BENCH BLASTING
1. tujuan:
2. Praktek
Merancang Geometri Peledakan
3. peralatan :
Peledakan jenjang merupakan peledakan yang memakai lubang bor vertical atau
hamper vertical. Lubang bor diatur dalam satu deretan atau beberapa deretan sejajar atau
kearah bidang bebas (freeface).
Kondisi batuan dari satu temmpat ke tempat yang lain akan berbeda walaupun
jenisnya sama. Hal ini disebabkan oleh proses genesa batuan yang akan mempengaruhi
karakteristik masa batuan secara fisik maupun mekanik. Perlu diamati pula kenampakan
struktur geologi, misalnya kekar retakan atau rekahan, sisipan (fissure) dari lempung, dan
bidang diskontinyu lainnya. Kondisi geologi semacam itu akan mempengaruhi kemampu
ledakan (blastability). Tentunya pada batuan yang relative kompak dan tampa di dominasi
struktur geologii tersebut diatas, jumlah bahan peledak yang diperlukan akan lebih banyak
untuk jumlah produksi tertentu disbanding batuan yang sudah ada rekahannya. Jumlah bahan
peledak tersebut dnamakan specific charge atau pouder factor (PF) yaitu jumlah bahan
peedak yang dipakai per m3 atau ton produksi batuan (kg/m3 atau kg/ton). Dengan demikian
kuat suatu batuan pada daerah tertentu memerlukan PF yang tinggi agar kekuatan (strength)
bahan peledak melampaui kekuatan batuan.
6. latar belakang teori
1. geomertri peledakan
Geometri peledakan yang ditentukn terlebih dahulu adalah burden (B), jika
barden sudah di tentukan maka besaran lain seperti spacing, steming, subdrilling, dsb
1) Burden (B)
Burden merupakan jarak tegak lurus terpendek antara muatan bahan
peledak dengan bidang bebas yang terdekat atau kearah dimana batuan akan
terlempar. Jarak barden yang terlalu kecil akan menghasilkan bongkaran
yang terlalu hancur dan tergeser jauh dari dinding jenjang dan kemungkinan
terjadinya batuan terbang yang sangat besar. Sedangkan jika jarak burden
terlalu besar akan menghasilkan menghasilkan gelombang Tarik yang sangat
lemah dibawah kuat Tarik b atuan, sehingga batuan dalam area burden tidak
hancur. Besrnya berden tergantung karakteristik batuan, karakteristikmbahan
peledak dan diameter lubang ledak.
Secara sistematis besarnya burden dan hubungannya dengan factor-
faktor tersebut dinyatakan sebagai berikut :
𝑆𝐺𝑒
𝐵 = 3,15 𝐷𝑒( )^0,33
𝑆𝐺𝑟
𝑆𝐺𝑒
𝐵 = [(2 + 1,5)] 𝐷𝑒
𝑆𝐺𝑟
𝑆𝑡𝑣
𝐵 = 0,67 𝐷𝑒( )^0,33
𝑆𝐺𝑟
Dengan
B = Burden
De = diameter bahan peledak (inch)
SGe = SG bahan peledak
Stv = relative bulk strength (ANFO = 100)
Table 3.3
Factor koreksi terhadap struktur geologi
2) Spasi (S)
Spacing merupakan jarak diantara lubang ledak dalam suatu baris yang
sejajar dengan bidang bebas (Free Face)
Jika spacing terlalu besar akan menghasilkan fragmen yang tidak baik dan
dinding akhir yang ditinggalkan cenderung tidak rata, sebaliknya bila
spacing terlalu kecil dari jarak barden maka akan mengakibatkan tekanan
sekitar stemming yang lebih dan mengbatkan gas hasil ledakan
dihamburkan ke atas atmosfer diikuti dengan suara bising (noise)
(𝐿 + 7𝐵)
𝑆=
8
Keterangan :
S = Spacing (m)
L = tinggi jenjang (m)
B = burden (m)
Table 3.4
P
e
Tipe detonator L/B < 4 L/B >4
r
samaan untuk menentukan jarak spacing
𝑆
Instantenous (𝐿 + 2𝐵) S = 2.B
=
3
𝑆
Delay (𝐿 + 7𝐵) S = 1,4.B
=
8
3) Stemming
Stemming adalah kolom material penutup lubang ledak diatas kolom isian
bahan peledak. Stemming yang terlalu pendek yang dapat mengakibatkan
batu terbang (fly rock) dan suara ledakan yang keras, sedangkan stemming
yang terlalu panjang akan mengakibatkan retakan kebelakang jenjang dan
bongkah disekitar dinding jenjang. Secara tektonik jenjang stemming
sama dengan jenjang burden, agar tekanan ke arah bidang bebas atasdan
samping seimbang. Persamaan yang digunakan untuk menghitung jarak
stemming adalah :
𝑆𝑡𝑣
𝑇 = 0,45 𝑥 𝐷𝑒 𝑥 (𝑆𝐺𝑟)0,33
Keterangan :
De = Diameter Lubang Ledak, (inch)
Stv = Relative Bulk Strength (ANFO = 100)
Sgr = Berat Jenis Batuan
4) Subdrilling
Subdrilling merupakan lubang ledak yang berada dibawah garis lantai
jenjang, yang berfungsi untuk membuat lantai jenjang relative rata setelah
peledakan. Adapun persamaan untuk mencari jarak subdrilling menurut
Konya adalah sebagai berikut:
J = 0,3 (B)
Keterangan:
J = subdrilling (m)
B = burden (m)
5) Waktu tunda
Pemakaian detonator tunda dimaksudkan untuk mendapatkan perbedaan
waktu peledakan antara dua lubang ledak sehingga diperoleh secara
beruntun. Pengaturan waktu ini dapat diterapkan pada peledakan beruntun
antar baris bang ledak, maka persamaan waktu tundanya adalah sebagai
berikut :
tr = Tr x B
keterangan :
tr = waktu tunda antara baris lubang ledak (ms)
Tr = konstanta waktu tunda
B = burden (ft)
Penentuan waktu tunda antar lubang dipengaruhi oleh tipe batuan, dan
table dibawah ini menunjukan konstanta waktu untuk tiap tipe batuan.
th = Th x S
Dalam pelaksanaannya nanti perhitungan RL. Ash ternyata selalu harus dicoba di
lapangan untuk memperoleh gambaran dan perubahan geometri yang lebih mendekati
kondisi sesungguhnya. Percobaan dilapangan dilakukan dengan cara trial dan error
sampai diperoleh geometri peledaka yang optimal.
Nomenklatur geometri peledakan jenjang RL. Ash
Jika :
De = duiameter lubang ledak == diameter dodol handak
B = burden
Kb = Burden Ratio
𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒 𝐾𝑏 𝑥 𝐷𝑒
𝐵= 𝑓𝑡 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐵 = 𝑚
12 39,3
Bobot iisi batuan standart = 160 lb/cuft
Bahan peledak
Specific gravity bahan peledak standart (SGstd) = 1,20
Velocity standart ( Vestd atau VODstd) = 12000 fps
Kb standart = 30
Factor penyesuai (adjustment factor) :
Batuan yang akan diledakkan (Af1)
Bahan peledak yang dipakai (Af2)
Maka :
Kb Terkoreksi = 30 x Af1 XAf2
Af1 = Adjustment factor untuk bauan yang akan diledakkan
Af2 = Adjustment factor untuk handak yang dipakai
Dengan
1⁄
𝐷𝑠𝑡𝑑 3
𝐴𝑓1 = ( )
𝐷
1⁄
𝑆𝐺 𝑥 (𝑉𝑒)2 3
𝐴𝑓2 = ( )
𝑆𝐺𝑠𝑡𝑑 𝑥 (𝑉𝑒𝑠𝑡𝑑 )2
D = Bobot isi batuan yang akan diledakkan
SG = berat jenis bahan peledak yang dipakai
Ve = Kecepatan detonasi bahan peedak yang dipakai.
Jadi :
𝐾𝑏𝑡𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑥 𝐷𝑒
𝐵= 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟
39,3
2. Spacing (S)
KS =S/B
KS = Spacing ratio (1-2)
S = Ks x B (meter)
Spacing yang lebih kecil dari ketentuan akan menyebabkan ukuran batuan hasil
peledakan terlalu hancur. Akan tetapi apabila spacing mmelebihi ukuran yang
ditentukan maka fragmentasi hasil peledakan akan mengalami over size atau
boulder (bongkahan) dan juga akan menciptakan tonjolan (stump) diantara dua
lubang ledak setelah peledakan. Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman
penentuan spacing adalah sebagai berikut.
Peledakan serentak S = 2B
Peledakan dengan delay interval lama (Second Delay) S = B
Peledakan dengan millisecond delay S antara 1B sampai 2B
Jika terdapat kekear yang tidak saling tegak lurus, S antara 1,2B sampai 1,8B
Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang ledak dalam baris
yang sama
S = 1,15 B
3. Stemming (T)
Kt = T/B
Kt = stemming ratio (0,75-1,00)
T = Kt x B
Fungsi stemming :
o Meningktkan confining pressure dari akumulasi gas hasil peledakan
o Menyeimbangkan tekanan di daerah setemming
5. Subdrilling (J)
Kj = J/B
Kj = Subdrilling ratio (0,2-0,3)
J = Kj x B (meter)
Panjang subdrilling dipengaruhi struktur geologi, tinggi jenjang dan kemiringan
lubang ledak.
6. Powder Catch (PC)
PC = H-T
PC = panjang kolom isian (meter)
H = kedalaman lubang tembak (meter)
T = Stemming (meter)
8. Powder factor
Pf = W/E
Pf = Pouder factor (ton/kg)
W = berat batuan yang diledakan (ton)
E = berat bahan yang digunakan (kg)
2. Produksi peledakan
Target prooduksi merupakan jumlah batuan yang diledakkan yang dihitung dari luas
area dan kedalaman lubang ledaknya. Persamaan umum yang digunakan untuk
menentukan target produksi peledakan adalah :
W = A x L x dr
Dengan
W = jumlah batuan yang diledakkan
A = luas derah yang diledakkan
L = tinggi jenjang
dr = bobot isi batuan, ton/m3
3. Memperkirakan framentasi batuan
Fragmentasi batuan hasil peledakan sangat dipengaruhi oleh faktokr batuan dan bahan
peledak yang digunakan. Kuznetsov membuat rumusan untuk memperkirakan
fragmentasi batuan hasil peledakan.
X = A x (V/Q)0,8 x Q 0,17 x (E/115)0,63
Dengan
X = ukuran rata-rata fragmentasi batuan, cm
A = factor batuan
V = volume batuan yang terbongkar, m3
Q = berat bahan peledak tiap lubang ledak, kg
E = Relative Weight Strenght (ANFO = 100)
Table 3.6
factor batuan
ROCK MASS DESCRIPTION (RMD) RATING
1. Powder/friable 10
2. Blocky 20
3. Totally massive 50
JOINT PLANE SPACING (JPS) RATING
1. Close (< 0,1 m) 10
2. Intermediate (0,1 - 1,0 m) 20
3. Wide (> 1,0 m) 50
JOINT PLANE ORIENTATION (JPO) RATING
1. Horizontal 10
2. Dip out of face 20
3. Strike normal to face 30
4. Dip into face 40
SPECIFIC GRAVITY INFLUENCE SGI = 25 x Bobot isi – 50
(SGI)
HARDNESS S = 0,05 x (UCS MPa), RATING OF 1 TO
10 (MOHS SCALE)
A = 0,12 𝑥 BI
Dengan
D = diameter isian (mm)
B = burden (m)
W = standar deviasi pengeboran (m)
S = spacing (m)
L = panjjang isian (m)
H = tinggi jenjang