Anda di halaman 1dari 65

TUGAS AKHIR

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT


KELAS A PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KAWASAN
HUTAN KOTA, KOTA PALU.

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program
studi Diploma Tiga (D-III) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Tadulako

Disusun oleh :

REIN JAUHARI
STB. F 210 16 068

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA (D-III)


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2020

i
HALAMAN PENGESAHAN TUGAS AKHIR

JUDUL TUGAS AKHIR

TINJAU PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS PONDASI


AGREGAT KELAS A PADA PROYEK PEMBANGUNAN
KAWASAN HUTAN KOTA.

Yang Dipersiapkan dan Disusun Oleh:

REIN JAUHARI
F 210 16 068

Telah dipertahankan di depan majelis penguji


pada tanggal 02 September 2020

Tugas Akhir ini telah disetujui oleh Majelis Penguji dan dinyatakan diterima
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Diploma Tiga Teknik Sipil

Mengesahkan:

Dekan Fakultas Teknik Ketua JurusanTeknik Sipil


Universitas Tadulako Universitas Tadulako

Dr.Eng.Ir. Andi Rusdin, ST,MT,M.Sc, IPM Dr. Kusnindar Abd. Chauf, ST.,MT
NIP. 19710303 199803 1 003 NIP. 19740120 200003 1 003

ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Pada hari rabu tanggal 02 September 2020, Panitia Ujian Tugas Akhir Program
Studi D3 Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako berdasarkan SK
Dekan Fakultas Teknik Universitas Tadulako Nomor: 4824/UN28.1.31/PP/2020
tanggal 02 September 2020, menyatakan menerima, menyetujui Tugas Akhir yang
telah dipertanggung jawabkan di hadapan Panitia Ujian Tugas Akhir oleh:
Nama : REIN JAUHARI
No. Stambuk : F 210 16 068
Judul : TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS
PONDASI AGREGAT KELAS A PADA PROYEK
PEMBANGUNAN JALAN KAWASAN HUTAN KOTA.

Panitia Ujian Tugas Akhir:

Tanda
No Nama/Nip Jabatan
Tangan
Ir. Armin Basong, M.Si
1. Ketua
Nip.19560426 198603 1 001
Harun Mallisa, ST, MT
2. Sekretaris
Nip. 19690624 199802 1 004
Ir. Syamsul Arifin, M.Sc
3 Anggota
Nip.19641111 199102 1 001
Ir.Ismadarni,M,Si
4 Anggota
Nip.19660425 199702 2 001

Dosen Pembimbing
Tanda
No Nama/Nip Jabatan
Tangan
Ir. Mashuri, ST, MT
5. Pembimbing
Nip.19701005 199903 1 002

Palu, September 2020


Mengetahui,
Ketua Program Studi Jurusan Teknik Sipil D III
Fakultas Teknik
Universitas Tadulako

Dr. Ir. Fahira F, ST. MT


Nip. 19730409 200102 2 001

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya berupa kesehatan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.
Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan guna melengkapi salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan studi pada program Diploma Tiga (D-3) Teknik
Sipil pada Fakultas Teknik Universitas Tadulako. Adapun judul yang diangkat
dalam penulisan Tugas Akhir ini Yaitu :

TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT


KELAS A PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KAWASAN HUTAN
KOTA.
Melalui kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada Ir. Mashuri, ST, MT Selaku pembimbing yang telah membantu
dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Ucapan terima kasih dan rasa hormat penulis sampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Eng Ir. Andi Rusdin, ST, MT , M.Sc. IPM, selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Tadulako.
2. Bapak Ir. Andi Arham Adam, ST., M.Sc., Ph.D. selaku Wakil Dekan I
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
3. Bapak Dr. Ir. Tutang Muhtar Kamaludin ST., M.Si, selaku Wakil Dekan II
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
4. Bapak Dr. Rusli ST., MT selaku Wakil Dekan III Fakultas Teknik Universitas
Tadulako.
5. Bapak Dr. Kusnindar Abd. Chauf, ST.,MT, selaku Ketua Jurusan Fakultas
Teknik Universitas Tadulako.

iv
6. Ibu Dr. Ir. Fahirah F, ST. MT, selaku Ketua Program Studi DIII Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
7. Bapak dan Ibu Dosen, serta staf pengajar dan Tata Usaha di Lingkungan
Fakultas Teknik Universitas Tadulako.
8. Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Palu
9. Kontraktor Pelaksana CV. PUTRA TATEHE JAYA
10. Keluargaku tercinta khususnya Orang Tua yang telah mendidik dan
membesarkan saya tanpa kenal lelah serta memberikan segalanya untuk saya.
Terima kasih atas semua fasilitas penunjang kuliah yang telah diberikan serta
doa restunya.
11. Kepada Sahabatku Moh.Taufik, Muh. Taslim J , I wayan Gunaya , Didik
Harianto , Julin Sunarto P dan Aziz yang telah banyak membantu saya selama
kuliah dan telah menyemangati untuk bisa menyelesaikan Tugas Akhir saya .
12. Kepada teman-temanku D3 Teknik Sipil 2016 yang telah banyak memberi
semangat dari awal masuk kuliah sampai sekarang yaitu , Riska Sarmadayanti,
Tri putri Oktaviani, Nandasari , Grace gloria , Ira Yuliastari, Rahmawati,
Daletha, Novitasari, Riska Aulia, Rahmadhani Ayu, Irnawati, Kayuslan, Rio
Karuniawan, Muh.Taufik, Muhammad Taslim, Agil, Zia Ulhak,
Abd.Rahman, Zulkarnain, Andika, Kevin, Bayu, Nofran, Mahdi, Alan,
Dahlan, Iyas, Nabila, Wahyu, Sandi, Rizal, Vivianti, I Wayan Gunaya, Julin
Sunarto P, dan Dias. Terima kasih banyak atas bantuannya selama ini dalam
mengerjakan Tugas Besar/Laporan maupun Tugas Harian.
Untuk menuju kesempurnaan, harus melalui proses pembelajaran.
Perubahan, kemajuan dan perkembangan akan terus terjadi. Namun penyusun
menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas
Akhir ini, untuk itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran untuk penyusunan
Tugas Akhir ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Palu, September 2020

REIN JAUHARI
F 210 16 068
v
BURNING MOTIVATION

“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”

(Q.S Ar-Rahman)

“Dan barang siapa yang bertaqwa kepada Allah, niscahya Allah akan menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya “

(Q.S At-Talaq : 4)

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain."


(HR. Ahmad, Thabrani, dan Daruqutni)

“Sesungguhnya Pertolongan Akan datang bersama Kesabaran”

(HR.Ahmad)

“The only source of knowledge is experience”

(Albert Einstein)

vi
TINJAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT
KELAS A PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KAWASAN HUTAN
KOTA.
Rein Jauhari dan Ir. Mashuri ST.,MT

ABSTRAK

Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalu
lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah di bawah
permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api.
Tujuannya adalah untuk membandingkan antara teknis pelaksanaan lapis
pondasi atas agregat kelas A di lapangan dengan teori yang relevan dan
spesifikasinya. Manfaat dari Tugas Akhir ini adalah untuk untuk memberikan
gambaran tentang teknis pelaksanaan Lapis Pondasi Atas Agregat Kelas A pada
Jalan Kawasan Hutan Kota serta memahami tahapan-tahapan pekerjaan.
Dari hasil proses pekerjaan lapis pondasi atas agregat kelas A di lapangan
yaitu 1.) pada pelaksanaan pekerjaan lapis Pondasi atas agregat kelas A bahan dan
peralatan yang digunakan di lapangan sudah sesuai dengan spesifikasi. 2.)
material yang dibawa ke lokasi pekerjaan sesuai dengan spesifikasi yang
disyaratkan. 3.) Tahapan – tahapan pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A telah
sesuai dengan spesifikasi. 4.) Pada pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi agregat
kelas A di lapangan, tebal padat yaitu 15 cm. Hal ini telah sesuai spesifikasi
dimana tebal padat maksimum untuk lapis pondasi atas agregat kelas A tidak
boleh melebihi 18 cm. 5.) dari hasil pengujian kepadatan di lapangan dengan
menggunakan Sand Cone di beberapa STA, didapatkan hasil kepadatan yang
sesuai dengan spesifikasi untuk lapis pondasi atas agregat kelas A yaitu 100%.

Kata kunci : Lapis Pondasi Agregat Kelas A ( LPA)

vii
REVIEW OF WORK FOUNDATION LAYER ON THE AGGREGATE CLASS A
FOREST ROAD CONSTRUCTION PROJECT CITY.
Rein Jauhari dan Ir. Mashuri ST.,MT

ABSTRACT

The road is a land transportation infrastructure that includes all parts of the
road, including complementary buildings and equipment for traffic, which is on
the ground surface, above ground level below ground or water, as well as Above
the water surface, except the railway road.
The aim is to compare the technical implementation of the foundation layer
of class A aggregates in the field with the relevant theory and specifications. The
benefit of this final project is to provide an overview of the technical
implementation of Class A Aggregate Base on the City Forest Area Road and to
understand the stages of work.
From the results of the foundation work process on the aggregate class A in
the field is 1.) On the implementation of the foundation Lapis work on aggregate
class A materials and equipment used in the field is already in accordance with
specifications. 2.) material brought to the job site according to the required
specifications. 3.) Stages – The stage of the foundation of Grade A's aggregate
work complies with specifications. 4.) On the implementation of the foundation of
class A in aggregate work in the field, solid thickness of 15 cm. This has the
appropriate specification where the maximum solid thickness for the foundation of
the aggregate of class A should not exceed 18 cm. 5.) From the results of density
testing in the field by using Sand Cone in several STA, obtained the density result
according to the specifications for the foundation of the aggregate A class of 100%.

Keywords: Grade A Class Aggregate Foundation (LPA)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
BURNING MOTIVATION....................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................. viii
ABSTRACT................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xv
DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH......................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 2
1.3 Tujuan dan Manfaat.................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah......................................................................... 2

BAB II TINJAUAN UMUM

2.1 Gambaran Umum Proyek................................................... 3


2.1.1 Lokasi Proyek.................................. 3
2.1.2 Nilai Kontrak.................................... 4
2.2 Kontraktor pelaksana.......................................................... 4
2.3 Struktur Organisasi CV. PUTRA TATEHE JAYA........... 6
2.3.1 Direktur............................................................................ 6
2.3.2 Administrasi Keuangan................................................... 8

ix
2.3.3 Site Manager.................................................................... 8
2.3.4 Logistik............................................................................ 8
2.3.5 Manajemen Mutu............................................................. 10
2.3.6 Juru Ukur (Surveyor) ...................................................... 11
2.4.1 Petugas K3....................................................................... 11
2.3.8 Inspector Quantity........................................................... 12

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Jalan......................................................................... 15


3.2 Konstruksi Pekerjaan Jalan........................................................ 15
3.3 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)........................................... 16
3.4 Lapis Pondasi Agregat............................................................... 18
3.4.1 Toleransi Dimensi dan elevasi......................................... 18
3.4.2 Kelas lapis Pondasi Agregat............................................ 19
3.4.3 Fraksi Agregat Kasar....................................................... 20
3.4.4 Fraksi Agregat Halus....................................................... 21
3.5 Metode Pelaksanaan Lapis Pondasi Atas Agregat Kelas A....... 22
3.5.1 Pekerjaan Persiapan......................................................... 22
3.5.2 Pengangkutan Material.................................................... 22
3.5.3 Penghamparan Material................................................... 23
3.5.4 Pemadatan Material......................................................... 23
3.5.5 Pengendalian Mutu.......................................................... 24

BAB IV TINJAUAN TEKNIS PELAKSANAAN LAPIS PONDASI


AGREGAT KELAS A DAN PEMBAHASAN

4.1 Pekerjaan persiapan................................................................... 26


4.1.1 Persiapan Bahan....................................................... 26
4.1.2 Persiapan Peralatan.................................................. 26
4.2 Pelaksanaan Lapis Pondasi Atas Agregat Kelas A Dilapangan 29
4.2.1 Pekerjaan Persiapan ...................................................... 29

x
4.2.2 Pengambilan Material..................................................... 30
4.2.3 Penyaringan Material...................................................... 30
4.2.4 Pengangkutan Material Ke Stock Pile............................. 30
4.2.5 Pencampuran Material.................................................... 30
4.2.6 Pengangkutan Material Ke Site (Lokasi)........................ 32
4.3 Penghamparan Material ........................................................... 34
4.3.1 Pemadatan Material.......................................................... 35
4.4.2 Penyiraman Material........................................................ 37
4.4.3 Pengukuran Hasil Pekerjaan ........................................... 37
4.4 Pengendalian Mutu.................................................................... 38
4.5 Perbandingan Teori dan Lapangan............................................ 39

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ..................................................................................... 40
5.2 Saran ............................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 43
LAMPIRAN…………………………………………………………………. 44

xi
DAFTAR TABEL

3.1 Toleransi Elevasi Permukaan.................................................................. 19


3.2 Gradasi Lapis Pondasi Agregat............................................................... 20
3.3 Ketentuan Agregat Kasar........................................................................ 21
3.4 Ketentuan Agregat Halus........................................................................ 22
4.1 Kecepatan Rata-rata Maksimum Dump Truck........................................ 34
4.2 Lebar Pemadatan Efektif ........................................................................ 36
4.3 Faktor Efisiensi Kerja.............................................................................. 36
4.4 Jumlah Lintasan Rata-rata....................................................................... 36
4.5 Perbandingan Teori Dan Lapangan......................................................... 40

xii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Peta Lokasi Pekerjaan ............................................................................. 3


2.2 Papan Proyek........................................................................................... 4
2.3 Struktur Organisasi Yang Terlibat Dalam Proyek................................... 5
2.4 Struktur Organisasi CV.PUTRA TATEHE JAYA................................. 6
3.1 Pengaruh Beban Roda Kendaraan Pada Perkerasan Jalan...................... 16
4.1 Peta Lokasi Pengambilan LPA ke Lokasi Pekerjaan.............................. 26
4.2 Dump Truck............................................................................................ 27
4.3 Motor Grader........................................................................................... 27
4.4 Water Tank Truck.................................................................................... 28
4.5 Vibrator Roller......................................................................................... 28
4.6 Skema Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan LPA .................................... 29
4.7 Penumpukan Material ............................................................................. 31
4.8 Pencampuran Material LPA..................................................................... 31
4.9 Shelter II, Kawasan Hutan Kota.............................................................. 32
4.10 Skema Jarak Tumpukan LPA.................................................................. 33
4.11 Penghamparan Material Menggunakan Motor Grader............................ 35
4.12 Pemadatan Material Menggunakan Vibrator Roller................................ 35
4.13 Penyiraman Material Menggunakan Water Tank Truck......................... 37
4.14 Pengukuran Hasil Pekerjaan.................................................................... 38

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Kesediaan Pembimbing Tugas Akhir

Lampiran 2 Surat Permohonan Penerbitan SK Pembimbing Tugas Akhir

Lampiran 3 Surat Keterangan Pembimbing Tugas Akhir

Lampiran 4 Gambar papan proyek

Lampiran 5 Kurva S

xiv
DAFTAR NOTASI DAN ISTILAH

Notasi / Istilah Arti dan Keterangan

Alat berat : Mesin berukuran besar yang didesain untuk


melaksanakan fungsi konstruksi
seperti pengerjaan tanah (earthworking) dan
memindahkan bahan bangunan

Dump truck : Kendaraan jenis yang digunakan untuk


mengangkut bahan material seperti pasir, kerikil
atau tanah untuk keperluan konstruksi

Motor grader : Alat berat dengan pisau panjang yang digunakan


untuk meratakan permukaan dalam proses
perataan. Umumnya grader memiliki tiga as roda,
dengan mesin dan kabin berada di atas as roda
belakang di satu ujung kendaraan dan as ketiga
pada bagian ujung depan kendaraan, dengan
blade berada di antaranya

Vibrator Roller : Alat berat yang digunakan untuk menggilas,


memadatkan hasil timbunan, sehingga kepadatan
tanah yang dihasilkan lebih sempurna. Efek yang
ditimbulkan oleh Vibration Roller adalah gaya
dinamis terhadap tanah.

Produktivitas : Kegiatan produksi sebagai perbandingan antara


luaran (output) dengan masukan (input)

Operator : Jenis pekerjaan fungsional di dalam suatu


industri. Tugas utama dari operator lapangan
adalah menjalankan suatu operas.

xv
LPA : berfungsi untuk memantau deformasi vertikal
lapisan tanah lunak akibat beban timbunan di
atasnya dan untuk mengamati nilai perbedaan
penurunan pada permukaan tanah.

Cycle Time : Waktu yang di butuhkan untuk menyelesaikan


produksi satu unit dari awal sampai akhir

Material : Bahan bahan yang di gunakan untuk membuat


sesuatu

Jarak : Angka yang menunjukkan seberapa jauh suatu


benda berubah posisi melalui suatu lintasan
tertentu. Dalam fisika atau dalam pengertian
sehari-hari, jarak dapat berupa estimasi jarak fisik
dari dua buah posisi berdasarkan kriteria tertentu
(misalnya jarak tempuh antara Jakarta-Bandung).
Dalam bidang matematika, jarak haruslah
memenuhi kriteria tertentu

Volume : Penghitungan seberapa banyak ruang yang bisa


ditempati dalam suatu objek. Objek itu bisa
berupa benda yang beraturan ataupun benda yang
tidak beraturan. Benda yang beraturan misalnya
kubus, balok, silinder, limas, kerucut, dan bola.

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat selalu membawa
perubahan karakteristik transportasi, baik sarana maupun prasarana
transportasi. Perubahan karakteristik ini membawa dampak langsung
terhadap penurunan kualitas jalan maupun kapasitas daya dukungnya.
Jalan merupakan prasarana pendukung peningkatan pelayanan
transportasi darat. Sarana transpotrasi sebagai alat angkutan membutuhkan
prasarana yang nyaman dan aman. Sejalan dengan perkembangan ekonomi
dan teknologi, sarana transportasi yang dilayani akan semakin bervariasi,
sehingga pada suatu ruas jalan tertentu perlu direncanakan struktur
perkerasan yang memenuhi kestabilan terhadap repetisi beban Lalu Lintas
yang ada.
Untuk memperoleh prasarana konstruksi perkerasan jalan raya yang
kuat, awet serta dapat memberi perlayanan yang optimal bagi pengguna
jalan, maka diperlukan pengawasan pada saat pelaksanaan dan ketepatan
dalam penggunaan alat, khususnya teknis pelaksanaan, pengendalian mutu
material, dan manajemen lapangan yang sesui dengan perencanaan.
Lapis pondasi atas merupakan lapisan perkerasan yang salah satu
fungsinya adalah menahan beban Lalu Lintas dan meneruskan tegangan ke
lapisan di bawahnya.
Melihat kondisi existing pada ruas Kawasan Hutan Kota yang
sebelumnya adalah perkerasan Lapis Fondasi Atas yang telah mengalami
kerusakan dan berlubang-lubang yang menimbulkan rasa tidak aman dan
nyaman bagi pengguna jalan sehingga perlu adanya peningkatan pada ruas
jalan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan membahas mengenai
teknis pelaksanaan lapis fondasi atas agregat kelas A pada ruas jalan
Kawasan Hutan Kota.

1
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa hal penting yang perlu dibahas dalam penulisan tugas akhir
ini antara lain yaitu mengenai tahapan-tahapan pekerjaan pada proyek
termasuk penggunaan tenaga kerja, bahan dan peralatan apa saja yang
digunakan dalam teknis pelaksanaan pekerjaan Lapis Fondasi Atas Agregat
kelas A dan apakah pelaksanaan yang terjadi di lapangan telah sesuai
dengan spesifikasi-spesifikasi yang ada, sehingga dapat diketahui apakah
pekerjaan pada lokasi tersebut telah mendapat pengawasan yang baik dan
menghasilkan mutu yang baik pula.
1.3 Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang ingin dicapai pada tinjauan pelaksanaan pembangunan
jalan pada Kawasan Hutan Kota, Kota Palu adalah :
1 Membandingkan antara pelaksanaan pekerjaan Lapis Pondasi Atas
Kelas A di lapangan dengan teori atau spesifikasi yang berlaku.
2 Mendapatkan pengetahuan tentang proses pekerjaan Lapis Fondasi Atas
Agregat Kelas A.
Manfaat yang ingin didapatkan dari kegiatan kerja praktek pada proyek
pelaksanaan pembangunan Jalan Kawasan Hutan Kota adalah:
1. Memberikan pengetahuan praktis tentang teknis pelaksanaan pekerjaan
Lapis Pondasi Atas Kelas A.
2. Sebagai pengetahuan dasar untuk pembangunan studi ilmu pengetahuan
teknik sipil bidang Konstruksi Jalan.

3. Mendapatkan pengalaman profesi teknik sipil, terutama dalam cara


mengamati dan melaksanakan pekerjaan dilapangan.
1.4 Batasan Masalah
Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis hanya membatasi pada
pekerjaan pelaksanaan lapisan fondasi atas agregat kelas A yang
terletak pada Ruas jalan Kawasan Hutan Kota meliputi pekerjaan
persiapan, pengangkutan, penghamparan, pemadatan dan pengendalian
mutu. Dan diketahui luas pada Pembangunan Jalan kawasan hutan kota ini
ialah 37570 m2.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM PROYEK

2.1 Gambaran Umum Proyek

Pada proyek pekerjaan Pembangunan Jalan Dalam Kawasan Hutan


Kota, waktu pelaksanaan terhitung sejak tanggal dikeluarkan Surat Perintah
Mulai kerja (SPMK). Proyek ini dimulai pada tanggal 24 Agustus 2019 dan
berakhir pada tanggal 31 Desember 2019, dimana waktu yang diperlukan
pelaksanaan konstruksinya dalam penyelesaian proyek ini adalah 150 hari
kalender.

2.1.1 Lokasi proyek


Lokasi proyek Pembangunan Jalan Dalam Kawasan Hutan Kota ini
terletak pada jalan Jabal Nur, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.

Gambar 2.1 Peta Lokasi Pekerjaan


(Sumber : Dokumen pengadaan pekerjaan konstruksi pasca kualifikasi 2019)

3
2.1.2 Nilai kontrak
Anggaran biaya pada pekerjaan Pembangunan Jalan Dalam
Kawasan Hutan Kota Ini menggunakan dana yang bersumber dari
dana APBD, sebesar Rp. 6.056.819.973,- ( Enam Milyar Lima Puluh
Eman Juta Delapan Ratus Sembilan Belas Ribu Sembilan Ratus Tujuh
Puluh Tiga Rupiah ).

Gambar 2.2 Papan Proyek


(Sumber : Dokumentasi kerja praktek 2019)

2.2 Kontraktor Pelaksana


Kontraktor Pelaksana adalah CV. PUTRA TATEHE JAYA berdasarkan
Keputusan Kuasa Pengguna Anggaran Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan
Umum Kota Palu, tentang penunjukan penyedia barang/jasa pekerjaan
Pembangunan Jalan Kawasan Hutan Kota dan TGL KONTRAK: 02
September 2019.
Pelaksana atau kontraktor dalam UU No.18 Tahun 1991 tentang jasa
kontruksi adalah penyedia jasa orang perseorangan atau badan usaha yang
dinyatakan ahli yang profesional dibidang pelaksanaan jasa kontruksi yang
mampu menyelenggarakan kegiatannya untuk mewujudkan suatu hasil
perencanaan menjadi bentuk bangunan atau bentuk fisik lainnya.

4
Pelaksana adalah suatu badan hukum atau penawar yang memiliki
klasifikasi dan keahlian dalam pelaksanaan yang telah ditunjuk oleh pemilik
atau pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek dan menandatangani
kontrak untuk melaksanakan pekerjaan. Adapun tugas dan tanggung jawab
pelaksana adalah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan fasilitas dan sarana demi kelancaran
pekerjaan;
2. Mempersiapkan bahan-bahan bangunan yang bermutu baik
dan memenuhi persyaratan seperti yang tercantum dalam bestek;
3. Melaksanakan semua pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya sesuia dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat;
4. Menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan tepat pada
waktunya sesuai dengan surat perjanjian kontrak;
5. Mengadakan pemeliharaan selama proyek tersebut masih dalam
tanggung jawab pelaksana;
6. Menyediakan tenaga kerja yang berpengalaman serta
peralatan yang diperlukan pada saat pelaksana pekerjaan.
7. Bertanggung jawab terhadap fisik bangunan selama masa
pemeliharaan.

PPK

Konsultan Perencana Konsultan Pengawas

Kontraktor

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Yang Terlibat Dalam Proyek

5
2.3 Struktur Organisasi CV. PUTRA TATEHE JAYA
Struktur Organisasi CV. PUTRA TATEHE JAYA pada Proyek
Pembangunan Jalan Kawasan Hutan Kota, Kota Palu, seperti gambar
berikut:

Gambar 2.4 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas

2.3.1 Direktur
Sebagai Direktur mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan
penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis operasional sebuah
proyek. Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud di
atas, direktur perusahaan mempunyai rincian tugas dan wewenang
sebagai berikut :

1. Penanggung jawab utama terhadap semua kegiatan.


2. Pengesahan segala dokumen administrasi pekerjaan.
3. Penunjukan site manager, serta memberikan mandat dan
fungsi tugasnya sesuai kapasitas dan kebutuhan.
4. Pengambil keputusan tertinggi dalam progres pekerjaan.
Dalam kapasitas dan fungsi tertentu, segala bentuk

6
pelaksanaan pekerjaan harus diketahui dan mendapatkan
persetujuan dari direktur.
5. Melaporkan progres pekerjaan, mulai tahap dimulainya
pekerjaan, progres berjalan, sampai dengan serah terima
pekerjaan kepada pemilik proyek/pekerjaan.
6. Mempunyai ide/gagasan sesuai dengan rencana-rencananya. 
7. Menyediakan dana dan lahannya. 
8. Mengambilkeputusan terakhir yang mengikat mengenai
pembangunan proyek.
9. Mempunyai wewenang mutlak dalam menentukan dan
mengangkat manajemen konstruksi, perencana serta
pelaksana proyek.
10. Menangani dan menandatangani surat perintah kerja dan surat
perjanjian dengan pelaksana proyek.
11. Bersama-sama manajemen konstruksi ikut mengawasi
pelaksanaan pekerjaan, berhak memberi instruksi-instruksi
kepada pelaksana proyek secara langsung maupun tidak
langsung (melalui manajemen konstruksi).
12. Mengesahkan semua dokumen pembayaran atas pembayaran
yang harus diberikan kepada pelaksana proyek. 
13. Mempunyai wewenang penuh terhadap proyek sehingga
berhak menerima/menolak perubahan-perubahan pekerjaan
serta pekerjaan tambah dan pekerjaan kurang.
14. Berhak menolak pekerjaan-pekerjaan bila tidak sesuai dengan
gambar rencana, bilamana perlu mencabut tugas pelaksana
proyek tersebut bila dianggap tidak mampu melaksanakan
pekerjaan. 
15. Meminta pertanggung jawaban pada semua unsur terkait
sebelum masa pemeliharaan habis bila terjadi kerusakan,
sebagaimana ditetapkan bersama.

7
Sedangkan tanggung jawab owner/pemilik proyek adalah
sebagai berikut :

1. Memelihara hubungan kerja secara professional.


2. Membuat keputusan yang tepat sesuai dengan waktunya. 
3. Memberikan dana yang dibutuhkan proyek.

2.3.2 Administrasi keuangan


Pengelolaan yang meliputi seluruh aktivitas yang berkaitan
dengan keuangan untuk mencapai tujuan sebuah organisasi ataupun
perusahaan tertentu . dengan adanya administrasi keuangan yang baik,
maka akan tercipta suasana kerja yang lebih nyaman dan produktif.
Fungsi administrasi keungan, antara lain :
1. Mempersiapkan daftar biaya berkaitan dengan rancangan
dalam bentuk batas biaya dan target biaya untuk setiap bagian
pekerjaan.
2. Menyelenggarakan sistem administrasi umum dan teknis
dalam rangka memperlancar pengelolaan proyek.
3. Membuat pembukuan arsip-arsip yang berhubungan dengan
pelaksanaan proyek.
4. Melaksanakan pengendalian biaya selama pelaksanaan
proyek.

2.3.3 Site Manager


Site Manager merupakan penanggung jawab bidang perencanaan
teknis dan pengendalian operasionalnya. Tugas site manager:

1. Membuat perencanaan kegiatan operasional pelaksanaan


proyek.
2. Mengatur kegiatan operasional pelaksanaan proyek.

8
3. Melaksanakan kegiatan operasional pelaksanaan proyek.
4. Mengontrol pelaksanaan operasional pelaksanaan proyek.

2.3.4 Logistik
Logistik proyek adalah suatu bagian profesi yang ada dalam
rangkaian struktur organisasi proyek dengan tugas pendatangan,
penyimpanan dan penyaluran material atau alat proyek ke bagian
pelaksana lapangan. Tugas logistic proyek ada beberapa macam yang
jika dilaksanakan dengan baik diharapkan kegiatan pelaksanaan
pembangunan dapat berjalan dengan lancar. Berikut ini beberapa tugas
yang dilakukan
1. Mencari dan mensurvey data jumlah material beserta harga
bahan dari beberapa supplier atau toko material bangunan
sebagai data untuk memilih harga bahan termurah dan
memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan.
2. Melakukan pembelian barang atau alat ke supplier atau toko
bahan bangunan dengan melaksanakan seleksi sebelumnya
sehingga bisa mendapatkan harga material termurah pada
supplier terpilih. 
3. Menyediakan dan mengatur tempat penyimpanan material
yang sudah didatangkan ke area proyek sehingga dapat tertata
rapi dan terkontrol dengan baik jumlah pendatangan dan
pemakaianya. 
4. Membuat label keterangan pada barang yang disimpan untuk
menghindari kesalahan penggunaan akibat tertukar dengan
barang lain. 
5. Melakukan pencatatan keluar masuknya barang serta
bertanggung jawab atas pendatangan dan ketersediaan
material yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan.

9
6. Mengelola persediaan barang dalam jumlah yang cukup pada
waktu material tersebut diperlukan dengan biaya termurah
serta memenuhi persyaratan mutu spesifikasi bahan dalam
kontrak konstuksi.
7. Membuat dan menyusun laporan material sesuai dengan
format yang sudah menjadi standar perusahaan kontraktor. 
8. Membuat berita acara mengenai penerimaan atau penolakan
material setelah melalui control kualitas bahan oleh quality
qontrol. 
9. Menyusun macam-macam laporan logistic yang diminta oleh
perusahaan. 
10. Berkoordinasi dengan pelaksana lapangan dan bagian teknik
proyek mengenai jumlah dan schedule pendatangan bahan
yang dibutuhkan pada masing-masing waktu pelaksanaan
pembangunan.
2.3.5 Manajemen Mutu
Manajemen Mutu (Quality Management System) adalah bagian
sistem manajemen organisasi yang memfokuskan perhatian
(mengarahkan dan mengendalikan) pada pencapaian hasil berkaitan
dengan sasaran mutu dalam rangka memenuhi persyaratan
pelanggan/penerima manfaat. Selama pelaksanaan sistem
mananajeman mutu, prosedur-prosedur yang akan dikembangkan,
antara lain : panduan mutu, rencana mutu, prosedur pengendalian
dokumen, pengendalian bukti kerja, audit mutu internal, produk tidak
sesuai (pts), tindakan koreksi (tk), tindakan pencegahan (tp),
pemantauan dan pengukuran proses dan produk, pengadaan barang
dan jasa, pemeliharaan sarana dan prasarana dan tinjauan (review)
design.
1. Semua personel, terutama personil QC, harus mengetahui dan
memahami kegiatan pelaksanaan pembangunan sebelum
mulai bekerja.

10
2. Mengontrol secara "bersama-sama" tanpa kecuali terhadap
semua bahan bangunan yang di bawah masuk ke lokasi
proyek sebelum penerimaannya Work Request (Pembahasan
Persiapan Kerja)
3. Mengontrol secara rutin agar semua prosedur pelaksanaan
pembangunan dilakukan sesuai persyaratan spesifikasi
dengan menerapkan SOP Work Request (Pembahasan Metode
Kerja).
4. Membuat "instruksi tertulis" secara bersinambungan kepada
pihak kontraktor, sebelum, selama dan setelah masa
pelaksanaana terhadap penyimpangan yang belum/akan dan
telah terjadi sekecil apapun masalahnya (Site Instruction).
5. Membukukan semua "catatan hasil-hasil pengujian" di
lapangan, laboratorium dan hasil-hasil kontrol langsung di
lapangan. Tujuan utamanya bila terjadi penyimpangan dapat
segera dicarikan jalan keluar.
6. Dengan tahapan-tahapan pekerjaan dipersiapkan dengan baik,
dipandu dengan prosedur pelaksanaan, kontrol
berkesinambungan, dan evaluasi yang tak pernah putus,
membuat pelaksana kegiatan berharap dapat mampu
mencapai titik tertinggi kualitas yang diharapkan.

2.3.6 Juru Ukur (Surveyor)


Surveyor adalah seseorang yang melakukan pemeriksaan atau
menguasai dan mengamati suatu pekerjaan lainya. Dalam dunia kerja
istilah. Surveyor kebanyakan menjurus kedunia lapangan yang
nantinya menjadi objek utama dalam hal menjalankan tugasnya.

2.3.7 Petugas K3

11
Peranan k3 konstruksi adalah dapat menyusun program k3 serta
penerapannya dalam konstruksi. Berikut adalah beberapa tugas dan
tanggung jawab tenaga ahli k3 konstruksi diantaranya adalah :.

1. Menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan


tentang dan terkait K3 Konstruksi
2. Mengkaji dokumen kontrak dan metode kerja pelaksanaan
konstruksi
3. Merencanakan dan menyusun program K3
4. Membuat prosedur kerja dan instruksi kerja penerapan
ketentuan K3
5. Melakukan sosialisasi, penerapan dan pengawasan
pelaksanaan program, prosedur kerja dan instruksi kerja K3
6.  Melakukan evaluasi dan membuat laporan penerapan SMK3
dan pedoman teknis K3 konstruksi
7. Mengusulkan perbaikan metode kerja pelaksanaan konstruksi
berbasis K3, jika diperlukan
8. Melakukan penanganan kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja serta keadaan darurat

2.3.8 Inspector Quantity


Inspector Quantity adalah sebuah profesi yang mempunyai
keahlian dalam perhitungan volume, penilaian pekerjaan konstruksi,
administrasi kontrak sedemikian sehingga suatu pekerjaan dapat
dijabarkan dan biayanya dapat diperkirakan, direncanakan, dianalisa,
dikendalikan dan dipercayakan.
1. Menghitung luas m2 dan volume m3 pekerjaan galian,
timbunan, penghampar material dan lain lain

12
2. Bekerja sama dengan logistik atau pengadaan barak untuk
memberikan informasi kebutuhan material yang harus
didatangkan ke lokasi proyek pembangunan.
3. Menghitung volume pekerjaan yang sudah dilaksanakan dan
sisa pekerjaan untuk keperluan engineering dalam membuat
schedule pekerjaan pelaksanaan pembangunan.
4. Menghitung kebutuhan material yang dibutuhkan dalam
setiap item pekerjaan
5. Mengecek penggunaan material apakah sudah sesuai dengan
apa yang dihitung oleh estimator.
6. Mengecek setiap gambar shop drawing baru apakah terjadi
perubahan dari apa yang sudah dihitung sebelumnya, jika
terjadi perubahan maka tugas quantity surveyor adalah
menghitung ulang volume pekerjaan atau menghitung pada
item pekerjaan tambah kurang saja.
7.  Memonitor kemajuan pekerjaan yang telah selesai.
8. Memeriksa kemajuan apakah pekerjaan sesuai dengan
perencanaan.

2.3.9 Inspector Quality


Inspector Quality dalam pekerjaaan konstruksi memegang
peranan yang cukup penting, karena dapat menentukan kualitas dari
hasil pelaksanaan pekerjaan. Pengawasan terhadap mutu pekerjaan
yang baik akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik pula. Hal
ini akan menumbuhkan kepercayaan Owner (pemilik proyek) kepada
kontraktor pelaksana dan pengawas proyek.
Inspector Quality juga membuat laporan pemeriksaan kepada
quality assurance. Oleh karena itu, quality control membutuhkan
pengalaman dan juga pemahaman yang baik tentang pengendalian

13
mutu melalui spesifikasi teknik yang digunakan dan metode praktis
dalam pemeriksaan mutu pekerjaan.
Berikut tugas dan tanggung jawab utama quality control antara
lain adalah:
1. Mempelajari dan memahami spesifikasi teknis yang
digunakan pada proyek konstruksi tersebut.
2. Memeriksa kelayakan peralatan pengendalian mutu yang
digunakan 
3. Melaksanakan pengujian mutu terhadap bahan atau material
yang digunakan
4. Melaksanakan pengujian terhadap hasil pekerjaan di lapangan
ataupun di laboratorium
5. Memeriksa hasil pengujian terhadap hasil pekerjaan di
lapangan ataupun di laboratorium
6. Mempelajari perencanaan mutu yang dipakai pada pekerjaan
7. Mencegah terjadinya penyimpangan mutu dalam pelaksanaan
pekerjaan konstruksi
8. Menyiapkan bahan laporan yang terkait pemeriksaan atau
pengendalian mutu dari pekerjaan 
9. Mempelajari metode kerja yang digunakan agar sesuai
spesifikasi teknis yang dipakai
10. Membuat teguran baik lisan maupun tulisan jika terjadi
penyimpangan dalam pekerjaan proyek
11. Menyiapakaan dan memberikan data pemeriksaan mutu yang
dibutuhkan oleh quality assurance
12. Memeriksa dan menjaga kualitas pekerjaan dari
subkontraktor agar sesuai dengan spesifikasi teknis yang
berlaku

14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pengertian Jalan

Pengertian jalan raya adalah prasarana transpotasi darat yang meliputi


segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap, dan pelengkapnya yang
diperuntukan bagi lalu lintas, yang berada diatas permukaan tanah, atau
berada dibawah permukaan tanah serta diatas permukaan air, kecuali jalan
kereta api dan jalan kabel (UU No. 38 tahun 2004 tentang jalan).

3.2 Konstruksi Perkerasan Jalan


Tanah asli atau tanah dasar jarang sekali mampu mendukung beban
berulang dari lalu lintas kendaraan tanpa mengalami deformasi yang besar.
Tanah asli butuh suatu struktur yang dapat melindungi tanah itu sendiri dari
beban roda kendaraan. Struktur itulah yang disebut dengan perkerasan
(pavement). Perkerasan berfungsi untuk melindungi tanah dasar (subgrade)
dan lapisan- lapisan pembentuk perkerasan supaya tidak mengalami
tegangan dan regangan yang berlebihan akibat beban lalu lintas. Perkerasan
merupakan struktur yang diletakkan pada tanah dasar, yang memisahkan
antara ban kendaraan dengan tanah dasar bawahnya. Perkerasan harus
memberikan permukaan yang rata dengan kekasatan tertentu, dengan umur
pelayanan yang cukup panjang, serta pemeliharaan yang minimum.
(Hardiyatmo, 2011)
Perkerasan akan mempunyai kinerja yang baik, bila perancangan
dilakukan dengan baik dan seluruh komponen-komponen utama dalam

15
sistem perkerasan berfungsi dengan baik. Menurut FHWA (2006)
komponen-komponen perkerasan yaitu meliputi:
1. Lapis aus (wearing course) yang memberikan cukup kekasatan,
tahanan gesek, dan penutup kadap air atau drainase air permukaan.
2. Lapis perkerasan terikat atau tersementasi (aspal atau beton) yang
memberikan daya dukung yang cukup, dan sekaligus sebagai
penghalang air yang masuk kedalam material tak terikat di
bawahnya.
3. Lapis pondasi (base course) dan lapis pondasi bawah (subbase
course) tak terikat yang memberikan tambahan kekuatan
(khususnya untuk perkerasan lentur), dan ketahanan terhadap
pengaruh air yang merusak struktur perkerasan, serta pengaruh
degradasi yang lain (erosi dan intrusi butiran halus).
4. Tanah dasar (subgrade) yang memberikan cukup kekakuan,
kekuatan yang seragam dan merupakan landasan yang stabil bagi
lapisan material perkerasan diatasnya.
5. Sistem drainase yang dapat membuang air dengan cepat dari
perkerasan, sebelum air menurunkan kualitas lapisan material
granuler tak terikat dan tanah dasar.
Fungsi utama perkerasan adalah menyebarkan beban roda ke area
permukaan tanah dasar yang lebih luas dibandingkan luas kontak roda dan
perkerasan, sehingga mereduksi tegangan maksimum yang terjadi pada
tanah dasar, yaitu pada tekanan dimana tanah dasar tidak mengalami
deformasi berlebihan selama masa pelayanan perkerasan. Hardiyatmo
(2011)

16
Gambar 3.1 Pengaruh Beban Roda Kendaraan pada Perkerasan Jalan

3.3 Perkerasan Kaku (Rigid Pavement)

Perkerasan jalan beton semen Portland atau lebih sering disebut


perkerasan kaku atau juga disebut rigid pavement, terdiri dari pelat beton
semen Portland dan lapisan pondasi (bisa juga tidak ada) diatas tanah dasar.
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi,
akan mendistribusikan beban terhadap bidang area tanah yang cukup luas,
sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari
slab beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana
kekuatan perkerasan diperoleh dari lapisan-lapisan tebal pondasi bawah,
pondasi dan lapisan permukaan. Karena yang paling penting adalah
mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang
paling diperhatikan dalam perancangan perkerasan jalan beton semen
portland adalah kekuatan beton itu sendiri, adanya beragam kekuatan dari
tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas
struktural perkerasannya (tebal pelat betonnya), tetapi untuk desain badan
jalan (tanah dasar) perlu kajian geoteknik tersendiri jika ditemukan
klasifikasi tanah yang masuk kategori tidak baik sebagai tanah dasar.
(Suryawan, 2009)
Lapisan pondasi atau kadang-kadang juga dianggap sebagai lapisan
pondasi bawah jika digunakan di bawah perkerasan beton karena beberapa
pertimbangan yaitu untuk kendali terhadap terjadinya pumping, kendali
terhadap sistem drainase (bawah perkerasan), kendali terhadap kembang
susut yang terjadi pada tanah dasar, untuk mempercepat pekerjaan
konstruksi, serta menjaga kerataan dasar pada pelat beton. (Suryawan,
2009).
Menurut Suryawan (2009), fungsi dari lapisan pondasi atau pondasi
bawah adalah:
1. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil dan permanen.
2. Menaikkan harga Modulus Reaksi Tanah Dasar (Modulus of Sub-

17
grade Reaction = k), menjadi Modulus Reaksi Komposit (Modulus
of Composite Reaction).
3. Melindungi gejala pumping butir-butiran halus tanah pada daerah
sambungan, retakan dan ujung samping perkerasan.
4. Mengurangi terjadinya keretakan pada pelat beton.
5. Menyediakan lantai kerja.
Pada saat ini dikenal ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu:
a. Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan
(Jointed plain concrete pavement).
b. Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (Jointed
reinforced concrete pavement).
c. Perkerasan beton semen tanpa tulangan (Continuosly
reinforced concrete pavement).
d. Perkerasan beton semen prategang (Prestressed concrete
pavement).
e. Perkerasan beton semen bertulang fiber (Fiber reinforced
concrete pavement).
Komponen perkerasan kaku (rigid pavement) adalah :
a. Lapisan-lapisan perkerasan kaku yaitu tanah dasar, lapis pondasi
bawah, dan pelat beton.
b. Tulangan.
c. Sambungan.
d. Bound breaker.
e. Alur permukaan.

3.4 Lapis Pondasi Agregat


Menutut spesifikasi umum (2010), devisi 5, pada pekerjaan lapis
pondasi harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan agregat di atas permukaan yang telah
disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang ditunjuk dalam
gambar atau dengan perintah direksi pekerjaan, dan memilihara lapis

18
pondasi agregat yang telah selesai sesuai dengan yang disyaratkan.

3.4.1 Toleransi Dimensi dan Elevasi


Elevasi permukaan lapis harus sesuai dengan gambar rencana
sebagai mana yang disajikan pada tabel 2.1 dibawa ini :

Tabel 3.1 Toleransi Elevasi Permukaan


TOLERANSI TINGGI
BAHAN DAN LAPISAN PONDASI AGREGAT
PERMUKAAN
AGREGAT KELAS C DIGUNAKAN SEBAGAI LAPISAN
+ 1.5 cm dan – 1.5 cm
PONDASI BAWAH
AGREGAT KELAS B atau KELAS A DIGUNAKAN UNTUK
LAPIS PONDASI JALAN YANG AKAN DITUTUP +1 dan – 1
DENGAN LAPIS RESAP PENGIKAT DAN PELABURAN
Sumber: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga No:002
– 03 / BM / 2006 tabel 3.3
Catatan :
a) Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh terdapat
ketidak rataan yang dapat menampung air dan semua punggung
(camber) permukaan itu harus sesuai dengan yang ditunjukkan pada
gambar
b) Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang satu
sentimeter dari tebal yang disyaratkan
c) Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh kurang dari
satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan

3.4.2 Kelas Lapis Pondasi Agregat


Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu
Kelas A, Kelas B, dan Kelas S. Pada umumnya Lapis Pondasi Agregat
Kelas A adalah mutu Lapis Pondasi Atas untuk lapisan di bawah lapisan
beraspal, dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk Lapis
Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Agregat Kelas S akan digunakan untuk
bahu jalan tanpa penutup aspal berdasarkan ketentuan tambahan dalam
Seksi 4.2 dari spesifikasi umum (2010), devisi 5. Tabel 2.2 menunjukan

19
lapis pondasi agregat sesuai masing-masing kelas, sebagai berikut :

Tabel 3.2 Gradasi Lapis Pondasi Agregat


Ukuran saringan Persen berat yang lolos, % lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas C
3" 75 100
2" 50 100 75-100
1½" 37,5 100 88 –100 60-90
1" 25,0 77 –100 70 – 85 45-78
3/8" 9,50 44 – 60 40 – 65 25-55
No.4 4,75 27 – 44 25 – 52 13-45
No.10 2,0 17 – 30 15 – 40 8-36
No.40 0,425 7 – 17 8 – 20 7-23
No.200 0,075 2–8 2–8 5-15
Sumber: SPESIFIKASI UMUM 2010 (Revisi 3) DIVISI 5 TABEL 5.1.2.(1)Gradasi Lapis
Pondasi Agregat

3.4.3 Fraksi Agregat Kasar


Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri
dari partikel atau pecahan batu atau kerikil yang keras dan awet. Bahan
yang pecah bila berulang - ulang dibasahi dan dikeringkan tidak boleh
digunakan. Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka untuk
lapis fondasi agregat kelas A mempunyai 100 % berat agregat kasar
dengan angularitas 95 / 90 dan untuk lapis pondasi agregat kelas B
yang berasal dari kerikil mempunyai 60 % berat agregat kasar dengan
angularitas 95 / 90 menunjukkan bahwa 95 % agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah satu atau lebih dan 90 % agregat kasar
mempunyai muka bidang pecah dua atau lebih.

20
Tabel 3.3 Ketentuan Agregat Kasar

( Sumber : Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6 Perkerasan Aspal ).

3.4.4 Fraksi Agregat Halus


Agregat halus yaitu agregat lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri
dari partikel pasir alami atau batu pecah halus dan partikel halus lainya.
Fraksi bahan yang lolos ayakan No. 200 tidak boleh melampaui dua per
tiga fraksi bahan lolos No. 4, tetapi karena keterbatasan sumber daya
agregat halus yaitu abu batu seringkali di lapangan digunakan pasir
sebagai bahan subtitusi agregat halus. Pasir merupakan salah satu
agregat alam yang diperlukan untuk masing - masing lapisan tersebut
untuk lapisan fondasi atas dan fondasi bawah penggunaan pasir akan

21
memberikan kepadatan yang tinggi, sehinggga mempunyai nilai daya
dukung yang cukup baik. Tetapi penggunaan pasir yang yang
berlebihan akan susah dipadatkan terutama penggunaan pasir sungai
yang memiliki bentuk butiran bulat ( rounded ) yang mudah bergerak
bila ada beban diatasnya ( Ismanto, B, 2001 ).
Tabel 3.4 Ketentuan Agregat Halus

( Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Divisi 6, Perkerasan Aspal ).

3.5 Metode Pelaksanaan Lapisan Pondasi Atas Agregat Kelas A


Pekerjaan ini harus meliputi pekerjaan persiapan, pencampuran,
pengangkutan, penghamparan, pemadatan agregat diatas permukaan yang telah
disiapkan dan telah diterima sesui dengan detil yang telah ditujukkan dalam gambar atau
sesuai dengan perintah direksi pekerjaan.
3.5.1 Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persipan adalah kegiatan awal yang dilakukan guna
menunjang atau mempersiapkan pekerjaan fisik, pekerjaan persiapan meliputi:
- Pemasangan patok yang di khususkan untuk menentukan
ketinggian atau ketebalan material.
- Mengukur dan menandai bagian yang akan di kerjakan.
- Menyiapkan alat seperti dump truck, motor grader, vibrator roller,
Excavator, dan water tank.

3.5.2 Pengangkutan material


Material agregat kasar dan agregat halus yang sudah dicampur
harus seseuai dengan spesifikasi untuk material lapisan pondasi
agregat kelas A. Wheel Loader digunakan untuk mengangkat
material yang akan dimuat dari quary ke Dump Truck, selanjutnya

22
material kemudian diangkut dari lokasi pencampuran dengan
menggunakan Dump Truck kelokasi pekerjaan

3.5.3 Penghamparan material.


- Setelah material berada di lokasi pekerjaan dalam bentuk
tumpukkan dan di letakkan di atas as jalan.
- Pengawas memastikan bawah ketinggian/tebal gemburnya telah
sesuai melalui patok yang sudah di pasang.
- Lalu proses penghamparan di lakukan dengan menggunakan motor
grader.
- Penghamparan di mulai pada sisi kiri jalan dengan blade atau pisau
pada motor grader di atur agar kemiringan yang di hasilkan tidak
lebih atau kurang dari 2%.
- Lalu penghamparan di lakukan lagi pada sisi kanan jalan.
- Setelah penghamparan selesai pengawas lalu melakukan mengujian
atau mengukur kemiringan apakah sudah sesuai atau belum.
- Jika kemiringan belum mencapai 2% maka motor grader kembali
meratakan bagian yang belum sesuai sampai mencapai nilai
kemiringan yang diinginkan.

3.5.4 Pemadatan material.


- setelah semua proses penghamparan telah sesuai dan memenuhi
syarat maka pekerjaan selanjutnya adalah pemadatan.
- Setiap lapis harus di padatkan menyeluruh dengan alat pemadat
yang cocok dan memadai yang disetujui, hingga kepadatan paling
sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum (modified) seperti
yang ditentukan oleh SNI 03-1743-1989, metode D.
- Alat yang digunakan adalah vibrator roller.
- Pemadatan pertama dilakukan tanpa mengaktifkan vibra/getaran
pada vibrator roller tujuan untuk meratakan material.

23
- Lalu dilakukan pemadatan kembali dengan mengaktifkan
vibra/getaran pada vibrator roller sambil dilakukan penyiraman
dengan menggunkan water tank truck.
- Mengontrol dan memastikan proses penyiram secara merata agar
mendapatkan hasil yang sesuai.
- Pemadatan dilakukan sebanyak 6-8 passing.
- Pemadatan dilakukan dari tepi badan jalan berangsur ketengah
badan jalan (as jalan) untuk daerah datar dalam arah memanjang.
- Pada bagian yang ber "superelevasi", penggilasan harus dimulai
dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke
bagian yang lebih tinggi.
- Operasi penggilasan harus di lanjutkan sampai seluruh bekas roda
mesin gilas hilang dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
- Setiap ke tidak teraturan atau ada bagian yang ambles yang
mungkin terjadi, harus dibetulkan dengan meningkatkan atau
menambah material kebagian tersebut hingga mendapatkan
ketinggian sesuai.
3.5.5 Pengendalian mutu.
1. Pengujian laboratorium.
1) Abrasi dari agregat Kasar
2) Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
3) Berat jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
4) Analisa Saringan
5) Indek Plastisitas
6) Batas Cair
7) Modified Proctor
8) Calofornia Bearing Ratio (CBR)

2. Pengujian lapangan.
- Pengujian Sand Cone.

24
Metode yang didapatkan untuk mengetahui kepadatan di
lapangan dari lapis pondasi kelas A menggunakan sand cone
menurut SNI 03-2828-2011, dengan melakukan prosedur kerja
seperti menentukan volume/isi botol pasir pada alat tes sand
cone, penggalian tanah/lapis pada tempat yang akan diuji
kepadatannya, menentukan berat isi tanah, melakukan analisis
dari hasil pengujian sand cone tentang perhitungan kepadatan.
Titik pengujian dilakukan sebanyak 10 titik yang berbeda, mulai
dari STA 0+700 – 1+600, dan untuk hasil akhir dari nilai derajat
kepadatan pada masing-masing nilai STA tersebut diperoleh
dengan hasil pada titik 1 : 100,58%, titik 2 : 100,30%, titik 3 :
100,11%, titik 4 : 100,10%, titik 5 : 100,23%, titik 6 : 100,18%,
titik 7 : 100,48%, titik 8 : 100,01%, titik 9 : 100,55%, titik 10 :
100,14%, dimana dari angka derajat kepadatan masing-masing
setiap titik tersebut tidak kurang dari syarat minimum 100%, dan
hal itu sesuai dengan kepadatan material lapis pondasi kelas A
menurut Spesifikasi Umum Bina Marga. Kata Kunci: Agregat
Kelas A, Sand Cone, Derajat Kepadatan. Setelah mendapatkan
hasil dan memenuhi spesifikasi maka di perbolehkan
melanjutkan pekerjaan berikutnya.

25
BAB IV

TEKNIS PELAKSANAAN PEKERJAAN LAPIS PONDASI AGREGAT


KELAS A DAN PEMBAHASAN

4.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan pada Kawasan Hutan Kota, meliputi:

4.1.1 Persiapan Bahan

Bahan yang digunakan pada pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas


agregat kelas A adalah batu pecah ukuran 1 ½, 3/4”, 3/8”, serta abu
batu yang diambil dari Buluri. Jarak quary ke lokasi pekerjaan yaitu +
22 km.

Gambar 4.1 Peta Lokasi Pengambilan LPA ke Lokasi Pekerjaan

26
4.1.2 Persiapan Peralatan

Pada pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas agregat kelas A,


peralatan yang digunakan meliputi:

a. Dump Truck

Dump truck ini digunakan untuk mengagkut material lapisan


pondasi kelas A dengan kapasitas 11 m³ dari lokasi Buluri ke lokasi
pekerjaan.

Gambar 4.2 Dump Truck

b. Motor Grader

Motor Grader Kapasitas berat operasi 10.800 kg. Motor Grader di


muat Tronton dari PT WATU MERIBA JAYA pada jam 12:00 dan
di kawal oleh polisi hingga tiba di lokasi proyek.

27
Gambar 4.3 Motor Grader

c. Water Tank Truck

Water Tank Truck tidak diangkut oleh Tronton dikerenakan alat


berat tersebut dapat berjalan sendiri dan tidak merusak jalan. Dan
alat ini digunakan di saat dibutuhkan, disaat pekerjaan pemadatan
LFA berlangsung.

Gambar 4.4 Water Tank Truck

d. Vibrator Roller

Vibrator roller di mobilisasi ke tempat proyek menggunakan alat


berat seperti tronton atau sejenisnya. alat tersebut dimuat dari PT
WATU MERIBA JAYA, pada jam 12:00 alat tersebut di bawa
langsung ke tempat proyek dengan kawalan polisi

28
Gambar 4.5 Vibrator Roller

4.2 Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan Pondasi Atas Agregat kelas A di Lapangan

Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas


agregat kelas A pada ruas jalan (Kawasan Hutan Kota) Shelter 2 meliputi
pekerjaan persiapan, pencampuran, pengangkutan, penghamparan dan
pengendalian mutu. Pekerjaan persiapan meliputi pekerjaan yang
berhubungan dengan persipan permukaan dari existing, jalan lama yang akan
menjadi dasar perletakan bagi lapis pondasi agregat kelas A.
Pekerjaan Persiapan

Pengambilan Material

Penyaringan Material

Pengangkutan Material Ke Stock Pile

Batu pecah Batu pecah Abu Batu Pasir Filler kapur


ukuran 3/4" ukuran 3/8"

Pencampuran material sesuai dengan mix design lapis pondasi agregat klas A

Pengangkutan ke site (lokasi)

Penumpukan Material

Batu picah ukuran 1 ½


Penghamparan Material

Pemadatan

Pengujian mutu dengan sand cone

Gambar 4.6 Skema Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Lapisan Pondasi Atas Agregat kelas A.

29
4.2.1 Pekerjaan Persiapan
Sebelum pekerjaan lapisan pondasi atas agregat kelas A
dilakukan, maka terlebih dahulu persiapan segala sesuatu guna
kelancaran pelaksanaan pekerjaan, berupa penyediaan material untuk
lapis pondasi atas dan penyediaan peralatan yang digunakan serta
mendapat persetujuan dari direksi teknis, bahwa lapisan sebelumnya
telah memenuhi spesifikasi yang telah direncanakan dan selanjutnya.
4.2.2 Pengambilan Material
Pengambilan Material Batu Picah ini diambil dari gunung Buluri
dan dibawa ke lokasi pencampuran material yang telah di sediakan.

4.2.3 Penyaringan material


Setelah pengambilan material lalu langkah selanjutnya akan
dilakukan penyaringan/pemisahan material dengan menggunakan
(stone crusher) dengan ukuran 1½”, 3/4”, 3/8’’, serta abu batu.

4.2.4 Pengangkutan Material Ke Stock Pile


Pengangkutan material batu pcah 1 ½ ,3/8,3/8, serta abu batu ke
stock pile ini menggunakan wheel loader dengan kapasitas bucket 1,5
m3 pengangkutan ini diambil dari tumpukan material yang sudah
tersaring menggunakan (stone crusher), lalu dibawa ke tempat
pencampuran material.
4.2.5 Pencampuran Material
Untuk pencampuran material yang digunakan adalah ukuran 3/4”,
3/8’’, abu batu, pasir serta filler kapur dengan perbandingan volume
campuran sebagai berikut:
a. Untuk batu pecah ukuran 1 ½ dibutuhkan = 46 %
b. Untuk batu pecah ukuran 3/4 dibutuhkan = 10o̷o
c. Untuk batu picah ukuran 3/8 dibutuhkan = 9 o̷o
d. Untuk abu batu = 35%

30
Pencampuran material dilakukan dengan menggunakan wheel
loader dengan kapasitas bucket 1,5 m3, adapun perbandingan campuran
yaitu:
a. 6 bucket untuk batu pecah ukuran 3/4,
b. 3 bucket untuk batu pecah ukuran 3/8”
c. serta 3 abu batu.
Dalam proses pencampuran ini material dikumpulkan/ditumpuk
berulang-ulang kemudian operator loader mulai melakukan
pencampuran dengan memindahkan material sehingga terbentuk
tumpukan material baru sampai campuran material tercampur secara
homogeny dan merata, dan perlu Diperhatikan oleh operator wheel
loader adalah bahwa dalam pencampuran, bucket wheel loader jagan
diangkat terlalu tinggi guna menjaga agar tidak segregasi antara
agregat halus dan kasar.

Gambar 4.7 Penumpukan Material Berbagai Tumpukan

31
.

Gambar 4.8 Pencampuran Material LPA Menggunakan Wheel Loader

4.2.6 Pengangkutan Material ke site (Lokasi)


Pengangkutan lapis pondasi agregat kelas A dari lokasi
pencampuran di Buluri ke lokasi pekerjaan dengan menggunakan
Dump Truck dan ditumpahkan sedikit demi sedikit dengan jarak yang
sudah diatur. Hal ini dimaksud agar ketebalan yang dicapai setelah
pemadatan benar-benar sesuai dengan ketebalan rencana dan
pekerjaan tidak dilaksanakan berulang-ulang hanya karena
ketebalannya yang tidak terpenuhi.
Perhitungan untuk mencari volume padat dengan gembur agregat
Kelas A, sebagai berikut:

32
Gambar 4.9 Shelter II, Kawasan Hutan Kota

Diketahui:

 Tebal gembur agregat (t1) = 0,15 x 1,25 = 0,1875 m


 Tebal padat (t2) = 0,15 m
 Panjang jalan (p) = 987 m
 Lebar jalan (l) = 7 m

Penyelesaian:

Volume gembur = p x l x t1
= 987 x 7 x 0,1875
= 1295 m3

Volume padat = p x l x t2
= 987 x 7 x 0,15
= 1036 m3

Jadi,diperoleh untuk volume gembur agregat Kelas A yaitu


= 1350 m 3 Sedangkan volume padat yaitu = 1080 m 3

33
a. Perhitungan jarak tumpukan
Perhitungan untuk mencari jarak tumpukan 1 unit Dump truck yang
berkapasitas 11 m3 adalah sebagai berikut :
- Kapasitas Dump truck V = 11 m3
- Lebar jalan L =7m
- Tebal hamparan T = 0,15 m
- Factor gembur F = 1,25
Jadi, jarak tumpukan V =PxLxTxF

11 m3 = P x 7 x 0,15 x 1,25

P = 11 m3/ 1,31
P = 8.40 m

Tumpukan LPA

1,5 m 2,7 m 2,7 m 1,5 m


8,40 m
Gambar 4.10 Skema Jarak Tumpukan LPA

34
Jadi, jarak tumpukan untuk 1 unit Dump truck dengan kapasitas 11
m3 dapat menghasilkan jarak tumpukan 8,40 m. untuk mempersingkat
waktu penghamparan 1 unit Dump truck dengan kapasitas 8 m3, maka
material dibagi menjadi 3-4 tumpukan yang masing-masing tumpukan berisi
1, 3-2 m3

Tabel 4.1. kecepatan Rata-rata Maksimum Dump Truck

Kondisi
Kecepatan Maksimum
Train Jalan

Datar Bermuatan 40 km/jam

Kosong 50 km/jam

Naik Bermuatan 20 km/jam

Kosong 40 km/jam

Menurun Bermuatan 20 km/jam

Kosong 40 km/jam
Sumber: Departemen pekerjaan umum 1996

4.3 Penghamparan Material

Setelah material agregat kelas A berada di lokasi pekerjaan dalam bentuk


tumpukan yang diletakan di atas tanah dasar yang telah memenuhi
persyaratan kepadatan dimana penghamparan material lapisan pondasi atas
menggunakan Motor grader, sekaligus pembentukan kemiringan jalan
sebesar 2o̷o. kemudian mengenai ketebalan padat yang direncanakan untuk
lapisan pondasi atas ini adalah 15 cm dengan ketebalan gembur 18 cm.

35
`` Gambar 4.11 Penghamparan Material Menggunakan Motor Grader

4.3.1 Pemadatan Material


Setelah proses penghamparan telah dilaksanakan, maka langkah selanjutnya
adalah proses pemadatan. Alat yang digunakan adalah Vibrator roller
dengan kapasitas 10 ton, pemadatan dilakukan sebanyak 8 passing. Dalam
pekerjaan ini pemadatan dilakukan dari tepi badan jalan berangsur ke tengah
badan jalan ( AS jalan ) untuk daerah datar dalam arah memanjang, Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan kepadatan yang maksimum tanpa adanya
perubahan bentuk konstruksi dan material tidak terlepas dari posisi hamparan.

Gambar 4.12 Pemadatan Material Menggunakan Vibrator Roller

Tabel 4.2. Lebar Pemadatan Efektif (b – bo)

36
Jenis Alat Lebar Pemadatan Efektif (be)

Macadam Roller Lebar roda ( total)  0,2 m

Tandem Roller Lebar roda ( total)  0,2 m

Soil Compactor (Lebar roda drive x 2)  0,2 m

Tire Roller Lebar roda ( total)  0,3 m

Vibrator Roller Besar Lebar roda  0,2 m

Vibrator Roller Kecil Lebar roda  0,1 m


Sumber: Departemen Pekerjaan Umum 1996

Tabel 4.3. Factor Efisiensi Kerja (Fa)

Kondisi Kerja Efisiensi Kerja

Baik Sekali 0,83

Baik 0,78

Sedang 0,72

Buruk 0,63

Buruk Sekali 0,53


Sumber: Departemen Pekerjaan Umum 1996

Tabel 4.4. Jumlah Lintasan Rata-rata

Jenis Alat Jumlah Lintasan

Tire Roller 3 s/d 5

Tandem Roller 6 s/d 8

37
Vibrator Roller 4 s/d 12

Soil Compactor 4 s/d 12

Sumber: Departemen Pekerjaan Umum 1996

4.3.2 Penyiraman Material


Setelah material untuk lapisan pondasi atas dihampar dan dipadatkan
beberapa kali, langkah selanjutnya adalah penyiraman pada material tersebut
dengan menggunakan Water tank truck. Adapun tujuan dari penyiraman
tersebut untuk mempermudah proses pemadatan pada material
tersebut.

Gambar 4.13 Penyiraman Material Menggunakan Water Tank Truck.

4.3.3 Pengukuran Hasil Pekerjaan


Setelah semua proses pekerjaan Lapis Pondasi Atas Agregat Kelas A
selesai, selanjutnya dilakukan pengukuran hasil pekerjaan. Hal ini
dilakukan untuk melakukan pembayaran yaitu seberapa banyak pekerjaan
yang telah dilakukan dilapangan, sebnyak itu pula dilakukan pembayaran.

38
Gambar 4.14 Pengukuran Hasil Pekerjaan

4.4 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu harus dilakukan untuk mencapai hasil pekerjaan yang


sesuai dengan rencana. Adapun pengendalian mutu pekerjaan lapis pondasi atas
agregat Kelas A meliputi:

a. Test Laboratorium
Bahan agregat lapisan pondasi atas harus diambil contohnya dan diuji
setiap bahan yang akan dipergunakan sesuai dengan spesifikasi yang ada.
Adapun Test Laboratorium meliputi:
9) Abrasi dari agregat Kasar
10) Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
11) Berat jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
12) Analisa Saringan
13) Indek Plastisitas
14) Batas Cair
15) Modified Proctor
16) Calofornia Bearing Ratio (CBR)

b. Test Lapangan

39
Test lapangan atau pengendalian mutu yang dimaksud pada
pekerjaan ini menggunanakan metode Sand Cone, dengan mengambil
sampel 2 kali disetiap 50 meter disepanjang jalan rencana, adapun
maksud dari pengujian tersebut adalah untuk menentukan kepadatan
dari lapisan fondasi agregat kelas A yang telah dipadatkan. Ketentuan
pelaksanaan sand cone sebagai berikut:
 Bersih, keras, kering dan bisa mengalir bebas, tidak mengandung
bahan pengikat.
 Gradasi 0,075 mm sampai 2 mm.
 Pengujian kepadatan tidak boleh dilakukan pada saat titik uji
tergenang.
 Pengujian kepadatan dilakukan sedikitnya dua kali untuk setiap titik
dengan jarak 50 m.
 Pada saat pengujian, dihindari adanya getaran.

Hasil pengukuran yang berupa nilai kepadatan dihitung rata - rata


dengan dua angka di belakang koma. Dari proses uji CBR dan sand
cone apabila di dapat data tidak sesuai spesifikasi maka akan dilakukan
perbaikan lapis agregat fondasi atau pemadatan ulang.

4.5 Perbandingan Teori Dan Lapangan

Pada umumnya pelaksanaan pekerjaan dilapangan sudah dilakukan dengan


baik, namun ada beberapa tahapan pekerjaan yang tidak sesuai dengan teori
tahapan pekerjaan yang sebenarnya. Beberapa tahapan pekerjaan yang tidak
sesuai dengan teori pekerjaan yang ada bisa membuat hasil akhir dari
pekerjaan tersebut dibeberapa bagian cacat atau belum sempurna. Padahal
bila kita mengikuti sesuai yang tertulis diteori bisa dipastikan pekerjaan
tersebut mempunyai hasil yang baik dan mampu dipertanggung jawabkan .

40
Tabel 4.5. Perbandingan Teori dan Lapangan

No Ket
Jenis Pekerjaan Teori Lapangan

1 Penumpukan Penumpukan material Penumpukan material


material LPA LPA dengan kapasitas LPA dengan Kapasitas
dump truck 11 ditumpuk dump truck 11 ditumpuk Tidak
menjadi 3 tumpukan tidak menjadi 3 bagian, Sesuai
dengan jarak tumpukan tetapi penumpu -
2.7 m kan yang dilakukan
rapat-rapat, tidak mema
-
kai jarak

2 Pencampuran pencampuran material pencampuran material


Material LPA yang digunakan adalah yang digunakan adalah
ukuran 1 ½ ,3/4”, 3/8’’, ukuran 1 ½ ,3/4”, 3/8’’,
serta abu batu, dengan serta abu batu, dengan
perbandingan volume perbandingan volume
campuran untuk batu campuran untuk batu
pecah ukuran 1 ½ pecah ukuran 1 ½

41
dibutuhkan = 46 % untuk dibutuhkan = 46 % untuk
batu pecah ukuran 3/4 batu pecah ukuran 3/4
dibutuhkan=10 oo̷ untuk , dibutuhkan=10 oo̷ untuk , Sesuai
dibutuhka = 36o̷o untuk dibutuhka = 36o̷o untuk
ukuran 3/8 dibutuhkan = ukuran 3/8 dibutuhkan =
9 % serta abu batu 9 % serta abu batu
dibutuhkan = 35% dibutuhkan = 35%

No Teori Ket
Jenis Pekerjaan Lapangan

3 Penghampa - penghamparan material penghamparan material


ran Material lapisan pondasi atas lapisan pondasi atas
menggunakan Motor menggunakan Motor
grader,sekaligus pembe- grader,sekaligus pembe-
ntukan kemiringan jalan ntukan kemiringan jalan
sebesar 2o̷o. kemudian sebesar 2o̷o. kemudian
mengenai ketebalan mengenai ketebalan sesuai
padat yang direncanakan padat yang direncanakan
untuk lapisan pondasi untuk lapisan pondasi
atas ini adalah 15 cm atas ini adalah 15 cm
dengan ketebalan gem - dengan ketebalan gem -
bur 18 cm. bur 18 cm.

4 Pemadatan Alat yang digunakan Alat yang digunakan


LPA adalah Vibrator roller adalah Vibrator roller
dengan kapasitas 10 ton, dengan kapasitas 10 ton,
pemadatan dilakukan pemadatan dilakukan

42
sebanyak 8 passing. sebanyak 8 passing.
Dalam pekerjaan ini Dalam pekerjaan ini
pemadatan dilakukan pemadatan dilakukan
dari tepi badan jalan dari tepi badan jalan Sesuai
berangsur ke tengah berangsur ke tengah
badan jalan ( AS jalan) badan jalan ( AS jalan)
untuk daerah datar untuk daerah datar
dalam arah memanjang, dalam arah memanjang,
Hal ini bertujuan untuk Hal ini bertujuan untuk
mendapatkan kepadatan mendapatkan kepadatan
yang maksi - yang maksi -
mum tanpa adanya mum tanpa adanya
perubahan bentuk
konstruksi

No Teori Ket
Jenis Pekerjaan Lapangan

dan material tidak terlepas perubahan bentuk konstruksi


dari posisi hamparan. dan material tidak terlepas
dari posisi hamparan.

5 Penyiraman Setelah material untuk Setelah material untuk


Material lapisan pondasi atas lapisan pondasi atas
dihampar dan dipadat - dihampar dan dipadat -
kan beberapa kali, lang - kan beberapa kali, lang -
kah selanjutnya adalah kah selanjutnya adalah
penyiraman pada mate penyiraman pada mate
rial tersebut dengan rial tersebut dengan Sesuai
menggunakan Water menggunakan Water
tank truck. Adapun tank truck. Adapun

43
tujuan dari penyiraman tujuan dari penyiraman
tersebut untuk memper tersebut untuk memper
mudah proses pemada mudah proses pemada
tan pada material. tan pada material.
6 Sand Cone Untuk menentukan kepa Melaksanakan Pengujian
datan lapangan dari Sand Cone
lapisan pondasi atas
agregat kelas A yang Sesuai
telah dipadatkan dan
telah memenuhi persya
ratan ketebalan lapisan
pondasi tersebut

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melihat dan mengamati secara langsung jalannya teknis
pelaksanaan lapis pondasi atas Agregat Kelas A pada pekerjaan
Pembangunan Jalan Kawasan Hutan Kota, Kota Palu di lapangan, maka
dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pelaksanaan pekerjaan jalan tidak selamanya mengikuti teori yang
ada, tetapi dapat berubah tergantung pada kondisi dan keadaan
dilapangan.
2. Penulis Mendapatkan pengetahuan tentang Proses pekerjaan lapis fondasi
atas seperti urutan pekerjaanya yang dimulai dari pekerjaan persiapan,
pencampuran, pengangkutan, penghamparan, pemadatan dan
pengendalian mutu.

44
5.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan karena cukup penting demi
tercapainya hasil yang lebih baik pada pelaksanaan pekerjaan lapisan
Pondasi Atas Agregat Kelas A adalah sebagi berikut:
1. Semaksimal mungkin untuk tetap mengikuti teori yang ada karena hasil
pekerjaan berdampak pada kualitas dan mutu pekerjaan.
2. Sebelum melakukan penghamparan, terlebih dahulu kita harus
mengetahui atau mendapat persetujuan dari direksi teknik, apakah
lapisan sebelumnya sudah memenuhi kepadatan maksimum.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan
Umum, Direktorat Jendral Bina Marga, Jakarta.
Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum,1996, Pelaksanaan Konstruksi Jalan
Raya, Jakarta.
Rochmanhadi, 1998, Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Dengan Menggunakan
Alat Berat, Badan Pekerjaan Umum, Jakarta.
Soedarsono, Djoko Untung. 1998, Konstruksi Jalan Raya.
Sukirman , Silvia. 1995, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova Bandung.

45
46
Gambar Papan Proyek

Anda mungkin juga menyukai