BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI ALAT
Besarnya nilai tahanan gulir bergantung pada banyak hal, yang terpenting diantaranya
adalah :
Keadaan jalan, yaitu kekerasan dan kemulusan permukaan jalan. Semakin keras
dan mulus/rata suatu jalan maka tahanan gulirnya akan semakin kecil. Macam
tanah atau material yang dipergunakan untuk konstruksi jalan tidak banyak
berpengaruh.
Keadaan bagian kendaraan yang berhubungan langsung dengan permukaan jalan,
yaitu :
Jika memakai ban karet yang akan berpengaruh adalah : ukuran ban, tekanan dan
keadaan permukaan ban.
Jika memakai crawler track, maka keadaan dan macam track kurang berpengaruh,
tetapi yang lebih berpengaruh adalah keadaan jalan.
Besarnya tahanan gulir dinyatakan dalam pounds (lbs) dari tractive pull yang diperlukan
untuk menggerakkan tiap gross ton berat kendaraan beserta isinya pada jalur jalan
mendatar dengan kondisi jalur jalan tertentu. Beberapa angka tahanan gulir untuk berbagai
macam jalan dapat dilihat pada Tabel III.1 s/d Tabel III.3.
Jika ban karet digunakan pada traktor yang menarik beban maka tahanan gulir yang harus diatasi
termasuk kendaraan yang ditarik.
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang
Tabel III.2. Angka Rata-rata Tahanan Gulir Untuk Berbagai Macam Jalan
Macam Jalan RR Untuk Ban Karet
lb/ton
Hard, smooth surface, well maintained 40
Firm but flexible surface, well maintained 65
Dirt road, average construction road, little maintenance 100
Dirt road, soft or rutted 150
Deep, muddy surface, or loose sand 250 - 400
Besarnya nilai tahanan kemiringan pada berbagai kondisi kemiringan jalan dapat dilihat
pada table 4.
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang
Pada table diatas dapat dilihat bahwa pada kemiringan < dari 15 %, nilai tahanan gulir ± 20
lbs untuk setiap gross ton dan setiap 1 % kemiringan. Berdasarkan hal tersebut maka untuk
menyederhanakan perhitungan maka besarnya tahanan kemiringan rata-rata dinyatakan
dalam 20 pounds (lbs) dari rimpull atau tractive effort untuk setiap gross ton berat
kendaraan beserta isinya pada setiap kemiringan 1 %. Hal ini didukung dengan kenyataan
bahwa peralatan tambang sangat jarang yang sanggup mengatasi kemiringan > 15 %.
Kalau jalur naik, maka tahanan kemiringan ini akan menambah rimpull atau tractive effort,
sedangkan kalau turun akan mengurangi rimpull atau tractive effort yang diperlukan untuk
mengatasi tahanan. Besarnya rimpull untuk mengatasi tahanan kemiringan ini harus
dijumlahkan secara aljabar dengan rimpull untuk mengatasi tahanan gulir.
Rimpull biasanya dinyatakan dalam pounds (lbs), dan dihitung dengan rumus :
HP x 375 x Efisiensi mesin
RP =
Kecepa tan, mph
dimana : RP = rimpull atau kekuatan tarik, lb.
HP = tenaga mesin, HP
375 = angka konversi
istilah rimpull itu hanya dipakai untuk kendaraan-kendaraan yang beroda ban karet. Untuk
kendaraan yang memakai roda rantai (crawler track), maka istilah yang dipakai ialah draw
bar pull (DBP), juga lokomotif disebut memiliki DBP. Tetapi harus diingat bahwa tractor itu
mempunyai tahanan gulir dan tahanan kemiringan yang harus diatasi, disamping harus
mengatasi tahanan gulir dan tahanan kemiringan alat yang ditariknya. Jadi disini ada dua
macam tahanan gulir dan tahanan kemiringan yang harus diatasi oleh DBP dari tractor
tersebut.
Sebenarnya effisiensi operator tidak hanya disebabkan karena kemalasan pekerjaan itu,
tetapi juga karena kelambatan-kelambatan dan hambatan-hambatan yang. tak mungkin
dihindari, seperti, melumasi kendaraan, mengganti yang aus, membersihkan bagian-bagian
terpenting sesudah sekian jam dipakai, memindahkan ke tempat lain, tidak adanya
keseimbangan antara alat-alat angkut dan alat-alat muat, menunggu peledakan disuatu
daerah yang akan dilalui, perbaikan jalan, dll. Karena hal-hal tersebut di area, jarang-jarang
selama satu jam itu operator betul-betul dapat bekerja selama 60 menit. Berdasarkan
pengalaman, maka bila operator dapat bekerja selama 50 menit dalam satu jam, ini berarti
effisiensinya adalah 83 % (lihat Tabel 8), maka hal itu dianggap baik sekali jika alatnya
berban karet.
Jadi dalam menentukan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan harus diingat juga effisiensi pekerja-pekerjanya. Sehubungan dengan effisiensi
operator tersebut diatas perlu juga diingat keadaan alat mekanisnya, karena hal tersebut
dapat mempengaruhi tingkat effisiensi operatornya.
Beberapa pengertian yang dapat menunjukkan keadaan alat mekanis dan effektivitas
penggunaannya antara lain :
W = waktu yang dibebankan kepada seorang operator suatu alat yang dalam kondisi
dapat dioperasikan, artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap hambatan (delay
tine) yang ada. Termasuk dalam hambatan tersebut adalah waktu-waktu untuk
pulang pergi ke permuka kerja, pindah tempat, pelumasan dan pengisian bahan
bakar, hambatan karena keadaan cuaca, dll.
R = Waktu untuk perbaikan dan waktu yang hilang karena menunggu saat perbaikan
termasuk juga waktu untuk penyediaan suku cadang (spare parts) serta waktu untuk
perawatan preventif.
S = standby hours atau jumlah jam suatu alat yang tidak dapat dipergunakan
padahal alat tersebut tidak rusak dan dalam keadaan siap beroperasi.
W+R+S = scheduled hours atau jumlah seluruh jam jalan dimana alat
dijadwalkan untuk beroperasi.
Physical availability pada umumnya selalu lebih besar daripada availability index.
Tingkat effisiensi dari sebuah alat mekanis naik jika angka physical availability
rnendekati angka availability index.
3. Use of availability
Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan alat oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan (available). Persamaannya
adalah :
W
U.A x100%
W S
Angka use of availability biasanya dapat memperlihatkan seberapa efektif suatu alat
yang tidak sedang rusak dapat dimanfaatkan. Hal ini dapat menjadi ukuran
seberapa baik pengelolaan (management) peralatan yang dipergunakan.
4. Effective utilization.
Menunjukkan berapa persen dari seluruh waktu kerja yang tersedia dapat
dimanfaatkan untuk kerja produktif. Effective utilization sebenarnya sama dengan
pengertian effisiensi kerja. Persamaannya adalah :
W
E.U x100%
W RS
dimana : W + R + S = T = total of available hours atau scheduled hours atau
jumlah jam kerja yang tersedia.
Contoh-contoh :
1). Dari pengoperasian sebuah power shovel dalam sebulan dapat dicatat data sbb.
Jumlah jam kerja (working hours) = W = 300
Jumlah jam untuk perbaikan (repair hours) = R = 100
Jumlah jam siap tunggu(hours on standby) = S = 200
Jumlah jam yang dijadwalkan (scheduled hours or total hours) = T = 600
Maka,
300
A.I x100% 75%
300 100
300 200
P. A x100% 83%
600
300
U.A x100% 60%
300 200
300
E.U x100% 50%
600
2) . Dalam keadaan lain datanya adalah sbb :
W = 450
R = 150
S = 0, berarti alat tersebut tak pernah menunggu (standby).
W+R+S = 600
Maka,
450
A.I x100% 75%
450 100
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang
450 0
P. A x100% 75%
450 150 0
450
U.A x100% 100%
450 0
450
E.U x100% 75%
600
Terlihat bahwa operasi alat pada contoh kedua lebih effisien dari pada operasi alat pada
contoh pertama.
Material di alam diketemukan dalam keadaan padat dan terkonsolidasi dengan baik,
sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong atau ruangan-ruangan yang terisi udara
(voids) diantara butir-butirnya, lebih-lebih kalau butir-butir itu halus sekali. Akan tetapi bila
material tersebut digali dari tempat aslinya maka akan terjadi pengembangan atau
pemuaian volume (swell). Jadi 1,00 cu yd tanah liat di alam bila telah digali dapat memiliki
volume kira-kira 1.25 cu yd. Ini berarti terjadi penambahan volume 25%, dan dikatakan
material tersebut mempunyai faktor pengembangan (swell factor) sebesar 0,80 atau 80 %.
Faktor pengembangan tersebut perlu diketahui karena volume material yang
diperhitungkan pada waktu penggalian selalu apa yang disebut pay yard atau bank yard
atau volume aslinya di alam. Sedangkan apa yang harus diangkut adalah material yang
telah mengembang karena digali. Dan alat-angkut itu sanggup membawa material tersebut
sebesar kapasitas munjung (heaped capacity)-nya. Jadi kalau kapasitas munjung dikalikan
dengan faktor pengembangan material yang diangkutnya akan diperoleh pay yard capacity-
nya.
Contohnya :
Sebuah power scraper yang memiliki kapasitas munjung 15 cu yd akan mengangkut
tanah liat basah dengan faktor pengembangan 80%, maka alat itu sebenarnya hanya
mengangkut = 80% x 15 cu yd = 12 cu pay yard ; atau bank cubic yard, atau insitu cu
yd.
Sebaliknya bila bank yard itu dipindahkan lalu dipadatkan di tempat lain dan dengan alat-
alat gilas (roller) mungkin volumenya berkurang, karena betul-betul padat sehingga menjadi
kurang dari 1,00 cu yd; tanah sesudah dipadatkan hanya memiliki volume 0,90 cu yd, ini
berarti susut 10%, dan dikatakan shringkage factor-nya 10 %.Untuk manghitung faktor-
faktor tersebut di atas dipakai rumus-rumus :
Vloose
Percent Swell 1 x100%
Vundisturbed
V
Swell Factor Undisturbed x100%
VLoose
VCompacted
Shringkage Factor 1 x100%
Vundisturbed
Kalau angka untuk shrinkage factor tidak ada, biasanya dianggap sama dengan percent
swell.
Kalau ingin mendapat angka-angka yang lebih tepat, maka dapat melakukan percobaan
langsung pada tanah yang akan diteliti. Tetapi untuk perhitungan perkiraan (estimation)
cukup dipakai angka rata-ratanya saja (lihat Tabel 9.).
Disamping itu ada beberapa istilah lain yang ada sangkut pautnya dengan kemampuan
penggalian, yaitu :
- faktor bilah (blade factor), yaitu perbandingan antara volume material yang mampu
Diktat TA-2122, Peralatan Tambang
Oleh sebab itu berat jenis materialpun harus diperhitungkan pengaruhnya terhadap
kapasitas alat-muat maupun alat-angkut.