BAB V
ANALISIS
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
Grafik 5.1
Kelembaban Relatif Kondisi A Seri
Grafik tersebut terdapat kesamaan antara titik 1 dengan titik 5 yang
memiliki grafik RH yang relatif meningkat. Dilihat dari grafik tersebut pada titik 1
diketahui bahwa dimensi yang dimiliki nya relatif lebih besar dibandingkan dimensi
titik 2, hal tersebut yang dapat memengaruhi nilai RH. Selain itu, titik 1 memiliki
jarak yang lebih dekat dengan Fan dibandingkan dengan titik pengamatan yang
lain.
54
55
90
80
70
60
50
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
β
Grafik 5.2
Kelembaban Relatif Kondisi A Pararel
Untuk kelembaban relatif yang paling kecil terdapat pada titik 1,
dikarenakan pada titik 1 dekat dengan sumber udara yaitu fan. Pada titik 3 dan 4
memiliki kelembaban relatif yang sama, dikarenakan pada titik tersebut memiliki
aliran udara yang terbagi atau dekat dengan percabangan. Sedangkan pada titik
5 memiliki nilai kelembaban relatif yang paling besar, karena dilalui oleh semua
aliran udara dari titik 1, 2, 3 dan 4.
5.1.3 Kondisi B Seri
100
Pengaruh Pengaturan Udara Terhadap RH B Seri
Kelembaban Relatif (%)
90
80
70
60
50
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Titik 1 Titik 2β Titik 3 Titik 5
Grafik 5.3
Kelembaban Relatif Kondisi B Seri
Untuk kondisi B seri pada titik 1 memiliki kelembaban relatif yang lebih
kecil, dikarenakan dekat dengan sumber angin atau fan. Sedangkan pada titik 5
memiliki nilai kelembaban relatifnya menjadi stabil, dikarenakan pada titik 5 dilalui
oleh semua aliran udara dan juga ada penambahan booster.
55
56
95
90
85
80
75
70
65
60
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
β
Grafik 5.4
Kelembaban Relatif Kondisi B Pararel
Pada titik 1 memiliki nilai kelembaban relatif yang kecil, sebab dekat
dengan sumber angin atau fan. Pada titik 3 dan 4 memiliki nilai kelembaban relatif
yang sama, dikarenakan pada titik tersebut aliran udara terbagi menjadi dua
(percabangan). Sedangkan pada titik 5 kondisi B paralel menjadi kecil nilai
kelembaban relatifnya, sebab dekat dengan booster dan juga nilai kelembaban
relatifnya turun dibandingkan saat kondisi B seri.
56
57
0.15
0.10
HEAD
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 2 HV 2 HS 2 HT 3 HV 3 HS 3
Grafik 5.5
Pengaruh Belokan Terhadap Head Kondisi A Seri
Pada kondisi A seri adanya belokan pada titik 2 dan titik 3, dimana pada
titik tersebut adanya perubahan tekanan akibat perbedaan elevasi, dimana elevasi
terendah memiliki tekanan yang lebih besar, sedangkan hasil yang didapat titik 2
yang berada pada elevasi terendah memiliki tekanan yang lebih kecil dibandingkan
dengan titik 3.
0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 2 HV 2 HS 2 HT 3 HV 3 HS 3
Grafik 5.6
Pengaruh Belokan Terhadap Head Kondisi B Seri
Pada kondisi B seri tekanan pada titik 2 lebih tinggi dibandingkan dengan
titik 3 karena pada titik 2 elevasinya lebih rendah dibandingkan titik 3 walaupun
57
58
adanya belokan, nilai tekanan yang didapat saat pengukuran di titik 3 merata yang
diakibatkan adanya penambahan booster.
5.2.2 Pengaruh Belokan Terhadap Velocity
3.00
2.00
1.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
titik 2 titik 3
Grafik 5.7
Pengaruh Belokan Terhadap Velocity Kondisi A Seri
Titik 2 dan titik 3 dimana pada titik 2 memiliki nilai velocity yang kecil
dibandingkan dengan titik 3 yang diakibatkan oleh adanya belokan yang
megakibatkan nilai pengukuran yang didapat pada titik 3 tidak merata dimana pada
bagian atas lebih besar dibandingkan dengan bagian lainnya.
15.00
10.00
5.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
titik 2 titik 3
Grafik 5.8
Pengaruh Belokan Terhadap Velocity Kondisi B Seri
Titik 2 memiliki nilai velocity yang kecil dibandingkan dengan titik 3 yang
diakibatkan oleh adanya belokan yang megakibatkan nilai pengukuran yang
didapat pada titik 3 tidak merata dimana pada bagian atas lebih besar
dibandingkan dengan bagian lainnya.
58
59
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
titik 2 titik 3
Grafik 5.9
Pengaruh Belokan Terhadap Debit Kondisi A Seri
Kecepatan pada titik 3 memiliki nilai yang besar sehingga debit yang
didapat pula menjadi lebih lebih besar dibandingkan dengan titik 2 karena nilai
yang didapat saat pengukuran tidak merata.
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
titik 2 titik 3
Grafik 5.10
Pengaruh Belokan Terhadap Debit Kondisi B Seri
Penambahan booster menyebabkan perubahan pada nilai debit udara
dimana selisih debit udara pada titik 3 dan titik 2 menjadi lebih kecil dibandingkan
dengan sebelumnya karena dengan adanya penambahan booster tersebut
mengakibatkan aliran udara menjadi merata pada titik 3.
59
60
0.10
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 3 HT 4 HT 5 HS 3 HS 4
HS 5 HV 3 HV 4 HV 5
Grafik 5.11
Pengaruh Percabangan Terhadap Head Kondisi A Pararel
Titik 3 mendapatkan nilai tekanan yang paling besar karena titik 3 berada
di elevasi terendah dibandingkan dengan titik 4 dan titik 5, untuk titik 4 memiliki
nilai tekanan paling kecil karena berada di elevasi yang paling besar.
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 3 HT 4 HT 5 HS 3 HS 4
HS 5 HV 3 HV 4 HV 5
Grafik 5.12
Pengaruh Percabangan Terhadap Head Kondisi B Pararel
Titik 3 mendapatkan nilai tekanan yang paling besar karena titik 3 berada
di elevasi terendah dibandingkan dengan titik 4 dan titik 5, untuk titik 4 memiliki
nilai tekanan paling kecil karena berada di elevasi yang paling besar. Namun pada
R3 di titik 5 mendapatkan nilai tekanan paling besar.
60
61
3.00
2.00
1.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.13
Pengaruh Percabangan Terhadap Velocity Kondisi A Pararel
Titik 3 dan titik 4 mendapatkan nilai kecepatan aliran udara yang hampir
sama karena pada titik 3 dan 4 terbaginya aliran udara dari titik sebelumnya
sehingga kecepatan aliran udara pada titik 3 dan titik 4 relatif sama . Sedangkan
pada titik 5 kecepatan aliran udara lebih besar karena pada titik 5 menjadi titik
pertemuan udara yang telah terbagi pada titik 3 dan titik 4.
3.00
2.00
1.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.14
Pengaruh Percabangan Terhadap Velocity Kondisi B Pararel
Titik 3 dan titik 4 mendapatkan nilai kecepatan aliran udara yang hampir
sama karena pada titik 3 dan 4 terbaginya aliran udara dari titik sebelumnya
sehingga kecepatan aliran udara pada titik 3 dan titik 4 relatif sama namun pada
titik 5 kecepatan aliran udara lebih besar karena pada titik 5 menjadi titik
pertemuan udara yang telah terbagi pada titik 3 dan titik 5.
61
62
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.15
Pengaruh Percabangan Terhadap Velocity Kondisi A Pararel
Titik 3 dan titik 4 debit udara yang didapat relatif sama karena adanya
percabangan sehingga aliran udara terbagi pada titik 3 dan titik 4 namun pada titik
5 debit udara lebih besar karena menjadi titik pertemuan aliran udara dari titik 3
dan titik 4.
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.16
Pengaruh Percabangan Terhadap Velocity Kondisi B Pararel
Pada titik 3 dan titik 4 debit udara yang didapat relatif sama karena adanya
percabangan sehingga aliran udara terbagi pada titik 3 dan titik 4 namun pada titik
5 debit udara lebih besar karena menjadi titik pertemuan aliran udara dari titik 3
dan titik 4 sehingga debit udara yang didapat lebih besar.
62
63
0.04
0.02
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 5 HS 5 HV 5
Grafik 5.17
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi A Seri
Untuk R1 dan R2 aliran udarapun merata namun udara yang masuk ada
yang tertahan sehingga tekanan yang didapat berkurang dibandingkan dengan
R0, namun pada R3 tekanan menjadi naik karena pada saat mendapatkan nilai
tekanan dalam pengukuran di bagian tengah lebih besar dibandingkan dengan
bagian yang lainnya sehingga tekanan yang didapat menjadi lebih besar dari pada
R2.
63
64
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 5 HS 5 HV 5
Grafik 5.18
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi B Seri
Tekanan pada R0 lebih kecil dibandingkan dengan R1, R2, R3 karena pada
R0 aliran udara tersebar merata namun pada R1, R2, dan R3 akibat adanya
penambahan booster mengakibatkan aliran udara tidak tersebar sehingga saat
pengukuran tekanan akan ada salah satu nilai yang menjadi paling besar
dibandingkan dengan bagian yang lainnya.
0.10
HEAD
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 5 HS 5 HV 5
Grafik 5.19
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi A Pararel
Kondisi A pararel tekanan pada R1 lebih besar dibandingkan R0 karena
pada R0 aliran udara langsung mengalir sedangkan pada kondisi R1 aliran udara
tertahan sedikit sehingga aliran udara pada titik 4 yang mengalir akan bertemu
pada titik 5 dengan aliran udara pada titik 3 karena adanya yang tertahan lerlebih
dahulu sehingga tekanan akan lebih besar.
64
65
0.15
HEAD
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 5 HS 5 HV 5
Grafik 5.20
Pengaruh Regulator Terhadap Head Kondisi B Pararel
Kondisi B pararel tekanan pada R1 lebih besar dibandingkan R0 sebab
pada R0 aliran udara langsung mengalir sedangkan pada kondisi R1 aliran udara
tertahan sedikit sehingga aliran udara pada titik 4 yang mengalir akan bertemu
pada titik 5 dengan aliran udara pada titik 3 karena adanya yang tertahan lerlebih
dahulu sehingga tekanan akan lebih besar.
5.4.2 Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap Velocity
3.00 R² = 0.9825
2.00
1.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.21
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi A Seri
Kondisi A seri kecepatan udara terhadap regulator berbanding lurus
dimana dengan dimensi regulator yang digunakan besar maka kecepatan aliran
akan besar. Sehingga R0 lebih besar dibandingkan dengan R1, R2, R3.
65
66
10
y = 9.6942x + 3.9747
8
V rata - rata
R² = 0.9107
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.22
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi B Seri
Penambahan daya hisap yang digunakan menyebabkan kecepatan aliran
udara pada R0 dan R1 hampir sama, namun untuk R2 dan R3 kecepatan aliran
udaranya lebih kecil dibandingkan dengan R0, dan R1.
2.50 R² = 0.9853
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.23
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi A Pararel
Kondisi A paralel kecepatan udara terhadap regulator berbanding lurus
dimana dengan dimensi regulator yang digunakan besar maka kecepatan aliran
akan besar. Sehingga R0 lebih besar dibandingkan dengan R1, R2, R3.
66
67
y = 3.0245x + 1.7476
3.00
R² = 0.7503
2.00
1.00
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.24
Pengaruh Regulator Terhadap Velocity Kondisi A Pararel
Kondisi B pararel kecepatan udara pada R1 lebih besar dibandingkan
dengan R0 karena dengan adanya penambahan daya hisap menyebabkan aliran
udara yang tertahan dari titik 3 akan bertemu dengan aliran udara pada titik 4
sehingga kecepatannya akan lebih cepat dibandingkan dengan R0, sehingga
udara yang masuk pada titik 5 sedikit.
5.4.3 Pengaruh Penggunaan Regulator Terhadap Debit
0.30
Debit (Q)
0.20
0.10
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.25
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi A Seri
R0 mendapatkan debit lebih besar dibandingkan R1, R2, sedangkan pada
R3 debit yang didapat lebih besar dibandingkan regulator lainnya karena pada saat
hasil nilai yang didapat dalam pengukuran pada bagain tengah lebih besar.
67
68
0.50
0.40 y = 0.699x + 0.3461
0.30 R² = 0.9213
0.20
0.10
0.00
0 0.2 0.4 0.6 0.8
ß
titik 5 Linear (titik 5)
Grafik 5.26
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi B Seri
Penambahan daya hisap atau booster menyebabkan debit udara
berbanding lurus terhadap regulator, dimana R0 debit udaranya lebih besar
dibandingkan dengan R1, R2, dan R3.
0.20
0.15 y = 0.2574x + 0.1159
R² = 0.9853
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.27
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi A Pararel
Kondisi A pararel terdapat pertemuan udara di titik 5 dari udara yang
mengalir di titik 4 dan titik 3 yang mengakibatkan debit udara berbanding lurus
terhadap regulator.
68
69
0.20
0.10 y = 0.2371x + 0.137
R² = 0.7503
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.28
Pengaruh Regulator Terhadap Debit Kondisi B Pararel
Pada titik 5 adanya perubahan terhadap penggunaan regulator dan juga
perubahan dimensi pada regulator yang tidak signifikan. Dimensi yang kecil
contohnya pada R0 terhadap R1 yang debit udaranya menjadi hampir sama
dengan R2 dan R3.
0.10
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 1 HT 2 HT 3 HT 5 HS 1 HS 2
HS 3 HS 5 HV 1 HV 2 HV 3 HV 5
Grafik 5.29
Pengaruh Booster Terhadap Head Kondisi B Seri
69
70
Titik 1 dan titik 2 dengan elevasi yang sama dan lebih rendah dibandingkan
dengan titik 3, dan titik 5 mendapatkan tekanan yang lebih besar di titik 1 dan titik
2. Sehingga dilihat dari grafik memiliki perbandingan tekanan yang terbalik.
0.15
Head
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 1 HT 2 HT 3 HT 5 HS 1
HS 2 HS 3 HS 5 HV 1 HV 2
HV 3 HV 5 HT 4 HS 4 HV 4
Grafik 5.30
Pengaruh Booster Terhadap Head Kondisi B Pararel
Tekanan udara berbanding terbalik terhadap elevasi dimana pada tekanan
di titik 1 dan titik 2 dengan elevasi yang sama dan lebih rendah mendapatkan
tekanan yang lebih besar dibandingkan titik yang lainnya sedangkan pada titik 4
tekanan yang didapat lebih kecil karena berada pada elevasi yang tinggi.
Pengaruh Booster
Terhadap Velocity B Seri
16.00
14.00
12.00
V rata - rata
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
0 0.2titik 1 0.4
titik 2 0.6 3
titik titik0.8
5
ß
Grafik 5.31
Pengaruh Booster Terhadap Velocity Kondisi B Seri
70
71
Pengaruh Booster
5 Terhadap Velocity B Parallel
4
V rata - rata
0
0 titik 0.2
1 titik 2 0.4 titik 3 0.6 titik 4 0.8 titik 5
ß
Grafik 5.32
Pengaruh Booster Terhadap Velocity Kondisi B Pararel
Penambahan booster pada titik 1 tidak terlalu berpengaruh seba b pada
titik 1 hanya dipengaruhi oleh sumber angin (Fan) sehingga kecepatan aliran udara
pada titik 1 lebih kecil dari titik lainnya. Sedangkan pada titik 2 dan 5 mengalami
peningkatan kecepatan aliran udara karena dilalui oleh semua titik.
Pengaruh Booster
Terhadap Debit B Seri
1.50
Debit (Q)
1.00
0.50
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.33
Pengaruh Booster Terhadap Velocity Kondisi B Seri
Penambahan booster pada titik 1 tidak terlalu berpengaruh seba b pada
titik 1 hanya dipengaruhi oleh sumber angin (Fan) sehingga kecepatan aliran udara
pada titik 1 lebih kecil dari titik lainnya.
71
72
Pengaruh Booster
Terhadap Debit B Parallel
0.60
0.50
Debit (Q)
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Grafik 5.34
Pengaruh Booster Terhadap Velocity Kondisi B Pararel
Penambahan booster pada titik 1 tidak terlalu berpengaruh seba b pada
titik 1 hanya dipengaruhi oleh sumber angin (Fan) sehingga kecepatan aliran udara
pada titik 1 lebih kecil dari titik lainnya. Sedangkan pada titik 3 dan titik 4
mengalami pengurangan debit udara yang disebabkan oleh pembagian udara atau
percabangan.
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Titik 1 Titik 2
Grafik 5.35
Pengaruh Dimensi Terhadap Velocity Kondisi A Seri
72
73
6
4
2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Titik 1 Titik 2
Grafik 5.36
Pengaruh Dimensi Terhadap Velocity Kondisi B Seri
Pada titik 2 aliran udara lebih besar dibandingkan dengan titk 1,
dikarenakan pada titik 1 menuju titik 2 mengalami penyempitan, sehingga aliran
udara yang dihasilkan cepat.
0.40
0.30
Head
0.20
0.10
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Titik 1 Titik 2
Grafik 5.37
Pengaruh Dimensi Terhadap Debit Kondisi A Seri
Pada titik 1 memiliki dimensi besar sehingga debit udara bernilai besar
dibandingkan pada titik 2 yang berdimensi lebih kecil dari titik 1.
73
74
0.60
0.40
0.20
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
Titik 1 Titik 2
Grafik 5.38
Pengaruh Dimensi Terhadap Debit Kondisi B Seri
Pada titik 1 memiliki dimensi besar sehingga debit udara bernilai besar
dibandingkan pada titik 2 yang berdimensi lebih kecil dari titik 1. Sehingga debit
yang ditampung di titik 1 akan lebih banyak dari titik 2.
0.15
HEAD
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 1 HV 1 HS1 HT 2 HS 2 HV 2
Grafik 5.39
Pengaruh Dimensi Terhadap Head Kondisi A Seri
Dikarenakan perbedaan dimensi antara titik 1 dan titik 2, menyebabkan
tekanan pada titik 1 akan lebih besar dibandingkan titik 2, karena pada titik 1
memiliki ukuran dimensi yang lebih besar dibandingkan dengan titik 2. Pengaruh
ukuran dimensi dapat memengaruhi terhadapt tekanan yang dihasilkan. Maka dari
itu nilai yang dihasilkan akan signifikan
74
75
0.15
0.10
0.05
0.00
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8
ß
HT 1 HV 1 HS1 HT 2 HS 2 HV 2
Grafik 5.40
Pengaruh Dimensi Terhadap Head Kondisi B Seri
kondisi B seri pada titik 1 memiliki nilai tekanan yang lebih besar
dibandingkan titik 2 karena ukuran dimensi duct yang berbeda, namun
penambahan regulator pada tiap titik akan memengaruhi tekanan juga.
75