Anda di halaman 1dari 11

Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ALAT

Faktor-faktor yang langsung mempengaruhi produksi alat-alat mekanis adalah :


- Tahanan gali (digging resistance)
- Tahanan gulir (rolling resistance)
- Tahanan kemiringan (grade resistance)
- Coefficient of traction
- Rimpull
- Percepatan (acceleration)
- Ketinggian dari permukaan air laut (altitude)
- Efisiensi operator (operator efficiency)
- Faktor pengembangan material galian (swell factor)
- Berat material (weight of material)

2.1. Tahanan gali (digging resistance)


Tahanan gali yaitu tahanan yang dialami oleh alat gali pada waktu melakukan penggalian
tanah.

Gambar 3.1 Ilustrasi Tahanan Gali

Tahanan ini disebabkan oleh :


Gesekan antara alat-gali dan tanah. Pada umumnya semakin besar kelembaban
dan kekasaran butiran tanah, semakin besar pula tahanan galinya.
Kekerasan tanah yang umumnya bersifat menahan masuknya alat-gali ke dalam
tanah.
Kekasaran (roughness) dan ukuran butiran tanah
Adanya adhesi antara tanah dengan alat-gali, dan kohesi antara butiran-butiran
tanah itu sendiri.
Berat jenis tanah; hal ini terutama sangat berpengaruh terhadap alat-gali yang juga
berfungsi sebagai alat muat (power shovel, clam-shell, dragline)
Besarnya tahanan gali tersebut sangat sukar ditentukan angka rata-ratanya, oleh sebab itu
sebaiknya ditentukan langsung di tempat kerjanya.
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

2.2. Tahanan gulir atau tahanan gelinding (rolling resistance)


Tahanan gulir adalah jumlah segala gaya-gaya luar (external forces) yang berlawanan
dengan arah gerak kendaraan yang berjalan di atas jalur jalan atau permukaan tanah.

Gambar 3.2 Ilustrasi Tahanan Gulir

Besarnya nilai tahanan gulir bergantung pada banyak hal, yang terpenting diantaranya
adalah :
Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kemulusan permukaan jalan. Semakin keras
dan mulus/rata suatu jalan maka tahanan gulirnya akan semakin kecil. Macam
tanah atau material yang dipergunakan untuk konstruksi jalan tidak banyak
berpengaruh.
Keadaan bagian kendaraan yang berhubungan langsung dengan permukaan jalan,
yaitu :
Jika memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah : ukuran ban, tekanan dan
keadaan permukaan ban.
Jika memakai crawler track, maka keadaan dan macam track kurang berpengaruh,
tetapi yang lebih berpengaruh adalah keadaan jalan.
Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam pounds (lbs) dari tractive pull yang diperlukan
untuk menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur jalan
mendatar dengan kondisi jalur jalan tertentu. Beberapa angka tahanan gulir untuk berbagai
macam jalan dapat dilihat pada Tabel III.1 s/d Tabel III.3.

Tabel III. 1. Angka-Angka Tahanan Gulir Untuk Berbagai Macam Jalan


Macam Jalan Crawler tipe Tekanan ban karet
lb/ton tinggi rendah rata-rata
smooth concrete 55 35 45 40
good asphalt 60 - 70 40 - 65 50 - 60 45 - 60
hard earth, smooth, well maintained 60 - 80 40 - 70 50 - 70 45 - 70
dirt road, average construction road, 70 - 100 90 - 100 80 - 100 85 - 100
little maintenance
dirt road, soft, rutted, poorly 80 - 110 100 - 140 70 - 100 85 - 120
maintained
earth, muddy, rutted, no maintenance 140 - 180 180 - 220 150 - 220 165 - 210
Loose sand and gravel 160 - 200 260 - 290 220 - 260 240 - 275
earth, very muddy and soft 200-240 300-400 280-340 290-370


Jika ban karet digunakan pada traktor yang menarik beban maka tahanan gulir yang harus diatasi
termasuk kendaraan yang ditarik.
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

Tabel III.2. Angka Rata-rata Tahanan Gulir Untuk Berbagai Macam Jalan
Macam Jalan RR Untuk Ban Karet
lb/ton
Hard, smooth surface, well maintained 40
Firm but flexible surface, well maintained 65
Dirt road, average construction road, little maintenance 100
Dirt road, soft or rutted 150
Deep, muddy surface, or loose sand 250 - 400

Tabel III.3. Angka-Angka Tahanan Gulir Dinyatakan Dalam Persen


Macam Jalan RR (% berat kendaraan dlm lbs)
Ban Karet Crawler tinggi
Concrete, rough and dry 2% -
Compacted dirt and gravel, well maintained, 2% -
no tire penetration
Dry dirt, fairly compacted, slight tire 3% -
penetration
Firm, rutted dirt, tire penetration approx 2” 5% 2%
Soft dirt fills, tire penetration approx 4” 8% 4%
Loose sand and gravel 10 % 5%
Deeply rutted dirt, spongy base, tire 16 % 7%
penetration approx 8”

2.3. Tahanan kemiringan (grade resistance)


Tahanan kemiringan iaIah besarnya gaya berat yang melawan atau membantu gerak
kendaraan karena kemiringan jalur jalan yang dilaluinya. Kalau jalur jalan itu naik, disebut
kemiringan positif (plus slope), maka tahanan kemiringan atau grade resistance (=GR) akan
melawan gerak kendaraan, sehingga memperbesar tractive effort atau rimpull yang
diperlukan. Sebaliknya jika jalur itu turun, disebut kemiringan negatif (minus slope), maka
tahanan kemiringannya akan membantu gerak kendaraan, artinya mengurangi rimpull
yang dibutuhkan.
Tahanan kemiringan itu terutama tergantung dari dua faktor, yaitu :
Besarnya kemiringan yang biasanya dinyatakan dalam persen (%).
Berat kendaraan yang dinyatakan dalam gross ton

Gambar 3.3 Ilustrasi Tahanan Kemiringan

Besarnya nilai tahanan kemiringan pada berbagai kondisi kemiringan jalan dapat dilihat
pada table 4.
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

Tabel 4. Pengaruh Kemiringan Jalan Terhadap Tahanan Kemiringan


Kemiringan GR Kemiringan GR Kemiringan GR
(%) lb/ton (%) lb/ton (%) lb/ton
1 20.0 9 179.2 20 392.3
2 40.0 10 199.0 25 485.2
3 60.0 11 218.0 30 574.7
4 80.0 12 238.0 35 660.6
5 100.0 13 257.8 40 742.8
6 119.8 14 277.4 45 820.8
7 139.8 15 296.6 50 894.4
8 159.2

Pada table diatas dapat dilihat bahwa pada kemiringan < dari 15 %, nilai tahanan gulir ± 20
lbs untuk setiap gross ton dan setiap 1 % kemiringan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk
menyederhanakan perhitungan maka besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan
dalam 20 pounds (lbs) dari rimpull atau tractive effort untuk setiap gross ton berat
kendaraan beserta isinya pada setiap kemiringan 1 %. Hal ini didukung dengan kenyataan
bahwa peralatan tambang sangat jarang yang sanggup mengatasi kemiringan > 15 %.
Kalau jalur naik, maka tahanan kemiringan ini akan menambah rimpull atau tractive effort,
sedangkan kalau turun akan mengurangi rimpull atau tractive effort yang diperlukan untuk
mengatasi tahanan. Besarnya rimpull untuk mengatasi tahanan kemiringan ini harus
dijumlahkan secara aljabar dengan rimpull untuk mengatasi tahanan gulir.

2.4. Coeffisien of traction atau tractive coefficient


Coefficient of traction-CT adalah suatu faktor yang menunjukkan berapa bagian dari seluruh
berat kendaraan itu pada ban atau track yang dapat dipakai untuk menarik atau mendorong,
atau suatu faktor dimana jumlah berat kendaraan pada ban atau track penggerak (driving
tires or track) itu harus dikalikan untuk menunjukkan rimpull maksimum antara ban atau
track dengan permukaan jalur jalan tepat sebelum roda selip.

T =Ft = Maximum Traction


Fp = Tractive pull/ rimpul
Rb= Gaya Normal, mencerminkan
berat kendaraan yang bertumpu
pada luas tapak ban.
Rp = Gaya gesek yang bekerja
pada Fp tertentu
static = Koefisien gesek statik =
coeffisient of traction

Gambar 3.4 Ilustrasi CT

coefficient of traction terutama bergantung pada :


Keadaan ban, yaitu keadaan dan macam bentuk kembangan. Untuk crawler track
tergantung pada keadaan dan bentuk track.
Keadaan permukaan jalur jalan; basah atau kering, keras atau lunak, bergelombang
atau rata, dst.
Berat kendaraan yang diterima roda penggeraknya.
Variasi dari keadaan-keadaan ban dan permukaan jalur jalan itu sedemikian besar
sehingga sukar untuk memberikan angka yang pasti untuk coefficient of traction pada
masing-masing kendaraan.
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

Besarnya coefficient of traction pada bermacam-macam keadaan jalur jalan yang


dikumpulkan berdasarkan pengalaman dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Coefficient of traction untuk bermacam-macam keadaan jalur jalan


Macam jalan Ban karet Crawler track
(%) (%)
dry, rough concrete 80 - 100 45
dry, clay loam 50 - 70 90
wet, clay loam 40 - 50 70
wet, sand and gravel 30 - 40 35
Loose, dry sand 20 - 30 30

2.5. Rimpull / tractive pull / tractive effort / draw bar pull


Rimpull yaitu besarnya kekuatan tarik (pulling force) yang dapat diberikan oleh mesin
kepada permukaan roda atau ban penggeraknya yang menyentuh permukaan jalur jalan.
Bila coefficient of traction cukup tinggi untuk menghindari terjadinya selip, maka rimpull (RP)
maksimum adalah fungsi dari tenaga mesin (HP) dan gear ratio (versnelling) antara mesin
dan roda-rodanya yang akan menghasilkan kecepatan tertentu. Tetapi jika selip, maka
rimpull maksimum akan sama dengan besarnya tenaga pada roda penggerak dikalikan
coefficient of traction.

Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs), dan dihitung dengan rumus :
HP x 375 x Efisiensi mesin
RP =
Kecepa tan, mph
dimana : RP = rimpull atau kekuatan tarik, lb.
HP = tenaga mesin, HP
375 = angka konversi
istilah rimpull itu hanya dipakai untuk kendaraan-kendaraan yang beroda ban karet. Untuk
kendaraan yang memakai roda rantai (crawler track), maka istilah yang dipakai ialah draw
bar pull (DBP), juga lokomotif disebut memiliki DBP. Tetapi harus diingat bahwa tractor itu
mempunyai tahanan gulir dan tahanan kemiringan yang harus diatasi, disamping harus
mengatasi tahanan gulir dan tahanan kemiringan alat yang ditariknya. Jadi disini ada dua
macam tahanan gulir dan tahanan kemiringan yang harus diatasi oleh DBP dari tractor
tersebut.

2.6. Percepatan (acceleration)


Percepatan adalah waktu yang diperlukan untuk mempercepat kendaraan dengan
memakia kelebihan rimpull yang tidak dipergunakan untuk menggerakkan kendaraan pada
keadaan jalur jalan tertentu. Lamanya waktu yang diperlukan untuk mempercepat
kendaraan tergantung dari beberapa faktor, yaitu :
Berat kendaraan; semakin berat, semakin lama waktu yang diperlukan untuk
mempercepat kendaraan.
Kelebihan rimpull yang ada; semakin besar rimpull yang berlebih, semakin cepat
kendaraan itu dapat dipercepat. Jika tidak ada kelebihan rimpull artinya kendaraan
tidak dapat dipercepat.
Untuk menghitung percepatan secara tepat memang sulit, tetapi dapat diperkirakan dengan
rumus Newton sebagai berikut.
W Fg
F a , atau : a 
g W
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

dimana : F = kelebihan rimpull, lb


g = percepatan gravitasi, 32.2 ft/sec2
W = berat total alat yang harus dipercepat, lbs
Ada cara lain untuk menentukan percepatan, yaitu dengan memakai grafik atau monogram
unjuk kerja (performance chart). Pada grafik tersebut tertera berat kendaraan, tahanan gulir
dan tahanan kemiringan, rimpull yang dimiliki kendaraan, kecepatan, jarak tempuh dll.

Gambar 3.5. Contoh Performance Chart

Untuk kepentingan kesederhanaan perhitungan, ada cara lain untuk memperhitungkan


percepatan, yaitu bahwa berdasarkan pengalaman dilapangan apabila ada kelebihan
rimpull sebesar 20 lb per ton pada setiap gigi, maka rata-rata diperlukan waktu 1 menit
untuk penggantian gigi dan mencapai kecepatan maksimum pada gigi tersebut. Jadi kalau
ada 5 gigi maka akan diperlukan 5 menit untuk mencapai kecepatan maksimum pada gigi
terakhir.
Masih ada cara lain untuk secara tidak langsung menghitung percepatan, yaitu hanya
dengan menghitung kecepatan rata-ratanya. Rumus sederhana yang dipakai adalah :
Vrata-rata = Vmax. x faktor kecepatan
Faktor kecepatan dipengaruhi oleh jarak yang ditempuh kendaraan, semakin jauh jaraknya,
semakin besar faktor kecepatannya tanpa memperhatikan keadaan jalur jalan (Lihat Tabel
6.).
Tabel 6. Faktor Kecepatan
Jarak yang ditempuh, ft. Faktor Kecepatan
500 – 1.000 0,46 – 0,78
1.000 – 1.500 0,59 – 0,82
1.500 – 2.000 0,65 – 0,82
2.000 – 2.500 0,69 – 0,83
2.500 – 3.000 0,73 – 0,83
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

3.000 – 3.500 0,75 – 0,84


3.500 – 4.000 0,77 – 0,85

2.7. Ketinggian dari permukaan air-laut atau elevasi (altitude or elevation)


Ketinggian letak suatu daerah berpengaruh terhadap hasil kerja mesin-mesin, karena
pengaruh tekanan dan temperatur udara luar. Pada umumnya semakin rendah tekanan
udaranya, jumlah oksigen semakin sedikit. Berarti mesin-mesin itu kurang sempurna
bekerjanya. Dari pengalaman ternyata bahwa untuk mesin-mesin 4-tak (four cycle engines),
maka kemerosotan tenaga karena berkurangnya tekanan, rata-rata adalah ± 3% dari HP di
atas permukaan air-laut untuk setiap kenaikan tinggi 1000 ft kecuali 1000 ft yang pertama.
Untuk yang 2-tak, kemerosotan itu lebih kecil, yaitu sebesar ± 1% dari HP di permukaan
air-laut untuk setiap kenaikan tinggi 1.000 ft yang pertama.
Akan tetapi semakin tinggi letak suatu tempat, maka temperature akan semakin rendah,
dan hal ini akan membantu mesin menaikkan hasil kerja mesin-mesin baker (mesin diesel
dan bensin). Untuk menghitung pengaruh temperature ini biasanya dihitung dengan suatu
rumus dimana sudah diperhitungkan pengaruh tekanannya pula, yaitu :
Ps To
Hc  Ho
Po Ts
dimana :
Hc = HP yang harus dikoreksi dari pengaruh ketinggian, yaitu ketinggian 0 ft.
Ho = HP yang dicatat pada ketinggian tertentu.
Ps = Tekanan barometer baku (standard), 29,92 inch Hg (76 cm Hg)
Po = Tekanan barometer pada ketinggian tertentu, inch Hg
Ts = Temperatur absolut di keadaan baku, (460o + 60o F) = 520o F = 273o C
To = Temperatur absolute pada ketinggian tertentu, dalam oF (460o + temp)
Untuk mesin-mesin 4-tak ada cara lain yang lebih sederhana dalam menentukan HP efektif
pada suatu ketinggian tertentu, yaitu HP pada keadaan baku dikalikan dengan faktor
koreksi (correction factor). Besarnya faktor koreksi tersebut dipengaruhi oleh ketinggian dari
permukaan air laut dan temperatur (Tabel 7.)

Tabel 7. Faktor Koreksi Untuk Bernacam-Macam Ketinggian Dan Temperatur


Ketinggian Temperatur, oF
(ft) 110 90 70 60 50 40 20 0 -20
0 0,954 0,971 0,991 1,000 1,008 1,018 1,039 1,062 1,085
1.000 0,920 0,937 0,955 0,964 0,974 0,984 1,003 1,025 1,048
2.000 0,887 0,904 0,921 0,930 0,938 0,949 0,968 0,988 1,010
3.000 0,885 0,872 0,888 0,896 0,905 0,914 0,933 0,952 0,974
4.000 0,825 0,840 0,856 0,865 0,873 0,882 0,859 0,918 0,938
5.000 0,795 0,809 0,825 0,833 0,842 0,849 0,867 0,885 0,904
6.000 0,767 0,781 0,795 0,893 0,811 0,823 0,836 0,853 0,872
7.000 0,738 0,752 0,767 0,775 0,782 0,790 0,806 0,823 0,840
8.000 0,712 0,725 0,739 0,746 0,754 0,762 0,776 0,793 0,811
9.000 0,686 0,699 0,713 0,720 0,727 0,734 0,748 0,764 0,782
10.000 0,675 0,682 0,687 0,699 0,707 0,717 0,722 0,737 0,752

2.8. Efisiensi operator (operator efficiency)


Merupakan faktor manusia yang menggerakkan alat-alat yang sangat sukar untuk
ditentukan effisiensinya secara tepat, karena selalu berubah-ubah dari hari ke hari bahkan
dari jam ke jam, tergantung keadaan cuaca, keadaan alat yang dikemudikan, suasana
kerja, dll. Kadang-kadang suatu perangsang dalam bentuk upah tambahan (incentive)
dapat mempertinggi effisiensi operator.
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

Sebenarnya effisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan pekerjaan itu,
tetapi juga karena kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan yang. tak mungkin
dihindari, seperti, melumasi kendaraan, mengganti yang aus, membersihkan bagian-bagian
terpenting sesudah sekian jam dipakai, memindahkan ke tempat lain, tidak adanya
keseimbangan antara alat-alat angkut dan alat-alat muat, menunggu peledakan disuatu
daerah yang akan dilalui, perbaikan jalan, dll. Karena hal-hal tersebut di area, jarang-jarang
selama satu jam itu operator betul-betul dapat bekerja selama 60 menit. Berdasarkan
pengalaman, maka bila operator dapat bekerja selama 50 menit dalam satu jam, ini berarti
effisiensinya adalah 83 % (lihat Tabel 8), maka hal itu dianggap baik sekali jika alatnya
berban karet.
Jadi dalam menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan harus diingat juga effisiensi pekerja-pekerjanya. Sehubungan dengan effisiensi
operator tersebut diatas perlu juga diingat keadaan alat mekanisnya, karena hal tersebut
dapat mempengaruhi tingkat effisiensi operatornya.

Tabel 8. Efisiansi Operator


Macam Alat Eff. Baik Sekali Eff. Sedang Eff. Kurang baik atau
eff pada malam hari
Crawler 92 % = 52 83 % = 50 75 % = 45 min/jam
Tractor min/jam min/jam
Berban karet 83 % = 50 75 % = 45 67 % = 40 min/jam
min/jam min/jam

Beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis dan effektivitas
penggunaannya antara lain :

1. Availability index atau mechanical availability


Merupakan suatu cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari
alat yang sedang dipergunakan.
Persamaan untuk availability index (A I) adalah sbb.
W
A.I  x100%
WR
dimana : W = working hours atau jumlah jam kerja alat
R = repair hours atau jumlah jam untuk perbaikan.

W = waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam kondisi
dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap hambatan (delay
tine) yang ada. Termasuk dalam hambatan tersebut adalah waktu-waktu untuk
pulang pergi ke permuka kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan
bakar, hambatan karena keadaan cuaca, dll.
R = Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat perbaikan
termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts) serta waktu untuk
perawatan preventif.

2. Physical availability atau operational availability


Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan.
persamaannya adalah
W S
P. A  x100%
W  RS
dimana :
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

S = standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan
padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi.
W+R+S = scheduled hours atau jumlah seluruh jam jalan dimana alat
dijadwalkan untuk beroperasi.
Physical availability pada umumnya selalu lebih besar daripada availability index.
Tingkat effisiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka physical availability
rnendekati angka availability index.

3. Use of availability
Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan alat oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (available). Persamaannya
adalah :
W
U.A  x100%
W S
Angka use of availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat
yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran
seberapa baik pengelolaan (management) peralatan yang dipergunakan.

4. Effective utilization.
Menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif. Effective utilization sebenarnya sama dengan
pengertian effisiensi kerja. Persamaannya adalah :
W
E.U  x100%
W  RS
dimana : W + R + S = T = total of available hours atau scheduled hours atau
jumlah jam kerja yang tersedia.

Contoh-contoh :
1). Dari pengoperasian sebuah power shovel dalam sebulan dapat dicatat data sbb.
Jumlah jam kerja (working hours) = W = 300
Jumlah jam untuk perbaikan (repair hours) = R = 100
Jumlah jam siap tunggu(hours on standby) = S = 200
Jumlah jam yang dijadwalkan (scheduled hours or total hours) = T = 600
Maka,
300
A.I  x100%  75%
300  100
300  200
P. A  x100%  83%
600
300
U.A  x100%  60%
300  200
300
E.U  x100%  50%
600
2) . Dalam keadaan lain datanya adalah sbb :
W = 450
R = 150
S = 0, berarti alat tersebut tak pernah menunggu (standby).
W+R+S = 600
Maka,
450
A.I  x100%  75%
450  100
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

450  0
P. A  x100%  75%
450  150  0
450
U.A  x100%  100%
450  0
450
E.U  x100%  75%
600

Terlihat bahwa operasi alat pada contoh kedua lebih effisien dari pada operasi alat pada
contoh pertama.

2.9. Faktor pengembangan atau faktor pemuaian (swell factor)

Material di alam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik,
sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-ruangan yang terisi udara
(voids) diantara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali. Akan tetapi bila
material tersebut digali dari tempat aslinya maka akan terjadi pengembangan atau
pemuaian volume (swell). Jadi 1,00 cu yd tanah liat di alam bila telah digali dapat memiliki
volume kira-kira 1.25 cu yd. Ini berarti terjadi penambahan volume 25%, dan dikatakan
material tersebut mempunyai faktor pengembangan (swell factor) sebesar 0,80 atau 80 %.
Faktor pengembangan tersebut perlu diketahui karena volume material yang
diperhitungkan pada waktu penggalian selalu apa yang disebut pay yard atau bank yard
atau volume aslinya di alam. Sedangkan apa yang harus diangkut adalah material yang
telah mengembang karena digali. Dan alat-angkut itu sanggup membawa material tersebut
sebesar kapasitas munjung (heaped capacity)-nya. Jadi kalau kapasitas munjung dikalikan
dengan faktor pengembangan material yang diangkutnya akan diperoleh pay yard capacity-
nya.
Contohnya :
Sebuah power scraper yang memiliki kapasitas munjung 15 cu yd akan mengangkut
tanah liat basah dengan faktor pengembangan 80%, maka alat itu sebenarnya hanya
mengangkut = 80% x 15 cu yd = 12 cu pay yard ; atau bank cubic yard, atau insitu cu
yd.
Sebaliknya bila bank yard itu dipindahkan lalu dipadatkan di tempat lain dan dengan alat-
alat gilas (roller) mungkin volumenya berkurang, karena betul-betul padat sehingga menjadi
kurang dari 1,00 cu yd; tanah sesudah dipadatkan hanya memiliki volume 0,90 cu yd, ini
berarti susut 10%, dan dikatakan shringkage factor-nya 10 %.Untuk manghitung faktor-
faktor tersebut di atas dipakai rumus-rumus :
  Vloose  
Percent Swell      1  x100%
  Vundisturbed  
V
Swell Factor  Undisturbed x100%
VLoose
  VCompacted 
Shringkage Factor  1     x100%
  Vundisturbed 
Kalau angka untuk shrinkage factor tidak ada, biasanya dianggap sama dengan percent
swell.
Kalau ingin mendapat angka-angka yang lebih tepat, maka dapat melakukan percobaan
langsung pada tanah yang akan diteliti. Tetapi untuk perhitungan perkiraan (estimation)
cukup dipakai angka rata-ratanya saja (lihat Tabel 9.).
Disamping itu ada beberapa istilah lain yang ada sangkut pautnya dengan kemampuan
penggalian, yaitu :
- faktor bilah (blade factor), yaitu perbandingan antara volume material yang mampu
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang

ditampung oleh bilah terhadap kemampuan tampung bilah secara teoritis.


- faktor mangkuk (bucket factor), yaitu perbandingan antara volume material yang;
dapat ditampung oleh mangkuk terhadap kemampuan tampung mangkuk secara
teoritis.
- faktor muatan (payload factor), yaitu perbandingan antara volume material yang
dapat ditampung oleh bak alat-angkut terhadap kemampuan bak alat-angkut
menurut spesifikasi teknisnya.
- faktor pengisian (fill factor), yaitu perbandingan antara volume material tertampung
oleh bak alat-angkut terhadap kemampuan bak alat-angkut menurut spesifikasi
teknisnya.

2.10. Berat material (weight of material)


Berat material (lihat tabel 9) yang akan diangkut oleh alat-angkut dapat mempengaruhi :
- kecepatan kendaraan dengan HP mesin yang dimilikinya.
- membatasi kemampuan kendaraan untuk mengatasi tahanan kemiringan dan
tahanan gulir dari jalur jalan yang dilaluinya.
- membatasi volume material yang dapat diangkut.

Oleh sebab itu berat jenis materialpun harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap
kapasitas alat-muat maupun alat-angkut.

Tabel 9. Bobot Isi Dan Faktor Pengembangan Dari Berbagai Material


Macam material Babot isi Swell factor
(density) (in-bank
lb/cu yd in-situ correction factor)
Bauksit 2700-4325 0,075 (75%)
Tanah liat, kering 2300 0,85
Tanah liat, basah 2800-3000 0,82-0,80
Antrasit (anthracite.) 2200 0,74
Batubara bituminus (bituminous coal) 1900 0,74
Bijih tembaga (copper ore) 3800 0,74
Tanah biasa, kering 2800 0,85
Tanah biasa, basah 3370 0,85
Tanah biasa, bercampur pasir dan
kerikil (gravel) 3100 0, 90
kerikil kering 3250 0,89
kerikil basah 3600 0,88
Granit, pecah-pecah 4500 0,67-0,56
Henitit, pecah-pecah 6500-8700 0,45
Bijih besi (iron ore), pecah-pecah 3603-5500 (0,45)
Batu kapur, pecah—pecah 2500-4200 0,60-0,57
Lumpur 1160-2970 0,83
Lumpur, sudah ditekan (packed) 2970-3510 0,83
Pasir, kering 2200-3250 0,89
Pasir, basah 3300-3600 0,88
Serpih (shale) 3000 0,75
Batu sabak (slate) 4590-4860 0,77

Anda mungkin juga menyukai