TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
TUGAS 5
TAMBANG UMUM
MAKALAH
OLEH :
DODDY DARMANSYAH
F 121 20 112
PALU
2023
PENDAHULUAN
Konstruksi jalan tambang secara garis besar sama dengan jalan angkut di kota.
Perbedaan yang khas terletak pada permukaan jalannya (road surface) yang jarang
sekali dilapisi oleh aspal atau beton seperti pada jalan angkut di kota, karena jalan
tambang sering dilalui oleh peralatan mekanis yang memakai crawler track, misalnya
bulldozer, excavator, crawler rock drill (CRD), track loader dan sebagainya. Untuk
membuat jalan angkut tambang diperlukan bermacam-macam alat mekanis, antara lain:
Seperti halnya jalan angkut di kota, jalan angkut di tambang pun harus
dilengkapi penyaliran (drainage) yang ukurannya memadai. Sistem penyaliran harus
mampu menampung air hujan pada kondisi curah hujan yang tinggi dan harus mampu
pula mengatasi luncuran partikel- partikel kerikil atau tanah pelapis permukaan jalan
yang terseret arus air hujan menuju penyaliran. Apabila jalan tambang melalui sungai
atau parit, maka harus dibuat jembatan yang konstruksinya mengikuti persyaratan yang
biasa diterapkan pada konstruksi jembatan umum di jalan kota. Parit yang dilalui jalan
tambang mungkin dapat diatasi dengan pemasangan gorong-gorong (culvert), kemudian
dilapisi oleh campuran tanah dan batu sampai pada ketinggian jalan yang dikehendaki.
Fungsi utama jalan angkut secara umum adalah untuk menunjang kelancaran
operasi penambangan terutama dalam kegiatan pengangkutan. Medan berat yang
mungkin terdapat disepanjang rute jalan tambang harus diatasi dengan mengubah
rancangan jalan untuk meningkatkan aspek manfaat dan keselamatan kerja. Apabila
perlu dibuat terowongan (tunnel) atau jembatan, maka cara pembuatan dan
konstruksinya harus mengikuti aturan-aturan teknik sipil yang berlaku. Lajur jalan di
dalam terowongan atau jembatan umumnya cukup satu dan alat angkut atau kendaraan
yang akan melewatinya masuk secara bergantian. Pada kedua pintu terowongan
ditugaskan penjaga (Satpam) yang mengatur kendaraan masuk secara bergiliran,
terutama bila terowongan cukup panjang.
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada
umumnya, yaitu: (1) lebar jalan angkut, (2) jari-jari tikungan dan super- elevasi, (3)
kemiringan jalan, dan (4) cross slope. Alat angkut atau truk-truk tambang umumnya
berdimensi lebih lebar, panjang dan lebih berat dibanding kendaraan angkut yang
bergerak di jalan raya. Oleh sebab itu, geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat
angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan
normal dan aman.
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih, menurut
Aasho Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan setengah lebar alat
angkut pada bagian tepi kiri dan kanan jalan (lihat Gambar 1). Dari ketentuan tersebut
dapat digunakan cara sederhana untuk menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu
menggunakan rule of thumb atau angka perkiraan seperti terlihat pada Tabel 1, dengan
pengertian bahwa lebar alat angkut sama dengan lebar lajur.
Tabel 1
Dari kolom perhitungan pada Tabel 1 dapat ditetapkan rumus lebar jalan angkut
minimum pada jalan lurus. Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur yang
direncanakan masing- masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada jalan lurus
dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dengan demikian, apabila lebar truck 773D-Caterpillar antara dua kaca spion kiri-kanan
5,076 m, maka lebar jalan lurus minimum dengan lajur ganda adalah sebagai berikut:
L min = n.Wt + (n + 1) (½.Wt)
= 17,77 m 18 m
di mana :
Wmin = lebar jalan angkut minimum pada belokan, m
U= lebar jejak roda (center to center tires), m
Misalnya akan dihitung lebar jalan membelok untuk dua lajur truck 773D-Caterpillar.
Lebar sebuah ban pada kondisi bermuatan dan bergerak pada jalan lurus adalah 0,70 m.
Jarak antara dua pusat ban 3,30 m. Pada saat membelok meninggalkan jejak di atas jalan
selebar 0,80 m untuk ban depan dan 1,65 m untuk ban belakang. Bila jarak antar truck
sekitar 4,50 m, maka lebar jalan membelok adalah sebagai berikut:
• Lebar jalan angkut pada belokanLebar jalan angkut pada belokan atau tikungan
selalu lebih besar daripada lebar jalan lurus. Untuk lajur ganda, maka lebar jalan
minimum pada belokan didasarkan atas:
• Lebar jejak ban;
• Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan belakang
pada saat membelok;
• Jarak antar alat angkut atau kendaraan pada saat bersimpangan;
• Jarak dari kedua tepi jalan.
VR adalah kecepatan kendaraan rencana dan hubungannya emak dan fmak terlihat pada
Gambar 4, dimana titik-titik 1, 2 dan 3 pada kurva tersebut adalah harga emak 6%, 8%
dan 10%. Untuk pertimbangan perencanaan, digunakan emax = 10%. Dengan
menggunakan rumus (5) dapat dihitung jari-jari tikungan minimal (Rmin) untuk variasi
VR dengan konstanta emax = 10% serta harga fmax sesuai kurva pada Gambar 4. Hasil
perhitungan terlihat pada.
3. PENUTUP
Ketentuan-ketentuan yang sudah dipaparkan pada bab-bab terdahulu merupakan
bahan pertimbangan di dalam merancang jalan tambang. Ada kemungkinan pada
pelaksanaan pembuatan jalan tambang harus dirancang suatu perhitungan di luar
ketentuan tersebut. Misalnya dalam menentukan jari-jari tikungan minimum, di mana
lebar truck tambang bisa mencapai 2 – 3 kali lipat lebar truck tronton sementara
kecepatan rata-ratanya hanya berkisar 30 km/jam, maka kemungkinan terjadi
penyimpangan dari yang telah ditentukan oleh Bina Marga. Artinya adalah perhitungan
rancangan jalan tambang menjadi lebih sederhana, yaitu mengutamakan jari-jari
tikungan yang lebar dan aman untuk dua lajur tanpa harus mempertimbangkan secara
serius kecepatan trucknya. Berbeda dengan rancangan jalan angkut yang
menghubungkan daerah di luar konsesi tambang atau jalan yang dilalui oleh kendaraan
umum menuju lokasi penambangan. Untuk kondisi tersebut perhitungan yang telah
diuraikan sebelumnya patut dilaksanakan.
Dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya dalam merancang jalan angkut tambang
ekuivalen dengan jalan umum dari Bina Marga. Pengalaman menunjukkan bahwa
penyimpangan di dalam merancang jalan di lokasi tambang umumnya terpaksa harus
dilakukan karena:
2. Hays R. M, 1989, Dozer, “Surface Mining 2nd Edition”, B.A.Kennedy (Ed), Society for Mining,
Metallurgy, and Exploration, Inc., Colorado, pp.716–723.
3.Hays R. M., 1989, Truck, “Surface Mining 2nd Edition”, B.A.Kennedy (Ed), Society for Mining,
Metallurgy, and Exploration, Inc., Colorado, pp.672– 686.
4.Shirley L.H., 2000, Perencanaan Teknik Jalan Raya (Penuntun Praktis), Politeknik Negeri Bandung-
Jurusan Teknik Sipil, Bandung, 377 p.
5.Sunggono, K.H., 1995, Buku Teknik Sipil, Penerbit Nova, Bandung, pp 363 – 386.