HALAMAN JUDUL
i
TUGAS AKHIR
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun Oleh
Novi Rahmayanti, S.T., M.Eng. Erik Wahyu Pradana S.T., M.Eng. Atika Ulfah Jamal, S.T., M.Eng., M.T.
NIK: 155111306 NIK: 165111302 NIK: 125110101
Mengesahkan.
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan Tugas Akhir yang saya
susun sebagai syarat untuk penyelesaian program Sarjana di Program Studi Teknik
Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia merupakan
hasil karya saya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan Tugas
Akhir yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan dalam sumbernya
secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan karya ilmiah. Apabila di
kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian laporan Tugas Akhir ini bukan hasil
karya saya sendiri atau adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia
menerima sanksi, termasuk pencabutan gelar akademik yang saya sandang sesuai
dengan perundang- undangan yang berlaku.
iii
DEDIKASI
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga”
(HR Muslim)
“Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama, Jika engkau tidak mampu, maka
jadilah penuntut ilmu. Jika engkau tidak bias menjadi penuntut ilmu, maka
cintailah mereka. Dan jika engkau tidak mencintai mereka, jangan kau benci
mereka”
TERUNTUK,
iv
KATA PENGANTAR
v
ini menjadi lebih baik, serta memberikan nasihat dan motivasi kepada
penulis.
5. Ibu Atika Ulfah Jamal, S.T., M.Eng., M.T., selaku dosen Penguji II tugas
akhir yang telah memberikan masukan dan koreksi sehingga tugas akhir
ini menjadi lebih baik, serta memberikan nasihat dan motivasi kepada
penulis.
6. Seluruh dosen, pengajar, laboran, asisten, karyawan Teknik Sipil-UII yang
telah memberikan ilmu dan memfasilitasi kegiatan pembelajaran penyusun
selama masa kuliah,
7. Bapak Moch. Abdillah Arwani dan Ibu Nur Isroyati, yang selalu
mendoakan dan menjadi motivasi terbesar penyusun dalam menuntut ilmu.
Terima kasih tiada akhir atas semua doa, kasih sayang, kesabaran, dan
ketegaran membesarkan dan mendidik anak-anak sehingga penulis
menjadi seperti sekarang ini.
8. Kakak, Zihni Ihkamuddin, Hananun Zharfa H, dan Nadia Nur A, yang
selalu mendukung serta mendokan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir.
9. Danan Wijaya S, Dika Erdiyawan, Suko Prayitno, Fadhli Aufar, Johan
Wahyu F, Aditya Putra, Angga D.N, Nurrahman I.F, M.Taufik Q, Argo
Irlando, dan Erdina I.P, yang telah meluangkan waktunya untuk membantu
penelitian di laboratorium, sehingga pelaksanaan penelitian terasa lebih
ringan.
10. Keluarga Teknik Sipil 2014 UII yang menjadi rekan bahkan saudara
selama menjalani masa kuliah, berjuang bersama, saling memotivasi.
Terima kasih atas bantuan dan dorongan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. See you on the top.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya.
vi
Penyusun berharap semoga penelitian yang telah dilakukan dan disajikan
dalam bentuk tugas akhir ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
dunia Teknik Sipil Indonesia dan dapat bermanfaat untuk pengembangan
penelitian selanjutnya.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI iii
DEDIKASI iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xvi
ABSTRAK xviii
ABSTRACT xix
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Batasan Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Tinjauan Umum 6
2.2 Penelitian Terdahulu 6
2.3 Keaslian Penelitian 11
BAB III LANDASAN TEORI 12
3.1 Beton 12
3.2 Material Penyusun Beton 12
3.2.1 Agregat 12
3.2.2 Semen Portland 14
3.2.3 Air 16
viii
3.2.4 Abu Sekam Padi 16
3.2.5 Superplasticizer 18
3.3 Karakteristik Kekuatan Beton 19
3.3.1 Kuat Tekan Beton 21
3.3.2 Kuat Tarik Belah Beton 22
3.3.3 Modulus Elastisitas Beton 23
3.3.4 Kecepatan Rambat Gelombang Melalui Beton 25
3.3.5 Kuat Lentur Beton 26
3.3.6 Penyerapan Air Beton 28
3.3.7 Slump Beton 28
3.4 Perencanaan Campuran Beton 29
BAB IV METODE PENELITIAN 38
4.1 Tinjauan Umum 38
4.2 Benda Uji 38
4.3 Bahan Pembuatan Benda Uji 39
4.4 Peralatan 40
4.4.1 Alat Pembuatan Benda Uji 41
4.4.2 Alat Pengujian 41
4.5 Lokasi Penelitian 43
4.6 Tahapan Penelitian 43
BAB V DATA, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN 48
5.1 Tinjauan Umum 48
5.2 Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton 48
5.2.1 Hasil Pemeriksaan Agregat Halus 48
5.2.2 Hasil Pemeriksanaan Agregat Kasar 54
5.3 Perencanaan Campuran Beton 59
5.4 Pengujian Nilai Slump 66
5.5 Pengujian Penyerapan Air Beton 68
5.6 Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Beton 70
5.7 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton 72
5.8 Pengujian Kuat Lentur Beton 75
ix
5.9 Pengujian Kuat Tekan Beton 78
5.10 Pengujian Modulus Elastisitas Beton 81
5.11 Pembahasan Secara Keseluruhan 89
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 93
6.1 Kesimpulan 93
6.2 Saran 95
DAFTAR PUSTAKA 96
LAMPIRAN 99
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Penelitian Sebelumnya dan Penlitian yang Akan
Dilaksanakan 9
Tabel 3.1 Batas Gradasi Agregat Kasar 13
Tabel 3.2 Gradasi Pasir 14
Tabel 3.3 Bahan-Bahan Utama Penyusun Semen Portland 15
Tabel 3.4 Sifat Fisik dan Sifat Kimia Standar Pozzolan 17
Tabel 3.5 Komposisi Abu Sekam Padi 18
Tabel 3.6 Faktor Pengali Deviasi Standar 29
Tabel 3.7 Nilai Deviasi Standar Untuk Berbagai Tingkat Pengendalian Mutu
Pekerjaan 30
Tabel 3.8 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen Maksimum
untuk Berbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus. 31
Tabel 3.9 Perkiraan Kekuatan Tekan (MPa) Beton dengan FAS = 0,5 32
Tabel 3.10 Perkiraan Kadar Air Bebas Tiap Meter Kubik Beton 33
Tabel 4.1 Rincian Benda Uji 38
Tabel 4.2 Perlatan Pembuatan Benda Uji 41
Tabel 4.3 Peralatan Pengujian Benda Uji 41
Tabel 5.1 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus 49
Tabel 5.2 Hasil Pengujian Analisa Saringan Agregat Halus 50
Tabel 5.3 Daerah Gradasi Agregat Halus 51
Tabel 5.4 Hasil Pengujian Berat Volume Padat Agregat Halus 52
Tabel 5.5 Hasil Pengujian Berat Volume Gembur Agregat Halus 52
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Lolos Saringan No.200 (Uji Kandungan Lumpur) 53
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar 54
Tabel 5.8 Hasil Pengujian Analisa Saringan/Modulus Halus Butir (MHB) Agregat
Kasar 55
Tabel 5.9 Batas Gradasi Agregat Kasar 56
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Berat Volume Padat Agregat Kasar 57
xi
Tabel 5.11 Hasil Pengujian Berat Volume Gembur Agregat Kasar 58
Tabel 5.12 Rekapitulasi Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) 64
Tabel 5.13 Rekapitulasi Kebutuhan Material Pencampuran Beton 66
Tabel 5.14 Hasil Pengujian Nilai Slump 66
Tabel 5.15 Hasil Pengujian Penyerapan Air Beton 68
Tabel 5.16 Hasil Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Beton 70
Tabel 5.17 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton 72
Tabel 5.18 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton 75
Tabel 5.19 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton 78
Tabel 5.20 Tegangan dan Regangan Kombinasi BA 0 Silinder 1 81
Tabel 5.21 Hasil Perhitungan Modulus Elastisitas Beton ASTM C-469 85
Tabel 5.22 Hasil Perhitungan Modulus Elastisitas Beton SNI 2847-2013 86
Tabel 5.23 Perbandingan Nilai Modulus Elastisitas ASTM C-469 dan SNI 2847-
2013 87
Tabel 5.24 Rekapitulasi Hasil Pengujian Benda Uji 89
Tabel 5.25 Rekapitulasi Hasil Perubahan Pengujian 90
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 5.7 Grafik Pengujian Nilai Slump Rata-Rata 67
Gambar 5.8 Contoh Hasil Pengujian Nilai Slump 68
Gambar 5.9 Grafik Pengujian Penyerapan Air Beton 69
Gambar 5.10 Grafik Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Beton 71
Gambar 5.11 Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Beton 72
Gambar 5.12 Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Rata-Rata 73
Gambar 5.13 Benda Uji Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton 74
Gambar 5.14 Benda Uji Kuat Tarik Belah Beton BA 5 dan BA 15 75
Gambar 5.15 Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton 76
Gambar 5.16 Benda Uji Hasil Pengujian Kuat Lentur Beton 77
Gambar 5.17 Pengujian Kuat Lentur Beton 78
Gambar 5.18 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton 80
Gambar 5.19 Tegangan-Regangan Kombinasi BA 0 Silinder 1 84
Gambar 5.20 Modulus Elastisitas Beton 88
Gambar 5.21 Grafik Hubungan Hasil Pengujian Terhadap Penambahan Abu Sekam
Padi 0% 90
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN
xvi
S1 = Tegangan pada saat regangan longitudinal, ε1= 0,00005 (MPa)
ε2 = Regangan longitudinal yang dihasilkan pada saaat S2
fct = Kuat tarik belah (MPa)
l = Panjang benda uji pada bagian yang tertekan (mm)
d = Diameter benda uji (mm)
Mb = Massa basah sampel setelah direndam (gram)
Mk = Massa kering sampel setelah direndam (gram)
flt =Kuat lentur benda uji (MPa)
L = Jarak (bentang) antara dua perletakkan (mm)
b = lebar tampang lintang patah (mm)
h = tinggi tampang lintah patah (mm)
c = jarak antara tampang lintang patah dan tumpuan terdekat (mm)
∆L = Deformasi longitudinal (mm)
L0 = Tinggi efektif pengukuran (mm)
= Kecepatan rambat gelombang (m/s)
Lv = Jarak antara pusat perumakaan tranduser (m)
T = Waktu tempuh gelombang (s)
xvii
ABSTRAK
Pemakaian semen portland dalam beton akan menghasilkan kenaikan temperatur akibat
reaksi hidrasi serta senyawa sisa berupa kalsium hidroksida, sehingga diperlukan bahan mineral
pembantu berupa pozzolan untuk mengurangi kenaikan temperatur sekaligus meningkatkan
kekuatan dari beton. Salah satu material pozzolan yang berasal dari sisa industri adalah abu sekam
padi yang memiliki senyawa kimia amorphous silica sekitar 85-90%. Pada pembuatan beton segar
abu sekam padi memerlukan air untuk melakukan reaksi kimia sehingga diperlukan bahan tambah
kimia berupa superplasticizer untuk menjaga kelecakan beton.
Dalam penelitian ini perencanaan campuran beton menggunakan standar beton normal (SNI
03-2834-2000) dengan kuat tekan rencana 25 MPa ditambahkan abu sekam padi dan
superplasticizer berjenis sika ViscoCrete 1003 sebesar 0,6% dari berat semen.Variasi penambahan
abu sekam padi yang digunakan sebesar 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% terhadap berat semen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik beton dari pengujian kuat tekan beton,
modulus elastisitas beton, penyerapan air beton, kecepatan rambat gelombang beton dan kuat tarik
belah beton dengan benda uji silinder (diameter 15 cm dan tinggi 30 cm) serta kuat lentur beton
dengan benda uji balok (panjang 40 cm, lebar 10 cm dan tinggi 10 cm).
Hasil penelitian menunjukkan penambahan 15% abu sekam padi menghasilkan nilai tertinggi
pada pengujian kuat tekan, modulus elastisitas, dan kecepatan rambat gelombang. Kuat tarik belah
beton tertinggi saat penambahan 20% abu sekam padi dan kuat lentur beton tertinggi saat
penambahan 0% abu sekam padi. Pengujian penyerapan air beton menunjukkan, penambahan
persentase abu sekam padi membuat nilai penyerapan air beton semakin kecil. Sehingga dapat
disimpulkan penambahan abu sekam padi dengan suhu pembakaran yang tidak terkontrol
menghasilkan abu sekam padi yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam beton. Hal ini
ditunjukkan dengan peningkatan kuat tekan, modulus elastisitas, dan kecepatan rambat gelombang,
tetapi menghasilkan kecenderungan pola (trend) grafik yang berbeda terhadap kuat tarik belah dan
kuat lentur.
xviii
ABSTRACT
xix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
industri. Salah satu material pozzolan yang berasal dari sisa industri adalah abu
sekam padi. Material tersebut berasal dari limbah alam yaitu sekam padi. Sekam
padi merupakan limbah pasca panen padi yang memiliki harga murah dan
jumlahnya melimpah di wilayah Yogyakarta. Pembakaran sekam padi pada proses
pembuatan batu bata sehingga menghasilkan abu sekam padi dapat diaplikasikan
menjadi bahan pozzolan, karena mengandung amorphous silica yang dapat
bereaksi dengan kalsium hidroksida. Paul Nugraha dan Antoni (2007) meyatakan
kandungan senyawa kimia amorphous silica yang terdapat pada abu sekam padi
sekitar 85-90%, rata-rata abu sekam padi memiliki ukuran 10-20 µm dan bentuk
partikelnya berupa cellular serta irregular.
Pada saat pembuatan beton segar, penambahan abu sekam padi memerlukan
air untuk melakukan reaksi kimia. Kebutuhan abu sekam padi terhadap air akan
menyebabkan karakteristik beton terganggu salah satunya pada pengujian slump.
Beton segar yang dibuat akan menjadi tidak mudah dikerjakan atau kental sehingga
untuk menjaga kelecakan adukan beton segar diperlukan bahan tambah kimia
berupa superplasticizer.
Superplasticizer merupakan bahan tambah kimia yang memiliki sifat high
range water reducer admixtures yang dapat meningkatkan kelecakan campuran
beton. Salah satu produk superplasticizer adalah produksi dari PT. Sika Indonesia
yaitu ViscoCrete 1003. Bahan tambah tersebut merupakan produk generasi ketiga
untuk superplasticizer dari PT. Sika Indonesia yang dikembangkan untuk beton dan
mampu mengurangi segregation serta bleeding. Penelitian menggunakan
ViscoCrete 1003 ini pernah dilakukan dengan kadar optimum yang diperoleh
sebesar 0,6% dari berat semen (Sugiatmo, 2017).
Berdasarkan penjelasan di atas mengenai penambahan pozzolan sebagai
bahan penyusunan beton, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui
pengaruh yang ditimbulkan dari penambahan abu sekam padi serta superplasticizer
terhadap karakteristik beton dengan variasi penambahan abu sekam padi.
3
2. Mengurangi limbah abu sekam padi pada proses pembakaran batu bata agar
tidak mencemari lingkungaan yang akan berdampak buruk bagi masyarakat
sekitar.
3. Menjadi referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang akan
membahas masalah penggunaan limbah abu sekam padi.
11. Benda uji yang digunakan pada penelitian ini berupa beton silinder dengan
diameter 15 cm dan tinggi 30 cm sebanyak 40 buah dan berupa beton balok
dengan panjang 40 cm, lebar 10cm, dan tinggi 10cm sebanyak 15 buah.
12. Benda uji yang digunakan merupakan beton dengan rancangan (f ’c) 25 MPa.
13. Metode perencanaan campuran adukan beton sesuai dengan standar SNI-03-
2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal.
14. Beton yang direncanakan akan digunakan di luar ruangan bangunan, tidak
terlindung dari hujan dan terik matahari dan pengaruh suhu, udara dan faktor
lain diabaikan.
15. Penambahan abu sekam padi dan superplasticizer tidak mengurangi
komposisi bahan penyusun beton dalam perencanaan adukan beton normal.
16. Perawatan beton silinder dan beton balok dilakukan dengan merendamkan
benda uji ke dalam air.
17. Pengujian benda uji dilakukan setelah umur beton 28 hari.
18. Pengujian yang dilakukan berupa kuat tekan sekaligus pembacaan dial gauge,
kuat lentur beton, kuat tarik beton, penyerapan air beton dan kecepatan
rambat gelombang melalui beton.
19. Pelaksanaan pengujian dilakukan di laboratorium Bahan Konstruksi Teknik
Program Studi Teknik Sipil, Universitas Islam Indonesia
20. Alat pengujian yang digunakan berasal dari Laboratorium Bahan Konstruksi
Teknik Sipil FTSP UII.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
mengganti sebagian semen pada beton K-400 terhadap kuat tekan dan kuat
tarik beton. Penelitian ini menggunakan kadar variasi abu sekam padi 0%,
2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% serta penambahan superplasticizer. Benda uji yang
digunakan pengujian kuat tekan berupa kubus dengan sisi 15 cm x 15 cm x
15 cm dan pada kuat tarik berupa silinder diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Pengujian benda uji kuat tekan dilakukan pada beton berumur 7 hari, 14 hari,
21 hari dan 28 hari dan pengujian kuat tarik pada beton berumur 28 hari.
Setelah dilakukan penelitian ini diperoleh nilai slump dengan bahan tambah
abu sekam padi dan superplasticizer mengalami peningkatan dari beton
normal.Pada pengujian yang diperoleh nilai kuat tekan beton dan kuat tarik
beton mengalami peningkatan bersamaan dengan penambahan kadar abu
sekam padi dan superplasticizer sehingga kadar optimum yang diperoleh saat
abu sekam padi 10% serta penambahan superplasticizer 0,6%.
4. Dwi Sugiatmo (2017) melakukan penelitian tentang: Sifat Mekanis pada
Beton Self Compacting Concrete dengan Menggunkaan Bahan Tambah
VisoCrete 1003 dan ViscoFlow 3211 N. Penelitian ini bertujuan memperoleh
kadar optimum penggunaan bahan tambah (admixture) ViscoCrete 1003 dan
ViscoFlow 3211 N yang dapat menghasilkan kuat tekan dan kuat lentur
maksimal serta mengetahui sifat beton Self Compacting Concrete (SCC).
Benda uji berbentuk beton silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm
serta balok lebar 15 cm, tinggi 15 cm dan panjang 53 cm. Pembuatan benda
uji dengan penambahan ViscoCrete 1003 dan ViscoFlow 3211 N secara
bervariasi mulai dari 0,4%, 0,6%, 0,8%, 1,0%, dan 1,2% berat semen.
Pengujian kuat tekan dan kuat lentur dilakukan pada beton berumur 28 hari
dengan nilai kuat tekan rencana diperoleh dari perbandingan volume. Setelah
dilakukan penelitian membuktikan bahwa kadar optimum terjadi pada
penambahan ViscoCrete 1003 sebanyak 0,6% menghasilkan kuat tekan beton
19,05 MPa dan menghasilkan kuat lentur sebesar 2,49 MPa.
Tabel 2.1 Perbedaan Antara Penelitian Sebelumnya dan Penlitian yang Akan Dilaksanakan
9
9
10
Lanjutan Tabel 2.1 Perbedaan Antara Penelitian Sebelumnya dan Penlitian yang Akan Dilaksanakan
Peneliti Eri Rosida dkk (2008) Sri Raharja dkk (2013) Djaka Suhirkam dan Dafrimon Dwi Sugiatmo (2017) Daffa Ari Prasetya (2018)
(2014)
Metode Metode yang dilakukan Metode yang dilakukan Metode penelitian yang Metode penelitian yang Pada penelitian ini metode
penelitian dengan uji material, dengan percobaan langsung dilakukan dengan memeriksa dilakukan persiapan perencanaan campuran
merencanakan komposisi untuk memperoleh data bahan yang digunakan, bahan dan alat, pengujian adukan beton sesuai dengan
menggunakan mix design dengan kuat tekan rencana menggunakan benda uji silinder material, pembuatan standar SNI-03-2834-2000
dengan kuat tekan rencana (f’c) 80 MPa. Pengujian untuk pengujian kuat tarik dan benda uji beton silinder dengan pengujian beton umur
(f’c) 22,5 MPa, pembuatan dilaksanaan pada beton kubus untuk pengujian kuat dan beton balok dan rencana 28 hari dan kuat tekan
beton segar, pengujian berumur 28 hari dengan tekan, melakukan pencampuran pengujian kuat tekan serta rencana (f’c) 25 MPa. Dari
slump, pembuatan benda uji, pengujian meliputi uji bahan, beton, mengukur nilai slump kuat lentur beton. Mutu hasil campuran tersebut akan
perawatan beton dan kuat tekan, dan modulus dan melakukan pengujian beton. beton yang digunakan dilakukan pengujian untuk
pengujian kuat tekan pada elastisitas beton Pada pengujian kuat tekan diperoleh dari mmengetahui karakteristik
beton berumur 14 hari dan 28 dilakukan pada beton berumur 7 perbandingan volume beton
hari yang pengujiannya hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari yang pengujiannya
mengacu pada SK SNI T-15- dan pengujian kuat tarik pada dilakukan pada beton
1991-03. beton berumur 28 hari umur 28 hari
Hasil Pada penelitian ini diperoleh Pada penelitian ini diperoleh Pada penelitian ini diperoleh Pada penelitian ini
kuat tekan maksimum beton nilai flow table test terbesar nilai slump dengan bahan diperoleh hasil hasil kuat
pada pemakaian abu sekam pada kadar 0% abu sekam tambah mengalami peningkatan tekan beton maksimum
15% sebesar 24,95 MPa pada padi dan terkecil pada kadar dari pada beton normal, pada pada beton yang
beton berumur 14 hari dan 15% abu sekam padi. Nilai penggantian sebagian semen ditambahkan ViscoCrete
16,86 MPa pada beton kuat tekan optimum saat kadar dengan abu sekam dan 1003 sebanyak 0,6% dari
berumur 28 hari. Peningkatan abu sekam padi 10% dan superplasticizer pada kuat tekan berat semen sebesar 19,05
nilai slump cenderung menurun saat kadar abu mengalami peningkatan kuat MPa, pada kuat lentur
meningkatkan kuat tekan sekam padi 15%. Peningkatan tekan beton bersamaan dengan penambahan ViscoCrete
beton hingga kadar abu modulus elastisitas mengikuti penambahan kadar abu sekam 1003 meningkatkan kuat
sekam padi 15%, namun penggunaan abu sekam dan nilai kuat tarik beton lentur, tetapi mengalami
pada saat kadar abu sekam dengan nilai kuat tekan meningkat dengan adanya penurunan saat dilakukan
padi 20% menghasilkan optimum saat kadar abu penambahan abu sekam padi penambahan ViscoCrete
slump besar tetapi kuat tekan sekam 10%. dan superplasticizer 1003 1,2% dari berat
rendah. semen
10
11
3.1 Beton
Beton merupakan material utama yang digunakan dalam pembuatan
bangunan (Susilo, 2016). Beton banyak digunakan sebagai material utama karena
sifat beton yang mudah menyesuaikan cetakan yang dibuat dan memiliki kekuatan
terhadap kuat tekan sehingga beton masih sering digunkaan pada sebuah bangunan.
Beberapa macam bangunan yang banyak dijumpai diantaranya bangunan gedung,
perkerasan jalan rigid pavement, jembatan, bendungan, bendung, tanggul, maupun
konstruksi lainnya. Pada pembuatannya beton dibagi dalam dua jenis, yaitu beton
normal dan beton mutu tinggi. Beton normal adalah beton yang mempunyai berat
isi 2200-2500 kg/m3 menggunakan agregat alam yang dipecah (SNI 03-2834-
2000). Beton normal dengan kualitas yang baik yaitu beton yang mampu menahan
kuat desak yang diberi beban berupa tekanan dengan dipengaruhi oleh bahan-bahan
pembentuk, kemudahan pengerjaan (workability), faktor air semen (FAS) dan zat
tambahan (admixture) bila diperlukan.
Komposisi sebuah beton pada umumnya terdiri dari agregat sekitar 60-75%,
pasta semen (semen dan air) sekitar 25-40% dan rongga udara sekitar 1-2%,
sehingga suatu mutu beton dipengaruhi oleh kualitas bahan penyusun yang
digunakan dan pada saat proses pengerjaannya.
12
13
itu agregat berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran beton. Agregat sangat
berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau beton, sehingga pemilihan agregat
merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar atau beton
(Tjokrodimuljo, 2007).
Pada umumnya agregat dipisahkan menjadi agregat alam dan agregat buatan
yang dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus.
Menurut SNI 2847-2013 tentang Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung menyatakan bahwa agregat normal yang digunakan harus memenuhi syarat
ASTM C33M. Dimensi ukuran butiranya agregat dibagi menjadi beberapa yaitu,
butir yang lebih dari 40 mm disebut batu, butir antara 4,80 – 40,00 mm disebut
agregat kasar atau kerikil dan ukuran butir kurang dari 4,80 mm disebut agregat
halus atau pasir. Batasan ukuran untuk agregat kasar dan agregat halus yaitu 4,80
mm (British Standard) atau 4,75 mm (Standar ASTM). Agregat yang digunakan
sebagai bahan pengisi beton harus mempunyai bentuk yang baik (bulat atau
mendekati kubus), bersih, kuat, keras, ulet dan gradasinya baik.
Agregat kasar dikelompokkan menjadi 3 golongan berdasarkan ukuran
maksimalnya. Penggolongan tersebut diperoleh dari uji gradasi agregat yang dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Agregat halus harus terdiri dari butir–butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak dengan susunan saringan yang ditentukan. Hasil saringan
agregat halus harus memenuhi gradasi pada Tabel 3.2.
Keterangan:
Daerah Gradasi I : Pasir kasar
Daerah Gradasi II : Pasir agak kasar
Daerah Gradasi III : Pasir agak halus
Daerah Gradasi IV : Pasir halus
3.2.2 Semen Portland
Menurut ASTM C-150, semen portland didefinisikan sebagai semen hidrolik
yang dihasilkan dengan menggilinng klinker yang terdiri dari kalsium silikat
hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai
bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya. Semen
berfungsi untuk merekatkan butiran-butiran agregat, selain itu juga untuk mengisi
rongga-rongga antar agregat sehingga menjadi suatu masa padat atau kompak,
walaupun jumlah berkisar 10% dari volume beton (Tjokrodimuljo, 2007). Semen
yang akan digunakan pada sebuah bangunan harus direncanakan sesuai
perencanaan yang diminta dan sesuai dengan kegunaan bangunan yang dirancang.
Bahan utama yang dimiliki oleh semen portland adalah kapur, silika, alumina,
magnesia dan terkadang ditambahkan sedikit alkali. Oksida besi juga ditambahkan
untuk mengontrol komposisinya dan untuk mengatur waktu ikat semen
15
4. Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor
hidrasi rendah.
5. Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.
3.2.3 Air
Pasta semen timbul diakibatkan oleh semen yang bereaksi dengan air,
sehingga terjadi reaksi hidrolis. Air harus selalu berada di dalam beton cair, tidak
saja untuk reaksi hidrolis tetapi juga sebagai pelumas antara butiran-butiran agregat
agar dapat dikerjakan dan dipadatkan. Pada proses hidrasi diperlukan kurang lebih
25% dari berat semen untuk terjadinya proses tersebut, namun penambahan air yang
terlalu banyak dapat menurunkan kekuatan beton dan menjadi keropos sehingga
dalam penambahan air perlu diperhatikan.
Menurut Tri Mulyono (2004), air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari
sungai, danau, telaga, kolam, situ, dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan
memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Air tawar yang dapat diminum
umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air laut umumnya
mengandung 3,5% larutan garam (sekitar 78% adalah sodium klorida dan 15%
adalah magnesium klorida). Garam-garaman dalam air laut ini akan mengurangi
kualitas beton hingga 20%. Air laut tidak boleh digunakan sebagai bahan campuran
beton pra-tegang ataupun beton bertulang karena resiko terhadap karat lebih besar.
Air buangan industri yang mengandung asam alkali juga tidak boleh digunakan.
3.2.4 Abu Sekam Padi
Abu sekam padi merupakan bahan tambah mineral yang berupa pozzolan
untuk memperbaiki kinerja beton. Pozzolan mutu yang baik apabila mempunyai
jumlah kadar SiO3 + Al2O3 + Fe2O3 tinggi dan reaktifitasnya tinggi dengan kapur.
Pozzolan dibedakan menjadi tiga kelas yang masing-masing ditentukan komposisi
kimia dan sifat fisikanya (Murdock dan Brook, 1979).
1. Pozzolan kelas N, yaitu pozzolan alam atau hasil pembakaran. Pozzolan yang
dapat digolongkan dalam kelas ini seperti tanah diatomic, opaline chertz dan
shales, tuff serta abu vulkanik, yang mana bisa diproses melalui pembakaran
atau tidak serta memiliki sifat pozzolan yang baik.
17
2. Pozzolan kelas C, yaitu jenis fly ash yang mengandung CaO diatas 10% yang
dihasilkan dari pembakaran lignite atau sub-bitumen batu bara.
3. Pozzolan kelas F, yaitu jenis fly ash yang mengandung CaO lebih kecil dari
10% yang dihasilkan dari pembakaran anthracite atau bitumen batu bara.
Adapun sifat fisik dan sifat kimia dari pozzolan yang distandarkan dapat
diliah pada Tabel 3.4.
Sugita dkk. (1992) dalam Sulistyani (2005) menyatakan abu sekam padi
merupakan pozzolan kelas N yang diperoleh dari proses pembakaran. Kandungan
silika abu sekam padi lebih tinggi daripada blast furnace slag maupun abu terbang
dan hampir sama dengan silica fume. Paul Nugraha dan Antoni (2007) menyatakan
abu sekam padi memiliki ukuran rata-rata 10-20 µm, luas permukaan sekitar 50-
100 m2/g, bentuk partikel cellular dan irregular dan massa jenis <2,0. Pembakaran
sekam padi menjadi abu sekam padi membantu menghilangkan kandungan kimia
organik yang terdapat pada sekam padi dan meninggalkan abu dengan kandungan
silika yang cukup banyak.
Pada penelitian ini karena keterbatasan alat pembakaran maka digunakan
hasil pembakaran yang tidak terkontrol dari sisa pembakaran industri batu bata.
Abu sekam padi kemudian dihaluskan sampai lolos saringan 200 (75 µm).
Abu sekam padi memiliki salah satu unsur kimia yang menguntungkan yaitu
silika, karena pada kondisi yang sesuai akan bereaksi dengan kapur bebas
18
membentuk gel yang bersifat pengikat. Komposisi yang terdapat pada abu sekam
padi dapat dilihat pada Tabel 3.5.
Dilihat dari Tabel 3.5 abu sekam padi dapat termasuk dalam pozzolan kelas
N karena mengandung SiO3 + Al2O3 + Fe2O3 lebih dari 70% sesuai dengan mutu
pozzolan kelas N yang disyaratkan.
3.2.5 Superplasticizer
Paul Nugraha dan Antoni (2007) menyatakan material pozzolan dengan
bentuk bersudut, berongga (cellurlar) ataupun bentuk tak tentu (irregular)
membutuhkan penggunaan bahan kimia pembantu (superplasticizer) agar dapat
kelecakan yang baik. Superplasticizer adalah bahan tambah kimia (chemical
admixture) yang melarutkan gumpalan-gumpalan dengan cara melapisi pasta
semen sehingga semen dapat tersebar dengan merata pada adukan beton dan
mempunyai pengaruh meningkatkan workability beton sampai pada tingkat cukup
besar. Pada prinsipnya kerja superplasticizer dapat larut dalam air dengan
menghasilkan gaya tolak-menolak (dispersion) yang cukup antarpartikel semen
agar tidak terjadi penggumpalan partikel semen (flocculate) yang dapat
menimbulkan rongga udara dalam beton. Bahan superplasticizer merupakan sarana
untuk menghasilkan beton mengalir tanpa pemisahan segregation dan bleeding
yang umumnya terjadi pada beton dengan jumlah air yang besar.
19
tekan dan gaya tarik akibat beban atau penggunaan fungsi bangunan. Baja tanpa
tulangan disebut beton polos (plain concrete).
Menurut Chu-kia Wang dkk (1990) menyatakan beton memiliki berbagai
macam karakteristik yang diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Mempunyai tegangan hancur tekan yang tinggi serta tegangan hancur tarik
yang rendah.
2. Beton tidak dapat dipergunakan pada elemen konstruksi yang memikul
momen lengkung atau tarikan.
3. Beton sangat lemah dalam menerima gaya tarik, sehingga akan terjadi retak
yang semakin lama akan makin besar.
4. Proses kimia pengikatan semen dengan air menghasilkan panas dan dikenal
dengan proses hidrasi.
5. Air berfungsi juga sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan antar butiran
sehingga beton dapat dipadatkan dengan mudah.
6. Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan akan menyebabkan butiran semen
berjarak semakin jauh sehingga kekuatan beton akan berkurang.
7. Dengan perkiraan komposisi (mix desain) dibuat rekayasa untuk memeriksa
dan mengetahui perbandingan campuran agar dihasilkan kekuatan beton yang
tinggi.
8. Selama proses pengerasan campuran beton, kelembaban beton harus
dipertahankan untuk mendapatkan hasil yang direncanakan.
9. Setelah 28 hari, beton akan mencapai kekuatan penuh dan elemen konstruksi
akan mampu memikul beban luar yang bekerja padanya.
10. Untuk menjaga keretakan yang lebih lanjut pada suatu penampang balok,
maka dipasang tulangan baja pada daerah yang tertarik.
11. Pada beton bertulang memanfaatkan sifat beton yang kuat dalam menerima
gaya tekan serta tulangan baja yang kuat menerima gaya tarik.
12. Dari segi biaya, beton menawarkan kemampuan tinggi dan harga yang relatif
rendah.
21
= (3.1)
dengan:
= Kuat tekan beton (MPa)
= Beban Maksimum (N)
= Luas penampang benda uji (mm2)
Pada penelitian ini digunakan benda uji untuk pengujian kuat tekan beton
berupa beton silinder yang sketsa pengujiannya dapat dilihat pada Gambar 3.1.
22
fct = (3.2)
dengan:
fct = Kuat tarik belah beton (MPa)
P = Beban maksimum (N)
23
=ɛ (3.3)
2- 0,000050
24
dengan:
Ec = Modulus elastisitas beton (MPa)
S2 = Kuat tekan pada saat 40% dari beban maksimum, dalam MPa
S1 = Kuat tekan pada saat regangan longitudinal mencapai ɛ1 = 0,000005
ɛ2 = Regangan longitudinal yang dihasilkan pada saat S2
∆L
ɛ= (3.4)
dengan:
∆L = Deformasi longitudinal (mm)
L0 = Tinggi efektif pengukuran (mm)
,
Ec = 0,043 √f'c (3.5)
dan
dengan:
= Kuat tekan beton (MPa)
Wc = Berat isi beton (kg/m3)
= (3.7)
dengan:
= Kecepatan rambat gelombang (m/s)
Lv = Jarak antara pusat permukaan tranduser (m)
26
Pada pengujian benda uji patahnya benda uji berada dibawah beban (ditengah
benda uji), maka digunakan Persamaan 3.8 sebagai berikut.
3xPxL
flt = 2 x b x h (3.8)
2. Kondisi II
Pada pengujian benda uji patah tidak tepat dibawah beban dibagian tarik
beton dan jarak antara titik patah dan titik beban kurang dari 10% jarak titik
perletakkan, maka digunakan Persamaan 3.9 sebagai berikut.
3xPxc
flt = (3.9)
bxh
3. Kondisi III
Pada pengujian benda uji patah tidak tepat dibawah beban pada bagian tarik
beton dan jarak antara titik patah dan titik beban lebih dari 10% bentak, maka
hasil pengujian tidak digunkan.
dengan:
flt = Kuat lentur benda uji
P = Beban maksimum
L = Jarak (bentang) antara dua perletakkan
b = lebar tampang lintang patah
h = tinggi tampang lintah patah
c = jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan tumpuan terdekat,
diukur pada empat tempat pada sisi titik dari bentang
dengan:
Mb = Massa basah beton silinder setelah direndam
Mk = Massa kering beton silinder setelah direndam
3.3.7 Slump Beton
Slump beton merupakan penurunan ketinggian pada pusat permukaan atas
beton yang diukur segera setelah cetakan uji slump diangkat (SNI 03-1972-2008).
Pengujian slump beton dilakukan saat beton kondisi masih segar, hal ini berkaitan
dengan tingkat kemudahan pengerjaan (workability). Sebuah beton yang kental
memiliki slump yang rendah sedangkan slump yang tinggi berarti sebuah adukan
semakin encer dan mudah dikerjakan. Pada penelitian ini pengujian slump yang
dilakukan mengacu pada SNI 03-1972-2008 yang cara pengukurannya dapat dilihat
pada Gambar 3.6.
Tabel 3.7 Nilai Deviasi Standar Untuk Berbagai Tingkat Pengendalian Mutu
Pekerjaan
Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan Sd (MPa)
Memuaskan 2,8
Sangat Baik 3,5
Baik 4,2
Cukup 5,6
Jelek 7,0
Tanpa Kendali 8,4
Sumber: SNI-03-2834-2000
3. Nilai tambah (M) untuk kuat tekan rencana dapat dihitung dengan
menggunakan Persamaan 3.11 berikut.
= 1,64 × × (3.11)
dengan:
M = Nilai tambah (MPa)
1,64 = Ketetapan statistik yang nilainya tergantung pada persentase kegagalan hasil
uji sebesar maksimum 5 %
Sd = Deviasi standar rencana (MPa)
k = Faktor pengali deviasi standar
= + (3.12)
dengan:
f’cr = Kuat tekan rata-rata yang direncanakan (MPa)
f’c = Kuat tekan yang disyaratkan (MPa)
M = Nilai tambah (MPa)
31
5. Menentukan jenis tipe semen yang digunakan, tipe semen harus ditetapkan
agar dapat menentukan nilai faktor air semen. Pada penelitian ini
menggunakan semen tipe PCC yang memiliki kekuatan sama seperti semen
portland tipe I, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya tidak
memerlukan persyaratan khusus seperti jenis- jenis yang lainnya.
6. Menentukan jenis agregat yang digunakan, berdasarkan SNI 03-2834-2000,
kekasaran pasir dibagi menjadi empat kelompok berdasarkan gradasinya,
yaitu pasir halus, agak halus, agak kasar, dan kasar. Sedangkan agregat kasar
(kerikil) dibedakan menjadi dua, yaitu kerikil alami dan kerikil batu pecah.
Pada penelitian ini digunakan agregat halus (pasir) alami dan agregat kasar
(kerikil) batu pecah.
7. Menentukan nilai faktor air semen (FAS), yaitu perbandingan antara air
dengan berat smen yang digunakan dalam campuran beton. Dalam mencari
faktor air semen dapat menggunakan Tabel 3.9 untuk perkiraan kekuatan
tekan desak dengan FAS = 0,5 yang kemudian diplotting dengan
menggunakan grafik pada Gambar 3.7.
Tabel 3.8 Persyaratan Jumlah Semen Minimum dan Faktor Air Semen
Maksimum untuk Berbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkungan
Khusus.
Jenis Pembetonan Jumlah Semen Nilai Fas
minimum Maksimum
Per m3 beton (kg)
Beton didalam ruang bangunan.
a. Keadaaan keliling non-koresif. 275 0,60
b. keadaan keliling koresif disebabkan oleh
325 0,52
kondensasi atau uap koresif.
Beton diluar ruangan bangunan.
a. tidak terlindung dari hujan dan terik 325 0,60
matahari langsung.
b. Terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0,60
langsung.
Beton masuk ke dalam tanah.
a. mengalami keadaan basah dan kering 325 0,55
berganti-gantian..
b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari Lihat Tabel 5
tanah
c. Perkiraan Kadar Air Bebas Tiap Meter Lihat Tabel 6
Kubik Beton
Sumber: SNI-03-2834-2000
32
Tabel 3.9 Perkiraan Kekuatan Tekan (MPa) Beton dengan FAS = 0,5
Kekuatan Tekan (MPa)
Jenis Semen Jenis Agregat Kasar Pada Umur (hari) Bentuk
Benda
Uji
3 7 28 95
Semen Portland Batu tak dipecahkan 17 23 33 40 Silinder
Tipe I Batu pecah 19 27 37 45
Semen Portland Batu tak dipecahkan 20 28 40 48 Kubus
Tipe II, V Batu pecah 25 32 45 54
Semen Batu tak dipecahkan 21 28 38 44 Silinder
Portland Batu pecah 25 33 44 48
Tipe III Batu tak dipecahkan 25 31 46 53 Kubus
Batu pecah 30 40 53 60
Sumber: SNI-03-2834-2000
Gambar 3.7 Grafik Hubungan Antara Kuat Desak dan Faktor Air Semen
Untuk Benda Uji Silinder
(Sumber: SNI-03-2834-2000)
33
dengan:
Wh = Perkiraan Jumlah air untuk agregat halus
Wk = Perkiraan Jumlah air untuk agregat kasar
Nilai Wh dan Wk diperoleh dari Tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.10 Perkiraan Kadar Air Bebas Tiap Meter Kubik Beton
Ukuran
Slump (mm)
Maksimum Jenis Agregat
Agregat (mm) 0-10 10-30 30-60 60-180
10 Batu tak dipecah 150 180 205 225
Batu pecah 180 205 230 250
20 Batu tak dipecah 135 160 180 195
Batu pecah 170 190 210 225
40 Batu tak dipecah 115 140 160 175
Batu pecah 155 175 190 205
Sumber: SNI-03-2834-2000
Tabel yang digunakan adalah Tabel 3.10 yang telah tertera dalam
perhitungan nilai FAS dan kondisi lingkungan beton.
2) Dengan menggunakan rumus
Jumlah kadar air yang dipakai per m3 beton dapat dihitung dengan
Persamaan 3.14 berikut.
Dari kedua cara tersebut dipakai jumlah semen minimum per m3 beton.
b. Menentukan persentase agregat halus dan agregat kasar dengan
menggunakan grafik pada Gambar 3.7 dan Gambar 3.8 berikut.
Gambar 3.8 Grafik Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat yang
Dianjurkan Untuk Ukuran Maksimum 20 mm
(Sumber: SNI-03-2834-2000)
35
Gambar 3.9 Grafik Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat yang
Dianjurkan Untuk Ukuran Maksimum 40 mm
(Sumber: SNI-03-2834-2000)
11. Menghitung berat jenis relatif agregat yang diambil berdasarkan data hasil
pengujian laboratorium. Berat jenis agregat gabungan dihitung berdasarkan
Persamaan 3.16 berikut.
dengan:
BJAG = Berat jenis agregat gabungan
BJAH = Berat jenis agregat halus
BJAK = Berat jenis agregat kasar
%AH= Persentase agregat halus
%AK= Persentase agregat kasar
12. Mencari nilai berat isi beton dengan menggunakan grafik pada Gambar 3.10
berikut.
Gambar 3.10 Grafik Perkiraan Berat Beton Basah yang Telah Selesai
Dipadatkan
(Sumber: SNI-03-2834-2000)
37
Kadar agregat gabungan = berat isi beton-kadar semen-kadar air bebas (3.17)
16. Menghitung proporsi campuran (agregat dalam kondisi SSD) dan kemudian
didapatkan susuan campuran proporsi teoretis untuk setiap 1 m3 beton.
17. Menghitung berat masing-masing bahan setiap variasi campuran
ditambahkan faktor keamanan dari setiap proporsinya.
BAB IV
METODE PENELITIAN
Keterangan:
BA0 = Beton dengan campuran 0% abu sekam padi dari berat semen dan
campuran 0,6% superplasticizer dari berat semen
BA5 = Beton dengan campuran 5% abu sekam padi dari berat semen dan
campuran 0,6% superplasticizer dari berat semen
BA10 = Beton dengan campuran 10% abu sekam padi dari berat semen dan
campuran 0,6% superplasticizer dari berat semen
38
39
BA15 = Beton dengan campuran 15% abu sekam padi dari berat semen
dan campuran 0,6% superplasticizer dari berat semen
BA20 = Beton dengan campuran 20% abu sekam padi dari berat semen dan
campuran 0,6% superplasticizer dari berat semen
1. Agregat
Agregat pada penelitian ini terdapat agregat halus dan agregat kasar. Agregat
halus yang digunakan lolos saringan 4,80 mm dan agregat kasar berupa batu
pecah dengan ukuran maksimum 20 mm. Agregat halus berasal dari Gunung
Merapi dan agregat kasar berasal dari Clereng, Kulon Progo.
2. Semen portland
Semen portland yang digunakan pada penelitian ini merupakan semen dengan
merek Tiga Roda tipe PCC yang memiliki kekutan sama dengan semen
portland tipe I. Pengamatan yang dilakukan terhadap semen berupa kondisi
fisik keutuhan kemasan semen dan kehalusan butiran semen (butiran bewarna
abu-abu, halus, dan tidak terdapat yang menggumpal).
3. Air
Pada pembuatan benda uji digunakan keperluan air berasal dari Laboratorium
Bahan Konstruksi Teknik Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Islam Indonesia. Air yang digunakan pada penelitian ini untuk membantu
reaksi semen menjadi pasta semen sehingga dapat mengikat agregat dan
perawatan pada beton setelah di cor.
4. Abu Sekam Padi
Abu sekam padi yang digunakan pada penelitian ini berasal dari pembakaran
sekam padi pada proses pembuatan batu bata di Jalan Monumen Perjuangan,
Bantul, Yogyakarta. Abu sekam padi yang digunakan merupakan abu yang
lolos saringan no 200 (75 µm).
5. Superplasticizer ViscoCrete 1003
Bahan tambah kimia yang digunakan pada penelitian ini jenis
superplasticizer ViscoCrete 1003 diperoleh langsung dari PT Sika Indonesia
di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
4.4 Peralatan
Pada penelitian ini digunakan beberapa peralatan untuk menunjang
pelaksanaan penelitian Tugas Akhir diantaranya sebagai berikut.
41
Mulai
Persiapan Penelitian
Pemeriksaan Bahan
Susun Beton:
1. Berat Jenis dan
Penyerapan Air
2. Analisa Saringan Tidak
3. Berat Volume
4. Kandungan Lumpur
Apakah
Memenuhi
Persyaratan?
Ya
Mix Design
A
47
Kesimpulan
Selesai
48
49
Tabel 5.1 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Halus
Uraian Hasil 1 Hasil 2 Rata-rata
Berat pasir kering mutlak, gram (Bk) 485,4 486,3 485,85
Berat pasir kondisi jenuh kering muka (SSD), gram 500 500 500
Berat piknometer berisi pasir dan air, gram (Bt) 1015,4 1008,1 1011,75
Berat piknometer berisi air, gram (B) 707,9 707,4 707,65
Berat jenis curah, gram/cm3 (1) 2,522 2,440 2,481
Bk / (B + 500 - Bt)
Berat jenuh kering muka, gram/cm3 (2) 2,597 2,509 2,553
500 / (B + 500 - Bt)
Berat jenis semu gram/cm3 (3) 2,728 2,620 2,674
Bk / (B + Bk - Bt)
Penyerapan air, % (4) 3,01% 2,82% 2,91%
(500 - Bk) / Bk x 100%
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang dilakukan diperoleh hasil berat
jenis jenuh kering muka rata-rata sebesar 2,553 gram/cm3 dan penyerapan air
rata-rata sebesar 2,91%. Sebuah berat jenis agregat normal berada diantara
2,4-2,7 (Tjokrodimuljo,2007). Hal ini menyatakan bahwa agregat halus yang
digunakan termasuk berat jenis agregat normal karena berada diantara 2,4-
2,7.
2. Hasil pengujian analisa saringan agregat halus
Pelaksanaan pengujian analisa saringan agregat halus untuk mencari nilai
modulus halus butir (MHB) agregat menggunakan metode SNI 03-1968-
1990. Hasil pengujian analisa saringan agregat halus dapat dilihat pada Tabel
5.2.
50
Berdasarkan Tabel 5.2 maka diperoleh nilai modulus halus butir (MHB) yang
diperoleh sebagai berikut:
= 2,496
70
% Lolos Kumulatif
60
50 51,30
40
30
20
17,83
10
4,65
0
0,15 0,3 0,6 1,2 2,4 4,8 10
Lubang Saringan (mm)
3. Hasil pengujian berat volume padat dan berat volume gembur agregat halus
Pelaksanaan pengujian berat volume padat dan berat volume gembur agregat
halus menggunakan metode SNI 03-4804-1998. Hasil pengujian berat
volume padat dan berat volume gembur dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan
Tabel 5.5.
Berat tabung + Agregat kondisi jenuh, gram (w2) 20900 20200 20550
Berat tabung + Agregat kondisi jenuh, gram (w2) 19700 19100 19400
4. Hasil pengujian lolos saringan no. 200 (uji kandungan lumpur dalam pasir)
Pelaksanaan pengujian lolos saringan no.200 (uji kandungan lumpur dalam
pasir) menggunakan metode dari SNI 03-4142-1996. Hasil pengujian lolos
saringan no.200 dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Berdasarkan pengujian lolos saringan no.200 pasir alam yang diperoleh dari
Gunung Merapi mempnyai kadar lumpur rata-rata sebesar 1,15%. Menurut
PUBI-1982 dalam Panduan Praktikum Teknologi Bahan Konstruksi,
Universitas Islam Indonesia bahwa suatu agregat halus tidak diperbolehkan
memiliki kandungan lumpur lebih dari 5%. Kadungan lumpur yang tinggi
dapat mempengaruhi kelekatan agregat halus dengan pasta semen karena
ikatan pasta semen dan agregat halus diisi oleh kandungan lumpur. Hal ini
akan mempengaruhi kekuatan dari beton yang dibuat. Pada pengujian ini
agregat halus yang diperoleh sudah memenuhi persyaratan <5% sehingga
agregat halus dapat digunkaan untuk pencampuran beton.
Tabel 5.7 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat
Kasar
Sampel Sampel Rata-
Uraian
1 2 rata
Berat kerikil kering mutlak, gram (Bk) 4888 4910 4899
Berat kerikil kondisi jenuh kering muka (SSD) , gram 5000 5000 5000
(Bj)
Berat kerikil dalam air, gram (Ba) 3118 3136 3127
Berat jenis curah, gram/cm3 (1) 2,597 2,634 2,616
Bk / (Bj - Ba)
Berat jenuh kering muka, gram/cm3 (2) 2,657 2,682 2,670
Bj / (Bj - Ba)
Berat jenis semu,gram/cm3 (3) 2,762 2,768 2,765
Bk / (Bk - Ba)
Penyerapan air, % (4) 2,29 1,83 2,06
(Bj - Bk) / Bk x 100%
Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang dilakukan pada agregat kasar
diperoleh berat jenis jenuh kering muka rata-rata sebesar 2,670 gram/cm3 dan
penyerapan air rata-rata sebesar 2,06%. Penyerapan agregat kasar lebih kecil
dari agregat halus, hal ini menunjukan rongga-rongga yang diisi air oleh air
lebih sedikit dari pada agregat halus. Sebuah berat jenis agregat normal
berada diantara 2,4-2,7 (Tjokrodimuljo,2007). Hal ini menyatakan bahwa
55
agregat kasar yang digunakan termasuk berat jenis agregat normal karena
berada diantara 2,4-2,7.
2. Hasil pengujian analisa saringan agregat kasar
Pelaksanaan pengujian analisa saringan agregat kasar untuk mencari nilai
modulus halus butir (MHB) agregat menggunakan metode SNI 03-1968-
1990. Hasil pengujian analisa saringan agregat kasar dapat dilihat pada Tabel
5.8.
Berdasarkan Tabel 5.8 maka diperoleh nilai modulus halus butir (MHB) yang
diperoleh sebagai berikut:
= 6,9962
Pada pengujian ini diperoleh nilai modulus halus butir agregat kasar sebesar
6,9962. Menurut Tjokrodimuljo (2007) sebuah agregat kasar normal
56
memiliki modulus halus butir sebesar 6,0-7,0. Hal ini menunjukan pengujian
yang dilakukan terhadap agregat kasar dari Clereng, Kulon Progo telah
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Hasil pengujian analisa
saringan agregat kasar selain menentukan nilai modulus halus butir juga
digunakan untuk mengetahui batas gradasi ukuran butir maksimum agregat
kasar yang dapat dilihat pada Tabel 5.9.
100
100,00
90
89,07
80
% Lolos Kumulatif 70
60
50
40
30
20
8,20
10
1,44
0
4,8 10 20 40
Lubang Saringan (mm)
3. Hasil pengujian berat volume padat dan berat volume gembur agregat kasar
Pelaksanaan pengujian berat volume padat dan berat volume gembur agregat
kasar menggunakan metode SNI 03-4804-1998. Hasil pengujian berat
volume padat dan berat volume gembur dapat dilihat pada Tabel 5.10 dan
Tabel 5.11.
Berat tabung + Agregat kondisi jenuh, gram (w2) 19300 18700 19000
= +
= 25 + 12
= 37 MPa
= 205 kg/m3
9. Kadar semen minimum untuk beton yang direncanakan diluar ruangan dan
tidak terlindung dari hujan serta terik matahari langsung dari Tabel 3.8
mempunyai kadar semen minimum per-m3 sebesar 325 kg dan nilai faktor air
semen maksimum sebesar 0,6. Maka berdasarkan Persamaan 3.14 jumlah
semen minimum yang digunakan sebagai berikut.
=
,
= 410 kg/m3
46
37
0,5
Dari Gambar 5.5 diperoleh persentase agregat halus batas bawah sebesar 37%
dan batas atas sebesar 46%. Nilai yang digunakan adalah nilai rata-rata
sehingga digunakan sebesar 41,5%, sedangkan persentase agregat kasar
berdasarkan Persamaan 3.15 diperoleh sebagai berikut.
11. Menghitung berat jenis gabungan agregat dengan nilai yang diperoleh dari
pemeriksaan bahan susun beton nilai berat jenis agregat halus (BJAH) sebesar
2,553 dan berat jenis agregat kasar (BJAK) sebesar 2,670. Maka berdasarkan
Persamaan 3.16 diperoleh perhitungan berat jenis gabungan sebagai berikut.
12. Nilai berat isi beton diperoleh dari Gambar 5.6 dengan nilai kadar air bebas
yang digunakan sebesar 205 dan berat jenis gabungan sebesar 2,621, maka
diperoleh nilai berat isi beton sebagai berikut.
2370
2,621
205
Gambar 5.6 Grafik Perkiraan Berat Isi Beton Basah yang Telah Selesai
Dipadatkan
(Sumber: SNI-03-2834-2000)
Berdasarkan Gambar 5.6 diperoleh nilai berat isi beton basah untuk penelitian
ini sebesar 2370 kg/m3.
13. Kadar agregat gabungan berdasarkan Persamaan 3.17 diperoleh sebagai
berikut.
Kadar agregat gabungan= berat isi beton – kadar semen – kadar air bebas
= 2370 – 410 – 205
= 1755,0 kg/m3
14. Kadar agregat halus berdasarkan Persamaan 3.18 diperoleh sebagai berikut.
%
Kadar agregat halus = × kadar agregat gabungan
,
= × 1755,0
= 728,325 kg/m3
15. Kadar agregat kasar berdasarkan Persamaan 3.19 diperoleh sebagai berikut.
63
%
Kadar agregat kasar = × kadar agregat gabungan
,
= × 1755,0
= 1026,675 kg/m3
= 8 × × π × 0,15 2 × 0,3
= 0,04239 m3
20. Pencampuran adukan beton dalam satu kombinasi dilakukan sebanyak 2 kali,
pencampuran pertama untuk benda uji beton silinder sebanyak 5 buah dan
pencampuran kedua untuk benda uji beton silinder sebanyak 3 buah serta
benda uji beton balok sebanyak 3 buah. Hasil rekapitulasi kebutuhan material
pencampuran beton dengan bahan tambah dapat dilihat pada Tabel 5.13.
66
19,00 18,50
18,00
15,00
14,00
13,25
13,00
12,00
12,00
11,00
0 5 10 15 20
Penambahan Abu Sekam Padi (%)
6,500
6,068
6,000
Penyerapan Air Rata-Rata (%)
5,500
5,000 4,768
4,500
4,000
3,500
2,941
3,000 2,734
2,450
2,500
2,000
0 5 10 15 20
Penambahan Abu Sekam Padi (%)
Kepadatan beton dipengaruhi oleh ukuran abu sekam padi yang lebih kecil dari
agregat halus, sehingga dapat mengisi rongga-rongga udara yang ada dalam beton.
4350,00
4300,00 4280,89
4252,87
Velocity Rata-Rata (m/s)
4250,00
4202,01
4200,00
4150,00
4100,00
4063,72 4049,12
4050,00
4000,00
0 5 10 15 20
Penambahan Abu Sekam Padi (%)
Kuat
Luas Kuat Tarik
Diameter Tinggi Beban Tarik
Kode Benda Uji Penampang Belah Rata-
(mm) (mm) (N) Belah
(mm2) Rata (MPa)
(MPa)
BA 15 S6 149,9 301,8 142125,09 136000 1,914 1,963
S7 151 306,8 145539,93 139000 1,910
S8 150 304 143256,63 148000 2,066
BA 20 S6 151,6 305,7 145594,35 205000 2,816 2,394
S7 150,4 305,7 144441,89 130000 1,800
S8 150,6 304,6 144113,53 185000 2,567
Berdasarkan Tabel 5.17 diperoleh grafik hasil pengujian kuat tarik belah
beton yang dapat dilihat pada Gambar 5.12 berikut ini.
2,500
Kuat Tarik Belah Rata-Rata (MPa)
2,400 2,394
2,361
2,300
2,200 2,211
2,100
2,000
1,963
1,900
1,830
1,800
1,700
0 5 10 15 20
Penambahan Abu Sekam Padi (%)
Gambar 5.13 Benda Uji Hasil Pengujian Kuat Tarik Belah Beton
Berdasarkan Gambar 5.12 tentang nilai kuat tarik belah beton rata-rata
terhadap penambahan abu sekam padi, pada penambahan abu sekam padi 20% dan
superplasticizer 0,6% dari berat semen memiliki nilai kuat tarik belah beton
tertinggi sebesar 2,394 MPa meningkat 8,28% dari beton dengan abu sekam padi
0%. Hal ini dikarenakan penambahan abu sekam padi membuat beton semakin
padat, sedangkan pada penambahan abu sekam padi 5% dan superplasticizer 0,6%
dari berat semen memiliki nilai kuat tarik belah beton terkecil sebesar 1,83 MPa
menurun 17,23% % dari beton dengan abu sekam padi 0%. Penurunan nilai kuat
tarik belah beton rata-rata pada persentase abu sekam padi 5% dan 15% berdasarkan
Gambar 5.14 dikarenakan banyaknya agregat kasar yang terlepas pada ikatan yang
terjadi dan letak agregat kasar yang pecah tidak merata diakibatkan pemadatan yang
kurang maksimal, sehingga mempengaruhi nilai kuat tarik belah beton rata-rata
yang diperoleh dari pengujian yang telah dilakukan.
75
5,000
4,680
4,500
Kuat Lentur Rata-Rata (MPa)
3,936
4,000
3,500
2,924
3,000
2,478
2,500 2,276
2,000
1,500
0 5 10 15 20
Penambahan Abu Sekam Padi (%)
Kuat
Kuat Tekan
Luas
Beban Tekan Beton
Kode Benda Uji Penampang
Maksimum(N) Beton Rata-
(mm2)
(MPa) Rata
(MPa)
BA 0 S1 17671,45868 445000 25,182 25,1
S2 17436,62463 420000 24,087
S3 17907,86352 455000 25,408
S4 17506,90991 400000 22,848
S5 17589,08808 490000 27,858
79
Kuat
Kuat Tekan
Luas
Beban Tekan Beton
Kode Benda Uji Penampang
Maksimum(N) Beton Rata-
(mm2)
(MPa) Rata
(MPa)
BA 5 S1 17813,11309 405000 22,736 29,9
S2 17296,47818 505000 29,197
S3 18361,36028 600000 32,677
S4 17553,8453 620000 35,320
S5 17695,02848 520000 29,387
BA 10 S1 17436,62463 550000 31,543 30,7
S2 17577,33656 600000 34,135
S3 17979,09128 450000 25,029
S4 18074,28154 580000 32,090
S5 17624,3662 350000 19,859*
BA 15 S1 17765,83212 570000 32,084 34,3
S2 17813,11309 430000 24,140*
S3 17742,2152 630000 35,509
S4 18098,11837 610000 33,705
S5 17506,90991 630000 35,986
BA 20 S1 17366,48072 500000 28,791 33,7
S2 17553,8453 620000 35,320
S3 17483,46577 650000 37,178
S4 17931,5904 610000 34,018
S5 17577,33656 580000 32,997
r= − 1,64
80
r= − 1,64
= 28,5 – 1,64 x 3,941
= 22,067 MPa
Pada kombinasi BA 15 diperoleh sebesar 24,398 MPa yang berarti nilai kuat tekan
beton pada kombinasi BA 10 dan BA 15 dibawah nilai tersebut tidak dapat
digunakan karena diluar distribusi kesalahan 5%. Berdasarkan Tabel 5.19
dihasilkan bar chart dari kuat tekan rata-rata yang dapat dilihat pada Gambar 5.18.
36,00
Kuat Tekan Beton Rata-Rata (MPa)
34,32
33,66
34,00
32,00 30,70
29,86
30,00
28,00
26,00
25,08
24,00
0 5 10 15 20
Penambahan Abu Sekam Padi (%)
Berdasarkan Gambar 5.18 diperoleh nilai kuat tekan beton rata-rata paling
tinggi pada kombinasi BA 15 dengan superplasticizer Sika ViscoCrete 1003 0,6%
dari berat semen dan abu sekam padi sebanyak 15 % dari berat semen sebesar 34,32
MPa, meningkat 36,84% dari beton dengan abu sekam padi 0% dan memiliki kuat
tekan beton rata-rata paling kecil pada kombinasi BA 0 dengan superplasticizer
Sika ViscoCrete 1003 0,6% dari berat semen dan abu sekam padi sebanyak 0% dari
berat semen sebesar 25,08 MPa. Pada persentase abu sekam padi 0% memiliki nilai
81
kuat tekan rata-rata yang paling kecil dikarenakan pada saat pencampuran
komposisi air yang digunakan tidak dikurangi sehingga membuat nilai slump tinggi.
Hal ini mengakibatkan kekuatan beton persentase abu sekam padi 0% paling
rendah, karena pada pencampuran terdapat bahan superplasticizer yang bertujuan
untuk meningkatkan workability beton. Penambahan bahan tambah tersebut harus
diikuti dengan pengurangan air untuk memperoleh nilai kekuatan beton yang lebih
baik. Penambahan abu sekam padi pada beton meningkatkan nilai kuat tekan beton
seiring dengan persentasenya tetapi memiliki kekuatan paling tinggi saat persentase
abu sekam padi sebanyak 15% dan turun pada saat persentase abu sekam padi
sebanyak 20%.
Beban Nilai ∆L A0 L0 τ
ε
No
x 0,001
(KN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
(mm)
1 0 0 0,0000 17671,45868 200 0,000 0,0000000
Beban Nilai ∆L A0 L0 τ
ε
No
x 0,001
(KN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
(mm)
9 80 62 0,0310 17671,45868 200 4,527 0,0001550
Beban Nilai ∆L A0 L0 τ
ε
No
x 0,001
(KN) (mm) (mm2) (mm) (N/mm2)
(mm)
39 380 588 0,2940 17671,45868 200 21,504 0,0014700
30
20
Tegangan (MPa)
15
10
ELASTIS
PLASTIS
5 y = 2,511x + 0,443
R² = 0,994 Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
S2 = 9,733 MPa
S1 = 1,699 MPa
ɛ2 = 0,00037
ɛ1 = 0,00005
Modulus Elastisitas (Ec) =
, ,
= , ,
= 25114,363 MPa
Pada pengujian ini untuk memperoleh nilai modulus elastisitas selain rumus
ASTM C-469 terdapat pendekatan rumus secara empiris dari SNI-2847-2013 Pasal
8.5.1. Benda uji kombinasi BA 0 silinder 1 memiliki nilai berat isi beton sebesar
2416,72 kg/m3 dan mempunyai nilai pendekatan kuat tekan beton sebesar 24,333
MPa berdasarkan Persamaan 3.5 dan Persamaan 3.6.
Nilai modulus elastisitas benda uji kombinasi BA 0 silinder 1 berdasarkan
Persamaan 3.5 dapat dihitung sebagai berikut.
,
Ec = 0,043 √f'c
,
= 2416,72 0,043 24,333
86
= 25200,472 MPa
Nilai modulus elastisitas benda uji kombinasi BA 0 silinder 1 berdasarkan
Persamaan 3.6 dapat dihitung sebagai berikut.
Ec = 4700 √f'c
= 4700 √24,333
= 23184,548 MPa
wc1.5 x
Wc f'c 4700(f'c)0.5 Rata -Rata 0,043 x Rata -Rata
Kode Benda Uji
(kg/m3) (MPa) (MPa) (MPa) (f'c)0.5 (MPa)
(MPa)
Tabel 5.23 Perbandingan Nilai Modulus Elastisitas ASTM C-469 dan SNI
2847-2013
ASTM C469 SNI 2013
0.5
Ec Ec Rata- 4700(f'c) wc1.5 x 0,043 x (f'c)0.5
Kode Benda Uji
(MPa) Rata Ec Rata-
Ec1 Ec2 Ec Rata-Rata
(MPa) Rata
(MPa) (MPa) (MPa)
(MPa)
BA 0 S1 25114,36 24409,00 23184,55 23205,94 24724,48 25236,07
S2 29191,12 22823,43 24132,59
sehingga menambah nilai modulus elastisitas beton. Beton yang memiliki nilai
modulus elastisitas semakin tinggi menunjukkan bahwa beton semakin daktil atau
mampu melakukan deformasi inelastis bolak-balik berulang, sedangkan beton yang
memiliki nilai modulus elastisitas semakin rendah menunjukkan bahwa beton
semakin mudah getas. Pada kombinasi persentase abu sekam padi 20% mengalami
penurunan nilai modulus elastisitas dikarenakan beton kekurangan air untuk proses
hidrasi akibat luas permukaan yang meningkat seiring penambahan abu sekam padi
serta peran abu sekam padi yang hanya sebagai pengisi dan kurang memberikan
daya lekat antar partikel. Sehingga penambahan abu sekam padi diatas 15%
mengakibatkan nilai modulus elastisitas semakin menurun.
16,25 − 18,5
100 = −12,16 %
18,5
40,00
Perubahan Terhadap Abu Sekam Padi 0%
30,00
20,00
10,00
0,00
-10,00 0 5 10 15 20
(%)
-20,00
-30,00
-40,00
-50,00
-60,00
-70,00
Penambahan Abu Sekam Padi (%)
Nilai Slump Rata-Rata Penyerapan Air Rata-Rata
Kecepatan Rambat Gelombang Kuat Tarik Rata-Rata
Kuat Lentur Rata-Rata Kuat Tekan Rata-Rata
Modulus Elastisitas Rata-Rata Berat Isi Beton Rata-Rata
abu sekam padi serta peran abu sekam padi yang hanya sebagai pengisi dan kurang
memberikan daya lekat antar partikel. Pada pengujian kuat lentur beton
penambahan abu sekam padi membuat nilai kuat lentur beton menurun kemudian
meningkat, tetapi peningkatan kuat lentur beton masih dibawah saat penambahan
abu sekam padi 0%. Pada pengujian kuat tarik belah beton menghasilkan pola grafik
yang tidak stabil dengan nilai perubahan yang naik turun. Kondisi yang terjadi pada
benda uji pengujian kuat lentur beton dan kuat tarik belah beton diakibatkan gradasi
sela pada agregat kasar serta peran abu sekam padi sebagai pengisi membuat beton
menghasilkan grafik dengan kecenderungan pola (trend) yang berbeda dari
pengujian kuat tekan, modulus elastisitas, dan kecepatan rambat gelombang.
Berdasarkan pembahasan secara keseluruhan di atas, maka dapat diketahui
persentase kekuatan paling tinggi dari penambahan abu sekam padi. Pada penelitian
ini diperoleh penambahan abu sekam padi sebanyak 15% memiliki nilai kuat tekan,
modulus elastisitas, dan kecepatan rambat gelombang yang tinggi diantara
persentase lainnya yang diikuti dengan peningkatan kepadatan beton pada benda
uji tersebut. Namun, beton dengan penambahan abu sekam padi diatas 15%
menunjukkan penurunan kekuatan. Hal ini dikarenakan beton kekurangan air untuk
proses hidrasi akibat luas permukaan yang meningkat seiring penambahan abu
sekam padi serta peran abu sekam padi yang hanya sebagai pengisi. Hal ini
diperkuat dengan menurunnya nilai kuat tekan, modulus elastisitas dan kecepatan
rambat gelombang pada penambahan abu sekam padi diatas 15%.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan pembahasan yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini
sebagai berikut.
1. Hasil pengaruh penambahan limbah abu sekam padi pada campuran beton
dengan superplasticizer 0,6% dari berat semen terhadap karakteristik pada
beton normal adalah sebagai berikut.
a. Penambahan abu sekam padi pada campuran beton memerlukan air untuk
proses reaksi kimia, hal ini ditunjukkan dengan pengujian nilai slump
beton yang semakin rendah.
b. Abu sekam padi berfungsi sebagai bahan pengisi dalam beton untuk
meningkatkan kepadatan beton. Hal ini ditunjukkan dengan penurunan
penyerapan air beton dan peningkatan grafik kuat tekan beton, modulus
elastisitas, serta kecepatan rambat gelombang. Sebaliknya, pada nilai
kuat tarik belah beton dan kuat lentur beton menghasilkan grafik dengan
kecenderungan pola (trend) yang berbeda.
2. Hasil persentase limbah abu sekam padi pada campuran beton normal dengan
superplasticizer 0,6% dari berat semen untuk setiap pengujiannya adalah
sebagai berikut.
a. Hasil pengujian nilai slump menunjukkan bahwa penambahan persentase
abu sekam padi menurunkan workability dari beton. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai slump beton dengan abu sekam padi 0% sebesar 18,5 cm,
sedangkan nilai slump beton menggunakan abu sekam padi persentase
sebanyak 20% sebesar 12 cm, menurun sebesar 35,14% dari beton dengan
abu sekam padi 0%.
b. Hasil pengujian penyerapan air beton menunjukkan, semakin besar
persentase abu sekam padi maka penyerapan air beton semakin kecil.
93
94
Sebaliknya, penyerapan air beton menjadi semakin besar saat tidak ada
penambahan abu sekam padi.
c. Hasil pengujian kuat tarik belah beton menunjukkan, penambahan abu
sekam padi sebanyak 20% memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 2,394
MPa, meningkat 8,28% dari beton dengan abu sekam padi 0%. Sebaliknya,
nilai kuat tarik belah beton paling rendah yaitu sebesar 1,83 MPa terjadi
pada penambahan abu sekam padi sebanyak 5%, menurun 17,23% dari
beton dengan abu sekam padi 0%.
d. Hasil pengujian kuat lentur beton menunjukkan, beton dengan abu sekam
padi 0% memiliki nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 4,68 MPa.
Sebaliknya, nilai kuat lentur beton paling rendah yaitu sebesar 2,276 MPa
terjadi pada penambahan abu sekam padi sebanyak 5%, menurun 51,37%
dari beton dengan abu sekam padi 0%.
e. Hasil pengujian kuat tekan beton menunjukkan, penambahan abu sekam
padi sebanyak 15% memiliki nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 34,32
MPa, meningkat 36,84% dari beton dengan abu sekam padi 0%.
Sebaliknya, nilai kuat tekan beton paling kecil terjadi pada beton dengan
abu sekam padi 0% yaitu sebesar 25,08 MPa.
f. Hasil pengujian modulus elastisitas beton menunjukkan, penambahan abu
sekam padi sebanyak 15% memiliki nilai modulus elastisitas paling tinggi
berdasarkan metode ASTM C-469 dan metode SNI 2847-2013.
Sebaliknya, penambahan abu sekam padi sebanyak 20% berdasarkan
metode ASTM C-469 beton dengan abu sekam padi 0% berdasarkan
metode SNI 2847-2013 memiliki nilai modulus elastisitas beton paling
kecil.
3. Hasil pengaruh penambahan limbah abu sekam padi pada campuran beton
terhadap kepadatan dari beton dengan menggunakan pengujian kecepatan
rambat gelombang adalah sebagai berikut.
a. Hasil pengujian menunjukkan, penambahan abu sekam padi sebanyak
15% memiliki nilai yang paling tinggi. Sebaliknya, pada penambahan abu
sekam padi sebanyak 5% memiliki nilai yang paling kecil.
95
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
menjadi saran untuk penelitian selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik. Adapun saran untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut.
1. Persentase penambahan abu sekam padi paling tinggi yang diperoleh dari
hasil pengujian kuat tekan, modulus elatisitas beton, dan kecepatan rambat
gelombang saat 15%, untuk penelitian selanjutnya dapat dicoba
menggunakan variasi bahan tambah kimia untuk memperoleh beton mutu
tinggi atau sebagai bahan tambah pada beton geopolimer.
2. Pembelian agregat kasar dari Celereng alangkah baiknya untuk melakukan
kombinasi ukurannya sehingga diperoleh gradasi yang menerus dalam proses
pemeriksaan bahan penyusun beton.
3. Pada proses pengadukan beton segar alangkah baiknya dalam satu kombinasi
menggunakan satu mixer dan proses pemadatan menggunkaan alat penggetar
karena dapat mempengaruhi kualitas dari hasil pengujian.
4. Pada proses pengujian, beton dengan penambahan bahan tambah dalam
proses penyusunan beton alangkah baiknya dilakukan pengujian SEM
(Scanning Electron Microscope) untuk mengetahui komposisi akhir yang
tersusun dari beton pada benda uji yang digunakan.
5. Penambahan superplasticizer tanpa mengurangi komposisi air tidak
disarankan peneliti karena dapat mengurangi kualitas dari beton.
DAFTAR PUSTAKA
American Society of Testing and Materials C-469. 1996. Standart Test Method for
Static Modulus of Elasticity and Poisson’s Ratio of Concrete in Compression.
Philadelpia. PA.
Badan Standarisasi Nasional. 1990. SNI 03-1968-1990: Agregat Halus dan Kasar,
Metode Pengujian Analisis Saringan. BSN. Jakarta.
96
97
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 03-4804-1998: Metode Pengujian Berat Isi
dan Rongga Udara dalam Agregat. BSN. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 03-1972-2008: Cara Uji Slump Beton.
BSN. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 03-1974-2011: Cara Uji Kuat Tekan Beton
dengan Benda Uji Silinder yang Dicetak. BSN. Jakarta.
Ilham, A., Zain, M.F.M., Yusuf, M.K., dan Mahmud, H.B. 2003. Pengaruh
Superplasticizer Terhadap Workability dan Kuat Tekan Beton Kinerja Tinggi
dengan bahan Tambah Abu Sekam Padi. Teknisia. Vol VIII No. 1 (April):
235-246. Yogyakarta
Murdock, L.J. dan Brook, K.M. 1979. Bahan dan Praktek Beton. Terjemahan oleh
Stephanus Hindarko. 1991. Penerbit Erlangga. Jakarta.
Nugraha, P., Antoni, 2007. Teknologi Beton dari Material, Pembuatan, ke Beton
Kinerja Tinggi. Andi Offset, Jakarta.
Raharja, S., As’ad, S., Sunarmasto, S., 2013. Pengaruh Penggunaan Abu Sekam
Padi Sebagai Bahan Pengganti Sebagian Semen Terhadap Kuat Tekan dan
Modulus Elastisitas Beton Kinerja Tinggi. Matriks Teknik Sipil 1, 503.
98
Rosida, E., n.d. Pengaruh Penggunaan Bahan Tambahan Abu Sekam Padi Terhadap
Kuat Tekan dan Workabilitas Beton. Jurnal Saintis Vol.10 No.1: 1-10. Riau
Sidik, M. 2010. Kajian Kuat Tekan Dan Modulus Elastisitas Beton Ringan Pasca
Bakar. Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Sugiatmo, D., Solikin, M., Ir H Ali Asroni, M.T., 2017. Sifat Mekanis Pada Beton
Self Compacting Concrete Dengan Menggunakan Bahan Tambah Viscocrete
1003 Dan Viscoflow 3211 N. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Surakarta.
Suhirkam, D., Dafrimon, D., 2014. Beton Mutu K-400 dengan Penambahan Abu
Sekam Padi dan Superplastizer. Pilar 10.
Sulistyani, R.D. dan Nur’aeni, N. 2005. Pengaruh Abu Sekam Padi Terhadap Beton
Kinerja Tinggi. Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas Islam
Indonesia. Yogyakarta.
Susilo, A. H. 2016. Pemanfaatan Kapur Dan Serbuk Bata Merah Sebagai Bahan
Substitusi Semen Dalam Campuran Beton. Tugas Akhir. (Tidak Diterbitkan),
Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.
Wang, Chu-Kia dan Salmon, Charles G., 1990, Desain Beton Bertulang.
Terjemahan oleh Hariandja, Binsar, Erlangga, Jaka
LAMPIRAN
99
100
Gambar L-4.7 Proses Pengujian Kuat Tekan Beton dan Pengujian Modulus
Elastisitas
Gambar L-4.8 Hasil Pengujian Kuat Tekan Beton dan Pengujian Modulus
Elastisitas
121
20
Tegangan (MPa)
15
10 ELASTIS
PLASTIS
y = 25.230,860x + 0,798
Linear
5 R² = 0,983 (ELASTIS)
Poly.
(PLASTIS)
0
0,0000000 0,0002000 0,0004000 0,0006000 0,0008000 0,0010000 0,0012000 0,0014000 0,0016000
Regangan
30
20
Tegangan (MPa)
15
10
5 ELASTIS
y = 19.177,687x - 0,575 PLASTIS
R² = 0,973
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000
Regangan
30
20
Tegangan (MPa)
15
10
ELASTIS
PLASTIS
y = 28.220,153x + 0,492
R² = 0,993
5 Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000
Regangan
35
y = -4.740.789,662x2 + 25.279,544x - 2,441
R² = 0,999
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
10 ELASTIS
PLASTIS
y = 18.697,160x + 0,270 Linear (ELASTIS)
5 R² = 0,997
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000 0,0035000
Regangan
35
30
20
15
10
ELASTIS
y = 25252x + 0,6039 PLASTIS
5 R² = 0,9967
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000
Regangan
30
20
Tegangan (MPa)
15
10
ELASTIS
PLASTIS
Linear (ELASTIS)
y = 25.114,363x + 0,443
5 R² = 0,994
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000
Regangan
30
20
Tegangan (MPa)
15
10
30
20
Tegangan (MPa)
15
10
y = 23.759,228x + 0,536
5 R² = 0,990 ELASTIS
PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000 0,0035000 0,0040000
Regangan
30
20
Tegangan (MPa)
15
10
30
25
15
10
y = 21014x + 0,3344
5 R² = 0,9966
ELASTIS
PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,00000000,00050000,00100000,00150000,00200000,00250000,00300000,00350000,00400000,0045000
Regangan
25
y = -11.326.048,893x2 + 30.695,680x + 2,047
R² = 0,992
20
Tegangan (MPa)
15
10
y = 33.155,855x + 0,770
5 R² = 0,988 ELASTIS
PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0002000 0,0004000 0,0006000 0,0008000 0,0010000 0,0012000 0,0014000 0,0016000 0,0018000
Regangan
35
25
Tegangan (MPa)
20
15
10
ELASTIS
5 PLASTIS
y = 18.969,073x - 0,487 Linear (ELASTIS)
R² = 0,970 Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000 0,0035000
Regangan
35
y = -4.674.168,443x2 + 23.199,634x + 4,431
R² = 0,997
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
10
y = 30.731,144x + 0,485
R² = 0,991
ELASTIS
5 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000 0,0035000
Regangan
40
y = -4.145.331,163x2 + 23.255,884x + 2,471
R² = 1,000
35
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
ELASTIS
PLASTIS
10 y = 25.037,393x + 1,066 Linear (ELASTIS)
R² = 0,988
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000 0,0035000
Regangan
35
30
20
15
y = 23328x + 0,0329 ELASTIS
R² = 0,9984 PLASTIS
10
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
5
0
0,00000000,00020000,00040000,00060000,00080000,00100000,00120000,00140000,00160000,00180000,0020000
Regangan
35
y = -7.375.603,954x2 + 31.635,113x - 1,407
R² = 0,995
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
10
y = 26.059,221x - 0,022
R² = 1,000 ELASTIS
5 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000
Regangan
40
30
Tegangan (MPa)
25
20
15
10
y = 24.724,088x + 0,784
R² = 0,995 ELASTIS
5 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000
Regangan
30
y = -6.174.820,813x2 + 26.113,756x - 1,912
R² = 0,998
25
20
Tegangan (MPa)
15
10
y = 19.894,012x - 0,235
5 R² = 0,999 ELASTIS
PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000
Regangan
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
10
y = 22.261,251x + 0,077
R² = 0,999
ELASTIS
5 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000
Regangan
25
y = -2.544.336,342x2 + 11.968,673x + 6,205
R² = 0,916
20
Tegangan (MPa)
15
10
5
y = 24216x + 0,5574 ELASTIS
R² = 0,9923 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
0 Poly. (PLASTIS)
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000 0,0035000
Regangan
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
10
y = 21.553,513x + 0,068
R² = 1,000
ELASTIS
5
PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000
Regangan
30
25
y = -2.281.190,704x2 + 13.109,170x + 7,447
R² = 0,927
20
Tegangan (MPa)
15
10
y = 27.054,022x + 0,546
5 R² = 0,994 ELASTIS
PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,00000000,00050000,00100000,00150000,00200000,00250000,00300000,00350000,00400000,0045000
Regangan
40
y = -8.538.474,283x2 + 34.342,868x + 0,886
R² = 0,995
35
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
10 y = 34.200,591x + 0,611
R² = 0,995 ELASTIS
5 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000
Regangan
40
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
10
y = 25.788,986x + 0,465
R² = 0,996 ELASTIS
5 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000
Regangan
40
35
25
20
15
10
ELASTIS
PLASTIS
5 y = 23979x + 0,3364
R² = 0,9944 Linear (ELASTIS)
0 Poly. (PLASTIS)
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000 0,0035000
Regangan
35
25
Tegangan (MPa)
20
15
ELASTIS
10 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
y = 19.294,068x + 0,792
5 R² = 0,995
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000
Regangan
40
y = -5.504.414,573x2 + 28.477,328x - 2,161
35 R² = 0,997
30
Tegangan (MPa)
25
20
15
10
y = 21.547,035x + 0,027
R² = 1,000 ELASTIS
5 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000
Regangan
35
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
10 y = 24.989,991x + 0,209
R² = 0,997
ELASTIS
5 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000
Regangan
40
30
25
Tegangan (MPa)
20
15
10
y = 27.845,593x + 0,660
R² = 0,996 ELASTIS
5 PLASTIS
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000
Regangan
35
30
y = -7.204.415,399x2 + 32.724,495x - 4,116
25 R² = 0,999
Tegangan (MPa)
20
15
ELASTIS
PLASTIS
10
Linear (ELASTIS)
Poly. (PLASTIS)
y = 22361x - 0,0021
5 R² = 0,9997
0
0,0000000 0,0005000 0,0010000 0,0015000 0,0020000 0,0025000 0,0030000
Regangan