Kelompok 1
Page | i
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mekanika Batuan. Tujuan dari
pembuatan laporan ini adalah sebagai hasil analisis terhadap perhitungan sifat fisik dan
mekanik sampel batuan yang diambil pada saat praktikum. Praktikum dilaksanakan pada
tanggal 9 Mei 2020 di Laboratorium Mekanika Tanah dan Batuan Departemen Teknik
Sipil FTSPK ITS.
Dalam penyelesaian laporan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Musta’in Arif, S.T., M.T. sebagai dosen pengajar kami yang telah
memberikan bimbingan dalam mata kuliah ini.
2. Ibu Dr. Yudhi Lastiasih, S.T., M.T. selaku dosen pengajar kami yang telah
memberikan bimbingan dalam mata kuliah ini.
3. Staff laboratorium yang telah memberikan arahan pada saat praktikum.
4. Teman-teman Jurusan Teknik Sipil ITS, khususnya yang satu kelas dalam
mata kuliah Pondasi di Atas Lapisan Batuan, yang telah membantu
penyelesaian laporan ini.
Kami meyadari bahwa laporan yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan, sehingga kritik dan saran pembaca sangat kami apresiasi untuk
penyempurnaan tugas kami selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca,
khususnya para civitas academika teknik sipil dan teman-teman yang akan melakukan
praktikum mekanika batuan di masa mendatang.
Akhir kata, kami mohon maaf atas segala kesalahan dalam penyusunan laporan
ini. Terima kasih.
Penyusun
Page | ii
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ................................................................................................................45
Page | iii
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULUAN
Penerapan mata kuliah ini erat kaitannya dengan perencanaan struktur bawah
pada lapisan batuan. Dalam perencanaan berbagai struktur bangunan, kondisi batuan
perlu diperhatikan agar memperoleh perencanaan struktur bangunan yang optimal.
Demi mewujudkan perencanaan struktur bangungan yang optimal, diperlukan
pemahaman yang baik dan benar mengenai dasar-dasar teori dalam analisa kondisi
batuan. Oleh karena itu diadakanlah praktikum dalam mata kuliah ini agar mahasiswa
memperoleh pemahaman yang baik dan benar dalam pengujian sifat fiisik dan mekanik
batuan.
Page | 1
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batuan
Batuan adalah campuran dari satu atau lebih mineral yang berbeda dimana
tidak mempunyai komposisi kimia tetap. Batuan terdiri dari bagian yang padat baik
berupa kristal maupun yang tidak mempunyai bentuk tertentu dan bagian kosong seperti
pori-pori, fissure, crack, joint dan lain-lain. Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa batuan tidak sama dengan tanah. Tanah dikenal sebagai material yang mobile,
rapuh dan letaknya dekat dengan permukaan bumi.
1. Sifat fisik batuan seperti bobot isi, berat jenis, porositas, absorpsi, dan void
ratio.
2. Sifat mekanik batuan seperti kuat tekan, kuat tarik, modulus elastisitas,
dan nisbah poisson.
Page | 2
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
a) Pembuatan sampel
1. Di laboratorium
Pembuatan sampel di laboratorium dilakukan dari blok batuan yang diambil dari
lapangan dan telah dihancurkan. Kemudian dicampurkan dengan semen dan dicetak
dalam bentuk silinder. Sampel yang dihasilkan mempunyai diameter pada umumnya
antara 50-60 mm dan tingginya dua kali diameter tersebut. Ukuran sampel dapat lebih
kecil maupun lebih besar dari ukuran yang telah di tentukan tergantung dari maksud uji.
2. Di lapangan
Hasil pemboran inti ke dalam massa batuan yang akan berupa sampel inti
batuan dapat digunakan untuk uji di laboratorium dengan syarat tinggi sampel dua kali
diameternya. Setiap contoh yang diperoleh kemudian diukur diameter dan tingginya,
kemudian dihitung luas permukaan dan volumenya.
Page | 3
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
𝑊0
2. Bobot isi kering = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 ……………………………..(2.2.)
𝑊𝑤
3. Bobot isi jenuh = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 …………………...…….......(2.3.)
𝑊𝑜
4. Berat jenis semu = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 / bobot isi air ……………....(2.4.)
𝑊𝑜
5. Berat jenis asli ............ = 𝑊𝑜−𝑊𝑠 / bobot isi air …………….....(2.5.)
𝑊𝑛−𝑊𝑜
6. Kadar air asli = 𝑥100 % …………..................(2.6.)
𝑊𝑜
𝑊𝑤−𝑊𝑜
7. Saturated water content= 𝑥 100% …………................(2.7.)
𝑊𝑜
𝑊𝑛−𝑊𝑜
8. Derajat kejenuahan = 𝑊𝑤−𝑊𝑜 𝑥 100% ……………………..(2.8.)
𝑊𝑤−𝑊𝑜
9. Porositas (n) = 𝑊𝑤−𝑊𝑠 𝑥 100% ……………………..(2.9.)
𝑛
10. Void ratio (e) = ……………………....……….....(2.10.)
1−𝑛
Sifat fisik batuan adalah sifat yang terdapat pada suatu batuan setelah dilakukan
pengujian tanpa melakukan pengrusakan. Setelah batuan selesai dipreparasi kemudian
setiap sample yang diperoleh diukur diameter dan tingginya kemudian dihitung luas
permukaan dan volumenya. Adapun sifat fisik pada batuan meliputi:
1. Bobot Isi
Bobot isi adalah perbandingan antara berat batuan dengan volume batuan. Bobot isi
berdasarkan sifatnya dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Bobot isi asli, yaitu perbandingan antara berat batuan asli dengan volume batuan.
b. Bobot isi jenuh, yaitu perbandingan antara berat batuan jenuh dengan volume
batuan.
c. Bobot isi kering, yaitu perbandingan antara berat batuan kering dengan volume
batuan.
2. Spesific Gravity
Spesific gravity adalah perbandingan antara bobot isi dengan bobot isi air. Spesific
gravity dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Page | 4
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
a. Apparent spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi kering batuan
dengan bobot isi air.
b. True spesific gravity, yaitu perbandingan antara bobot isi basah batuan dengan
bobot isi air.
3. Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan antara berat air yang ada di dalam batuan dengan
berat butiran batuan itu sendiri yang terbagi menjadi :
a. Kadar air asli, yaitu perbandingan antara berat air asli yang ada dalam batuan dengan
berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
b. Kadar air jenuh, yaitu perbandingan antara berat air jenuh yang ada dalam batuanm
dengan berat butiran batuan itu sendiri dalam %.
4. Porositas
Porositas didefinisikan sebagai perbandingan volume pori-pori atau rongga batuan
terhadap volume total batuan yang dinyatakan dalam %.
5. Angka Pori
Angka pori adalah perbandingan antara volume pori-pori dalam batuan dengan
volume batuan.
6. Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan adalah perbandingan antara kadar air asli dengan kadar air jenuh
yang dinyatakan dalam %.
Page | 5
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
sampel batuan secara teoritis adalah searah dengan gaya yang dikenakan pada sampel
tersebut. Tetapi dalam kenyataannya arah tegangan tidak searah dengan gaya yang
dikenakan pada sampel tersebut karena ada pengaruh dari plat penekan mesin tekan
yang menghimpit sampel, sehingga bentuk pecahan tidak terbentuk bidang pecah yang
searah dengan gaya melainkan berbentuk kerucut cone.
Perbandingan antara tinggi dan diameter sampel (l/d) mempengaruhi nilai kuat tekan
batuan. Untuk pengujian kuat tekan digunakan yaitu 2 < l/d < 2,5. Semakin besar maka
kuat tekannya bertambah kecil seperti ditunjukkan oleh persamaaan dibawah ini.
0,222
0,788 +
l / d …………………...(2.12.)
8 C
2
7+
l / d ………………………….....(2.14.)
l
Makin besar , maka kuat tekannya akan bertambah kecil.
d
Page | 6
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
D = Diameter (m)
l = Panjang (m)
= Tegangan (N/m2)
F = Besarnya gaya yang bekerja pada percontohan batuan pada saat terjadi
keruntuhan (failure) sehingga pada grafik merupakan keadaan yang paling
puncak (N).
2) Batas Elastis
Plastisitas adalah karakteristik batuan yang membuat regangan (deformasi)
permanen yang besar sebelum batuan tersebut hancur (failure). Perilaku batuan
dikatakan elastis (linier maupun non linier) jika tidak terjadi deformasi permanen jika
suatu tegangan dibuat nol.
Pada tahap awal batuan dikenakan gaya. Kurva berbentuk landai dan tidak linier
yang berarti bahwa gaya yang diterima oleh batuan dipergunakan untuk menutup
rekahan awal (pre exiting cracks) yang terdapat di dalam batuan. Sesudah itu kurva
Page | 7
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
menjadi linier sampai batas tegangan tertentu, yang kita kenal dengan batas elastis lalu
terbentuk rekahan baru dengan batas elastis perambatan stabil sehingga kurva tetap
linier. Sesudah batas elastis dilewati maka perambatan rekahan menjadi tidak stabil,
kurva tidak linier lagi dan tidak berapa lama kemudian batuan akan hancur. Titik hancur
ini menyatakan kekuatan batuan.
Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada saat grafik
regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu, Titik ini dapat
ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah linier dengan
kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik tersebut
diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga didapat nilai batas elastis
C.
τ
τc
l
τE a
τl d
a
l a
li ai
Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada saat
grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik tertentu, titik ini
dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada daerah linier dengan
kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak). Pada titik tersebut
diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga didapat nilai batas elastis
C.
3) Modulus Young
Harga dari Modulus Young dapat ditentukan sebagai perbandingan antara selisih
tegangan aksial (τ) dengan selisih tegangan aksial (o), yangdiambil pada
Page | 8
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
perbandingan tertentu pada grafis regangan aksial dihitung pada rata-rata kemiringan
kurva dalam kondisi linier, atau bagian linier yang terbesar di kurva sehingga didapat
nilai Modulus Young rata-rata dalam hubungan sebagai berikut :
4) Possion’s Ratio
Harga poisson’s ratio didefinisikan sebagai harga perbandingan antara regangan
lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar σi. Harga tegangan sebesar
σi yang diukur pada titik singgungantara grafik tegangan volumetrik dengan garis
sejajar sumbu tegangan aksial pada saat regangan grafik volumetrik mulai berubah arah.
Titik singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial didapat
nilai σi. Melalui titik σi buat garis tegak lurus ke sumbu tegangan aksial, sehingga
memotong kurva regangan aksial dan lateral.Kemudian masing-masing titik potong
tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga
didapatkan nilai εai dan εli.
Sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat ditentukan besarnya poisson’s ratio dalam
hubungan sebagai berikut :
Page | 9
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
li
v= , pada tegangan i …………………………………………….(2.16.)
ai
2014)
Page | 10
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
L P L L
D D
D = 50
P L > 0.7D 𝐷
P = 1,0 − 1,4
𝐿
Diametricaltest
Irregular lump test
D
𝐷
P = 1,1+ 0,05
𝐿
Axial test
d. Uji Triaksial
Salah Pengujian ini adalah salah satu pengujian yang terpenting dalam mekanika
batuan untuk menentukan kekuatan batuan di bawah tekanan triaksial. Percontoh yang
digunakan berbentuk silinder dengan syarat-syarat sama pada pengujian kuat tekan.
Page | 11
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Page | 12
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB III
3.1 Peralatan
Page | 13
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Page | 14
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Page | 15
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Page | 16
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Contoh No. 1 2
Keterangan Satuan
1 Warna Batuan abu-abu terang abu-abu terang
2 Berat contoh asli (natural) Wn gr 130.089 163.275
Berat contoh kering (sesudah dimasukkan ke
3 Wo gr 129.868 162.985
dalam oven selama 24 jam dengan suhu 90°)
Berat contoh jenuh (direndam selama 24
4 Ww gr 131.689 165.007
jam)
5 Berat contoh jenuh + berat air + bejana Wa gr 132.49 168.05
Berat contoh jenuh tergantung dalam air +
6 Wb gr 132.47 165.83
berat air + bejana
7 Berat contoh jenuh di dalam air Ws = Wa - Wb gr 0.02 2.22
8 Volume percontoh tanpa pori-pori V = Wo - Ws gr 129.848 160.765
9 Volume percontoh total Vt = Ww - Ws gr 131.669 162.787
Sifat Fisik Batuan
1 Berat isi asli (natural density) γn = Wn / (Ww -Ws) gr/cc 0.9880 1.0030
2 Berat isi kering (dry density) γdry = Wo / (Ww -Ws) gr/cc 0.9863 1.0012
3 Berat isi jenuh (saturated density) γsat = Ws / (Ww -Ws) gr/cc 0.00015 0.01364
Gs = Ww/(Ww-Ws)/bobot isi
4 App. Spesific Gravity 0.54923 0.55664
air
5 True Spesific Gravity Wo / (Wo - Ws) / bobot isi air 0.549233 0.556732
Wc = (Ww - Wo) / Wo x
6 Kadar air asli (Natural Wc) % 1.40% 1.24%
100%
7 Saturated Water Content (absorption) (Wn - Wo) / Wo x 100% % 0.170% 0.178%
Sr = (Wn - Wo) / (Ww -Wo) x
8 Derajat Kejenuhan (Sr) % 12% 14%
100%
n = (Wn - Wo) / (Ww- Ws) x
9 Porositas (n) % 0.168% 0.178%
100%
10 Angka Pori (e) e = n/(1-n) 0.00168 0.00178
Diketahui:
Wn = 130.089 gr
Wo = 129.868 gr
Ww = 131.689 gr
Wa = 132.49 gr
Wb = 132.47 gr
Page | 17
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Page | 18
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
= 0.17%
• Derajat Kejenuhan (Sr)
(𝑊𝑛−𝑊𝑜)
𝑆𝑟 = 𝑥 100%
(𝑊𝑤−𝑊𝑜)
(130.089−129.868)
𝑆𝑟 = (131.689−129.868) 𝑥 100% = 12%
• Porositas (n)
(𝑊𝑛−𝑊𝑜)
𝑛 = (𝑊𝑤−𝑊𝑠) 𝑥 100%
(130.089−129.868)
𝑛 = 𝑥 100% = 0.168%
(131.689−0.02)
3.5 Kesimpulan
Kedua sampel batuan memiliki sifat fisik seperti yang telah ditabelkan pada
Tabel 3.1.
Page | 19
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB IV
INDIRECT TENSILE TEST
Indirect tensile test merupakan uji coba untuk mengetahui kuat tarik dari batuan secara
tidak langsung disebut tidak langsung karena sampel diberi beban terhadap arah diameteral
sehingga gaya akan terdistribusikan secara diameteral (ditarik). Pengujian tarik dibutuhkan
untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan suatu bahan. Pengujian tarik dapat
mengukur ketahanan suatu bahan terhadap gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pada
umumnya yang menjadi fokus adalah kemampuan maksimum bahan tersebut dalam menahan
beban yang biasa disebut dengan “Ultimate Tensile Strength” atau “Tegangan Tarik
Maksimum”.
4.1 Peralatan
a. Mesin Tekan
b. Sistem Pengukuran beban (sudah ada pada mesin tekan)
c. Plat baja
d. Stop watch
e. Jangka sorong
Page | 20
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
2. Meletakkan plat baja bawah pada tengah-tengah form mesin kuat tekan.
3. Sampel uji batuan diletakkan ditengah antara plat baja bawah dan plat baja atas.
Dial Deformasi
Dial Gaya
Sampel Batu
4. Memastikan dial gauge hidup untuk mengukur deformasi axial kemudian mesin
tekan dihidupkan serta memberikan beban sedikit demi sedikit terhadap plat atas.
5. Dilakukan pembacaan ketika penambahan serta melihat waktu yang sedang
berjalan menggunakan stopwatch.
6. Dilakukan pencatatan ketika dilakukan pembacaan hingga mencapai gaya
pembebanan maksimum yaitu saat sampel batuan pecah.
Page | 21
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Dimana :
σ = Kuat tarik benda uji kKPa)
P = Besarnya beban sampai batu pecah (kN)
D = Diameter benda uji (m)
t = Tebal Benda uji (m)
Dimana :
σ = 71168.9 ≈ 71169 (kPa)
P = 625 (kN)
D = 0.0535 (m)
t = 0.1045 (m)
Page | 22
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
4.5 Kesimpulan
Page | 23
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB V
DIRECT SHEAR TEST
Direct Shear Test atau uji geser langsung pada sampel batu bertujuan untuk
memperoleh nilai kuat geser pada sampel batuan. Pada pengujian ini untuk mengetahui
kuat geser dari sampel batuan secara langsung. Sampel berbentuk silinder tipis yang
ukurannya sesuai dengan alat uji punch dengan tebal t dan diameter d. Sesudah sampel
dimasukkan ke dalam alat uji punch shear kemudian ditekan dengan mesin tekan
sampai sampel pecah (P).
5.1 Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang dipakai pada pengujian ini adalah :
2. Meletakkan sampel uji kedalam alat shearbox untuk sebelum dilakukan pengujian.
Page | 24
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
3. Meletakkan plat baja bawah pada tengah-tengah form mesin kuat tekan.
4. Sampel uji batuan diletakkan ditengah antara plat baja bawah dan plat baja atas.
Dial Deformasi
Plat Baja Atas
Dial Gaya
Mesin Tekan
Plat Baja Bawah
5. Memastikan dial gauge hidup untuk mengukur deformasi axial kemudian mesin tekan
dihidupkan serta memberikan beban sedikit demi sedikit terhadap plat atas.
6. Dilakukan pembacaan ketika penambahan serta melihat waktu yang sedang berjalan
menggunakan stopwatch.
Page | 25
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Page | 26
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
2P
Kuat geser (shear strength), τ = π.D.t kg/cm2
dimana :
σ = Kuat tarik benda uji (kPa)
P = Besarnya beban sampai batu pecah (kN)
D = Diameter benda uji (m)
t = Tebal Benda uji (m)
Dimana :
τ = 735138,36 (kPa)
P = 370 (kN)
D = 0.0538 (m)
t = 0.1246 (m)
5.5 Kesimpulan
Kuat Geser menggunakan prinsip penekanan terhadap sampel batuan yang diuji
(silinder) dengan diberi pembebanan dalam keadaan posisi sumbu axialnya horizontal.
Berdasarkan percobaan menggunakan sampel batuan 1 serta perhitungan berdasarkan
SNI2486-2011 diatas didapatkan kuat geser benda uji sampel 2 adalah 35138.36 KPa
apabila sampel 2 menerima beban lebih dari 370 kN serta mengalami kuat geser lebih
dari 35138.36 KPa sampel akan pecah seperti pada (Gambar 5.4) diatas.
Page | 27
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB VI
POINT LOAD TEST
Point load test ( test Franklin ) adalah suatu test yang bertujuan untuk
menentukan kekuatan (strength) dari percontohan batu yang di tes baik berupa silinder
maupun yang bentuknya tidak beraturan. Point load test termasuk dalam uji kuat. Uji
point load test merupakan pengujian berdasarkan indeks yang secara harfiah digunakan
untuk memprediksi nilai UCS pada suatu batuan secara langsung di lapangan. Hal ini
disebabkan karena prosedur dari pengujian point load test ini sangat sederhana,
sehingga dapat dilakukan langsung di lapangan. Peralatan-peralatan yang digunakan
pun mudah dibawa karena alat tidak terlalu besar serta mempunyai massa yang ringan
sehingga dapat langsung diuji secara langsung di lapangan sebelum melakukan
pengujian di laboratorium. Pada proses point load test ini juga menggunakan sampel
yang berbentuk silinder dengan ukuran diameter kurang lebih sekitar 50 mm.
Page | 28
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
6.1 Peralatan
Peralatan dan perlengkapan yang dipakai pada pengujian ini adalah :
Page | 29
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
d. Dial gauge
Page | 30
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
6.4 Perhitungan
Perhitungan parameter kuat tekan yakni dengan mempergunakan rumus sebagai
berikut :
1. Indeks Franklin
P
Is = D2
11032.484
Is = 53.62
Is = 3.840 Mpa
F = 1.072
3. Kuat Tekan
σc = 23 x Is
σc = 23 x 3.840 Mpa
σc = 88.323 Mpa
Page | 31
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Keterangan :
Is : Point load streght index (Mpa)
P : Beban maksimum (N)
D : Jarak antara dua konus penekanan (mm)
F : Kohesi
D : Diameter (mm)
50 : Diameter ideal sampel 50 mm
σc : Kuat tekan (Mpa)
Is : Point load Index (Mpa)
6.5 Kesimpulan
Kuat tekan menggunakan prinsip penekanan terhadap sampel batuan yang diuji
(silinder) dengan diberi pembebanan dalam keadaan posisi sumbu axialnya horizontal.
Berdasarkan percobaan menggunakan sampel batuan 3 serta perhitungan berdasarkan
SNI2486-2011 diatas didapatkan kuat tekan benda uji sampel 3 adalah 88.323 Mpa,
apabila sampel 3 menerima beban lebih dari 11032.484 N serta mengalami kuat geser
lebih dari 88.323 Mpa, maka sampel dengan ketentuan dan kriteria seperti sampel
batuan nomer 3 akan pecah.
Page | 32
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB VII
7.1 Peralatan
1. Batuan berbentuk silinder
2. Mesin penguji kuat tekan
3. Stopwatch
4. Dial gauge
5. Jangka sorong
Page | 33
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
3. Memasang dial gauge pada sampel batuan kemuadian mesin tekan dihidupkan.
4. Melakukan pembacaan dial gauge dan dial gaya serta melihat waktu yang berjalan
menggunakan stopwatch.
5. Melakukan pencatatan ketika dilakukan pembacaan hingga mencapai gaya
pembebanan maksimum yaitu sampai sampel batuan pecah.
Page | 34
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Strain Axial
Deformasi P
ɛ (%)
(mm) (kg)
Kiri Kanan
0 0,00 0 0
10 25,00 -1 -1,5
20 125,00 -1 -6
30 325,00 -1 -8,5
40 600,00 -1 -9
50 950,00 -1 -10
60 1550,00 -1 -10
70 2050,00 -1 -8,5
80 2350,00 -1 -7
90 2475,00 -1 -6
100 3750,00 -1 -4
110 5000,00 -1 -3
120 5625,00 -1 -1
130 6875,00 0 0
140 7700,00 0 0
150 8750,00 0 1
Page | 35
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
kurva dalam kondisi linier, atau bagian linier yang terbesar di kurva sehingga didapat
nilai modulus elastisitas rata-rata.
= -1,25
𝐴𝑜
- A = (1−𝜀
𝑎𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 )
𝜋𝐷 2
= (1−𝜀
𝑎𝑥𝑖𝑎𝑙 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 )
𝜋 × 64,42
= (1+1,25)
= 3217,115 mm2
𝑃
- σ =𝐴
25
= 3217,115
= 0,00777 kg/mm2
= 0,08 MPa
Page | 36
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara regangan (ɛ) dengan
tegangan (σ) sebagai berikut :
Page | 37
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Dari grafik di atas ambil garis linier, kemudian ambil koordinat x dan y dari
masing – masing ujung garis tersebut. Dari garis tersebut, dapat ditentukan nilai
modulus elastisitas dengan membandingkan antara selisih tegangan aksial dengan
regangan aksial. Berikut perhitungannya :
∆𝜎
E = ∆𝜀
15 −11
= −5,35−(−5)
= 11,43 MPa
7.7 Poisson Ratio
Harga possion’s ratio didefinisikan sebagai harga perbandingan antara regangan
lateral dan regangan aksial pada kondisi tegangan sebesar σi. Harga tegangan sebesar
σi yang diukur pada titik singgungantara grafik tegangan volumetrik dengan garis
sejajar sumbu tegangan aksial pada saat regangan grafik volumetrik mulai berubah
arah.
Titik singgung tersebut diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial didapat
nilai σi. Melalui titik σi buat garis tegak lurus ke sumbu tegangan aksial, sehingga
memotong kurva regangan aksial dan lateral.Kemudian masing-masing titik potong
tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga
didapatkan nilai εai dan εli. Sehingga dari nilai-nilai tersebut dapat ditentukan besarnya
poisson’s ratio dalam hubungan sebagai berikut :
li
v= , pada tegangan i
ai
Page | 38
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
= 0,155
- ɛvolumetrik = ɛaxial + 2 x ɛlateral
= -1,25 + 2 x 0,155
= -0,939
= 0,148 MPa
Untuk perhitungan lengkap dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7.3 Hasil Perhitungan Regangan dan Tegangan untuk Poisson Ratio
Page | 39
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Dari tabel di atas dapat dibuat grafik hubungan antara regangan (ɛ) dengan
tegangan (σ) sebagai berikut :
Gambar 7.5 Grafik hubungan antara regangan (ɛ) dengan tegangan (σ)
Untuk mendapatkan nilai passion ratio, maka digunakan grafik di atas. Pertama
cari titik singgung pada grafik regangan volumetrik. Lalu titik singgung tersebut
diproyeksikan tegak lurus sumbu tegangan aksial sehingga didapatkan nilai σi. Melalui
titik σi buat garis tegak lurus ke sumbu tegangan aksial, sehingga memotong kurva
regangan aksial dan lateral. Kemudian masing-masing titik potong tersebut
diproyeksikan tegak lurus ke sumbu regangan aksial dan lateral sehingga didapatkan
nilai εai dan εli.
𝜀
v = 𝜀 𝑙𝑖
𝑎𝑖
0,155
= 8,9
= 0,0174
Page | 40
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
7.8 Kesimpulan
Kuat tekan menggunakan prinsip penekanan terhadap sampel batuan yang diuji
(silinder) dengan diberi pembebanan dalam keadaan vertikal. Berdasarkan percobaan
dengan batuan sampel 4 serta perhitungan di atas, didapatkan nilai unconfined
compressive strength sebesar 27,19 MPa. Dari percobaan di atas dapat dihitung juga
nilai modulus elastisitas dan passion ratio dari batuan sampel 4 dengan masing – masing
memiliki nilai sebesar 11,43 MPa dan 0,0174. Apabila l batuan sampel 4 menerima
beban lebih dari 8750 kg serta mengalami kuat tekan sebesar 27,19 MPa, maka batuan
sampel 4 akan pecah.
Page | 41
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
BAB VIII
KLASIFIKASI BATUAN
8. 1 Deskripsi Klasifikasi
Pada batuan, harga porisitas ini sangat terkait dengan umur dan letak kedalaman dari
lapisan batuan, dimana makin dalam letak dari lapisan batuan dan semakin tua urnur batuannya,
maka harga porisitas ini akan scmakin menurun (semakin kecil) atau dapat dikatakan batuan
itu semakin padat.
Berdasarkan parameter yang dilakukan dalam praktikum batuan ini, salah satunya point
load test sebagai acuan penentuan klasifikasi material batuan yang digunakan. Adapun harga
point load index terhadap batuan terdapat pada Tabel 8.1.
2. Analisis Data
Dari Praktikum Point Load Test didapatkan data sebagai berikut :
D = 5,36 cm
P = 1125 Kg
P 1125 kg
Is = D = 5,36 cm = 39,158 Kg/cm2
Qu = 2,4 x Is
= 2,4 x 39,158 Kg/cm2
= 93,979 Kg/cm2
Maka, menurut tes point load dari nilai Is yang didapat, uji sampel batu yang digunakan
dalam praktikum dapat digolongkan dari material limestone.
Page | 42
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
DAFTAR PUSTAKA
SNI 2486:2011. 2011. Cara Uji Laboratorium Kuat Tarik Benda Uji Batu dengan
Cara Tidak Langsung. Bandung: Badan Standarisasi Nasional.
Page | 43
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
LAMPIRAN
Page | 44
LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BATUAN
Kelompok 1
Page | 45