Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program
studi Diploma Tiga (D-III) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako
Disusun oleh :
REIN JAUHARI
STB. F 210 16 068
i
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR
REIN JAUHARI
F 210 16 068
Tugas Akhir ini telah disetujui oleh Majelis Penguji dan dinyatakan diterima
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Diploma Tiga Teknik Sipil
Mengesahkan:
Dr.Eng.Ir. Andi Rusdin, ST,MT,M.Sc, IPM Dr. Kusnindar Abd. Chauf, ST.,MT
NIP. 19710303 199803 1 003 NIP. 19740120 200003 1 003
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Pada hari rabu tanggal 02 September 2020, Panitia Ujian Tugas Akhir Program
Studi D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako berdasarkan SK
Dekan Fakultas Teknik Universitas Tadulako Nomor: 4824/UN28.1.31/PP/2020
tanggal 02 September 2020, menyatakan menerima, menyetujui Tugas Akhir yang
telah dipertanggung jawabkan di hadapan Panitia Ujian Tugas Akhir oleh:
Nama : REIN JAUHARI
No. Stambuk : F 210 16 068
Judul : TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS
PONDASI AGREGAT KELAS A PADA PROYEK
PEMBANGUNAN JALAN KAWASAN HUTAN KOTA.
Tanda
No Nama/Nip Jabatan
Tangan
Ir. Armin Basong, M.Si
1. Ketua
Nip.19560426 198603 1 001
Harun Mallisa, ST, MT
2. Sekretaris
Nip. 19690624 199802 1 004
Ir. Syamsul Arifin, M.Sc
3 Anggota
Nip.19641111 199102 1 001
Ir.Ismadarni,M,Si
4 Anggota
Nip.19660425 199702 2 001
Dosen Pembimbing
Tanda
No Nama/Nip Jabatan
Tangan
Ir. Mashuri, ST, MT
5. Pembimbing
Nip.19701005 199903 1 002
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya berupa kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan guna melengkapi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan studi pada program Diploma Tiga (D-3) Teknik
Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Adapun judul yang diangkat
dalam penulisan Tugas Akhir ini Yaitu :
iv
6. Ibu Dr. Ir. Fahirah F, ST. MT, selaku Ketua Program Studi DIII Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
7. Bapak dan Ibu Dosen, serta staf pengajar dan Tata Usaha di Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
8. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu
9. Kontraktor Pelaksana CV. PUTRA TATEHE JAYA
10. Keluargaku tercinta khususnya Orang Tua yang telah mendidik dan
membesarkan saya tanpa kenal lelah serta memberikan segalanya untuk saya.
Terima kasih atas semua fasilitas penunjang kuliah yang telah diberikan serta
doa restunya.
11. Kepada Sahabatku Moh.Taufik, Muh. Taslim J , I wayan Gunaya , Didik
Harianto , Julin Sunarto P dan Aziz yang telah banyak membantu saya selama
kuliah dan telah menyemangati untuk bisa menyelesaikan Tugas Akhir saya .
12. Kepada teman-temanku D3 Teknik Sipil 2016 yang telah banyak memberi
semangat dari awal masuk kuliah sampai sekarang yaitu , Riska Sarmadayanti,
Tri putri Oktaviani, Nandasari , Grace gloria , Ira Yuliastari, Rahmawati,
Daletha, Novitasari, Riska Aulia, Rahmadhani Ayu, Irnawati, Kayuslan, Rio
Karuniawan, Muh.Taufik, Muhammad Taslim, Agil, Zia Ulhak,
Abd.Rahman, Zulkarnain, Andika, Kevin, Bayu, Nofran, Mahdi, Alan,
Dahlan, Iyas, Nabila, Wahyu, Sandi, Rizal, Vivianti, I Wayan Gunaya, Julin
Sunarto P, dan Dias. Terima kasih banyak atas bantuannya selama ini dalam
mengerjakan Tugas Besar/Laporan maupun Tugas Harian.
Untuk menuju kesempurnaan, harus melalui proses pembelajaran.
Perubahan, kemajuan dan perkembangan akan terus terjadi. Namun penyusun
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas
Akhir ini, untuk itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran untuk penyusunan
Tugas Akhir ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
REIN JAUHARI
F 210 16 068
v
BURNING MOTIVATION
(Q.S Ar-Rahman)
“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscahya Allah akan menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya “
(Q.S At-Talaq : 4)
(HR.Ahmad)
(Albert Einstein)
vi
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT
KELAS A PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KAWASAN HUTAN
KOTA.
Rein Jauhari dan Ir. Mashuri ST.,MT
ABSTRAK
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah di bawah
permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api.
Tujuannya adalah untuk membandingkan antara teknis pelaksanaan lapis
pondasi atas agregat kelas A di lapangan dengan teori yang relevan dan
spesifikasinya. Manfaat dari Tugas Akhir ini adalah untuk untuk memberikan
gambaran tentang teknis pelaksanaan Lapis Pondasi Atas Agregat Kelas A pada
Jalan Kawasan Hutan Kota serta memahami tahapan-tahapan pekerjaan.
Dari hasil proses pekerjaan lapis pondasi atas agregat kelas A di lapangan
yaitu 1.) pada pelaksanaan pekerjaan lapis Pondasi atas agregat kelas A bahan dan
peralatan yang digunakan di lapangan sudah sesuai dengan spesifikasi. 2.)
material yang dibawa ke lokasi pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan. 3.) Tahapan – tahapan pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A telah
sesuai dengan spesifikasi. 4.) Pada pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi agregat
kelas A di lapangan, tebal padat yaitu 15 cm. Hal ini telah sesuai spesifikasi
dimana tebal padat maksimum untuk lapis pondasi atas agregat kelas A tidak
boleh melebihi 18 cm. 5.) dari hasil pengujian kepadatan di lapangan dengan
menggunakan Sand Cone di beberapa STA, didapatkan hasil kepadatan yang
sesuai dengan spesifikasi untuk lapis pondasi atas agregat kelas A yaitu 100%.
vii
REVIEW OF WORK FOUNDATION LAYER ON THE AGGREGATE CLASS A
FOREST ROAD CONSTRUCTION PROJECT CITY.
Rein Jauhari dan Ir. Mashuri ST.,MT
ABSTRACT
The road is a land transportation infrastructure that includes all parts of the
road, including complementary buildings and equipment for traffic, which is on
the ground surface, above ground level below ground or water, as well as Above
the water surface, except the railway road.
The aim is to compare the technical implementation of the foundation layer
of class A aggregates in the field with the relevant theory and specifications. The
benefit of this final project is to provide an overview of the technical
implementation of Class A Aggregate Base on the City Forest Area Road and to
understand the stages of work.
From the results of the foundation work process on the aggregate class A in
the field is 1.) On the implementation of the foundation Lapis work on aggregate
class A materials and equipment used in the field is already in accordance with
specifications. 2.) material brought to the job site according to the required
specifications. 3.) Stages – The stage of the foundation of Grade A's aggregate
work complies with specifications. 4.) On the implementation of the foundation of
class A in aggregate work in the field, solid thickness of 15 cm. This has the
appropriate specification where the maximum solid thickness for the foundation of
the aggregate of class A should not exceed 18 cm. 5.) From the results of density
testing in the field by using Sand Cone in several STA, obtained the density result
according to the specifications for the foundation of the aggregate A class of 100%.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
BURNING MOTIVATION....................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xv
DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH......................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat.................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah......................................................................... 2
ix
2.3.3 Site Manager.................................................................... 8
2.3.4 Logistik............................................................................ 8
2.3.5 Manajemen Mutu............................................................. 10
2.3.6 Juru Ukur (Surveyor) ...................................................... 11
2.4.1 Petugas K3....................................................................... 11
2.3.8 Inspector Quantity........................................................... 12
x
4.2.2 Pengambilan Material..................................................... 30
4.2.3 Penyaringan Material...................................................... 30
4.2.4 Pengangkutan Material Ke Stock Pile............................. 30
4.2.5 Pencampuran Material.................................................... 30
4.2.6 Pengangkutan Material Ke Site (Lokasi)........................ 32
4.3 Penghamparan Material ........................................................... 34
4.3.1 Pemadatan Material.......................................................... 35
4.4.2 Penyiraman Material........................................................ 37
4.4.3 Pengukuran Hasil Pekerjaan ........................................... 37
4.4 Pengendalian Mutu.................................................................... 38
4.5 Perbandingan Teori dan Lapangan............................................ 39
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 40
5.2 Saran ............................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 43
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 44
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5 Kurva S
xiv
DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH
xv
LPA : berfungsi untuk memantau deformasi vertikal
lapisan tanah lunak akibat beban timbunan di
atasnya dan untuk mengamati nilai perbedaan
penurunan pada permukaan tanah.
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal penting yang perlu dibahas dalam penulisan tugas akhir
ini antara lain yaitu mengenai tahapan-tahapan pekerjaan pada proyek
termasuk penggunaan tenaga kerja, bahan dan peralatan apa saja yang
digunakan dalam teknis pelaksanaan pekerjaan Lapis Fondasi Atas Agregat
kelas A dan apakah pelaksanaan yang terjadi di lapangan telah sesuai
dengan spesifikasi-spesifikasi yang ada, sehingga dapat diketahui apakah
pekerjaan pada lokasi tersebut telah mendapat pengawasan yang baik dan
menghasilkan mutu yang baik pula.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai pada tinjauan pelaksanaan pembangunan
jalan pada Kawasan Hutan Kota, Kota Palu adalah :
1 Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan Lapis Pondasi Atas
Kelas A di lapangan dengan teori atau spesifikasi yang berlaku.
2 Mendapatkan pengetahuan tentang proses pekerjaan Lapis Fondasi Atas
Agregat Kelas A.
Manfaat yang ingin didapatkan dari kegiatan kerja praktek pada proyek
pelaksanaan pembangunan Jalan Kawasan Hutan Kota adalah:
1. Memberikan pengetahuan praktis tentang teknis pelaksanaan pekerjaan
Lapis Pondasi Atas Kelas A.
2. Sebagai pengetahuan dasar untuk pembangunan studi ilmu pengetahuan
teknik sipil bidang Konstruksi Jalan.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK
3
2.1.2 Nilai kontrak
Anggaran biaya pada pekerjaan Pembangunan Jalan Dalam
Kawasan Hutan Kota Ini menggunakan dana yang bersumber dari
dana APBD, sebesar Rp. 6.056.819.973,- ( Enam Milyar Lima Puluh
Eman Juta Delapan Ratus Sembilan Belas Ribu Sembilan Ratus Tujuh
Puluh Tiga Rupiah ).
4
Pelaksana adalah suatu badan hukum atau penawar yang memiliki
klasifikasi dan keahlian dalam pelaksanaan yang telah ditunjuk oleh pemilik
atau pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek dan menandatangani
kontrak untuk melaksanakan pekerjaan. Adapun tugas dan tanggung jawab
pelaksana adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan fasilitas dan sarana demi kelancaran
pekerjaan;
2. Mempersiapkan bahan-bahan bangunan yang bermutu baik
dan memenuhi persyaratan seperti yang tercantum dalam bestek;
3. Melaksanakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya sesuia dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
4. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada
waktunya sesuai dengan surat perjanjian kontrak;
5. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam
tanggung jawab pelaksana;
6. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta
peralatan yang diperlukan pada saat pelaksana pekerjaan.
7. Bertanggung jawab terhadap fisik bangunan selama masa
pemeliharaan.
PPK
Kontraktor
5
2.3 Struktur Organisasi CV. PUTRA TATEHE JAYA
Struktur Organisasi CV. PUTRA TATEHE JAYA pada Proyek
Pembangunan Jalan Kawasan Hutan Kota, Kota Palu, seperti gambar
berikut:
2.3.1 Direktur
Sebagai Direktur mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional sebuah
proyek. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di
atas, direktur perusahaan mempunyai rincian tugas dan wewenang
sebagai berikut :
6
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan mendapatkan
persetujuan dari direktur.
5. Melaporkan progres pekerjaan, mulai tahap dimulainya
pekerjaan, progres berjalan, sampai dengan serah terima
pekerjaan kepada pemilik proyek/pekerjaan.
6. Mempunyai ide/gagasan sesuai dengan rencana-rencananya.
7. Menyediakan dana dan lahannya.
8. Mengambilkeputusan terakhir yang mengikat mengenai
pembangunan proyek.
9. Mempunyai wewenang mutlak dalam menentukan dan
mengangkat manajemen konstruksi, perencana serta
pelaksana proyek.
10. Menangani dan menandatangani surat perintah kerja dan surat
perjanjian dengan pelaksana proyek.
11. Bersama-sama manajemen konstruksi ikut mengawasi
pelaksanaan pekerjaan, berhak memberi instruksi-instruksi
kepada pelaksana proyek secara langsung maupun tidak
langsung (melalui manajemen konstruksi).
12. Mengesahkan semua dokumen pembayaran atas pembayaran
yang harus diberikan kepada pelaksana proyek.
13. Mempunyai wewenang penuh terhadap proyek sehingga
berhak menerima/menolak perubahan-perubahan pekerjaan
serta pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang.
14. Berhak menolak pekerjaan-pekerjaan bila tidak sesuai dengan
gambar rencana, bilamana perlu mencabut tugas pelaksana
proyek tersebut bila dianggap tidak mampu melaksanakan
pekerjaan.
15. Meminta pertanggung jawaban pada semua unsur terkait
sebelum masa pemeliharaan habis bila terjadi kerusakan,
sebagaimana ditetapkan bersama.
7
Sedangkan tanggung jawab owner/pemilik proyek adalah
sebagai berikut :
8
3. Melaksanakan kegiatan operasional pelaksanaan proyek.
4. Mengontrol pelaksanaan operasional pelaksanaan proyek.
2.3.4 Logistik
Logistik proyek adalah suatu bagian profesi yang ada dalam
rangkaian struktur organisasi proyek dengan tugas pendatangan,
penyimpanan dan penyaluran material atau alat proyek ke bagian
pelaksana lapangan. Tugas logistic proyek ada beberapa macam yang
jika dilaksanakan dengan baik diharapkan kegiatan pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini beberapa tugas
yang dilakukan
1. Mencari dan mensurvey data jumlah material beserta harga
bahan dari beberapa supplier atau toko material bangunan
sebagai data untuk memilih harga bahan termurah dan
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
2. Melakukan pembelian barang atau alat ke supplier atau toko
bahan bangunan dengan melaksanakan seleksi sebelumnya
sehingga bisa mendapatkan harga material termurah pada
supplier terpilih.
3. Menyediakan dan mengatur tempat penyimpanan material
yang sudah didatangkan ke area proyek sehingga dapat tertata
rapi dan terkontrol dengan baik jumlah pendatangan dan
pemakaianya.
4. Membuat label keterangan pada barang yang disimpan untuk
menghindari kesalahan penggunaan akibat tertukar dengan
barang lain.
5. Melakukan pencatatan keluar masuknya barang serta
bertanggung jawab atas pendatangan dan ketersediaan
material yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan.
9
6. Mengelola persediaan barang dalam jumlah yang cukup pada
waktu material tersebut diperlukan dengan biaya termurah
serta memenuhi persyaratan mutu spesifikasi bahan dalam
kontrak konstuksi.
7. Membuat dan menyusun laporan material sesuai dengan
format yang sudah menjadi standar perusahaan kontraktor.
8. Membuat berita acara mengenai penerimaan atau penolakan
material setelah melalui control kualitas bahan oleh quality
qontrol.
9. Menyusun macam-macam laporan logistic yang diminta oleh
perusahaan.
10. Berkoordinasi dengan pelaksana lapangan dan bagian teknik
proyek mengenai jumlah dan schedule pendatangan bahan
yang dibutuhkan pada masing-masing waktu pelaksanaan
pembangunan.
2.3.5 Manajemen Mutu
Manajemen Mutu (Quality Management System) adalah bagian
sistem manajemen organisasi yang memfokuskan perhatian
(mengarahkan dan mengendalikan) pada pencapaian hasil berkaitan
dengan sasaran mutu dalam rangka memenuhi persyaratan
pelanggan/penerima manfaat. Selama pelaksanaan sistem
mananajeman mutu, prosedur-prosedur yang akan dikembangkan,
antara lain : panduan mutu, rencana mutu, prosedur pengendalian
dokumen, pengendalian bukti kerja, audit mutu internal, produk tidak
sesuai (pts), tindakan koreksi (tk), tindakan pencegahan (tp),
pemantauan dan pengukuran proses dan produk, pengadaan barang
dan jasa, pemeliharaan sarana dan prasarana dan tinjauan (review)
design.
1. Semua personel, terutama personil QC, harus mengetahui dan
memahami kegiatan pelaksanaan pembangunan sebelum
mulai bekerja.
10
2. Mengontrol secara "bersama-sama" tanpa kecuali terhadap
semua bahan bangunan yang di bawah masuk ke lokasi
proyek sebelum penerimaannya Work Request (Pembahasan
Persiapan Kerja)
3. Mengontrol secara rutin agar semua prosedur pelaksanaan
pembangunan dilakukan sesuai persyaratan spesifikasi
dengan menerapkan SOP Work Request (Pembahasan Metode
Kerja).
4. Membuat "instruksi tertulis" secara bersinambungan kepada
pihak kontraktor, sebelum, selama dan setelah masa
pelaksanaana terhadap penyimpangan yang belum/akan dan
telah terjadi sekecil apapun masalahnya (Site Instruction).
5. Membukukan semua "catatan hasil-hasil pengujian" di
lapangan, laboratorium dan hasil-hasil kontrol langsung di
lapangan. Tujuan utamanya bila terjadi penyimpangan dapat
segera dicarikan jalan keluar.
6. Dengan tahapan-tahapan pekerjaan dipersiapkan dengan baik,
dipandu dengan prosedur pelaksanaan, kontrol
berkesinambungan, dan evaluasi yang tak pernah putus,
membuat pelaksana kegiatan berharap dapat mampu
mencapai titik tertinggi kualitas yang diharapkan.
2.3.7 Petugas K3
11
Peranan k3 konstruksi adalah dapat menyusun program k3 serta
penerapannya dalam konstruksi. Berikut adalah beberapa tugas dan
tanggung jawab tenaga ahli k3 konstruksi diantaranya adalah :.
12
2. Bekerja sama dengan logistik atau pengadaan barak untuk
memberikan informasi kebutuhan material yang harus
didatangkan ke lokasi proyek pembangunan.
3. Menghitung volume pekerjaan yang sudah dilaksanakan dan
sisa pekerjaan untuk keperluan engineering dalam membuat
schedule pekerjaan pelaksanaan pembangunan.
4. Menghitung kebutuhan material yang dibutuhkan dalam
setiap item pekerjaan
5. Mengecek penggunaan material apakah sudah sesuai dengan
apa yang dihitung oleh estimator.
6. Mengecek setiap gambar shop drawing baru apakah terjadi
perubahan dari apa yang sudah dihitung sebelumnya, jika
terjadi perubahan maka tugas quantity surveyor adalah
menghitung ulang volume pekerjaan atau menghitung pada
item pekerjaan tambah kurang saja.
7. Memonitor kemajuan pekerjaan yang telah selesai.
8. Memeriksa kemajuan apakah pekerjaan sesuai dengan
perencanaan.
13
mutu melalui spesifikasi teknik yang digunakan dan metode praktis
dalam pemeriksaan mutu pekerjaan.
Berikut tugas dan tanggung jawab utama quality control antara
lain adalah:
1. Mempelajari dan memahami spesifikasi teknis yang
digunakan pada proyek konstruksi tersebut.
2. Memeriksa kelayakan peralatan pengendalian mutu yang
digunakan
3. Melaksanakan pengujian mutu terhadap bahan atau material
yang digunakan
4. Melaksanakan pengujian terhadap hasil pekerjaan di lapangan
ataupun di laboratorium
5. Memeriksa hasil pengujian terhadap hasil pekerjaan di
lapangan ataupun di laboratorium
6. Mempelajari perencanaan mutu yang dipakai pada pekerjaan
7. Mencegah terjadinya penyimpangan mutu dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi
8. Menyiapkan bahan laporan yang terkait pemeriksaan atau
pengendalian mutu dari pekerjaan
9. Mempelajari metode kerja yang digunakan agar sesuai
spesifikasi teknis yang dipakai
10. Membuat teguran baik lisan maupun tulisan jika terjadi
penyimpangan dalam pekerjaan proyek
11. Menyiapakaan dan memberikan data pemeriksaan mutu yang
dibutuhkan oleh quality assurance
12. Memeriksa dan menjaga kualitas pekerjaan dari
subkontraktor agar sesuai dengan spesifikasi teknis yang
berlaku
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
15
sistem perkerasan berfungsi dengan baik. Menurut FHWA (2006)
komponen-komponen perkerasan yaitu meliputi:
1. Lapis aus (wearing course) yang memberikan cukup kekasatan,
tahanan gesek, dan penutup kadap air atau drainase air permukaan.
2. Lapis perkerasan terikat atau tersementasi (aspal atau beton) yang
memberikan daya dukung yang cukup, dan sekaligus sebagai
penghalang air yang masuk kedalam material tak terikat di
bawahnya.
3. Lapis pondasi (base course) dan lapis pondasi bawah (subbase
course) tak terikat yang memberikan tambahan kekuatan
(khususnya untuk perkerasan lentur), dan ketahanan terhadap
pengaruh air yang merusak struktur perkerasan, serta pengaruh
degradasi yang lain (erosi dan intrusi butiran halus).
4. Tanah dasar (subgrade) yang memberikan cukup kekakuan,
kekuatan yang seragam dan merupakan landasan yang stabil bagi
lapisan material perkerasan diatasnya.
5. Sistem drainase yang dapat membuang air dengan cepat dari
perkerasan, sebelum air menurunkan kualitas lapisan material
granuler tak terikat dan tanah dasar.
Fungsi utama perkerasan adalah menyebarkan beban roda ke area
permukaan tanah dasar yang lebih luas dibandingkan luas kontak roda dan
perkerasan, sehingga mereduksi tegangan maksimum yang terjadi pada
tanah dasar, yaitu pada tekanan dimana tanah dasar tidak mengalami
deformasi berlebihan selama masa pelayanan perkerasan. Hardiyatmo
(2011)
16
Gambar 3.1 Pengaruh Beban Roda Kendaraan pada Perkerasan Jalan
17
grade Reaction = k), menjadi Modulus Reaksi Komposit (Modulus
of Composite Reaction).
3. Melindungi gejala pumping butir-butiran halus tanah pada daerah
sambungan, retakan dan ujung samping perkerasan.
4. Mengurangi terjadinya keretakan pada pelat beton.
5. Menyediakan lantai kerja.
Pada saat ini dikenal ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu:
a. Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan
(Jointed plain concrete pavement).
b. Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (Jointed
reinforced concrete pavement).
c. Perkerasan beton semen tanpa tulangan (Continuosly
reinforced concrete pavement).
d. Perkerasan beton semen prategang (Prestressed concrete
pavement).
e. Perkerasan beton semen bertulang fiber (Fiber reinforced
concrete pavement).
Komponen perkerasan kaku (rigid pavement) adalah :
a. Lapisan-lapisan perkerasan kaku yaitu tanah dasar, lapis pondasi
bawah, dan pelat beton.
b. Tulangan.
c. Sambungan.
d. Bound breaker.
e. Alur permukaan.
18
pondasi agregat yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan.
19
lapis pondasi agregat sesuai masing-masing kelas, sebagai berikut :
20
Tabel 3.3 Ketentuan Agregat Kasar
21
memberikan kepadatan yang tinggi, sehinggga mempunyai nilai daya
dukung yang cukup baik. Tetapi penggunaan pasir yang yang
berlebihan akan susah dipadatkan terutama penggunaan pasir sungai
yang memiliki bentuk butiran bulat ( rounded ) yang mudah bergerak
bila ada beban diatasnya ( Ismanto, B, 2001 ).
Tabel 3.4 Ketentuan Agregat Halus
22
material kemudian diangkut dari lokasi pencampuran dengan
menggunakan Dump Truck kelokasi pekerjaan
23
- Lalu dilakukan pemadatan kembali dengan mengaktifkan
vibra/getaran pada vibrator roller sambil dilakukan penyiraman
dengan menggunkan water tank truck.
- Mengontrol dan memastikan proses penyiram secara merata agar
mendapatkan hasil yang sesuai.
- Pemadatan dilakukan sebanyak 6-8 passing.
- Pemadatan dilakukan dari tepi badan jalan berangsur ketengah
badan jalan (as jalan) untuk daerah datar dalam arah memanjang.
- Pada bagian yang ber "superelevasi", penggilasan harus dimulai
dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke
bagian yang lebih tinggi.
- Operasi penggilasan harus di lanjutkan sampai seluruh bekas roda
mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
- Setiap ke tidak teraturan atau ada bagian yang ambles yang
mungkin terjadi, harus dibetulkan dengan meningkatkan atau
menambah material kebagian tersebut hingga mendapatkan
ketinggian sesuai.
3.5.5 Pengendalian mutu.
1. Pengujian laboratorium.
1) Abrasi dari agregat Kasar
2) Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
3) Berat jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
4) Analisa Saringan
5) Indek Plastisitas
6) Batas Cair
7) Modified Proctor
8) Calofornia Bearing Ratio (CBR)
2. Pengujian lapangan.
- Pengujian Sand Cone.
24
Metode yang didapatkan untuk mengetahui kepadatan di
lapangan dari lapis pondasi kelas A menggunakan sand cone
menurut SNI 03-2828-2011, dengan melakukan prosedur kerja
seperti menentukan volume/isi botol pasir pada alat tes sand
cone, penggalian tanah/lapis pada tempat yang akan diuji
kepadatannya, menentukan berat isi tanah, melakukan analisis
dari hasil pengujian sand cone tentang perhitungan kepadatan.
Titik pengujian dilakukan sebanyak 10 titik yang berbeda, mulai
dari STA 0+700 – 1+600, dan untuk hasil akhir dari nilai derajat
kepadatan pada masing-masing nilai STA tersebut diperoleh
dengan hasil pada titik 1 : 100,58%, titik 2 : 100,30%, titik 3 :
100,11%, titik 4 : 100,10%, titik 5 : 100,23%, titik 6 : 100,18%,
titik 7 : 100,48%, titik 8 : 100,01%, titik 9 : 100,55%, titik 10 :
100,14%, dimana dari angka derajat kepadatan masing-masing
setiap titik tersebut tidak kurang dari syarat minimum 100%, dan
hal itu sesuai dengan kepadatan material lapis pondasi kelas A
menurut Spesifikasi Umum Bina Marga. Kata Kunci: Agregat
Kelas A, Sand Cone, Derajat Kepadatan. Setelah mendapatkan
hasil dan memenuhi spesifikasi maka di perbolehkan
melanjutkan pekerjaan berikutnya.
25
BAB IV
26
4.1.2 Persiapan Peralatan
a. Dump Truck
b. Motor Grader
27
Gambar 4.3 Motor Grader
d. Vibrator Roller
28
Gambar 4.5 Vibrator Roller
Pengambilan Material
Penyaringan Material
Pencampuran material sesuai dengan mix design lapis pondasi agregat klas A
Penumpukan Material
Pemadatan
Gambar 4.6 Skema Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan Pondasi Atas Agregat kelas A.
29
4.2.1 Pekerjaan Persiapan
Sebelum pekerjaan lapisan pondasi atas agregat kelas A
dilakukan, maka terlebih dahulu persiapan segala sesuatu guna
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, berupa penyediaan material untuk
lapis pondasi atas dan penyediaan peralatan yang digunakan serta
mendapat persetujuan dari direksi teknis, bahwa lapisan sebelumnya
telah memenuhi spesifikasi yang telah direncanakan dan selanjutnya.
4.2.2 Pengambilan Material
Pengambilan Material Batu Picah ini diambil dari gunung Buluri
dan dibawa ke lokasi pencampuran material yang telah di sediakan.
30
Pencampuran material dilakukan dengan menggunakan wheel
loader dengan kapasitas bucket 1,5 m3, adapun perbandingan campuran
yaitu:
a. 6 bucket untuk batu pecah ukuran 3/4,
b. 3 bucket untuk batu pecah ukuran 3/8”
c. serta 3 abu batu.
Dalam proses pencampuran ini material dikumpulkan/ditumpuk
berulang-ulang kemudian operator loader mulai melakukan
pencampuran dengan memindahkan material sehingga terbentuk
tumpukan material baru sampai campuran material tercampur secara
homogeny dan merata, dan perlu Diperhatikan oleh operator wheel
loader adalah bahwa dalam pencampuran, bucket wheel loader jagan
diangkat terlalu tinggi guna menjaga agar tidak segregasi antara
agregat halus dan kasar.
31
.
32
Gambar 4.9 Shelter II, Kawasan Hutan Kota
Diketahui:
Penyelesaian:
Volume gembur = p x l x t1
= 987 x 7 x 0,1875
= 1295 m3
Volume padat = p x l x t2
= 987 x 7 x 0,15
= 1036 m3
33
a. Perhitungan jarak tumpukan
Perhitungan untuk mencari jarak tumpukan 1 unit Dump truck yang
berkapasitas 11 m3 adalah sebagai berikut :
- Kapasitas Dump truck V = 11 m3
- Lebar jalan L =7m
- Tebal hamparan T = 0,15 m
- Factor gembur F = 1,25
Jadi, jarak tumpukan V =PxLxTxF
11 m3 = P x 7 x 0,15 x 1,25
P = 11 m3/ 1,31
P = 8.40 m
Tumpukan LPA
34
Jadi, jarak tumpukan untuk 1 unit Dump truck dengan kapasitas 11
m3 dapat menghasilkan jarak tumpukan 8,40 m. untuk mempersingkat
waktu penghamparan 1 unit Dump truck dengan kapasitas 8 m3, maka
material dibagi menjadi 3-4 tumpukan yang masing-masing tumpukan berisi
1, 3-2 m3
Kondisi
Kecepatan Maksimum
Train Jalan
Kosong 50 km/jam
Kosong 40 km/jam
Kosong 40 km/jam
Sumber: Departemen pekerjaan umum 1996
35
`` Gambar 4.11 Penghamparan Material Menggunakan Motor Grader
36
Jenis Alat Lebar Pemadatan Efektif (be)
Baik 0,78
Sedang 0,72
Buruk 0,63
37
Vibrator Roller 4 s/d 12
38
Gambar 4.14 Pengukuran Hasil Pekerjaan
a. Test Laboratorium
Bahan agregat lapisan pondasi atas harus diambil contohnya dan diuji
setiap bahan yang akan dipergunakan sesuai dengan spesifikasi yang ada.
Adapun Test Laboratorium meliputi:
9) Abrasi dari agregat Kasar
10) Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
11) Berat jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
12) Analisa Saringan
13) Indek Plastisitas
14) Batas Cair
15) Modified Proctor
16) Calofornia Bearing Ratio (CBR)
b. Test Lapangan
39
Test lapangan atau pengendalian mutu yang dimaksud pada
pekerjaan ini menggunanakan metode Sand Cone, dengan mengambil
sampel 2 kali disetiap 50 meter disepanjang jalan rencana, adapun
maksud dari pengujian tersebut adalah untuk menentukan kepadatan
dari lapisan fondasi agregat kelas A yang telah dipadatkan. Ketentuan
pelaksanaan sand cone sebagai berikut:
Bersih, keras, kering dan bisa mengalir bebas, tidak mengandung
bahan pengikat.
Gradasi 0,075 mm sampai 2 mm.
Pengujian kepadatan tidak boleh dilakukan pada saat titik uji
tergenang.
Pengujian kepadatan dilakukan sedikitnya dua kali untuk setiap titik
dengan jarak 50 m.
Pada saat pengujian, dihindari adanya getaran.
40
Tabel 4.5. Perbandingan Teori dan Lapangan
No Ket
Jenis Pekerjaan Teori Lapangan
41
dibutuhkan = 46 % untuk dibutuhkan = 46 % untuk
batu pecah ukuran 3/4 batu pecah ukuran 3/4
dibutuhkan=10 oo̷ untuk , dibutuhkan=10 oo̷ untuk , Sesuai
dibutuhka = 36o̷o untuk dibutuhka = 36o̷o untuk
ukuran 3/8 dibutuhkan = ukuran 3/8 dibutuhkan =
9 % serta abu batu 9 % serta abu batu
dibutuhkan = 35% dibutuhkan = 35%
No Teori Ket
Jenis Pekerjaan Lapangan
42
sebanyak 8 passing. sebanyak 8 passing.
Dalam pekerjaan ini Dalam pekerjaan ini
pemadatan dilakukan pemadatan dilakukan
dari tepi badan jalan dari tepi badan jalan Sesuai
berangsur ke tengah berangsur ke tengah
badan jalan ( AS jalan) badan jalan ( AS jalan)
untuk daerah datar untuk daerah datar
dalam arah memanjang, dalam arah memanjang,
Hal ini bertujuan untuk Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan kepadatan mendapatkan kepadatan
yang maksi - yang maksi -
mum tanpa adanya mum tanpa adanya
perubahan bentuk
konstruksi
No Teori Ket
Jenis Pekerjaan Lapangan
43
tujuan dari penyiraman tujuan dari penyiraman
tersebut untuk memper tersebut untuk memper
mudah proses pemada mudah proses pemada
tan pada material. tan pada material.
6 Sand Cone Untuk menentukan kepa Melaksanakan Pengujian
datan lapangan dari Sand Cone
lapisan pondasi atas
agregat kelas A yang Sesuai
telah dipadatkan dan
telah memenuhi persya
ratan ketebalan lapisan
pondasi tersebut
BAB V
5.1 Kesimpulan
Setelah melihat dan mengamati secara langsung jalannya teknis
pelaksanaan lapis pondasi atas Agregat Kelas A pada pekerjaan
Pembangunan Jalan Kawasan Hutan Kota, Kota Palu di lapangan, maka
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pelaksanaan pekerjaan jalan tidak selamanya mengikuti teori yang
ada, tetapi dapat berubah tergantung pada kondisi dan keadaan
dilapangan.
2. Penulis Mendapatkan pengetahuan tentang Proses pekerjaan lapis fondasi
atas seperti urutan pekerjaanya yang dimulai dari pekerjaan persiapan,
pencampuran, pengangkutan, penghamparan, pemadatan dan
pengendalian mutu.
44
5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan karena cukup penting demi
tercapainya hasil yang lebih baik pada pelaksanaan pekerjaan lapisan
Pondasi Atas Agregat Kelas A adalah sebagi berikut:
1. Semaksimal mungkin untuk tetap mengikuti teori yang ada karena hasil
pekerjaan berdampak pada kualitas dan mutu pekerjaan.
2. Sebelum melakukan penghamparan, terlebih dahulu kita harus
mengetahui atau mendapat persetujuan dari direksi teknik, apakah
lapisan sebelumnya sudah memenuhi kepadatan maksimum.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan
Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.
Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum,1996, Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Raya, Jakarta.
Rochmanhadi, 1998, Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Dengan Menggunakan
Alat Berat, Badan Pekerjaan Umum, Jakarta.
Soedarsono, Djoko Untung. 1998, Konstruksi Jalan Raya.
Sukirman , Silvia. 1995, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova Bandung.
45
46
Gambar Papan Proyek