Anda di halaman 1dari 13

1.

Jalan tambang

Jalan tambang merupakan infrastruktur/prasarana vital yang berfungsi sebagai

penghubung lokasi-lokasi penting di area pertambangan. Sebagai contoh, menghubungkan

antara front penambangan dengan daerah disposal, stock-ROM, stock pile, crushing plant,

washing plant, dan processing plant.

Jalan pada area penambangan sebenarnya belum ada klasifikasinya, namun secara

umum dapat dibagi menjadi : jalan hauling (akses ke inpit menuju port atau stockpile)

dan jalan tambang (jalan di sekitar area penambangan). Kedua jalan tersebut memiliki

konstruksi yang hampir sama dengan jalan raya pada umumnya tetapi yang

membedakannya hanya pada permukaan jalannya (road surface) yang jarang dilapisi aspal

atau beton. Hal tersebut dikarenakan jalan tambang sering dilalui oleh alat mekanis berat.

Beberapa pertimbangan dalam desain jalan tambang dan jalan hauling yaitu letak jalan

masuk dan keluar, lebar jalan cross slope, dan superelevasi.


2. Desain geometri jalan tambang

Pada dasarnya, jalan tambang sama dengan jalan angkut di kota. Perbedaan yang

khas terletak pada permukaan jalannya yang sangat jarang dilapisi aspal atau beton, karena

jalan tambang sering dilalui oleh peralatan mekanis yang memakai crawler track, misalnya

bulldozer, excavator, CRD, track loader dan sebagainya. Alat angkut atau truk-truk tambang

umumnya berdimensi lebih lebar, panjang dan lebih berat dibanding kendaraan angkut yang

bergerak di jalan raya. Oleh sebab itu, geometri jalan harus sesuai dengan dimensi alat

angkut yang digunakan agar alat angkut tersebut dapat bergerak leluasa pada kecepatan

normal dan aman.

Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya pada

umumnya, yaitu: Lebar jalan angkut, Jari-jari tikungan dan super-elevasi, kemiringan jalan,

cross slope

a. alinyemen horizontal (lebar, lingkaran/busur belokan, jari2 tikungan,

superelevasi, )

1. lebar jalan angkut

Secara teoritis dapat dikatakan bahwa semakin lebar jalan angkut maka akan semakin

lancar dan aman lalulintas yang melalui jalan tersebut. Akan tetapi, perlu dilakukan

perencanaan lebar jalan angkut minimum yang sesuai dengan ukuran alat angkut yang

melalui jalan tersebut. Perhitungan lebar jalan angkut dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

perhitungan lebar jalan lurus dan tikungan.

Lebar jalan lurus (straight segment design)

Pada gambar di bawah ini dapat dilihat ilustrasi penampang melintang (cross

section) dari rancangan lebar jalan angkut yang umum digunakan pada tambang open-pit
dengan dua jalur. Seperti dapat dilihat, ada tiga komponen yang sangat menentukan, yaitu :

lebar jalur (travel lane width), safety berm dan saluran air (drainage ditch).

Dari ilustrasi di atas, terlihat bahwa pada penentuan lebar minimum jalan lurus di

tambang sangat ditentukan oleh lebar kendaraan terbesar yang direncanakan melintas pada

jalan tersebut. AASHTO Manual for Rural Highway Design mengemukakan bahwa pada jalan

lurus, lebar jalan ditentukan sebagai berikut :


Nilai 0,5 merupakan faktor pengali terhadap lebar terbesar dari alat angkut yang

digunakan dan ukuran aman masing-masing kendaraan di sisi kanan-kiri jalan. Dari formula

di atas, dapat dibuat tabel faktor pengali lebar kendaraan berdasarkan jumlah jalur yang

direncanakan.

Adapun ilustrasi desain jalan dengan multi-jalur digambarkan di bawah ini (lebar truk

terbesar pada ilustrasi ini = 12 ft).

Selanjutnya lebar jalan tambang minimum yang disarankan untuk beberapa lebar

kendaraan ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Untuk lalulintas 2 arah (two-way traffic)
yang umumnya terdapat di tambang open pit, Couzens (1979) memberikan rule of thumb

bahwa lebar jalan tidak boleh lebih kecil dari empat kali lebar truck, atau :

Lebar jalan (4 x lebar truk)

Lebar jalan tikungan

Lebar minimum jalan pada tikungan akan selalu lebih lebar daripada lebar jalan yang

lurus. Untuk jalan dengan dua jalur, lebar jalan minimum pada tikungan ditentukan berdasar

o Lebar jejak ban

o Lebar juntai atau tonjolan (over-hang) alat angkut bagian depan dan belakang

o Jarak antara alat angkut pada saat bersimpangan

o Jarak (spasi) alat dengan tepi jalan

Perhitungan lebar jalan angkut pada tikungan dapat dihitung dengan menggunakan

rumus berikut :
Dengan:

W = Lebar jalan angkut pada tikungan (m)

n = Jumlah jalur

= 2 jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan (m)

= 4.95 m

Fa = Lebar juntai depan (m)

= Jarak as roda depan dengan bagian depan unit alat x

sin sudut maksimum penyimpangan roda

= 2.15 m x sin 33o

. = 1.17 m

Fb = Lebar juntai belakang (m)

= Jarak as roda belakang dengan bagian belakang unit alat x sin sudut

maksimum penyimpangan roda

= 3.19 m x sin 33o

.= 1,737 m

Maka:

C = Jarak antara dua dump truck yang akan bersimpangan

= 0,5 (U + Fa + Fb)m

= 0,5 (4.95 + 1.17 + 1,737)

= 3.928 m

Z = Jarak sisi luar dump truck ke tepi jalan

=C
= 3.928 m

W = 2 x (4.95 + 1.17 + 1,737 + 3.928) + 3.928 m

= 13.3245m

= 27.498 m

= 27.5 m

- Jari-jari Tikungan dan Superelevasi

Radius tikungan jalan merupakan jari-jari lintasan kurva yang dibentuk oleh alat angkut

pada saat menikung, besarnya dipengaruhi oleh kecepatan kendaraan dan superelevasi

jalan. Besarnya radius tikungan minimum pada jalan dapat dihitung dengan menggunakan

rumus berikut :

Superelevasi (Kemiringan Jalan). Superelavasi merupakan kemiringan jalan pada tikungan

yang terbentuk oleh batas antara tepi jalan terluar dengan tepi jalan terdalam karena

perbedaan kemiringan. Tujuan dibuat superelevasi pada daerah tikungan jalan angkut yaitu

untuk menghindari atau mencegah kendaraan tergelincir keluar jalan atau terguling.

Superelevasi berguna untuk mengimbangi gaya sentrifugal (gaya yang mendorong keluar

dari pusat/keluar dari radiusnya) sewaktu kendaraan melintasi tikungan, dan menambah

kecepatan. Penguraian besarnya resultan gaya yang bekerja pada kendaraan di lintasan

miring dapat dilihat pada gambar I.4.


Berdasarkan teori anti-Cos D.I.C. pada kondisi jalan kering nilai superelevasi merupakan

harga maksimum yaitu 60 mm/m sedangkan pada kondisi jalan penuh lumpur atau licin nilai

superelevasi terbesar 90 mm/m.

Secara matematis kemiringan tikungan jalan angkut merupakan perbandingan antara tinggi

jalan dengan lebar jalan. Besarnya kemiringan tikungan jalan dihitung berdasarkan

kecepatan rata-rata kendaraan dengan koefisien friksinya (e). Persamaan yang digunakan

untuk menghitung superelevasi yaitu :

Tan = e = V2/(R.G) (I.4)

Keterangan :

V : kecepatan kendaraan saat melewati tikungan (m/s)

R : radius tikungan
G : gravitasi bumi = 9,8 m/s2

Kemiringan jalan angkut (grade) merupakan salah satu faktor penting yang harus diamati

secara detil dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang. Halini dikarenakan

kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik

dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan jalan angkut biasanya

dinyatakan dalam persen (%) yang dapat dihitung dengan mempergunakan rumus sebagai

berikut:

(I.5)

Keterangan :

h : beda tinggi antara dua titik yang diukur

x : jarak antara dua titik yang diukurvertical

- alinyemen vertical (cross slope, grade)

- Cross Slope

Jalan tambang biasanya dibuat sedikit meninggi di bagian tengah as jalan, hal ini dilakukan

agar jalan tidak digenangi hujan. Hal mi penting karena air yang menggenang pada

permukaan jalan angkut akan membahayakan kendaraan yang lewat dan mempercepat

kerusakan jalan. Umumnya cross slope yang disarankan adalah 0,25 sampai 0,5 inchi

ketinggian per ft lebar jalan. Agar lebih jelas, perhatikan ilustrasi berikut.
- Kemiringan Jalan dan Tahanan Kemiringan

Kemiringan (grade) jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut

dalam pengereman atau mengatasi tanjakan. Biasanya kemiringan jalan dinyatakan dalam

persen (%). Kemiringan jalan angkut dapat dihitung dengan rumus berikut :

Kemiringan (grade) jalan angkut maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh dump-truck

berkisar 10 15%, akan tetapi untuk jalan naik / turun pada bukit akan lebih aman bila

kemiringan jalan maksimum 8 %. Pengaruh yang akan timbul bila kemiringan terlalu tinggi

antara lain :

o kendaraan sulit dikontrol, terutama pada saat kondisi jalan basah

o erosi (jalan akan mudah terkikis oleh air)

o kecepatan kendaraan akan turun, sehingga produktivitas akan turun juga

o beban pada transmisi meningkat

spesifikasi kendaraan (truk)


Tahanan kemiringan (grade resistance) atau bantuan kemiringan (grade assistance) adalah

besarnyua gaya berat yang melawan atau membantu gerak kendaraan yang disebabkan

oleh kemiringan jalan yang dilewatinya. Nilai tahanan / bantuan kemiringan ini bergantung

pada beberapa faktor, antara lain :

o besarnya kemiringan

o berat kendaraan

Di samping faktor di atas, dalam penentuan radius tikungan jalan angkut, hal yang perlu

diperhatikan adalah faktor keamanan. Faktor keamanan yang dimaksud dalam hal ini adalah

jarak pandang pengemudi pada saat melewati tikungan, baik horizontal maupun vertikal

terhadap kedudukan suatu penghalang yang diukur dari kedudukan / mata pengemudi.

Adapun faktor yang mempengaruhi keselamatan dan keamanan pengangkutan antara lain :

o kecepatan maksimum yang diijinkan

o kemiringan jalan

o jarak berhenti

o jarak pandang pengemudi

3. safety

- Jarak pandang pengemudi

Jarak pandang adalah jarak antar pengemudi dengan daerah yang dapat dilihat olehnya.

Keamanan dan kenyamanan pengemudi untuk melihat dengan jelas dan menyadari situasi

di sekitarnya tergantung pada jarak yang dapat dilihat dari tempat kedudukannya. Jarak
pandang aman adalah jarak yang diperlukan pengemudi untuk melihat bebas ke depan pada

suatu tikungan, baik ke arah vertikal maupun horizontal.

Jarak pandang vertikal diartikan sebagai jarak dimana pengemudi dapat memandang

dengan bebas kendaraan yang berlawanan arah maupun di depannya di daerah tanjakan.

Ilustrasi jarak pandang vertikal dapat dilihat pada gambar berikut.

Sedangkan jarak pandang horizontal adalah jarak bebas pandangan pengemudi untuk dapat

melihat kendaraan yang berlawanan arah maupun yang berada di depannya di daerah

tikungan.

2. Desain structural

Anda mungkin juga menyukai