Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK PELEDAKAN DI PT.SEMEN PADANG

DISUSUN OLEH :

NAMA : RIZKAANAZAKIA

NIM : 14080072

MATA KULIAH : TEKNIK PELEDAKAN

SEKSI : 201620800024

FAKULTAS TEKNIK

TEKNIK PERTAMBANGAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2017
KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah dan kalimat yang paling sempurna melainkan puja dan puji
serta syukur atas kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kita rahmat dan karunia-Nya
terutama rahmat Iman, Islam, kesehatan, dan kesempurnaan sehingga penulis dapat menyusun
Laporan Praktek Mata Kuliah Teknik Peledakan Ke Tambang PT.SEMEN PADANG.
Penyusun menyadari sepenuhnya dengan segala keterbatasan dan kemampuan yang
dimiliki semaksimal mungkin dengan harapan semoga dapat berguna kelak dikemudian hari
terutama bagi semua rekan-rekan akademis.
Segala usaha penyusun tidak lepas dari berbagai pihak yan telah membantu, baik moral
maupun materil dan secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin
ucapkan banyak terima kasih yang tulus dan tidak terhingga kepada bapak Drs.Raimon kopa,MT
selaku dosen mata kuliah Teknik Peledakan.

Akhirul kalam, penyusun menyadari bahwa hakekat sebagai manusia biasa membuat
penyusun yakin dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan dan
keterbatasan baik itu dari segi penulisan, sistematika penyusunan makalah ataupun sumber-
sumber makalah yang didapat oleh karenanya dengan segala kerendahan hati penyusun berharap
agar saran ataupun kritik mengenai makalah ini selalu ada sebagai sarana pembelajaran guna
demi kemajuan dan kepentingan bersama tentunya.

Padang, Mei 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….…..... i
DAFTAR ISI………………………………..................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………............................................ 1
1. LATAR
BELAKANG……………………………………………………….................................... 1
2. SEJARAH RINGKAS PT.SEMEN PADANG…………………………………….. 2
3 KONDISI UMUR TAMBANG.………………………………………………………. 3
BAB II. PEMBAHASAN…………………………………………………......................... 4
1. KEGIATAN PEMBORAN………………………………………………………… 4
a. Persiapan Pemboran…………………………………………….........………. 4
b. Pelaksanaan Pemboran……………………………………………………….. 5
BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………...…… 7
KEGIATAN PELEDAKAN…………………………………………………………… 7
a. Persiapan Peledakan…………………………………………………………… 7
b. Pengisian Bahan Peledak………........………………………………………… 8
c. Hasil Peledakan……………………………………………………………. 9
BAB IV……………………………………………………………………………….. 14
PERHITUNGAN PELEDAKAN………………………………………………………. 14
1. Rangkaian Peledakan…………………………………………………………… 14
2. Geometri Peledakan………………………………………………………………. 16
BAB V…………………………………………………………………………………… 23
Data yang diperoleh dari Lapangan………………………………………....…………… 23
BAB VI…………………………………………………………………………………….. 24
Foto-Foto Kegiatan Praktek………………………………………………………………. 24
BAB VII………………………………………………………………………………. 34
Penutup…………………………………………………………………………………. 34
a. Kesimpulan………………………………………………………………………… 34
b. Saran……………………………………………………………………………...... 34
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan


menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan batuan
akan mencapai hasil optimal apabila perlengkapan dan peralatan yang dipakai sesuai dengan
metode peledakan yang di terapkan. Dalam membicarakan perlengkapan dan peralatan
peledakan perlu hendak nya terlebih dahulu dibedakan pengertian antara kedua hal tersebut.
peralatan peledakan (Blasting equipment) adalah alat-alat yang dapat digunakan berulang kali,
misalnya blasting machine, crimper dan sebagainya. Sedangkan perlengkapan peledakan hanya
dipergunakan dalam satu kali proses peledakan atau tidak bisa digunakan berulang kali. Untuk
setiap metode peledakan, perlengkapan dan peralatan yang diperlukan berbeda-beda. Oleh
karena itu agar tidak terjadi kerancuan dalam pengertian, maka dibuat sistematika berdasarkan
tiap-tiap metode peledakan dalam arti bahwa perlengkapan dan peralatan akan dikelompokan
berdasarkan metodenya.

Pekerjaan peledakan adalah pekerjaan yang penuh bahaya. Oleh karena itu, harus
dilakukan dengan penuh perhitungan dan hati hati agar tidak terjadi kegagalan atau bahkan
kecelakaan. Untuk itu operator yang melakukan pekerjaan peledakan harus mengerti benar
tentang cara kerja, sifat dan fungsi dari peralatan yang digunakan. Karena persiapan peledakan
yang kurang baik akan menghasilkan bisa menyebabkan hasil yang tidak sempurna serta
mengandung resiko bahaya terhadap keselamatan pekerja maupun peralatan. Dalam hal ini
pemilihan metode peledakan, pemilihan serta penggunaan peralatan dan perlengkapan juga
berpengaruh terhadap hasil yang dicapai.
2. Sejarah Ringkas PT. SEMAN PADANG

PT.Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910 dengan nama NV
Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschappij (NV NIPCM) yang merupakan pabrik
semen pertama di Indonesia. Kemudian pada tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh
Pemerintah Republik Indonesia dari Pemerintah Belanda. Selama periode ini, Perusahaan
mengalami proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas pabrik
Indarung I menjadi 330.000 ton/ tahun. Selanjutnya pabrik melakukan transformasi
pengembangan kapasitas pabrik dari teknologi proses basah menjadi proses kering dengan
dibangunnya pabrik Indarung II, III, dan IV.

Pada tahun 1995, Pemerintah mengalihkan kepemilikan sahamnya di PT Semen Padang


ke PT Semen Gresik (Persero)Tbk bersamaan dengan pengembangan pabrik Indarung V. Pada
saat ini, pemegang saham Perusahaan adalah PT Semen Gresik (Persero)Tbk dengan
kepemilikan saham sebesar 99,99% dan Koperasi Keluarga Besar Semen Padang dengan saham
sebesar 0,01 %. PT Semen Gresik (Persero) Tbk sendiri sahamnya dimiliki mayoritas oleh
Pemerintah Republik Indonesia sebesar 51,01%. Pemegang saham lainnya sebesar 48,09%
dimiliki publik. PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang sahamnya tercatat
di Bursa Efek Indonesia.Sejak 7 Januari 2013, PT Semen Gresik (Persero) Tbk berubah nama
menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa (RUPSLB) di Jakarta pada 20 Desember 2012.

3. Kondisi umum tambang


 Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Perseroan menerapkan struktur organisasi yang dinamis, efisien dan
efektif sesuai dengan perkembangan industri serta dalam rangka mencapai pertumbuhan kinerja
yang optimal.Struktur Organisasi yang mampu mengakomodir tuntutan pengembangan usaha
disertai kemampuan untuk mengarahkan semua sistem yang terlibat di dalamnya agar lebih
efisien, efektif dan produktif.Struktur organisasi diformulasikan berdasarkan spesialisasi dan
fungsi masing-masing anggota di dalam unit kerja Perusahaan. Struktur ini mampu
mengantisipasi kebutuhan organisasi yang lebih baik dan kinerja yang lebih efisien dalam
mencapai target dan tujuan Perusahaan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. KEGIATAN PEMBORAN
a. Persiapan

 Perencanaan Penambangan

Quarry bukit Karang Putih merupakan quarry batukapur dengan sistem penambangan
terbuka dengan cara pembuatan jenjang atau sistem bench. Penambangan batukapur dilakukan
dengan mengikuti endapan batukapur dengan memotong bukit yang di mulai dari puncak hingga
ke bawah. Penambangan di quarry ini dilakukan secara mekanis dengan pembentukan bench dan
memiliki ketinggian yang bervariasi yaitu 6,5 m – 8 m. hal ini bisa dilihat pada gambar.

Untuk merencanakan dan mempengaruhi daerah yang akan ditambang, ataupun sedang
ditambang, perlu diadakannya kegiatan survey dan pengukuran, data yang diperoleh hasil survey
dan pengukuran ini berguna nantinya untuk memetakan front penambangan.

Untuk kegiatan pengukuran ini diperlukan sebuah GPS (Global Position System) yang
terhubung dengan satelit, dan peralatan pendukung lainnya. Untuk melakukan survey dan
pengukuran melalui GPS diharapkan dapat melalui prosedur-prosedur, yakni:

 Cek semua peralatan.


 Tempatkan antena pada posisi yang benar.
 Orientasikan atena kearah yang benar, dan ukur tinggi antenna.
 Cek mode pangamatan pada receiver GPS
 Koordinat pendekatan
 Interval data
 Bsar Maks. Angle
 Nomor titik dan nomor proyek
 Zona waktu
 Waktu mulai dan selesai pengamatan

Setelah data survey dan pengukuran didapatkan, data tersebut disimpan dan diolah
melalui komputer sesuai aplikasi yang dibutuhkan. Setelah mengetahui data hasil survey
pengukuran dan system yang efisien unuk melakukan penambangan, perlu direncanakan trik-trik
untuk melakukan penambangan tersebut, sehingga dapat meminimalisir pengeluaran sekecil-
kecilnya, untuk mendapatkan produktifitas yang sebesar-besarnya.

b. Pelaksanaan
Pemboran (Drilling)
Pemboran adalah suatu kegiatan untuk membuat lubang ledak terhadap batuan yang akan
dibongkar dengan manggunakan alat bor yang sesuai dengan keadaan batuan. Tujuan dari
kegiatan pemboran adalah membuat lobang ledak untuk tempat pengisian bahan peledak. Pada
pelaksanaan di lapangan arah pemborannya.
Tahap-tahap kegiatan pemboran terdiri dari :

1. Persiapan pemboran

Pada tahap ini hal yang perlu dilakukan antara lain :


 Melakukan pembersihan pada lahan yang akan dibor supaya nantinya dalam proses
pemboran tidak mengalami kesulitan dalam menentukan titik yang akan dibor. Proses
pembersihan ini menggunakan alat bulldozer.
 Memberikan tanda atau titik yang akan dibor, pekerjaan ini dilakukan oleh tin survey dan
perencanaan dengan pola pemboran bujur sangkar (square pattern) dan ukuran yang telah
direncanakan ialah burden 4 meter dan spasi 4 meter kemudian masing-masing titik
ditandai dengan menggnakan cat semprot yang berwarna terang agar mudah untuk dilihat
oleh operator bor saat melakukan pemboran.

2. Pelaksanaan pemboran

Pelaksanaan pemboran di area “Y” Quarry Bukit Karang Putih dilakukan dengan
menggunakan 3 jenis alat bor, yaitu Ingersoll Rand Drill Master 30 (DM 03), JunJin JD-800,
Furukawa 1500 ED II.Ingersoll Rand Drill Master memiliki panjang stang 7,8 meter, panjang
Bit 1,2 meter dan memiliki 3 buah Jack dengan panjang 1 meter untuk kedudukan saat
melakukan pemboran.
Pelaksanaan pemboran dimulai dari :
a) Mengambil posisi untuk titik yang akan dibor
b) Menurunkan 3 buah Jack secara satu persatu untuk melevelkan alat bor supaya arah
pemboran lurus.
c) Menaikkan menara ( Rig ).
d) Memulai pemboran dengan cara menurunkan stang bor secara perlahan.
e) Setelah pembuatan lobang selesai, stang bor dinaikkan lagi lalu menurunkan menara
(Rig)
f) Menaikkan Jack satu persatu
g) Pindah posisi lalu mengambil posisi untuk membor titik patok selanjutnya.

Hambatan – hambatan yang terjadi selama kegiatan pemboran berlangsung antara lain :

 Menentukan titik yang akan dibor pada lokasi yang tidak datar dan adanya terdapat
tonjolan pada lantai jenjang (toe).
 Melakukan pemboran ulang jika tergenang air.
 Kerusakan alat bor
 Masuknya material lepas ke dalam lubang sehingga trjadi penyumbatan
 Mengatasi terjepitnya alat bor pada saat melakukan pemboran.

3. Pemindahan Alat Bor

Apabila waktu untuk peledakan sudah tiba, maka segala kegiatan di lokasi peledakan
dihentikan dan semua peralatan dan alat-alat berat tambang dijauhkan hingga pada jarak yang
dirasa aman, termasuk juga alat bor harus menghentikan kegiatan pemboran dan menuju jarak
aman ± 200 meter dari loksi peledakan.
BAB III

PEMBAHASAN

KEGIATAN PELEDAKAN

1. Peledakan (Blasting)

Peledakan bertujuan untuk menghancurkan, membongkar, melepas atau memecah batuan


semula berdimensi besar menjadi dimensi lebih kecil sehingga medah dalam kegiatan
pengangkutan atau proses penambangan selanjutnya.

1. Persiapan peledakan

Dalam kegiatan peledakan merupakan kegiatan untuk memisahkan atau menbongkar


lapisan batuan dari masa batuan induknya. Proses peledakan dilakuakan telebih dahulu
mempersiapkan peralatan. Peralatan kegiatan proses peledakan yang digunakan Tambang PT
Semen Padang anra lain sebagai berikut :

 ANFO Mixer
ANFO Mixer merupakan alat yang digunakan untuk mengaduk ammonium nitrat dengan
solar untuk dijadikan ANFO . Alat ini berada di gudang dekat kantor juru ledak.
 Ohm meter
Merupakan alat yang digunakan utnuk menghitung tahanan listrik dan utnuk pengecekkan
apakah semua sambungan telah tersambung dengan baik dalam rangkaian peledakan.
 Blasting machine
Merupakan alat yang berfungsi sebagai penghasil arus listrik untuk meledakkan detonator
listrik.
 Lead Wire
Merupakan kabel utama yang menghubungakan sumber utama listrik (Blasting machine )
dengan Leg wire detonator listrik.
 Cangkul
Merupakan alat yang digunakkan untuk memasukkan stemming kedalam lubang ledak.
 Detonator listrik
Berfungsi sebagai penggalak pada primer dengan menggunakan arus listrik uang dihasilkan
blasting machine.
 Leg wire
Merupakan dua kawat yang menjadi satu dengan detonator listrik yang berfungsi ntuk
penghantar arus listrik ke detonator.
 Kabel penghubung (connecting wire )
Adalah kabel yang menghubungkan antra rangkaian detonator listrik dengan kabel utama
dan antara leg wire detonator yang satu dengan leg wire detonator yang lainnya. Kemudian
dilakukan proses pengecekkan oleh juru ledak berapa jumlah lubang ledak yang diselesaikan
oleh operator bor. Karena ada kalanya lubang ledak tidak terselesaikan oleh operator bor yang
desebabkan adanya hambatan alam kegiatan pemboran. Pengecekkan lubang ledak untuk
memastikan apakah lubang tersebut aman dari genangan air. Biasanya dilakukan apabila
sebelumnya dilapangan hujan. Jika terdapat genangan air ditanggulangi denga cara di pompa.

2. Pengisian Bahan Peledak

Setelah dipastikan lubang ledak aman dari genangan air barulah dilakukan proses pengisian
bahan peledak kedalam lubang ledak (charging) sesuai dengan jumlah lubang ledak, setiap
harinya jumlah lubang ledak sekitar ± 100 lubang /hari dan melakukan perangkaian untuk siap
diladakkan. Prosedur peledakan mulai dari awal hingga akhit antara lain :

Menancapkan detonator pada powergel untuk dijadikan primer dan memasukkan


kelobang ledak.
Memasukkan ANFO sebanyak kurang lebih 50 kg ( 2 karung ).
Memasukkan stemming yang berasal dari cutting pemboran lubang ledak tersebut.
Pengecekkan tahanan dengan menggunakan ohm meter , utnuk memastikan semua
rangkaian tersambung dengan baik. Rangkaian tersambung dengan baik apabila ohm
meter menunjukkan jumlah tahanan pada rangkaian yang terdiri dari detonator, leg
wire, dan lead wire kurang lebih dengan hasil perhitungan oleh juru ledak.
3. Hasil Peledakan

(1) Handing Misfire

Sekali waktu seorang juru ledak akan menghadapi kejadian “misfire”, sehingga sangatlah
penting bagi juru ledak untuk mengetahui bagaiman menghadapinya. Semua misfire harus
ditangani secara hati-hati dan oleh orang yang sudah berpengalaman dan orang yang teliti. Tidak
seorangpun diperbolehkan mendekati daerah misfire, sampai misfire tersebut diledakkan atau
untuk periode yang telah dianggap aman telah berlalu. Periode waktu yang aman tersebut paling
sedikit 30 menit untuk peledakkan dengan sumbu api atau paling sedikit 5 menit bila digunakan
detonator listrik.
Yang dimaksud dengan misfire adalah bila bahan peledakkan yang dipasang dan diisi ke dalam
lubang bor tidak mau meledak. Hal-hal yang menyebabkan terjadinya “misfire” adalah dapat
berasal dari bahan peledaknya sendiri, detonator, sumbu atau kawat penghantar.
Oleh sebab itu, perawatan terhadap bahan-bahan tersebut harus baik, disamping ketelitian regu
ledak dalam menjalankan tugasnya.

(2) Misfire Yang Menggunakan Sumbu Api


Prinsip penyebab dari misfire diaman sumbu api digunakan adalah terkelupasnya sumbu
api (dikarenakan cerobohnya cara penangan), sumbu api yang lembab (akibat dari kondisi
gudang atau tempat penyimpanan yang basah), juga karena penggunaan pisau yang tumpul
untuk memotong sumbu api, sehingga berakibat tersumbatnya api yang akan membakarnya dan
menghambat terbakarnya detonator, untuk pencegahannya adalah :
 Penyimpanan bahan peledak dan sumbu api seperti peraturan yang ada.
 menggunakan bahan peledak yang cocok untuk maksud peledakkan.
 Potonglah sumbu api yang terkena cukup lama, sepanjang 0,5 “.
 Jangan menggunakan sumbu yang disambung. Sumbu dapat disambung dengan
memotong miring kemudian diikat yang rapat, tetapi sedapat mungkin ini dihindari.
Cara mengisi misfire tersebut adalah :
 Pada peledakan dengan sumbu api, juru ledak harus menunggu 30 menit atau lebih, baru
setelah itu mendekati lubang bor dimana misfire terjadi.
 Bila stemming terlalu padat dan kerusaknya ada didalam lubang bor, maka cara
mengatasinya adalah sebagai berikut :
a) Mambongkar stemming tersebut, misalnya dengan jalan memancingnya keluar dengan
alat yang tebuat dari tembaga atau bahan lainnya,yang tidak dapat mengeluarkan api. Bila
dengan cara tersebut masih sukar, maka perlu disemprot air atau udara dari compresor.
Bahan peledak dapat rusak karenanya, apabila bahan peledak tidak tahan terhadap air.
Kemudian luabng tembak diledakkan dengan memasukkan primer yang baru.
Penggunaan primer untuk misfire :
 Stemming dapat dipindahkan dengan cara menyemprot dengan compresor atau
dengan air.
 Semprotan udara atau air harus melalui pipa karet yang kuat atau pipa plastik (jangan
pipa besi).
 Pembongkaran stemming harus diusahakan setelah konsultasi dengan peraturan-
peraturan yang berlaku, sebab di beberapa negara caratersebut tidak diperbolehkan.
 Usaha apapun tidak diperbolehkan untuk menggali stemming dengan
mempergunakan alat-alat. Ini adalah pekerjaan yang berbahaya, dimana suatu resiko
daripada meledaknya bahan peledak akibat dari gesekkjan atau goncangan.
 “Nitroglicerin” dan “Slurry Explosive” adalah tahan terhadap air, tetapi
TNT/Amonium nitrat, ANFO dan Black Powder akan rusak sebagian atau seluruhnya
oleh aliran air.
 Apabilka digunakan semprotan air, dilanjutkan pada lubang tembak tersebut diisi
dengan bahan peledak yang tahan terhadap air, apabila tersedia. Bila tidak tersedia,
maka lubang tembak ditest dengan stick atau tongkat sehingga terbukti telah kering.
 Kemudian masukkan primer dan ledakkan.
b) Membuat lubang yang baru diletakkan dimuka daripada lubang bor dimana misfire
terjadi, dengan jarak paling dekat 30 cm. Kemudian diisi dengan bahan peledak dan
selanjutnya meledakkan.
c) Bila stemming terlalu kuat tetapi tidak panjang, misalnya hanya sama panjang dengan
bahan peledak, dengan memasukkan primer lagi kemudian diledakkan, maka misfire
akan ikut meledak pula.

(3) Misfire yang menggunakan detonator listrik :

Prinsip penyebab misfire apabila digunakan detonator listrik adalah sebagai berikut :

A. Kebocoran Arus.

Meskipun “Blasting Machine” yang digunakan mempunyai arus yang cukup, tetapi pada kondisi
yang lembab dan basah bisa menakibatkan bocornya arus ke tanah atau terjadi hubungan arus
yang melintang. Hal ini bisa mengakibatkan kurang cukupnya arus yang melalui detonator-
detonator, sehingga berakibat timbul misfire.

Kesalahan tersebut dapat ditiadakan dengan cara membongkar sambungan-sambungan dan


diisolasi, serta tetap menjaga supaya sambungan-sambungan dalam keadaan kering dan baik,
selanjutnya harus dijauhkan dari benda-benda metal.

B. Kabel

Kabel utama mungkin dapat rusak akibat suatu peledakkan, sehingga untuk penggunaan
berikutnya harus diperiksa dengan teliti. Untuk mengetahui adanya kabel yang putus atu
telanjang, untuk mencegah timbulnya misfire dari adanya hubungan pendek atau bocoran arus
tanah, akibat dari kerusakkan kabel.

Pencegahannya :

 Pergunakanlah kawat yang baik;


 Kawat yang banyak sambungannya, mungkin akan menambah turunnya tegangan dan
kebocoran arus.
Cara mengatasi misfire tersebut :
Bila peledakkan dengan listrik, maka kabel utama dilepaskan dulu dari blasting machine.
Sesudah 5 (lima) menit baru aman mendekati lubang bordimana terjadi. Pertama-tama kawat
penghantar diperiksa kalau terdapat putus atau lepas, kontak dengan tanah, air atau konduktor
lain. Kalau hal ini terjadi, maka dibetulkan dan kabel utama dipasang lagi pada blasting machine,
kemudian diledakkan.

C. Kesalahan dalam penyambungan

Kemungkinan tipe “muti shut exploder generator” yang dioperasikan secara mekanis.
Apabila mekanis tersebut tidak bekerja karena tidak cukup kecepatannya, maka arus yang
ditimbulkannya tidak cukup untuk dapat menyalakan detonator-detonator dalam hubungan seri.

Misfire dapat terjadi akibat hubungan pendek, karena juru ledak kurang perhatian
terhadap adanya hubungan pendek dari kabel.
 Apabila jaringan kabel tidak ditest, sambungan yang longgar atau kotor mengakibatkan
timbulnya tahanan yang tinggi, akan berakibat terjadinya misfire.
 Kesalahan-kesalahan tersebut dapat ditiadakan dengan cara pengecekan yang hati-hati
dan sistematis dari semua sambungan-sambungan.
 Apabila misfire terjadi, kabel utama harus dicabut dari exploder dan “kunci exploder”
harus selalu dicabut dan selalu dibawah sendiri oleh juru ledak. Setelah 5 (lima) menit
menunggu, juru ledak mulai menguji kabel dan hubungan-hubungannya dan suatu
kesalahan yang didapat maka kabel tersebut harus disingkirkan, jaringan kabel harus
selalu ditest dengan menggunakan “safety ohmmeter”. Ini adalah sangat penting bahwa
semua pengetesan harus dilakukan dari tempat yang aman, dan semua orang berada
ditempat perlindungan, untuk mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi akibat
timbulnya ledakkan dari pekerjaan testing tersebut.
 Apabila jaringan tersebut ternyata baik, maka kesalahan terletak didalam lubang bor.
Selanjutnya harus dimasukkan lagi booster dan sambungan kabel dihubungkan dengan
booster tersebut dan diledakkan.

(4) Penyebab Terjadinya Kecelakaan dalam Penanganan Bahan Peledak :


 Terlalu lama dalam menyundut/menyulut sumbu api.
 Membor lagi kedalam lubang yang berisi bahan peledak.
 Meledaknya bahan peledak pada electric blasting, sebelum diledakkan.
 Terlalu cepat mendatangi tempat peledakakan setelah meledak.
 Perlindungan yang tidak memadai untuk tampat berlindung.
 Tindakan dan kondisi tidak aman pada saat transport, handling dan penimbunan.
 Cara mengatasi “misfire” yang tidak benar.
 Menggunakan sumbu api yang terlalu pendek.
 Cara-cara taping yang salah.
 Pada saat membawa bahan peledak sambil merokok. Juga membawa bahan peledak dan
detonator menjadi satu.

(5) Secodary Balsting

Setelah melakukan peledakkan pada batuan induk (prmary blasting) kadang-kadang hasil
bongkara (fragmentasinya) tidak mulus seperti apa yang diharapkan, tetapi terdapat bongkaran
yang lebih besar (boulder). Untuk mengecilkan ukuran perlu dilakukan secodary blasting. Ada
tiga cara yang dilakukan, yaitu ;

a). “Mud capping” atau “Plaster Shooting”.

b). “Blok holling” atau Popping”.

c). “Snake holling”.


BAB IV
PERHITUNGAN PELEDAKAN

1. Rangkaian peledakan

Rangkaian Peledakan merupakan bentuk atau susunan yang dilakukan agar peledakan
yang dilakukan dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan.

Ada tiga elemen dasar rangkaian peledakan:

1) Detonator listrik

Pada dasarnya detonator listrik terdiri dari sebuah metal shell yang di dalamnya
terdapat power chargedan sebuah electrical ignition element yang dihubungkan dengan insulated
wires yang disebut leg wire. Dan pada garis besarnya detonator listrik dapat di bagi menjadi dua
macam yaitu :

Ø Instantaneous detonator (detonator tanpa element delay).

Ø Dellay detonator, dimana fungsi dari delay ini adalah :

2) Menentukan muka peledakan.


3) Mengatur fragmentasi.
4) Mengurangi getaran yang ditimbulkan

2. Kawat rangkaian

Ada beberapa kawat rangkaian yaitu :

 Legwire yaitu 2 kawat yg menjadi satu dengan detonator


 Connecting wire yaitu kawat yang mempunyai isolasi untuk menghubungkan legwire
dengan firing line
 Firing line yaitu kawat yg digunakan untuk menghubungkan sumber tenaga listrik
dengan rangkaian detonator
 Buswire yaitu perpanjangan dari firing line dimana masing-masing detonator (rangkaian
seri atau parallel) dihubungkan.
3. Sumber tenaga berupa blasting machine

Adapun beberapa tipe dari rangkaian listrik yaitu :

 Rangkaian seri merupakan rangkaian yang sangat sederhana dengan arus minimum yang
disuplai Blasting Machine pada setiap detonator sekitar 1,5 Ampere untuk menjamin tiap
detonator tersebut meledak sempurna. Prinsip peledakan adalah menghubungkan Legwire
dari satu lubang ke lubang lain secara menerus, sehingga apabila sala satu detonator mati,
maka seluruh rangkaian terputus dan akan berakibat gagal ledak ( Miss fire). Pada sisitem
seri akan diperoleh arus ( ampere ) yang rendah dan tegangan atau voltage tinggi. Apabila
salasatu kawat ada yang putus, maka seluruh rangkaian tidak dapat berfungsi. Umunya
jumlah detonator pada system seri kurang dari 50 bijih degnan panjang Leg Wire ( Kabel
Utama )tiap detonator 7 m.
 Rangkaian parallel merupakan suatu rangkaian di mana setiap detonator mempunyai alur
alternative dalam rangkaian tersebut, sehingga apabila sala satu atau beberapa detonator
mati, detonator yang lainnya masih dapat meledak. Oleh sebab itu pengujian rangkaian
menyeluruh secara langsung sangat riskan, apabila setiap detonator belum di uji. Untuk
peledakan rangkaian parallel, arus minimum yang diperlukan per detonator sekitar 0.5
ampere.
 Rangkaian kombinasi merupakan Rangkaian ini terdiri dari sejumlah rangkaian seri yang
di hubungkan parallel. Umumnya rangkaian ini di terapkan apabila peledakan
memerlukan lebih dari 40 detonator dengan leg wire setipa detonator lebih dari 7
meter,serta dipetimbangan bahwa apabilah seluruh lubang ledak dihubungkan secara seri
memerlukan power yang besar.
2. Geometri Peledakan

Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemampuan pemboran dan peledakan:

1. Arah Pemboran

2. Pola pemboran dan Peledakan

3. Waktu daur dan jam kerja efektif alat bor

4. Geometri Peledakan

1. Arah Pemboran:

Arah lubang bor vertikal:

 Keuntungan:
a. Pada ketinggian jenjang yang sama, maka kedalaman lubang bor vertikal lebih pendek
dari pada lubang bor miring, sehingga waktu pemboran yangdiperoleh lebih cepat.
b. Untuk menempatkan alat pada titik atau posisi batuan yang akan dibor tidak memerlukan
ketelitian yang cermat sehingga waktu untuk melakukan manuver lebih cepat.
c. Kecepatan penetrasi alat bor akan lebih cepat karena kurangnya gesekan yang timbul dari
dinding lubang bor terhadap batang bor.
d. Pelemparan batuan hasil peledakan lebih dekat.

 Kerugian:
a. Mudah terjadi kelongsoran pada jenjang
b. Kemungkinan adanya bongkahan yang besar
c. Kemungkinan terjadi tonjolan pada lantai jenjang.
a. Arah lubang bor miring:

Keuntungan:

1. Memperkecil bahaya longsor pada jenjang

2. Memperbaiki fragmentasi batuan

3. Hasil peledakan mempunyai permukaan yang lebih rata

Kerugian:

1. Kemungkinan terjadinya pelemparan batuan yang lebih jauh.

2. Pada ketinggian jenjang yang sama maka kedalaman lubang bor yang dibuat lebih
panjang dari pada lubang bor vertikal, sehingga membutuhkan waktu pemboran yang lebih
lama.

3. Membutuhkan ketelitian yang cermat untuk menempatkan alat bor pada titik atau posisi
dengan kemiringan tertentu, sehingga membutuhkan waktu manuver yang agak lama.

Gambar Pola Pemboran


b. Pola Bujur Sangkar

Keuntungan:

1. Untuk menentukan lubang yang akan dibor lebih mudah karena ukuran burden sama
dengan ukuran spasing ( B = S ). Pada`baris yang sama dan baris yang berlainan dibuat
sejajar dengan lubang yang akan dibor sehingga waktu untuk menempatkan alat bor lebih
cepat.

2. Pengaturan waktu tunda (delay) peledakan pada pola ini adalah berbentuk V, sehingga
hasil peledakannya terkumpul pada tempat tertentu.

Kerugian:

1. Volume batuan yang tak terkena pengaruh penyebaran energi bahan peledak lebih
banyak sehingga memungkinkan terjadinya bongkahan ( boulder ) pada batuan hasil
peledakan.

2. Secara teoritis, makin banyak lubang ledak yang dibuat makin banyak pula nomor
delay.

c. Pola Zig-Zag

Keuntungan:

1. Dapat memberikan keseimbangan tekanan yang baik, sehingga volume batuan yang tak
terkena pengaruh penyebaran energi bahan peledak lebih kecil.
2. Secara teoritis, delay yang digunakan pada pola ini tidak terlalu banyak, karena dalam
satu baris lubang ledak nomor delay yang digunakan sama.

Kerugian:

1.Waktu untuk menempatkan alat bor pada titik yang akan dibor lebih lama, karena ukuran
burden tidak sama dengan ukuran spacing dan lubang bor yang akan dibuat tidak sejajar
dengan baris yang berlainan.

2. Batuan hasil peledakan akan menyebar karena peledakannya serentak pada baris yang
sama dan beruntun pada baris berikutnya

Waktu daur dan jam kerja efektif alat bor: Jam kerja efektif alat bor adalah jumlah waktu
atau jam yang benar benar digunakan untuk berproduksi. Jam kerja efektif dapat ditingkatkan
dengan cara menghindari waktu kelambatan-kelambatan yang mungkin dapat dihindari.Untuk
menentukan jam kerja efektif dari suatu alat bor dapat ditentukan dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

EU = W/T x 100%

Dimana: EU = Efektive Utilization/ waktu efektif

W = Jam kerja terpakai per hari

T = Total jam kerja per hari


1.Physical Avaibility (Efisiensi operasional):

Tingkat kemampuan alat untuk berproduksi yang dipengaruhi oleh operator.

PA = W + S/T x 100%

2. Mechanical Avaibility (Efisiensi mekanis):

Tingkat kemampuan alat untuk berproduksi yang dipengaruhi oleh faktor mekanis

seperti pengisian bahan bakar dan perbaikan suku cadang.

MA = W/W + R x 100%

3. Use of Avaibility (Efisiensi waktu):

Tingkat penggunaan alat atau pemakaian alat dalam kondisi siap pakai atau dapat digunakan.

UA = W/W + S x 100%

4. Efektivitas utilization (Efisiensi kerja):

Tingkat produktivitas alat (jam kerja yang produktif) atau waktu yang digunakan alat-alat
mekanis untuk beroperasi dari waktu kerja yang telah disediakan.

EU = W/T x 100%

 Perhitungan kemampuan pemboran dan peledakan:

Produksi pemboran dan peledakan ditentukan oleh beberapa hal, antara lain:

1. Kecepatan Pemboran

Kecepatan pemboran di lapangan dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

Vt = Hrt / Ctrt (meter/menit)

Dimana:

Vt = kecepatan pemboran (meter/menit)


Hrt = Rata-rata kedalaman pemboran (meter)
Ctrt = Cycle time pemboran rata-rata
2. Volume equivalen (volume setara)

Merupakan suatu angka yang menyatakan setiap meter atau feet pemboran setara dengan
jumlah volume atau berat tertentu material atau batuan yang diledakkan, dinyatakan dalam m3
per meter. Volume equivalen dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

Veq = B x S x L/H (m3/meter)

Dimana:

Veq = Volume equivalen (m3/meter)


B = Burden (meter)
S = Spasing (meter)
L = Tinggi jenjang à Dimana tinggi jenjang diperoleh dari: H – J
H = Kedalaman lubang bor (meter)

3.Kemampuan produksi per lubang bor

Merupakan kemampuan produksi dari alat bor yang dioperasikan berdasarkan volume
equivalen pada kedalaman pemboran tertentu. Kemampuan produksi lubang bor dapat
diperoleh dengan menggunakan

rumus:

P = Veq x H x D

Dimana:

P = Kemampuan produksi per lubang bor


H = Kedalaman lubang bor
Veq = Volume equivalen
D = Berat jenis batu gamping insitu (2,2 ton/m3)
4. Kemampuan produksi lubang bor berdasarkan geometri peledakan

Dapat ditentukan sebagai berikut:

x = Kecepatan pemboran x 60 menit x effisiensin kerja/kedalaman lubang bor

x = Jumlah lubang bor yang dihasilkan per jam

Untuk menentukan produksi satu lubang bor berdasarkan geometri peledakan adalah:
P=BxSxLxD

Dimana: P = Produksi satu lubang bor (ton)


B = Burden (m)
S = Spacing (m)
L = Tinggi jenjang (m)
D = Density batu gamping (ton/m3)
BAB V

DATA YANG DIPEROLEH DARI LAPANGAN

1. Tambang PT.Semen Padang melaksanakan Peledakan pada tambang nya yaitu sekitar
Pukul 12.00 Wib
2. Tambang PT.Semen Padang mempunyai beberapa gudang, diantara nya yaitu :
a. Gudang Utama
b. Gudang Sementara
c. Gudang Transit
3. Tambang PT.Semen Padang menggunakan Amoniak Nitrat 201,202, 203,204,205, dan
206.
4. Kapasitas Amoniak Nitrat adalah :
a. 201 -202 adalah 135 ton
b. 203
c. 204-205 merupakan dinamit dengan kapasitas nya 21125 kg.
d. 206 adalah 270 ton.
5. Perlengkapan yang ada di Gudang Bahan Peledak yaitu : Penangkar Petir, Termometer,
Rambu-Rambu,Hidrant, dll.
6. Tambang PtT.Semen Padang menggunakan Detonator Nonel untuk Peledakan nya
dengan 5 delay yaitu : 14,17,42,75 dan 100.
7. Detonator Listrik dengan delay nya 0-9
8. Tambang PT.Semen Padang menggunakan ANFO yaitu sebanyak 50kg / lubang dan
setelah dilakukan nya pencampuran ANFO dengan SOLAR, maka digunakan sebesar
±61 kg / lubang nya.
9. Macam-macam Surface yang digunakan pada Kegiatan Peledakan Tambang PT.Semen
Padang yaitu :
- Putih : 42 detik
- Merah : 25 detik
- Hijau : 7 ms
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN

Bahan peledak adalah Zat yang berbentuk padat, cair, gas ataupun campurannya yang
apabila terkena suatu aksi, berupa panas, benturan, tekanan, hentakan atau gesekan akan
berupa secara fisik maupun kimiawi menjadi zat lain yang lebih stabil. Memberikan suasana
kerja atau lingkungan yang aman sehingga dicapai hasil kerja yang menguntungkan dan
bebas dari segala bahaya, baik terhadap manusia, mesin alat, material ataupun metode kerja
pada saat dilakukannya operasi penambangan. bilamana peledakan itu dilakukan maka
keselamatan dan lingkungan pun perlu di perhatikan sebagai bagian utama dari melakukan
suatu peledakan.

2. SARAN

Setelah selesai membuat Laporan Praktikum Peledakan Ke Tambang PT.SEMEN


PADANG, maka kami dari Penulis meminta kepada Pembaca yaitu Saran, apabila ada sesuatu
hal yang kurang dalam Laporan ini, untuk kami jadikan bahan Perbaikan selanjut nya supaya
lebih baik ke depan nya.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai