Anda di halaman 1dari 62

PRODUKTIVITAS KEGIATAN PEMUATAN DAN

PENGANGKUTAN PADA PENAMBANGAN ANDESIT DI


PT GUNUNG KULALET KECAMATAN BALEENDAH
KABUPATEN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN KERJA PRAKTIK

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mata Kuliah


Kerja Praktik (TTA-300) Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Universitas Islam Bandung

Oleh :
Fayzal Jani Ramdhani
(100.701.16.017)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1441 H / 2020 M

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Produktivitas Kegiatan Pemuatan dan Pengangkutan


pada Penambangan Andesit di PT Gunung Kulalet
Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Provinsi
Jawa Barat
Nama : Fayzal Jani Ramdhani (100.701.16.017)

Bandung, Januari 2020


Menyetujui,

Rully Nurhasan, S.T., M.T. Elfida Moralista, S.Si., M.T.


Pembimbing Kerja Praktik Koordinator Kerja Praktik

Mengetahui,

Ir. Dono Guntoro, M.T.


Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

2
PRODUKTIVITAS KEGIATAN PEMUATAN DAN
PENGANGKUTAN PADA PENAMBANGAN ANDESIT DI
PT GUNUNG KULALET KECAMATAN BALEENDAH
KABUPATEN BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT

SARI

PT Gunung Kulalet adalah perusahaan tambang yang bergerak pada


komoditi batuan berupa batu andesit. PT Gunung Kulalet berlokasi di Kelurahan
Andir Kecamata Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. PT
Gunung Kulalet telah mengantongi persetujuan izin usaha pertambangan operasi
produksi berdasarkan surat izin Bupati Bandung No.545/03.IUP-
OP.P/DSDAPE/2014 yang diperoleh pada tanggal 13 Februari 2014. Dalam surat
izin tersebut, PT Gunung Kulalet melakukan perpanjangan dengan tarfer produksi
9000 ton/bulan.
Kegiatan penambangan di PT Gunung Kulalet dilakukan dengan metode
tambang terbuka yakni dengan metode quarry mining. Dalam kegiatan
produksinya, PT Gunung Kulalet mengoperasikan satu unit alat gali-muat berupa
excavator merk Hitachi type Zaxis-200 dengan kapasitas bucket 0,8 LCM serta
ditambah empat unit alat angkut berupa dump truck merk Hino type Super Ranger
FF dengan kapasitas bak yang telah direstorasi sebesar 7 LCM.
Proses penambangan di PT Gunung Kulalet terdapat satu shift kerja
dengan jam kerja dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB dan waktu
istirahat 1 jam mulai pukul 12.00 WIB sampai 13.00 WIB. Pemberaian massa batu
andesit dilakukan dengan menggunakan proses peledakan rutin antara 2 hingga
3 kali per-minggu. Kemudian hasil pemberaian dimuat ke dalam alat angkut yang
selanjutnya batu andesit dimasukan ke dalam hopper.
Kegiatan produksi yang dilakukan oleh PT Gunung Kulalet memperoleh
rincian produksi sebesar 74,66 ton/jam dari excavator Hitachi Zaxis-200 dan 58,48
ton/jam dari alat angkut Hino Super Ranger FF. Sehigga efisiensi kerja excavator
Hitachi Zaxis-200 didapatkan sebesar 75,27 % dan dump truck Hino Super
Ranger FF sebesar 57,79 % serta dengan nilai match factor sebesar 1,55.

Kata Kunci : Produksi, Pemuatan, Pengangkutan, Efisiensi Kerja, Match Factor

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillahirabbil'alamin, penulis panjatkan puji dan syukur ke hadirat
Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyusun laporan kerja praktik ini dengan tepat waktu.
Laporan ini berjudul “Produktivitas Kegiatan Pemuatan dan
Pengangkutan pada Penambangan Andesit di PT Gunung Kulalet Kecamatan
Baleendah Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat” yang didalamnya berisi
mengenai pelaporan kegiatan kerja praktik. Laporan ini merupakan salah satu
program yang wajib ditempuh oleh seluruh mahasiswa Teknik Pertambangan
Universitas Islam Bandung.
Banyak sedikit kendala dan masalah yang penulis alami dalam proses
pembuatan laporan ini, namun atas bantuan dari berbagai pihak, penulis dapat
menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu penulis menghaturkan banyak
terimakasih kepada jajaran Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Islam
Bandung yang diantaranya :
1. Ir. Dono Guntoro, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
Universitas Islam Bandung
2. Elfida Moralista, S.Si., M.T., selaku Koordinator Kerja Praktik yang
senantiasa selalu memberikan bimbingan dan membantu penulis selama
proses pelaksanaan kerja praktik
3. Rully Nurhasan R., S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing Proposal Kerja
Praktik yang telahmemberikan ilmu pengetahuan, arah-arahan dan
membimbing penulis selama masa bimbingan.
4. Noor Fauzi Isniarno., S.SI.,M.T., yang senantiasa selalu membimbing dan
memberikan semangat kepada penulis selama masa perkuliahan.
5. Seluruh Staff Tata Usaha Program Studi Teknik Pertambangan,
Universitas Islam Bandung
Penulis juga memberikan ucapan terimakasih kepada seluruh pihak PT
Gunung Kulet yang diantaranya :

ii
1. Wiwi Widayanti, S.T., selaku Kepala Teknik Tambang (KTT) PT Gunung
Kulalet
2. Payitno, selaku Koordinator Lapangan PT Gunung Kulalet dan selaku
Pembimbing Lapangan kami
3. Dede Dewanda, selaku Kepala Produksi PT Gunung Kulalet
4. Melvin Fujiawati, S.T., selaku Kepala Teknik Tambang (KTT) PT Bumi
Kalimantan Lestari (BKL)
5. Seluruh staff dan karyawan PT Gunung Kulalet
Penulis sadar, bahwa laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan dan
sangat banyak sekali kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk pembuatan laporan yang lebih baik lagi.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya untuk penulis sendiri, umumnya
untuk semua pembacanya. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Bandung, Januari 2020


Penyusun,

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
SARI .................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii
DAFTAR FOTO ................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viiii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................... 2
1.2.1 Identifikasi Masalah ............................................................. 2
1.2.2 Batasan Masalah 2
1.3 Maksud dan Tujuan......................................................................... 2
1.3.1 Maksud 2
1.3.2 Tujua 3
1.4 Metoda Pengamatan Lapangan ...................................................... 3
1.5 Sistematika Penulisan ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN UMUM ................................................................................. 7
2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah...................................................... 7
2.2 Keadaan Topografi .......................................................................... 9
2.3 Keadaan Geologi ............................................................................ 9
2.4 Keadaan Iklim dan Cuaca ............................................................. 10
2.5 Keadaan Sosial, Ekonomi, dan Budaya ........................................ 11
2.6 Flora dan Fauna ............................................................................ 11
BAB III LANDASAN TEORI ............................................................................. 12
3.1 Batu Andesit 12
3.2 Tambang Quarry (Tambang Terbuka) ........................................... 12
3.3 Efisiensi Kerja 15
3.4 Faktor Pengisisan Mangkuk (Bucket Fill Factor)............................ 16
3.5 Waktu Edar Alat (Cycle Time) ....................................................... 16
3.6 Pola Pemuatan.............................................................................. 17
3.7 Produksi Alat ................................................................................. 18
3.8 Faktor Keserasian Alat (Match Factor) .......................................... 18
BAB IV KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN .................................. 20
4.1 Kegiatan Lapangan ....................................................................... 20
4.1.1 Pemuatan 20
4.1.2 Pengangkutan 21
4.2 Pembahasan 23
4.2.1 Penggalian 23
iv
4.2.2 Pengangkutan (Hauling) .................................................... 26
4.2.3 Sinkronisasi Alat Gali-Muat dan Alat Angkut (Match Factor) ..
.......................................................................................... 28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 30
5.1 Kesimpulan 30
5.2 Saran 31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Diagram Alir Metoda Penelitian ...................................................................... 5
2.1 Peta Administrasi dan Keampaian Daerah..................................................... 7
2.2 Peta Batas IUP PT Gunung Kulalet ............................................................... 8
2.3 Peta Situasi Tambang PT Gunung Kulalet ..................................................... 8
2.4 Peta Topografi ............................................................................................... 9
2.5 Peta Geologi ................................................................................................ 10
4.1 Diagram Alir Kegiatan Pemuatan ................................................................. 21
4.2 Diagram Alir Kegiatan Pengangkutan .......................................................... 23

vi
DAFTAR FOTO

Foto Halaman
2.1 Flora ............................................................................................................ 12
2.2 Fauna .......................................................................................................... 12
3.1 Batu Andesit ................................................................................................ 13
3.2 Side Hill Type............................................................................................... 14
4.1 Excavator HITACHI Zaxis 200 ..................................................................... 20
2.2 Hino Super Ranger FF ................................................................................. 22
3.1 Batu Andesit ................................................................................................ 13
3.2 Side Hill Type............................................................................................... 14

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Curah Hujan Rata-Rata Bulanan (mm) ...................................................... 11
4.1 Waktu Tersedia .......................................................................................... 24
4.2 Efisiensi Kerja Excavator ........................................................................... 25
4.3 Produktivitas Excavator ............................................................................. 25
4.4 Waktu Tersedia .......................................................................................... 26
4.5 Efisiensi Kerja Dump Truck ........................................................................ 27
4.6 Produktivitas Dump Truck .......................................................................... 27
4.7 Match Factor Excavator Terhadap Dump Truck ......................................... 29

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Peta
Lampiran B Spesifikasi Alat Muat
Lampiran C Data Cycle Time Alat Muat
Lampiran D Data Cycle Time Alat Angkut
Lampiran E Data Hambata Alat Muat
Lampiran F Data Hambatan Alat Angkut
Lampiran G Data Produktivitas Alat Muat
Lampiran H Data Produktivitas Alat Angkut

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, maka dengan itu
Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan infrastruktur guna
untuk mengembangkan perekonomian negara, serta menumbuhkan produktifitas
dan daya saing bangsa, dapat dilihat dari infrastruktur fisik seperti pembangunan
jalan tol, bandara, MRT, LRT dan lain-lain. Semua pembangunan itu perlu adanya
bahan-bahan yang menyokongnya salah satunya yaitu batu andesit , dimana batu
andesit ini dalam undang-undang (UU) nomor 4 tahun 2009 termasuk kedalam
kelompok bahan galian batuan. Berdasarkan data Dinas ESDM (Energi dan
Sumber Daya Mineral) provinsi Jawa Barat tahun 2016, di daerah Jawa Barat batu
andesit cukup banyak diproduksi dengan jumlah 20.480.467,41 ton/tahun. Melihat
dari program kerja pemerintah yang sedang melakukan pembangunan
infrastruktur maka dengan perusahaan tambang khususnya tambang andesit
harus meningkatkan produksinya agar dapat memenuhi setiap permintaan
kebutuhan pasar tersebut.
Oleh sebab itu ada salah satu dari sekian banyak perusahaan swasta yang
bergerak di bidang pertambangan batu andesit yaitu PT. Gunung Kulalet yang
terletak di daerah Kelurahan Paniisan, Kecamatan Baleendah, Kabupaten
Bandung, Provinsi Jawa Barat. Perusahaan ini melakukan penambangan dengan
metode tambang terbuka (surface mining) yang mana di awali dari kegiatan
pembongkaran batuan dengan cara peledakan, kemudian dilakukan gali-muat,
dan angkut ke tempat pengolahan (crushing plant) untuk diolah menjadi batu
andesit berukuran kerikil hingga kerakal, dan abu batu. Berhubungan dengan hal-
hal tersebut maka banyak faktor yang harus dikaji mengenai efektivitas dan
produktivitas gali-muat dan angkut. Kesesuaian antara target produksi dan hasil
produksi nyata menjadi parameter pendukung yang dapat menentukan suatu
produktivitas penambangan, atas dasar inilah produktivitas dianggap penting
dalam suatu kegiatan penambangan dan PT Gunung Kulalet merupakan salah
satu perusahaan yang mengerjakan kegiatan tersebut.

1
2

1.2 Perumusan Masalah


1.2.1 Identifikasi Masalah
Untuk mencapai produktivitas yang maksimal maka setiap kegiatan
penambangan harus dilakukan berdasarkan dengan prinsip good mining practice.
Untuk mengetahui apakah kegiatan penambangan yang dilakukan sudah berjalan
secara maksimal maka perlu adanya pengidentifikasian masalah, diantaranya :
1. Kondisi jalan yang kurang lebar sehingga terjadi saling tunggu antar alat
angkat;
2. Keadaan jalan yang berlubang serta grade jalan yang tidak ideal;
3. Banyak waktu tunggu alat gali-muat karena alat angkut menjual langsung
ke konsumen di front kerja;
4. Banyak waktu tunggu alat angkut pada saat dumping yang disebabkan
material sering tersangkut di hopper;
5. Geometri peledakan yang tidak sesuai megakibatkan fragmentasi yang
dihasilkan berukuran bongkah.
6. Operator berangkat terlambat dan pulang lebih awal.
1.2.2 Batasan Masalah
Pengamatan kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet Kelurahan
Paniisan, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat
hanya dibatasi pada :
1. Kegiatan pemuatan;
2. Kegiatan pengangkutan.
1.2.3 Masalah Penelitian
Adaun masalah yang akan dibahas dalam kegiatan Kerja Praktik di PT
Gunung Kulalet Kelurahan Paniisan, Kecamatan Baleendah, Kabupaten
Bandung, Provinsi Jawa Barat yaitu :
1. Produktivitas alat-gali muat dan angkut;
2. Faktor keselarasan atau Match Factor (MF);
3. Kebutuhan alat gali-muat dan angkut yang dioperasikan.

1.3 Maksud dan Tujuan


1.3.1 Maksud
Maksud dilaksanakannya kegiatan kerja praktik ini yakni untuk mengetahui
secasra langsung kegiatan pemuatan dan pengangkutan di PT Gunung Kulalet
3

Kelurahan Paniisan, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa


Barat.
1.3.2 Tujuan
Adapun tujuan kegiatan kerja praktik untuk mengetahui produktivitas gali-
muat dan angkut di PT Gunung Kulalet Kelurahan Paniisan, Kecamatan
Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat adalah :
1. Mengetahui target produksi andesit di PT Gunung Kulalet;
2. Mengetahui alat muat dan alat angkut yang digunakan di PT Gunung Kulalet;
3. Mengetahui efisiensi kerja alat gali-muat dan angkut;
4. Mengetahui produktivitas alat muat dan alat angut,
5. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produksi alat muat dan alat
angkut, serta;
6. Mengetahui Match Factor dari alat gali-muat dan angkut.

1.4 Metode Pengamatan Lapangan


Metode penelitian data Kerja Praktik dilakukan dengan dua cara yaitu
metode primer dan sekunder. (Gambar 1.1)
1.4.1 Metode Primer
Metode primer dilakukan dengan pengamatan secara langsung yang
didalamnya mencakup mengenai pengambilan data dan pengolahan data yang
dilakukan secara langsung terhadap apa yang diamati
1. Pengamatan kegiatan penambangan secara langsung, sehingga
mengetahui alat gali-muat dan angkut yang digunakan, serta jalur lintasan
yang di lalui;
2. Pengamatan kegiatan pemuatan alat muat (exavator) yang diawali dari
penggalian (digging), putar isi, penumpahan (dumping), putar kosong,
serta waktu hambatan yang terjadi;
3. Pengamatan kegiatan pemuatan alat gali-muat (dump truck) yang diawali
dari kegiatan manuver kosong, muat (loading), berangkat isi, maneuver isi,
penumpahan (dumping) , berangkat kosong, serta waktu hamabatan yang
terjadi.
4. Pengamatan terhadap waktu hamabatan yang terjadi ketika kegiatan
berlangsung di jam kerja guna untuk mengetahui efektifitas kerja gali-muat
dan angkut.
4

5. Wawancara dan diskusi secara langsung dengan beberapa karyawan yang


bersangkutan di bidangnya masing-masing.
1.4.2 Metode Sekunder
Metode sekunder dilakukan dengan pengamatan tidak langsung yang di
dalamnya hanya berupa data yang diperoleh dari berbagai referensi termasuk data
perusahaan.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan laporan Kerja
Praktik di PT. Gunung Kulalet Kelurahan Paniisan, Kecamatan Baleendah,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat ialah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang uraian mengenai latar belakang masalah yang
mendasari kegiatan Kerja Praktik, rumusan masalah, maksud dan tujuan,
metode pengamatan di lapangan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN UMUM
Bab ini berisi tentang urain mengenai, kesampain daerah, keaadan
topografi, keaadan geologi, keadaan iklim dan cuaca, keadaan
lingkungan dan social, serta Flora dan fauna di wilayah Kerja Praktik.
BAB III LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang uraian mengenai teori-teori yang menjadi acuan
dasar dan berakaitan dengan judul Kerja Praktik, yang mana didalamnya
meliputi genesa bahan galian andesit, sistem penambangan, kegiatan
gali-muat angkut beserta rumus-rumus yang nantinya akan digunakan
untuk menentukan produktivitas dan match factor.
BAB IV KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tantang uraian mengenai kegiatan lapangan yang dilakukan
selama Kerja Praktik, meliputi orirntasi, kegiatan penambangan gali-muat
angkut, serta hasil pengambilan data di lapangan dan membahas
mengenai hasil perhitungan data lapangan tersebut.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi mengenai jawaban dari tujuan kegiatan Kerja Praktik yang
berikaitkan dengan hasil pengamatan di lapangan, serta saran yang
berisikan pendapat dan rekomendasi penulis untuk mengevaluasi
Sumber : Data Kerja Praktik PT.Gunung Kulalet, 2019
Gambar 1.1
Diagram Alir Metoda Penelitian

5
6

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Profil Perusahaan


PT Gunung Kulalet adalah perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan dan secara spesifik, perusahaan ini menambang serta menjual
komoditi batuan berupa batu andesit. Kaitannya dengan pemerintahan,
perusahaan ini telah memiliki surat izin operasi produksi pertambangan yang
dikeluarkan langsung oleh Bupati Kabupaten Bandung dengan nomor surat
545/03.IUP-OP.P/DSDAPE/2014 yang diperoleh pada tanggal 14 februari 2014.
Di dalam surat izin tersebut, target produksi yang disebutkan sebesar 9000
ton/bulan.
Lokasi penambangan secara geografis terletak pada koordinat 7°
0'30.28"S - 107°37'6.06"E dengan luasan Wilayah Izin Usaha Pertambangan
(WIUP) sebesar 3,38 hektare (Ha) (Gambar 2.1). PT Gunung Kulalet memiliki 5
lokasi front loading yang menjadi lokasi produksi serta 2 hopper yang dioperasikan
untuk menampung dan mengolah batu andesit yang telah ditambang (Gambar
2.2).
Tabel 1.1
Koordinat IUP PT Gunung Kulalet
No. X (mE) Y (mN) No. X (mE) Y (mN) No. X (mE) Y (mN)
1 788970.6 9224244 38 789030.2 9224071 75 789150.4 9224162
2 788970.5 9224238 39 789031.8 9224071 76 789150.4 9224170
3 788957.9 9224238 40 789031.8 9224073 77 789157 9224170
4 788957.8 9224233 41 789034.1 9224073 78 789157 9224181
5 788946.9 9224233 42 789034.1 9224074 79 789163.6 9224181
6 788947 9224230 43 789036.3 9224074 80 789163.6 9224192
7 788942.2 9224230 44 789036.3 9224074 81 789170 9224192
8 788942 9224181 45 789037.9 9224074 82 789170 9224198
9 788947 9224181 46 789037.9 9224076 83 789174.2 9224198
10 788946.9 9224177 47 789040.6 9224076 84 789174.2 9224205
11 788953.1 9224177 48 789040.6 9224078 85 789178.2 9224205
12 788953.1 9224173 49 789044.1 9224078 86 789178.2 9224211
13 788959.5 9224173 50 789044.1 9224080 87 789182 9224211
14 788959.5 9224168 51 789048.4 9224080 88 789182 9224216
15 788963.8 9224168 52 789048.4 9224082 89 789185 9224216

6
7

No. X (mE) Y (mN) No. X (mE) Y (mN) No. X (mE) Y (mN)


16 788963.7 9224122 53 789053.5 9224082 90 789185 9224220
17 788985.8 9224122 54 789053.5 9224085 91 789188 9224220
18 788985.7 9224117 55 789058.6 9224085 92 789188 9224226
19 788991.4 9224117 56 789058.6 9224089 93 789191.7 9224226
20 788991.3 9224110 57 789066 9224089 94 789191.7 9224232
21 788997.2 9224110 58 789066 9224094 95 789195.7 9224232
22 788997.2 9224104 59 789077 9224094 96 789195.7 9224239
23 789003.7 9224104 60 789077 9224100 97 789200.5 9224239
24 789003.7 9224096 61 789085.5 9224100 98 789200.5 9224247
25 789011.2 9224096 62 789085.5 9224108 99 789205.7 9224247
26 789011.2 9224088 63 789095.1 9224108 100 789205.7 9224255
27 789019.1 9224088 64 789095.1 9224114 101 789211.1 9224255
28 789019.1 9224078 65 789103.6 9224114 102 789211.1 9224261
29 789023.9 9224078 66 789103.6 9224122 103 789215.5 9224261
30 789023.9 9224073 67 789115.2 9224122 104 789215.5 9224267
31 789026.5 9224073 68 789115.2 9224130 105 789219 9224267
32 789026.6 9224070 69 789126 9224130 106 789219 9224269
33 789028.1 9224070 70 789126 9224139 107 789220.5 9224269
34 789028.1 9224070 71 789132.9 9224139 108 789220.5 9224271
35 789028.7 9224070 72 789132.9 9224149 109 789019 9224269
36 789028.7 9224071 73 789140.9 9224149 110 789019 9224259
37 789030.2 9224071 74 789140.9 9224162 111 788998.6 9224259
112 788998.6 9224244
Sumber : Data IUP PT Gunung Kulalet, 2019

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Lokasi kegiatan Kerja Praktik secara administrasi berada di Kelurahan
Paniisan, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat yang
dibatasi langsung oleh beberapa kecamatan diantaranya :
1 Utara : Kecamatan Dayeuh Kolot dan Kecamatan Bojong Soang.
2 Selatan : Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Arjasari.
3 Timur : Kecamatan Ciparay.
4 Barat : Kecamatan Margahayu dan Kecamatan Katapang.
Untuk mencapai lokasi kegiatan dapat ditempuh dengan menggunakan
transportasi jalur darat dengan waktu tempuh ± 1 jam, dan jarak tempuh ± 15 km
dari Kota Bandung, dengan kondisi jalan beraspal, namun jika sudah memasuki
area tambang kondisi jalan berupa kombinasi batu dan tanah yang dipadatkan,
rute tercepat yang dapat dilalui Bandung - Moch.Toha - Palasari- Dayeuh Kolot -
Baleendah, (Gambar 2.3).
Sumber : Data IUP PT Gunung Kulalet, 2019
Gambar 2.1
Peta Batas IUP PT Gunung Kulalet

8
Sumber : Data Kerja Praktik PT Gunung Kulalet, 2019
Gambar 2.2
Peta Situasi Tambang PT Gunung Kulalet

9
Sumber : Badan Geospasial Indonesia, 2019
Gambar 2.3
Peta Administrasi dan Kesampaian Daerah PT Gunung Kulalet

10
11

2.2 Keadaan Topografi dan Morfologi


Berdasarkan peta topografi (Gambar 2.4), keadaan topografi di daerah
kegiatan Kerja Praktik termasuk pada daerah dengan dua kategori, yaitu landai
(kontur yang renggang) dan daerah perbukitan di area penambangannya (kontur
yang rapat) yang berada pada elevasi antara 725 mdpl – 755 mdpl. Daerah landai
berada pada disebelah barat hingga utara lokasi penambangan dan sebelah timur
hingga selatan lokasi penambangan berada pada daerah yang terjal.
Berdasarkan klasifikasi lereng Van Zuidam 1985, dengan kondisi topografi
tersebut dapat digolongkan bahwa daerah tersebut termasuk dalam morfologi
lereng atau bergelombang dengan persen lereng 8% hingga 15%. Secara
morfologi, satuan batuan gunung api baleendah membentuk perbukitan dengan
puncak bernama gunung Geulis di bagian barat, gunung Pipisan di bagian tengah,
dan gunung Bukitcula di bagian timur (Gambar 2.5).
Tabel 2.1
Klasifikasi Lereng
Persen (%)
No. Klasifikasi Lereng Warna Relief (m)
Lereng
Datar – hamper
1. Hijau 0–2 <5
datar
Topografi
2. bergelombang Hijau muda 3–7 5 – 50
lemah
Topografi lereng /
3. Kuning 8 – 15 12 -75
bergelombang
Topografi
4. menengah curam / Oren 16 – 30 50 – 200
berbukit
Topografi curam /
5. berbukit – tertajam Merah muda 31 – 70 200 – 500
curam
Topografi sangat
6. curam / pegunungan Merah 71 – 140 500 – 1000
– tertajam curam
Pegunungan /
7. topografi sangat- Ungu >140 >1000
sangat curam
Sumber : Van Zuidam, 1985
Sumber : SRTM, 2011
Gambar 2.4

12
Peta Topografi
Sumber : Sutikno Bronto, Dkk., 2006
Gambar 2.5

13
Kondisi Morfologi Bandung Selatan
14

2.3 Keadaan Geologi


Secara keseluruhan, daerah Bandung Selatan merupakan daerah yang
memiliki susunan stratigrafi berupa material vulkanik yang bersumber dari erupsi
gunung api purba. Secara stratigrafi, material vulkanik yang menyusun daerah
Bandung Selatan teridentifikasi berumum pliosen hingga kuarter.
Berdasarkan sumber erupsinya, batuan gunung api Bandung Selatan
dibagi menjadi 9 (Sembilan) satuan batuan, diantaranya :
1. Satuan batuan gunung api Soreang (SV);
2. Satuan batuan gunung api Baleendah (BV);
3. Satuan batuan gunung api Pangalengan (PV);
4. Satuan batuan gunung api Tanjaknangsi (TV);
5. Satuan batuan gunung api Kuda (KV);
6. Satuan batuan gunung api Kendang (KdV);
7. Satuan batuan gunung api Dogdog (DV).
Berdasarkan satuan batuan, tempat penelitian berada pada gunung api
Baleendah (BV). Dalam pembentukannya, formasi ini melewati tiga fase. Fase
pertama adalah kerucut gunung api purba sebelah timur. Fase kedua adalah
kerucut gunung api di sebelah Barat. Fase ketiga adalah kerucut gunung api
sebelah selatan.
Secara spesifik, di dalam peta geologi lembar Garut dan Pameungpeuk
(T.Turkandi, dkk, P3G, Bandung, 1992), IUP dari PT Gunung Kulalet termasuk
kedalam formasi Tmb, Tmc dengan jenis batuan breksi tufaan dan lava
bersusunan andesit - basalt. Berdasarkan peta geologi lembar Garut dan
Pameungpeuk (T.Turkandi, dkk, P3G, Bandung, 1992), (Gambar 2.5) bahwa pada
daerah tersebut terdapat jenis batuan yang bervariasi diantaranya :
1. Endapan Danau (Qd): lempung, lanau, pasir halus hingga pasir kasar dan
kerikil serta bongkah-bongkah batuan beku dan sedimen.
2. Andesit Waringin – Bedil (Qwb), Malabar Tua: perselingan lava, breksi, dan
tufa besrsusun andesit pyroksen serta dan hornblede.
3. Beser (Tmb): breksi tufaan dan lava, bersusun andesit sampai basalt.
Berdasarkan pada penampang gelogi lembar Garut dan Pameungpeuk
Pameungpeuk (T.Turkandi, dkk, P3G, Bandung, 1992), dengan hukum
superposisi bahwa lapisan teratas adalah lapisan alluvium, andesit waringin, dan
beser.
Sumber : Peta Geologi Lembar Garut dan Pameungpeuk, 1992
Gambar 2.6

15
Peta Geologi
16

2.4 Keadaan Iklim dan Cuaca


Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat
yang datar dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir.
Curah hujan 1 (satu) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh
(tertampung) pada tempat yang datar seluas 1 m2 dengan asumsi tidak ada yang
menguap, mengalir dan meresap (Dedi Mulyono, 2016).
Tipe iklim pada dasar dapat menggunakan klasifikasi Koppen yang
didalamnya meliputi suhu dan curah hujan rata-rata bulanan maupun tahunan
yang dikaitkan dengan vegetasi alami (Handoko 1993). Ketentuan pembagian tipe
iklim Koppen diantaranya (Alvares et.al., 2013) :
1. Af = CH min bulanan lebih dari atau sama dengan 60 mm;
2. Aw = CH min bulanan kurang dari 60 mm, CH tahunan lebih dari atau
sama dengan 25;
3. Am = Ch min bulanan kurang dari 60 mm, CH tahunan kurang dari 25.
Pengelompakan dari Koppen, keadaan curah hujan dari daerah Jawa
Barat termasuk kedalam tipe Af (iklim hutan hujan tropis) dengan curah hujan rata-
rata per-tahun sebesar 191,442 mm3. Curah hujan rata – rata bulan di Kabupaten
Bandung, dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2
Curah Hujan Rata-Rata Bulanan (mm)

Bulan Curah Hujan (mm3) Hari Hujan

Januari 65.0 23.0


Februari 199.3 24.0
Maret 389.3 27.0
April 220.0 27.0
Mei 222.3 18.0
Juni 106.4 17.0
Juli 39.1 14.0
Agustus 48.0 6.0
September 91.0 12.0
Oktober 345.0 24.0
November 442.0 24.0
Desember 129.9 20.0
Rata-rata 191.442 19.667
Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Provinsi Jawa Barat, 2019
17

2.5 Keadaan Sosial, Ekonomi dan Budaya


Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung pada tahun 2018,
jumlah penduduk kecamatan Baleendah mencapai 266.192 jiwa yang merupakan
jumlah penduduk terbanyak jika dibandingkan dengan kecamatan di kabupaten
bandung lainnya.
Tabel 2.3
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Menurut Desa di Kecamatan Baleendah
Penduduk
Desa Total
Laki-laki Perempuan

Jelekong 12560 12545 25105

Manggahang 20561 19763 40324

Baleendah 32722 30972 63694

Andir 19418 18650 38068

Malakasari 8006 8189 16195

Bojongmalaka 12438 12040 24478

Rancamanyar 18332 17667 35999

Wargamekar 11295 11034 22329

Total Kec. Baleendah 135332 130860 266192


Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Bandung, 2018
Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Baleendah cukup beragam,
diantarnya pertanian, industri dari kayu, pedagang, jasa kemasyarakatan, dan
industri batu. Seperti pada umumnya masyarakat yang berdomisili di Jawa Barat
dan khusunya Baleendah, hamper seluruh penduduk Desa Paniisan berbudaya
sunda dan menganut agama islam, hal ini bias dilihat dari banyaknya Masjid dan
adanya Madrasah (Tempat belajar mengajar agama islam).

2.6 Flora dan Fauna


Flora yang ada di sekitar wilayah lokasi penelitian atau penambangan pada
umumnya berupa tanaman liar berupa semak belukar dan tanaman perkebunan
berupa pohon bambu. (Foto 2.1).
Fauna yang ada di sekitar wilayah lokasi penelitian atau penambangan
pada umumnya berupa hewan liar seperti ular, serangga, dan burung serta hewan
peliharaan seperti ayam, anjing dan kambing. (Foto 2.2).
18

Sumber : Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktik, 2019


Foto 2.1
Flora

Sumber : Dokumentasi Kegiatan Kerja Praktik, 2019


Foto 2.2
Fauna
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Batu Andesit


Andesit merupakan batuan beku ekstrusif yang terbentuk dari proses
kristalisai magma atau cairan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah yang
berasal dari kerak bumi bagian bawah.dan bersifat volatile. Andesit terbentuk pada
temperatur antara 900oC -1.100oC. Mineral utama yang terkandung dalam andesit
terdiri dari feldspar, piroklastik, dan juga quartz kurang dari 10% selain itu juga
terdapat mineral-mineral kecil lainnya.
Nama andesit sendiri berasal dari tempat pertama kali ditemukannya yaitu
di daerah Pegunungan Andes, yang terletak di Amerika Selatan. Namun untuk
penamaan dari batuan andesit itu sendiri tergantung pada komposisi mineral
pengikutnya saja seperti (hornblenda, biotit dan piroksen). Selain itu andesit
tergolong kedalam bahan galian batuan menurut UU No 4 tahun 2009
Andesit merupakan batuan vulkanik yang memiliki tekstur afanitik sampai
porfiritik dengan kandungan fenokris berupa sodik plagioklas, piroksen, dan atau
hornblend. Sebaran batuan ini banyak dijumpai di daerah kaki perbukitan maupun
lembah-lembah sungai. Keterdapatannya batuan ini hampir tersebar di semua
penjuru Indonesia terutama di Indonesia Bagian Timur, maka dengan itu andsit ini
dapat dimanfaatkan sebagai bahan kontruksi secara agregat.
Batu andesit daerah Bandung Selatan secara mayoritas terbentuk oleh
material formasi produk vulkanik berupa intrusi andesit hornblende dan andesit
piroklastik. Secara keseluruhan intrusi tersebut memiliki karekteristik berupa
hornblende, piroksen, augit hipersten hornblende, dan leuko. Batuan vulkanik yang
berada di daerah Bandung Selatan bertekstur porfiri berjenis fenokris yang berupa
plagioklas dengan jenis oligoklas andesine, hornblende, piroksen dengan masa
dasar mikrolit feldspar, kaca, dan mineral mafik yang berbentuk retas, sill, neck,
plug, dll. Material yang membentuk batuan tersebut menerobos batuan lain yang
berumur mio-pliosen dan material lain yang ditafsirkan berumur pliosen (Arif R.
Darana, dkk., 2015).

19
20

Sumber : Padjadjaran Geoscience Journal, 2015


Foto 3.1
Batu Andesit

3.2 Tambang Quarry (Tambang Terbuka)


Tambang quarry adalah jenis tambang terbuka yang diterapkan untuk
menambang endapan - endapan bahan galian industri atau mineral industri
(industrial minerals). Produk yang dihasilkan pada sistem kuari pada umumnya
merupakan dimensi batuannonlogam (Barton, 1968) misalnya penambangan batu
gamping, marmer, granit, andesit.
Produk yang dihasilkan dari tambang kuari secara bentuk materialnya
dibagi ke dalam 2 (dua) jenis yakni broken stone dan dimensional stone. Keduanya
dibedakan berdasarkan fungsi dari materialnya itu sendiri. Secara garis besar,
material broken stone diperuntukan untuk kebutuhan umum dengan jumlah
produksi yang besar. Sedangkan material material dimensional stone sering
diperuntukan bagi kebutuhan khusus dan produksinya pun terbatas sesuai dengan
permintaan konsumen.

a b

Sumber : Article Quarrying, 2016


Gambar 3.1
(a) Dimensional Stones and (b) Broken Stones
21

Tambang kuari digolongkan menjadi 2 (dua) golongan berdasarkan letak


endapannya, yakni :
1. Side Hill Type
Tipe penambangan ini diterapkan pada jenis endapan yang terletak di
lereng bukit ataupun endapan yang membentuk suatu bukit. Berdasarkan
jalan masuknya, tipe penambangan kuari ini dibagi menjadi 2 (dua) yakni
jalan masuk spiral dan jalan masuk langsung.

Sumber : Open Pit Slope Design in Weak Rocks, 2017


Foto 3.2
Side Hill Type
2. Pit Type
Tipe penambangan ini diterapkan pada jenis endapan yang terletak pada
kondisi topografi yang relatif datar. Tipe ini dicirikan dengan penambangan
yang dilakukan kearah bawah sehingga membentuk suatu cekungan.
Berdasarkan jalan masuknya, tipe penambangan kuari ini dibagi menjadi 3
(tiga) yakni jalan masuk spiral, jalan masuk langsung, dan jalan masuk zig-
zag.

Sumber : Open Pit Slope Design in Weak Rocks, 2017


Foto 3.3
Pit Type
22

3.3 Pemindahan Tanah Mekanis


Pemindahan tanah mekanis adalah segala macam pekerjaan yang
berhubungan dengan kegiatan penggalian (digging; breaking; loosening),
pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), penimbunan (dumping), perataan
(spreading and leveling), dan pemadatan (comapacting) tanah atau batuan
dengan menggunakan alat-alat mekanis (Partanto Prodjosumarto, 1993). Nama
tanah sendiri diambil karena pada dasarnya material padat di bumi ini menyerupai
tanah yang memiliki agregat lepas. Meskipun demikian, pemindahan material
mekanis ini tidak hanya terpaku pada tanah (soil), akan tetapi berhubungan pula
dengan material padat lainnya seperti batuan.
Pekerjaan pemindahan tanah mekanis ini seringkali ditemui pada
pekerjaan bidang sipil seperti pembuatan jalan raya, bendungan, tanggul, saluran
irigasi, kanal, lapangan, dan lain sebagainya. Kegiatan pemindahan tanah
mekanis ini pun diaplikasikan dan dilakukan pada kegiatan penambangan seperti
pengupasan lapisan tanah penutup (stripping of overburden), pengambilan
material tambang, dan pembuatan jalan-jalan tambang yang dapat
menghubungkan antar sarana tambang.
Alat-alat mekanis yang digunakan dalam kegiatan pemindahan tanah baik
itu di dunia sipil maupun dunia tambang, pada umumnya memiliki kesamaan yang
tidak jauh berbeda. Alat-alat mekanis tersebut yang sering digunakan adalah
sebagai berikut :
1. Alat Gali
Contoh : Berbagai jenis alat bor, backhoe, bucket wheel excavator,
dragline, power shovel, dan sebagainya.
2. Alat Muat
Contoh : Berbagai jenis excavator, wheel loader, dragline, dan sebagainya.
3. Alat Angkut
Contoh : Berbagai jenis dump truck, power scraper, belt conveyor, dan
sebagainya.
4. Alat Garuk
Contoh : Tracktor, bulldozer yang dilengkapi dengan alat garuk
5. Alat Gilas
Contoh : Sheepfoot rollers, smooth steel rollers, segment rollers, dan lain
sebagainya.
23

3.4 Pola Pemuatan


Pola pemuatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi waktu
edar alat sehingga pecapaian target produksi dapat sesuai dengan sasaran
produksi. Pola pemuatan yang digunakan tergantung pada kondisi lapangan atau
area kerja alat berat yang digunakan dengan asumsi bahwa setiap alat angkut
yang datang mangkuk (bucket) alat gali-muat sudah terisi penuh dan siap
ditumpahkan. Setelah bak alat angkut tersebut terisi penuh, maka alat angkut
tersebut segera keluar dan dianjutkan dengan alat angkut yang lainnya sehinnga
tidak terjadi waktu tunggu pada alat angkut maupun alat gali-muatnya. Pola
pemuatan dapat dilihat dari alat gali-muat dan alat angkut, yaitu:
1. Pola pemuatan yang didasarkan pada posisi alat gali-muat yang berada
diatas atau dibawah jenjang:
a. Top Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dan pemuatan
dengan menempatkan dirinya diatas jenjang atau alat angkut berada
dibawah alat gali-muat.

Sumber : Moving The Earth Fifth Edition, 2005


Gambar 3.2
Top Loading
b. Bottom Loading, yaitu alat gali-muat melakukan penggalian dan
pemuatan dengan menempatkan dirinya di jenjang yang sejajar dengan
posisi alat angkut.

Sumber : Moving The Earth Fifth Edition, 2005


Gambar 3.3
Bottom Loading
24

2. Pola pemuatan berdasarkan penempatan posisi alat angkut untuk dimuati


terhadap posisi alat gali-muat:
a. Single Back-up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada
loading point, sedangkan alat angkut berikutnya menunggu alat angkut
pertama dimuati sampai penuh, setelah alat angkut pertama berangkat,
alat angkut kedua memposisikan diri untuk dimuati, sedangkan alat
angkut ketiga menunggu dan begitu seterusnya.
b. Double Back-up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati
pada dua tempat. Kemudian alat gali-muat mengisi salah satu alat
angkut sampai penuh. Setelah alat angkut pertama terisi penuh alat
gali-muat mengisi alat angkut kedua yang telah memposisikan diri di
tempat yang sama dengan alat angkut pertama dan seterusnya.
Kemudian terdapat beberapa proses pemuatan yang umum digunakan
pada proses produksi. Berikut diantaranya :
1. Frontal Cut
Kondisi ini dicirikan dengan posisi excavator yang berhadapan dengan
front digging (muka penggalian/jenjang). Pada posisi seperti ini, biasanya
alat angkut berada di samping kanan dan samping kiri excavator untuk
dilakukan pemuatan secara bergantian. (Gambar 3.4 bagian A-C)
2. Parallel Cut
Berbeda dengan frontal cut, pada kondisi ini posisi excavator sejajar
dengan front digging (muka penggalian/jenjang) yang dimana biasanya
digunakan untuk lokasi pemuatan yang memiliki dua akses yang
berdekanan. (Gambar 3.4 bagian D-F)

Sumber : Moving The Earth Fifth Edition, 2005


Gambar 3.4
Loading from Excavator
25

3.5 Pola Pengangkutan


Pengangkutan merupakan kegiatan yang ada pada serangkaian kegiatan
produksi yang dimana kegiatan ini dilakukan untuk mengangkut atau
memindahkan baik material inti ataupun material pengotor (waste) ke tempat lain
seperti tempat penimbunan maupun tempat pengolahan. Pola pengangkutan
sangat berkaitan dengan metode penambangan yang digunakan karena pada
dasarnya kegiatan pengangkutan akan mengikuti arah penggalian yang menjadi
jalan tambang sebagai lintasannya.
Bukaan tambang dapat dibuat secara lurus memotong jenjang bekas
penggalian maupun dengan cara pembuatan jenjang sesuai dengan arah
penggalian yang akan membentuk spiral. Pada pola pemuatan, terdapat beberapa
bentuk manuver yang sering digunakan diantaranya bentuk manuver langsung
dan manuver mundur. Manuver langsung merupakan kondisi dimana alat angkut
pada saat masuk lokasi pemuatan memiliki jalur yang searah dengan kondisi tiba
maupun berangkat sehingga biasanya lokasi pemuatan memiliki luasan yang
cukup untuk alat angkut memutar balik (Gambar 3.5 Bagian A-B). Manuver mundur
dicirikan oleh terdapatnya satu akses masuk lokasi pemuatan serta memliki luasan
yang sempit. Sehingga pada kondisi ini, alat angkut harus masuk ke lokasi
pemuatan dengan keadaan mundur (Gambar 3.5 Bagian C).

Sumber : Moving The Earth Fifth Edition, 2005


Gambar 3.5
Pit Pattern

3.6 Efisiensi Kerja


Efisiensi kerja merupakan penilaian terhadap pelaksanaan suatu
pekerjaan yang besarnya dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara waktu
kerja efektif dan waktu kerja yang tersedia. Waktu kerja efektif adalah waktu kerja
26

yang benar-benar digunakan oleh operator alat mekanis untuk melakukan aktivitas
produksi. Besarnya waktu kerja efektif akan mempengaruhi kemampuan produksi
suatu alat mekanis.
Dalam praktiknya waktu kerja tidak dapat digunakan seluruhnya untuk
kegiatan produksi disebabkan adanya hambatan-hambatan tersebut dibedakan
menjadi dua, yaitu:
1. Hambatan yang tidak dapat dihindari, meliputi:
a. Persiapan dan pemanasan alat;
b. Mobilisasi alat;
c. Berhenti karena peledakan;
2. Hambatan-hambatan yang dapat dihindari, meliputi:
a. Terlambat kerja produksi;
b. Keperluan operator;
c. Istirahat lebih awal;
d. Berhenti sebelum jam kerja berakhir;
Waktu kerja efektif dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
We = Wt - ( Wtd + Wdd ) ..................................... (3.1)
Adapun efisiensi kerja dihitung dengan rumus berikut :
We
Ek= ( ) ×100%.............................................(3.2)
Wt

Dimana:
Ek = Efisiensi kerja (%)
Wt = waktu kerja tersedia (menit)
We = waktu kerja efektif (menit)
Wtd = waktu hambatan kerja yang tidak dapat dihindari (menit)
Wdd = waktu hambatan kerja yang dapat dihindari (menit)

3.7 Ketersediaan dan Penggunaan Alat


Ketersediaan alat merupakan faktor yang menunjukan kondisi alat mekanis
yang dipergunakan dalam pekerjaan dengan memperhatikan kehilangan waktu
selama kerja dari suatu alat tersebut. Waktu kehilangan meliputi waktu perbaikan
(repair) dan waktu kerja tersedia (stand by). Ketersediaan alat (availability) dapat
dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya sebagai berikut (Partanto
Prodjosumarto, 1995) :
27

1. Ketersediaan Mekanik (Availability Index)


Kesediaan mekanik (AI) ini menunjukan secara nyata kesedian alat
karena adanya akibat masalah mekanik, persamaan dan kesediaan
mekanik adalah sebagai berikut:
We
A.I = We x 100% ....................................... (3.3)
+R

2. Keadaan Fisik (Physical Availability)


Mengenai keadaan fisik alat yang dipergunakan dalam operasi. Faktor ini
meliputi adanya pengaruh dari segala waktu akibat permasalahan yang
ada, persamaan keadaan fisik (PA) adalah:
We + S
P.A = x 100% ....................................... (3.4)
We + R + S

3. Keadaan Pemakaian (Use of Availability)


Menunjukan jumlah persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dipergunakan (available) persamaan
dari ketersedian pemakaian (UA) sebagai berikut:
We
U.A = x 100% ....................................... (3.5)
We + S

4. Efektifitas Pemakaian Alat (Effective Utilization)


Effective utilization pada prinsipnya sama dengan efektifitas pemakaian
alat. Effective utilization (EU) / efektifitas alat dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut:
We
E.U = x 100% ....................................... (3.6)
We + R + S

Dimana :
We = Waktu kerja (menit)
R = Waktu perbaikan (menit)
S = Waktu diam (stand by) (menit)

3.8 Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor)


Faktor pengisian mangkuk merupakan satu factor yang menunjukan
perbandingan kapasitas munjung dengan kapasitas volume teoritis suatu alat yang
dinyatakan dalam persen. Semakin besar factor pengisian mangkuk , semakin
besar pula produktivitas nyatanya. Factor pengisian ini sangat dipengaruhi oleh
keterampilan operator, ukuran material dan metode pemuatan. Hal inilah yang
mempengaruhi factor pengisian sehingga volume bucket tiap pengisian berbeda
28

3.9 Waktu Edar Alat (Cycle Time)


Waktu edar alat (cycle time) a disebut Waktu Edar adalah jumlah waktu
yang diperlukan suatu alat mekanis untuk melakukan suatu siklus kerja.
1. Waktu edar alat gali-muat
Suatu siklus kerja alat gali-muat terdiri dari empat aktivitas yaitu menggali,
ayun bermuatan, curah, dan ayun kosong. Perhitungan waktu edar alat
gali-muat dapat dirumuskan sebagai berikut :
CTm = D + Sl + Dm + Se ........................................ (3.7)
Dimana :
Digging (D) = waktu penggalian material (detik)
Swing Load (Sl) = waktu ayun bermuatan (detik)
Dumping (Dm) = waktu curah material ke alat angkut (detik)
Swing Empty (Se) = waktu ayun kosong (detik)
2. Waktu edar alat angkut
Adapun satu siklus kerja alat angkut adalah atur posisi pemuatan di loading
point, pemuatan material, pengangkutan, atur posisi untuk penumpahan,
penumpahan material, hingga akhirnya kembali ke loading point.
Perhitungan waktu edar alat angkut dirumuskan sebagai berikut:
CTa = Sl + L + Tl + Sd + D + Te ............................ (3.8)
Dimana :
Spotting loading (Sl) = waktu atur posisi pemuatan (detik)
Loading (L) = waktu pemuatan materal (detik)
Travel load (Tl) = waktu pengangkutan (detik)
Spotting dumping (Sd) = waktu atur posisi penumpahan (detik)
Dumping (Dm) = waktu penumpahan material (detik)
Travel empty (Te) = waktu kembali ke loading point (detik)

3.10 Faktor Pengisisan (Fill Factor)


Faktor pengisian adalah persentase volume yang sesuai atau
sesungguhnya dapat diisikan ke dalam bak truck atau mangkok dibandingkan
dengan kapasitas teoritisnya. Suatu bak truck mempunyai faktor isi 87 %, artinya
13 volume bak tersebut tidak dapat diisi. Mangkok loader, backhoe, dragline, dsb
memiliki faktor isi lebih dari 100 % karena dapat diisi munjung (heaped) (Awang
Suwandhi, 2001). Secara sederhana, faktor pengisian adalah merupakan
29

perbandingan antara kapasitas muat dengan kapasitas baku alat angkut


dinyatakan dalam persen, semakin besar faktor pengisian maka semakin besar
kemampuan nyata alat tersebut (tabel 3.1 dan gambar 3.1)
Tabel 3.1
Hubungan Material terhadap Faktor Pengisian

Fill Factoor Range


Material (Percent of heaped bucket Ilustration
capacity)

Moist loam or sandy clay (A) 100% – 110%


Sand and gravel (B) 95% – 110%
Hard, tough clay (C) 80% – 90%
Rock – well blasted 60% – 75%

Rock – poorly blasted 40% – 50%


Sumber : Moving The Earth Fifth Edition, 2005
Faktor yang dapat mempengaruhi isian ke dalam bak pengisian adalah
sebagai berikut :
1. Ukuran material;
2. Kandungan air;
3. Keterampilan dan pengalaman operator.
Untuk menghitung faktor pengisian digunakan rumus sebagai berikut :

Fill Factor (FF) = Hm x 100% .................................. (3.9)


Ht

Keterangan :
FF = Fill factor (%)
Hn = Kapasitas nyata (m3)
Ht = Kapasitas teoritis (m3)

3.11 Faktor Pengembangan (Swell Factor)


Swell adalah pengembangan volume material dari volume asli yang dapat
mengakibatkan bertambahnya jumlah material yang harus dipindahkan dari
kedudukan aslinya, ketika digali material akan lepas dan terjadi pengembangan
sedemikian rupa sehingga tidak akan kembali kebentuk semula. Pengembangan
terjadi karena terbentuk rongga-rongga udara (voids) diantara partikel-partikel
material lepas tersebut (Awing Suwandhi, 2001).
30

Untuk menghitung faktor pengembangan (swell) digunakan rumus sebagai


berikut :

Swell Factor (SF) = 𝜌 loose x 100% ................................... (3.10)


𝜌 insitu

Keterangan :
SF = Swell factor (%)
𝜌 loose= Densitas loose (gr/cc)
𝜌 insitu = Densitas insitu (gr/cc)

3.12 Produksi Alat


Dalam merencanakan target produksi yang akan dikerjakan dengan alat-
alat berat, atu hal yang sangat penting adalah menghitung kapasitas produksi alat-
alat berat. Langkah pertama dalam membuat estimasi produksi alat berat adalah
menghitung produksi secara teoritis dengan rumus dibawah ini. Hasil perhitungan
tersebut kemudian dibandingkan dengan efisiensi kerja dilapangan sehingga
dapat ditentukan estimasi produksi alat yang sesuai untuk target pekerjaan yang
bersangkutan dengan biaya proyek yang tidak terlalu optimis dan tidak terlalu
besar.
Produksi alat-gali muat dan alat angkut dihitung dengan rumus berikut:

x Ht x FFm x SF x Eff x ρi ...........................


Produktivitas (P) = 60 (3.11)
C

Keterangan :
P = Produktivitas (Ton/Jam / Alat)
Eff = Efisiensi Kerja (%)
FF = Fill Factor (%)
Ht = Kapasitas Alat Teoritis (BCM)
SF = Swell Factor (%)
C = Cycle Time (detik)
𝜌𝑖 = Density insitu (ton/BCM)

3.13 Faktor Keserasian Alat (Match Factor)


Faktor keserasian alat adalah faktor yang menyatakan keserasian alat
antara alat gali-muat dan alat angkut, untuk selanjutnya disebut faktor keserasian.
Faktor keserasian alat dapat dirumuskan sebagai berikut :
31

..............................................
MF = nA × CTm × Fp (3.12)
nM × CTa

Dimana:
MF = faktor keserasian
nA = jumlah alat angkut (unit)
nM = jumlah alat muat (unit)
CTm = waktu edar alat gali-muat (menit)
CTa = waktu edar alat angkut (menit)
Fp = frekuensi pemuatan material
Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan apabila :
1. MF < 1, kemampuan produksi alat muat lebih besar dari pada kemampuan
alat angkut, sehingga ada waktu tunggu bagian alat muat.
2. MF = 1, kemampuan produksi alat muat sama dengan kemampuan produksi
alat angkut jadi tidak ada waktu tunggu.
3. MF > 1, kemampuan produksi alat angkut lebih besar dari pada kemampuan
produksi alat muat, sehingga ada waktu tunggu bagi alat angkut.
32

BAB IV
KEGIATAN LAPANGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Kegiatan Lapangan


Kegiatan kerja praktik di PT Gunung Kulalet, Desa Paniisan, Kecamatan
Baleendah, Kabuapten Bandung, Provinsi Jawa Barat berlangsung selama ± 4
minggu, mulai tanggal 15 Juli 2019 sampai dengan 11 Agustus 2019 adalah
mengamati aktivitas pemuatan, dan pengangkutan batu andesit.
4.1.1 Karakteristik Batuan PT Gunung Kulalet
Diambil dari Padjadjaran Geoscience Journal, batu andesit daerah
Bandung Selatan termasuk batu andesit yang secara mayoritas terbentuk oleh
material formasi produk vulkanik berupa intrusi andesit hornblende dan andesit
piroklastik. Sesuai dengan lokasi penelitian yang dilakukan, secara geologi IUP PT
Gunung Kulalet berada pada formasi Tmb yang dimana ini merupakan formasi
beser yang susunan batuannya meliputi breksi tufaan dan lava, bersusun andesit
hingga basalt. Bila dilihat dari penampang geologinya, batu andesit PT Gunung
Kulalet merupakan tipe batu andesit hornblende.

Sumber: Dokumentasi KP PT G.Kulalet, 2019


Foto 4.1
Batu Andesit PT Gunung Kulalet
4.1.2 Metode Penambangan PT Gunung Kulalet
PT Gunung Kulalet menggunakan sistem tambang terbuka dengan metode
penambangan berupa kuari serta material yang dihasilkan berbentuk broken
stone. Golongan kuari yang digunakan ialah pit type dengan membuat arah
penambangan ke bawah.

32
33

Sumber: Dokumentasi KP PT G.Kulalet, 2019


Foto 4.2
Tipe Penambangan PT Gunung Kulalet
4.1.3 Pola Pemuatan
PT Gunung Kulalet melakukan kegiatan muat angkut yang dilakukan
langsung oleh alat muat berupa excavator Hitachi Zaxis-200 dan alat angkut
berupa dumptruck Hino Super Ranger FF. Kegiatan pemuatan yang dilakukan di
PT Gunung Kulalet menggunakan metode bottom loading yang dimana posisi dari
alat muat sejajar dengan alat angkut, sehingga bucket harus diangkat untuk
melakukan loading. Berdasarkan posisi alat angkut yang akan dimuat terhadap
alat muat , PT Gunung Kulalet menggunakan pola pemuatan single back-up yang
dimana alat angkut memposisikan diri untuk dimuati pada loading point,
sedangkan alat angkut lainnya menunggu hingga alat angkut pertama terisi penuh.

Sumber: Dokumentasi KP PT G.Kulalet, 2019


Foto 4.3
Pola Pemuatan PT Gunung Kulalet
4.1.3 Pemuatan
Material hasil peledakan pada loading point di kecilakan terlebih dulu
ukurannya menggunakan rock breaker kemudian digali dan dimuat kedalam dump
truck sampai kapsitas aktual terpenuhi.
34

Sumber: Dokumentasi KP PT G.Kulalet, 2019


Foto 4.3
Excavator HITACHI Zaxis 200
Pada kegiatan penambangan, excavator digunakan untuk melakukan
penggalian dan pemuatan material hasil peledakan yang nantinya akan dilakukan
pengolahan di crushing plant. Pengamatan dilakukan terhadap waktu edar alat
gali-muat, yaitu waktu yang digunakan alat muat untuk menyelesaikan satu siklus
pemuatan antara lain :
1. Digging (waktu menggali material), yaitu waktu bucket diposisikan untuk
menggali material sampai bucket dalam keadaan penuh. Waktu ini
dipengaruhi oleh karakteristik material.
2. Swing load (waktu memutar saat bermuatan), yaitu waktu yang dihitung
sejak bucket penuh dan siap memutar ke arah bak dump truck sampai
posisi bucket siap menumpahkan material. Lamanya waktu ini ditentukan
oleh posisi excavator dan truck dan posisi pengambilan material, bila posisi
antar excavator dan dump truck terlalu jauh maka waktu memutar juga
akan lebih lama.
3. Dumping (waktu menumpahkan material kedalam bak dump truck), yaitu
waktu yang dimulai dari bucket siap menumpahkan material kedalam bak
dump truck sampai bucket kembali keposisi sebelum menumpahkan
material, atau sampai bucket dalam keadaan kosong.
4. Swing empty (waktu memutar saat muatan kosong), yaitu waktu yang
dihitung dari selesai proses menumpahkan material sampai bucket siap
kembali menggali material lagi.
35

Sumber: Dokumentasi KP PT G.Kulalet, 2019


Gambar 4.1
Diagram Alir Kegiatan Pemuatan
4.1.2 Pengangkutan
Dalam kegiatan pengangkutan di PT gunung Kulalet, Desa Paniisan,
Kecamatan Baleendah, Kabuapten Bandung, Provinsi Jawa Barat, menggunakan
dump truck (HINO RANGER FF), pengangkutan diawali dari pemuatan material ke
dalam dump truck dan kemudian diangkut di angkut menuju hopper. Jarak dari
front kerja menuju hopper kurang lebih 85,7 meter dengan waktu tempuh rata-rata
1 menit 40 detik serta menggunakan manuver mundur (Gambar 4.3).

Sumber: Dokumentasi KP PT G.Kulalet, 2019


Foto 4.2
Hino Super Ranger FF
Pada kegiatan penambangan, dump truck digunakan untuk melakukan
pengangkutan, material dari loading point sampai ke hopper. Pengamatan
dilakukan pada waktu edar dump truck dalam menyelesaikan satu siklus
pengangkutan. Berikut urutan waktu edarnya dalah satu siklus adalah :
36

1. Waktu berangkat kosong, yaitu waktu dump truck kembali dari dumping
muatan atau hopper ke tempat tunggu kosong.
2. Waktu manuver kosong, yaitu waktu dump truck berpindah dari posisi
tunggu kosong ke loading point dan memudahkan pemuatan. Waktu ini
tergantung pada kondisi jalan.
3. Waktu isi, yaitu waktu material ditumpahkan ke dalam bak dump truck
sampai penuh, waktu ini dipengaruhi oleh keahlian operator alat gali-muat,
dan kondisi material.
4. Waktu berangkat isi, yaitu waktu yang dimulai sejak dump truck
meninggalkan loading point (titik pemuatan) dengan kondisi bak terisi oleh
material dan akan menuju ke lokasi hopper (pengolahan). Lama waktu ini
dipengaruhi oleh kondisi jalan dan jarak dari loading point ke hopper.
5. Waktu manuver isi, yaitu waktu yang diperlukan dump truck untuk
memposisikan posisinya di depan hopper yang dihitung dari mulai
mundurnya dump truck sampai dump truck berhenti dan siap
menumpahkan material.
6. Waktu menumpahkan material (dumping) yaitu waktu saat dump truck
berhenti manuver isi dan siap menumpahkan dump body atau mengangkat
bak sampai dump truck menurunkan bak nya lagi.

Sumber: Dokumentasi KP PT G.Kulalet, 2019


Gambar 4.2
Diagram Alir Kegiatan Pengangkutan
37

Sumber : Data Kerja Praktik PT Gunung Kulalet, 2019


Gambar 4.3

37
Peta Skema Jalur Pengangkutan
38

4.2 Pembahasan
Dari kegiatan lapangan yang telah diamati, akan dibahas mengenai
beberapa hal sebagaimana berikut ini :
4.2.1 Penggalian dan Pemuatan
Kegiatan gali-muat menggunakan alat mekanis berupa excavator HITACHI
ZAXIS 200 dengan kapasitas bucket 0,8 m3. Kegiatan gali-muat dilakukan pada
pukul 07.00 WIB–17.00 WIB (9 jam kerja). Untuk memenuhi produksi jaw crusher
per harinya kegiatan pemuatan menggunakan 1 alat excavator. Berikut ini
pengolahan data alat gali-muat.
1. Perhitungan Waktu Kerja Efektif
Berikut data waktu tersediia dan waktu hambatan selama kegiatan gali-
muat oleh excavator HITACHI ZAXIS 200 :
a. Waktu tersedia (T), merupakan waktu yang diberikan oleh perusahaan
untuk melakukan kegiatan produksi/penambangan yang meliputi jam
kerja dan jam istirahat. Waktu tersedia yang diberikan perusahaan
yakni 176 jam/20 hari (Tabel 4.1)
Tabel 4.1
Waktu Tersedia
Waktu Produktif PT Gunung Kulalet
Waktu Produktif Waktu Produktif
Hari Kegiatan Waktu Jam
(Jam/hari) (Jam/ 20 Hari)
07.00 –
Kerja 12.00 5
Senin - Kamis, 12.00 –
Istirahat 1 9
dan Sabtu 13.00
13.00 -
Kerja 4
17.00
176
07.00 -
Kerja 4
11.00
11.00 -
Jumat Istirahat 1 8
13.00
13.00 -
Kerja 4
17.00
Sumber: Kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet, 2019
b. Waktu hambatan (S), merupakan waktu yang tidak digunakan atau
waktu yang terbuang akibat dari beberapa faktor. Waktu hambatan
kegiatan penggalian-pemuatan yang didapatkan di lapangan yakni
sebesar 37,90 jam/20 hari (Tabel 4.2). Waktu hambatan yang sangat
mempengaruhi kegiatan kerja adalah waktu hambatan standby yang
merupakan waktu tunggu dari berangkat isi dan manuver kosong alat
angkut, waktu tersebut diperoleh sebesar 1027,96 menit/20hari. Selain
itu, waktu hambatan ini juga meliputi :
39

 Terlambat datang;
 Perapihan loading;
 Blasting;
 Istirahat lebih awal; dan
 Pulang lebih awal.
c. Waktu perbaikan / repair (R), merupakan waktu kumulatif yang
didasarkan pada terjadinya kerusakan alat disertai dengan perbaikan
pada saat waktu kerja berjalan. Waktu perbaikan pada kegiatan
penggalian-pemuatan didapatkan sebesar 5,64 jam/20 hari. (Tabel 4.2)
d. Waktu kerja / work (W), merupakan waktu total yang benar-benar
dimanfaatkan untuk proses produksi yang dimana waktu kerja
perusahaan dikurangi dengan waktu hambatan dan waktu perbaikan.
Waktu kerja pada kegiatan penggalian-pemuatan dapat dihitung
dengan persamaan 3.1. (Tabel 4.2).
W = (T) – (S) – (R)
= 176 – 37,90 – 5,64
= 132,45 jam/20 hari
Tabel 4.2
Kumulatif Waktu Kerja Alat Gali-Muat
Keterangan Menit Jam
Waktu Kerja 7947.27
WORKING 132.45

Terlambat Datang 278.40


Perapihan Loading 364.62
Stand By 1027.96
STAND BY 37.90 176.00
Blasting 106.85
Istirahat Lebih Awal 130.32
Pulang Lebih Awal 366.02
Maintanance 106.08
REPAIR 5.64
Service alat 232.48
Sumber: Kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet, 2019
e. Availability Index (AI), merupakan angka bernilai persentase yang
menunjukan tingkat kesediaan alat secara nyata karena adanya akibat
masalah mekanik (alat). Nilai AI yang didapatkan sebesar 95,91 %
yang dimana dapat diartikan bahwa alat gali-muat yang dipergunakan
di lapangan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi yang berarti alat tidak
rentan rusak. Perhitungan AI dapat dilakukan dengan persamaan 3.3.
40

AI = W x 100%
W+R
132,45
= x 100%
132,45 + 5,64

= 95,91 %
f. Physical Availability (PA), merupakan angka bernilai persentase yang
menunjukan keadaan fisik alat gali-muat dengan memperhitungkan
faktor hambatan lainnya. Nilai PA yang didapatkan sebesar 96,79 %
yang dimana nilai tersebut dapat diartikan sebagai siapnya keadaan
fisik alat gali-muat karena jarang terjadi hambatan yang mempengaruhi
seperti hujan ataupun kondisi alam lainnya. Perhitungan PA dapat
dilakukan oleh persamaan 3.4.
W+S
PA = x 100%
W+R+S
132,45 + 37,90
= x 100%
132,45 + 5,64 + 37,90

= 96,79 %
g. Use of Availability (UA) merupakan angka bernilai persentase yang
menunjukan waktu yang dipergunakan oleh suatu alat gali-muat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dipergunakan (available). Nilai UA
yang didapatkan sebesar 77,75 % yang dimana nilai tersebut dapat
diartikan bahwa waktu kerja yang diberikan banyak terpotong oleh
hambatan. Hambatan tersebut seperti menunggunya manuver alat
angkut untuk proses pemuatan. Perhitungan PA dapat dilakukan
dengan persamaan 3.5.
UA = W x 100%
W+S
132,45
= x 100%
132,45 + 37,90

= 77,75 %
h. Effective Utilization (EU), merupakan angka bernilai persentase yang
menunjukan efektifitas pemakaian alat gali-muat. Nilai EU yang
didapatkan sebesar 75,26 % yang dimana nilai tersebut dapat diartikan
sebagai nilai efektivitas kerja alat gali-muat. Perhitungan menggunakan
persamaan 3.6 :
W
EU = x 100%
W+R+S
132,45
= x 100% = 75,26 %
132,45 + 5,64 + 37,90
41

Tabel 4.3
Efisiensi Kerja Alat Gali-Muat
Jam / 20 Hari %
Unit
W R S T AI PA UA EU
Hitachi Zaxis 200 132,45 5,64 37,90 176,00 95,91 96,79 77,75 75,26
Sumber: Kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet, 2019
2. Perhitungan Produktivitas Excavator Zaxis-200
Berdasarkan data hasil pengamatan dan pengolahan yang meliputi
parameter tetap dan tidak tetap. Dimana parameter tetap didalamnya
terdapat kapasitas bucket, fill factor, dan swell factor. Sedangkan
parameter tidak tetap didalamnya terdapat cycle time dan efisiensi kerja
alat yang setiap harinya dapat berbeda karena terdapatnya hambatan kerja
yang berbeda. Perhitungan produktivitas dapat ditentukan dengan rumus
3.11, berikut di bawah ini merupakan contoh perhitungan produktivitas alat
muat :
60 x 0,80 x 0,58 x 0,59 x 0,80 x 2,28
Produktivitas (P) =
0,40
= 74,66 ton / jam / alat
Tabel 4.4
Produktivitas Alat Gali-Muat
Produktivita
Kapasita Produksi
CT Fill Swell s
Tangga s Bucket Efisiens
Excavato Facto Facto
l Teoritis i Kerja BCM/Jam/ala BCM/Ja Ton/Ja
r (Menit) r r
(LCM) t m m

16-Jul 0,40 0,80 0,58 0,59 0,80 32,74 32,74 74,66


17-Jul 0,35 0,80 0,58 0,59 0,77 36,58 36,58 83,40
18-Jul 0,34 0,80 0,58 0,59 0,73 34,87 34,87 79,51
19-Jul 0,32 0,80 0,58 0,59 0,77 39,06 39,06 89,07
20-Jul 0,36 0,80 0,58 0,59 0,71 32,07 32,07 73,12
21-Jul Libur
22-Jul 0,39 0,80 0,58 0,59 0,77 32,00 32,00 72,96
23-Jul 0,37 0,80 0,58 0,59 0,76 34,04 34,04 77,62
24-Jul 0,34 0,80 0,58 0,59 0,75 36,19 36,19 82,51
25-Jul 0,32 0,80 0,58 0,59 0,78 39,26 39,26 89,52
26-Jul 0,33 0,80 0,58 0,59 0,75 37,83 37,83 86,25
27-Jul 0,33 0,80 0,58 0,59 0,76 37,92 37,92 86,47
28-Jul Libur
29-Jul Mesin Crusher Rusak
30-Jul Mesin Crusher Rusak
31-Jul Mesin Crusher Rusak
01-Aug 0,35 0,80 0,58 0,59 0,76 35,21 35,21 80,28
02-Aug 0,35 0,80 0,58 0,59 0,77 35,85 35,85 81,74
03-Aug 0,38 0,80 0,58 0,59 0,64 27,87 27,87 63,54
04-Aug Libur
05-Aug 0,33 0,80 0,58 0,59 0,76 37,43 37,43 85,35
06-Aug 0,33 0,80 0,58 0,59 0,75 37,10 37,10 84,60
07-Aug 0,32 0,80 0,58 0,59 0,77 39,86 39,86 90,88
42

Produktivita
Kapasita Produksi
CT Fill Swell s
Tangga s Bucket Efisiens
Excavato Facto Facto
l Teoritis i Kerja BCM/Jam/ala BCM/Ja Ton/Ja
r (Menit) r r
(LCM) t m m

08-Aug 0,33 0,80 0,58 0,59 0,71 35,08 35,08 80,00


09-Aug 0,35 0,80 0,58 0,59 0,76 35,56 35,56 81,08
10-Aug 0,32 0,80 0,58 0,59 0,78 39,98 39,98 91,15
11-Aug Libur (Idul Adha)
Rata -Rata 27,03 27,03 61,62
Sumber: Kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet, 2019
Dari tabel diatas, didapatkan produktivitas rata – rata alat muat adalah
27,03 BCM/Jam / Alat dengan produksi 27,03 BCM / jam atau 61,62 ton / jam yang
dimana nilai produksi tersebut telah mencapai target produksi per jam dari
perusahaan.
4.2.2 Pengangkutan (Hauling)
Kegiatan pengangkutan material menggunakan alat mekanis berupa Dump
Truck (DT) Hino super ranger FF. Kegiatan pengangkutan dilakukan pada pukul
07.00 WIB – 17.00 WIB. Pada penelitian ini dilakukan menggunakan 3 buah dump
truck yang bertugas untuk memenuhi kapasitas jaw crusher per hari dengan
kondisi jalan dan jarak tempuh pengangkutan tertentu (Gambar4.3). Berikut ini
pengolahan data alat angkut.
1. Waktu Kerja Efektif
Berikut data waktu tersediia dan waktu hambatan selama kegiatan
pengangkutan oleh dump truck Hino Ranger :
a. Waktu Tersedia (T), merupakan waktu yang diberikan oleh perusahaan
untuk melakukan kegiatan produksi/penambangan yang meliputi jam
kerja dan jam istirahat. Waktu tersedia yang diberikan perusahaan
yakni 176 jam/20 hari. (Tabel4.5)
Tabel 4.5
Waktu Tersedia
Waktu Produktif PT Gunung Kulalet
Waktu Produktif Waktu Produktif
Hari Kegiatan Waktu Jam
(Jam/hari) (Jam/ 20 Hari)
07.00
Kerja – 5
12.00
Senin - 12.00
Kamis, dan Istirahat – 1 9 176
Sabtu 13.00
13.00 -
Kerja 4
17.00
43

Waktu Produktif PT Gunung Kulalet


Waktu Produktif Waktu Produktif
Hari Kegiatan Waktu Jam
(Jam/hari) (Jam/ 20 Hari)
07.00 -
Kerja 4
11.00
11.00 -
Jumat Istirahat 1 8
13.00
13.00 -
Kerja 4
17.00
Sumber: Kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet, 2019
b. Waktu hambatan (S), merupakan waktu yang tidak digunakan atau
waktu yang terbuang akibat dari beberapa faktor. Waktu hambatan
kegiatan pengangkutan yang didapatkan di lapangan yakni sebesar
71,55 jam/20 hari (Tabel 4.2). Waktu hambatan yang sangat
mempengaruhi kegiatan kerja adalah waktu hambatan standby yang
merupakan waktu tunggu dari menunggunya giliran pemuatan akibat
adanya antrian, waktu tersebut diperoleh sebesar 3161,55
menit/20hari. Selain itu, waktu hambatan ini juga meliputi :
 Terlambat datang;
 Perapihan loading;
 Blasting;
 Istirahat lebih awal; dan
 Pulang lebih awal.
c. Perbaikan / repair (R) merupakan waktu kumulatif yang didasarkan
pada terjadinya kerusakan alat pengangkuta disertai dengan perbaikan
alat pada saat waktu kerja sedang berjalan. Waktu perbaikan pada
kegiatan pengangkutan didapatkan sebesar 2,56 jam/20 hari. (Tabel
4.6)
d. Kerja / Work (W), merupakan waktu total yang benar-benar
dimanfaatkan untuk proses produksi yang dimana waktu kerja
perusahaan dikurangi dengan waktu hambatan dan waktu perbaikan.
Waktu kerja pada kegiatan pengangkutan dapat dihitung dengan
persamaan 2.1. (Tabel 4.6).
W = (T) – (S) – (R)
= 176 – 71,55 – 2,56
= 101,89 jam/20 hari
44

Tabel 4.6
Kumulatif Waktu Kerja Alat Angkut
Keterangan Menit Jam
WORKING TIME 6103.63
WORKING 101.73

Terlambat Datang 422.45


Stand By 3161.55
STAND
Blasting 106.85 71.55 176.00
BY
Istirahat Lebih Awal 140.87
Pulang Lebih Awal 461.00
Maintanance 0.00
REPAIR 2.56
Service alat 153.68
Sumber: Kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet, 2019
e. Availability Index (AI), merupakan angka bernilai persentase yang
menunjukan tingkat kesediaan alat secara nyata karena adanya akibat
masalah mekanik (alat). Nilai AI yang didapatkan sebesar 97,55 %
yang dimana dapat diartikan bahwa alat angkut yang dipergunakan di
lapangan memiliki tingkat kesiapan yang tinggi yang berarti alat tidak
rentan rusak. Perhitungan AI dapat dilakukan dengan persamaan 3.3.
AI = W x 100%
W+R
101,89
= x 100%
101,89 + 2,56

= 97,55 %
f. Physical Availability (PA), merupakan angka bernilai persentase yang
menunjukan keadaan fisik alat angkut yang dipergunakan dalam
kegiatan operasi produksi. Nilai PA yang didapatkan sebesar 98,54 %
yang dimana nilai tersebut dapat diartikan sebagai siapnya keadaan
fisik alat angkut karena jarang terjadi hambatan yang mempengaruhi
seperti hujan ataupun kondisi alam lainnya. Perhitungan PA dapat
dilakukan oleh persamaan 3.4.
W+S
PA = x 100%
W+R+S
101,89 + 71,55
= x 100%
101,89 + 2,56 + 71,55

= 98,54%
g. Use Of Availability (UA), merupakan angka bernilai persentase yang
menunjukan waktu yang dipergunakan oleh suatu alat angkut untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dipergunakan (available). Nilai UA
45

yang didapatkan sebesar 58,75 % yang dimana nilai tersebut dapat


diartikan bahwa waktu kerja yang diberikan banyak terpotong oleh
hambatan. Hambatan tersebut seperti menunggunya alat akibat antrian
pada saat akan melakukan pemuatan di front kerja. Perhitungan PA
dapat dilakukan dengan persamaan 3.5.
UA = W x 100%
W+S
101,89
= x 100%
101,89 + 71,55

= 58,75%
h. Effective Utilization (EU), merupakan angka bernilai persentase yang
menunjukan efektifitas pemakaian alat angkut. Nilai EU yang
didapatkan sebesar 57,89 % yang dimana nilai tersebut dapat diartikan
sebagai nilai efektivitas kerja alat gali-muat selama proses produksi.
Perhitungan menggunakan persamaan 3.6 :
W
EU = x 100%
W+R+S
101,89
= x 100%
101,89 + 2,56 + 71,55

= 57,89 %
Tabel 4.7
Efisiensi Kerja Alat Angkut
Jam / 20 Hari %
Unit
W R S T AI PA UA EU
Hino Ranger
101,89 2,56 71,55 176,00 97,55 98,54 58,75 57,89
FF
Sumber: Kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet, 2019
2. Perhitungan Produktivitas Dumptruck Hino Super Ranger FF.
Berdasarkan data hasil pengamatan dan pengolahan yang meliputi
parameter tetap dan tidak tetap. Dimana parameter tetap didalamnya
terdapat kapasitas bucket, fill factor, dan swell factor. Sedangkan
parameter tidak tetap didalamnya terdapat cycle time dan efisiensi kerja
alat yang setiap harinya dapat berbeda karena terdapatnya hambatan kerja
yang berbeda. Perhitungan produktivitas dapat ditentukan dengan rumus
3.11, berikut di bawah ini merupakan contoh perhitungan produktivitas alat
angkut :
60 x 0,80 x 0,58 x 0,59 x 0,59 x 2,28
Produktivitas (P) =
7,72
= 22,95 ton / jam / alat
46

Tabel 4.8
Produktivitas Alat Angkut
CT Kapasita Produksi
Dum s Fill Swell Produktivitas
Tangg Efesian
p Bucket Facto Facto (BCM/Jam/ala BCM/Ja Ton/Ja Ton/Jam/al
al si Kerja
Truc Teoritis r r t) m m at
k (LCM)
16-Jul 7,72 0,80 0,58 0,59 0,59 10,06 30,19 68,84 22,95
17-Jul 6,51 0,80 0,58 0,59 0,60 12,01 36,04 82,17 27,39
18-Jul 5,59 0,80 0,58 0,59 0,58 13,60 40,81 93,04 31,01
19-Jul 5,24 0,80 0,58 0,59 0,61 15,13 45,39 103,49 34,50
20-Jul 7,43 0,80 0,58 0,59 0,55 9,65 28,94 65,98 21,99
21-Jul Libur
22-Jul 7,01 0,80 0,58 0,59 0,58 10,89 32,68 74,52 24,84
23-Jul 9,88 0,80 0,58 0,59 0,58 7,66 22,97 52,38 17,46
24-Jul 8,99 0,80 0,58 0,59 0,58 8,48 25,43 57,98 19,33
25-Jul 5,76 0,80 0,58 0,59 0,59 13,39 40,17 91,60 30,53
26-Jul 4,97 0,80 0,58 0,59 0,58 15,22 45,67 104,14 34,71
27-Jul 5,77 0,80 0,58 0,59 0,60 13,69 41,07 93,65 31,22
28-Jul Libur
29-Jul Mesin Crusher Rusak
30-Jul Mesin Crusher Rusak
31-Jul Mesin Crusher Rusak
01-Aug 8,72 0,80 0,58 0,59 0,59 8,78 26,34 60,06 20,02
02-Aug 9,57 0,80 0,58 0,59 0,58 7,89 23,67 53,97 17,99
03-Aug 8,80 0,80 0,58 0,59 0,48 7,12 21,37 48,73 16,24
04-Aug Libur
05-Aug 6,78 0,80 0,58 0,59 0,57 10,95 32,85 74,91 24,97
06-Aug 6,82 0,80 0,58 0,59 0,57 11,01 33,02 75,29 25,10
07-Aug 5,67 0,80 0,58 0,59 0,64 14,74 44,22 100,82 33,61
08-Aug 6,85 0,80 0,58 0,59 0,51 9,79 29,37 66,97 22,32
09-Aug 6,60 0,80 0,58 0,59 0,55 10,93 32,78 74,75 24,92
10-Aug 6,13 0,80 0,58 0,59 0,64 13,65 40,96 93,39 31,13
11-Aug Libur (Idul Adha)
Rata - Rata 8,55 25,65 58,48 19,49
Sumber: Kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet, 2019
Dari tabel diatas produktivitas rata – rata alat alat, adalah 8,55 BCM/Jam/
Alat dengan produksi 19,49 ton/jam/alat atau 58,48 ton/jam/ 3alat yang dimana
nilai produksi tersebut telah mencapai target produksi per jam dari perusahaan.
4.2.3 Sinkronisasi Alat Gali-Muat dan Alat Angkut (Match Factor)
Sinkronisasi atau Keserasian alat gali-muat dan alat angkut menunjukkan
jumlah produktif dari kedua jenis alat yang diharapkan nilainya sama dengan 1
(satu). Keserasian alat gali-muat dan alat angkut dapat menunjukan pula seberapa
efektif alat-alat tersebut digunakan, bila nilai keserasian kurang dari satu (<1) maka
dinyatakan sebagai kurang efektifnya alat gali-muat yang digunakan. Sebaliknya,
bila nilai keserasian lebih dari satu (>1) maka dinyatakan sebagai kurang efektifnya
47

alat angkut yang digunakan. Berikut dibawah ini merupakan contoh perhitungan
yang telah dilakukan (rumus 3.12) :
nA × CTm × Fp
MF =
nM × CTa
3 × (23,876/60) × 7
= = 1,08
1 × (462,973/60)

Tabel 4.9
Match Factor Excavator Terhadap Dump Truck
Match Factor
Ct
Jumlah Jumlah Ct DT
Tanggal Exavator MF
Exavator DT (Detik)
(Detik)
16 Juli 2019 1 3 23,876 462,973 1,082970371
17 Juli 2019 1 3 20,727 390,764 1,113869241
18 Juli 2019 1 3 20,511 335,649 1,283306417
19 Juli 2019 1 3 19,242 314,205 1,286061122
20 Juli 2019 1 3 21,719 446,061 1,022518044
22 Juli 2019 1 3 23,629 420,410 1,180315859
23 Juli 2019 1 3 21,924 592,788 0,776666621
24 Juli 2019 1 3 20,436 539,411 0,795600964
25 Juli 2019 1 3 19,436 345,322 1,181978354
26 Juli 2019 1 3 19,545 298,123 1,376776502
27 Juli 2019 1 3 19,797 346,339 1,2003818
1 Agust 2019 1 3 21,198 523,480 0,85036504
2 Agust 2019 1 3 20,968 574,152 0,766933468
3 Agust 2019 1 3 22,526 527,952 0,89599111
5 Agust 2019 1 3 19,882 406,579 1,026932465
6 Agust 2019 1 3 19,975 409,149 1,025214192
7 Agust 2019 1 3 19,037 340,341 1,174659737
8 Agust 2019 1 3 19,941 411,173 1,018428673
9 Agust 2019 1 3 20,993 396,069 1,113049992
10 Agust 2019 1 3 19,221 367,590 1,098070371
Rata -Rata 1,064
Sumber: Kegiatan Kerja Praktik di PT Gunung Kulalet, 2019
Berdasarkan data yang telah diperoleh dari kegiatan lapangan dan juga
pengolahan didapatkan data berupa match factor antara jumlah excavator dengan
jumlah Dump Truck 1 dan 3 yang mendapatkan nilai yakni lebih dari 1 yang
menunjukan ketidak serasian antara kerja excavator dengan kerja dump truck,
dimana dump truck lebih sering menunggu pengisian (loading). Nilai match factor
yaitu sebesar 1,064.
Nilai cycle time dump truck juga mempengaruhi besarnya match factor
yang diperoleh. Hal in dapat terjadi karena pada cycle time dump truck
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti kondisi jalan, hambatan yang disebabkan
oleh manusia, dan juga kelebihan muatan.
48

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pemaparan yang telah disampaikan dapat disimpulkan beberapa hal
diantaranya :
1. Jumlah produksi batu andesit yang ditargetkan oleh PT Gunung Kulalet
yakni sebesar 9000 ton/bulan.
2. Alat muat yang digunakan di PT Gunung Kulalet yakni 1 (satu) unit
excavator Hitachi type Zaxis-200 dengan kapasitas bucket sebesar 0,8
LCM. Sedangkan alat angkut yang digunakan yakni 3 (tiga) sampai 4
(empat) unit dump truck Hino Super Ranger FF dengan bak berkapasitas
7 LCM.
3. Berdasarkan perhitungan hasil pengamatan di lapangan didapat efisiensi
kerja alat excavator yaitu 75,27 % dan efisiensi kerja alat Hino Ranger FF
yaitu 57,79 %.
4. PT Gunung Kulalet memiliki waktu produksi 9 jam beserta waktu istirahat
1 jam dan dengan jumlah shift kerja hanya 1 (satu) kali yakni pukul 07.00
WIB hingga 17.00 WIB. produktivitas rata – rata alat muat PT Gunung
Kulalet adalah 27,03 BCM/Jam/Alat dengan produksi 27,03 BCM/jam
61,62 ton/jam serta produktivitas rata – rata alat alat PT Gunung Kulalet
adalah 8,55 BCM/Jam/ Alat dengan produksi 19,49 ton/jam/alat atau 58,48
ton/jam/ 3alat.
5. Faktor hambatan yang dapat membengaruhi kegiatan produksi batu
andesit di PT Gunung Kulalet, meliputi kondisi jalan, hambatan yang
ditimbulkan manusia, keadaan material yang menjadi bahan pemuatan,
terlalu jauhnya jarak manuver kosong, serta hal-hal lain diluar dugaan.
6. Nilai match factor (MF) yang didapatkan menunjukan nilai yakni lebih dari
1 (>1) yang berarti kondisi alat angkut menunggu. Nilai MF yang didapat
adalah 1,064

48
49

5.2 Saran
Setelah melakukan kegiatan kerja praktik terdapat beberapa saran yang
penulis buat, diantaranya:
1. Lebih memperhatikan penggunaan jumlah dump truck sesuai kebutuhan
material yang akan di angkut (loading), agar tidak bertambahnya cost
akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan.
2. Lebih selektif dalam menentukan rute pengangkutan agar tidak terjadi
kondisi yang memperlama proses pengangkutan, seperti manuver kosong
yang terlalu jauh.
3. Meminimalisir waktu pengontrolan (maintenance) yang memasuki waktu
produktif.
4. Meningkatkan pengawasan terhadap masyarakat yang beraktivitas di
dalam kawasan penambangan dengan cara pendekatan secara langsung
ataupun dengan mengeluarkan treatment berupa kebijakan-kebijakan
yang dapat menjembatani permasalahan tersebut, sehingga kegiatan
produksi tidak selalu terganggu.
5. Metoda loading yang digunakan harus mempertimbangkan kondisi
excavator dan Dumpt truck, dimana posisi track harus sejajar dengan
vessel dari dump truck, karena dengan konsisi tersebut kan mengurangi
waktu cycle time dari excavator.

49
50

DAFTAR PUSTAKA

1. Arif R. Darana & Dicky Muslim ., 2015. “Karakteristik Dan Kualitas


Potensi Andesit Di Daerah Kecamatan Soreang Dan
Sekitarnya, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat”
Padjadjaran Geoscience Journal, Fakultas Geologi : Universitas
Padjadjaran

2. Derek Martin & Peter Stacey, 2018. “Guidelines for Open Pit Slope
Design in Weak Rocks”, A Balkema book, Collingwood : CSIRO
Publishing.

3. Helbert L. Nicholas, JR. & David A. Day, PE., 2005. “ Moving The Earth”
Fifth Edition, McGraw-Hill Professional.

4. Martin, James W. 1982. “ Surface Mining Equipment” First Edition,


Martin Consultant, Inc.

5. Prodjosumarto, Partanto, 1993, ”Pemindahan Tanah Mekanis”, Institut


Teknologi Bandung :Bandung.

6. Simatupang, Maragin, dkk, “Pengantar Pertambangan Indonesia”,


Asosiasi Pertambangan Indonesia.

7. Suryaputra, August, 2009, “Skripsi Produksi Alat Muat dan Alat Angkut
Pada Kegiatan Pengupasan Tanah Penutup”, Universitas
Pembangunan Nasional Veteran.

8. William Andrew Hustrulid, 2016 “Quarry”, Articlee Quarrying,


Encyclopaedia Britannica

Anda mungkin juga menyukai