Anda di halaman 1dari 107

ANALISIS KEKUATAN TARIK DAN BENDING DENGAN

MENGGUNAKAN MATERIAL KOMPOSIT FIBERGLASS WR


EPOXY DAN FIBER CARBON EPOXY

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1

Diajukan Oleh:

ALPHARIO RACHMATINO YUDIANA


13050066

DEPARTEMEN TEKNIK DIRGANTARA


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI ADISUTJIPTO
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN SKRIPSI

Analisis Kekuatan Tarik Dan Bending Dengan Menggunakan Material


Komposit Fiberglass WR Epoxy Dan Fiber Carbon Epoxy

Disusun Oleh:

Alphario Rachmatino Yudiana


NIM: 13050066
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal 16 Desember 2020 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Moh. Ardi Cahyono, S. T., M. T. ( )
Pembimbing II
Sri Mulyani, S. T., M. Eng. ( )

Susunan Tim Penguji


Kepala Penguji
Istyawan Priyahapsara, S.T., M. Eng. ( )
Penguji I
Lazuardy Rahendra Pinandhita, S. T., M. T. ( )
Penguji II
Bangga Dirgantara A, S.T., M. T. ( )

Yogyakarta, Desember 2020


An. Ketua STTA
Waket I Kepala Departemen Teknik Dirgantara

Dedet Hermawan S., S.T., M.T Sri Mulyani, S.T., M.Eng


NIP. 010202007 NIP. 010901061

ii
PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Alphario Rachmatino Yudiana
NIM : 13050066
Program Studi : Departemen Teknik Dirgantara
Judul Skripsi : ANALISIS KEKUATAN TARIK DAN BENDING
DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL KOMPOSIT
FIBERGLASS WR EPOXY DAN FIBER CARBON
EPOXY

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil dari pekerjaan saya sendiri dan
sepengetahuan saya tidak berisi materi yang telah di publikasikan atau ditulis oleh
orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyeleseian
studi pada universitas atau instansi lain, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang
telah ditulis dalam teks skripsi yang saya susun.

Yogyakarta, Desember 2020


Yang menyatakan

Alphario Rachmatino Yudiana


NIM: 13050066

iii
HALAMAN MOTTO

Intelligence is not the determinant of success, but hard work is the real
determinant of your success.

Do your best at any moment that you have

Do not try to be same, but be better

Better to be kicked with the truth than hugged with a lie

Latar belakang pendidikan bukanlah tolak ukur kesuksesan seseorang

Jadilah apapun yang terbaik untuk dirimu dan lingkungan tanpa harus
memaksakan diri sendiri
_RIO

iv
HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan karya skripsi ini kepada:

Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya dan Nabi Muhammad SAW
yang memberikan kekuatan untuk menjalani setiap langkah kehidupan sehingga
tugas akhir ini dapat terseleseikan dengan baik.

Kedua orangtua, Bapak Ganish Yudiana dan Ibu Kiryati yang selalu mendoakan,
memberikan dorongan semangat dan kasih saying serta pengorbanan dari lahir
sampai saat ini.

Ketiga saudara penulis, Mas Riko, Mas Rhama, dan Mbak Diana yang membuat
penulis lebih semangat untuk menyeleseikan gelar Strata S1.

Kepada seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa
kepada penulis untuk menyeleseikan tugas akhir ini.

Kepada seluruh Dosen Teknik Dirgantara dan Staff STT Adisutjipto Yogyakarta.

Kepada Elisabeth Anna Prattiwi yang selalu memberikan dorongan semangat agar
penulis dapat menyeleseikan tugas akhir ini.

Seluruh teman-teman yang membantu dalam penelitian dan penulisan, Mas Ari,
Mas Allen, Mas Jecky, dan Mas Kanciel.

Teman-teman UKM Aeromodelling yang selalu mendukung dan mensupport


penulis.

Dan kepada seluruh teman-teman seperjuangan Teknik Dirgantara Angkatan


2013.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyeleseikan tugas akhir atau skripsi yang
berjudul “Analisis Kekuatan Tarik Dan Bending Dengan Menggunakan
Material Komposit Fiberglass WR Epoxy Dan Fiber Carbon Epoxy”.
Shalawat serta salam ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai
panutan serta menunjukkan jalan kepada keselamatan, kebahagian dan kesuksesan
didunia maupun diakhirat. Tugas akhir ini disusun sebagai bentuk pertanggung
jawaban penulis sebagai salah satu syarat memperoleh kelulusan (S1).
Terseleseikannya skripsi ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak.
Baik secara moral maupun materil. Pada kesempatan ini penulis juga ingin
mengucapkan terima kasih yang begitu besar kepada:
1. Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
2. Orang tua beserta keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa
yang melimpah.
3. Bapak Marsekal Muda TNI (Purn) Dr. Ir. Drs. T. Ken Darmastono, M.Sc. selaku
Ketua Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto Yogyakarta.
4. Ibu Sri Mulyani S. T., M. Eng, selaku Kepala Departemen Dirgantara Sekolah Tinggi
Teknologi Adisutjipto Yogyakarta sekaligus Dosen Pembimbing II.
5. Bapak Moh. Ardi Cahyono S. T., M. T. selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membantu, membimbing, dan menyetujui penulisan skripsi.
6. Kepada Elisabeth Anna Prattiwi S. T. yang telah membantu memberi saran dan
kritik untuk penulisan skripsi.
7. Dosen Departemen Teknik Dirgantara Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto.
8. Teman-teman UKM Aeromodelling STTA yang membantu dan selalu mensupport
penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
9. Teman-teman Teknik Penerbangan 2013 yang saling memberikan semangat serta
dukungan selama melakukan penyusunan skripsi ini.
10. Dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan tugas
akhir atau skripsi ini.

vi
Demikian penulisan Skripsi ini, masih terdapat banyak kekurangan baik
dari penulisan maupun isi. Untuk itu, diharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk memperbaiki penulisan ini menjadi lebih
baik. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi segala pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, November 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI
1

JUDUL ..................................................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAAN ................................................................................ iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

DAFTAR NOTASI .............................................................................................. xiv

ABSTRAK ............................................................................................................ xv

ABSTRACT ........................................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1

1.3 Tujuan penelitian ...................................................................................... 3

1.4 Batasan Masalah ....................................................................................... 3

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4

1.6 Sistematika Penelitian .............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6

2.1 Kajian Pustaka .......................................................................................... 6

2.2 Landasan Teori ......................................................................................... 8

2.2.1 PUNA (Pesawat Udara Nir Awak) ................................................... 8

2.2.2 Badan Pesawat (Fuselage) ................................................................ 8

viii
2.3. Proses Manufaktur .................................................................................... 9

2.3.1 Jenis Proses Manufaktur ................................................................... 9

2.3.2 Komposit ......................................................................................... 10

2.3.3 Klasifikasi Komposit....................................................................... 10

2.4. Klasifikasi Dari Resin ............................................................................ 14

2.4.1 Resin Polyester................................................................................ 15

2.4.2 Resin Epoxy..................................................................................... 15

2.5. Klasifikasi Fiberglass............................................................................. 16

2.6. Fraksi Volume ........................................................................................ 17

2.7 Pengujian Tarik ...................................................................................... 20

2.8 Pengujian Bending ................................................................................. 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 25

3.1 Objek Penelitian ..................................................................................... 25

3.1.1 Konfigurasi Pesawat........................................................................ 25

3.1.2 Data Geometri PUNA 5774-Trainer............................................... 25

3.2 Bentuk PUNA 5774-Trainer .................................................................. 28

3.3 Bentuk Fuselage PUNA 5774-Trainer ................................................... 28

3.4 Jadwal dan Tempat Penelitian ................................................................ 29

3.5 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 29

3.6 Proses Rencana Penelitian ...................................................................... 31

3.7. Dimensi Spesimen Uji ............................................................................ 31

3.7.1 Pengujian Tarik ............................................................................... 31

3.7.2 Pengujian Bending .......................................................................... 32

3.8 Alat dan Bahan ....................................................................................... 33

3.9 Proses Manufaktur Spesimen Pengujian ................................................ 38

ix
3.10 Proses Pembuatan Spesimen .................................................................. 39

3.11 Pengujian Spesimen ............................................................................... 41

3.11.1 Pengujian Spesimen Uji Bending .................................................... 41

3.11.2 Pengujian Spesimen Uji Tarik ........................................................ 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 44

4.1 Perhitungan fraksi volume...................................................................... 44

4.1.1 Spesimen Uji Tarik ......................................................................... 44

4.1.2 Spesimen Uji Bending ..................................................................... 48

4.2 Hasil Pengujian Tarik ............................................................................. 51

4.3 Hasil Pengujian Bending ........................................................................ 58

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 64

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 64

5.2 Saran ....................................................................................................... 64

Daftar Pustaka ..................................................................................................... xvii

LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tipe dan Koefisien Drag Badan Pesawat ............................................ 9
Gambar 2.2 Kode Kegagalan Pengujian Tarik ..................................................... 21
Gambar 2.3 Gambar Spesimen Pengujian Tarik ................................................... 23
Gambar 3.1 Pesawat Puna 5774-Trainer .............................................................. 28
Gambar 3.2 Fuselage PUNA 5774-Trainer .......................................................... 28
Gambar 3.3 Skema Diagram Alir Penelitian......................................................... 30
Gambar 3.4 Spesimen Pengujian Tarik ................................................................. 32
Gambar 3.5 Spesimen Pengujian Bending ............................................................ 32
Gambar 3.6 Resin Polyester dan Hardener Catalyst ............................................ 33
Gambar 3.7 Resin Epoxy dan Hardener EPH 555 ................................................ 34
Gambar 3.8 Mirror Glaze ..................................................................................... 34
Gambar 3.9 PVA (Poly Vinyl Alcohol) ................................................................. 35
Gambar 3.10 Dempul ............................................................................................ 35
Gambar 3.11 Timbangan Digital .......................................................................... 36
Gambar 3.12 Venier Caliper ................................................................................. 36
Gambar 3.13 Vacuum ............................................................................................ 37
Gambar 3.14 Fiber carbon.................................................................................... 37
Gambar 3.15 Fiberglass WR ................................................................................. 38
Gambar 3.16 Gunting, Penggaris, Spidol, ............................................................ 38
Gambar 3.17 Pemasangan Plastik Bagging .......................................................... 40
Gambar 3.18 Proses Pengukuran Massa Spesimen............................................... 41
Gambar 3.19 Proses Penomoran Spesimen ........................................................... 41
Gambar 3.20 Proses Pengujian Bending ............................................................... 42
Gambar 3.21 Spesimen Uji Tarik.......................................................................... 43
Gambar 4.1 Hasil Pengujian Tarik Fiber carbon Dan Fiberglass WR .................. 52
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Tegangan Komposit Uji Tarik ............... 57
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Nilai Regangan ............................................... 57
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Nilai Elastic Modulus ..................................... 58
Gambar 4.5 Hasil Pengujian Bending Fiber carbon Dan Fiberglass WR ............ 59
Gambar 4.6 Grafik Nilai Perbandingan Nilai Tegangan Uji Bending .................. 62

xi
Gambar 4.7 Grafik Nilai Perbandingan Nilai Elastic Modulus Uji Bending ........ 63

xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Konfigurasi PUNA 5774 Trainer ......................................................... 25

Tabel 3.2 Geometri PUNA 5774-Trainer ............................................................. 26

Tabel 3.3 Data Sistem Pesawat ............................................................................. 27

Tabel 3.4 Proses Rencana Penelitian .................................................................... 31

Tabel 4.1 Hasil Patahan Spesimen Uji Tarik Fiber Carbon Epoxy ...................... 52

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Spesimen Uji Tarik Fiberglass WR ............................ 53

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tarik Fiber carbon Epoxy .......................................... 53

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tarik Fiberglass WR Epoxy........................................ 54

Tabel 4.5 Nilai Tegangan Dan Regangan Uji Tarik Fiber carbon Epoxy ............ 55

Tabel 4.6 Nilai Tegangan Dan Regangan Uji Tarik Fiberglass WR Epoxy.......... 56

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Bending Fiber Carbon Epoxy ..................................... 59

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Bending Fiberglass WR Epoxy ................................... 60

Tabel 4.9 Nilai Tegangan Bending Pada Komposit Fiber Carbon Epoxy............ 61

Tabel 4.10 Nilai Tegangan Bending Pada Komposit Fiberglass WR Epoxy ........ 62

xiii
DAFTAR NOTASI

Notasi Keterangan Satuan


Tegangan Tarik kgf/mm2
Maximum Load Kgf
A Luas Penampang mm2
Regangan
Pertambahan Panjang mm
Panjang Awal mm
P Beban atau Gaya N
Modulus Elastisitas kgf/mm2
Tegangan Bending kgf/mm2
b Lebar Spesimen Uji Bending mm
h Tebal Spesimen Uji Bending mm

xiv
Analisis Kekuatan Tarik Dan Bending Dengan Menggunakan
Material Komposit Fiberglass WR Epoxy Dan Fiber Carbon Epoxy
Oleh
ALPHARIO RACHMATINO YUDIANA
13050066

ABSTRAK
PUNA(Pesawat Udara Nir Awak) adalah jenis pesawat terbang yang
dikendalikan alat sistem kendali jarak jauh lewat gelombang radio untuk
menjalankan misi tertentu, dewasa ini penggunaan dari PUNA diaplikasikan
pada berbagai bidang. PUNA memiliki bentuk ukuran, konfigurasi dan karakter
yang bervariasi sehingga pentingnya proses manufaktur PUNA itu sendiri
menjadi sangat penting, dalam hal ini keakuratan dalam hal perancangan,
pengujian bahan dan analisa kekuatan bahan sangat dibutuhkan.Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui proses perancangan PUNA, dan membandingkan
kekuatan bahan komposit fiber carbon dan fiberglass WR.
PUNA 5774-Trainer adalah jenis pesawat fixed wing dengan karakter
slow flyer (training glider) untuk misi penerbangan monitoring dengan material
ringan. Diawali dengan proses perancangan, dan proses perbandingan bahan
komposit antara fiber carbon epoxy dan fiberglass WR epoxy, hingga proses
manufaktur dilakukan dengan pengumpulan data dari berbagai sumber, dan
untuk mendapatkan data tersebut dapat dilakukan dengan pengumpulan data
studi literatur, permodelan dan analisa struktur, dan penetuan alat dan bahan.
Jenis material yang digunakan pada skin PUNA adalah material komposit
campuran resin epoxy dan fiber carbon dengan metode vaccum bagging,
didapatkan hasil dari pengujian material dengan metode pengujian tarik
dihasilkan Nilai rata-rata yang diperoleh pada pengujian tarik komposit fiber
carbon yaitu: max load = 34.797,99 N, elastic modulus = 727,483 MPa, yield
point = 1.282,79 Kgf/mm^2, dan yield strength 74,637 Kgf/mm^2, sehingga
didapatkan nilai tegangan tarik sebesar 556,768 MPa dan nilai regangan sebesar
0,759. Sedangkan untuk pengujian bending komposit fiber carbon nilai rata-rata
yang didapat adalah sebesar: max load = 634,03 N, elastic modulus = 10,020
MPa, yield point = 15,26 Kgf/mm^2 menghasilkan nilai tegangan sebesar
585,2578546 MP. Setelah proses tersebut maka langkah berikutnya adalah proses
manufakturing.

Kata Kunci: PUNA, fiberglass, manufaktur, fuselage

xv
TENSILE STRENGTH AND BENDING ANALYSIS USING FIBERGLASS
WR EPOXY AND FIBER CARBON EPOXY COMPOSITE MATERIAL
Written by
ALPHARIO RACHMATINO YUDIANA
13050066
ABSTRACT
PUNA ( Pesawat Udara Nir Awak ) is a type of plane made for specific
mission which is remotely controlled by radio wave, nowadays the usage of
PUNA is implemented in various sector. PUNA has size, configuration and
variation of character, thus attention in accurately designing, material testing and
strength analysis becomes important also greatly needed when designing PUNA
and comparing the material strength between composite fiber carbon and
fiberglass WR.
PUNA 5774-Trainer is a fixed wing aircraft with a slow flyer (training
glider) character for flight monitoring missions with light material. Starting with
the design process, and the process of comparing composite materials between
fiber carbon and fiberglass WR, until the manufacturing process is carried out by
collecting data from various sources, this data can be obtained by collecting data
from literature studies, modeling and structural analysis, and determining tools
and ingredients.
The type of material used in PUNA skin is a composite material mixed
with epoxy resin and fiber carbon with the vacuum bagging method. From
material testing with the tensile test method, the average value obtained in the
carbon fiberglass composite tensile test is: max load = 34,797.99 N, elastic
modulus = 727,483 MPa, yield point = 1,282.79 Kgf / mm ^ 2, and yield strength
of 74.637 Kgf / mm ^ 2, resulting in a tensile stress value of 556.768 MPa and the
strain value is 0.759. Whereas for the bending test for carbon fiberglass
composites the average value obtained is: max load = 634.03 N, elastic modulus
= 10.020 MPa, yield point = 15.26 Kgf / mm ^ 2 resulting in a stress value of
585.2578546 MP. After this process, the next step is the manufacturing process.

Keywords: PUNA, fiberglass, Manufacture, fuselage

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pesawat tanpa awak PUNA (Pesawat Udara Nir Awak) adalah
jenis pesawat terbang yang dikendalikan alat sistem kendali jarak jauh
lewat gelombang radio. Pada dasarnya PUNA adalah pesawat yang dapat
dikendalikan jarak jauh untuk menjalankan misi tertentu. Dewasa ini
penggunaan dari PUNA diaplikasikan pada berbagai bidang. Pentingnya
pemilihan material yang digunakan sebagai bahan pembuatan pesawat
tanpa awak PUNA itu sendiri menjadi sangat penting.
Penelitian ini dilakukan untuk membuat dan menganalisis kekuatan
dari material yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan PUNA
dengan menggunakan bahan material komposit. Bahan komposit yang
akan diteliti adalah campuran resin epoxy dengan fiberglass WR (Wofen
Roving) dan resin epoxy dengan fiber carbon. Melalui penelitian ini
diharapkan didapatkan suatu bahan komposit yang ringan dan memiliki
sifat mekanik (mechanical properties) yang baik.
Dengan adanya pengembangan dari PUNA itu sendiri, maka
diharapkan pengembangan dari sisi material harus lebih ringan namun
kuat untuk bagian seperti badan dan sayap pesawat itu sendiri. Sehingga
dalam penelitian ini penulis akan melakukan pengujian spesimen pada
material komposit fiberglass WR epoxy dan fiber carbon epoxy yang
bertujuan untuk mengetahui kekuatan dari hasil material yang akan dibuat.
Dilihat dari latar belakang diatas maka penulis menyusun tugas akhir
dengan judul “Analisis Kekuatan Tarik Dan Bending Dengan
Menggunakan Material Komposit Fiberglass WR Epoxy Dan Fiber
Carbon Epoxy’.

1.2 Rumusan Masalah

1
Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan yang ada, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

2
3

1. Bagaimana perbandingan kekuatan spesimen uji tarik pada komposit


fiberglass WR epoxy dan fiber carbon epoxy menggunakan metode
manufaktur vacuum bagging?
2. Bagaimana perbandingan kekuatan specimen uji bending pada
komposit fiberglass WR epoxy dan fiber carbon epoxy menggunakan
metode manufaktur vaccum bagging?

1.3 Tujuan penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui perbandingan kekuatan spesimen uji tarik komposit
fiberglass WR epoxy dan fiber carbon epoxy menggunakan metode
manufaktur vacuum bagging.
2. Mengetahui perbandingan kekuatan spesimen uji bending komposit
fiberglass WR epoxy dan fiber carbon epoxy menggunakan metode
manufaktur vacuum bagging.

1.4 Batasan Masalah


Mengingat sangat banyaknya pembahasan, maka penelitian ini
dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Jenis material yang digunakan yaitu komposit dari fiberglass WR
epoxy dan fiber carbon epoxy.
2. Pengujian spesimen yang digunakan yaitu uji tarik dan uji bending
yang sesuai dengan ASTM D3039 untuk pengujian tarik dan ASTM
D7264 untuk pengujian bending.
3. Metode manufaktur yang digunakan dalam pembuatan spesimen uji
tarik dan bending adalah vaccum bagging.
4. Hasil perbandingan didapat berdasarkan hasil uji tarik dan bending.
4

1.5 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan
penelitian adalah :
1. Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian ini bisa digunakan sebagai referensi tambahan untuk
penelitian selanjutnya tentang komposit yang menggunakan bahan
fiberglass WR epoxy dan fiber carbon epoxy dengan metode
manufaktur vaccum bagging untuk pengujian tarik dan bending. Hasil
penelitian nantinya dapat diaplikasikan pada pembuatan struktur pada
PUNA.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan dalam pengalaman penulis
tentang penelitian material komposit, proses manufaktur, dan sifat
mekanis dari komposit itu sendiri terutama pada material fiberglass
WR epoxy dan fiber carbon epoxy dengan metode manufaktur vaccum
bagging.

1.6 Sistematika Penelitian


Berikut sistematika penulisan yang digunakan dalam tugas akhir ini
guna dalam mempermudah memahami skripsi ini sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi latar belakang pengambilan topik proposal tugas
akhir, rumusan masalah, tujuan penelitian, Batasan masalah yang akan
dibahas, manfaat yang dapat diambil penelitian, dan sitematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan
penelitian yang menunjang dalam penelitian.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan
dalam penelitian dan data yang di dapatkan. Langkah langkah ini menjadi
pedoman dalam analisa yang akan dijabarkan pada proses pembahasan.
5

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Pada bab ini berisi tentang pembahasan analisa data yang diperoleh
dari hasil penelitian dan data pengujian.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari analisa data serta saran
yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


Sebagai pembanding dalam penulisan skripsi ini, terlebih dahulu
penulis melakukan tinjauan pustaka, dengan topik batasan yang akan di
kaji dengan hasil penulisan skripsi yang sudah ada.
Penelitian yang berkaitan adalah penelitian yang dilakukan oleh Wisnu
Wardana pada tahun 2018 dalam tugas akhirnya yang berjudul “Proses
Manufaktur Pada Pesawat UAV V-Sky 14”. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, proses manufaktur sebuah pesawat UAV membutuhkan data
geometri perancangan terlebih dahulu untuk mempermudah proses
manufaktur. Proses manufaktur yang dilakukan untuk pembuatan meliputi
pengukuran, pemotongan, pengeleman, penyambungan, pengamplasan dan
assembling. Pada proses pengukuran hasil manufaktur dengan
perancangan awal ditemukan perbedaan ukuran prosentase perbandingan
rata-rata sebesar 5.879%.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Burhanudin Rohani
pada tahun 2016, dalam tugas akhirnya yang berjudul “Proses Produksi
Prototipe Pesawat Platform Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Sky King”.
Dalam skripsinya ini dilakukan pembahasan tentang proses produksi
bentuk awal pesawat Sky King untuk proses pembuatan prototipe pesawat
platform UAV Sky King dan penetapan material.
Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Juliono S,
Ikhwansyah Isranuri, Syahrul Abda, M. Sabri, Tugiman, dan Mahadi pada
tahun 2016 dalam jurnal dinamis yang berjudul “Pembuatan Dan Analisis
Gaya Badan Pesawat Tanpa Awak Dari Bahan Material Komposit Yang
Diperkuat Polyester Dan Serat Rock Wool dengan Metode Hand Lay Up”.
Penelitian ini dilakukan untuk membuat dan menganalisa badan peswat

6
tanpa awak dengan menggunakan bahan komposit campuran resin
polyester

7
8

dengan serat rock wool. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai titik
berat secara teoritis pada bahan pesawat tanpa awak serta mendapatkan
nilai tegangan regangan yang terjadi pada badan pesawat tanpa awak
melalui simulasi dengan menggunakan software Ansys 14.0.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 PUNA (Pesawat Udara Nir Awak)
PUNA merupakan pesawat yang didalamnya tidak mengangkut
awak atau pilot dan dikendalikan secara jauh. Pesawat ini dapat digunakan
untuk berbagai kepentingan militer, dan sipil. PUNA memiliki kelebihan
dibandingkan dengan pesawat terbang konvensional, yaitu peningkatan
manuver, biaya pengoperasian, perawatan yang rendah dan juga
mengurangi resiko kecelakaan terhadap awak pesawat.
Sistem kendali otomatis banyak dipakai pada sistem kendali
PUNA, sebab PUNA tidak dikendalikan langsung oleh awak pesawat dari
dalam pesawat sehingga resiko kecelakaan terhadap awak pesawat dapat
dihindari. Untuk membuat sistem kendali otomatis PUNA dibutuhkan
beberapa persyaratan, yaitu sebuah platform yang merupakan kombinasi
dari hardware dan software, dan dengan metode control.

2.2.2 Badan Pesawat (Fuselage)


Fuselage merupakan salah satu struktur utama pesawat yang
terhubung dengan sayap, ekor, dan landing gear. Dalam rancangan badan
pesawat ini, aerodinamis badan pesawat adalah hal yang paling penting.
Badan pesawat yang digunakan adalah tipe 2 dengan koefisien drag (cd)
0.340. Pada badan pesawat terdapat tipe dan koefisien badan pesawat
dapat dilihat pada gambar 2.1.
9

Gambar 2.1 Tipe dan Koefisien Drag Badan Pesawat


(Sumber : Lennon Andy, 2006. Aircraft Design)

2.3. Proses Manufaktur


Definisi manufaktur dalam konteks modern adalah dua hal yang
saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan, yaitu teknologi dan ekonomi.
Pengertian dari manufaktur sendiri adalah penerapan proses fisika atau
kimia untuk mengubah suatu geometri, sifat, dan penampilan dari suatu
bahan baku menjadi barang setengah jadi (part) atau barang jadi (product)
(Groover, M. 2012. 2).

2.3.1 Jenis Proses Manufaktur


Secara garis besar, proses manufaktur dapat dibagi menjadi dua
tipe dasar, yaitu sebagai berikut:
10

1. Proses Pengolahan (Processing Operations) adalah proses mengubah


bahan baku menjadi sesuatu yang memiliki kondisi lebih baik atau
mendekati kondisi produk akhir yang diinginkan.
2. Proses Perakitan (Assembly Operations) adalah proses menggabungkan
dua atau lebih komponen untuk dijadikan suatu produk yang baru melalui
cara yang biasa disebut dengan assembly, subassembly, atau nama lain
tentang proses penggabungan (Groover, M. 2012. 8).

2.3.2 Komposit
Komposit adalah suatu material yang terdiri dari campuran atau
kombinasi dua atau lebih material baik secara mikro atau makro, dimana
sifat material yang tersebut berbeda bentuk dan komposisi kimia dari zat
asalnya. Material komposit memiliki dua bagian utama yaitu penguat dan
pengikat. Penguat dalam komposit pada umumnya berupa serat atau fiber,
dan jenis serat yang paling sering digunakan dalam pembuatan komposit
adalah fiber-glass, fiber-carbon, fiber-graphite, dan fiber-nylon. Pengikat
dalam komposit biasa disebut matriks atau merupakan fasa dalam
komposit biasa disebut matriks atau merupakan fasa dalam komposit yang
mempunyai bagian atau fraksi volume yang berfungsi sebagai pembentuk
ikatan koheren, pengikat serat, serta melindungi serat. Unsur pengikat atau
matriks dan unsur penguat atau serat merupakan penentu karakteristik
material komposit seperti kekuatan, keuletan, kekakuan, dan sifat mekanik
lain.

2.3.3 Klasifikasi Komposit


Berdasarkan jenis penguat atau fibernya komposit dibagi menjadi 3
jenis klasifikasi yang digunakan, yaitu:
1. Komposit Serat (Fibrous Composite)
Komposit serat yaitu jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina
atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat/fiber.
11

2. Komposit Lapis (Laminated Composite)


Komposit lapis yaitu jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih
yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik
sifat sendiri.
3. Komposit Partikel (Particulate Composite)
Komposit partikel yaitu komposit yang menggunakan partikel serbuk
atau butiran sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam
matriksnya.
Berdasarkan jenis pengikatnya atau matrik komposit dibagi
menjadi 3 jenis klasifikasi yang digunakan, yaitu:
1. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites)
Komposit yang menggunakan matriks logam pada umumnya ditemukan
berkembang pada industri otomotif. Bahan ini menggunakan suatu
logam seperti aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat
seperti silikon karbida.
2. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites)
Komposit yang biasa digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat
tinggi. Bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat
dengan serat pendek, atau serabut serabut (whiskers) dimana terbuat dari
silikon karbida atau boron nitride. Penguat yang umum digunakan pada
CMC adalah oksida, carbide, dan nitrida, sedangkan matrik yang sering
digunakan yaitu, gelas anorganik, keramik gelas, alumina, dan silicon
nitride.
3. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composite)
Komposit ini menggunakan bahan polimer sebagai matriksnya. Sifat
komposit polimer ditentukan oleh sifat sifat penguat, sifat sifat polimer,
rasio penguat terhadap polimer dalam komposit (fraksi volume penguat),
geometri dan orientasi penguat komposit.
12

2.3.4. Pembuatan Komposit


Secara garis besar metode pembuatan material komposit terdiri dari
atas dua cara, yaitu:
1. Proses Cetakan Terbuka (Open-Mold Process)
Untuk proses cetakan terbuka terbagi menjadi beberapa metode yaitu :
a. Contact Molding (Hand lay-up)
Adalah metode yang paling sederhana dan merupakan proses dengan
metode terbuka dari proses fabrikasi komposit. Adapun proses dari
pembuatan dengan metode ini adalah dengan cara menuangkan resin
dengan tangan ke dalam serat berbentuk anyaman, rajutan, atau kain,
kemudian memberi tekanan sekaligus meratakannya menggunakan rol
atau kuas. Proses tersebut dilakukan berulang ulang hingga ketebalan
yang diinginkan tercapai. Pada proses ini resin langsung berkontak
dengan udara dan biasanya proses pencetakan dilakukan pada
temperature kamar. Pada metode Hand Lay-Up ini resin yang banyak
digunakan adalah polyester dan epoxies.
b. Vacuum Bag
Proses Vacuum Bag merupakan penyempurnaan dari Hand Lay-Up,
penggunaan dari proses vakum ini adalah untuk menghilangkan udara
terperangkap dan kelebihan resin. Pada proses ini digunakan pompa
vacuum untuk menghisap udara yang ada dalam wadah tempat
diletakkannya komposit yang akan dilakukan proses pencetakan.
Dengan divakumkan udara dalam wadah maka udara yang ada diluar
penutup plastik akan menekan ke arah dalam. Hal ini akan
menyebabkan udara yang terperangkap dalam spesimen komposit akan
dapat diminimalkan. Dibandingkan dengan Hand-Lay Up, metode
vacuum memberikan penguatan konsentrasi yang lebih tinggi, adhesi
yang lebih baik antara lapisan, dan kontrol yang lebih resin / rasio
kaca.
c. Pressure Bag
13

Pressure bag memiliki kesamaan dengan metode vacuum bag, namun


cara ini tidak memakai pompa vakum tetapi menggunakan udara
bertekanan yang dimasukkan melalui suatu wadah elastis Wadah
elastis ini yang akan berkontak pada komposit yang akan dilakukan
proses. Biasanya tekanan besar tekanan yang diberikan pada proses ini
adalah sebesar 30 sampai 50 psi.
d. Spray-Up
Spray-up merupakan metode cetakan terbuka yang dapat menghasilkan
bagian-bagian yang lebih kompleks ekonomis dari Hand-Lay Up.
Proses Spray-Up dilakukan dengan cara penyemprotan serat (fiber)
yang telah melewati tempat pemotongan (chopper). Sementara resin
yang telah dicampur dengan katalis juga disemprotkan secara
bersamaan di tempat pencetakan Spray-Up yang telah disiapkan
sebelumnya. Setelah itu proses selanjutnya adalah dengan
membiarkannya mengeras pada kondisi atmosfer standar.
e. Filament Winding
Fiber tipe roving atau single strand dilewatkan melalui wadah yang
berisi resin, kemudian fiber tersebut akan diputar sekeliling mandrel
yang sedang bergerak dua arah, arah radial dan arah tangensial. Proses
ini dilakukan berulang, sehingga cara ini didapatkan lapisan serat dan
fiber sesuai dengan yang diinginkan. Resin thermosetting yang biasa
digunakan pada proses ini adalah poliester, vinyl ester, epoxies, dan
fenol. Proses ini terutama digunakan untuk komponen belah berlubang,
umumnya bulat atau oval, seperti pipa dan tangki. Serat TOWS
dilewatkan melalui mandi resin sebelum ke mandrel dalam berbagai
orientasi, dikendalikan oleh mekanisme serat, dan tingkat rotasi
mandrel tersebut. Adapun aplikasi dari proses filament winding ini
digunakan untuk menghasilkan bejana tekan, motor roket, tank,
tongkat golf dan pipa.
2. Proses Cetakan Tertutup (Closed-Mold Process)
Untuk proses cetakan tertutup terbagi menjadi beberapa metode yaitu:
14

a. Proses Cetakan Tekan (Compression Molding)


Proses cetakan ini menggunakan hidrolik sebagai penekannya. Serat
yang telah dicampur dengan resin dimasukkan ke dalam rongga
cetakan, kemudian dilakukan penekanan dan pemanasan. Resin
termoset khas yang digunakan dalam proses cetak tekan ini adalah
poliester, vinil ester, epoxies, dan fenolat.
b. Injection Molding
Metode injection molding juga dikenal sebagai reaksi pencetakan
cairan atau pelapisan tekanan tinggi. Fiber dan resin dimasukkan
kedalam rongga cetakan bagian atas, kondisi temperature dijaga
supaya tetap dapat mencairkan resin. Resin cair beserta fiber akan
mengalir ke bagian bawah, kemudian injeksi dilakukan oleh mandrel
ke arah nozzle menuju cetakan.
c. Continuous Pultrusion
Fiber jenis roving dilewatkan melalui wadah berisi resin, kemudian
secara kontinu dilewatkan ke cetakan pra cetak dan diawetkan (cure),
kemudian dilakukan pengerolan sesuai dengan dimensi yang
diinginkan. Atau juga bisa disebut sebagai penarikan serat dari suatu
jaring atau creel melalui bak resin, kemudian dilewatkan pada cetakan
yang telah dipanaskan. Fungsi dari cetakan tersebut adalah
mengontrol kandungan resin, melengkapi pengisian serat, dan
mengeraskan bahan menjadi bentuk akhir setelah melewati cetakan.

2.4. Klasifikasi Dari Resin


Secara umum resin diklasifikasikan menjadi 2 bagian:
a) Thermoplastic
Adalah plastic yang dapat dilunakkan berulang kali dengan menggunakan
panas. Thermoplastic juga merupakan polimer yang akan menjadi keras
apabila didinginkan. Bahan thermoplastic yang lazim dipergunakan
sebagai matrik komposit adalah sebagai berikut:
1. Acetal
15

2. Acrylonitrile butadiene styrene (ABS)


3. Nylon
4. Polyethylene (PE)
5. Polypropylene (PP)
6. Polyethylene Terephthalate (PET)
b) Thermoset
Tidak dapat mengikuti perubahan suhu. Bila sekali pengerasan telah
terjadi, maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Bahan termoset yang
lazim dipergunakan sebagai matrik komposit adalah sebagai berikut:
1. Polyester
2. Vinyl resin
3. Epoxy
4. Phenolic
5. Polyurethane

2.4.1 Resin Polyester


Resin polyester atau Unsaturated Resin Polyester (UPR)
merupakan resin yang kualitasnya di bawah resin epoxy. Warna resin
polyester cukup bening namun pada hasil akhirnya masih kurang bening
bila dibandingkan dengan resin epoxy. Resin ini memiliki aroma yang
cukup tajam. Resin polyester dapat mengering sempurna apabila dicampur
dengan katalis, namun apabila pada saat pencampuran katalis dengan resin
terlalu banyak katalisnya, maka campuran tersebut akan bersuhu tinggi
bahkan bisa terbakar.

2.4.2 Resin Epoxy


Resin epoxy merupakan jenis resin termoset. Resin epoxy
mempunyai kegunaan yang dalam industri kimia teknik, listrik, mekanikal,
dan sipil sebagai bahan perekat, cat pelapis, dan benda-benda cetakan.
Resin epoxy mempunyai ketahanan kimia yang baik, tahan terhadap suhu
tinggi, sedikit mengalami penyusutan, kekuatan mekanis yang baik.
16

Adhesive ini memiliki kelemahan tidak tahan terhadap larutan asam. Resin
epoxy berbentuk cair dengan 2 campuran, satu epoxy hardener tipe
general purpose (polyamino acid), kedua epoksi resin tipe general purpose
(bisphenol epichlorohydrin) dengan perbandingan 1:2.
Produk resin epoxy merupakan kondensat dari bisfenol dan
epichlorohydrin. Resin epoxy dengan pengeras dan menjadi unggul dalam
kekuatan mekanis dan ketahan kimia. Sifatnya bervariasi tergantung pada
jenis, kondisi dan pencampuran dengan pengerasnya. Sifat lain adalah
mempunyai kekuatan tinggi dan suhu tinggi, relative pada suhu rendah,
mudah digunakan, biaya rendah, mampu tahan pada suhu -400°C sampai
+1000°C.

2.5. Klasifikasi Fiberglass


Fiberglass sering digunakan dalam proses pembuatan komposit.
Keuntungan fiberglass adalah biaya produksi yang rendah, kekuatan tarik
yang tinggi, ketahanan serangan zat kimia yang baik, sifat isolator yang
baik. Beberapa fiberglass berdasarkan karakteristik dan fungsinya adalah
sebagai berikut:
a) E-Glass
Merupakan serat kaca yang didesain untuk peralatan umum yang
membutuhkan sifat isolator dan konduktivitas termal rendah. Serat kaca ini
mempunyai kekuatan yang cukup tinggi sehingga banyak dipergunakan
dalam proses manufaktur. Serat ini banyak digunakan karena harganya
yang murah.
b) S-Glass
Merupakan serat kaca yang memiliki modulus elastisitas tinggi dan
umumnya dipergunakan untuk komponen pesawat terbang dan kapal laut.
c) C-Glass
Serat ini dirancang untuk memiliki ketahanan terhadap korosi yang tinggi
terutama dalam lingkungan kimia, sehingga banyak dipergunakan sebagai
pelapis peralatan pada pabrik kimia.
17

Pada umumnya fiberglass dipasarkan dalam berbagai bentuk dan


susunan serat, yaitu:
a) Chopped Stand Matt (Csm)
Fiberglass yang ditenun dari potongan rovings dengan panjang tertentu
dan tersusun acak
b) Rovings
Merupakan fiberglass yang berbentuk sekumpulan benang yang continue
c) Woven rovings
Merupakan rovings yang ditenun membentuk arah serat yang saling tegak
lurus.
d) Woven cloth
Dibentuk dari fiberglass yang dipuntir dan ditenun untuk membentuk arah
serat yang saling tegak lurus.

2.6. Fraksi Volume


Adapun langkah perhitungan fraksi volume specimen uji didapat
dari skripsi Brillian Indra Wibowo, dari program studi Teknik Dirgatara
Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto tahun 2019 dengan judul skripsi
“Analisis Proses Penggabungan Komposit Menggunakan Adhesive
Bonding Beserta Kekuatannya Terhadap Uji Tarik” sebagai berikut:
1. Menimbang massa fiberglass dengan ukuran specimen yang disesuaikan
dengan ukuran cetakan.
2. Menghitung volume komposit yang dimensinya disesuaikan dengan
cetakan yang dibuat dengan rumus sebagai berikut:
(2.1)
Dimana,
p : Panjang Dari Ukuran Cetakan (mm)
l : Lebar Dari Ukuran Cetakan (mm)
t : Tebal Dari Ukuran Cetakan (mm)
: Volume Komposit ( )
18

3. Menghitung volume fiberglass dengan rumus sebagai berikut:


Dimana langkah pertama adalah menghitung massa total fiberglass
dengan rumus sebagai berikut:
(2.2)
Dimana,
n : Jumlah Layer Fiber
m : Massa Fiber (gr)
: Massa Total Fiber (gr)
Setelah massa total fiberglass ditemukan, maka langkah berikutnya
adalah menghitung volume fiberglass dengan massa jenis fiberglass yang
telah diketahui sebelumnya,
(2.3)

Dimana,
: Massa Total Fiber (gr)
: Massa Jenis Fiber ( ⁄ )
: Volume Fiber ( )
4. Menentukan fraksi volume fiberglass pada komposit
(2.4)

Dimana:
: Fraksi Volume Fiber
: Volume Fiber (mm3)
: Volume Komposit (mm3)
5. Menentukan fraksi volume matriks pada komposit.
Langkah pertama adalah menghitung terlebih dahulu volume
matriks pada komposit terlebih dahulu.
(2.5)
Dimana:
: Volume Matriks (mm3)
: Volume Komposit (mm3)
19

: Volume Fiber (mm3)


Langkah berikutnya adalah menghitung fraksi volume matriks
tersebut.
(2.6)

Dimana:
: Fraksi Volume Matriks
: Volume Matriks (mm3)
: Volume Komposit (mm3)
6. Menentukan kebutuhan resin dan hardener pada matriks yang akan
digunakan menggunakan perbandingan 2:1 untuk resin jenis epoxy,
dimana 2 untuk nilai perbandingan resin epoxy atau resin A dan 1 untuk
nilai perbandingan hardener atau resin B.
a. Langkah pertama adalah menghitung kebutuhan dari resin terlebih
dahulu seperti berikut:
(2.7)

Dimana:
: Volume Resin (mm3)
: Volume Matriks (mm3)
: Nilai Perbandingan Resin A
3 : Nilai Jumlah Perbandingan Resin A dan Resin B
Setelah munghitung volume resin Langkah berikutnya adalah
menghitung kebutuhan berat resin sebagai berikut:
(2.8)
Dimana:
: Kebutuhan Resin (gr)
: Volume Resin (mm3)
: Massa Jenis Dari Resin A (gr/cm3)
b. Langkah kedua adalah menghitung kebutuhan dari hardener dari
komposit
(2.9)
20

Dimana:
: Volume Resin (mm3)
: Volume Matriks (mm3)
: Nilai Perbandingan Resin B
3 : Nilai Jumlah Perbandingan Resin A dan Resin B
Setelah menghitung volume hardener, langkah berikutnya adalah
menghitung kebutuhan hardener sebagai berikut:
(2.10)
Dimana:
: Kebutuhan Resin (gr)
: Volume Resin (mm3)
: Massa Jenis Dari Resin B (gr/cm3)

2.7 Pengujian Tarik


Uji Tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji
kekuatan suatu material yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan bahan
terhadap beban tarik. Pengujian tarik menggunakan Universal Testing
Machine (UTM) dengan standar dari specimen menggunakan standar
ASTM D3039 (Standard Test Method For Tensile Properties Of Polymer
Matrix Composite Materials). Dengan melakukan pengujian tarik kita
dapat mengetahui reaksi dari material tersebut pada saat mendapat tenaga
tarikan dan sejauh mana material tersebut mampu menahan tenaga dari
tarikan tersebut. Pengujian tarik merupakan salah satu metode yang dapat
memberikan gambaran mengenai karakteristik dari material yang diuji dan
juga dapat memberikan informasi mengenai kekuatan dari material
tersebut pada saat mendapat tenaga tarik.
21

Gambar 2.2 Kode Kegagalan Pengujian Tarik


(Sumber: ASTM D3039 Standard Test Method
For Tensile Properties Of Polymer Matrix Composite Materials)

Pada ASTM D3039 terdapat perhitungan yang digunakan untuk


menghitung nilai tegangan dan regangan pada kekuatan tarik material.
Dimana hubungan antara tegangan dan regangan dapat ditentukan dengan
rumus berikut:
1. Ultimate Tensile Strength

(2.11)

Dimana:
: Ultimate Tensile Strength (MPa)
22

: Maximum Load (N)


A : Luas Area (mm2)
2. Teganagan Tarik (Tensile Stress)
(2.12)

Dimana:
: Tegangan Tarik (MPa)
: Beban Yang Diberikan Pada Spesimen (N)
: Luas Penampang (mm2)
3. Regangan Tarik (Tensile Strain)

(2.13)

Dimana:
: Regangan Tarik
: Perubahan Panjang Pada Alat Ukur (mm)
: Panjang Jarak Awal Alat Ukur (mm)
4. Modulus Elastisitas (Modulus of Elasticity)

(2.14)

Dimana:
: Modulus Elastisitas (GPa)
: Tegangan (MPa)
: Regangan

Jika yang diketahui adalah nilai tegangan dan modulus elastisitas,


maka untuk mencari nilai regangan adalah dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:

(2.15)
23

Gambar 2.3 Gambar Spesimen Pengujian Tarik


(Sumber: ASTM D3039 Standard Test Method
For Tensile Properties Of Polymer Matrix Composite Materials )

2.8 Pengujian Bending


Uji bending adalah suatu proses pengujian material dengan cara di
tekan untuk mendapatkan hasil berupa data tentang kekuatan lengkung
suatu material yang di uji. Hasil yang didapatkan pada saat pengujian
bending adalah bagian atas specimen mengalami tekanan dan bagian bawah
akan mengalami tarikan. Kekuatan tekan komposit lebih tinggi daripada
kekuatan tariknya. Kegagalan yang terjadi akibat pengujian bending,
24

komposit akan mengalami patah pada bagian bawah karena tidak mampu
menahan tegangan tarik.
Prinsip pengujian yang dilakukan menggunakan metode three point
bending sesuai dengan standar ASTM D7264.

Gambar 2.4 Ilustrasi Pengujian Menggunakan Metode Three Point Bending


(Sumber : ASTM D7264 Standard Test Method For Flexural
Properties Of Polymer Matrix Composite Materials)

Nilai dari pengujian bending dapat dihitung menggunakan rumus


sebagai berikut:
(2.16)

Dimana:
: Tegangan Bending (MPa)
: Beban Atau Gaya Yang Terjadi (N)
: Panjang Benda Uji (Mm)
: Lebar Benda Uji (Mm)
: Tebal Benda Uji (mm)

Modulus Elastisitas (Modulus of Elasticity)

(2.17)

Dimana:
: Modulus Elastisitas (GPa)
: Tegangan (MPa)
: Regangan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


PUNA 5774-Trainer adalah jenis pesawat fixed wing dengan misi
untuk pelatihan pilot PUNA sebelum pada akhirnya dapat menerbangkan
pesawat PUNA yang sebenarnya. PUNA 5774-Trainer diklasifikasikan
sebagai berikut:

3.1.1 Konfigurasi Pesawat


Adapun konfigurasi dari PUNA 5774-Trainer adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Konfigurasi PUNA 5774 Trainer

Komponen Konfigurasi
Main Wing High Wing, Rectangular
Tail Wing Conventional
Airfoil Wing (Clark Y) Tail (NACA 0012)
(Sumber : https://rc.kyosho.com/en/rcplane/11232bl.html#catalog-product-
technical)

3.1.2 Data Geometri PUNA 5774-Trainer


Adapun data geometri dari keseluruhan PUNA 5774-Trainer
adalah sebagai berikut:
1. Data Geometri Pada PUNA 5774-Trainer
Data geometri pada pesawat yang didapatkan dari hasil perhitungan
adalah sebagai berikut:

25
26

Tabel 3.2 Geometri PUNA 5774-Trainer

Wing Satuan
Wing Span 1.08 m
Wing Area 0.2268 m2
Wing Root Chord 0.21 m
Wing Tip Chord 0.21 m
Fuselage
Fuselage Length 0.77 m
Fuselage Area 0.0847 m2
Fuselage Thickness 0.11 m
Vertical Stabilizer
Vertical Tail Span 0.15 m
Vertical Tail Area 0.01875 m2
Vertical Tail Root Chord 0.17 m
Vertical Tail Tip Chord 0.08 m
Horizontal Stabilizer
Horizontal Tail Span 0.40 m
Horizontal Tail Area 0.048 m2
Horizontal Tail Root Chord 0.14 m
Horizontal Tail Tip Chord 0.10 m
Rudder
Rudder Span 0.15 m
Rudder Area 0.00675 m2
Rudder Chord 0.045 m
Elevator
Elevator Span 0.38 m
Elevator Area 0.0133 m2
Elevator Chord 0.035 m
Aileron
Aileron Span 0.36 m
Aileron Area 0.0108 m2
Aileron Chord 0.03 m
(Sumber: https://rc.kyosho.com/en/rcplane/11232bl.html#catalog-product-
technical)
27

2. Data Sistem PUNA 5774-Trainer


Data diambil dari referensi untuk sitem PUNA 5774-Trainer
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3 Data Sistem Pesawat

Sistem Berat Sistem (Kg)


Motor Brushless
Motor Brushless 2212 2200 kv 0.047
ESC
ESC 40A 0.043
Receiver
Receiver FrSky 0.01
Servo dan Cable
4 Servo Digital 0.048
Battery
Battery 5000mAh 7.4V 0.275
Propeller
Propeller 11x7 0.016
Total W system 0.439
(Sumber: https://rc.kyosho.com/en/rcplane/11232bl.html#catalog-product-
technical)
28

3.2 Bentuk PUNA 5774-Trainer


Bentuk dan gambaran dari PUNA 5774-Trainer berbahan
komposit adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Pesawat Puna 5774-Trainer


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3.3 Bentuk Fuselage PUNA 5774-Trainer


Bentuk dan ukuran dari fuselage PUNA 5774-Trainer adalah
sebagai berikut:

Gambar 3.2 Fuselage PUNA 5774-Trainer


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
29

3.4 Jadwal dan Tempat Penelitian


Dalam penelitian ini penulis memilih tempat penelitian atau tempat
manufaktur spesimen yang akan dilakukan di dalam kampus STTA. Untuk
lebih terperinci akan dijelaskan sebagai berikut:
Jadwal : Bulan Juni – November 2020
Tempat : Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto
Yogyakarta, Jalan Janti Blok R, Lanud Adisutjipto,
Banguntapan , Bantul, Yogyakarta.

3.5 Diagram Alir Penelitian


Pada bab ini memuat tentang langkah-langkah dalam melakukan
penelitian. Adapun penjelasan diagram alir dalam tugas akhir ini, antara
lain yaitu:
1. Pengumpulan Data dan Studi Literatur
Pengumpulan data dan studi literatur dilakukan dengan membaca penelitian
sebelumnya, jurnal dan buku literatur yang berhubungan dengan tema
permasalahan yang akan dibahas. Adapun selain membaca juga
menggunakan metode wawancaea, yaitu dengan mewawancarai orang yang
memahami tentang hal yang akan diteliti.
2. Penentuan Alat dan Bahan
Bertujuan untuk menyiapkan segala bentuk alat dan bahan yang akan
digunakan dalam proses pembuatan spesimen.
3. Pengolahan Data dan Pembahasan
Pengolahan data yang telah didapatkan dari pengumpulan data kemudian
diolah sesuai dengan rumusan masalah dan pembahasan.
Penelitian dilakukan sesuai dengan urutan diagram alur penelitian
di bawah ini:
30

Mulai

Pengumpulan Data dan


Literatur

Penentuan Alat Dan Bahan

Persiapan Alat Dan Bahan

Pembuatan Spesimen Uji

Tidak
Sesuai
ASTM

Ya

Pengujian Tarik Dan Bending

Pengambilan Data Hasil Uji


Tarik Dan Uji Bending

Analisis Dan Pembahasan

Kesimpulan

Selesei

Gambar 3.3 Skema Diagram Alir Penelitian


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
31

3.6 Proses Rencana Penelitian


Proses rencana penelitian yaitu seberapa lama proses pengerjaan
pada spesimen yang akan diuji sampai proses penelitian berakhir adalah
sebagai berikut:

Tabel 3.4 Proses Rencana Penelitian

No Jenis Lama Keterangan


Kegiatan Kegiatan
1 Persiapan 10 hari Dikarenakan pada proses pembelian alat dan
Alat dan bahan manufaktur spesimen beberapa harus
Bahan melalui online shop sehingga membutuhkan
waktu untuk proses pengiriman
2 Pembuatan 10 hari Pada proses ini membutuhkan waktu yang
Spesimen lama karena untuk memastikan permukaan
dari cetakan harus sesuai dengan geometri
dan juga membutuhkan permukaan yang
halus untuk proses pencetakan.
3 Pengujian 7 hari Pada proses ini dilakukan proses pengujian
Spesimen pada mesin UTM.

3.7. Dimensi Spesimen Uji


3.7.1 Pengujian Tarik
Adapun rekomendasi dimensi atau ukuran specimen komposit
untuk pengujian Tarik yang diperoleh dari ASTM D3039 adalah sebagai
berikut:
32

Gambar 3.4 Spesimen Pengujian Tarik


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Dimana:
= Panjang Spesimen = 250mm
= Lebar Spesimen = 25mm
= Tebal Spesimen = 2.5mm
3.7.2 Pengujian Bending
Adapun rekomendasi ukuran specimen untuk pengujian bending
yang diperoleh dari ASTM D7264 dengan menggunakan perbandingan
Panjang:tebal adalah 32:1 seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.5 Spesimen Pengujian Bending


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
33

Dimana:
L = Panjang Spesimen = 128mm
b = Lebar Spesimen = 13mm
d = Tebal specimen = 4mm

3.8 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada proses pembuatan
fuselage pesawat 5774 Trainer dibutuhkan alat dan bahan sebagai berikut:
1. Resin Polyester dan Hardener Catalyst
Digunakan sebagai bahan untuk pembuatan molding atau cetakan fuselage
5774 Trainer, ditunjukkan pada gambar 3.6.

Gambar 3.6 Resin Polyester dan Hardener Catalyst


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
2. Resin Epoxy dan Hardener EPH 555
Digunakan pada proses pencetakan specimen pengujian dan proses
pencetakan fuselage 5774 trainer, dimana resin epoxy digunakan sebagai
pengikat matriks pada komposit dan hardener EPH 555 digunakan sebagai
pengeras atau pengering resin komposit tersebut, dapat ditunjukkan pada
gambar 3.7.
34

Gambar 3.7 Resin Epoxy dan Hardener EPH 555


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
3. Mirror Glaze
Digunakan sebagai mold release atau pelicin pada saat pelepasan cetakan
agar resin tidak menempel pada mold atau cetakan, dapat ditunjukkan pada
gambar 3.8.

Gambar 3.8 Mirror Glaze


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

4. PVA
PVA (Poly Vinyl Alcohol) berfungsi untuk melapisi antara master mold
atau cetakan dengan fiberglass agar kedua bahan tersebut tidak saling
menempel dan dapat dilepas dengan mudah, dapat ditunjukkan pada
gambar 3.9.
35

Gambar 3.9 PVA (Poly Vinyl Alcohol)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
5. Dempul
Digunakan untuk proses finishing pada saat pembuatan master mold agar
permukaan master mold lebih rata dan lebih halus agar mempermudah
pada saat proses pembuatan mold, dapat ditunjukkan pada gambar 3.10.

Gambar 3.10 Dempul


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

6. Timbangan Digital
Digunakan sebagai alat untuk mempermudah pengukuran berat pada saat
pembuatan spesimen atau spesimen yang telah dicetak, ditunjukkan pada
gambar 3.11.
36

Gambar 3.11 Timbangan Digital


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
7. Venier Caliper
Digunakan sebagai alat ukur dimensi dari fiber maupun specimen
pengujian, ditunjukkan pada gambar 3.12.

Gambar 3.12 Venier Caliper


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
8. Vaccum
Digunakan sebagai alat untuk membantu proses pencetakan agar hasil
spesimen atau produk dapat menyerupai bentuk yang diinginkan,
ditunjukkan pada gambar 3.13.
37

Gambar 3.13 Vacuum


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
9. Fiber carbon
Digunakan sebagai bahan utama pada proses pembuatan komposit sebagai
matriks pada spesimen yang menggunakan bahan fiber carbon. Fiber
carbon yang digunakan adalah jenis spread tow textreme 80gsm,
ditunjukkan pada gambar 3.14.

Gambar 3.14 Fiber carbon


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
10. Fiberglass WR
Digunakan sebagai bahan utama pada proses pembuatan komposit sebagai
matriks pada spesimen yang berbahan dasar fiberglass WR (Woven
Roving). Fiberglass WR yang digunakan adalah jenis plain 100gsm,
ditunjukkan pada gambar 3.15.
38

Gambar 3.15 Fiberglass WR


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
11. Alat Pendukung
Alat pendukung lainnya adalah alat yang digunakan untuk memotong,
meratakan, dan mengukur seperti, gunting, penggaris, spidol, kuas, cutter,
scrap, dan pliers, ditunjukkan pada gambar 3.16.

Gambar 3.16 Gunting, Penggaris, Spidol,


Kuas, Cutter, Scrap, dan Pliers
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

3.9 Proses Manufaktur Spesimen Pengujian


Pada saat melakukan pengujian terlebih dahulu dilakukan proses
pembuatan spesimen komposit uji tarik sesuai standar ASTM D3039 dan
untuk pengujian bending menggunakan standar ASTM D7264. Dimensi
spesimen pengujian tarik yaitu 250x25x2,5mm dan untuk spesimen
39

pengujian bending yaitu 128x13x4mm. Jumlah spesimen yang dibuat


adalah masing-masing 5 spesimen untuk satu variasi. Untuk mengetahui
banyak bahan yang digunakan maka dilakukan perhitungan fraksi volume.

3.10 Proses Pembuatan Spesimen


Spesimen pengujian dibuat dengan menggunakan metode hand lay
up dan vaccum bagging untuk proses pemerataan hingga spesimen
mengeras. Spesimen yang dibuat terdiri dari dua variabel di satu pengujian
yaitu untuk pengujian tarik terdapat dua variabel menggunakan bahan
fiber carbon dan fiberglass WR, untuk pengujian bending sendiri juga
terdapat dua variabel dengan dua bahan yang sama yaitu fiber carbon dan
fiberglass WR. Adapun langkah-langkah pembuatan spesimen komposit
adalah sebagai berikut:
a. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan, dilanjukan dengan pemotongan
fiber carbon dan fiberglass WR sesuai dengan ukuran cetakan yang telah
ditentukan yaitu 260mmx160mmxketebalan yang dibutuhkan(mm).
b. Bersihkan cetakan kaca yang akan digunakan serta lapisi dengan mirror
glaze agar permukaan kaca menjadi licin dan lapisi juga PVA setelah
kaca dilapisi oleh mirror glaze.
c. Menyiapkan alat berupa plastik bagging yang telah ditempeli pentil udara
untuk proses penyedotan udara didalam plastik bagging agar proses hasil
vaccum dapat lebih padat.
d. Melakukan penimbangan resin epoxy dan hardener EPH 555 di dalam
gelas kaca yang telah disiapkan dengan ukuran yang telah didapatkan
dari hasil perhitungan.
e. Menyampurkan resin epoxy dan juga hardener EPH 555 dengan cara
diaduk hingga merata, lalu tuangkan kedalam cetakan kaca yang telah
disiapkan.
f. Melakukan proses hand lay up dengan urutan resin yang sudah diratakan
dengan kuas, lalu ditimpa dengan fiber carbon atau fiberglass WR
hingga semua lapisan tertumpuk dan tercampur dengan campuran resin.
40

g. Setelah metode hand lay up selesai, proses selanjutnya adalah memasang


plastik bagging ke kaca menggunakan lakban double tape, agar proses
vaccum bagging dapat berjalan dengan lancar.

Gambar 3.17 Pemasangan Plastik Bagging


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
h. Setelah itu sambungkan selang vaccum dengan pentil udara yang ada
pada plastik bagging untuk proses pemvaccuman. Proses vaccum
bagging dilakukan selama kurang lebih 6 jam.
i. Setelah proses vaccum bagging selesei langkah selanjutnya adalah proses
pemotongan spesimen menggunakan mesin potong gerinda. Pemotongan
specimen menyesuaikan dengan ukuran spesimen yang telah ditentukan
dengan menggunakan standar ASTM 3039 untuk pengujian tarik dan
ASTM D7264 untuk pengujian bending.
j. Selanjutnya adalah proses finishing, yaitu membersihkan spesimen dari
debu setelah proses pemotongan.
k. Setelah proses finishing selesei, Langkah berikutnya adalah proses
penggabungan grip dengan spesimen untuk pengujian Tarik dengan
bahan fiberglass WR dengan ukuran 50mm x 25mm x 5 mm yang telah
dicampur dengan resin epoxy dan hardener EPH 555.
41

3.11 Pengujian Spesimen


Pengujian spesimen dilakukan di lab. Nurtanio kampus Sekolah
Tinggi Teknologi Adisutjipto dengan menggunakan mesin uji UTM
(Universal Testing Machine). Proses pengujian dilakukan secara bertahap
yaitu dimulai dengan pengujian bending lalu dilanjutkan pengujian Tarik.

3.11.1 Pengujian Spesimen Uji Bending


Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pengujian bending
adalah sebagai berikut:
a. Menyiapkan spesimen yang akan di uji.
b. Mengukur massa spesimen, dimensi spesimen dan dilanjutkan dengan
memberikan nomor pada setiap spesimen yang akan diujikan.

Gambar 3.18 Proses Pengukuran Massa Spesimen


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 3.19 Proses Penomoran Spesimen


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
42

c. Menyalakan mesin UTM, lalu menyiapkan spesimen yang telah diberi


tanda nomor kedalam mesin uji secara bertahap selama proses pengujian.
d. Pada proses pengujian bending, material akan diberi tumpuan dan
ditekan pada bagian tengah spesimen dengan kecepatan konstan.

Gambar 3.20 Proses Pengujian Bending


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
e. Setelah pengujian selesei grafik akan muncul pada computer yang
terhubung dengan mesin UTM dan dapat dicetak.

3.11.2 Pengujian Spesimen Uji Tarik


Langkah-langkah yang dilakukan selama pengujian Tarik adalah
sebagai berikut:
a. Menyiapkan spesimen yang akan di uji.
b. Mengukur massa spesimen, dimensi spesimen dan dilanjutkan pemberian
nomor atau kode pada setiap spesimen.
43

Gambar 3.21 Spesimen Uji Tarik


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
c. Menyiapkan spesimen uji kedalam mesin UTM dengan menjepit bagian
spesimen pada bagian grip yang telah dibuat dan pastikan spesimen
dijepit dengan kuat agar spesimen tidak lepas pada saat pengujian
berlangsung.
d. Mesin UTM akan menarik spesimen ke arah berlawanan secara
bersamaan dengan kecepatan yang konstan.
e. Setelah pengujian selesei graik dan data hasil pengujian akan muncul
pada komputer yang tersambung pada mesin UTM dan dapat dicetak.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan fraksi volume


4.1.1 Spesimen Uji Tarik
Adapun langkah perhitungan fraksi volume spesimen uji Tarik
sebagai berikut:
a. Fraksi Volume Spesimen Uji Tarik Fiber carbon
1. Timbang massa fiber carbon dengan menyesuaikan ukuran cetakan
yang sudah ditentukan yaitu dengan dimensi ukuran 260x16x2,5mm
dengan berat 4,109gram/lembar
2. Menghitung volume komposit berdasarkan persamaan 2.1

3. Menghitung volume fiber carbon yang menggunakan 25 lembar fiber


carbon menggunakan persamaan 2.2 dan 2.3

Massa Total Fiber carbon = Jumlah Layer x Massa


FiberCarbon
= 25 x 4,109gram
= 102gram

Volume Fiber carbon =

= ⁄

= 63,75cm3

44
45

4. Menentukan fraksi volume fiber carbon menggunakan persamaan 2.4

Fraksi Volume Fiber carbon=

= 61,298%

5. Menentukan fraksi volume matriks pada komposit menggunakan


persamaan 2.5 dan 2.6

Volume Matriks = Vkomposit – Vfiber carbon


= 104cm3 – 63,75cm3
= 40,25cm3

Fraksi Volume Matriks =

= 38,701%
6. Menentukan kebutuhan epoxy resin pada matriks yang digunakan
menggunakan persamaan 2.7 dan 2.8

Volume Epoxy =

= 26,833cm3
46

Kebutuhan Epoxy = VEpoxy x massa jenis epoxy


= 26,833cm3 x 1,2gram/cm3
= 32,1996gram
7. Menentukan kebutuhan hardener resin EPH 555 pada matriks yang
digunakan menggunakan persamaan 2.9 dan 2.10

Volume EPH 555 =

= 13,416cm3

Kebutuhan EPH 555 = VEPH 555 x massa jenis EPH 555


= 13,416cm3 x 0,963gram/cm3
= 12,919gram

b. Fraksi Volume Spesimen Uji Tarik Fiberglass WR


1. Timbang massa fiberglass WR dengan menyesuaikan ukuran cetakan
yang sudah ditentukan yaitu dengan dimensi ukuran 260x16x2,5mm
dengan berat 10,085gram/lembar
2. Menghitung volume komposit
Volume Komposit =PxLxT
= 260mm x 160mm x 2,5mm
= 104.000mm3
= 104cm3
3. Menghitung volume fiberglass WR yang menggunakan 13 lembar
fiberglass WR
Massa Total Fiberglass WR = n x massa fiberglass WR
= 13 x 10,085gram
= 131,105gram
47

Volume Fiberglass WR =

= ⁄

= 49,811cm3
4. Menentukan fraksi volume fiberglass WR

Fraksi Volume Fiberglass WR =

= 47,895%
5. Menentukan fraksi volume matriks pada komposit.
Volume Matriks = Vkomposit – Vfiberglass WR
= 104cm3 – 47,895cm3
= 56,105cm3

Fraksi Volume Matriks =

= 53,947%
6. Menentukan kebutuhan epoxy resin dan hardener EPH 555 pada
matriks yang digunakan menggunakan perbandingan antara epoxy
resin dengan hardener EPH 555 yaitu 2:1.

Volume Epoxy =

= 37,403cm3
Kebutuhan Epoxy = VEpoxy x massa jenis epoxy
= 37,403cm3 x 1,2gram/cm3
= 44,8836gram
Volume EPH 555 =

= 18,701cm3
48

Kebutuhan EPH 555 = VEPH 555 x massa jenis EPH 555


= 18,701cm3 x 0,963gram/cm3
= 18,009gram

4.1.2 Spesimen Uji Bending


Adapun langkah perhitungan fraksi volume spesimen uji bending
sebagai berikut:
a. Fraksi Volume Spesimen Uji Bending Fiber carbon
1. Timbang massa fiber carbon dengan menyesuaikan ukuran cetakan
yang sudah ditentukan yaitu dengan dimensi ukuran 260x16x4mm
dengan berat 4,109gram/lembar
2. Menghitung volume komposit
Volume komposit =PxLxT
= 260mm x 160mm x 4mm
= 166400mm3
= 166,4cm3
3. Menghitung volume fiber carbon yang menggunakan 40 lembar fiber
carbon
Massa Total Fiber carbon = n x massa fiber carbon
= 40 x 4,109gram
= 164,36gram

Volume Fiber carbon =

= ⁄

= 102,725cm3
4. Menentukan fraksi volume fiber carbon

Fraksi volume fiber carbon =

= 61,733%
49

5. Menentukan fraksi volume matriks pada komposit.


Volume Matriks = Vkomposit – Vfiber carbon
= 166,4cm3 – 102,725cm3
= 63,675cm3

Fraksi Volume Matriks =

= 38,266%
6. Menentukan kebutuhan epoxy resin dan hardener EPH 555 pada
matriks yang digunakan menggunakan perbandingan antara epoxy
resin dengan hardener EPH 555 yaitu 2:1.
Volume Epoxy =

= 42,45cm3
Kebutuhan Epoxy = VEpoxy x massa jenis epoxy
= 42,45cm3 x 1,2gram/cm3
= 50,94gram
Volume EPH 555 =

= 21,225cm3
Kebutuhan EPH 555 = VEPH 555 x massa jenis EPH 555
= 21,225cm3 x 0,963gram/cm3
= 20,439gram

b. Fraksi Volume Spesimen Uji Bending Fiberglass WR


1. Timbang massa fiberglass WR dengan menyesuaikan ukuran cetakan
yang sudah ditentukan yaitu dengan dimensi ukuran 260x16x2,5mm
dengan berat 10,085gram/lembar.
2. Menghitung volume komposit
Volume komposit =PxLxT
50

= 260mm x 160mm x 4mm


= 166.400mm3
= 166,4cm3
3. Menghitung volume fiberglass WR yang menggunakan 20 lembar
fiberglass WR
Massa Total Fiberglass WR = n x massa fiberglass WR
= 20 x 10,085gram
= 201,7gram

Volume Fiberglass WR =

= ⁄

= 76,633cm3
4. Menentukan fraksi volume fiberglass WR

Fraksi volume fiberglass WR =

= 46,053%
5. Menentukan fraksi volume matriks pada komposit.
Volume Matriks = Vkomposit – Vfiberglass WR
= 166,4cm3 – 76,633cm3
= 89,767cm3

Fraksi Volume Matriks =

= 53,946%
6. Menentukan kebutuhan epoxy resin dan hardener EPH 555 pada
matriks yang digunakan menggunakan perbandingan antara epoxy
resin dengan hardener EPH 555 yaitu 2:1.
Volume Epoxy =

= 59,844cm3
51

Kebutuhan Epoxy = VEpoxy x massa jenis epoxy


= 59,844cm3 x 1,2gram/cm3
= 71,8128gram
Volume EPH 555 =

= 29,922cm3
Kebutuhan EPH 555 = VEPH 555 x massa jenis EPH 555
= 29,922cm3 x 0,963gram/cm3
= 28,814gram

4.2 Hasil Pengujian Tarik


Pengujian Tarik dilakukan di lab. Nurtanio Sekolah Tinggi
Teknologi Adisutjipto Yogyakarta menggunakan mesin uji UTM
(Universal Testing Machine) merk Gotech Testing Machine INC dimana
hasil yang didapat pada penujian berupa grafik yang di dalamnya sudah
didapatkan nilai beban maksimum, modulus elastisitas, area, yield point
dan yield strength. Dari hasil pengujian tersebut, kita dapat membandingan
nilai rata-rata beban maksimum dan modulus elastis yang diterima pada
setiap specimen dengan variasi bahan fiber carbon dan fiberglass wr.
52

Gambar 4.1 Hasil Pengujian Tarik Fiber carbon Dan Fiberglass WR


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Tabel 4.1 Hasil Patahan Spesimen Uji Tarik Fiber Carbon Epoxy

Spesimen Kode Tipe Patahan Area Patahan Lokasi


Patahan
A DGM Edge Gage Middle
Delamination
B DGM Edge Gage Middle
Delamination
C DGM Edge Gage Middle
Delamination
D DGM Edge Gage Middle
Delamination
E DGM Edge Gage Middle
Delamination

Berdasarkan kode kegagalan uji Tarik dalam ASTM D3090


spesimen A, B, C, D, dan E mengalami bentuk patahan sesuai kode DGM
dengan tipe patahan (failure type) edge delamination, area patahan (failure
type) gage, lokasi patahan (failure location) middle.
53

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Spesimen Uji Tarik Fiberglass WR

Spesimen Kode Tipe Patahan Area Patahan Lokasi


Patahan
A LAT Lateral At Grip Top
B LAT Lateral At Grip Top
C LAT Lateral At Grip Top
D LAT Lateral At Grip Top
E LAT Lateral At Grip Top

Berdasarkan kode kegagalan uji Tarik dalam ASTM D3090


spesimen A, B, C, D, dan E mengalami bentuk patahan sesuai kode LAT
dengan tipe patahan (failure type) lateral, area patahan (failure type) at
grip, lokasi patahan (failure location) top.

Adapun data dari hasil pada saat pengujian tarik komposit untuk
bahan fiber carbon dan fiberglass wr adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Tarik Fiber Carbon Epoxy

Yield Yield
Max Load Area Elastic Modulus
Spesimen Point Strength
Kgf N Mm kgf/mm2 MPa kgf/mm2 kgf/mm2
A 3.240,690 31.780,31 42,5 61,57 603,7954 1026,018 74,237
B 3.795,3 37.219,18 44,2 75,092 736,401 1081,074 76,706
C 2.019,045 19.800,07 44,2 63,706 624,7424 1291,455 57,262
D 3.961,592 38.849,95 42,5 74,161 727,271 1470,952 65,494
E 4.725,408 46.340,42 44,2 96,384 945,2042 1544,441 99,487
rata-rata 3.548,407 34.797,99 43,520 74,18 727,483 1.282,79 74,637

Berdasarkan hasil uji tarik pada spesimen fiber carbon epoxy


dengan menyesuaikan ukuran dalam ASTM D3090 didapatkan nilai rata-
rata pada spesimen A, B, C, D, dan E dengan nilai max load 34.797,99 N,
elastic modulus 727,483 MPa, dan yield strength 74,637 kgf/mm2.
54

Tabel 4.4 Hasil Pengujian Tarik Fiberglass WR Epoxy

Yield Yield
Max Load Area Elastic Modulus
Spesimen Point Strength
Kgf N Mm kgf/mm2 MPa kgf/mm2 kgf/mm2
A 1.552,560 15.225,41 62,5 22,211 217,8155 568,576 23,384
B 1.201,732 11.784,97 62,5 17,679 173,3718 475,297 17,332
C 1.213,118 11.896,62 62,5 17,112 167,8114 484,27 18,602
D 1.656,271 16.242,47 62,5 23,391 229,3874 634,679 24,479
E 1.295,357 12.703,11 62,5 19,222 188,5034 509,452 18,577
rata-rata 1.383,808 13.570,52 62,500 19,92 195,378 534,45 20,475

Berdasarkan hasil uji tarik pada spesimen fiberglass WR epoxy


dengan menyesuaikan ukuran dalam ASTM D3090 didapatkan nilai rata-
rata pada spesimen A, B, C, D, dan E dengan nilai max load 13.570,52 N,
elastic modulus 195,378 MPa, dan yield strength 20,475 kgf/mm2.

Data yang sudah didapat akan dihitung kembali untuk


mendapatkan nilai tegangan tarik dan regangan pada komposit fiber
carbon dan fiberglass wr. Berikut adalah contoh perhitungan untuk
mencari nilai tegangan tarik dan regangan pada specimen D komposit
fiberglass wr epoxy menggunakan persamaan 2.12:
Diketahui:
l = 250mm (Panjang Spesimen)
w = 25mm (Lebar Spesimen)
t = 2,5mm (Tebal Spesimen)
P = 1.656,271kgf (Max Load Spesimen)
E = 23,391kgf/mm2 (Elastic Modulus Spesimen)
a. Tegangan (Stress)
55

Pada hasil pengujian didapatkan nilai dari modulus elastisitas,


maka untuk menghitung nilai regangan menggunakan ASTM D3039,
berikut perhitungannya menggunakan persamaan 2.15.
b. Regangan (Strain)

Untuk mengetahui selisih nilai dari modulus elastisitas antara


perhitungan manual dan data nilai yang didapat pada hasil uji di mesin,
dapat menggunakan persamaan 2.14.
c. Modulus Elastisitas

Sehingga selisih dari nilai antara perhitungan modulus elastisitas


secara manual dan dari hasil pengujian adalah 0,005 kgf/mm2.

56

Tabel 4.5 Nilai Tegangan Dan Regangan Uji Tarik Fiber Carbon Epoxy

Tegangan Tarik Elastic Modulus


Spesimen Regangan
kgf/mm2 MPa Kgf/mm2 MPa
A 51,851 508,485 61,57 603,7954405 0,842
B 60,725 595,507 75,092 736,4009618 0,809
C 32,305 316,801 63,706 624,7424449 0,507
D 63,385 621,599 74,161 727,2709707 0,855
E 75,607 741,447 96,384 945,2041536 0,784
Rata-rata 56,775 556,768 74,183 727,483 0,759

Berdasarkan hasil perhitungan pada spesimen fiber carbon epoxy


dengan menyesuaikan perhitungan dalam ASTM D3090 didapatkan nilai
rata-rata pada spesimen A, B, C, D, dan E dengan nilai tegangan tarik
556,768 MPa, elastic modulus 727,483 MPa, dan regangan 0,759.

Tabel 4.6 Nilai Tegangan Dan Regangan Uji Tarik Fiberglass WR Epoxy

Tegangan Tarik Elastic Modulus


Spesimen Regangan
kgf/mm2 MPa Kgf/mm2 MPa
A 24,841 243,607 22,211 217,8155032 1,118
B 19,228 188,559 17,679 173,3717654 1,088
C 19,410 190,346 17,112 167,8113948 1,134
D 26,500 259,880 23,391 229,3873502 1,133
E 20,726 203,250 19,222 188,5034263 1,078
Rata-rata 22,141 217,128 19,923 195,378 1,110

Berdasarkan hasil perhitungan pada spesimen fiberglass WR epoxy


dengan menyesuaikan perhitungan dalam ASTM D3090 didapatkan nilai
rata-rata pada spesimen A, B, C, D, dan E dengan nilai tegangan tarik
217,128 MPa, elastic modulus 195,378 MPa, dan regangan 1,110.
57

Perbandingan Nilai Tegangan Tarik


Nilai Tegangan (Mpa) 800,000
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
-
A B C D E
Tegangan Tarik 508,485 595,507 316,801 621,599 741,447
Tegangan Tarik 243,607 188,559 190,346 259,880 203,250

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Tegangan Komposit Uji Tarik


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Setelah dilakukan perbandingan menggunakan grafik dapat


diketahui bahwa nilai tegangan tarik komposit fiber carbon memiliki nilai
lebih besar dibandingkan nilai tegangan tarik pada komposit fiberglass
WR, dapat dilihat pada Gambar 4.8 Grafik Perbandingan Nilai Tegangan
Komposit Uji Tarik.

Perbandingan Regangan
1,200
Nilai Regangan

1,000
(Kgf/mm^2)

0,800
0,600
0,400
0,200
-
A B C D E
Regangan 0,842 0,809 0,507 0,855 0,784
Regangan 1,118 1,088 1,134 1,133 1,078

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Nilai Regangan


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pada Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Nilai Regangan dapat


dilihat bahwa nilai regangan komposit fiberglass WR lebih besar
58

dibandingkan nilai fiber carbon dengan nilai tertinggi di specimen C pada


komposit fiberglass wr sebesar 1,134.

Perbandingan Elastic Modulus


1.000,000
Nilai Elastic Modulus (Mpa)

800,000
600,000
400,000
200,000
-
A B C D E
Elastic Modulus 603,795 736,401 624,742 727,271 945,204
Elastic Modulus 217,816 173,372 167,811 229,387 188,503

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Nilai Elastic Modulus


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sama seperti nilai tegangan, nilai elastic modulus terbesar adalah


pada fiber carbon. Ini dapat dilihat dari Gambar 4.10 Grafik Perbandingan
Nilai Elastic Modulus, dimana pada hasil grafik tersebut nilai elastic
modulus komposit fiber carbon sebesar 736,401 MPa.

4.3 Hasil Pengujian Bending


Pengujian Bending dilakukan di lab. Nurtanio Sekolah Tinggi
Teknologi Adisutjipto Yogyakarta menggunakan mesin uji UTM
(Universal Testing Machine) merk Gotech Testing Machine INC dimana
hasil yang didapat pada penujian berupa grafik yang di dalamnya sudah
didapatkan nilai beban maksimum, modulus elastisitas, area, yield point
dan span. Dari hasil pengujian tersebut, kita dapat membandingan nilai
rata-rata beban maksimum dan modulus elastisitas yang diterima pada
setiap specimen dengan variasi bahan fiber carbon dan fiberglass WR.
59

Gambar 4.5 Hasil Pengujian Bending Fiber carbon Dan Fiberglass WR


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Adapun data hasil dari pengujian bending komposit fiber carbon


dan fiberglass WR adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Bending Fiber Carbon Epoxy

Yield
Max Load Area Elastic Modulus Span
Spesimen Point
Kgf N mm kgf/mm2 MPa kgf/mm2 mm2
A 51,469 504,74 52 0,856 8,394492 15,104 128
B 68,73 674,01 52 1,064 10,43428 14,979 128
C 67,904 665,91 52 1,061 10,40486 15,185 128
D 73,005 715,93 52 1,137 11,15016 15,748 128
E 62,157 609,55 52 0,991 9,71839 15,307 128
Rata-rata 64,653 634,03 52,000 1,02 10,020 15,26 128,000

Berdasarkan hasil pengujian pada specimen bending fiber carbon


epoxy dengan menyesuaikan perhitungan dalam ASTM D7264 didapatkan
nilai rata-rata pada spesimen A, B, C, D, dan E dengan nilai tegangan tarik
634,03 N, dan elastic modulus 10,020 MPa.
60

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Bending Fiberglass WR Epoxy

Yield
Max Load Area Elastic Modulus Span
Spesimen Point
Kgf N mm kgf/mm2 MPa kgf/mm2 mm2
A 28,210 276,65 52 0,403 3,95208 5,2 128
B 32,152 315,30 52 0,468 4,589512 5,657 128
C 27,591 270,58 52 0,392 3,844207 4,307 128
D 33,152 325,11 52 0,483 4,736612 6,526 128
E 31,477 308,68 52 0,455 4,462026 5,708 128
Rata-rata 30,516 299,26 52,000 0,44 4,317 5,48 128

Berdasarkan hasil pengujian pada specimen bending fiberglass WR


epoxy dengan menyesuaikan perhitungan dalam ASTM D7264 didapatkan
nilai rata-rata pada spesimen A, B, C, D, dan E dengan nilai tegangan tarik
299,26 N, dan elastic modulus 4,317 MPa.
Berikut adalah contoh perhitungan nilai tegangan bending pada
spesimen D komposit fiberglass WR menggunakan persamaan 2.16:
Diketahui:
P = 33,152 N (Nilai Max Load Spesimen)
L = 128 mm (Nilai Panjang Spesimen)
b = 13 mm (Nilai Lebar Spesimen)
d = 4 mm (Nilai Tebal Spesimen)
a. nilai tegangan bending:

Pada hasil pengujian didapatkan nilai dari modulus elastisitas,


maka untuk menghitung nilai regangan menggunakan ASTM D3039,
berikut perhitungannya menggunakan persamaan 2.15.
61

b. Regangan (Strain)

Untuk mengetahui selisih nilai dari modulus elastisitas antara


perhitungan manual dan data nilai yang didapat pada hasil uji di mesin,
dapat menggunakan persamaan 2.17.
c. Modulus Elastisitas

Sehingga selisih dari nilai antara perhitungan modulus elastisitas


secara manual dan dari hasil pengujian adalah 0,004 kgf/mm2.

Tabel 4.9 Nilai Tegangan Bending Pada Komposit Fiber Carbon Epoxy

b h l Tegangan Bending
Spesimen
mm mm mm kgf/mm2 MPa
A 13 4 128 47,510 465,912
B 13 4 128 63,443 622,164
C 13 4 128 62,681 614,687
D 13 4 128 67,389 660,863
E 13 4 128 57,376 562,663
Rata-rata 13 4 128 59,680 585,2578546

Berdasarkan data hasil perhitungan diatas dapat diketahui nilai


rata-rata tegangan bending pada komposit fiber carbon memiliki nilai
tegangan bending sebesar 585,257 MPa.
62

Tabel 4.10 Nilai Tegangan Bending Pada Komposit Fiberglass WR Epoxy

b h l Tegangan Bending
Spesimen
mm mm mm kgf/mm2 MPa
A 13 4 128 26,040 255,365
B 13 4 128 29,679 291,049
C 13 4 128 25,469 249,762
D 13 4 128 30,602 300,102
E 13 4 128 29,056 284,939
Rata-rata 13 4 128 28,16898462 276,243373

Berdasarkan data hasil perhitungan diatas dapat diketahui nilai


rata-rata tegangan bending pada komposit fiberglass WR epoxy memiliki
nilai tegangan bending sebesar 276,243 MPa.

Perbandingan Tegangan Bending


700,000
Nilai Tegangan Bending (Mpa)

600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
-
A B C D E
Tegangan Bending 465,912 622,164 614,687 660,863 562,663
Tegangan Bending 255,365 291,049 249,762 300,102 284,939

Gambar 4.6 Grafik Nilai Perbandingan Nilai Tegangan Uji Bending


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Sesuai hasil perhitungan yang kemudian dilakukan perbandingan


menggunakan grafik seperti pada Gambar 4.12 Grafik Nilai Perbandingan
Nilai Tegangan Uji Bending diketahui bahwa komposit fiber carbon
memiliki tegangan bending yang lebih tinggi dibandingkan dengan
komposit fiberglass WR.
63

Perbandingan Elastic Modulus


Nilai Elastic Modulus (Mpa) 12,000
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
-
A B C D E
Elastic Modulus 8,394 10,434 10,405 11,150 9,718
Elastic Modulus 3,952 4,590 3,844 4,737 4,462

Gambar 4.7 Grafik Nilai Perbandingan Nilai Elastic Modulus Uji Bending
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Seperti yang ditunjukkkan pada Gambar 4.13 Grafik Nilai Elastic


Modulus Uji Bending komposit fiber carbon memiliki nilai modulus
elastisitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposit fiberglass WR
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian dan pembahasan yang telah dilaksanakan,
maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Berdasarkan data hasil pengujian dan perhitungan uji tarik dapat diketahui
nilai rata-rata tegangan pada komposit fiber carbon epoxy mempunyai
nilai rata-rata yaitu 556,768 MPa, dengan nilai rata-rata regangan yaitu
0,759, dan nilai modulus elastisitas rata-rata yaitu 727,483 MPa.
Sedangkan untuk material komposit fiberglass WR epoxy mempunyai nilai
rata-rata yaitu 217,128 MPa, dengan nilai rata-rata regangan yaitu 1,110,
dan nilai modulus elastisitas rata-rata yaitu 195,378 MPa.
2. Berdasarkan data hasil pengujian dan perhitungan uji bending dapat
diketahui nilai rata-rata maximum load pada komposit fiber carbon epoxy
mempunyai nilai rata-rata yaitu 634,03 N, dengan nilai rata-rata tegangan
yaitu 585,257 MPa, dan nilai modulus elastisitas rata-rata yaitu 10,020
MPa. Sedangkan untuk material komposit fiberglass WR epoxy
mempunyai nilai maximum load rata-rata yaitu 299,26 MPa, dengan nilai
rata-rata tegangan yaitu 276,243 MPa, dan nilai modulus elastisitas rata-
rata yaitu 128,00 MPa.

5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan dalam melaksanakan tugas akhir ini
adalah:
1. Dalam melakukan perhitungan pengujian material dan analisis struktur
lebih teliti lagi.
2. Perhatikan permukaan cetakan maupun mal yang akan dibuat pada saat
proses pembuatan material komposit dan pencetakan karena sering terjadi
error berupa material atau hasil cetakan lengket pada permukaan cetakan

64
sehingga mempersulit proses pelepasan material dan juga hasil cetakan.
Dan

65
66

juga perhatikan kualitas dari resin atau bahan yang akan digunakan supaya
hasil yang diinginkan bisa maksimal.
3. Untuk pengembangan dari skripsi ini diharapkan pada analisa
aerodynamic pada bagian badan PUNA 5774-Trainer.
Daftar Pustaka

ASTM D3039 Standard Test Method For Tensile Properties Of Polymer Matrix
Composite Materials.
ASTM D7264 Standard Test Method For Flexural Properties Of Polymer Matrix
Composite Materials.
Andy Lennon, 2002, R/C Model Aircraft Design Practical Techniques For
Building Better Models, United State Of America.
Groover, Mikell. P, Fundamentals Of Modern Manufacturing: Materials,
Processes And System, 3rd Edition, United States Of America.
Daniel P. Raymer, Aicraft Design: A Conceptual Approach, American Institute Of
Aeronautics, Inc., 370 L’enfant Promenade, S.W., Washington, D.C.
Jay Gundlach, Deigning Unmanned Aircraft Systems: A Comprehensive
Approach, Aurora Flight Sciences, Manassas Virginia.
Wisnu Wardana, 2018, Proses Manufaktur Pada Pesawat UAV V-Sky 14, Sekolah
Tinggi Teknologi Adisutjipto, D.I. Yogyakarta.
Burhanudin Rohani, 2016, Proses Produksi Prototipe Pesawat Platform
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Sky King, Sekolah Tinggi Teknologi
Adisutjipto, D.I. Yogyakarta.
Brillian Indra Wibowo, 2019, Analisis Proses Penggabungan Komposit
Menggunakan Adhesive Bonding Beserta Kekuatannya Terhadap Uji Tarik,
Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, D.I.Yogyakarta.
Arifin Mulia, 2016, Rancang Bangun Dan Analisa System Kendali Pid Pada
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Fixed Wing, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
Juliono S, Ikhwansyah I, Syahrul A, M. Sabri, Tugiman, Mahadi, 2016,
Pembuatan Dan Analisis Gaya Badan Pesawat Tanpa Awak Dari Bahan Material
Komposit Yang Diperkuat Polyester Dan Serat Rock Wool Dengan Metode Hand
Lay Up, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara,
Sumatera Utara.

xvii
LAMPIRAN I
(Bending WR)
64
65
66
67
68
LAMPIRAN II
(Bending Carbon)
69
70
71
72
73
LAMPIRAN III
(Tarik Carbon)
74
75
76
77
78
LAMPIRAN IV
(Tarik WR)
79
80
81
82
83

Anda mungkin juga menyukai