Anda di halaman 1dari 14

MII-1

M – II
SIFAT FISIK BATUAN

2.1 Tujuan
1. Dapat mengetahui sifat – sifat fisik dari sebuah batuan.
2. Dapat mempraktekkan teori dari praktikum uji sifat fisik batuan.
3. Dapat mengetahui karakteristik dari setiap batuan yang akan diuji.
4. Dapat menganalisa dari sifat fisik batuan.
5. Dapat menjelaskan perhitungan dari uji sifat fisik batuan.

2.2 Landasan Teori


Batuan merupakan sebuah kumpulan mineral – mineral yang terbentuk
menjadi satu. Biasanya batuan terdapat satu atau lebih mineral didalamnya.
Sedangkan mineral merupakan zat padat anorganik yang terbentuk secara
alamiah di alam, memiliki sifat fisik dan kimia tertentu. Selain itu juga setiap mineral
memiliki kandungan unsur kimia yang beraneka ragam.
Dari berbagai mineral yang terbentuk di alam, akan menghasilkan berbagai
jenis batuan dan sifat fisik dari batuan yang berbeda – beda. Dari proses tersebut
akan menghasilkan batuan yang berbeda. Adapun pembekuan magma atau bisa
dibilang kristalisasi magma akan menghasilkan batuan beku. Selain batuan beku,
adapun batuan sedimen yang terbentuk secara alamiah, seperti contoh pelapukan
kimia yang terdapat pada batuan sedimen dengan genesa kimiawi.
Pada dasarnya untuk menentukan sifat fisik batuan, dibutuhkan beberapa
sampel batuan yang nantinya akan di uji, biasanya ada dua pengujian yaitu:
1. Pengujian Sampel di Lapangan
Biasanya pengujian ini dilakukan dilapangan dari hasil pemboran (core
drilling) dan juga sampel yang didapatkan di lapangan berbentuk silinder,
setelah dapat sampel tersebut bisa langsung di uji ke laboratorium agar
mendapatkan data yang akurat. Selain itu juga syarat pengujian, ukuran
sampel minimal dua kali diameternya.

MII-1
MII-2

Sumber: Geologist, 2007


Foto 1
Contoh Core Drilling
2. Pengujian Sampel di Laboratorium
Sampel yang telah didapatkan di lapangan kemudian di ambil untuk diuji
di laboratorium. Sampel yang didapatkan berbentuk silinder, dengan
ukuran diameter berkisar 50 – 70 mm. Ukuran sampel disesuaikan dengan
kebutuhan dari laboratorium itu sendiri.

Sumber: Purbo, 2011


Foto 2
Pengujian Sampel Di Laboratorium

MII-2
MII-3

2.2.1 Porositas
Porositas merupakan perbandingan antara volume rongga pada pori – pori
batuan terhadap volume total batuan. Pada dasarnya rongga pada batuan di
hasilkan melalui lapisan diantara butiran, yang biasa ditempati oleh cairan atau
gas. Adapun klasifikasi porositas menurut geologi, diantaranya:
1. Porositas primer
Porositas primer biasanya berupa interkristalin (rongga diantara bidang
belah kristal), integranular (porositas yang dominan) dan keseragaman
rongga batuan sedimen (fragmen berupa fosil)
2. Porositas sekunder
Porositas sekunder merupakan hasil dari proses geologi yang
menghasilkan porositas oleh pelarutan (solution porosity) dan porsitas
rekahan (fracture porosity)
3. Porositas mikro (Microporosity)
Biasanya porositas ini berasosiasi dengan pori – pori yang memiliki celah
atau lubang lebih kecil dari 0,5 mikro. Pada dasanya porositas mikro
merupakan porositas interagranular, yang dapat dihasilkan oleh cangkang
– cangkang organik.
2.2.2 Permeabiltas
Prinsip pada permeabilitas hampir mirip dengan porositas. Permeabilitas
digunakan untuk menentukan kemampuan air resevoir permeabilitas. Pada
dasarnya ada faktor yang memengaruhi permeabilitas yaitu ukuran butir.
2.2.3 Saturasi Fluida
Saturasi fluida merupakan perbandingan antara volume pori batuan yang
ditempati oleh suatu fluida tertentu. Terdapat beberapa jenis – jenis dari saturasi
batuan reservoir, diantaranya:
1. Saturasi gas
Saturasi gas adalah volume pori yang sebagian besar terisi oleh gas.
2. Saturasi minyak
Saturasi minyak adalah volume pori yang sebagian besar terisi oleh
minyak.
3. Saturasi air
Saturasi air adalah volume pori total yang sebagian besar pori - porinya
terisi oleh air,

MII-3
MII-4

2.2.4 Kompresibilitas
Menurut Geertsma terdapat tiga macam kompresibilitas, diantaranya:
1. Kompressbilitas matriks batuan, merupakan perubahan material dari
padatan batuan.
2. Kompressbilitas batuan keseluruhan, merupakan perubahan volume yang
disebabkan oleh tekanan.
3. Kompressbilitas pori – pori batuan, merupakan perubahan pori – pori yang
disebabkan oleh tekanan.
2.2.5 Wettabilitas
Wettabilitas adalah kecenderungan antara fluida yang tidak tercampur
dengan fluida lainnya. Biasanya konsep dari wettabilitas, yaitu jika fluida mengenai
benda padat maka akan membasahi benda tersebut, dikarenakan adanya sebuah
gaya yang timbul.

2.3 Alat dan Bahan


2.3.1 Alat
Alat yang digunakan untuk uji sifat fisik batuan, diantaranya:
1. Jangka sorong ketelitian 0,01 mm.
2. Desikator.
3. Pemanas (oven) dengan temperatur 105°C - 110°C.
4. Neraca Ohaus dengan ketelitian 0,1 gr.
5. Pompa vacum.
6. Stop watch.
7. Container.
2.3.2 Bahan
Pada praktikum kali ini yang membahas tentang sifat fisik batuan, adapun
bahan yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu pecahan dari bongkah batuan.
Pecahan tersebut yang nantinya akan diuji di laboratorium.

2.4 Prosedur
1. Langkah pertama siapkan ± 2 – 3 sampel.
2. Dari setiap sampel akan dilakukan pengukuran dimensi menggunaka alat
ukur yang bernama jangka sorong.

MII-4
MII-5

3. Lalu timbang berat container yang telah terisi sampel menggunakan neraca
ohaus.
4. Lakukan penjenuhan sampel, diantaranya:
a) Tahap I : Isikan air sebanyak ¼ dari tinggi sampel dalam container,
kemudian lakukan pemvakuman selama 15 menit.
b) Tahap II : Isikan air sebanyak ½ dari tinggi sampel dalam container,
kemudian lakukan pemvakuman selama 15 menit.
c) Tahap III : Isikan air setinggi sampel dalam container, selanjutnya
lakukan pemvakuman selama 20 menit.
5. Jenuhkan sampel dalam tabung vacum dengan nilai daya isap sebesar
kurang dari 0,008 kgf/cm² selama 24 jam.
6. Setelah itu, batuan diangkat setelah waktu penjenuhan selama 24 jam.
7. Pisahkan air dari container setelah hasil penjenuhan.
8. Kemudian timbang berat jenuh sampel.
9. Lakukan penimbangan pada sampel, untuk mengetahui berat jenuh pada
sampel tersebut.
10. Sampel dimasukkan kedalam oven selama ± 24 jam.
11. Timbang berat kering sampel yang telah didinginkan.
12. Langkah terakhir, timbang berat kosong container.

Sumber: data hasil praktikum GEOMEK, kelompok 2

MII-5
MII-6

2.5 Rumus
Adapun rumus yang digunakan, diantaranya:
1. Bobot Isi Asli (Natural Density)
𝑊𝑛
....................................................................................................1)
𝑊𝑤−𝑊𝑠
2. Bobot Isi Kering (Dry Density)
𝑊𝑜
.....................................................................................................2)
𝑊𝑤−𝑊𝑠
3. Bobot Isi Jenuh (Saturated Density)
𝑊𝑤
...................................................................................................3)
𝑊𝑤−𝑊𝑠
4. Apparent Specific Gravity
𝑊𝑛
/Bobot isi air...............................................................................4)
𝑊𝑤−𝑊𝑠
5. True Specific Gravity
𝑊𝑜
/Bobot isi air................................................................................5)
𝑊𝑜−𝑊𝑠
6. Kadar Air Asli (Natural Water Content)
𝑊𝑛−𝑊𝑜
x 100%.......................................................................................6)
𝑊𝑜
7. Saturated Water Content (Absorption)
𝑊𝑤−𝑊𝑜
x 100%......................................................................................7)
𝑊𝑜
8. Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation)
𝑊𝑛−𝑊𝑜
x 100%.......................................................................................8)
𝑊𝑤−𝑊𝑜
9. Porositas
𝑊𝑤−𝑊𝑜
x 100%.......................................................................................9)
𝑊𝑤−𝑊𝑠
10. Void ratio
𝑛
𝑒= ...............................................................................................10)
1−𝑛

MII-6
MII-7

2.6 Hasil Pengamatan


Table 1.1
Data Hasil Pengujian
Berat
Sampel
No Wn Bobot Isi Jenuh Wo
( gr ) Ww ( gr ) Wb ( gr ) Wa ( gr ) ( gr )

1 LT /MII/ KEL 33,65 35,4 20,4 18,9 33,4


2/ G1/ 2018
2 LT /MII/ KEL 61,47 65 44,1 33,3 61,2
2/ G2/ 2018
3 LT /MII/ KEL 48,4 59,69 39,1 26,1 45,6
2/ A1/ 2018
4 LT /MII/ KEL 22,35 32,7 16,9 12,6 20,685
2/ A2/ 2018
Sumber: data hasil praktikum GEOMEK, kelompok 2

2.7 Pengolahan Data


1. LT/M-II/S-1/KEL 2 /G1/2018
a. Bobot Isi Asli ( Natural Density )
Wn 33,65
= = 2,258 gr
Ww - Ws 35,3 - 20,4

b. Bobot Isi Kering ( Dry Densitty )


Wo 33,4
= = 2,241 gr
Ww - Ws 35,3 - 20,4
c. Bobot Isi Jenuh ( Saturated Density )
Ww 35,3
= = 2,369 gr
Ww - Ws 35,3 - 20,4
d. Apparent Spesific Gravity
Wo 33,4
Ww - Ws
/ bobot isi air = 35,3 - 20,4 / 1 = 2,2461

e. True Specific Gravity


Wo 33,4
Wo - Ws
/ bobot isi air = 33,4 - 20,4 / 1 = 2,569

f. Kadar Air Asli ( Natural Water Content )


Wn - Wo 33,65 - 33,4
x 100% = x 100% = 0,748 %
Wo 33,4
MII-7
MII-8

g. Saturated Water Content ( Absorption )


Ww - Wo 35,3 - 33,4
Wo
x 100% = x 100% = 5,68 %
33,4
h. Derajat Kejenuhan ( Degree Of Saturation )
Wn - Wo 33,65 - 33,4
Ww - Wo
x 100% = x 100% = 13,15 %
35,3 - 33,4
i. Porositas
Wn - Wo 35,3 - 33,4
n = Ww - Ws x 100% = x 100% = 12,75 %
35,3 - 20,4
j. Void Ratio
n 0,1275
ℯ= = = 1,146
I - n 1 - 0,1275

2. LT/M-II/S-1/KEL 2 /G2/2018
a. Bobot Isi Asli ( Natural Density )
Wn 61,47
= = 2,94 gr
Ww - Ws 65 - 44,1
b. Bobot Isi Kering ( Dry Densitty )
Wo 61,2
= = 2,92gr
Ww - Ws 65 - 44,1
c. Bobot Isi Jenuh ( Saturated Density )
Ww 65
= = 3,11 gr
Ww - Ws 65 - 44,1
d. Apparent Spesific Gravity
Wo 61,2
Ww - Ws
/ bobot isi air = 65 - 44,1 / 1 = 2,928

e. True Specific Gravity


Wo 61,2
Wo - Ws
/ bobot isi air = 61,2 - 44,1 / 1 = 3,57

f. Kadar Air Asli ( Natural Water Content )


Wn - Wo 61,47 - 61,2
x 100% = x 100% = 0,44 %
Wo 61,2
g. Saturated Water Content ( Absorption )
Ww - Wo 65 - 61,2
Wo
x 100% = x 100% = 6,2 %
61,2
h. Derajat Kejenuhan ( Degree Of Saturation )
Wn - Wo 61,47 - 61,2
Ww - Wo
x 100% = x 100% = 7,105 %
65 - 61,2

MII-8
MII-9

i. Porositas
Wn - Wo 65 - 61,2
n = Ww - Ws x 100% = x 100% = 18,18 %
65 - 44,1
j. Void Ratio
n 0,1818
ℯ=I-n= = 0,22
1 - 0,1818
3. LT/M-II/S-1/KEL 2 /A1/2018
a. Bobot Isi Asli ( Natural Density )
Wn 48,4
= = 2,35 gr
Ww - Ws 59,69 - 39,1
b. Bobot Isi Kering ( Dry Densitty )
Wo 45,9
= = 2,22 gr
Ww - Ws 59,69 - 39,1
c. Bobot Isi Jenuh ( Saturated Density )
Ww 59,69
= = 2,89 gr
Ww - Ws 59,69 - 39,1
d. Apparent Spesific Gravity
Wo 45,9
Ww - Ws
/ bobot isi air = 59,69 - 39,1 / 1 = 2,22

e. True Specific Gravity


Wo 45,9
Wo - Ws
/ bobot isi air = 45,9 - 39,1 / 1 = 6,75

f. Kadar Air Asli ( Natural Water Content )


Wn - Wo 48,4 - 45,9
Wo
x 100% = x 100% = 5,66 %
45,9
g. Saturated Water Content ( Absorption )
Ww - Wo 59,69 - 45,9
Wo
x 100% = x 100% = 30,04 %
45,9
h. Derajat Kejenuhan ( Degree Of Saturation )
Wn - Wo 48,8 - 45,9
x 100% = x 100% = 2, 36 %
Ww - Wo 59,69 - 45,9
i. Porositas
Wn - Wo 59,69 - 45,9
n = Ww - Ws x 100% = x 100% = 66,97 %
59,69 - 39,1
j. Void Ratio
n 0,6697
ℯ=I-n= = 2,02
1 - 0,6697

MII-9
MII-10

4. LT/M-II/S-1/KEL 2 /A2/2018
a. Bobot Isi Asli ( Natural Density )
Wn 22,35
= = 3,54 gr
Ww - Ws 22,3 - 16,99
b. Bobot Isi Kering ( Dry Densitty )
Wo 20,685
= = 3,27 gr
Ww - Ws 23,3 - 16,99
c. Bobot Isi Jenuh ( Saturated Density )
Ww 32,7
= = 5,182 gr
Ww - Ws 23,3 - 16,99
d. Apparent Spesific Gravity
Wo 20,685
/ bobot isi air = / 1 = 3,27
Ww - Ws 23,3 - 16,99
e. True Specific Gravity
Wo 20,685
/ bobot isi air = / 1 = 5,59
Wo - Ws 20,685 - 16,99
f. Kadar Air Asli ( Natural Water Content )
Wn - Wo 22,35 - 20,685
Wo
x 100% = x 100% = 8,04 %
20,685
g. Saturated Water Content ( Absorption )
Ww - Wo 23,3 - 20,685
Wo
x 100% = x 100% = 12,64 %
20,685
h. Derajat Kejenuhan ( Degree Of Saturation )
Wn - Wo 22,35 - 20,685
Ww - Wo
x 100% = x 100% = 63,67%
23,3 - 20,685
i. Porositas
Wn - Wo 22,3 - 20,685
n = Ww - Ws x 100% = x 100% = 24,84%
22,3 - 16,99
j. Void Ratio
n 0,2484
ℯ= = = 0,33
I - n 1 - 0,2484

2.8 Analisa
Pada praktikum geomekanika yang membahas tentang sifat fisik dari
sebuah batuan. Untuk mengetahui sifat fisik dari batuan, maka dilakukan lah
beberapa cara untuk mengetahui sifat fisik batuan tersebut. Saat melakukan

MII-10
MII-11

percobaan adapun kendala yang dihadapi misalkan saat mengisi air kedalam
container, yang harusnya air terisi sebanyak satu per empat malah terisi lebih, hal
tersebut dapat memengaruhi data pengujian. Pada dasarnya saat memasukkan
sampel ke dalam desikator waktu yang dibutuhkan selama 15 menit, waktu
tersebut tidak boleh kurang atau lebih (signifikan) agar tidak memengaruhi pada
sampel batuan tersebut.
Hasil yang didapatkan pada batu gamping bertama berupa bobot isi jenuh
Ww sebesar 35, 4 gr, Wb sebesar 20, 4 gr dan Wa sebesar 19, 4 gr. Pada batu
gamping kedua didapatkan bobot isi jenuh Ww sebesar 65 gr, Wb sebesar 44, 1
gr dan Wa sebesar 33, 3 gr. Sedangkan pada batuan andesit pertama didapatkan
bobot isi jenuh Ww sebesar 59, 69 gr, Wb sebesar 39, 1 gr dan Wa sebesar 26, 1
gr. Pada batuan andesit kedua didapatkan bobot isi jenuh Ww sebesar 32, 7 gr,
Wb sebesar 16, 9 gr dan Wa sebesar 12, 6 gr.

2.9 Kesimpulan
Pada praktikum geomekanika yang membahas tentang sifat fisik batuan
yang bertujuan untuk mengetahui sifat – sifat dari batuan itu sendiri. Dapat
disimpulkan bahwa:
1. Setiap batuan memiliki karakteristik yang berbeda – beda.
2. Pada batuan terdapat komposisi dan kandungan mineral yang bervariasi.
3. Batuan pun memiliki porositas yang bervariasi, misalkan pada sebuah
batuan yang memiliki pori – pori lebih banyak dari volume batuannya, maka
batuan tersebut bisa disebut dengan batuan porositas baik, begitu juga
dengan sebaliknya.
4. Adapun parameter pada sifat fisik batuan ini diantaranya porositas,
permeabilitas, saturasi fluida, kompresibilitas dam Wettabilitas. Kelima
parameter tersebut merupakan penentu dari sifat batuan yang akan di uji
nantinya menggunakan beberapa perhitungan khusus.

MII-11
MII-12

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim, 2016, “LABORATORIUM PENGUJIAN SIFAT FISIK


BATUAN”. Diakses pada tanggal 25 Februari 2018, pada jam
10:00 wib.

2. Azhary, 2013, “LAPORAN UJI SIFAT FISIK BATUAN”. Diakses pada


tanggal 25 Februari 2018, pada jam 10:15 wib.

3. Bayu, Fahrudin, 2016, “SIFAT FISIK BATUAN”. Diakses pada tanggal


25 Februari 2018, pada jam 10:30 wib.

MII-12
MII-13

LAMPIRAN

MII-13
MII-14

MII-14

Anda mungkin juga menyukai