Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN

Kelompok 1

Page | i
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mekanika Batuan. Tujuan dari
pembuatan laporan ini adalah sebagai hasil analisis terhadap perhitungan sifat fisik dan
mekanik sampel batuan yang diambil pada saat praktikum. Praktikum dilaksanakan pada
tanggal 9 Mei 2020 di Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan Departemen Teknik
Sipil FTSPK ITS.

Dalam penyelesaian laporan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Musta’in Arif, S.T., M.T. sebagai dosen pengajar kami yang telah
memberikan bimbingan dalam mata kuliah ini.
2. Ibu Dr. Yudhi Lastiasih, S.T., M.T. selaku dosen pengajar kami yang telah
memberikan bimbingan dalam mata kuliah ini.
3. Staff laboratorium yang telah memberikan arahan pada saat praktikum.
4. Teman-teman Jurusan Teknik Sipil ITS, khususnya yang satu kelas dalam
mata kuliah Pondasi di Atas Lapisan Batuan, yang telah membantu
penyelesaian laporan ini.
Kami meyadari bahwa laporan yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan, sehingga kritik dan saran pembaca sangat kami apresiasi untuk
penyempurnaan tugas kami selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca,
khususnya para civitas academika teknik sipil dan teman-teman yang akan melakukan
praktikum mekanika batuan di masa mendatang.

Akhir kata, kami mohon maaf atas segala kesalahan dalam penyusunan laporan
ini. Terima kasih.

Surabaya, 10 Mei 2020

Penyusun

Page | ii
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................ii

DAFTAR ISI ...............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................2

BAB III TES SIFAT FISIK BATUAN .......................................................................13

BAB IV INDIRECT TENSILE TEST ........................................................................20

BAB V DIRECT SHEAR TEST .................................................................................24

BAB VI POINT LOAD TEST ....................................................................................28

BAB VII UNCONFINED COMPRESSION TEST ....................................................33

BAB VIII .....................................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................43

LAMPIRAN ................................................................................................................45

Page | iii
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pondasi di Atas Lapisan Batuan merupakan salah satu mata kuliah yang terdapat
di Departemen Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Secara garis besar,
hal-hal yang dipelajari dalam mata kuliah ini adalah sifat fisik dan mekanik batuan.
perencanaan pondasi dan lereng batuan.

Penerapan mata kuliah ini erat kaitannya dengan perencanaan struktur bawah
pada lapisan batuan. Dalam perencanaan berbagai struktur bangunan, kondisi batuan
perlu diperhatikan agar memperoleh perencanaan struktur bangunan yang optimal.
Demi mewujudkan perencanaan struktur bangungan yang optimal, diperlukan
pemahaman yang baik dan benar mengenai dasar-dasar teori dalam analisa kondisi
batuan. Oleh karena itu diadakanlah praktikum dalam mata kuliah ini agar mahasiswa
memperoleh pemahaman yang baik dan benar dalam pengujian sifat fiisik dan mekanik
batuan.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:

a) Mengetahui sifat fisik dari batuan yang diuji;


b) Mengetahui sifat mekanik dari batuan yang diuji dengan melakukan indirect
tensile test, shear test, point load test, dan unconfied compression test.

Page | 1
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batuan

Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda dimana
tidak mempunyai komposisi kimia tetap. Batuan terdiri dari bagian yang padat baik
berupa kristal maupun yang tidak mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong seperti
pori-pori, fissure, crack, joint dan lain-lain. Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa batuan tidak sama dengan tanah. Tanah dikenal sebagai material yang mobile,
rapuh dan letaknya dekat dengan permukaan bumi.

2.2 Mekanika Batuan


Mekanika batuan adalah sebuah teknik dan juga sains yang tujuannya adalah
mempelajari perlikau batuan di tempat asalnya untuk dapat mengendalikan pekerjaan-
pekerjaan yang dibuat pada batuan tersebut.

2.3 Sifat Fisik dan Mekanik

Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika


batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi, dan void
ratio.
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas,
dan nisbah poisson.

Kedua sifat tersebut dapat ditentukan baik di laboratorium maupun lapangan


(in-situ). Penentuan di laboratorium pada umumnya dilakukan terhadap sampel yang
diambil di lapangan. Satu sampel dapat digunakan untuk menentukan kedua sifat batuan.
Pertama-tama adalah penentuan sifat fisik batuan yang merupakan pengujian tanpa
merusak (non destructive test), kemudian dilanjutkan dengan penentuan sifat mekanik
batuan yang merupakan pengujian merusak(destructive test) sehingga sampel batuan
hancur.

Page | 2
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

2.3.1 Sifat Fisik Batuan

Menentukan sifat fisik batuan di laboratorium terbagi menjadi beberapa bagian,


yaitu:

a) Pembuatan sampel
1. Di laboratorium
Pembuatan sampel di laboratorium dilakukan dari blok batuan yang diambil dari
lapangan dan telah dihancurkan. Kemudian dicampurkan dengan semen dan dicetak
dalam bentuk silinder. Sampel yang dihasilkan mempunyai diameter pada umumnya
antara 50-60 mm dan tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran sampel dapat lebih
kecil maupun lebih besar dari ukuran yang telah di tentukan tergantung dari maksud uji.

2. Di lapangan
Hasil pemboran inti ke dalam massa batuan yang akan berupa sampel inti
batuan dapat digunakan untuk uji di laboratorium dengan syarat tinggi sampel dua kali
diameternya. Setiap contoh yang diperoleh kemudian diukur diameter dan tingginya,
kemudian dihitung luas permukaan dan volumenya.

Setelah penghitungan tinggi, diameter, luas dan volumenya, kemudian mulai


pada tahap pengujian seperti :
b) Penimbangan berat sampel
1. Berat asli (natural) : Wn
2. Berat kering (sesudah dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan
temperatur kurang lebih 90o C) : Wo
3. Berat jenuh (sesudah dijenuhkan dengan air selama 24 jam) : Ww
4. Berat jenuh + berat air + berat bejana : Wb
5. Berat jenuh di dalam air : Ws = (Wa – Wb)
6. Volume sampel tanpa pori-pori : Wo – Ws
7. Volume sampel total : Ww - Ws
c) Sifat fisik batuan
𝑊𝑛
1. Bobot isi asli = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 ……………………………..(2.1.)

Page | 3
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

𝑊0
2. Bobot isi kering = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 ……………………………..(2.2.)

𝑊𝑤
3. Bobot isi jenuh = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 …………………...…….......(2.3.)

𝑊𝑜
4. Berat jenis semu = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 / bobot isi air ……………....(2.4.)

𝑊𝑜
5. Berat jenis asli ............ = 𝑊𝑜−𝑊𝑠 / bobot isi air …………….....(2.5.)

𝑊𝑛−𝑊𝑜
6. Kadar air asli = 𝑥100 % …………..................(2.6.)
𝑊𝑜

𝑊𝑤−𝑊𝑜
7. Saturated water content= 𝑥 100% …………................(2.7.)
𝑊𝑜

𝑊𝑛−𝑊𝑜
8. Derajat kejenuahan = 𝑊𝑤−𝑊𝑜 𝑥 100% ……………………..(2.8.)

𝑊𝑤−𝑊𝑜
9. Porositas (n) = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 𝑥 100% ……………………..(2.9.)

𝑛
10. Void ratio (e) = ……………………....……….....(2.10.)
1−𝑛

Sifat fisik batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan setelah dilakukan
pengujian tanpa melakukan pengrusakan. Setelah batuan selesai dipreparasi kemudian
setiap sample yang diperoleh diukur diameter dan tingginya kemudian dihitung luas
permukaan dan volumenya. Adapun sifat fisik pada batuan meliputi:

1. Bobot Isi
Bobot isi adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume batuan. Bobot isi
berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu :

a. Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara berat batuan asli dengan volume batuan.
b. Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume
batuan.
c. Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara berat batuan kering dengan volume
batuan.
2. Spesific Gravity
Spesific gravity adalah perbandingan antara bobot isi dengan bobot isi air. Spesific
gravity dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Page | 4
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

a. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi kering batuan
dengan bobot isi air.

b. True spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi basah batuan dengan
bobot isi air.
3. Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang ada di dalam batuan dengan
berat butiran batuan itu sendiri yang terbagi menjadi :

a. Kadar air asli, yaitu perbandingan antara berat air asli yang ada dalam batuan dengan
berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
b. Kadar air jenuh, yaitu perbandingan antara berat air jenuh yang ada dalam batuanm
dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
4. Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori atau rongga batuan
terhadap volume total batuan yang dinyatakan dalam %.

5. Angka Pori
Angka pori adalah perbandingan antara volume pori-pori dalam batuan dengan
volume batuan.

6. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh
yang dinyatakan dalam %.

2.3.2 Sifat Mekanik Batuan


Batuan memiliki sifat mekanik yang dilakukan dengan merusak, dimana dalam
menentukan sifat mekanik batuan di laboratorium dilakukan beberapa pengujian,
seperti :

a. Uji Kuat Tekan Uniaksial


1) Uji Kuat Tekan (Unconfined Compressive Strength Test)
Uji ini menggunakan mesin tekan (compression machine) untuk menekan sampel
batuan yang berbentuk silinder dari satu arah (uniaxial). Penyebaran tegangan di dalam

Page | 5
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel
tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya yang
dikenakan pada sampel tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan

yang menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan tidak terbentuk bidang pecah yang
searah dengan gaya melainkan berbentuk kerucut cone.

Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi nilai kuat tekan
batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5. Semakin besar maka
kuat tekannya bertambah kecil seperti ditunjukkan oleh persamaaan dibawah ini.

a) Menurut ASTM : C (l = d) = C .................................(2.11.)

0,222
0,788 +
l / d …………………...(2.12.)

b) Menurut Proto Diakonov : C (l = 2d) = C………………..….(2.13.)

8 C
2
7+
l / d ………………………….....(2.14.)

Dengan C kuat tekan batuan.

l
Makin besar , maka kuat tekannya akan bertambah kecil.
d

Page | 6
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Gambar 2.1 Perubahan sampel


(Sumber: Eucalypto. 2014)

Persamaan umum kuat tekan (tegangan)


F
=
A ………………………………...……(2.15.)
Keterangan :

D = Diameter (m)

l = Panjang (m)

 = Tegangan (N/m2)

F = Besarnya gaya yang bekerja pada percontohan batuan pada saat terjadi
keruntuhan (failure) sehingga pada grafik merupakan keadaan yang paling
puncak (N).

A = Luas penampang percontohan batuan yang diuji (m2)

2) Batas Elastis
Plastisitas adalah karakteristik batuan yang membuat regangan (deformasi)
permanen yang besar sebelum batuan tersebut hancur (failure). Perilaku batuan
dikatakan elastis (linier maupun non linier) jika tidak terjadi deformasi permanen jika
suatu tegangan dibuat nol.
Pada tahap awal batuan dikenakan gaya. Kurva berbentuk landai dan tidak linier
yang berarti bahwa gaya yang diterima oleh batuan dipergunakan untuk menutup
rekahan awal (pre exiting cracks) yang terdapat di dalam batuan. Sesudah itu kurva

Page | 7
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

menjadi linier sampai batas tegangan tertentu, yang kita kenal dengan batas elastis lalu
terbentuk rekahan baru dengan batas elastis perambatan stabil sehingga kurva tetap
linier. Sesudah batas elastis dilewati maka perambatan rekahan menjadi tidak stabil,
kurva tidak linier lagi dan tidak berapa lama kemudian batuan akan hancur. Titik hancur
ini menyatakan kekuatan batuan.
Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada saat grafik
regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu, Titik ini dapat
ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah linier dengan
kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik tersebut
diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga didapat nilai batas elastis
C.
τ

τc
l
τE a

τl d

a
l a

li ai

Gambar 1.2 Kurva Tegangan-Regangan


(Sumber: Rasidah, 2010)

Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada saat
grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu, titik ini
dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah linier dengan
kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik tersebut
diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga didapat nilai batas elastis
C.

3) Modulus Young
Harga dari Modulus Young dapat ditentukan sebagai perbandingan antara selisih
tegangan aksial (τ) dengan selisih tegangan aksial (o), yangdiambil pada

Page | 8
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial dihitung pada rata-rata kemiringan
kurva dalam kondisi linier, atau bagian linier yang terbesar di kurva sehingga didapat
nilai Modulus Young rata-rata dalam hubungan sebagai berikut :

Gambar 2.3 Kurva Pengambilan Nilai 𝜎 dan a

(Sumber: Penuntun Praktikum Mekanika Batuan, 2014)

4) Possion’s Ratio
Harga poisson’s ratio didefinisikan sebagai harga perbandingan antara regangan
lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar σi. Harga tegangan sebesar
σi yang diukur pada titik singgungantara grafik tegangan volumetrik dengan garis
sejajar sumbu tegangan aksial pada saat regangan grafik volumetrik mulai berubah arah.

Titik singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial didapat
nilai σi. Melalui titik σi buat garis tegak lurus ke sumbu tegangan aksial, sehingga
memotong kurva regangan aksial dan lateral.Kemudian masing-masing titik potong
tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga
didapatkan nilai εai dan εli.

Sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat ditentukan besarnya poisson’s ratio dalam
hubungan sebagai berikut :

Page | 9
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

 li
v= , pada tegangan  i …………………………………………….(2.16.)
 ai

Gambar 2.4 Pengambilan Nilai εai dan εli

(Sumber: Penuntun Praktikum Mekanika Batuan,

2014)

b. Uji Kuat Tarik Tak Langsung


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kuat tarik (tensile strength) dari
percontoh batu berbentuk silinder secara tidak langsung. Alat yang digunakan adalah
mesin tekan seperti pada pengujian kuat tekan.
Kuat tarik :

Gambar 2.5 Pengujian Kuat Tarik


(Sumber: Eucalypto, 2014)

Page | 10
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

c. Uji Point Load


Uji ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan dari sampel batuan secara tak langsung
di lapangan. Sampel batuan dapat berbentuk silinder atau tidak beraturan.

L P L L

D D

D = 50
P L > 0.7D 𝐷
P = 1,0 − 1,4
𝐿
Diametricaltest
Irregular lump test
D

𝐷
P = 1,1+ 0,05
𝐿

Axial test

Gambar 2.6 Bentuk Sampel Batu untuk Point Load Test


(Sumber: Kramadibrata, 2000)

d. Uji Triaksial
Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting dalam mekanika
batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial. Percontoh yang
digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada pengujian kuat tekan.

Gambar 2.7 Kondisi Tekanan pada Pengujian Triaksial


(Sumber: Eucalypto, 2014)

Page | 11
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Dari hasil uji triaksial dapat ditentukan :


1) Strength envelope (kurva intrinsik), yaitu kurva yang menunjukan kekuatan
batuan terhadap tahanan batuan yang berada di atasnya dimana terdapat kohesi
dan sudut geser dalam sebagai parameter keruntuhan batuan.
2) Kuat geser (shear strength), yaitu gaya tahanan internal yang bekerja per satuan
luas masa batuan untuk menahan keruntuhan atau kegagalan sepanjang bidang
runtuh dalam masa batuan tersebut.
3) Sudut geser dalam (ϕ), yaitu sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan
normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Sudut geser
dalam adalah sudut rekahan yang dibentuk jika suatu material dikenai tegangan
atau gaya terhadapnya yang melebihi tegangan gesernya.
4) Kohesi (C), yaitu gaya tarik menarik antara partikel dalam batuan, dinyatakan
dalam satuan berat per satuan luas. Kohesi batuan akan semakin besar jika
kekuatan gesernya makin besar.

Page | 12
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

BAB III

TES SIFAT FISIK BATUAN

3.1 Peralatan

Alat yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel batuan (2 buah)


2. Air
3. Timbangan dengan ketelitian minimal 0.1 gram
4. Oven
5. Bejana
6. Tali
3.2 Cara Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan percobaan ini adalah:
1. Menimbang kedua buah sampel batuan dengan timbangan (Wn)
2. Memasukkan kedua buah sampel batuan ke dalam oven selama 24
jam dengan suhu 90°
3. Menimbang sampel yang telah dioven selama 24 jam (Wo)
4. Merendam sampel batuan dalam air selama 24 jam
5. Menimbang sampel yang telah direndam air selama 24 jam (Ww)
6. Memasukkan sampel batuan ke dalam bejana berisi air kemudian
ditimbang (Wa)
7. Mengikat sampel dengan tali yang diikatkan pada pulpen di atas
bejana agar batuan tergantung di dalam air kemudian ditimbang
(Wb)
8. Menghitung berat contoh dalam air (Ws) = (Wa) – (Wb)
9. Menghitung volume percontoh tanpa pori-pori (V) = (Wo) – (Ws)

Page | 13
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

10. Menghitung volume percontoh total (Vt) = (Ww) – (Ws)


11. Menghitung berat isi asli (natural density)
12. Menghitung isi kering (dry density)
13. Menghitung berat isi jenuh (saturated density)
14. Menghitung app. spesific gravity
15. Menghitung true spesific gravity
16. Menghitung kadar air asli (natural Wc)
17. Menghitung saturated water content (absorption)
18. Menghitung derajat kejenuhan (Sr)
19. Menghitung porositas (n)
20. Menghitung angka pori (e)

3.3 Hasil Praktikum


Setelah dilakukan uji sifat fisik batuan sesuai dengan tahapan pelaksanaan,
maka didapat berat contoh asli (Wn), berat contoh kering (Wo), berat
contoh jenuh (Ww), berat contoh jenuh + berat air + bejana (Wa), serta
berat contoh jenuh tergantung dalam air + berat air + bejana (Wb). Hasil
penimbangan tersebut dapat dilhat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 3.1 Berat Contoh Asli (Wn)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Page | 14
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Gambar 4.2 Berat Contoh Kering (Wo)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 5.3 Berat Contoh Jenuh (Ww)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Page | 15
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Gambar 6.4 Berat Contoh Jenuh + Berat Air + Bejana (Wa)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Gambar 7.5 Berat Contoh Jenuh + Berat Air + Bejana (Wa)


(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Page | 16
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Adapun hasil dari praktikum telah ditabelkan dalam tabel berikut.


Tabel 3.1 Hasil Pengujian Sifat Fisik Batuan

Contoh No. 1 2
Keterangan Satuan
1 Warna Batuan abu-abu terang abu-abu terang
2 Berat contoh asli (natural) Wn gr 130.089 163.275
Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke
3 Wo gr 129.868 162.985
dalam oven selama 24 jam dengan suhu 90°)
Berat contoh jenuh (direndam selama 24
4 Ww gr 131.689 165.007
jam)
5 Berat contoh jenuh + berat air + bejana Wa gr 132.49 168.05
Berat contoh jenuh tergantung dalam air +
6 Wb gr 132.47 165.83
berat air + bejana
7 Berat contoh jenuh di dalam air Ws = Wa - Wb gr 0.02 2.22
8 Volume percontoh tanpa pori-pori V = Wo - Ws gr 129.848 160.765
9 Volume percontoh total Vt = Ww - Ws gr 131.669 162.787
Sifat Fisik Batuan
1 Berat isi asli (natural density) γn = Wn / (Ww -Ws) gr/cc 0.9880 1.0030
2 Berat isi kering (dry density) γdry = Wo / (Ww -Ws) gr/cc 0.9863 1.0012
3 Berat isi jenuh (saturated density) γsat = Ws / (Ww -Ws) gr/cc 0.00015 0.01364
Gs = Ww/(Ww-Ws)/bobot isi
4 App. Spesific Gravity 0.54923 0.55664
air
5 True Spesific Gravity Wo / (Wo - Ws) / bobot isi air 0.549233 0.556732
Wc = (Ww - Wo) / Wo x
6 Kadar air asli (Natural Wc) % 1.40% 1.24%
100%
7 Saturated Water Content (absorption) (Wn - Wo) / Wo x 100% % 0.170% 0.178%
Sr = (Wn - Wo) / (Ww -Wo) x
8 Derajat Kejenuhan (Sr) % 12% 14%
100%
n = (Wn - Wo) / (Ww- Ws) x
9 Porositas (n) % 0.168% 0.178%
100%
10 Angka Pori (e) e = n/(1-n) 0.00168 0.00178

3.4 Contoh Perhitungan

Berikut adalah contoh perhitungan untuk sampel 1.

Diketahui:

Wn = 130.089 gr
Wo = 129.868 gr
Ww = 131.689 gr
Wa = 132.49 gr
Wb = 132.47 gr

Page | 17
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

• Berat contoh jenuh di dalam air (Ws)


Ws = Wa – Wb = 132.49 – 132.47 = 0.02 gr
• Volume percontoh tanpa pori-pori (V)
V = Wo – Ws = 129.868 – 0.02 = 129.848 gr
• Volume percontoh total (Vt)
Vt = Ww – Ws = 131.689 – 0.02 = 131.669 gr
• Berat isi asli (natural density)
𝑊𝑛
𝛾𝑛 = (𝑊𝑤−𝑊𝑠)
130.089
𝛾𝑛 = (131.689−0.02) = 0.988 gr/cc

• Berat isi kering (dry density)


𝑊𝑜
𝛾𝑑𝑟𝑦 = (𝑊𝑤−𝑊𝑠)
129.868
𝛾𝑑𝑟𝑦 = = 0.9863 gr/cc
(131.689−0.02)

• Berat isi jenuh (saturated density)


𝑊𝑠
𝛾𝑠𝑎𝑡 = (𝑊𝑤−𝑊𝑠)
0.02
𝛾𝑠𝑎𝑡 = (131.689−0.02) = 0.00015

• App. spesific gravity


𝑊𝑤
𝐺𝑠 =
(𝑊𝑤 − 𝑊𝑠) 𝑊𝑎𝑖𝑟
131.689
𝐺𝑠 = (131.689−0.02) 𝑥 1.82 = 0.54923

• True spesific gravity


𝑊𝑜
𝐺𝑠 =
(𝑊𝑜 − 𝑊𝑠) 𝑊𝑎𝑖𝑟
129.868
𝐺𝑠 = (129.868−0.02) 𝑥 1.82 = 0.549233

• Kadar air asli (natural Wc)


(𝑊𝑤 − 𝑊𝑜)
𝑊𝑐 = 𝑥 100%
𝑊𝑤
(131.689−129.868)
𝑊𝑐 = 𝑥 100% = 1.4%
131.689

Page | 18
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

• Saturated Water Content (Absorption)


(𝑊𝑛−𝑊𝑜)
= 𝑥 100%
𝑊𝑜
(130.089−129.868)
= 𝑥 100%
129.868

= 0.17%
• Derajat Kejenuhan (Sr)
(𝑊𝑛−𝑊𝑜)
𝑆𝑟 = 𝑥 100%
(𝑊𝑤−𝑊𝑜)
(130.089−129.868)
𝑆𝑟 = (131.689−129.868) 𝑥 100% = 12%

• Porositas (n)
(𝑊𝑛−𝑊𝑜)
𝑛 = (𝑊𝑤−𝑊𝑠) 𝑥 100%
(130.089−129.868)
𝑛 = 𝑥 100% = 0.168%
(131.689−0.02)

• Angka pori (e)


𝑛
𝑒 =
(1−𝑛)
0.168%
𝑒 = (1−0.168%) = 0.00168

3.5 Kesimpulan
Kedua sampel batuan memiliki sifat fisik seperti yang telah ditabelkan pada
Tabel 3.1.

Page | 19
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB IV
INDIRECT TENSILE TEST
Indirect tensile test merupakan uji coba untuk mengetahui kuat tarik dari batuan secara
tidak langsung disebut tidak langsung karena sampel diberi beban terhadap arah diameteral
sehingga gaya akan terdistribusikan secara diameteral (ditarik). Pengujian tarik dibutuhkan
untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan. Pengujian tarik dapat
mengukur ketahanan suatu bahan terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pada
umumnya yang menjadi fokus adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan
beban yang biasa disebut dengan “Ultimate Tensile Strength” atau “Tegangan Tarik
Maksimum”.

4.1 Peralatan
a. Mesin Tekan
b. Sistem Pengukuran beban (sudah ada pada mesin tekan)
c. Plat baja
d. Stop watch
e. Jangka sorong

4.2 Cara pelaksanaan


1. Menyiapkan serta mengukur sampel uji batuan yang tersedia menggunakan jangka
sorong.

Gambar 4.1 Mengukur Dimensi Batuan


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

Page | 20
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

2. Meletakkan plat baja bawah pada tengah-tengah form mesin kuat tekan.
3. Sampel uji batuan diletakkan ditengah antara plat baja bawah dan plat baja atas.

Dial Deformasi

Dial Gaya

Plat Baja Atas

Sampel Batu

Plat Baja Bawah Mesin Tekan

Gambar 4.2 Posisi Pelaksanaan Tes


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

4. Memastikan dial gauge hidup untuk mengukur deformasi axial kemudian mesin
tekan dihidupkan serta memberikan beban sedikit demi sedikit terhadap plat atas.
5. Dilakukan pembacaan ketika penambahan serta melihat waktu yang sedang
berjalan menggunakan stopwatch.
6. Dilakukan pencatatan ketika dilakukan pembacaan hingga mencapai gaya
pembebanan maksimum yaitu saat sampel batuan pecah.

Gambar 4.3 Hasil Tes (Batu Pecah)


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

Page | 21
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

4.3 Data Praktikum


• Diameter Sampel = 53.5 mm
• Ketinggian Sampel = 104.5mm
• Berat Sampel = 587.2 gr
• Ao = 4698.3 mm2
• Vo = 78967.3 mm3
• LRC, Proving Ring = 2.2 kg/div
• Pembacaan Dial Deformasi = 300 x 0.01 div
• P = 6250 kg
• Tensile Stress = 725.7 kg/cm2

4.4 Contoh Perhitungan


Perhitungan parameter kuat tarik tidak langsung dengan mempergunakan rumus
sebagai berikut sesuai dengan SNI 2486-2011
2𝑃
σt = 𝜋𝐷𝑡

Dimana :
σ = Kuat tarik benda uji kKPa)
P = Besarnya beban sampai batu pecah (kN)
D = Diameter benda uji (m)
t = Tebal Benda uji (m)

Perhitungan hasil test :


2𝑃 2 𝑥 625
σt = 𝜋𝐷𝑡 = 𝜋 𝑥 0.0535 𝑥 0.1045 = 71168.9 kPa

Dimana :
σ = 71168.9 ≈ 71169 (kPa)
P = 625 (kN)
D = 0.0535 (m)
t = 0.1045 (m)

Page | 22
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

4.5 Kesimpulan

Kuat tarik tidak langsung menggunakan prinsip penekanan terhadap diameteral


karena arah penekanan menuju kearah lateral sehingga sampel batuan seperti
mendapatkan tarikan. Berdasarkan percobaan menggunakan sampel batuan 1 serta
perhitungan berdasarkan SNI2486-2011 diatas didapatkan kuat tarik benda uji
sampel 1 adalah 71169 kPa apabila sampel 1 menerima beban lebih dari 625 kN
serta mengalami kuat tarik lebih dari 71169 kPa sampel akan pecah seperti pada
gambar diatas.

Page | 23
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB V
DIRECT SHEAR TEST

Direct Shear Test atau uji geser langsung pada sampel batu bertujuan untuk
memperoleh nilai kuat geser pada sampel batuan. Pada pengujian ini untuk mengetahui
kuat geser dari sampel batuan secara langsung. Sampel berbentuk silinder tipis yang
ukurannya sesuai dengan alat uji punch dengan tebal t dan diameter d. Sesudah sampel
dimasukkan ke dalam alat uji punch shear kemudian ditekan dengan mesin tekan
sampai sampel pecah (P).
5.1 Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang dipakai pada pengujian ini adalah :

a. Dua unit dongkrak hidraulik (mesin tekan)


b. Shear Box
c. Plat Baja
d. Stop Watch
e. Alat Ukur (Janagka sorong, penggaris)

5.2 Cara Pelaksanaan


1. Menyiapkan serta mengukur sampel uji batuan yang tersedia menggunakan jangka
sorong.

Gambar 5.1 Mengukur dimensi batuan


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

2. Meletakkan sampel uji kedalam alat shearbox untuk sebelum dilakukan pengujian.

Page | 24
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Gambar 5.2 Peletakkan uji sampel batuan ke shearbox


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

3. Meletakkan plat baja bawah pada tengah-tengah form mesin kuat tekan.
4. Sampel uji batuan diletakkan ditengah antara plat baja bawah dan plat baja atas.

Dial Deformasi
Plat Baja Atas

Dial Gaya

Sampel uji Batu

Mesin Tekan
Plat Baja Bawah

Gambar 5.3 Posisi Pelaksanaan Direct Shear Test


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

5. Memastikan dial gauge hidup untuk mengukur deformasi axial kemudian mesin tekan
dihidupkan serta memberikan beban sedikit demi sedikit terhadap plat atas.
6. Dilakukan pembacaan ketika penambahan serta melihat waktu yang sedang berjalan
menggunakan stopwatch.

Page | 25
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

7. Dilakukan pencatatan ketika dilakukan pembacaan hingga mencapai gaya pembebanan


maksimum yaitu saat sampel batuan pecah.

Gambar 5.4 Hasil tes (batu pecah)


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

5.3 Data Praktikum


• Diameter Sampel = 53.8 mm
• Ketinggian Sampel = 124.6 mm
• Berat Sampel = 684.45 gr
• Ao = 2273.28 mm2
• Vo = 283250.688 mm3
• LRC, Proving Ring = 2.2 kg/div
• Pembacaan Dial Deformasi = 143 x 0.01 div
• P = 3700 kg
• Shear Stress = 358.55 kg/cm2

5.4 Contoh Perhitungan


Perhitungan parameter kuat tarik tidak langsung dengan mempergunakan rumus
sebagai berikut sesuai dengan SNI 2486-2011

Page | 26
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Gambar 5.5 Sketsa Pembebanan


( Sumber : Buku Teknik Pondasi pada Lapisan Batuan )

2P
Kuat geser (shear strength), τ = π.D.t kg/cm2

dimana :
σ = Kuat tarik benda uji (kPa)
P = Besarnya beban sampai batu pecah (kN)
D = Diameter benda uji (m)
t = Tebal Benda uji (m)

Perhitungan hasil test :


2𝑃 2 𝑥 370
τ = 𝜋𝐷𝑡 = 𝜋 𝑥 0.0538 𝑥 0.1246 = 35138.36 kPa

Dimana :
τ = 735138,36 (kPa)
P = 370 (kN)
D = 0.0538 (m)
t = 0.1246 (m)

5.5 Kesimpulan
Kuat Geser menggunakan prinsip penekanan terhadap sampel batuan yang diuji
(silinder) dengan diberi pembebanan dalam keadaan posisi sumbu axialnya horizontal.
Berdasarkan percobaan menggunakan sampel batuan 1 serta perhitungan berdasarkan
SNI2486-2011 diatas didapatkan kuat geser benda uji sampel 2 adalah 35138.36 KPa
apabila sampel 2 menerima beban lebih dari 370 kN serta mengalami kuat geser lebih
dari 35138.36 KPa sampel akan pecah seperti pada (Gambar 5.4) diatas.

Page | 27
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB VI
POINT LOAD TEST

Point load test ( test Franklin ) adalah suatu test yang bertujuan untuk
menentukan kekuatan (strength) dari percontohan batu yang di tes baik berupa silinder
maupun yang bentuknya tidak beraturan. Point load test termasuk dalam uji kuat. Uji
point load test merupakan pengujian berdasarkan indeks yang secara harfiah digunakan
untuk memprediksi nilai UCS pada suatu batuan secara langsung di lapangan. Hal ini
disebabkan karena prosedur dari pengujian point load test ini sangat sederhana,
sehingga dapat dilakukan langsung di lapangan. Peralatan-peralatan yang digunakan
pun mudah dibawa karena alat tidak terlalu besar serta mempunyai massa yang ringan
sehingga dapat langsung diuji secara langsung di lapangan sebelum melakukan
pengujian di laboratorium. Pada proses point load test ini juga menggunakan sampel
yang berbentuk silinder dengan ukuran diameter kurang lebih sekitar 50 mm.

Gambar 6.1 Alat Point Load Test


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Page | 28
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Gambar 6.2 Sketsa Alat Point Load Test


(Sumber : Google image)

6.1 Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang dipakai pada pengujian ini adalah :

a. Mesin pengujian point load


b. Mistar
c. Jangka sorong

Gambar 6.3 Jangka Sorong


(Sumber : Google image)

Page | 29
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
d. Dial gauge

Gambar 6.4 Dial gauge


(Sumber : Google image)

6.2 Cara Pelaksanaan


1. Menyiapkan sampel batuan yang telah di preparasi serta mengukur sampel
uji batuan yang tersedia menggunakan jangka sorong yakni di dapat pada
sampel 3 (± diameter 50 mm).
2. Letakan sampel diantara dua plat penekan, lalu berikan penekanan pada
sampel dengan pompa hidrolik.
3. Catat ukuran kedudukan awal kedua plat dengan mistar.
4. Memastikan dial gauge hidup untuk mengukur deformasi axial
5. Berikan tekanan sampai sampel pecah dan baca jarum pada dial gauge pada
saat sampel pecah

Gambar 6.5 Point Load Test pada Sampel 3


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Page | 30
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

6.3 Data Praktikum


• Diameter Sampel = 53.6 mm
• Ketinggian Sampel = 125 mm
• Berat Sampel = 669.09 gr
• Ao = 2256.418 mm2
• Vo = 28052.2 mm3
• LRC, Proving Ring = 2,2 kg/div
• Pembacaan Dial Deformasi = 1050 x 0.01 div
• P = 1125 Kg = 11032.484 N

6.4 Perhitungan
Perhitungan parameter kuat tekan yakni dengan mempergunakan rumus sebagai
berikut :

1. Indeks Franklin
P
Is = D2

11032.484
Is = 53.62

Is = 3.840 Mpa

2. Faktor Koreksi Point Load Index


d
F = ( 50)
53.6
F=( )
50

F = 1.072
3. Kuat Tekan
σc = 23 x Is

σc = 23 x 3.840 Mpa

σc = 88.323 Mpa

Page | 31
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Keterangan :
Is : Point load streght index (Mpa)
P : Beban maksimum (N)
D : Jarak antara dua konus penekanan (mm)
F : Kohesi
D : Diameter (mm)
50 : Diameter ideal sampel 50 mm
σc : Kuat tekan (Mpa)
Is : Point load Index (Mpa)

6.5 Kesimpulan
Kuat tekan menggunakan prinsip penekanan terhadap sampel batuan yang diuji
(silinder) dengan diberi pembebanan dalam keadaan posisi sumbu axialnya horizontal.
Berdasarkan percobaan menggunakan sampel batuan 3 serta perhitungan berdasarkan
SNI2486-2011 diatas didapatkan kuat tekan benda uji sampel 3 adalah 88.323 Mpa,
apabila sampel 3 menerima beban lebih dari 11032.484 N serta mengalami kuat geser
lebih dari 88.323 Mpa, maka sampel dengan ketentuan dan kriteria seperti sampel
batuan nomer 3 akan pecah.

Page | 32
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB VII

UNCONFINED COMPRESSIVE STRENGTH TEST


Unconfined compressive strength test merupakan uji coba yang menggunakan
mesin tekan (compressive machine) untuk menekan sampel batuan yang berbentuk
silinder dari satu arah (uniaxial) tanpa pemberian tegangan samping. Penyebaran
tegangan di dalam sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang
dekenakan pada sampel tersebut.

7.1 Peralatan
1. Batuan berbentuk silinder
2. Mesin penguji kuat tekan
3. Stopwatch
4. Dial gauge
5. Jangka sorong

7.2 Cara Pelaksanaan


1. Menyiapkan serta mengukur sampel batuan yang berbentuk silinder menggunakan
jangka sorong.

Gambar 7.1 Mengukur Dimensi Batuan


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

Page | 33
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

2. Meletakan sampel batuan pada mesin penguji kuat tekan.

Gambar 7.2 Posisi Pelaksanaan Tes


( Sumber : Dokumentasi Pribadi )

3. Memasang dial gauge pada sampel batuan kemuadian mesin tekan dihidupkan.
4. Melakukan pembacaan dial gauge dan dial gaya serta melihat waktu yang berjalan
menggunakan stopwatch.
5. Melakukan pencatatan ketika dilakukan pembacaan hingga mencapai gaya
pembebanan maksimum yaitu sampai sampel batuan pecah.

7.3 Data Pratikum


• Diameter Sampel = 64,4 mm
• Ketinggian Sampel = 122,5 mm
• Berat Sampel = 680,90 gr
• Ao = 3258.64 mm2
• Vo = 399183.4 mm3
• LRC, Proving Ring = 2.2 kg/div

Page | 34
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

7.4 Hasil Percobaan


Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan nilai-nilai sebagai berikut:

Tabel 7.1 Hasil Percobaan

Strain Axial
Deformasi P
ɛ (%)
(mm) (kg)
Kiri Kanan
0 0,00 0 0
10 25,00 -1 -1,5
20 125,00 -1 -6
30 325,00 -1 -8,5
40 600,00 -1 -9
50 950,00 -1 -10
60 1550,00 -1 -10
70 2050,00 -1 -8,5
80 2350,00 -1 -7
90 2475,00 -1 -6
100 3750,00 -1 -4
110 5000,00 -1 -3
120 5625,00 -1 -1
130 6875,00 0 0
140 7700,00 0 0
150 8750,00 0 1

7.5 Conton Perhitungan Unconfined Compressive Strength


𝐹𝑓𝑎𝑖𝑙𝑢𝑟𝑒
𝜎𝑐 =
𝐴
8750 𝑘𝑔
𝜎𝑐 =
3217,115 𝑚𝑚2
𝜎𝑐 = 2,719 kg/mm2
𝜎𝑐 = 27,19 MPa

7.6 Modulus Elasitisitas


Harga dari modulus elastisitas dapat ditentukan sebagai perbandingan antara selisih
tegangan aksial (τ) dengan selisih tegangan aksial (o), yang diambil pada
perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial dihitung pada rata-rata kemiringan

Page | 35
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
kurva dalam kondisi linier, atau bagian linier yang terbesar di kurva sehingga didapat
nilai modulus elastisitas rata-rata.

Gambar 7.3 Kurva Pengambilan Nilai 𝜎 dan a

(Sumber: Penuntun Praktikum Mekanika Batuan, 2014)

7.6.1 Contoh Perhitungan


Untuk mendapatkan nilai modulus elastisitas dibutuhkan parameter – parameter
yang lain. Berikut contoh perhitungannya :
𝜀𝑘𝑖𝑟𝑖 + 𝜀𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛
- ɛaxial rata - rata = 2
(−1) + (−1,5)
= 2

= -1,25
𝐴𝑜
- A = (1−𝜀
𝑎𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 )

𝜋𝐷 2
= (1−𝜀
𝑎𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 )

𝜋 × 64,42
= (1+1,25)

= 3217,115 mm2
𝑃
- σ =𝐴
25
= 3217,115

= 0,00777 kg/mm2
= 0,08 MPa

Page | 36
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Untuk perhitungan lengkap di atas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.2 Hasil Perhitungan Regangan dan Tegangan untuk Modulus


Elastisitas

Deformasi P Strain Axial


A σ axial
ɛ (%)

(mm) (kg) Kiri Kanan mm2 (MPa)


0 0,00 0 0 3257,329 0,000
10 25,00 -1 -1,5 1447,702 0,173
20 125,00 -1 -6 723,851 1,727
30 325,00 -1 -8,5 566,492 5,737
40 600,00 -1 -9 542,888 11,052
50 950,00 -1 -10 501,128 18,957
60 1550,00 -1 -10 501,128 30,930
70 2050,00 -1 -8,5 566,492 36,188
80 2350,00 -1 -7 651,466 36,073
90 2475,00 -1 -6 723,851 34,192
100 3750,00 -1 -4 930,665 40,294
110 5000,00 -1 -3 1085,776 46,050
120 5625,00 -1 -1 1628,664 34,538
130 6875,00 0 0 3257,329 21,106
140 7700,00 0 0 3257,329 23,639
150 8750,00 0 1 6514,658 13,431

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara regangan (ɛ) dengan
tegangan (σ) sebagai berikut :

Gambar 7.4 Grafik hubungan antara regangan (ɛ) dengan


tegangan (σ)

Page | 37
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Dari grafik di atas ambil garis linier, kemudian ambil koordinat x dan y dari
masing – masing ujung garis tersebut. Dari garis tersebut, dapat ditentukan nilai
modulus elastisitas dengan membandingkan antara selisih tegangan aksial dengan
regangan aksial. Berikut perhitungannya :
∆𝜎
E = ∆𝜀
15 −11
= −5,35−(−5)

= 11,43 MPa
7.7 Poisson Ratio
Harga possion’s ratio didefinisikan sebagai harga perbandingan antara regangan
lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar σi. Harga tegangan sebesar
σi yang diukur pada titik singgungantara grafik tegangan volumetrik dengan garis
sejajar sumbu tegangan aksial pada saat regangan grafik volumetrik mulai berubah
arah.
Titik singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial didapat
nilai σi. Melalui titik σi buat garis tegak lurus ke sumbu tegangan aksial, sehingga
memotong kurva regangan aksial dan lateral.Kemudian masing-masing titik potong
tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga
didapatkan nilai εai dan εli. Sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat ditentukan besarnya
poisson’s ratio dalam hubungan sebagai berikut :
 li
v= , pada tegangan  i
 ai

Gambar 7.5 Pengambilan Nilai εai dan εli

(Sumber: Penuntun Praktikum Mekanika Batuan, 2014)

Page | 38
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

7.7.1 Contoh Perhitungan


Untuk mendapatkan nilai passion ratio dibutuhkan parameter – parameter
yang lain. Berikut contoh perhitungannya :
∆𝐷𝑒𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖
- ɛlateral = 𝐷
10 − 0
= 64,4

= 0,155
- ɛvolumetrik = ɛaxial + 2 x ɛlateral
= -1,25 + 2 x 0,155
= -0,939
= 0,148 MPa
Untuk perhitungan lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7.3 Hasil Perhitungan Regangan dan Tegangan untuk Poisson Ratio

Deformasi P Strain Axial Strain Lateral Strain Volumetrik


Strain Axial A σ axial
ɛ (%) ɛ (%) ɛ (%)
Rata - Rata
(mm) (kg) Kiri Kanan mm2 (MPa)
0 0,00 0 0 0 3257,329 0,000 0 0,000
10 25,00 -1 -1,5 -1,25 1447,702 0,173 0,155 -0,939
20 125,00 -1 -6 -3,5 723,851 1,727 0,155 -3,189
30 325,00 -1 -8,5 -4,75 566,492 5,737 0,155 -4,439
40 600,00 -1 -9 -5 542,888 11,052 0,155 -4,689
50 950,00 -1 -10 -5,5 501,128 18,957 0,155 -5,189
60 1550,00 -1 -10 -5,5 501,128 30,930 0,155 -5,189
70 2050,00 -1 -8,5 -4,75 566,492 36,188 0,155 -4,439
80 2350,00 -1 -7 -4 651,466 36,073 0,155 -3,689
90 2475,00 -1 -6 -3,5 723,851 34,192 0,155 -3,189
100 3750,00 -1 -4 -2,5 930,665 40,294 0,155 -2,189
110 5000,00 -1 -3 -2 1085,776 46,050 0,155 -1,689
120 5625,00 -1 -1 -1 1628,664 34,538 0,155 -0,689
130 6875,00 0 0 0 3257,329 21,106 0,155 0,311
140 7700,00 0 0 0 3257,329 23,639 0,155 0,311
150 8750,00 0 1 0,5 6514,658 13,431 0,155 0,811

Page | 39
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Dari tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara regangan (ɛ) dengan
tegangan (σ) sebagai berikut :

Gambar 7.5 Grafik hubungan antara regangan (ɛ) dengan tegangan (σ)

Untuk mendapatkan nilai passion ratio, maka digunakan grafik di atas. Pertama
cari titik singgung pada grafik regangan volumetrik. Lalu titik singgung tersebut
diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial sehingga didapatkan nilai σi. Melalui
titik σi buat garis tegak lurus ke sumbu tegangan aksial, sehingga memotong kurva
regangan aksial dan lateral. Kemudian masing-masing titik potong tersebut
diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga didapatkan
nilai εai dan εli.

𝜀
v = 𝜀 𝑙𝑖
𝑎𝑖

0,155
= 8,9

= 0,0174

Page | 40
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

7.8 Kesimpulan
Kuat tekan menggunakan prinsip penekanan terhadap sampel batuan yang diuji
(silinder) dengan diberi pembebanan dalam keadaan vertikal. Berdasarkan percobaan
dengan batuan sampel 4 serta perhitungan di atas, didapatkan nilai unconfined
compressive strength sebesar 27,19 MPa. Dari percobaan di atas dapat dihitung juga
nilai modulus elastisitas dan passion ratio dari batuan sampel 4 dengan masing – masing
memiliki nilai sebesar 11,43 MPa dan 0,0174. Apabila l batuan sampel 4 menerima
beban lebih dari 8750 kg serta mengalami kuat tekan sebesar 27,19 MPa, maka batuan
sampel 4 akan pecah.

Page | 41
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB VIII

KLASIFIKASI BATUAN
8. 1 Deskripsi Klasifikasi
Pada batuan, harga porisitas ini sangat terkait dengan umur dan letak kedalaman dari
lapisan batuan, dimana makin dalam letak dari lapisan batuan dan semakin tua urnur batuannya,
maka harga porisitas ini akan scmakin menurun (semakin kecil) atau dapat dikatakan batuan
itu semakin padat.

Berdasarkan parameter yang dilakukan dalam praktikum batuan ini, salah satunya point
load test sebagai acuan penentuan klasifikasi material batuan yang digunakan. Adapun harga
point load index terhadap batuan terdapat pada Tabel 8.1.

Tabel 8. 1 Harga Point Load Index terhadap batuan


Material Batuan POINT LOAD STRENGTH INDEX (KG/CM2)

Tertiary sandstone & claystonc 0.5 - 10


Coal 2.0 - 20
Limestone 2.5 - 80
Mudstone, Shale 20 -80
Volcanic flow rocks 30 -150
Dolomite 60 -110

2. Analisis Data
Dari Praktikum Point Load Test didapatkan data sebagai berikut :
D = 5,36 cm
P = 1125 Kg
P 1125 kg
Is = D = 5,36 cm = 39,158 Kg/cm2
Qu = 2,4 x Is
= 2,4 x 39,158 Kg/cm2
= 93,979 Kg/cm2
Maka, menurut tes point load dari nilai Is yang didapat, uji sampel batu yang digunakan
dalam praktikum dapat digolongkan dari material limestone.

Page | 42
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

DAFTAR PUSTAKA

SNI 2486:2011. 2011. Cara Uji Laboratorium Kuat Tarik Benda Uji Batu dengan
Cara Tidak Langsung. Bandung: Badan Standarisasi Nasional.

Page | 43
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

LAMPIRAN

Gambar 1 Proses Pengukuran Sampel dengan Jangka Sorong

Gambar 2 Hammer Test

Page | 44
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1

Gambar 3 Memasukkan Sampel ke Dalam Oven

Gambar 4 Point Load Test

Page | 45

Anda mungkin juga menyukai