Waktu Pemanasan (Detik) Titik Lembek (̊C)
No. Suhu yang diamati
Benda Uji 1 Benda uji 2 Benda Uji 1 Benda Uji 2
1. 5 ̊C 0 0
2. 10 ̊ C 155 155
3. 15 ̊ C 132 132
4. 20 ̊ C 143 143
5. 25 ̊ C 126 126
6. 30 ̊ C 129 129
7. 35 ̊ C 136 136
8. 40 ̊ C 134 134
9. 45 ̊ C 98 98
10. 50 ̊ C 125 125
11. 55 ̊ C 82 76 55 ̊C 54 ̊C
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
111

Lampiran 5 Pemeriksaan Daktilitas Aspal

PEMERIKSAAN DAKTILITAS ASPAL

Material : Aspal Pertamina Pen 60/70


Sumber : Pertamina, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Pemeriksaan Keterangan Waktu Temperatur
Suhu
Persiapan
1. Aspal Dipanaskan 15 Menit Pemanasan
Benda Uji
± 135 ̊C
Mendinginkan Suhu Ruang
2. Didiamkan Pada Suhu Ruang 60 Menit
Benda Uji ±26̊C
Perendaman Direndam Dalam Waterbath Suhu Waterbath
3. 60 Menit
Benda Uji Pada Suhu 25 ̊C ±25̊C
Diuji Daktilitas Pada Suhu 25 Suhu Alat
4. Pemeriksaan 20 Menit
̊ C, Kecepatan 5 Cm Per Menit ±25̊C

HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji Hasil pengujian Keterangan
1. Sampel 1 164 cm Tidak putus
2. Sampel 2 164 cm Tidak putus
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
112

Lampiran 6 Pemeriksaan Daktilitas Aspal

PEMERIKSAAN DAKTILITAS ASPAL

Material : Aspal Starbit E-60


Sumber : PT. Bintang Djaja, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Pemeriksaan Keterangan Waktu Temperatur
Suhu
Persiapan
1. Aspal Dipanaskan 15 Menit Pemanasan
Benda Uji
± 135 ̊C
Mendinginkan Suhu Ruang
2. Didiamkan Pada Suhu Ruang 60 Menit
Benda Uji ±26̊C
Perendaman Direndam Dalam Waterbath Suhu Waterbath
3. 60 Menit
Benda Uji Pada Suhu 25 ̊C ±25̊C
Diuji Daktilitas Pada Suhu 25 Suhu Alat
4. Pemeriksaan 20 Menit
̊ C, Kecepatan 5 Cm Per Menit ±25̊C

HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji Hasil pengujian Keterangan
1. Sampel 1 164 cm Tidak putus
2. Sampel 2 164 cm Tidak putus
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
113

Lampiran 7 Pemeriksaan Titik Nyala & Titik Bakar Aspal

PEMERIKSAAN TITIK NYALA & BAKAR ASPAL

Material : Aspal Pertamina Pen 60/70


Sumber : Pertamina, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 25 ̊C 09.00
Selesai 145 ̊C 09.15
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 145 ̊C 09.15
Selesai 25 ̊C 09.30
Diperiksa
3. Mulai 30 ̊C 09.45
Selesai 340 ̊C 10.30

HASIL PENGAMATAN
No. Benda Uji Titik Nyala Titik Bakar
1. Benda Uji 1 327 ̊C 335 ̊C
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
114

Lampiran 8 Pemeriksaan Titik Nyala & Titik Bakar Aspal

PEMERIKSAAN TITIK NYALA & BAKAR ASPAL

Material : Aspal Starbit E-60


Sumber : PT. Bintang Djaja, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 25 ̊C 09.00
Selesai 145 ̊C 09.15
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 145 ̊C 09.15
Selesai 25 ̊C 09.30
Diperiksa
3. Mulai 30 ̊C 09.50
Selesai 320 ̊C 10.45

HASIL PENGAMATAN
No. Benda Uji Titik Nyala Titik Bakar
1. Benda Uji 1 290 ̊C 314 ̊C
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
115

Lampiran 9 Pemeriksaan Kelarutan Aspal Dalam TCE

PEMERIKSAAN KELARUTAN ASPAL DALAM TCE

Material : Aspal Pertamina Pen 60/70


Sumber : Pertamina, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Pembacaan
No. Pemeriksaan Keterangan
Waktu Suhu (°C)
1. Penimbangan Mulai 10.00 26
2. Pelarutan Mulai 10.20 26
Mulai 10.25 26
3. Penyaringan
Selesai 10.30 26
4. Di Oven Mulai 10.32 110
5. Penimbangan Selesai 10.42 26

HASIL PEMERIKSAAN
Benda Uji
No. Pemeriksaan
1 2
1. Beraterlenmayer kosong (gr) 68,87 74,22
2. Beraterlenmayer kosong + aspal (gr) 70,02 75,47
3. Berat aspal (gr) (2-1) 1,15 1,25
4. Berat kertas saring bersih (gr) 0,6 0,58
5. Berat kertas saring bersih + mineral (gr) 0,61 0,59
6. Berat mineral (gr) (5-4) 0,01 0,01
7. Persentase mineral (%) (6/3*100) 0,869 0,80
8. Aspal yang larut (%) (100-7) 99,130 99,20
9. Rata-rata aspal yang larut (%) 99,165
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
116

Lampiran 10 Pemeriksaan Kelarutan Aspal Dalam TCE

PEMERIKSAAN KELARUTAN ASPAL DALAM TCE

Material : Aspal Starbit E-60


Sumber : PT. Bintang Djaja, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
Pembacaan
No. Pemeriksaan Keterangan
Waktu Suhu (°C)
1. Penimbangan Mulai 10.45 26
2. Pelarutan Mulai 11.00 26
Mulai 11.05 26
3. Penyaringan
Selesai 11.15 26
4. Di Oven Mulai 11.17 110
5. Penimbangan Selesai 11.27 26

HASIL PEMERIKSAAN
Benda Uji
No. Pemeriksaan
1 2
1. Beraterlenmayer kosong (gr) 68,87 73,49
2. Beraterlenmayer kosong + aspal (gr) 69,74 74,76
3. Berat aspal (gr) (2-1) 0,87 1,27
4. Berat kertas saring bersih (gr) 0,61 0,62
5. Berat kertas saring bersih + mineral (gr) 0,62 0,63
6. Berat Mineral (gr) (5-4) 0,01 0,01
7. Persentase Mineral (%) (6/3*100) 1,15 0,79
8. Aspal yang larut (%) (100-7) 98,85 99,21
9. Rata-rata aspal yang larut (%) 99,03
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
117

Lampiran 11 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal

PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL

Material : Aspal Pertamina Pen 60/70


Sumber : Pertamina, Cilacap
Tahun Uji : 2019

Sampel
No. Pemeriksaan
1 2
1. Berat piknometer kosong (gr) 20,72 12,41
2. Berat piknometer + aquadest (gr) 44,16 24,42
3. Berat aquadest (gr) (2-1) 23,44 12,01
4. Berat piknometer + aspal (gr) 22,97 13,69
5. Berat aspal (gr) (4-1) 2,25 1,28
6. Berat piknometer + aspal + aquadest (gr) 44,22 24,48
7. Berat aquadest (gr) (6-4) 21,25 10,79
8. Volume aspal (gr) (3-7) 2,19 1,22
9. Berat jenis aspal = Berat / Vol (5/8) 1,027 1,049
10. Rata-rata BJ Aspal 1,038
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
118

Lampiran 12 Pemeriksaan Berat Jenis Aspal

PEMERIKSAAN BERAT JENIS ASPAL

Material : Aspal Starbit E-60


Sumber : PT. Bintang Djaja, Cilacap
Tahun Uji : 2019

Sampel
No. Pemeriksaan
1 2
1. Berat piknometer kosong (gr) 20,57 20,63
2. Berat piknometer + aquadest (gr) 43,3 43,09
3. Berat aquadest (gr) (2-1) 22,73 22,46
4. Berat piknometer + aspal (gr) 21,32 22,86
5. Berat aspal (gr) (4-1) 0,75 2,23
6. Berat piknometer + aspal + aquadest (gr) 43,35 43,22
7. Berat aquadest (gr) (6-4) 22,03 20,36
8. Volume aspal (gr) (3-7) 0,7 2,1
9. Berat jenis aspal = Berat / Vol (5/8) 1,071 1,062
10. Rata-rata BJ Aspal 1,067
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
119

Lampiran 13 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar

PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR

Material : Agregat Kasar


Sumber : Clereng, Kulonprogo
Tahun Uji : 2019

Benda uji
No. Keterangan
Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata
Berat benda uji dalam keadaan basah jenuh
1. 1600,14 1619,27 1609,66
(BJ) (gram)

2. Berat benda uji dalam air (BA) (gram) 1001,04 1002,46 1001,75

3. Berat benda uji kering oven (BK) (gram) 1574,46 1591,42 1582,94

4. Berat Jenis (Bulk) = − 2,63 2,58 2,60

5. Berat Jenis (SSD) = − 2,67 2,63 2,65

6. Berat Jenis (Semu) = − 2,75 2,70 2,72

7. Penyerapan air (%) = −


x 100% 1,62 1,75 1,69
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
120

Lampiran 14 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar

PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT KASAR

Material : Agregat Kasar


Sumber : Desa Kasokandel, Kabupaten Majalengka
Tahun Uji : 2019

Benda uji
No. Keterangan
Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata
Berat benda uji dalam keadaan basah jenuh
1. 1592,8 1592,62 1592,71
(BJ) (gram)

2. Berat benda uji dalam air (BA) (gram) 1000,46 1001,01 1000,74

3. Berat benda uji kering oven (BK) (gram) 1564,76 1564,06 1564,41

4. Berat Jenis (Bulk) = − 2,64 2,64 2,64

5. Berat Jenis (SSD) = − 2,69 2,69 2,69

6. Berat Jenis (Semu) = − 2,77 2,78 2,78

7. Penyerapan air (%) = −


x 100% 1,79 1,83 1,81
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
121

Lampiran 15 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Oleh Aspal


PEMERIKSAAN KELEKATAN AGREGAT ASPAL

Material : Aspal Pertamina Pen 60/70 dan Agregat ukuran (3/8”) Clereng
Sumber : Pertamina, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 26 ̊C 09.00
Selesai 150 ̊C 09.20
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 150 ̊C 09.20
Selesai 26 ̊C 11.30
Diperiksa
3. Mulai 26 ̊C 11.30
Selesai 26 ̊C 13.00

HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji % Terselimuti Aspal Keterangan
1. Benda Uji 1 97% Memenuhi
2. Benda Uji 2 97% Memenuhi
3. Rata-Rata 97% Memenuhi
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
122

Lampiran 16 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Oleh Aspal


PEMERIKSAAN KELEKATAN AGREGAT ASPAL

Material : Aspal Pen 60/70 dan Agregat ukuran (3/8”) Kasokandel


Sumber : Pertamina, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 26 ̊C 09.30
Selesai 150 ̊C 09.45
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 150 ̊C 09.45
Selesai 26 ̊C 13.00
Diperiksa
3. Mulai 26 ̊C 13.00
Selesai 26 ̊C 13.30

HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji % Terselimuti Aspal Keterangan
1. Benda Uji 1 95% Memenuhi
2. Benda Uji 2 97% Memenuhi
3. Rata-Rata 96% Memenuhi
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
123

Lampiran 17 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Oleh Aspal


PEMERIKSAAN KELEKATAN AGREGAT ASPAL

Material : Aspal Starbit E-60 dan Agregat ukuran (3/8”) Clereng


Sumber : PT. Bintang Djaja, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 26 ̊C 08.30
Selesai 150 ̊C 08.45
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 150 ̊C 08.45
Selesai 26 ̊C 13.00
Diperiksa
3. Mulai 26 ̊C 13.00
Selesai 26 ̊C 13.30

HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji % Terselimuti Aspal Keterangan
1. Benda Uji 1 99% Memenuhi
2. Benda Uji 2 97% Memenuhi
3. Rata-Rata 98% Memenuhi
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
124

Lampiran 18 Pemeriksaan Kelekatan Agregat Oleh Aspal


PEMERIKSAAN KELEKATAN AGREGAT ASPAL

Material : Aspal Starbit E-60 dan Agregat ukuran (3/8”) Kasokandel


Sumber : PT. Bintang Djaja, Cilacap
Tahun Uji : 2019

PERSIAPAN PEMERIKSAAN
No. Urutan Pemeriksaan Pemb. Suhu Pemb. Waktu
Pemanasan Benda Uji
1. Mulai 26 ̊C 10.00
Selesai 150 ̊C 10.20
Didiamkan Pada Suhu Ruang
2. Mulai 150 ̊C 10.20
Selesai 26 ̊C 13.30
Diperiksa
3. Mulai 26 ̊C 13.30
Selesai 26 ̊C 14.00

HASIL PEMERIKSAAN
No. Benda Uji % Terselimuti Aspal Keterangan
1. Benda Uji 1 97% Memenuhi
2. Benda Uji 2 97% Memenuhi
3. Rata-Rata 97% Memenuhi
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
125

Lampiran 19 Pemeriksaan Keasuan Agregat (Abrasi Test)


PEMERIKSAAN KEUASAN AGREGAT (ABRASI TEST)

Material : Agregat Kasar


Sumber : Clereng, Kulonprogo
Tahun Uji : 2019

Jenis Gradasi F
No. Saringan Benda Uji (gram)
Lolos Tertahan 1 2
1. 72.2 mm (3") 63.5 mm (2.5")
2. 63.5 mm (2.5") 50.8 mm (2")
3. 50.8 mm (2") 37.5 mm (1.5")
4. 37.5 mm (1.5") 25.4 mm (1")
5. 25.4 mm (1") 19.0 mm (3/4")
6. 19.0 mm (3/4") 12.5 mm (0.5") 2500
7. 12.5 mm (0.5") 09.5 mm (3/8") 2500
8. 09.5 mm (3/8") 06.3 mm (1/4")
9. 06.3 mm (1/4") 04.75 mm (No.4)
10. 04.75 mm (No.4) 02.36 mm (No.8)
11. Jumlah Benda Uji (A) 5000 4402,19
12. Jumlah Tertahan Di Sieve 12 (B) 4402,19 3465,19
13. Keausan = (((A-B)/A) x 100%) 11,96% 21,28%
14. Rata-rata Keausan (%) 16,62%
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
126

Lampiran 20 Pemeriksaan Keasuan Agregat (Abrasi Test)


PEMERIKSAAN KEUASAN AGREGAT (ABRASI TEST)

Material : Agregat Kasar


Sumber : Desa Kasokandel, Kabupaten Majalengka
Tahun Uji : 2019

Jenis Gradasi F
No. Saringan Benda Uji (gram)
Lolos Tertahan 1 2
1. 72.2 mm (3") 63.5 mm (2.5")
2. 63.5 mm (2.5") 50.8 mm (2")
3. 50.8 mm (2") 37.5 mm (1.5")
4. 37.5 mm (1.5") 25.4 mm (1")
5. 25.4 mm (1") 19.0 mm (3/4")
6. 19.0 mm (3/4") 12.5 mm (0.5") 2500
7. 12.5 mm (0.5") 09.5 mm (3/8") 2500
8. 09.5 mm (3/8") 06.3 mm (1/4")
9. 06.3 mm (1/4") 04.75 mm (No.4)
10. 04.75 mm (No.4) 02.36 mm (No.8)
11. Jumlah Benda Uji (A) 5000 4713,27
12. Jumlah Tertahan Di Sieve 12 (B) 4713,27 4014,27
13. Keausan = (((A-B)/A) x100%) 5,73% 14,83%
14. Rata-rata Keausan (%) 10,28%
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
127

Lampiran 21 Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Halus


PEMERIKSAAN BERAT JENIS AGREGAT HALUS

Material : Agregat Halus


Sumber : Clereng, Kulonprogo
Tahun Uji : 2019

No. Keterangan Sampel 1 Sampel 2 Rata-rata

Berat benda uji dalam keadaan jenuh (BJ)


1. 500 500 500
(gram)

2. Berat piknometer + air (B) (gram) 661,07 692,550 676,810

3. Berat piknometer + air + benda uji (BT) (gram) 950,86 1012,530 981,695

4. Berat benda uji kering oven (BK) 485,65 486,530 486,090

5. Berat jenis (bulk) = ( +500)− 2,310 2,703 2,506


500

6. Berat jenis (SSD) = ( +500)− 2,379 2,777 2,578

7. Berat jenis (semu) = ( + )− 2,480 2,921 2,700

8. Peyerapan air = (500− )


x 100% 2,955 2,769 2,862
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
128

Lampiran 22 Pemeriksaan Berat Jenis Filler Clereng


PEMERIKSAAN BERAT JENIS FILLER CLERENG

Material : Filler, Clereng


Sumber : Clereng, Kulonprogo
Tahun Uji : 2019

No. Pemeriksaan Sampel


1 2
1. Berat piknometer kosong (gr) 12,04 11,84
2. Berat piknometer + aquadest (gr) 29,24 29,22
3. Berat aquadest (gr) (2-1) 17,2 17,38
4. Berat piknometer + Filler (gr) 13,09 13,24
5. Berat Filler (gr) (4-1) 1,05 1,4
6. Berat piknometer + Filler + aquadest (gr) 29,88 30,07
7. Berat aquadest (gr) (6-4) 16,79 16,83
8. Volume Filler (gr) (3-7) 0,41 0,55
9. Berat jenis Filler = Berat / Vol (5/8) 2,561 2,545
10. Rata-rata BJ Filler 2,553
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL
129

Lampiran 23 Pemeriksaan Sand Equivalent


PEMERIKSAAN SAND EQUIVALENT

Material : Agregat Halus


Sumber : Clereng, Kulonprogo
Tahun Uji : 2019

No. Keterangan Benda Uji


1 2 Rata-rata
Persiapan dan perendaman Mulai
1. benda uji dalam larutan
Selesai
CaCL2 (± 10.1 menit)
Waktu pengadapan (benda uji Mulai
2. setelah digojok sebanyak 90x Selesai
dan ditambah larutan CaCl2)
3. Clay reading (pembacaan lumpur) 4,3” 3,8” 4,05”

4. Sand reading (pembacaan pasir) 4,1” 3,6” 3,85”

5. Sand equivalent = x 100 95,349% 94,737% 95,043%

Remark : Kadar Lumpur = 100% - ASE


= 100% - 95,043%
= 4,957%
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 24 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%

PENGUJIAN MARSHALL TEST DALAM MENCARI KADAR ASPAL OPTIMUM

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
130LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 25 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%

PENGUJIAN MARSHALL TEST DALAM MENCARI KADAR ASPAL OPTIMUM

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
131LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 26 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 50%

PENGUJIAN MARSHALL TEST DALAM MENCARI KADAR ASPAL OPTIMUM

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
132LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 27 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 50%

PENGUJIAN MARSHALL TEST DALAM MENCARI KADAR ASPAL OPTIMUM

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
133LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 28 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Pen 60/70 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 100%

PENGUJIAN MARSHALL TEST DALAM MENCARI KADAR ASPAL OPTIMUM

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
134LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 29 Pengujian Marshall Test dalam Mencari KAO Aspal Starbit E-60 Persen Substitusi Andesit Kasokandel 100%

PENGUJIAN MARSHALL TEST DALAM MENCARI KADAR ASPAL OPTIMUM

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
135LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 30 Pengujian Marshall Test pada KAO Aspal Pen 60/70 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%

PENGUJIAN MARSHALL TEST PADA KAO ASPAL PEN 60/70 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% DAN 100%

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
136LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 31 Pengujian Marshall Test pada KAO Aspal Starbit E-60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%

PENGUJIAN MARSHALL TEST PADA KAO ASPAL STARBIT E-60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% DAN 100%

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
137LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 32 Pengujian Immersion pada KAO Aspal Pen 60/70 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%

PENGUJIAN IMMERSION PADA KAO ASPAL PEN 60/70 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
138LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 33 Pengujian Immersion pada KAO Aspal Starbit E-60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%

PENGUJIAN IMMERSION PADA KAO ASPAL STARBIT E-60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.
139LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 34 Pengujian ITS pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%
PENGUJIAN ITS PADA ASPAL PEN 60/70 DAN STARBIT E60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%
Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A
Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T

Variasi 0% Aspal Pen 60/70


Sampel Tebal Rerata Angka koreksi Meas Stabilitas A0 ITS (kg/cm2)
1 63,1 63,23 63,13 63,153 1,009 35 702,014 0,159 17,621
2 63,93 64,3 64,51 64,247 0,981 34 663,476 0,159 16,370
3 64,42 64,63 64,93 64,660 0,971 36 695,107 0,159 17,041
Rata-rata 17,011
Variasi 0% Aspal Starbit E-60
Sampel Tebal Rerata Angka koreksi Meas Stabilitas A0 ITS (kg/cm2)
1 64,15 63,62 64,23 64 0,988 39 765,829 0,159 18,969
2 62,65 62,77 63,08 62,833 1,017 44 889,531 0,159 22,442
3 63,03 62,6 63,5 63,043 1,011 45 905,050 0,159 22,757
Rata-rata 21,389
Variasi 50% Aspal Pen 60/70
Sampel Tebal Rerata Angka koreksi Meas Stabilitas A0 ITS (kg/cm2)
1 65,2 66,03 65,7 65,643 0,950 36 679,940 0,159 16,420
2 65,78 66,12 67,27 66,390 0,936 40 744,353 0,159 17,773
3 65,71 64,76 64,65 65,040 0,962 38 726,546 0,159 17,708
Rata-rata 17,300

140
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lanjutan Lampiran 34 Pengujian ITS pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%
PENGUJIAN ITS PADA ASPAL PEN 60/70 DAN STARBIT E60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%
Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A
Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T

Variasi 50% Aspal Starbit E-60


Sampel Tebal Rerata Angka koreksi Meas Stabilitas A0 ITS (kg/cm2)
1 66,1 66,02 64,65 65,590 0,951 45 850,819 0,159 20,563
2 64,38 64,48 65,62 64,827 0,967 46 884,381 0,159 21,626
3 65,2 64,7 65,56 64,000 0,988 48 942,558 0,159 23,346
Rata-rata 21,845
Variasi 100% Aspal Pen 60/70
Sampel Tebal Rerata Angka koreksi Meas Stabilitas A0 ITS (kg/cm2)
1 65,84 65,73 65,79 65,787 0,947 39 734,517 0,159 17,699
2 64,3 64,47 65,81 64,860 0,966 42 806,782 0,159 19,718
3 64,21 65,3 65,9 65,137 0,959 41 782,121 0,159 19,034
Rata-rata 18,817
Variasi 100% Aspal Starbit E-60
Sampel Tebal Rerata Angka koreksi Meas Stabilitas A0 ITS (kg/cm2)
1 65,72 65,46 65,64 65,607 0,951 51 963,945 0,159 23,291
2 65,3 65,38 65,48 65,387 0,955 50 949,145 0,159 23,011
3 64,71 65,14 64,82 64,890 0,965 47 902,127 0,159 22,038
Rata-rata 22,780

141
LABORATORIUM
JALAN RAYA
JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lampiran 35 Pengujian Cantabro pada Aspal Pen 60/70 dan Starbit E60 dengan Persen Substitusi Andesit Kasokandel 0%, 50% dan 100%

PENGUJIAN CANTABRO PADA ASPAL PEN 60/70 DAN STARBIT E60 DENGAN PERSEN SUBSTITUSI KASOKANDEL 0%, 50% dan 100%

Tahun Pengujian : 2019 Dikerjakan Oleh : Moch. Falah. A


Tipe Campuran : Asphalt Concrete – Binder Course (AC-BC) Diperiksa Oleh : Ir. Subarkah, M.T.

Aspal Pen 60/70 Aspal Starbit E-60


Berat sebelum Berat sesudah Cantabro Berat sebelum Berat sesudah Cantabro
Sampel Kode Sampel Kode
uji (gram) uji (gram) Loss (%) uji (gram) uji (gram) Loss (%)
Variasi 0% 1 1169,270 1126,370 3,669 Variasi 0% 1 1183,100 1167,930 1,282
Aspal Pen 2 1169,890 1125,120 3,827 Aspal Pen 2 1181,730 1170,390 0,960
60/70 3 1173,250 1142,030 2,661 60/70 3 1181,920 1168,820 1,108
Rata-rata 3,386 Rata-rata 1,117
Variasi 50% 1 1186,400 1148,650 3,182 Variasi 50% 1 1186,700 1178,390 0,700
Aspal Pen 2 1180,830 1150,050 2,607 Aspal Pen 2 1186,800 1179,060 0,652
60/70 3 1183,240 1158,940 2,054 60/70 3 1192,410 1182,260 0,851
Rata-rata 2,614 Rata-rata 0,735
Variasi 1 1192,570 1163,250 2,459 Variasi 1 1185,650 1182,340 0,279
100% Aspal 2 1194,670 1160,870 2,829 100% Aspal 2 1193,580 1191,130 0,205
Pen 60/70 3 1190,440 1163,240 2,285 Pen 60/70 3 1195,600 1190,260 0,447
Rata-rata 2,524 Rata-rata 0,310

142

Anda mungkin juga menyukai