Anda di halaman 1dari 15

Moh.

Hertaslim
F 111 06 059

BAB I
LANDASAN TEORI

1.1 Pendahuluan

Perencanaan geometric jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang

dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi

dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalulintas

dan sebagai akses kerumah-rumah. Dalam lingkungan perencanaan geometrik tidak

termasuk perencanaan tebal perkerasan jalan, walaupun dimensi dari perkerasan

merupakan bagian dari perncanaan geometrik sebagai bagian dari perencanaan

jalan seutuhnya.

Demikian pula dengan drainase jalan. Jadi tujuan dari perecanaan jalan adalah

menghasilkan infra struktur yg aman, efisien pelayanan arus lalulintas dan

memaksimalkan rasio tingkat penggunaan/biaya pelaksanaan, ruang, bentuk dan

ukuran jalan, dikatakan baik jika dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada

pemakai jalan.

Yang menjadi dasar perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran

kendaraan, sifat pengemudi dalam mengendalikan kendaraannya, dan karakteristik

arus lalulintas. Hal-hal tersebut haruslah menjadi dasar bahan pertimbangan

perencanaan sehingga dihasilkan bentuk dan ukuran jalan, serta ruang gerak

kendaraan yang memenuhi tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059

# Elemen dari perencanaan geometrik jalan adalah :

 Alinyemen horizontal/trase jalan, terutama dititik beratkan pada perencanaan

sumbu jalan. Pada gambar akan terlihat apakah jalan tersebut merupakan

jalan lurus, penikung kiri, atau kekanan. Sumbu jalan terdiri dari serangkaian

garis lurus lengkung berbentuk lingkaran dan lengkung peralihan dari bentuk

garis lurus ke bentuk busur lingkaran. Perencanaan geometrik jalan

memfokuskan pada pemilihan letak dan panjang dari bagian-bagian ini,

sesuai dengan kondisi medan sehingga terpenuhi kebutuhan akan

pengoperasian lalulintas dan keamanan (di tinjau dari jarak pandang dan

sifat mengemudikan kendaraan ditikungan).

 Alinyemen vertikal/penampang memanjang jalan.

Pada gambar akan terlihat apakah jalan tersebut tanpa kelandaian, mendaki

atau menurun. Pada perencanaan Alinyemen vertikal ini dipertimbangkan

bagaimana meletakkan sumbu jalan sesuai kondisi medan dengan

memperhatikan sifat operasi kendaraan, keamanaa, jarak pandang, dan

fungsi jalan. Pemilihan alinyemen vertikal berkaitan pula dengan pekerjaan

tanah yang mungkin ditimbul akibat adanya galian dan timbunan yang harus

dilakukan.

 Penampang melintang jalan.

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059
Bagian-bagian dari jalan seperti lebar dan jumlah lajur, ada tidaknya median,

drainase permukaan, kelandaiaan lereng tebing galian dan timbunan, serta

bangunan pelengkap lainnya (sumber: Silvia Sukirman)

1.2 Perencanaan Jalan

a. Perencanaan trase jalan.

Melihat peta kontur

b. Penggolongan Medan

Sehubungan dengan faktor topografi, jenis medan dibagi atas 3 golongan

medan utama, yang dibedakan sebagai berikut :

Golongan Lereng Medan

Datar (D) 0 - 9,9 %

Bukit (B) 10 - 24,9 %

Gunung (G) 25 % keatas

Untuk mengetahui golongan medan dan lereng melintang antara kota A,B,C

dan D, maka diambil jarak terpendek antara 2 garis kontur.

Misal : Jarak terpendek = X, beda tinggi trase =Y

Maka : Lereng melintang = X/Y x 100 %

c. Klasifikasi Jalan
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Moh.Hertaslim
F 111 06 059
Dalam mengklasifikasikan jalan yang juga perlu diperhitungan adalah volume

serta sifat lalu lintas yang akan terjadi pada jalan tersebut. Kendaraan yang akan

melintas berupa jumlah lalu lintas rata-rata (LHR) yang dinyatakan dalam satuan

mobil penumpang (SMP). Dalam penentuan smp besar kendaraan telah

diterapkan dalam koefisien-koefisien sebagai berikut :

Jenis Kendaraan Koefisien

Sepeda 0,5

Mobil Penumpang 1

Bus 3

Truck 2 As 2

Jenis Kendaraan Koefisien

Truck 3 as 0,5

Bus Penumpang 3

Private Car 1

d. Perencanaan tikungan

Bentuk tikungan yang dianjurkan oleh Bina Marga adalah

1. Lingkaran penuh (Full Orde)

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059
Bentuk tikungan seperti ini digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-

jari besar dan sudut tangen yang relatif kecil.

Batasan yang biasa dipakai di Indonesia adalah sebagai berikut :

Kecepatan Rencana Jari-jari Lengkung

(Km/Jam) Minimum

(m)

200 1500

100 1000

80 700

60 300

40 180

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059
(Sumber : Silvia Sukirman)

Rumus yang digunakan :

* Tc = Rc . tan ½β

* Ec = Rc . (1 – cos ½)

Cos ½

= Tc. Tan ¼

* Lc = ℮ .π . Rc

180

Syarat Pemakaian :

1. Tergantung dari harga V yang ada (design speed)

Misalnya untuk Vp = 80 Km/jam

R > 110

R dicoba-coba dahulu pada gambar pengukuran staking out, R dan V

dapat dilihat pada daftar II, ”Standar Perencanaan Geometrik Jalan”.

2. Harga dihitung secara analitis berdasarkan koordinat setelah itu diukur

mengunakan busur.
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Moh.Hertaslim
F 111 06 059

2. Spiral-Circle-Spiral (SCS)

* Panjang Ts

Ts = (R + P) tan ½∆ + K

3. Spiral-spiral

Rumus umum :

* Ls = θs . R

28,648

* Ls = (R + P). Tan ½∆ + K x L = 2 . Ls

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059
* Ts = (R + P) -R

Sos ½∆

* Harga R = P* . Ls dan K = 2 . Ls

Dengan mengambil harga P’ dan K’ dari tabel θs untuk Ls = 1

* Syarat pemakaian :

1. Harga dihitung secara analitis, namun dalam hal ini harga dihitung atau

diukur langsung dengan menggunakan busur.

2. Es = ½ρ

e. Kecepatan Tikungan

Kecepatan maksimum pada tikungan didapat dengn menggunakan rumus :

R= V² .

127 (e+IM)

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059

Dimana : fm = koefisien gesekan maksimum

= - 0,000625 v + 0,19

V = Kecepatan rencana pada tikungan

f. Kemiringan melintang Lengkungan Maksimum

Kemiringan melintang adalah kemiringan yang ada pada tikungan atau

disebut juga super elevasi. Besarnya super elevasi tidak boleh melebihi

ketentuan yaitu 10% apabila dari hasil perhitungan didapat nilai super elevasi (e)

melebihi 10 % maka harus dikoreksi, dengan memperkecil kecepatan ditikngan

(pada perhitungan sebelumnya).

Untuk perhitungan kemiringan melintang ditikungan didapat dengan

menggunakan rumus :

R= V² . e= V² .

127 (e+fMaks) 127 . R

g. Pelebaran Perkerasan Ditikungan

Rumus lebar perkerasan ditikungan :

B = n (b’ + c) + (n-1) td + z

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059

Dengan : b’ = 240 + (R - √R² + 2P² )

Td= √R² + A (2p + A) -R

Z = 0,105 v

√R

Dimana :

B = Lebar perkerasan pada tikungan (m)

n = Jumlah Lajur

b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan (m)

c = Kebebasan samping

Untuk lebar jalan 6,00 m = 0.8

Untuk lebar jalan 7,00 m = 1,0

Untuk lebar jalan 7,50 m = 1,25

Td = Lebar melintang akibat tonjolan kedepan (m)

Z = Lebar tambahan akibat kelainan mengemudi

R = (m)

A = Jari-jari tikungan (m)

P = Tonjolan kedepan (1,25m)

Jarak standar (6,1m)

Faktor lebar minimum Truck = 2,40

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059
Catatan :

* Rumus diatas dipakai bila 1000 6

Jika 6, maka b’,Td, dan Z ditentukan dengan menggunakan grafik.

* Jika B lebar jalan, maka tidak ada pelebaran perkerasaan ditikungan.

h. Jarak pandang bebas

Jarak pandang bebas dibagi atas 2 yaitu :

1. Jarak pandang henti

Ialah jarak yang dibutuhkan kendaraan untuk berhenti, di gunakan untuk

semua jalan.

Dh = Dp + Dr

Dimana :

Dp = Jarakyang ditempuh kendaraan dari waktu melihat rintangan dijalan

sampai menginjak rem = 0,278.v.t

Dr = Jarak yang dibutuhkan sewaktu menginjak rem sampai berhenti.

= V² .

254 (fm ± )

V = Kecepatan rencanan

t = Waktu yang dibutuhkan untuk menginjak rem = 2,5 detik.

fm = Koefisien gesekan maksimum


PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN
Moh.Hertaslim
F 111 06 059
= kelandaian

(+) Jika menginjak rem dan (-) jika menurun

2. Jarak pandang menyiap

Ialah jarak yang digunakan kendaraan untuk menyusul kendaraan lain,

dipakai untuk jalan 2 jalur.

Dm = D1 + D2 + D3 + D4

Dimana :

D1 = Jarak yang ditempuh selama perjalanan

= 0,278.V.t1 (V-m + a . t1/2)

D2 = Jarak yang ditempuh selama penyiapan

= 0,278.V.t2

D3 = Jarak kebebasan (30-100 m)

D4 = Jarak yang ditempuh kendaraan lawan

= 2/3.D2

m = Perbedaan kecepatan antara kendaraan

yang menyiap dan disiap = 15 km/jam.

V = Kecepatan menyiap kendaraan lain

= Kecepatan rencana + 15 km/jam

a = Percepatan rata-rata

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059
= 2,25 – 2,36 m/det²

t1 = Waktu percepatan

= 3,7 – 4,3 detik

t2 = Waktu kendaraan yang menyiap selama

berada dijalur lawan

9,3 – 10,4 detik.

@ LENGKUNG PERALIHAN

Lengkung peralihan adalah lengkungn untuk peralihan penampang melintang

dari jalan lurus kejalan dengan super elevasi.

Keuntungan dari penurunan lengkung peralihan pada alinyemen horizontal :

1. Pengemudi dapat dengan mudah mengikuti lajur yang telah disediakan

untuknya, tanpa melintasi lajur lain yang berdampingan.

2. Memungkinkan mengadakan perubahan dari lereng jalan normal kemiringan

sebsar super elevasi secara beramgsur-angsur sesuai dengan gaya sentrifugal

yang timbul.

3. Memungkinkan mengadakan peralihan pelebaran perkerasan yang diperlukan

dari jalan lurus kebutuhan lebar perkerasan pada tikungan-tikungan yang tajam.

4. Menambah keamanan dan kenyamanan bagi pengemudi, karena sedikit

kemungkinan pengemudi keluar dari lajur

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059

5. Menambah keindahan bentuk dari jalan tersebut, menghindari kesan patahnya

jalan pada batasan bagian lurus dan lengkung busur lingkaran.

# Panjang Lengkung Peralihan

Panjang lengkung peralihan Ls yang dipilih untuk perencanaan merupakan

panjang terpanjang dari pemenuhan persyaratan untuk :

a. Kelandaian relatif maksimum yang diperkenankan.

b. Bentuk lengkung spiral.

c. Panjang lengkung peralihan berdasarkan modifikasi.

d. Lama perjalanan yang dilakukan pengemudi selama 2 detik menurut AASHTO

dan 3 detik menurut Bina Marga (luar kota) untuk menghindari kesan

patahnya tepi perkerasan.

Panjang lengkung peralihan menurut Bina Marga diperhitungkan sepanjang mulai

dari penampang melintang berbentuk Crown sampai penampang melintang

dengan kemiringan sebesar super elevasi (gambar 4.11a). Sedangkan AASHTO ’90

memperhitungkan panjang lengkung peralihan dari penampang melintang

berbentuk sampai penampang melintang dengan

kemiringan sebesar super elevasi (gambar 4.11b).

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN


Moh.Hertaslim
F 111 06 059

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

Anda mungkin juga menyukai