Anda di halaman 1dari 60

Rekayasa Geoteknik Pada

Tambang Bawah Tanah

RIAM MARLINA A MT
Kelas Kerjasama
Teknik Pertambangan-STTIND Padang
MEKANIKA DAN MEKANIKA BATUAN
MEKANIKA Bagian dari ilmu fisika yang mempelajari pengaruh beban pada objek tertentu.

Menurut Meriam & Kraige (2012) mekanika adalah bagian tertua dari ilmu fisika, awal perkembangannya
bersamaan dengan awal perkembangan rekayasa

Dokumen tertua Archimedes (212 – 287 SM) mengenai prinsip tuas dan gaya apung

Mengacu pada ilmu dasar mekanika yang diterapkan pada batuan (Hudson &
Mekanika Batuan Harrison, 1997)
REKAYASA GEOTEKNIK

REKAYASA GEOTEKNIK

Rekayasa geoteknik menggunakan prinsip mekanika tanah dan mekanika batuan untuk meneliti kondisi
di bawah permukaan dan materialnya, menentukan sifat fisik dan mekaniknya, stabilitas lubang bukaan,
menilai risiko yang dialami suatu konstruksi

Sejarah Mekanika Batuan Coulomb 1773, Von Karman 1911 proses keruntuhan batuan
UNDERGROUND CONSTRUCTION

Eupalinian aqueduct di Pulau Samos, Yunani dibangun 520 SM. Dibangun oleh Insinyur Yunani Eupalinos
of Megara dan dimulai pada kedua sisi Gunung Kastro
Baker Street Station (London) dibuka pada tahun 1863 merupakan stasiun kereta api bawah tanah tertua
di dunia
Wapping Tunnel di bangun di Liverpol Inggris pada tahun 1829 merupakan terowongan kereta api pertama
yang dibuat di bawah kota
Thames Tunnel London dibuka pada tahun 1843 merupakan terowongan bawah air pertama dan
merupakan terowongan pertama yang menggunakan perisai penerowongan (tunneling shield)
LANTAS, KAPAN KONSTRUKSI BAWAH TANAH
DI INDONESIA DI MULAI ?
Tambang bawah tanah di Lebong Bengkulu beroperasi 1896 oleh Mijnbouw Maatscappij Redjang Lebong
***Emas di Puncak Monas berasal dari Lebong Tandai Bengkulu
Lubang tambang batubara bawah tanah Mbah Suro di Sawahlunto 1989 - 1932
Terowongan Rel Kereta Api Sasaksaat dibangun pada 1902 – 1903 sepanjang 949 meter
PLTA Sigura-gura dibangun 9 Juni 1978 berada di 200 meter dibawah tanah dengan terowongan sepanjang 1
km
INTRODUCTORY Pembongkaran
(Breaking/loosening
/excavating)
Penambangan adalah salah satu kegiatan pertambangan
yang bertujuan untuk memisahkan material berharga dari Kegiatan untuk membongkar material
batuan induknya. (waste, ore, coal) yang masif menjadi
terberai. Metode pemberaiian yang
KEGIATAN bisa digunakan adalah
PENAMBANGAN pemboran&peledakan, penggarukan
(ripping), dan pemecahan (breaking)

Pemuatan
Pengangkutan (Mucking/Loading)
(Hauling)

Kegiatan pengangkutan Kegiatan pemuatan


material (waste, ore, coal) ke material (waste, ore,
tempat tujuan, seperti coal) ke dalam alat
pengangkutan waste ke angkut.
disposal, pengangkutan
batubaru ke ROM Stockpile dll.
Sistem Penambangan
1. Tambang Terbuka
(Surface Mining)

suatu kegiatan penggalian bahan galian seperti


batubara, ore (bijih), batu dan sebagainya di mana
para pekerja berhubungan langsung dengan
udara luar.dan iklim.  Tambang terbuka (open pit
mining) juga disebut dengan open cut mining;
adalah metoda penambangan yang dipakai untuk
menggali mineral deposit yang ada pada suatu
batuan yang berada atau dekat dengan
permukaan.
2. Tambang Bawah Tanah
(Underground Mining)

suatu sistim penambangan mineral atau batubara


dimana seluruh aktivitas penambangan tidak
berhubungan langsung dengan udara terbuka
3. Tambang Bawah Air
(Underwater Mine)
metode penambangan yang kegiatan penggaliannya
dilakukan di bawah permukaan air atau endapan
mineral berharganya terletak di bawah permukaan air. 
APA YANG ANDA BAYANGKAN ?
Sumber - sumber Ketidakmantapan Lubang Bukaan
Hoek & Brown 1980

Pengaruh Struktur Tegangan Berlebih Pelapukan Air


Geologi
yaitu yaitu yaitu
yaitu
Sesar dan kekar overstress Pelapukan dari Air tanah
batuan
METODE ANALISIS KEMANTAPAN LUBANG BUKAAN

Metode rancangan untuk menilai kestabilan lubang bukaan menurut Bieniawski (1984) adalah :

Metode
Metode
analisis
analisis
Metode analitik Metode observasi Metode empirik
Metode Analitik
Metode ini menggunakan parameter input yang bervariasi untuk melakukan analisis perbandingan kemantapan lu
bang bukaan, kriteria keruntuhan yang sesuai dapat digunakan sebagai tools untuk identifikasi mekanisme kerunt
uhan.

Metode analitik pada perancangan lubang bukaan bawah tanah mencakup beberapa teknik yaitu :
a. Closed Form
Tegangan dan perpindahan (displacement) karena penggalian massa batuan sehingga akan mengakibatkan
perubahan distribusi tegangan pada massa batuan. Kirsch (1898) menurunkan persamaan tegangan radial,
tegangan tangensial, dan tegangan geser di sekitar terowongan.

Komponen tegangan terinduksi

Perpindahan radial dan axial


Metode Analitik
b. Permodelan Numerik
Merupakan solusi teknik yang digunakan untuk merumuskan solusi dengan operasi hitungan/aritmatika, untuk
perhitungan tegangan, perpindahan dan keruntuhan massa batuan menggunakan variasi dari nilai setiap
parameter masukan dalam perancangan terowongan

Permodelan numerik

Pendekatan diskontinum Pendekatan hibrid


Pendekatan kontinum
Memungkinkan analisa besaran perpindahan Menggabungkan pendekatan kontinum dan
Asumsi darimetode ini adalah massa batuan
diskontinum, dimana keruntuhan pada massa batuan
mengalami deformasi secara kontinyu akibat akibat diskontinuitas yang dapat dianalisa seringkali disebabkan oleh kombinasi dari adanya
tegangan, massa batuan yang berada dalam zona karena keterbatasan pada analisis bidang geser pada massa batuan akibat diskontinuitas
terganggu, mengalami proses deformasi yang sama menggunakan pendekatan kontinum dan deformasi massa batuan
Metode Analitik-Pendekatan Kontinum
• Metode Elemen Batas
Analisis ini mendiskusikan kasus sebuah lubang bukaan panjang yang dibuat pada sebuah mas
sa elastis tak berhingga yang mengalami tegangan awal.

(a) Rencana penggalian pada


permukaan S sebuah lubang
bukaan pada sebuah media
yang mengalami tegangan
uniaxial (pxx)
Metode Analitik-Kontinu
• Metode Elemen Hingga
Merupakan pendefinisian domain permasalahan di sekitar lubang bukaan dan pembagian do
main tersebut menjadi serangkaian elemen yang saling berinteraksi (Brady & Brown, 2005).

(a) Ilustrasi penampang


melintang lubang bukaan yang (b) Batas yang dipilih dari
(c) Sebuah elemen yang
mengalami tegangan awal (pxx, domain permasalahan
merepresentasikan titik simpul
untuk dapat diselesaikan
pyy, pxy) pada media kontinu tak elemen (i, j, k)
secara statistika
berhingga
Asumsi dalam metode elemen hingga adalah bahwa transmisi gaya-gaya internal antar sisi-sisi
elemen yang berdekatan dapat direpresentasikan oleh interaksi-interaksi pada titik simpul dar
i elemen-elemen.
Metode Empirik
Klasifikasi
massa batuan
Geological
Strength Index

Terzaghi’s
Terzaghi’s Rock
Rock
Barton’s “Q”
Mass
Mass
Classification Classification
Classification

Deere’s
Deere’s Rock
Rock
Rock Mass Quality
Quality
Rating (RMR) Designation
Designation (RQD)
(RQD)

Tunnelman’s
Tunnelman’s
Rock Structure
Ground
Ground
Rating (RSR) Classification-soils
Classification-soils

• Metode empiris dengan menggunakan klasifikasi massa batuan, dasarnya adalah untuk merancang sistem
penyangga awal karena metode ini hanya berhubungan dengan beban batuan lepas.
• Beban batuan lepas yang melebihi tekanan batuan asli, beban squeezing atau swelling, maka metode empiris
tepat digunakan, tetapi apabila tekanan batuan asli lebih besar daripada beban batuan lepas, maka metode
empiris tidak dapat digunakan.
Metode Empirik
Kualitas massa batuan dapat diketahui menggunakan klasifikasi massa batuan dengan Rock Mass Rating
dan Q-System

Rock Mass Rating (Bieniawski) Q-System (Barton,dkk)

Parameter-parameter yang digunakan untuk Parameter yang digunakan dalam perhitungan Q System
mengklasifikasikan massa batuan dengan sistem RMR: adalah :
- RQD
- Kuat tekan uniaksial batuan utuh. - Jumlah set kekar (Jn)
- Rock Quality Designation (RQD). - Kekasaran kekar (Jr)
- Spasi bidang diskontinu. - Alterasi pada kekar (Ja)
- Kondisi bidang diskontinu.- - Keadaan air tanah pada kekar (Jw)
- Kondisi air tanah. - SRF (Stress Reduction Factor)
- Orientasi bidang diskontinu terhadap penggalian.
Sistem penyangga berdasarkan RMR (after Bieniawski, 1989 untuk Rock Tunnel dengan sistem penggalian Drill and Blast

KELAS PENGGALIAN PENYANGGAAN


MASSA ROCK BOLT (20 mm Dia, Fully Grouted) SHOTCRETE STEEL SETS
BATUAN

Batuan Sangat Baik (Kelas I) Full Face, dengan Umumnya tanpa penyanggaan, adakalanya pengukuran dilakukan untuk memakai “spot bolting”
RMR 81 - 100 Kemajuan  3 m

Batuan Baik Full Face, dengan kemajuan 1 – 1,5 m Lokalisasi, bolts pada atap sepanjang 3 m 50 mm di atap Tidak ada
(Kelas II) penyangga komplet 20 m dari face adakalanya dengan wire mesh
RMR 61 - 80

Batuan Sedang Top heading dan bench, dengan Bolt Sistematis panjang 4 m dengan spasi 50 – 100 mm di atap dan 30 mm di Tidak ada
(Kelas III) kemajuan 1,5 – 3 m. 1,5 – 2  m di atap dan di dinding. Pada atap dinding (sides).
RMR 41 – 60 Penyanggan dimulai setelah dibuat dengan wire mesh.
peledakan dan 10 m dari face.

Bantuan jelek Top heading dan bench, dengan Bolt sistematis panjang 4 – 5 m dengan spasi 100 – 150 mm di atap dan 100 mm Ribs ringan – sedang dengan spasi 1,5 m
(Kelas IV) kemajuan 1 – 1,5 di top heading. 1 – 1,5 m di atap dan di dinding dengan wire di dinding (sides)
RMR 21 – 40 Lakukan penyanggaan setiap 10 m mesh.
penggalian dari face.

Batuan Sangat Jelek Multiple drifts dengan kemajuan 0,5 – Bolt sistematis panjang 5 – 6 m dengan spasi 150 – 200 mm di atap, 150 mm di Rib sedang – berat dengan spasi 0,75 m dengan
(Kelas V) 1,5 m di top heading. Buat penyangga 1 – 1,5 m di atap dan di dinding dengan wire dinding (sides), dan 50 mm pada steel lagging dan forepoling.
RMR < 20 setiap penggalian. mesh. Buat Bolt di lantai (invert) face
Shotcrete d segera dipasang setelah
peledakan.
Parameter Selang Nilai
1 Kuat PLI > 10 4 - 10 2–4 1-2 Untuk nilai yang kecil
Tekan (MPa) di pakai hasil UCS
Batuan UCS > 250 100 – 50 – 100 25 – 50 5-25 1-5 <1
Utuh (MPa) 200
Pembobotan 15 12 7 4 2 1 0
2 RQD (%) 90 – 100 75 – 90 50 – 75 25 - 50 25
Pembobotan 20 17 13 8 3
No. Kelas I II III IV V 3 Jarak Diskontinuitas >2m 0,6 – 2 m 200 - 600 60 – 200 mm < 60 mm
mm
Stand-up time 20 Tahun 6 Bulan 1 Minggu untuk 10 jam untuk 30 Menit untuk span Pembobotan 20 15 10 8 5
Rata-rata untuk span 15 untuk span span 2,5 m 1m 4 Kondisi Permukaa Agak Agak Slikensided/g Gouge lunak > 5 mm,
m span 8 5m Diskontinuitas n sangat kasar, kasar, ouge < 5 mm, atau separasi > 5
m
kasar, separasi  separasi   atau mm, menerus
Kohesi Massa > 400 300 – 200 – 300 100 – 200 < 100 tidak  < 1 mm, < 1 mm, separasi   1 –
Batuan (Kpa) 400 menerus, agak sangat 5 mm,
Sudut Geser > 45 35 – 45 25 – 35 15 – 25 < 15 tidak lapuk lapuk menerus
Dalam Massa renggang,
Batuan (derajat) tidak lapuk
Pembobotan 30 25 20 10 0
5 Airtan Aliran / Tidak ada < 10 10 – 25 25 – 125 > 125
ah 10 m panjang
tunnel (L/min)
Tekanan pori 0 < 0,1 0,1 – 0,2 0,2 – 0,5 > 0,5
dibagi
tegangan
utama
Keadaan Kering Lembab Basah Menetes Mengalir
Umum
Pembobotan 15 10 7 4 0
Metode Empirik
Klasifikasi massa batuan dan sistem penyangga berdasarkan Q system (Barton, et al, 1993) yang cocok diterapkan
pada jenis massa batuan yang terkekarkan.

estimasi untuk panjang bolt, span maksimum


tanpa penyangga, dan tekanan penyangga
untuk kestabilan terowongan :
- Panjang bolt

- Span Maksimum

- Tekanan Penyangga
Metode Observasi
Metode ini dilakukan pada tahap perancangan terowongan dimana pada beberapa kasus diterapkan setelah
konstruksi, meliputi teknik pemantauan batuan, NATM, dan analisis interaksi batuan-penyangga dengan
menggabungkan permodelan numerik untuk perhitungan perilaku displacement dan radius zona plastis pada lubang
bukaan

a. Teknik Pemantauan Massa Batuan


Pengamatan terhadap struktur – struktur rekayasa yang dapat dilakukan secara visual maupun dengan bantuan
peralatan. Menurut Cording (Bieniawski, 1984) untuk mengevaluasi kestabilan suatu lubang bukaan terdapat
sejumlah kriteria yang dapat digunakan, bila hanya memakai kriteria tunggal tentu saja tidak akan cukup untuk
dijadikan sebagai patokan lebih jauh lagi. Perpindahan yang menunjukkan ketidakstabilan lokal harus dibedakan
dengan perpindahan yang menunjukkan ketidakstabilan yang meliputi suatu daerah yang luas.

Brady dan Brown (1999), agar sebuah sistem pemantauan dapat memenuhi persyaratan
ekonomis yang handal, sistem tersebut harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut :

a) Pemasangan b) Memiliki c) Dilengkapi d) Disertai e) Gangguan


harus mudah sensitivitas, dengan penahan kemudahan yang
dilakukan keakuratan dan dan pelindung pembacaan, ditimbulkan
bahkan untuk kemampuulanga yang baik sehingga dapat pada operasi
kondisi lapangan n yang selama menghasilkan penambangan
yang sulit. memadai. digunakan. data seketika. sangat kecil
Metode Observasi
Pada suatu lubang bukaan atau tambang bawah tanah beberapa hal yang dapat dilakukan pemanta
uan meliputi (Brady & Brown, 1993):

Kecepata Pergerakan
Perpinda
Konverge
Rekahan
sepanjang /
n rambat han
Subsiden
nsiantara pada
memotong
gelombamassa kekar /
dua titikbatuan
ng batuanrekahan

Muka,
Perubahan
kanan,
kemiringan
n aliran
lubang bor
rtanah
Metode Observasi
Kriteria dalam analisis lubang bukaan adalah sebagai berikut :
 Perpindahan
Merupakan salah satu besaran primer yang diukur pada kegiatan pemantauan di tambang bawah tanah, ya
ng diukur adalah :
 Perpindahan absolut dari beberapa ttik pada batas galian atau, dengan kesulitan yang lebih tinggi, di da
lam massa batuan
 Perpindahan relatif antara dua titik pada batas galian

Kriteria analisis kestabilan lubang bukaan diterapkan dengan kriteria klasifikasi perpindahan :

Accumulative convergence (mm) Klasifikasi akumulasi


> 10,00 Sangat kecil
20 > x > 10 Kecil
30 > x > 20 Sedang
50 > x > 30 Tinggi
< 50 Sangat tinggi
Metode Observasi
 Laju Perpindahan atau Kecepatan Perpindahan
Cording mengungkapkan bahwa laju konvergensi (rate of displacement) dapat dipakai sebagai kriteria eval
uasi kestabilan suatu lubang bukaan dengan melihat besarnya laju konvergensi (rate of displacement) dan m
embandingkannya dengan batasan kestabilan yang telah ditentukan.
Kecepatan Perpindahan
Kriteria Cording, 1974 Zhenxiang, 1984
Kelas Massa Batuan Kelas Massa Batuan
Tidak dijelaskan Q = 0.067 – 0.208
Aman < 0.001 < 0.20
Besar 0.05 3.00
Berbahaya > 1.00 > 10.00

b. Interaksi Penyangga dan Batuan


Digunakan untuk memahami massa batuan di sekitar terowongan terdeformasi serta sistem penyangga dapat
bekerja untuk mengatasi deformasi tersebut. Analisis ini umumnya digunakan untuk terowongan pada batuan
lemah (Hoek, 2007)
Analisis ini terbatas pada untuk terowongan berpenampang lingkaran, kondisi tegangan insitu dnegan ketiga
tegangan utama memiliki nilai yang sama, massa batuan berperilaku elasto-plastis sempurna.
Output dari analisis kemantapan terowongan menggunakan pada metode rancangan penyangga
dengan closed form solution :

a. Ground Reaction Curve


Analisis kestabilan terowongan biasanya diinterpretasikan dalam bentuk grafik hubungan antara perpindahan massa batuan disekitar terowongan dengan
tekanan sistem penyangga
 Perpindahan tidak terjadi ketika tekanan penyangga sama
dengan tegangan insitu (Pi = P0)
 Perpindahan elastis terjadi ketika tekanan penyangga lebih
besar dari tekanan penyangga kritis dan tegangan insitu
(P0> Pi> Pcr)
 Perpindahan plastis terjadi ketika tekanan penyangga lebih
kecil dibandingkan tekanan kritis penyangga (Pi< Pcr)
 Perpindahan maksimal ketika Pi = 0

b. Radius zona plastis


Keruntuhan pada massa batuan tidak selalu menyebabkan keruntuhan pada terowongan, dengan ketentuan ketebalan zona plastis lebih kecil dibandingkan dengan radius terowongan.
Metode Observasi
 Analisis interaksi penyangga pada massa
batuan dengan mempertimbangkan komponen
sebagai berikut :
• Pergeseran dinding terowongan yang sudah
terjadi sebelum penyangga dipasang
• Kekakuan/Stiffness dari penyangga
• Kapasitas dari penyangga
 Penyangga yang telah terpasang dan kontak
dengan massa batuan mulai mengalami deformasi
elatis. Perpindahan maksimal didefinisikan
dengan sistem penyangga usm dan tekanan
penyangga maksimum pm adalah yield pada Faktor keamanan pada penyangga dihitung
sistem penyangga. dengan analisis deterministik merupakan rasio
tekanan penyangga maksimal terhadap
c. Support Reaction (Hoek,1995) equilibriumd. Faktor Keamanan
pressure.
 Kesetimbangan/equilibrium (Peq ) terjadi jika
kurva reaksi penyangga memotong kurva
perpindahan massa batuan.
BEBERAPA PERALATAN MONITORING

Tale – tale extensometer

Hijau 0– Tidak membutuhkan tindakan, monitoring


dilanjutkan
25
mm
Kuning 25 – Identifikasi tinggi material lunak / pelunakan
(HOS) , jika HOS di atas bolts, pasang
50 perkuatan lebih panjang, jika di bawah
mm bagian atas bolts, pasang tambahan
perkuatan dengan panjang standar untuk
meningkatkan densitas penyangga
Merah 50 Area terlarang, investigasi, pasang perkuatan
lebih panjang
mm +
Robotic/Automatic Total Station
Convergenmeter
STUDI KASUS FAILURE

Failure yang terjadi di Ch 55 pada


bulan Oktober, penyebabnya adalah
adanya air yang masuk dari
permukaan sehingga kekuatan
penyangga tidak dapat menyangga
beban dari lubang bukaan
Data Konvergen Titik Ch.49.00m, Ch.51.00m, Ch 55.00m
0.35

0.30

0.25

0.20

0.15

0.10

0.05

0.00

-0.05

Ch.49.00m Ch.51.00m Ch.55.00m


STUDI KASUS FAILURE

Shotcrete pada
permukaan/surface agar air tidak
masuk ke lubang bukaan
STUDI KASUS 1
Awal Eksisting
Uji Lab

Bobot Isi Kuat Tekan Modulus Poisson Sudut geser


Kohesi
Batuan Batuan Young Ratio dalam
Material
g σc E v c
MN/m3 MPa MPa   MPa °
FW_Andesitic
0,027 75 1453,7 0,25 0,524 61,32
Breccia
HW_Polymictic
0,027 51,07 940,4 0,25 0,197 46,83
Breccia
Vein (ore) 0,023 61,32 1551,3 0,25 0,251 51,01
Data Penyangga
Analisis Kestabilan Lubang Bukaan

Pemodelan Pertama Pemodelan Ketiga


Lubang Bukaan Awal belum dipasang H Lubang Bukaan Eksisting
Beam

Pemodelan Kedua Pemodelan Keempat

Lubang Bukaan Awal sudah dipasang H Lubang Bukaan Resupport


Beam.
Kondisi Batas

Pemodelan
Pemodelan
Pertama

Lubang Bukaan
Awal Tanpa
Penyangga
Pemodelan Kedua

Lubang Bukaan
Awal Dipasang
H Beam
Pemodelan Ketiga

Lubang Bukaan
Eksisting
Pemodelan
Keempat

Lubang Bukaan
Resupport
Analisis

Sigma 1 (σ1)
Analisis

Sigma 3 (σ3)
Analisis

Strength Factor
Penyebab Ketidakmantapan

σ1 besar memotong bidang lemah ( vein )

Your Text Here

(σ1) Awal Beam VS Aktual


Pengaruh Ketidakmantapan

Your Text Here


Pengaruh Ketidakmantapan

Your Text Here


Conclusion
1. Kontruksi bawah tanah di belahan dunia sudah dimulai jauh sebelum perkembangan kehidupan ini
berkembang 520 SM
2. Di Indonesia ada beberapa kontruksi bawah tanah yang sudah dimulai waktu itu antara lain : lubang
tambang Mbah Suro, Lubang Tambang di Bengkulu, Terowongan Sasaksaat
3. Penyebab ketidakmantapan lubang bukaan yaitu pengaruh struktur geologi, tegangan berlebih,
pelapukan dan adanya air.
4. Dalam rancangan kontruksi bawah tanah ada tiga metode yang digunakan yaitu analitik, empiric dan
observasi, masing-masing dapat berdiri sendiri ataupun dapat dikombinasikan
Referensi
Introductory Mining Engineering, Howard L Hartman
Underground Mining Method, W.A. Hustrulid
Brady, B.H.G and Brown, E.T. 2005. Rock Mechanic for Underground Mining, USA : Springer Science
+ Business Media,Inc
Coulomb, C.A.1776.” Essai sur une application des regles de maximis et minimis a quelques problemes de
statique, relatifs a I’architecture”.
Heyma, J.1972. Coulomb’s Memoir on Static. Cambridge : University Press
Hoek, E and Brown, E.T.1980. Underground Excavation in Rock. London : Instn.Min Metall
Rai,M.A. Kramadibrata, S dan Wattimena, R.K. 2014. Mekanika Batuan. Bandung : Penerbit ITB.
“Pertambangan”
(per,tambang/an)

“Dunia yang penuh dengan


perjuangan,dimana para pelakunya
sudah terbiasa dengan Long Distance
Relationship,karena lokasi kerja yang
jauh dari keramaian dan sedikit
terasingkan.Namun dibalik itu,selalu
ada cinta dan rindu yang tertanam di
dalam diri untuk seseorang yang selalu
setia menanti di rumah”
-RA-

Anda mungkin juga menyukai