Anda di halaman 1dari 52

BAB III

OPTIMASI DAN DESAIN SERTA PENJADWALAN PADA


BAWAH TANAH MENGGUNAKAN MICROMINE

3.1. Latar Belakang


Sumberdaya (resources) baik itu mineral dan batubara, menurut Standar Nasional
Indonesia (SNI) merupakan endapan yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara
nyata. Sedangkan cadangan merupakan bagian dari sumberdaya mineral terukur
dan/atau tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis dan memenuhi aspek–
aspek lainnya seperti penambangan, sosial, pemerintah, lingkungan, hukum,
pengolahan, infrastruktur, metalurgi, dan pemasaran.

Dalam pertambangan terdapat dua metode ekslpoitasi tambang, pertama tambang


terbuka (surface mining) dan kedua tambang bawah tanah (underground mining).
Penambangan dengan metode tambang bawah tanah adalah sistem penambangan
yang dilakukan di bawah permukaan bumi yang tidak berhubungan langsung
dengan udara luar. mengacu pada metode pengambilan bahan mineral yang
dilakukan dengan membuat terowongan menuju lokasi mineral tersebut.

Optimasi stope merupakan proses memperoleh blok yang dilihat dari segi
ekonomis dinilai paling menguntungkan bila dilakukan penambangan dengan
mempertimbangkan parameter lainnya. Desain dalah suatu kegiatan dalam
merencanakan kegiatan produksi pada tambang dengan metode yang digunakan
adalah tambang bawah tanah.

Pada praktikum ini kita akan mempelajari terkait optimasi stope dan desaint serta
penjadwalan pada tambang terbuka.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara II 1


3.2. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum acara II ini yaitu :
1. Praktikan memahami definisi dan metode tambang bawah tanah.
2. Praktikan dapat memahami parameter inputan pada modul stope optimiser
micromine.
3. Praktikan dapat memahami skenario dalam menganalisis penentuan stope
optimum.
4. Praktikan dapat memahami urutan penambangan pada setiap blok.
5. Praktikan memahami langkah pengerjaan optimasi, design, dan scheduling.

3.3. Dasar Teori


3.3.1. Metode Tambang Bawah Tanah
Dalam pertambangan terdapat dua metode ekslpoitasi tambang, pertama tambang
terbuka (surface mining) dan kedua tambang bawah tanah (underground mining).
Kedua metode penambangan tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik
cebakan mineral/bijih.

Tambang bawah tanah atau underground mining adalah sistem penambangan


mineral atau batubara yang pengerjaannya dilakukan di bawah permukaan tanah.
Seluruh aktivitas tambang bawah tanah tidak berhubungan langsung dengan udara
terbuka dan harus menggunakan ventilasi tambang untuk memenuhi udara para
pekerja.

3.3.2. Jenis-Jenis Tambang Bawah Tanah


Menurut Brown (2003), metode tambang bawah tanah dibagi menjadi 3 (tiga)
kelompok besar sebagai berikut.

1. Metode Penyanggaan alami (Natural Supported)


Metode penyanggaan alami yaitu penyangaan dilakukan menggunakan
pillar maupun broken ore yang berasal dari massa batuan tersebut. Metode
ini diterapkan untuk kondisi endapan yang kuat. Adapun yang termasuk
metode dengan penyanggaan alami adalah room and pillar dan sub-level
stoping.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 2


a. Room and Pillar
Metode room and pillar menerapkan penggalian badan bijih
dengan meninggalkan sebagian badan bijihnya sebagai pillar.
Dimensi dari pillar tergantung dari kestabilan bijih, tebal endapan,
dan tekanan batuan. Sebagian bijih yang tertinggal sebagai pillar
ini dapat diambil dengan metode robbing pada saat akhir
penambangan, akan tetapi harus melewati kajian teknis, ekonomis,
dan keselamatan. Metode ini diterapkan untuk badan bijih yang
horizontal dengan kemiringan datar, yaitu tidak lebih dari 30o dan
ketebalan endapan yang terbatas.
b. Sub-level Stoping (Blasthole Stoping)
Pada metode sub-level stoping dilakukan penggalian bijih dan
meninggalkan stope dalam keadaan kosong. Metode ini hanya
diterapkan untuk badan bijih dengan kemiringan besar atau
vertikal. Syarat untuk metode ini yaitu harus memiliki badan bijih
yang kuat. Kegiatan penambangan dilakukan dari level-level pada
interval vertikal tertentu. Sub-level dibuat diantara level-level
utama dan bijih digali dari kedua main level dan sub-level. Bijih
dibor dan diledakkan dari drift pada sublevel. Bijih kemudian
hancur dan jatuh ke dasar stope yang kosong, kemudian broken ore
tersebut dapat diambil untuk diangkut.
c. Shrinkage Stoping
Metode shrinkage stoping menerapkan penggalian bijih seccara
horizontal dimulai dari dasar stope dengan kemajuan ke arah atas.
Sebagian broken ore ditinggalkan yang berfungsi sebagai tempat
berpijak pekerja untuk menambang bijih dan untuk menyangga
dinding stope. Shrinkage stoping diterapkan untuk badan bijih
dengan karakteristik memiliki kemiringan tegak dan memiliki
massa batuan yang kuat dan stabil.

2. Metode Dengan Penyanggaan (Artificially Supported/Supported Method)


Supported method adalah metode penambangan bawah tanah yang
menggunakan penyangga dalam proses penambangannya. Metode ini

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 3


cocok untuk endapan dan batuan yang lunak serta penambangannya
dilakukan secara sistematis. Adapun yang termasuk metode dengan
penyanggaan adalah cut and fill, square set mining, VCR stoping (Vertical
Crater Retreat), dan stull stoping.

a. Cut and Fill


Metode cut and fill menggali bijih dalam potongan horizontal
mulai dari dasar stope dan maju ke arah atas. Broken ore dimuat
dari masing-masing stope, kemudian stope yang sudah kosong diisi
dengan material waste yang menyangga dinding dan menyediakan
tempat bekerja untuk dapat melakukan penggalian selanjutnya.
Saat ini material filling terdiri dari tailing butir halus hasil mill
yang dicampur dengan air dan ditransport ke dalam tambang untuk
didistribusikan melalui pipa. Metode ini dapat diterapkan pada
badan bijih yang kuat dengan kemiringan tegak. Selain itu metode
ini dapat menyesuaikan terhadap badan bijih yang tidak teratur dan
tidak menerus.
b. Square Set Mining
Metode square set mining ini sangat terbatas karena didasarkan
pada sistem penyangga kayu. Ruang diantara penyangga kayu
biasanya diisi waste material dan hanya meninggalkan ruangan
yang berfungsi sebagai drift, man ways, dan orepass.
c. VCR Stoping (Vertical Crater Retreat)
VCR merupakan metode yang diterapkan untuk menambang badan
bijih dengan kemiringan curam. Badan bijih ini harus merupakan
batuan kuat. Bijih digali mengikuti irisan horizontal mulai dari
dasar lombong ke arah atas. Bijih hasil peledakan crater jatuh ke
ruang terbuka di bawah, dimana sebagian bijih akan didiamkan
selama kegiatan produksi. Akhirnya, hasil peledakan di lombong
dapat diambil dan dilakukan persiapan untuk cement stabilized
backfilling.
d. Stull Stoping
Pada metode ini penambangan dilakukan secara overhand dan

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 4


memerlukan penyanggaan buatan dari stull timber dengan geometri
sistematis. Fungsi stull adalah untuk tempat berpijak pekerja dan
sebagai penyangga lokal. Metode ini dapat diterapkan untuk bijih
dengan ketebalan antara kurang dari 7 feet dengan kemiringan bijih
antara 50o – 90o .

3. Metode Tanpa Penyanggaan (Unsupported Method)


Metode tanpa penyangaan juga sering disebut caving method adalah
metode penambangan tambang bawah tanah yang bertujuan untuk
memotong bagian bawah dari blok endapan sehingga blok endapan itu
mengalami keruntuhan. Cara penambangan ini biasanya untuk endapan
bijih dimana penambangan dilakukan pertama-tama dengan melakukan
penggalian bagian bawah (under cutting) yang kemudian menyebabkan
runtuhnya batuan dibagian atas akibat berat batuan itu sendiri/tekanan dari
samping/gabungan dari keduanya. Atau biasa juga diartikan dengan cara
penambangan endapan bijih pada tambang bawah tanah dengan cara
pengambrukan/meruntuhkan bijih bagian atas setelah dibuat lombong
ambrukan di bagian bawahnya. Adapun yang termasuk metode tanpa
penyanggaan adalah longwall mining, sub-level caving, dan block caving.

a. Longwall Mining
Longwall merupakan metode yang digunakan untuk menambang
lapisan batubara/bijih yang relatif datar, tipis, dan horizontal.
Metode ini menggunakan shearer untuk mengekstrak
batubara/bijih dan menjatuhkannya ke sebuah conveyor. Selama
penambangannya, shearer akan bergerak maju dan dilindungi oleh
sebuah sistem penyangga yang disebut hydraulic powered support
yang juga bergerak maju dan meninggalkan batuan di atasnya yang
ambruk dibelakang hydraulic powered support. Metode ini banyak
diterapkan untuk endapan batubara.
b. Sub-level Caving
Sub-level caving memiliki sistem penambangan yang dimulai dari
atas ke bawah dan cocok untuk endapan bijih yang mempunyai

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 5


kekuatan yang sedang, artinya batuan itu sendiri tidak segera
runtuh dalam beberapa waktu bila disangga seperlunya, akan tetapi
begitu penyangganya diambil segara runtuh dengan teratur,
overburdennya harus mudah pecah menjadi bongkah-bongkah
besar yang akan merupakan penyangga sementara, kemiringan dip
tidak begitu berpengaruh, ketebalan bijih lebih besar dari 3 meter,
memiliki nilai agak tinggi atau sedang, dan selective mining tidak
perlu dilakukan.
c. Block Caving
Block caving adalah suatu cara penambangan dimana batuan dalam
blok besar yang kemudian digali pada bagian bawahnya lalu
dikeluarkan melalui tempat pengeluaran batuan yang letaknya pada
dasar blok. Syarat endapan untuk metode block caving adalah
mudah runtuh/pecah, dapat dipisahkan dari blok-blok sebelahnya
atau country rock yang sebelahnya, kemiringan endapan bijih yang
berbentuk vein lebih dari 65o , memiliki cadangan yang besar tetapi
tidak begitu tinggi nilainya, dan material tidak mudah bereaksi
dengan udara (bukan mineral sulfida).

3.3.3. Metode Numerik Pemilihan Tambang Bawah Tanah


Pemilihan metode penambangan didasarkan pada keuntungan terbesar yang akan
diproleh, pemilihan metode penambangan juga didasarkan pada letak endapan
relative terhadap permukaan dangkal atau dalam. Selain dititik beratkan pada
keuntungan terbesar dari suatu metode, ada beberapa faktor yang membatasi jenis
atau tipe pemilihan metode penambangan seperti faktor keselamatan, faktor
teknologi, faktor keekonomisan (untuk menghasilkan biaya terendah dan
mengembalikan keuntungan maksimum).

Aturan dari eksplorasi tambang adalah memilih suatu metoda yang paling sesuai
dengan katakteristik alam, geologi dan lingkungan dari deposit mineral (Morison
dan Russel 1973).

Sedangkan Klasifikasi Nicholas yang disampaikan oleh Nicholas (1981)

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 6


mengenai penentuan kelayakan metode tambang menggunakan penjenjangan
(ranking) secara numerik dapat dilakukan melalui 4 langkah/tahapan.
Langkah pertama adalah mengkelaskan geometri bijih dan distribusi kadar
berdasarkan:

Source : Nicholas (1992)


Gambar 3.1
Definition of Deposit Geometry and Grade Distribution (Tabel 1)

Menentukan karakteristik mekanika batuan untuk ore zone, hanging wall, dan
footwall dengan cara yang sama diklasifikasikan menggunakan :

Source : Nicholas (1992)

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 7


Gambar 3.2
Rock Mechanics Characteristics (Tabel 2)
Tentukan ranking atau peringkat secara numerik kemudian ditampilkan dengan
menjumlahkan nilai-nilai dari masing-masing metode tambang, menggunakan
table di bawah.

Source : Nicholas (1992)


Gambar 3.3
Ranking Process for Grade and Geometry (Value) (Tabel 3)

Source : Nicholas (1992)


Gambar 3.4
Ranking Process for Rock Mechanics (Tabel 4)

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 8


3.4. Stope Optimization
Optimasi stope merupakan proses memperoleh blok yang dilihat dari segi
ekonomis dinilai paling menguntungkan bila dilakukan penambangan dengan
mempertimbangkan parameter lainnya. Optimasi dalam penambangan bawah
tanah dapat dilakukan diantaranya dengan pemilihan metode, desain, dan tahapan
penambangan yang tepat. Semua tahapan ini pada akhirnya akan berpengaruh
pada Net Present Value (NPV) dari keseluruhan proyek penambangan bawah
tanah. Pada tahap perencanaan tambang, proses optimasi sering dilakukan dengan
menggunakan model matematika pada batasan tertentu. Proses optimasi dalam
penambangan bawah tanah dapat diartikan dengan memaksimalkan nilai
keuntungan atau meminimumkan biaya yang berperan dalam penambangan.

3.4.1 Parameter Stope Optimation


Parameter geomekanika merupakan parameter yang penting dalam desain stope
tambang bawah tanah. Oleh karena itu, penting untuk dapat mengembangkan
suatu algoritma optimasi yang melibatkan parameter geomekanika dalam proses
iterasinya. Algoritma yang dimaksud adalah dengan melibatkan metode analisis
kestabilan stope yang sudah banyak berkembang saat ini baik metode empirik,
numerik maupun analitik. Salah satu metode yang praktis untuk digunakan
menganalisis kestabilan stope adalah grafik kestabilan Mathews dengan integrasi
Q-system.

3.4.2 Tahapan Stope Optimation


Secara umum kegiatan stope optimation atau optimasi stope dapat dilakukan
dengan cara:
1. Tentukan parameter input teknis
2. Tentukan parameter input finansial.
3. Proses running optimisasi.
4. Proses akan menghasilkan beberapa pilihan blok.
5. Menganalisis blok.
6. Pilih blok yang optimal.
7. Blok optimal sebagai pertimbangan dalam menentukan proses
penambangan.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 9


3.5. Underground Mining Design
3.5.1. Geometri Tambang Bawah Tanah
Geometri lubang bukaan tapal kuda terdiri dari roof yang merupakan atap, wall
sebagai dinding, floor sebagai lantai, span sebagai tinggi lubang bukaan dan
tunnel width sebagai lebar lubang bukaan.

Gambar 3.5
Geometri Lubang Bukaan Tapal Kuda

Sedangkan untuk geometri lubang bukaan rectangular pada metode room and
pillar terdiri dari roof yang merupakan atap, wall sebagai dinding, floor sebagai
lantai, span sebagai tinggi lubang bukaan dan tunnel width sebagai lebar lubang
bukaan seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.6
Geometri Lubang Bukaan Rectangular pada Metode Room and Pillar

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 10


3.5.2 Tahapan Penambangan Bawah Tanah
Ada dua tahap utama dalam metode tambang bawah tanah, yaitu development
(pengembangan) dan production (produksi).

Tahap development, semua yang digali adalah batuan tak berharga. Tahap
development termasuk pembuatan jalan masuk dan penggalian fasilitas-fasilitas
bawah tanah lain. Sedangkan tahap production adalah pekerjaan menggali sumber
bijih itu sendiri. Tempat bijih digali disebut stope (lombong). Disini uang mulai
bisa dihasilkan.

3.5.3 Peralatan Mekanis Tambang Bawah Tanah


Adapun jenis peralatan yang digunakan dalam tambang bawah tanah, antara lain :
1. Alat Gali
Dalam proses penggalian pada tambang bawah tanah dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu:
1. Metode penggalian dengan pick, biasa digunakan pada lapisan batuan yang
rapuh.
2. Metode penggalian dengan ledakan/blasting, biasanya dilakukan pada
batuan keras dengan bantuan mesin bor untuk pembuatan lubang ledaknya.
3. Metode penggalian dengan mesin, biasnya dengan road header atau
continuous miner. (Santoso, 2020)

2. Alat Muat
Pemuatan pada tambang bawah tanah hampir sama dengan pemuatan di tambang
terbuka, yaitu broken ore diangkat kemuadin dimasukan kedalam alat angkut
dan selanjutnya dibawa ke lokasi pengolahan/dump sementara. (Saragih, 2014).
Alat muat yang biasanya digunakan pada tambang bawah tanah, antara lain:
a. Overshoot loader, merupakan alat muat yang bekerja dengan cara
mendorong bucket kedalam tumpukan material hingga penuh kemudian
bucket diangkat kebelakang melewati mesinnya dan menumpahkan
muatan ke alat angkut yang berada dibelakangnya tanpa memutar alat
muat.
1) Digerakkan dengan udara bertekanan tinggi (hydraulic)

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 11


2) Overshoot loader bekerja di drift heading sempit
3) Ukuran bucket bervariasi 0,14-0,60 m3
b. Gathering Arm Loader, sering digunakan pada tambang batubara, pada
bagian depan dilengkapi dengan alat penggumpal material yang bertumpuk
kemudian didorong menuju belt conveyor yang berada di belakang,
selanjutnya ke alat angkut berikutnya, dilengkapi dengan klaurel dan
digerakkan dengan tenaga listrik.
c. Slushier, suatu alat garu digerakkan dengan udara dimana efek
pengaraannya diperoleh melalui sebuah garu yang dihubungkan dengan
kawat masuk dalam tumpukan material lepas yang terletak didasar lantai
dan membawa material ketempat penumpahan, sering digerakkan pada
screen drift dari dasar scrape.

3. Alat angkut
Pengangkutan dalam tambang bawah tanah adalah pengangkutan
material lepas hasil cutting dari dalam tambang sampai ke permukaan tanah.
Sistem pengangkutan tambang bawah tanah dibagi menjadi :
1. Gathering Haulage, bagian dari sistem pengangkutan yang langsung
berdekatan/berhadapan dengan permukaan kerja.
2. Secondary Haulage, bagian dari sistem pengangkutan yang
mengumpulkan batubara/bijih dari berbagai gathering haulage dan
membawa batubara/bijih ke main haulage.
3. Main Haulage, bagian dari sistem pengangkutan yang membawa
batubara/bijih dari secondary haulage menuju lubang bukaan tambang.
Alat pengangkutan yang biasa digunakan pada penambangan bawah tanah
antara lain:
a. Truck (mine truck), truck yang digunakan pada tambang bawah tanah
hampir sama pada tambang terbuka berdasarkan roda penggeraknya
(wheel drive):
1) Roda penggeraknya roda depan (front wheel drive)
2) Roda penggeraknya roda belakang (real wheel drive)
3) Roda penggeraknya roda depan dan roda belakang (four wheel drive)
4) Roda penggeraknya semua roda belakang (double rear wheel drive)

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 12


Berdasarkan pengosongannya muatan:
1) End dump atau rear dump mengosongkan muatan kebelakang.
2) Side dump : mengosongkan muatan kesamping .
3) Bottom dump : mengosongkan muatan ke bawah.
Berdasarkan ukurannya :
1) Ukuran kecil kapasitas 25 ton
2) Ukuran sedang kapasitas 25-100 ton
3) Ukuran besar kapasitas > 100 ton
b. Lokomotif + lori (mine car), pemilihan penggunaan loko tambang lori
berdasarkan pada pertimbangan:
1) Jalan relatif datar
2) Kemiringan maks. 5 %
3) Jarak angkut panjang
4) Tonase relatif besar
5) Umur pekerjaan panjang
Keuntungan menggunakan lokomotif sendiri adalah:
1) Diperlukan mine power lebih sedikit
2) Fleksibel dan mudah diperpanjang
3) Pengangkutan dapat dilakukan bersama-sama
4) Mempunyai kecepatan tinggi
5) Lebih mudah menyesuaikan dengan belokan
Sedangkan kekurangan dari menggunakan lokomotif adalah:
1) Mempunyai kemiringan yang terbatas
2) Lantai harus kuat
3) Bahaya kebakaran, kebocoran arus gas-gas beracun menjadi
meningkat
c. Belt conveyor, pada pertambangan alat ini dapat digunakan baik pada
tambang terbuka maupun tambang bawah tanah. Belt conveyor merupakan
rangkaian belt berjalan yang dapat digunakan mengangkut dan
menumpahkan muatan secara berkelanjutan/kontinyu. Berdasarkan fungsi
kerjanya, belt conveyor dibagi menjadi :
1) Panel atau section conveyor, adalah conveyor yang umumnya

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 13


menerima material pada posisi paling dekat dengan permukaan kerja
(face-haulage equipment) dan langsung ditransportasikan.
2) Gathering conveyor, adalah conveyor sebagai unit pengangkut
sekunder dan biasanya menerima material dari dua atau lebih panel
conveyor.
3) Mine-line conveyor, adalah conveyor yang mengangkut material dari
tambang bawah tanah ke shaft (angkutan vertikal) atau slope
(angkutan miring) dan umumnya menerima material dari dua atau
lebih gathering conveyor.
4) Slope conveyor, adalah conveyor yang biasanya bekerja secara tandem
dengan mine-line conveyor, membawa material dari main level ke
permukaan dengan kemiringan mencapai 17°.

d. Rope haulage, merupakan jenis alat angkut yang umumnya digunakan


pada tambang bawah tanah, dimana berupa satu rangkaian rel dengan
menggunakan wire rope dan drum hoist yang dilengkapai dengan motor
penggerak untuk menarik rangkaian lori yang berisi muatan.

4. Alat Gali Muat


Scrafer, penggunaan scraper pada tambang bawah tanah apabila metode
gravitasi tidak bias dimanfaatkan 30o – 35o, penggunaan scraper dapat
menurunkan biaya development, meningkatkan produksi, dan menurunkan biaya
timber. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan scrafer:
1) Sifat material dan kondisi lantai kerja
2) Sudut penggalian atau digging angle
3) Kapasitas scrafer dan berat buatan
4) Type hoist yang digunakan dipengaruhi oleh tempat kerja. Untuk daerah
naik atau turun pengaruhnya terhadap sudut gali, untuk daerah naik digging
angle relatif besar dan material yang digali ditarik lebih sedikit, sedangkan
untuk daerah turun digging angle relatif kecil dan material yang digali
relatif besar.
Hal-hal yang dibutuhkan untuk menetukan tipe dan ukuran scrafer:
1) Kondisi material yang akan dipisahkan berat, basah, kering atau lengket,

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 14


ukuran material.
2) Tonase yang diinginkan perjam pada jarak rata-rata, perjam pada jarak
terjauh, waktu produksi.
3) Kondisi tempat kerja mencakup luas, lebar, panjang front kerja, jarak
tempuh rata-rata dan maksimum, kondisi lantai (kasar, licin), arah angkut
material, gardien lantai kerja (naik-turun).
4) Tenaga yang tersedia: tekanan udara, listrik .
5) Maksud pemakaian scrafer untuk pekerjaan persiapan, produksi dan
pengisian.
Klasifikasi scrafer berdasrkan jumlah hoistnya diklasifikasikan menjadi 2:
1) Single drum hoist
Konstruksi, sebuah motor penggerak, 1 buah drum, sebuah tail rape, sebuah
main rape, sebuah shape, sebuah scrafer. Aplikasi cocok untuk daerah
dimensi sempit dengan produksi sedikit.
2) Double drum hoist
Konstruksi sebuah motor penggerak, 2 buah drum, sebuah tail rape, sebuah
main rape, sebuah shape, sebuah scrafer. Aplikasi cocok untuk daerah
dimensi sempit dengan produksi besar.
3) Tree drum hoist
Konstruksi sebuah motor penggerak, 3 buah drum, 3 buah main rope, 2
buah tail rope, 2 buah toil shafe, sebuah scafer. Aplikasi cocok untuk daerah
dimensi stope luas dan produksi luas.

5. Alat Muat Angkut


Alat muat-angkut tambang bawah tanah merupakan kombinasi front end loader
dengan dump truck mampu memuat mengangkut dan menumpahkan material
pada alat angkut berikutnya tenaga penggerak adalah tenaga diesel dan jarak
pengangkut dekat. Contohnya adalah LHD (Load Haul Dump). LHD adalah
mesin yang bergerak dengan kecepatan sederhana dan terdiri dari komponen
internal dan eksternal. Bagian internal dari LHD terdiri dari ember, mesin kecil,
emisi knalpot, profiler panjang dan sempit, diesel knalpot perangkat perawatan,
ban dan aksesoris ban, dan sistem ventilasi. LHD dimodelkan dengan
pembatasan ketinggian dan untuk daerah sempit di dalam tambang. Ini terdiri

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 15


dari profiler panjang, rendah dan sempit, yang membuatnya mudah beradaptasi
dengan tambang dari semua ukuran.
LHD Internal merupakan standar untuk LHD adalah mesin diesel dengan tenaga
kuda berkisar antara 78-145, tetapi LHD lebih kecil dilengkapi dengan motor
listrik. Mesin dari LHD didinginkan baik oleh air atau udara dan terletak di
chassis bersama dengan rem darurat dan parkir, dan cairan hidrolik tahan
terhadap api. LHD juga umumnya dilengkapi dengan perangkat yang secara
otomatis menutup suplai bahan bakar ke mesin dalam situasi darurat seperti
melebihi suhu gas buang.

6. Alat Gali Muat Angkut


a. Slusher Hoist, penggunaan slushers untuk menghilangkan bijih dari draw
points dan pilar umum di masa lalu. Merupakan peralatan yang digerakan
dengan udara (air powered motor) dimana efek penggaruan diperoleh
melalui sebuah garu yang dihubungkan dengan kawat (wire ropes) dan
pulley. Slushers motor listrik atau kompresi menghasilkan udara 5 sampai
125hp. Kapasitas penggaruan tergantung pada:
1) Tipe garu.
2) Kekuatan motor.
3) Karakteristik material (halus/menggumpal, kering/ lengket).
4) Kecepatan kawat
5) Keterbatasan ruang yang diakibatkan kondisi tambang.
b. Mechanical Loaders, mempunyai mangkok di depannya yang digunakan
untuk menggali muatan pada tumpukan bijih lepas, selanjutnya mangkok
melakukan gerakan menumpah ke belakang melewati bagian atas mesin
dan menumpahkan muatannya pada suatu alat angkut. Alat ini bergerak
dengan ban karet atau di atas rel. Dioperasikan oleh seorang pekerja yang
berdiri pada platform di sisi mesin. Apabila kegiatan pemuatan harus
dilakukan pada tempat yang sempit/ ada resiko jatuhan maka untuk
mengoperasikannya digunakan remote control.

3.5.4 Ventilasi Tambang Bawah Tanah


Dalam tambang bawah tanah ada sistem yang berbeda dari tambang terbuka di

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 16


permukaan yaitu ventilasi. Ventilasi tambang merupakan suatu usaha
pengendalian pergerakan udara atau aliran udara tambang. Parameter yang harus
diperhatikan dalam pembuatan ventilasi adalah jumlah, mutu/kualitas, dan arah
aliran udaranya.
Fungsi dari ventilasi tambang, khususnya pada tambang bawah tanah sendiri
adalah:
a. Menyediakan dan mengalirkan udara segar ke dalam area penambangan
untuk keperluan oksigen para pekerja dalam area tambang.
b. Melarutkan dan membawa keluar gas pengotor dari area tambang hingga
tercapai/terpenuhi keadaan kandungan gas dalam udara tambang yang
memenuhi syarat pernafasan.
c. Menyingkirkan debu dalam area penambangan dan dalam aliran ventilasi,
serta mengatur suhu dan kelembaban udara tambang hingga memenuhi Nilai
Ambang Batas (NAB) yang diperkenankan.

Pada pengaturan aliran udara dalam ventilasi tambang bawah tanah, berlaku
hukum alam bahwa:
1. Udara akan mengalir dari kondisi bertemperatur rendah ke temperatur yang
lebih tinggi.
2. Udara akan lebih banyak mengalir melalui jalur-jalur ventilasi yang
memberikan tahanan yang lebih kecil dibandingkan dengan jalur bertahanan
yang lebih besar.
3. Hukum-hukum mekanika fluida akan selalu diikuti dalam perhitungan dalam
ventilasi tambang bawah tanah.
4. Udara akan mengalir dari kondisi bertekanan tinggi ke tekanan yang lebih
rendah.

Jumlah udara yang akan mengalir melalui sebuah sistem ventilasi tergantung pada
perbedaan tekanan antara titik permulaan dan titiik akhir jalur titik
permulaanventilasi dan ukuran dari bukaan. Selain itu terdapat juga faktor lain
yang menyebabkan jumlah udara yang mengalir sedikit adalah kekasaran dari
dinding dan belokan tajam aliran udara serta berapa kali udara berubah arah.
Ketika mengalirkan udara pada jalur yang lurus dengan energi konstan,

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 17


makaudara akan mengalir dengan kecepatan yang sama. Sehingga jika kekasaran
permukaan berubah maka akan terjadi hambatan dalam mengalirkan udara dengan
kecepatan yang sama dan membutuhkan energi yang lebih banyak untuk
mempertahankan kecepatan. Kehilangan energi yang diakibatkan oleh kekasaran
dari dinding dikenal dengan kehilangan tekanan gesek (frictional pressure loss).
Ketika udara dialirkan dengan kecepatan konstan, energi dibutuhkan
untukmegubah kecepatan dan arah aliran. Perubahan ini terjadi di setiap aliran
udara mengikuti perubahan arah, bentuk, dan ukuran. Kehingan energi pada
perubahan arah aliran udara disebut shock pressure loss. Contoh aliran jalur
ventilasi pada tambang bawah tanah dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber : Mcpherson, 1993


Gambar 3.7
Jaringan Ventilasi Tambang

Jenis-jenis ventilasi dapat digolongkan berdasarkan beberapa hal berikut ini,


antara lain :
1. Penggolongan berdasarkan metode pembangkitan daya ventilasi, terdiri dari
ventilasi alami dan ventilasi mesin.
2. Penggolongan berdasarkan tekanan ventilasi pada ventilasi mesin, terdiri dari
ventilasi tiup (flowing) dan ventilasi sedot (exhausting).
3. Penggolongan berdasarkan letak intake dan outake airway, terdiri dari ventilasi
terpusat dan ventilasi diagonal.

a. Ventilasi Alami (Natural Ventilation)


Jika suatu tambang memiliki dua shaft yang saling berhubungan pada
kedalaman tertentu, sejumlah udara akan mengalir masuk ke dalam tambang
meskipun tanpa alat mekanis. Ventilasi alam disebabkan udara pada down
cast shaft lebih dingin dari udara pada upcast shaft. Dan juga dipengaruhi

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 18


oleh perbedaan tekanan dan densitas udara antara dua shaft yang saling
berhubungan tersebut. Ventilasi alami terjadi karena perbedaan temperatur di
dalam dan diluar stope. Temperatur di dalam stope akan mempengaruhi
terjadinya ventilasi alami. Apabila terdapat perbedaan temperatur intake
airway dan return airway yang ketinggian mulut pit intake dan outakenya
berbeda, akan timbul perbedaan kerapatan udara di dalam dan diluar stope
atau udara di intake airway dan return airway yang berbeda temperaturnya,
yang akan membangkitkan aliran udara.
b. Ventilasi Mekanis (Artificial / Mechanical Ventilation)
Ventilasi mekanis adalah jenis ventilasi dimana aliran udara masuk ke dalam
tambang disebabkan oleh perbedaan tekanan yang ditimbulkan oleh alat
mekanis. Peralatan ventilasi mekanis adalah semua jenis mesin penggerak
yang digunakan untuk memompa dan menekan udara segar agar mengalir ke
dalam lubang bawah tanah. Peralatan paling penting dan umum digunakan
adalah fan atau mesin angin.
Mesin angin adalah pompa udara, yang menimbulkan adanya perbedaan
tekanan antara kedua sisinya, sehingga udara akan bergerak dari tempat yang
tekanannya lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah. Pada proes meneruskan
dapat dilihat bahwa mesin angin menerima udara pada tekanan tertentu dan
dikeluarkan dengan tekanan yang lebih besar. Mesin angin ini mengubah
energi dari mekanis ke fluida, dengan memasok tekanan untuk mengatasi
kehilangan tekana dalam aliran udara. Mesin angin yang memasok kebutuhan
udara untuk seluruh tambang dinamakan mesin angin utama (main fan).
Mesin angin yang digunakan untuk mempercepat aliran udara pada
percabangan atau suatu lokasi tertentu di dalam tambang, tetapi tidak
menambah volume total udara di dalam tambang tersebut disebut mesin angin
penguat (booster fan), sedangkan mesin angin yang digunakan pada lokasi
kemajuan atau 74 saluran udara tertutup (lubang buntu) dinamakan mesin
angin bantu (auxiliary fan).
c. Ventilasi Bantu (Auxiliary Ventilation)
Udara ventilasi yang disalurkan ke terowongan utama maupun ventilasi
permukaan kerja penambangan biasanya dilakukan dengan membawa udara

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 19


masuk (intake air) secara langsung melalui jalan udara sepanjang penampang
terowongan. Ventilasi juga dapat dilaksanakan dengan mengirimkan
angin/udara yang dibangkitkan oleh kipas angin lokal, air jet dan lain-lain,
dengan menggunakan saluran udara (air duct) ke lokasi yang tidak dapat
dipenuhi oleh ventilasi utama.
Berdasarkan cara menimbulkan udaranya serta letak mesinnya, ventilasi mekanis
dibedakan menjadi tiga metode yaitu :
1. Forcing System (Sistem Hembus)
Sistem hembus akan memberikan hembusan udara bertekanan positif ke front
kerja dengan aliran udara yang bertekanan lebih besar dibanding udara di
atmosfer. Udara ini dialirkan melalui pipa saluran ventilasi yang
menghubungkan fan dengan front kerja sebagaimana terlihat pada gambar.

Sumber : Buku Panduan Praktikum Ventilasi Tambang, 2021


Gambar 3.8
Forcing System Ventilation

2. Exhausting Sistem (Sistem Hisap)


Sistem exhausting akan memberikan hembusan udara yang berkebalikan
dengan forcing sistem, yaitu bertekanan negatif ke front kerja. Tekanan
negatif ini adalah tekanan yang dihasilkan oleh proses penghisapan udara.
Pada exhausting sistem, fan diletakkan dekat dengan front kerja, sehingga
dapat memudahkan kerjanya dalam menghisap udara dari front kerja tersebut.
Udara yang dihisap adalah udara kotor atau gas yang tak diinginkan. Sistem
hisap ini digambarkan pada gambar dibawah ini.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 20


Sumber : Buku Panduan Praktikum Ventilasi Tambang, 2021
Gambar 3.9
Exhausting System Ventilation
3. Overlap Sistem
Sistem ini merupakan gabungan dari sistem exhausting dan forcing. Sistem
ini menggunakan 2 fan yang memiliki tugas berbeda satu sama lain, yaitu fan
yang bertugas menyuplai udara ke front (intake fan) dan fan yang bertugas
untuk menghisap udara dari front (exhausting fan). Tetapi exhaust fan
dipasang lebih mundur (lebih jauh) dari front penambangan, sedangkan duct
dipasang di akhir dari intake fan dan lebih dekat dengan front penambangan.
Hal ini untuk mencegah agar udara yang disuplai langsung dihisap oleh
exhaust fan sehingga udara akan memiliki waktu untuk bersirkulasi pada
front penambangan.

Sumber : Buku Panduan Praktikum Ventilasi Tambang, 2021


Gambar 3.10
Overlap System Ventilation

Pada sistem ventilasi tentunya terdapat fan atau mesin yang berputar sehingga
udara dapat mengalir secara terus menerus pada suatu tekanan dan menyalurkan
pada tekanan yang lebih tinggi. Energi mekanik dihasilkan dari kipas diubah
menjadi energi potensial (tekanan) dan energi kinetik (kecepatan). Tekanan ini
berguna untuk mengatasi hambatan pada saluran udara. Beberapa jenis fan atau
kipas diantaranya adalah :

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 21


a. Kipas Aksial
Kipas aksial mengalirkan udara paralel dengan impeller kipas dan jarak
aliran yang konstan dari sumbu aksis. Tekanan naik dihasilkan oleh
pergerakan bilah kipas. Kipas aksial dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Kipas aksial bebas yaitu impeller tidak dalam keadaan terkukung.
2. Kipas aksial dengan tabung aksial yaitu impeller terbungkus.
3. Vane aksial yaitu vane dibuat rapat dengan bungkus untuk menghindari
adanya ketidakstabilan putaran angin.
b. Kipas Sentifugal
Pada kipas sentrifugal udara masuk secara paralel dengan sumbu aksis dan
dibelokkan 90o dan udara dikeluarkan secara radial melewati bilah. Gaya
yang dihasilkan oleh bilah merupakan gaya tangensial yang menyebabkan
udara berputardengan bilah dan tekan utama akan naik dengan gaya
sentrifugal dan udara dikeluarkan secara radial melewati bilah. Pada kipas
sentrifugal udara masuk secara parallel dengan sumbu aksis dan dibelokkan
90o dan udara dikeluarkan dan udara dikeluarkan secara radial melewati
bilah.Udara tambang meliputi campuran antara udara atmosfer dengan emisi
gas- gas dalam tambang serta bahan-bahan pengotornya. Parameter kualitas
udara meliputi gas, debu, temperatur serta kelembaban udara. Standar udara
yang bersih adalah udara yang mempunyai komposisi sama atau mendekati
dengan komposisi udara atmosfer pada keadaan normal. Udara segar normal
yang dialirkan pada ventilasi tambang terdiri dari:

Tabel 3.1
Komposisi Udara Segar

Sumber : Buku Panduan Praktikum Ventilasi Tambang, 2021

Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa udara segar normal
terdiri dari Nitrogen = 79% dan Oksigen =21%. Selain itu itu dianggap bahwa
udara segar akan selalu mengandung karbondioksida (CO2) sebesar 0.03%. Udara

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 22


dalam ventilasi tambang selalu mengandung uap air, tidak pernah ada udara yang
benar-benar kering. Karena itu akan selalu ada istilah kelembaban udara.

3.5.5 Underground Mine Schedulling


Penjadwalan tambang tahapan penambangan merupakan bentuk-bentuk
penambangan (mineable geometris) yang menunjukkan bagaimana suatu tambang
terbuka akan ditambang dari titik awal hingga bentuk akhir tambang terbuka.
Tahapan penambangan disebut juga dengan sequence, push back, phase, slice, dan
stage. Tujuan dari tahapan penambangan adalah untuk menyederhanakan seluruh
volume yang ada dalam bukaan tambang akhir ke dalam unit-unit bukaan tambang
yang lebih kecil, sehingga akan memudahkan penanganannya. Dalam merancang
tahapan penambangan. Parameter waktu harus diperhitungkan karena merupakan
parameter yang sangat berpengaruh dalam suatu penjadwalan tambang (mine
schedulling) untuk dapat mengoptimalkan target produksi (Waterman. 2018).
1. Push back harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja dengan
baik. Lebar push back minimum 10-100 meter.
2. Memperhatikan sekurang-kurangnya memiliki satu jalan angkut untuk setiap
push back, dengan memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan
memungkinkannya akses keluar. Jalan angkut ini harus menunjukkan pula
akses ke seluruh permukaan kerja.
3. Penambahan jalan pada push back akan mengurangi lebar daerah kerja.
4. Tambang tidak akan pernah sama bentuknya dengan rancangan tahap-tahap
penambangan, karena dalam kenyataannya beberapa push back dapat saja
dikerjakan secara bersamaan. (Micromine training, 2014)

Pada shedulling/penjadwalan pada tambang bawah tanah dilakukan sama seperti


tambang terbuka, namun parameter-parameter yang disebutkan di atas harus lebih
diperhatikan dan dipertimbangkan lagi. Hal ini mengingat ruang/lingkungan kerja
tambang bawah tanah lebih rentan terhadap perubahan kondisi lingkungan dan
adanya keterbatasan ruang dan udara.

3.6 Langkah Kerja


3.7.1 Stope Optimisation

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 23


Adapun langkah-langkah dalam melakukan stope optimisation mengunakan
software micromine sebagai berikut:
1. Membuka aplikasi micromine

2. Buat new project dengan cara klik project pilih new , masukkan nama dan

judul kemudian klik new project.

3. Masukkan data block model lalu klik ikon stope optimiser lalu masukan
data parameter yang digunakan

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 24


4. Pada ikon definition klik lalu edit, masukan data yang diperlukan ada 3
data yaitu data model, design, dan output. Pada block model masukan data
block model, masukan field name dengan data domain lalu pada operator
kita isi dengan not equal dan untuk value kita isi tereka lalu klik save and
close.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 25


5. Lalu pada material bin kita membuat data dengan membuat beberapa
kelompok ada high grade, medium grade, dan low grade lalu pada filter
kita masukan data sesuai data yang ingin kita buat pada setiap
kelompoknya.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 26


6. Lalu pada elements kita masukan data sesuai yang awal terkait material
pada bagian block model field kita masukan data AU lalu untuk grade
representation kita isi dengan g/t.

7. Lalu isi dilution and recovery sesuai data parameter.

8. Lalu pada default isi sesuai data parameter.

9. Pada bagian design untuk build slopes by combining kita pilih entire
blocks at suitable positions pada use regions defined by kita pilih min/max

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 27


coordinates lalu isi sesuai data yang diinginkan. Selanjutnya melakukan
stope design dengan klik lalu edit dan isi sesuai data yang diinginkan.

10. Lalu pada solver kita masukan data pada kolom solution quality sesuai
dengan data yang dinginkan.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 28


11. Pada output di bagian reports isi data dengan extractions by rock type dan
beri nama file lalu masukkan data parameter pada bagian name dengan
klik edit.

12. Lalu pada staging wireframes lalu isi sesuai data output yang dinginkan
dengan memasukkan data yang sudah disiapkan seperti data stope.

13. Dilanjut pada bagian processing facilities masukan data sesuai dengan data
yang dimiliki dan diinginkan.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 29


14. Dilanjut pada bagian customers kita isi kolom dengan data yang ada pada
bagian definition diisi sesuai dengan data parameter yang dimiliki dan
diinginkan.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 30


15. Setelah semua bagian diisi lalu klik run dan akan didapat hasil block block
dari ore yang sudah di optimasi.

3.7.2 Stope Design


Adapun langkah-langkah melakukan stope design dengan software micromine:
1. Masukkan data topografi dan block optimasi stope yang dimiliki.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 31


2. Untuk membuat titik masuk dengan vixed layer display lalu pilih new
point. Lalu ke bagian design pilih new point, eneble snapping pilih snap to
surface. Lalu klik daerah yang dinginkan.

3. Lalu membuat ramp dengan klik vixed layer display lalu pilih
underground design. Lalu add centreline untuk membuat jalan masuknya
nyalakan define gradient. Lalu membuat ramp dengan klik ikon decline
masukan data.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 32


4. Lalu membuat string perelevasi dengan cara klik vixed layer display lalu
pilih underground design. Buat tampilan menjadi tampak atas dengan klik
“T” pada keyboard, lalu klik enable/disable clipping. Lalu masukan
elevasi sesuai yang diinginkan.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 33


5. Selanjutnya membuat jalan menuju ke ore sesuai dengan elevasi yang
dibuat dengan cara klik add centreline dan hidupkan snap mode. Untuk
membuat garis yang lurus mengunakan tools offset angled string
properties.

6. Lalu membuat stope dari jalan yang dibuat dengan cara klik offset lines
pada offset angled string properties isi sesuai degan daerah yang akan
dilakukan penambangan sesuai dengan elevasi yang diinginkan.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 34


7. Lalu membuat croscutt pada stope yang dibuat menuju ke ore dengan klik
offset lines pada offset angled string properties membuat satu-satu dari
atas sampai bawah sesuai dengan daerah yang akan dituju untuk
ditambang sesuai dengan elevasi. Lalu buat hingga sejauh stope yang
dibuat.

8. Lalu membuat orepass dengan klik offset lines pada offset angled string
properties, buat garis dari tengah daerah stope menuju ke belakang.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 35


9. Lalu untuk ventilation shape dengan cara klik offset lines pada offset
angled string properties membuat garis ke belakang dari garis orepass.

. .
10. Membuat shaft pada ventilation shape dengan klik vixed layer display,
pilih underground design. Klik define gradient dan hidupkan section or
elevation sesuaikan dengan koordinat ventilation shape. Klik offset lines
pada offset angled string properties membuat sejauh ore yang ingin
ditambang.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 36


11. Lalu membuat orepass ke bawah dengan cara klik vixed layer display lalu
pilih underground design. Lalu klik replicate dari garis shaft pada
ventilation shape. Lalu masukan nilai sesuai dengan jarak yang diketahui.

Didapatkan hasil sebagai berikut

12. Lalu lakukan langkah 5 sampai 9 untuk membuat stope pada setiap elevasi
yang diinginkan didapatkan hasil keseluruhan sebagai berikut.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 37


13. Lalu sambungkan orepass antar elevasi dengan memotong ke bawah
dengan klik define gradient hingga mengenai garis dari orepass. Lalu
replicate untuk menyambungkan pada orepass bagian seberang.

14. Sambungkan shaft ventilation shape ke topografi dengan memanjang shaft


hingga menembus topografi. Potong garis sesuai dengan tinggi topografi.

15. Didapat desain yang terdapat ramp, orepass, shaft, crosscut per elevasi.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 38


16. Selanjutnya untuk mengubah ke DTM dari desain yang dibuat dengan
pilih bagian yang ingin dibuat, dimulai dengan desain ramp. Lalu klik
centreline to solid lalu isi data sesuai dengan ukuran yang dinginkan.

17. Lalu untuk DTM pada crosscut di setiap elevasi, klik centreline to solid
lalu isi data sesuai dengan ukuran yang dinginkan. Gabungkan setiap
string pada crosscut dan gunakan crate curve agar belokannya menjadi
tidak tajam.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 39


Hasil DTM dari crosscut yang sudah di gabungkan.

18. Membuat DTM pada shaft dengan cara yang sama klik centreline to solid
lalu isi data sesuai dengan ukuran yang dinginkan pada shaft untuk
bentuknya mengunakan lingkaran.

Didapatkan hasil sebagai berikut

19. Membuat DTM pada orepass dengan cara yang sama klik centreline to
solid, pada orepass untuk bentuknya mengunakan lingkaran.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 40


20. Lalu gabungkan semua data DTM dari tiap sebagian.

21. Selanjutnya melakukan development drilling pada stope yang dinginkan


dengan cara memilih salah satu tunel yang ingin dianalisis . Lalu klik
vixed layer display lalu pilih development drilling

22. Lalu klik crate new round untuk membuat round baru dengan cara klik
new round lalu klik snape to line lakukan pada tunnel yang dibuat.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 41


23. Lalu klik edit round untuk membuat lubang ledak atau lubang bor pada
round yang dibuat.

24. Membuat hole dengan cara klik add holes on line. Lalu masukan data
sesuai dengan data hitungan geometri lubang ledak yang akan dilakukan.

Lakukan pada setiap guides maka akan diperoleh lubang ledak sebagai
berikut.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 42


25. Membuat cut hole pada lubang bukaan dengan cara klik string untuk
membuat cut hole. Lalu masukan data lubang ledak sesuai dengan data
hitungan geometri peledakan yang akan dilakukan dengan cara klik add
drillhole.

26. Lalu isi parameter untuk peledakannya dengan cara klik consumables
library lalu masukan data sesuai kolom yang ada pada bagian bulk
explosive isi bahan peledaknya, pada bagian packaged explosive masukan
data innopak plus, pada bagian other masukan data stemming dan plug,
pada bagian detonator sesuaikan pada delay yang diinginkan, pada
booster masukan data booster yang dimiliki, setelah semua klik ok.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 43


Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 44
27. Lalu klik edit charge template, pada bagian explosive and other kita isi
dengan data yang dimiliki, pada bagian primers diisi dengan data yang
dimiliki, lalu klik ok.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 45


28. Selanjutnya klik assign charge templates lalu pilih drill holes yang ingin
dimasukan data parameter peledakan yang sudah dibuat.

29. Lalu melakukan plot round dengan cara klik plot round lalu beri nama file
lalu klik ok.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 46


30. Setelah terbentuk 1 round maka selanjutnya melakukan kemajuan dari
round yang dibuat pada tunel dengan cara klik replicate round hingga
round mengenai ore.

Didapat hasil sebagai berikut.

31. Hasil desain tambang keseluruhan.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 47


2.7.3 Mine Scheduling
Adapun langkah langkah dalam melakukan mine scheduling mengunakan
software micromine.
1. Untuk mengetahui hasil dari stope optimasi dengan penjadwalan lama
penambangan dapat dilakukan dengan cara klik mining, lalu klik analyse
stope, lalu masukan data stope optimasi. Masukan data finance, rate,
stockpile, report sesuai dengan data yang ingin diketahui lalu klik ok.

2. Didapat hasil optimasi stope dengan umur tambang sebagai berikut.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 48


3.8 Pembahasan
Optimasi stope merupakan proses memperoleh blok yang dilihat dari segi
ekonomis dinilai paling menguntungkan bila dilakukan penambangan dengan
mempertimbangkan parameter lainnya. Optimasi dalam penambangan bawah
tanah dapat dilakukan diantaranya dengan pemilihan metode, desain, dan tahapan
penambangan yang tepat. Semua tahapan ini pada akhirnya akan berpengaruh
pada Net Present Value (NPV) dari keseluruhan proyek penambangan bawah
tanah. Pada tahap perencanaan tambang, proses optimasi sering dilakukan dengan
menggunakan model matematika pada batasan tertentu.

Desain tambang bawah tanah merupakan tahapan perencanaan yang meliputi


geometri lubang bukaan tambang bawah tanah, tahapan penambangan bawah
tanah atau bisa disebut dengan produksi, pemilihan peralataan mekanis tambang
bawah tanah, dan ventilasi tambang. Desain geometri lubang bukaan ini meliputi
tunnel untuk proses produksi yang dijadikan sebagai area penambangan maupun
ramp atau haul road yang digunakan untuk proses pengangkutan berlangsung.
Pemilihan peralatan mekanis ini merupakan tahapan yang perlu memperhatikan
aspek lingkungan kerja dari tambang bawah tanah itu sendiri karena area kerja
dari tambang bawah tanah memiliki dimensi yang lebih terbatas dibandingkan
dengan tambang terbuka, sehingga diperlukan analisis pemilihan alat agar
nantinya alat yang digunakan dapat bekerja secara efisien. Desain ventilasi
tambang ini merupakan hal yang sangat krusial yang dapat menentukan
keberlangsungan proses penambangan dalam area kerja tersebut, mengingat area

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 49


kerja berada di bawah tanah yang memiliki kadar udara yang tidak lebih baik dari
tambang di permukaan, oleh karena itu diperlukan upaya pengadaan fasilitas
ventilasi yang berfungsi untuk menyuplai udara segar dengan kualitas dan
kuantitas yang memadai untuk pekerja dan peralatan, menyalurkan gas-gas
pengotor dari area kerja, dan mengalirkan debu keluar dari area kerja
penambangan.

Pada praktikum acara 3 ini dilakukan optimasi dan desain untuk tambang bawah
tanah menggunakan micromine yang kemudian dilanjutkan dengan rencana
penjadwalan. Terdapat 3 tahap yang harus dilakukan yaitu membuat optimasi
stope, dilanjutkan membuat desain stope, dan penjadwalan. Pembuatan desain
stope untuk tambang bawag tanah ini mencakup dengan pembuatan desain ramp,
shaft, dan ventilasi.

3.9 Kesimpulan
Hasil yang didapat pada praktikum ini adalah sebagai berikut

3.10 Hasil Akhir


3.10.1 Stope Optimisation

3.10.2 Stope Design

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 50


DAFTAR PUSTAKA

[1] Alistin, A. (2020). Desain Kemajuan Penambangan Pit II PT. Atika Tunggal
Mandiri Nagari Manggilang Kecamatan Pangkalan Koto Baru kabupaten
Lima Puluh Kota Provinsi Sumatra Barat. Padang: Sekolah Tinggi
Teknologi Industri Padang.

[2] Fadli, Widodo, S., & Ardianto, A. B. (2015). Desain Pit Penambangan
Batubara Blok C Pada PT. Intibuana Indah Selaras Kabupaten Nunukan
Provinsi Kalimantan Utara. Jurnal Geomine, I, 55-62.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 51


[3] Floren, R. (2018). Perencanaan Tamabang untuk Periode Triwulan dalam
Memenuhi Target Produksi di Pit 7 PT. Seluma Prima Coal Jambi.
Padang: Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang.

[4] Gahara, N. (2022). Optimasi Perencanaan Pit Limit Penambangan Batubara


PT. Internasional Prima Coal Pit E03 Utara Blok Barat. Jakarta:
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

[5] Hidayat, T., Djamaluddin, & Nawir, A. (2018). Desain Pit Compartment pada
Hill Konde South Menggunakan Manual Pit dan Automation Pit Desain di
PT. Vale Indonesia Tbk. Jurnal Geomine, VI, 150-156.

[6] Prinandi, A. R. (2015). Perancangan (Design) Pit Ef pada Penambangan


Batubara di PT. Mulagro Indonesia Mining Desa Sungai Merdeka,
Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan
Timur. Prosiding Teknik Pertambangan, 101-109.

[7] Putra, S. A., Yuliadi, & Munir, S. (2019). Optimasi Perancangan Tahapan
Penambangan dan Penjadwalan Produksi Lapisan Tanah Penutup pada
Penambangan Batubara PT. Kalimantan Prima Persada Kabupaten Tapin,
Provinsi Kalimantan Selatan. Prosiding Teknik Pertambangan, V, 629-
637.

[8] Rifandy, A., & Sutan, S. (2018). Optimasi Pit Tambang Terbuka Batubara
dengan Pendekatan Incremental Pit Expansion, BESR dan Profit Margin.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan), II, 14-25.

[10] Yarhamka, I., Maryanto, & Pramusanto. (2016). Perancangan (Design) Pit
dan Pertahapan Tambang pada Penambangan Batubara di PT. Lithoindo
Site PT. Trimata Benua, Kec.Tungkal Ilir, Kab. Banyuasin, Provinsi
Sumatra Selatan. Prosiding Teknik Pertambangan, 2, 123-130.

Khonsa Wida Nabilah / 112200096 / Acara III 52

Anda mungkin juga menyukai