TINJAUAN PUSTAKA
dengan judul penelitian. Landasan teori ini diperoleh dari sumber-sumber buku,
penelitian. Landasan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
fragmentasi yang kurang ideal dapat mempengaruhi produktifitas dari alat gali muat
spacing, subdrilling, stemming dan kedalaman lubang ledak. Dari unsur tersebutlah
perhitungan distribusi fragmentasi dapat dihitung. Selain itu terdapat faktor- faktor
dalam kegiatan peledakan aspek teknis merupakan suatu parameter yang menjadikan
Secara administratif lokasi tambang PT. Koto Alam Sejahtera termasuk dalam
Jorong Polong Duo Nagari Koto Alam Kecamatan Pangkalan Koto Baru Kabupaten
Lima Puluh Kota. Kabupaten Lima Puluh Kota diapit oleh empat Kabupaten dan satu
6
7
Sijunjung
Pasaman
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. Koto Alam Sejahtera dapat
ditempuh menggunakan transportasi darat dalam waktu 4 jam dari Ibukota Sumatra
8
Barat (Padang) melalui jalan raya Padang - Bukittinggi – Payakumbuh – Lokasi. Dari
dengan kondisi jalan yang sangat bagus dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda 4
atau roda 2.
Koordinat dari lokasi tambang PT. Koto Alam Sejahtera dapat dilihat dari
Tabel 2.1
Koordinat Geografis
berumur Miosen Awal. Batupasir Ini adalah anggota dari Sedimen antar Gunung
Oligo – Miosen (Tomsn) yang terdiri dari : Batupasir , Konglomerat kuarsa bermika
dan Batubara, Di bagian bawah: Batupasir, Batulumpur tuffan dan Gampingan: napal
dan lensa tipis Batugamping dibagian atas dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
Miosen (Tmv): Lava, breksi, aglomerat dan sebagian kecil batuan terobosan yang
bersusunan andesit – basal. Selain itu juga dijumpai alluvial yang berumur Pliosen.
2.1.2.2 Topografi
dengan mengambil data kemiringan, beda tinggi dan jarak setiap titik-titik
pengukuran.
2.1.2.3 Morfologi
Penambangan terletak pada ketinggian antara 400 – 500 mdpl Perbukitan daerah
Penambangan, dengan lereng 15o – 45o. pada bagian barat daerah Penambangan
terdapat anak sungai yang mengalir dengan lebar antara 1 – 5 m dan. Pola aliran
sungai pada umumnya sejajar (paralel) dan mendaun (dendritik). Vegetasi hampir 75
% terdiri dari tanaman karet rakyat dan sisanya berupa pohon kecil dan semak-
belukar. Secara morfologi daerah penambangan dapat dibagi dalam 2 (dua) satuan
morfologi, yaitu :
b. Satuan morfologi pedataran, yaitu daerah yang relatif datar yang mempunyai
2.1.2.4 Litologi
Secara geologi, daerah Koto Alam disusun oleh batuan Andesit, dan endapan
alluvial, yang ditafsirkan berdasarkan data singkapan yang dijumpai disekitar daerah
12
Penambangan. Batuan andesit jelas tersingkap bada lereng perbukitan dengan tinggi
sampai kasar. Diperkirakan batuan andesit yang terdapat pada daerah Penambangan
Metode peledakan yaitu suatu metode pemberaian batuan dari batuan induk
peledak adalah senyawa kimia yang dapat bereaksi dengan cepat apabila diberikan
suatu perlakuan, menghasilkan sejumlah gas bersuhu dan bertekanan tinggi dalam
Peledakan memiliki daya rusak bervariasi tergantung jenis bahan peledak yang
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik itu positif maupun negatif, seperti
Contohnya besi, baja dan logam lainnya, serta bahan galian industri, seperti batubara
tersebut, apabila dianggap lebih ekonomis dan efisien dari pada penggalian bebas
2. Penggunaan bahan peledak efisien yang dinyatakan dalam jumlah batuan yang
(kurang dari 15% dari jumlah batuan yang terbongkar per peledakan).
4. Diperoleh dinding batuan yang stabil dan rata (tidak ada overbreak, overhang,
retakan – retakan).
5. Aman.
Kegiatan pemboran lubang ledak merupakan suatu hal yang sangat penting
sehingga membentuk suatu pola. Berdasarkan leak lubang bor maka pola pemboran
1. Pola pemboran sejajar (parallel pattern), terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Pola bujursangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi yang sama.
b. Pola persegipanjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam satu baris
2. Pola pemboran selang seling (staggered pattern), adalah pola pemboran yang
kolomnya. Dalam pola ini distribusi energi peledakan antar lubang akan lebih
3m 3m
3m 2,5 m
3m 3m
2,5 m
3m
Bidang bebas
Bidang bebas
c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang
bor dalam satu baris dengan lubang bor pada baris berikutnya ataupun antara lubang
bor yang satu dengan lubang bor yang lainnya. Pola peledakan ini ditentukan
berdasarkan urutan waktu peledakan serta arah runtuhan material yang diharapkan.
Urutan waktu peledakan juga sangat mempengaruhi arah dan ukuran material yang
terledakan.
yang terledakkan memiliki distribusi ukuran fragmen yang lebih beragam atau dapat
15
berikut :
1. Box cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke depan dan
membentuk kotak.
16
2. Echelon cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya ke salah satu
3. “V” cut, yaitu pola peledakan yang arah runtuhan batuannya kedepan dan
membentuk huruf V.
beberapa jenis energi yang terdistribusi menjadi dua bagian besar, yaitu energi
terpakai (work energy) dan energi tak terpakai (waste energy). Secara umum pola
peledakan menunjukan urutan atau sekuensial ledakan dari sejumlah lubang ledak.
Adanya urutan peledakan berarti terdapat jeda waktu ledakan diantara lubang-lubang
ledak yang disebut dengan waktu tunda atau delay time. Beberapa keuntungan yang
diperoleh dengan menerapkan waktu tunda (delay time) pada sistem peledakan antara
lain adalah:
1. Mengurangi getaran.
stemming, dan subdrilling. Dalam penentuan rancangan geometri peledakan, para ahli
telah terlebih dahulu memperkenalkan berbagai rumus empiris yang didapat melalui
17
berbagai penelitian ataupun pendekatan suatu model, yang berguna untuk menambah
keyakinan dalam penentuan rancangan geometri peledakan yang tepat untuk suatu
diperkenalkan oleh para ahli, antara lain: Anderson (1952), Pearse (1955), R.L. Ash
(1963), Langefors (1978), Konya (1972), Foldesi (1980), Olofsson (1980), Rustan
burden berdasarkan diameter lubang tembak, kondisi batuan setempat dan jenis bahan
peledak. Untuk menunjang kegiatan penelitian ini maka penulis menerapkan dasar
perhitungan geometri peledakan menurut R.L. Ash (1976), dengan dasar perhitungan
NG
ENJA
N CAK J CH)
PU BEN
(TOP
S
B
CREST
KOLOM LUBANG
T
LEDAK ( L )
AS
BEB )
I DANG FACE
B EE
H (FR
PC
E
TO
NG
ENJA
TAI J ENCH)
LAN B
J OR
(FLO
Gambar 2.6
J = subdrilling
Burden yaitu jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan peledak dengan
bidang bebas yang terdekat atau ke arah mana pelemparan batuan akan terjadi
a. Burden terlalu kecil: bongkaran terlalu hancur dan tergeser dari dinding jenjang
Spasi adalah jarak diantara lubang ledak dalam satu garis yang sejajar dengan
bidang bebas.
b. Spacing terlalu kecil : tekanan sekitar stemming yang lebih besar dan
bising (noise).
Stemming adalah lubang ledak bagian atas yang tidak diisi bahan peledak,
tetapi biasanya diisi oleh cutting pemboran atau material berukuran kerikil (lebih
2.1.6.4 Subdrilling
Subdrilling adalah lubang ledak yang dibor sampai melebihi batas lantai
jenjang bagian bawah. Maksudnya supaya batuan dapat meledak secara fullface dan
bagian bawah. Tonjolan yang terjadi akan menyulitkan peledakan berikutnya dan
(Kj) yang besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk batuan masif biasanya dipakai
Kj sebesar 0,30.
Kedalaman lubang ledak tidak boleh kecil dari ukuran burden untuk
lubang ledak berdasarkan pada hole depth ratio (Kh) yang harganya antara 1,50 –
persamaan rumus;
Loading density adalah jumlah isian bahan peledak per meter panjang kolom
yaitu :
getaran
2. Biaya pengeboran.
tinggi jenjang (H) dan burden (B) sangat erat hubungannya untuk keberhasilan
peledakan dan ratio perbandingan antara tinggi jenjang dengan burden H/B (yang
ukuran material yang dihasilkan, airblast, flyrock, dan getaran tanah yang besaran
dan dampak yang akan ditimbulkan harus sesuai dengan standar aman yang telah
ditetapkan dari pemerintah dan hal tersebut haruslah menjadi perhatian penting dan
lubang ledak untuk proses peledakan dapat ditentukan secara sederhana dengan
(dalam feet) “Lima” kali dari diameter lubang ledaknya (dalam inci).
Tabel 2.2
Potensi yang Terjadi Akibat Variasi Stiffness Ratio (C.J. Konya, 1990)
back-break di
dilakukan dan
rancang ulang
memungkinkan,
rancang ulang
fragmentasi baik
22
tingkat keausan alat muat dan berkurangnya perbaikan alat mesin pengolahan di
pabrik. Disamping itu , menginginkan fragmen hasil peledakan yang optimal juga
memerlukan biaya dalam pemboran dan peledakan yang lebih tinggi dibandingkan
berhubungan dengan sejumlah area permukaan baru yang diledakkan (energi adalah
fungsi area). Perencanaan peledakan meliputi peletakkan bahan peledak yang sesuai
dengan konfigurasi geometri lubang ledak serta perhitungan delay dari tiap masing-
masing lubang ledak. Berdasarkan studi Beattie dan Grant (1988) , Konig (1991) ,
Norell (1985 ) berpendapat jika penggunaan delay yang tepat akan memungkinkan
kejut yang dihasilkan dari pemantulan gelombang tekan pada bidang bebas , tegangan
tarik yang dihasilkan dalam massa batuan di sekeliling lubang ledak oleh tekanan
gas-gas peledakan dan benturan antar fragmen batuan yang terlempar antara fragmen
di dinding batuan yang menyebabkan energi dari suatu fragmen tersampaikan akibat
diameter lubang bor ditingkatkan maka akan menambah produktivitas dan hasil
1. Powder factor yang diperlukan besar untuk mendapatkan distribusi ukuran yang
sama.
5. Tingginya tingkat kebisingan yang akan muncul setelah dari proses peledakan
yang dilakukan.
peremuk.
digali, didapatkan bentuk muckpile hasil peledakan tidak rata, melainkan menumpuk
keatas, didapatkan distribusi ukuran material yang rata, dan tidak terdapat material
berukuran besar.
kedalaman lubang.
2. Bidang-bidang diskontinu.
yang akan di tambang. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat keekonomian baik
dalam penggunaan alat angkut serta perawatan yang digunakan dalam mengangkut
material hasil peledakan. Hal tersebut berkaitan dengan seberapa berhasilnya proses
1. Metode Visual
26
muckpile, perpindahan batuan yang terbongkar akibat proses peledakan, dan flyrock.
Dilakukan pengamatan dan pengukuran secara manual di lapangan, dalam satuan luas
Sudut untuk profil tumpukan dari horizontal sebesar α 43o - 45o untuk batubara
spesifikasi alat muat yang digunakan dan khususnya alat-alat peremuk. Selain itu
semakin banyak boulder yang terbentuk akan membuat penambahan biaya perbaikan
alat-alat produksi yang digunakan seperti alat-alat peremuk dan resiko kecelakaan
Metode ini mengukur hasil peledakan melalui proses berikutnya, apakah terdapat
kendala dalam proses tersebut, misalnya melalui pengamatan yang dapat dilakukan
dengan pemantauan alat muat dan angkut dengan mengamatai digging rate,
4. Peledakan Sekunder
27
peledakan primer karena secara tidak langsung akan mencerminkan fragmentasi yang
dicapai.
Pengawasan dan pengamatan secara bertahap terhadap alat muat dan excavator
ini akan menentukan indeks penggalian (dig ability index) sebagai perhitungan
6. Analisis Fotografi
menggunakan foto yang sudah didigitasi dan di simpan didalam komputer. Digitasi
foto merupakan proses dalam komputer dengan menggunakan bantuan software split-
pembongkaran batuan. Data foto yang di ambil haruslah mewakili material yang akan
Software tersebut antara lain Fragsize, Split Engineering, gold size, power sieve,
hasil peledakan, hasilnya berupa grafik persentase lolos material dan ukuran fragmen
1. Dapat membaca file gambar dengan format : TIF, JPEG atau Windows BMP.
8. Menggunakan ukuran ayakan yang bisa disesuaikan (standar ISO, US, UK).
berbeda skala.
menentukan distribusi ukuran dari fragmen batuan pada proses penghancuran batuan
yang terjadi pada proses penambangan. Program Wipfrag dijalankan oleh insinyur
tambang atau teknisi di lokasi tambang dengan mengambil input data berupa foto
digital fragmentasi. Sistem Wipfrag terdiri dari software, computer, keyboard dan
29
monitor. Terdapat mekanisme untuk mengunduh gambar dari kamera digital ke dalam
2.2.1 Input
Input dalam kegiatan penelitian ini diperoleh dari dua sumber dimana terdiri
dari :
1. Data primer
Data primer adalah data yang didapat secara langsung di lapangan yaitu di
a. Geometri peledakan
2. Data Sekunder
kepustakaan dan dari perusahaan, serta beberapa literatur untuk menunjang penelitian
ini. Berupa hasil penelitian terdahulu serta dokumen perusahaan. data sekunder :
2.2.2 Proses
Proses merupakan analisa dari data-data yang diperoleh pada bagian input.
Data-data yang dianalisa tersebut berupa nilai burden, spasi, kedalaman lubang
tembak, stemming, panjang kolom isian , tinggi jenjang, banyak bahan peledak tiap
fragmentasi yang dihasilkan dari geometri dan pola peledakan yang diterapkan
fragmentasi yang dahasilkan dari geometri dan pola peledakan yang sebelumnya.
2.2.3 Output
Output yang dihasilkan berdasarkan input dan hasil analisa data yaitu.