Anda di halaman 1dari 22

54

BAB V
ANALISIS

5.1 Pengaruh RH Terhadap Pengukuran Udara


Pada dasarnya RH berpengaruh terhadap pengukuran udara, sehingga
udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, atau juga untuk suhu udara
mengalir ke suhu rendah ke suhu tinggi. Sistem ventilasi akan mengikuti prinsip
aliran udara, seperti contoh tekanan tinggi ke tekanan rendah. Pada tambang
bawah tanah menggunakan suatu sistem ventilasi yang dinamakan duct, di dalam
duct ada yang dinamakan regulator yang memiliki ukuran dimensi yang berbeda –
beda, hal tersebut untuk mengatur kecepatan aliran udara yang sesuai dibutuhkan.
5.1.1 Kondisi A Seri

95

90

85

80

75

70

65

60

55

50
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 5

Grafik 5.1
Kelembaban Relatif Kondisi A Seri
Grafik tersebut terdapat kesamaan antara titik 1 dengan titik 5 yang
memiliki grafik RH yang relatif meningkat. Dilihat dari grafik tersebut pada titik 1
diketahui bahwa dimensi yang dimiliki nya relatif lebih besar dibandingkan dimensi
titik 2, hal tersebut yang dapat memengaruhi nilai RH. Selain itu, titik 1 memiliki
jarak yang lebih dekat dengan Fan dibandingkan dengan titik pengamatan yang
lain.

54
55

5.1.2 Kondisi A Pararel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap RH A


Parallel
100
Kelembaban Relatif (%)

90
80
70
60
50
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
β

Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Titik 5

Grafik 5.2
Kelembaban Relatif Kondisi A Pararel
Untuk kelembaban relatif yang paling kecil terdapat pada titik 1,
dikarenakan pada titik 1 dekat dengan sumber udara yaitu fan. Pada titik 3 dan 4
memiliki kelembaban relatif yang sama, dikarenakan pada titik tersebut memiliki
aliran udara yang terbagi atau dekat dengan percabangan. Sedangkan pada titik
5 memiliki nilai kelembaban relatif yang paling besar, karena dilalui oleh semua
aliran udara dari titik 1, 2, 3 dan 4.
5.1.3 Kondisi B Seri

100
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap RH B Seri
Kelembaban Relatif (%)

90

80

70

60

50
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Titik 1 Titik 2β Titik 3 Titik 5

Grafik 5.3
Kelembaban Relatif Kondisi B Seri
Untuk kondisi B seri pada titik 1 memiliki kelembaban relatif yang lebih
kecil, dikarenakan dekat dengan sumber angin atau fan. Sedangkan pada titik 5
memiliki nilai kelembaban relatifnya menjadi stabil, dikarenakan pada titik 5 dilalui
oleh semua aliran udara dan juga ada penambahan booster.

55
56

5.1.4 Kondisi B Pararel

Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap RH B


Parallel
100
Kelembaban Relatif (%)

95
90
85
80
75
70
65
60
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
β

Titik 1 Titik 2 Titik 3 titik 4 titik 5

Grafik 5.4
Kelembaban Relatif Kondisi B Pararel
Pada titik 1 memiliki nilai kelembaban relatif yang kecil, sebab dekat
dengan sumber angin atau fan. Pada titik 3 dan 4 memiliki nilai kelembaban relatif
yang sama, dikarenakan pada titik tersebut aliran udara terbagi menjadi dua
(percabangan). Sedangkan pada titik 5 kondisi B paralel menjadi kecil nilai
kelembaban relatifnya, sebab dekat dengan booster dan juga nilai kelembaban
relatifnya turun dibandingkan saat kondisi B seri.

5.2 Pengaruh Belokan Terhadap Kondisi Aliran Udara


Kedaan tambang di bawah tanah bermacam – macam, sehingga desain
dari duct juga harus menyesuaikan dengan kondisi lapangannya. Pada dasarnya
aliran udara mengalir sesuai dengan media yang di alirinya. Maka dari itu
pemasangan duct di lapangan tidak akan selalu lurus, adapun terdapat belokan.
Kondisi aliran udara saat vertical akan berbeda saat terdapat belokan. karena
udara yang awalnya mengalir secara vertical tanpa hambatan, akan menabrak
dinding duct dan terpantulkan, yang menyebabkan akan terjadi perubahan
kecepatan, debit, maupun headloss. Aliran udara khususnya kecepatan udara
sebelum belokan dan sesudah belokan akan ada pengaruh seperti penurunan
kecepatan aliran udara karena adanya gesekan dengan dinding duct pada saat
udara berbelok. Maka dari itu dengan adanya belokan kecepatan aliran udara akan
berubah, yang tadinya lambat akan menjadi cepat.

56
57

5.2.1 Pengaruh Belokan Terhadap Head Rata-Rata

Pengaruh Belokan Terhadap


Head Kondisi A Seri
0.20

0.15

0.10
HEAD

0.05

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 2 HV 2 HS 2 HT 3 HV 3 HS 3

Grafik 5.5
Pengaruh Belokan Terhadap Head Kondisi A Seri
Pada kondisi A seri adanya belokan pada titik 2 dan titik 3, dimana pada
titik tersebut adanya perubahan tekanan akibat perbedaan elevasi, dimana elevasi
terendah memiliki tekanan yang lebih besar, sedangkan hasil yang didapat titik 2
yang berada pada elevasi terendah memiliki tekanan yang lebih kecil dibandingkan
dengan titik 3.

Pengaruh Belokan Terhadap


Head Kondisi B Seri
0.30
0.25
0.20
HEAD

0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 2 HV 2 HS 2 HT 3 HV 3 HS 3

Grafik 5.6
Pengaruh Belokan Terhadap Head Kondisi B Seri
Pada kondisi B seri tekanan pada titik 2 lebih tinggi dibandingkan dengan
titik 3 karena pada titik 2 elevasinya lebih rendah dibandingkan titik 3 walaupun

57
58

adanya belokan, nilai tekanan yang didapat saat pengukuran di titik 3 merata yang
diakibatkan adanya penambahan booster.
5.2.2 Pengaruh Belokan Terhadap Velocity

Pengaruh Belokan Terhadap


Velocity Kondisi A Seri
4.00
V rata - rata

3.00

2.00

1.00

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 2 titik 3

Grafik 5.7
Pengaruh Belokan Terhadap Velocity Kondisi A Seri
Titik 2 dan titik 3 dimana pada titik 2 memiliki nilai velocity yang kecil
dibandingkan dengan titik 3 yang diakibatkan oleh adanya belokan yang
megakibatkan nilai pengukuran yang didapat pada titik 3 tidak merata dimana pada
bagian atas lebih besar dibandingkan dengan bagian lainnya.

Pengaruh Belokan Terhadap


Velocity Kondisi B Seri
20.00
V rata - rata

15.00
10.00
5.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 2 titik 3

Grafik 5.8
Pengaruh Belokan Terhadap Velocity Kondisi B Seri
Titik 2 memiliki nilai velocity yang kecil dibandingkan dengan titik 3 yang
diakibatkan oleh adanya belokan yang megakibatkan nilai pengukuran yang
didapat pada titik 3 tidak merata dimana pada bagian atas lebih besar
dibandingkan dengan bagian lainnya.

58
59

5.2.3 Pengaruh Belokan Terhadap Debit

Pengaruh Belokan Terhadap


Debit Pada Kondisi A Seri
0.35
0.30
0.25
Debit (Q)

0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 2 titik 3

Grafik 5.9
Pengaruh Belokan Terhadap Debit Kondisi A Seri
Kecepatan pada titik 3 memiliki nilai yang besar sehingga debit yang
didapat pula menjadi lebih lebih besar dibandingkan dengan titik 2 karena nilai
yang didapat saat pengukuran tidak merata.

Pengaruh Belokan Terhadap


Debit Pada Kondisi B Seri
1.40
1.20
1.00
Debit (Q)

0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 2 titik 3

Grafik 5.10
Pengaruh Belokan Terhadap Debit Kondisi B Seri
Penambahan booster menyebabkan perubahan pada nilai debit udara
dimana selisih debit udara pada titik 3 dan titik 2 menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan sebelumnya karena dengan adanya penambahan booster tersebut
mengakibatkan aliran udara menjadi merata pada titik 3.

59
60

5.3 Pengaruh Percabangan Terhadap Kondisi Aliran Udara


Pada dasarnya percabangan pada duct akan menyebabkan aliran udara
terbagi menjadi dua, sehingga akan memengaruhi terhadap kecepatan aliran
udara yang nantinya akan akan berpengaruh pada debit yang dihasilkan. Maka
dari itu semakin besar kecepatan maka debit yang dihasilkan akan besar.
5.3.1 Pengaruh Percabangan Terhadap Head

Pengaruh Percabangan Terhadap


Head A Parallel
0.20
Head

0.10

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 3 HT 4 HT 5 HS 3 HS 4
HS 5 HV 3 HV 4 HV 5

Grafik 5.11
Pengaruh Percabangan Terhadap Head Kondisi A Pararel
Titik 3 mendapatkan nilai tekanan yang paling besar karena titik 3 berada
di elevasi terendah dibandingkan dengan titik 4 dan titik 5, untuk titik 4 memiliki
nilai tekanan paling kecil karena berada di elevasi yang paling besar.

Pengaruh Percabangan Terhadap


Head B Parallel
0.20
Head

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 3 HT 4 HT 5 HS 3 HS 4
HS 5 HV 3 HV 4 HV 5

Grafik 5.12
Pengaruh Percabangan Terhadap Head Kondisi B Pararel
Titik 3 mendapatkan nilai tekanan yang paling besar karena titik 3 berada
di elevasi terendah dibandingkan dengan titik 4 dan titik 5, untuk titik 4 memiliki
nilai tekanan paling kecil karena berada di elevasi yang paling besar. Namun pada
R3 di titik 5 mendapatkan nilai tekanan paling besar.

60
61

5.3.2 Pengaruh Percabangan Terhadap Velocity

Pengaruh Percabangan Terhadap


Velocity Kondisi A Parallel
4.00
V rata - rata

3.00
2.00
1.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 3 titik 4 titik 5

Grafik 5.13
Pengaruh Percabangan Terhadap Velocity Kondisi A Pararel
Titik 3 dan titik 4 mendapatkan nilai kecepatan aliran udara yang hampir
sama karena pada titik 3 dan 4 terbaginya aliran udara dari titik sebelumnya
sehingga kecepatan aliran udara pada titik 3 dan titik 4 relatif sama . Sedangkan
pada titik 5 kecepatan aliran udara lebih besar karena pada titik 5 menjadi titik
pertemuan udara yang telah terbagi pada titik 3 dan titik 4.

Pengaruh Percabangan Terhadap


Velocity Kondisi B Parallel
5.00
4.00
V rata - rata

3.00
2.00
1.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 3 titik 4 titik 5

Grafik 5.14
Pengaruh Percabangan Terhadap Velocity Kondisi B Pararel
Titik 3 dan titik 4 mendapatkan nilai kecepatan aliran udara yang hampir
sama karena pada titik 3 dan 4 terbaginya aliran udara dari titik sebelumnya
sehingga kecepatan aliran udara pada titik 3 dan titik 4 relatif sama namun pada
titik 5 kecepatan aliran udara lebih besar karena pada titik 5 menjadi titik
pertemuan udara yang telah terbagi pada titik 3 dan titik 5.

61
62

5.3.3 Pengaruh Percabangan Terhadap Debit

Pengaruh Percabangan Terhadap


Debit A Parallel
0.35
0.30
0.25
Debit (Q)

0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 4 titik 3 titik 5

Grafik 5.15
Pengaruh Percabangan Terhadap Velocity Kondisi A Pararel
Titik 3 dan titik 4 debit udara yang didapat relatif sama karena adanya
percabangan sehingga aliran udara terbagi pada titik 3 dan titik 4 namun pada titik
5 debit udara lebih besar karena menjadi titik pertemuan aliran udara dari titik 3
dan titik 4.

Pengaruh Percabangan Terhadap


Debit B Parallel
0.35
0.30
0.25
Debit (Q)

0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 4 titik 3 titik 5

Grafik 5.16
Pengaruh Percabangan Terhadap Velocity Kondisi B Pararel
Pada titik 3 dan titik 4 debit udara yang didapat relatif sama karena adanya
percabangan sehingga aliran udara terbagi pada titik 3 dan titik 4 namun pada titik
5 debit udara lebih besar karena menjadi titik pertemuan aliran udara dari titik 3
dan titik 4 sehingga debit udara yang didapat lebih besar.

62
63

5.4 Pengaruh Penggunaan Regulator


Pada dasarnya penggunaan regulator dapat memengaruhi kondisi aliran
udara yang masuk. Semakin besar dimensi regulator yang digunakan maka
tekanan dan kecepatan yang dihasilkan akan semakin kecil, dikarenakan regulator
dengan lubang besar memiliki tahanan yang kecil sehingga udara di dalam duct
dapat mengalir bebas. Begitu juga dengan sebaliknya, jika lubang regulator kecil
maka tekanan dan kecepatan yang dihasilkan akan semakin besar, dikarenakan
regulator dengan lubang kecil memiliki tahanan yang besar sehingga udara di
dalam duct yang mengalir akan mengalami penekanan yang nantinya
menyebabkan mempercepat aliran udara.
5.4.1 Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap Head

Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap


Head A Seri
0.10
0.08
0.06
HEAD

0.04
0.02
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 5 HS 5 HV 5

Grafik 5.17
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi A Seri
Untuk R1 dan R2 aliran udarapun merata namun udara yang masuk ada
yang tertahan sehingga tekanan yang didapat berkurang dibandingkan dengan
R0, namun pada R3 tekanan menjadi naik karena pada saat mendapatkan nilai
tekanan dalam pengukuran di bagian tengah lebih besar dibandingkan dengan
bagian yang lainnya sehingga tekanan yang didapat menjadi lebih besar dari pada
R2.

63
64

Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap


Head B Seri
0.25
0.20
0.15
HEAD

0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 5 HS 5 HV 5

Grafik 5.18
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi B Seri
Tekanan pada R0 lebih kecil dibandingkan dengan R1, R2, R3 karena pada
R0 aliran udara tersebar merata namun pada R1, R2, dan R3 akibat adanya
penambahan booster mengakibatkan aliran udara tidak tersebar sehingga saat
pengukuran tekanan akan ada salah satu nilai yang menjadi paling besar
dibandingkan dengan bagian yang lainnya.

Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap


Head A Parallel
0.15

0.10
HEAD

0.05

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 5 HS 5 HV 5

Grafik 5.19
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi A Pararel
Kondisi A pararel tekanan pada R1 lebih besar dibandingkan R0 karena
pada R0 aliran udara langsung mengalir sedangkan pada kondisi R1 aliran udara
tertahan sedikit sehingga aliran udara pada titik 4 yang mengalir akan bertemu
pada titik 5 dengan aliran udara pada titik 3 karena adanya yang tertahan lerlebih
dahulu sehingga tekanan akan lebih besar.

64
65

Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap


Head B Parallel
0.20

0.15
HEAD

0.10

0.05

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 5 HS 5 HV 5

Grafik 5.20
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi B Pararel
Kondisi B pararel tekanan pada R1 lebih besar dibandingkan R0 sebab
pada R0 aliran udara langsung mengalir sedangkan pada kondisi R1 aliran udara
tertahan sedikit sehingga aliran udara pada titik 4 yang mengalir akan bertemu
pada titik 5 dengan aliran udara pada titik 3 karena adanya yang tertahan lerlebih
dahulu sehingga tekanan akan lebih besar.
5.4.2 Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap Velocity

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Velocity A Seri
5.00
4.00 y = 5.1356x + 0.8275
V rata - rata

3.00 R² = 0.9825

2.00
1.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 5 Linear (titik 5)

Grafik 5.21
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi A Seri
Kondisi A seri kecepatan udara terhadap regulator berbanding lurus
dimana dengan dimensi regulator yang digunakan besar maka kecepatan aliran
akan besar. Sehingga R0 lebih besar dibandingkan dengan R1, R2, R3.

65
66

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Velocity B Seri
12

10
y = 9.6942x + 3.9747
8
V rata - rata

R² = 0.9107

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 5 Linear (titik 5)

Grafik 5.22
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi B Seri
Penambahan daya hisap yang digunakan menyebabkan kecepatan aliran
udara pada R0 dan R1 hampir sama, namun untuk R2 dan R3 kecepatan aliran
udaranya lebih kecil dibandingkan dengan R0, dan R1.

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Velocity A Parallel
4.00
3.50
3.00 y = 3.2826x + 1.4782
V rata - rata

2.50 R² = 0.9853
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 5 Linear (titik 5)

Grafik 5.23
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi A Pararel
Kondisi A paralel kecepatan udara terhadap regulator berbanding lurus
dimana dengan dimensi regulator yang digunakan besar maka kecepatan aliran
akan besar. Sehingga R0 lebih besar dibandingkan dengan R1, R2, R3.

66
67

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Velocity B Parallel
5.00
4.00
V rata - rata

y = 3.0245x + 1.7476
3.00
R² = 0.7503
2.00
1.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 5 Linear (titik 5)

Grafik 5.24
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi A Pararel
Kondisi B pararel kecepatan udara pada R1 lebih besar dibandingkan
dengan R0 karena dengan adanya penambahan daya hisap menyebabkan aliran
udara yang tertahan dari titik 3 akan bertemu dengan aliran udara pada titik 4
sehingga kecepatannya akan lebih cepat dibandingkan dengan R0, sehingga
udara yang masuk pada titik 5 sedikit.
5.4.3 Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap Debit

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Debit A Seri
0.50
y = -0.0713x + 0.3327
0.40 R² = 0.0435

0.30
Debit (Q)

0.20
0.10
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 5 Linear (titik 5)

Grafik 5.25
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi A Seri
R0 mendapatkan debit lebih besar dibandingkan R1, R2, sedangkan pada
R3 debit yang didapat lebih besar dibandingkan regulator lainnya karena pada saat
hasil nilai yang didapat dalam pengukuran pada bagain tengah lebih besar.

67
68

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Debit B Seri
0.90
0.80
0.70
0.60
Debit (Q)

0.50
0.40 y = 0.699x + 0.3461
0.30 R² = 0.9213
0.20
0.10
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8
ß
titik 5 Linear (titik 5)

Grafik 5.26
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi B Seri
Penambahan daya hisap atau booster menyebabkan debit udara
berbanding lurus terhadap regulator, dimana R0 debit udaranya lebih besar
dibandingkan dengan R1, R2, dan R3.

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Debit A Parallel
0.35
0.30
0.25
Debit (Q)

0.20
0.15 y = 0.2574x + 0.1159
R² = 0.9853
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 5 Linear (titik 5)

Grafik 5.27
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi A Pararel
Kondisi A pararel terdapat pertemuan udara di titik 5 dari udara yang
mengalir di titik 4 dan titik 3 yang mengakibatkan debit udara berbanding lurus
terhadap regulator.

68
69

Pengaruh Penggunaan Regulator


Terhadap Debit B Parallel
0.40
0.30
Debit (Q)

0.20
0.10 y = 0.2371x + 0.137
R² = 0.7503
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 5 Linear (titik 5)

Grafik 5.28
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi B Pararel
Pada titik 5 adanya perubahan terhadap penggunaan regulator dan juga
perubahan dimensi pada regulator yang tidak signifikan. Dimensi yang kecil
contohnya pada R0 terhadap R1 yang debit udaranya menjadi hampir sama
dengan R2 dan R3.

5.5 Pengaruh Penambahan Booster


Penambahan booster akan berpengaruh terhadap debit dan kecepatan
yang dihasilkan. Saat melakukan pengamatan debit, aliran udara pada saat
ditambahkan booster menjadi tidak stabil. Hal tersebut disebabkan booster bersifat
menghisap, maka dari itu ketika fan memberikan udara masuk , booster akan
menghisap udara tersebut.

Pengaruh Booster Terhadap


Head B Seri
0.30
0.20
Head

0.10
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 1 HT 2 HT 3 HT 5 HS 1 HS 2
HS 3 HS 5 HV 1 HV 2 HV 3 HV 5

Grafik 5.29
Pengaruh Booster Terhadap Head Kondisi B Seri

69
70

Titik 1 dan titik 2 dengan elevasi yang sama dan lebih rendah dibandingkan
dengan titik 3, dan titik 5 mendapatkan tekanan yang lebih besar di titik 1 dan titik
2. Sehingga dilihat dari grafik memiliki perbandingan tekanan yang terbalik.

Pengaruh Booster Terhadap


Head B Parallel
0.20

0.15
Head

0.10

0.05

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 1 HT 2 HT 3 HT 5 HS 1
HS 2 HS 3 HS 5 HV 1 HV 2
HV 3 HV 5 HT 4 HS 4 HV 4

Grafik 5.30
Pengaruh Booster Terhadap Head Kondisi B Pararel
Tekanan udara berbanding terbalik terhadap elevasi dimana pada tekanan
di titik 1 dan titik 2 dengan elevasi yang sama dan lebih rendah mendapatkan
tekanan yang lebih besar dibandingkan titik yang lainnya sedangkan pada titik 4
tekanan yang didapat lebih kecil karena berada pada elevasi yang tinggi.

Pengaruh Booster
Terhadap Velocity B Seri
16.00

14.00

12.00
V rata - rata

10.00

8.00

6.00

4.00

2.00

0.00
0 0.2titik 1 0.4
titik 2 0.6 3
titik titik0.8
5
ß
Grafik 5.31
Pengaruh Booster Terhadap Velocity Kondisi B Seri

70
71

Penambahan booster pada titik 1 tidak terlalu berpengaruh seba b pada


titik 1 hanya dipengaruhi oleh sumber angin (Fan) sehingga kecepatan aliran udara
pada titik 1 lebih kecil dari titik lainnya.

Pengaruh Booster
5 Terhadap Velocity B Parallel

4
V rata - rata

0
0 titik 0.2
1 titik 2 0.4 titik 3 0.6 titik 4 0.8 titik 5
ß
Grafik 5.32
Pengaruh Booster Terhadap Velocity Kondisi B Pararel
Penambahan booster pada titik 1 tidak terlalu berpengaruh seba b pada
titik 1 hanya dipengaruhi oleh sumber angin (Fan) sehingga kecepatan aliran udara
pada titik 1 lebih kecil dari titik lainnya. Sedangkan pada titik 2 dan 5 mengalami
peningkatan kecepatan aliran udara karena dilalui oleh semua titik.

Pengaruh Booster
Terhadap Debit B Seri
1.50
Debit (Q)

1.00

0.50

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5

Grafik 5.33
Pengaruh Booster Terhadap Velocity Kondisi B Seri
Penambahan booster pada titik 1 tidak terlalu berpengaruh seba b pada
titik 1 hanya dipengaruhi oleh sumber angin (Fan) sehingga kecepatan aliran udara
pada titik 1 lebih kecil dari titik lainnya.

71
72

Pengaruh Booster
Terhadap Debit B Parallel
0.60
0.50
Debit (Q)

0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

titik 1 titik 2 titik 3 titik 5 titik 4

Grafik 5.34
Pengaruh Booster Terhadap Velocity Kondisi B Pararel
Penambahan booster pada titik 1 tidak terlalu berpengaruh seba b pada
titik 1 hanya dipengaruhi oleh sumber angin (Fan) sehingga kecepatan aliran udara
pada titik 1 lebih kecil dari titik lainnya. Sedangkan pada titik 3 dan titik 4
mengalami pengurangan debit udara yang disebabkan oleh pembagian udara atau
percabangan.

5.6 Pengaruh Perbedaan Dimensi


Perbedaan dimensi duct sangat berpengaruh terhadap kecepatan aliran
udara yang dihasilkan. Saat duct berukuran besar lalu mengalami penyempitan
jalur maka akan mengakibatkan kecepatan aliran udara meningkat dari
sebelumnya.

Pengaruh Dimensi Terhadap Velocity


Kondisi A Seri
3
2
Head

1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

Titik 1 Titik 2

Grafik 5.35
Pengaruh Dimensi Terhadap Velocity Kondisi A Seri

72
73

Pada titik 2 aliran udara lebih besar dibandingkan dengan titk 1,


dikarenakan pada titik 1 menuju titik 2 mengalami penyempitan, sehingga aliran
udara yang dihasilkan cepat.

Pengaruh Dimensi Terhadap Velocity


Kondisi B Seri
14
12
10
8
Head

6
4
2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

Titik 1 Titik 2

Grafik 5.36
Pengaruh Dimensi Terhadap Velocity Kondisi B Seri
Pada titik 2 aliran udara lebih besar dibandingkan dengan titk 1,
dikarenakan pada titik 1 menuju titik 2 mengalami penyempitan, sehingga aliran
udara yang dihasilkan cepat.

Pengaruh Dimensi Terhadap Debit


Kondisi A Seri
0.50

0.40

0.30
Head

0.20

0.10

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

Titik 1 Titik 2

Grafik 5.37
Pengaruh Dimensi Terhadap Debit Kondisi A Seri
Pada titik 1 memiliki dimensi besar sehingga debit udara bernilai besar
dibandingkan pada titik 2 yang berdimensi lebih kecil dari titik 1.

73
74

Pengaruh Dimensi Terhadap Debit


Kondisi B Seri
1.40
1.20
1.00
0.80
Head

0.60
0.40
0.20
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

Titik 1 Titik 2

Grafik 5.38
Pengaruh Dimensi Terhadap Debit Kondisi B Seri
Pada titik 1 memiliki dimensi besar sehingga debit udara bernilai besar
dibandingkan pada titik 2 yang berdimensi lebih kecil dari titik 1. Sehingga debit
yang ditampung di titik 1 akan lebih banyak dari titik 2.

Pengaruh Dimensi Terhadap


Head Kondisi A Seri
0.20

0.15
HEAD

0.10

0.05

0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 1 HV 1 HS1 HT 2 HS 2 HV 2

Grafik 5.39
Pengaruh Dimensi Terhadap Head Kondisi A Seri
Dikarenakan perbedaan dimensi antara titik 1 dan titik 2, menyebabkan
tekanan pada titik 1 akan lebih besar dibandingkan titik 2, karena pada titik 1
memiliki ukuran dimensi yang lebih besar dibandingkan dengan titik 2. Pengaruh
ukuran dimensi dapat memengaruhi terhadapt tekanan yang dihasilkan. Maka dari
itu nilai yang dihasilkan akan signifikan

74
75

Pengaruh Dimensi Terhadap


Head Kondisi B Seri
0.30
0.25
0.20
HEAD

0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß

HT 1 HV 1 HS1 HT 2 HS 2 HV 2

Grafik 5.40
Pengaruh Dimensi Terhadap Head Kondisi B Seri
kondisi B seri pada titik 1 memiliki nilai tekanan yang lebih besar
dibandingkan titik 2 karena ukuran dimensi duct yang berbeda, namun
penambahan regulator pada tiap titik akan memengaruhi tekanan juga.

5.7 Analisa Keseluruhan


Setiap kondisi duct bermacam – macam dapat memengaruhi terhadap
tekanan, kecepatan, debit dan kondisi aliran udara. Seperti contoh tekanan,
kecepatan dan debit memiliki hubungan yang berkaitan. Jika suatu duct memiliki
ukuran dimensi yang kecil maka tekanan yang dihasilkan kecil, begitu juga debit
yang dihasilkan akan kecil. Sedangkan duct dengan dimensi yang besar maka
tekanannya akan besar dan juga debit yang dihasilkannya pun akan besar. Maka
dari itu ukuran dimensi sangat memengaruhi terhadap tekanan dan juga debit.
Selain itu juga penyempitan ukuran dimensi duct dapat memengaruhi terhadap
kecepatan aliran udara, dengan artian yang bermula kecepatan aliran udara
lambat karena adanya penyempitan ukuran duct maka kecepatan aliran udara
yang dihasilkan akan meningkat. Kecepatan aliran udara akan berubah jika
mengalami perubahan dimensi juga. Sehingga selain dari ukuran dimensi duct,
adapun pengaruh lain dari kecepatan aliran udara, yaitu dari penggunaan regulator
dan juga adanya belokan yang menyebabkan aliran udara semakin cepat. Adapun
kondisi aliran udara dapat disebabkan dari aliran udara yang masuk, semakin
banyak aliran udara yang masuk maka kondisi sekitar akan lembab.

75

Anda mungkin juga menyukai