Anda di halaman 1dari 44

RC18-4717 PENGOPERASIAN DAN

PEMELIHARAAN BANGUNAN AIR


PENGOPERASIAN JARINGAN
IRIGASI
PROGRAM SARJANA
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL, PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2021
Pokok Bahasan
• Kegiatan operasi jaringan irigasi
• Data pendukung operasi jaringan irigasi
• Peran serta P3A dalam operasi jaringan irigasi
• Tata cara operasi jaringan irigasi
Kegiatan Operasi Jaringan Irigasi
• Ruang lingkup kegiatan jaringan irigasi:
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Monitoring dan evaluasi
Perencanaan
• Perencanaan Tata Tanam (RTTG dan RTTD)
• Perencanaan Penyediaan Air Tahunan
• Rapat Komisi Irigasi dalam rangka penyusunan rencana tata
tanam
• Penyusunan SK Bupati/Walikota atau Gubernur mengenai
Penetapan Rencana Tata Tanam
• Perencanaan Pembagian dan Pemberian Air Tahunan
Pelaksanaan
• Laporan keadaan air dan tanaman
• Penentuan rencana kebutuhan air di pintu pengambilan
• Pencatatan debit saluran
• Penetapan pemberian air pada jaringan sekunder dan primer
• Pencatatan debit sungai/bangunan pengambilan
• Perhitungan faktor K atau Faktor Polowijo Relatif (FPR)
• Laporan Produktivitas dan Neraca Pembagian Air per Daerah Irigasi
• Rekap Kabupaten per Masa Tanam
• Rekap Provinsi
• Pengoperasian Bangunan Pengatur Irigasi: Bangunan Pengambilan
Utama, Bangunan Pembilas, Bangunan Kantong Lumpur, Bangunan
Pengelak, Bangunan Bagi/Sadap
Monitoring dan Evaluasi
• Monitoring Pelaksanaan Operasi
• Kalibrasi Alat Ukur
• Monitoring Kinerja Daerah Irigasi
Data Pendukung Operasi
Jaringan Irigasi
1. Peta Wilayah Kerja Pengelolaan Jaringan Irigasi skala 1 : 25.000
(dengan ploting sumber air, waduk, saluran induk, lahan irigasi)
2. Peta Daerah Irigasi skala 1:5.000 dengan batas Daerah Irigasi dan
ploting Saluran Induk, Sekunder, Bangunan Air, Lahan Irigasi serta
pembagian golongan.
3. Skema Jaringan Irigasi (Peta Skema Konstruksi) yang
menggambarkan saluran induk, sekunder, bangunan air, bangunan
lainnya yang ada di setiap ruas dan panjang saluran, petak tersier
dengan data debit rencana, ruas kotak, kode golongan yang masing-
masing dilengkapi dengan nomenklatur.
4. Skema Rencana Pembagian dan Pemberian Air (Peta Skema Operasi)
menggambarkan skema petak dengan data pembagian dan pemberian
air mulai dari petak tersier, petak sekunder.
5. Gambar Purna Konstruksi (asbuilt-drawing) yang merupakan gambar
kerja purna konstruksi untuk saluran maupun bangunan.
Peran Serta P3A dalam
Operasi Jaringan Irigasi
• P3A/GP3A/IP3A mengusulkan rencana tata tanam dan luas areal
kepada Dinas yang membidangi irigasi.
• Dinas yang membidangi irigasi bersama Dinas yang membidangi
Pertanian menyusun rencana tata tanam.
• Komisi Irigasi yang beranggotakan instansi terkait dan wakil
perkumpulan petani pemakai air membahas rencana tata tanam,
rencana tahunan penyediaan air irigasi, pembagian air dan
pemberian air, dan merekomendasikan kepada Bupati/Walikota
atau Gubernur sesuai kewenangannya.
• Dinas yang membidangi irigasi melaksanakan operasi jaringan
irigasi atau dapat dilakukan dengan melibatkan peran
P3A/GP3A/IP3A untuk melaksanakannya.
Tata Cara Operasi Jaringan Irigasi
Bagan Alir Tahapan Kegiatan Operasi:
Debit Perhitungan Rencana
Pengaturan
Andalan Neraca Air Penyediaan Air Pembagian Air
(Tahunan) dlm DI/Sek

Usulan Rencana Penetapan Rencana


Tata Tanam Penyediaan Air
Tata Tanam Per
Kabupaten Irigasi Per DI
DI/Sek
Pembuatan
Rencana
Penyediaan Air (2
Perhit mingguan)
Penetapan Rencana
Usulan Rencana faktor
Tata Tanam Detail /
Tanam & Kebutuhan K
Tersier
Air Ter/Sek/DI Debit tersedia di
sumber Air (2
mingguan)

Pembuatan Renc Lap. Tanaman &


Pembagian Air Kebutuhan Air (2
Hak Guna Air
Detail / (Tahunan) mingguan)

Tingkat Daerah Irigasi


Perencanaan Operasi / Tata
Tanam
• Memperkirakan debit tersedia yang ada.
• Menghitung kebutuhan air total berdasarkan luas tanam,
pola tanam, dan kebutuhan air di petak sawah/lahan usaha
tani.
• Menghitung atau mencocokkan usulan kelompok tani/P3A
dengan debit tersedia yang ada dan pengalokasian air.
• kebutuhan air untuk tanaman,
• curah hujan efektif,
• perkolasi,
• luas rencana tanam,
• jadwal tanam dan efisiensi irigasi,
• jadwal pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan dan pengeringan
saluran
Debit Tersedia
• Debit yang dapat disediakan untuk mengairi suatu luasan daerah
irigasi tertentu dan digunakan untuk membuat pola tanam dan
jadwal tanam.
• Untuk daerah irigasi yang menggunakan sumber air dari waduk,
debit tersedia didapat dari Kurva Pengaturan Operasi Waduk,
sedangkan pada daerah irigasi yang menggunakan sumber air
langsung dari sungai, debit tersedia yang dipakai adalah debit
perhitungan.
• Ketersediaan air berdasarkan probabilitas 80% terjadinya debit
sungai data debit (Q80) yang dipakai adalah data pengamatan
debit sungai selama 10 tahun terakhir atau lebih.
(Blangko 08-0)

PENCATATAN DEBIT BANGUNAN PENGAMBILAN/


PENCATATAN DEBIT SUNGAI
Sungai : …………………… Kabupaten : …………
Bendung : …………………… Ranting/Pengamat : …………
Daerah Irigasi : …………………… Bag. Pelaks. Kegiatan : …………
Total Luas Sawah Irigasi : …………………… 1 s/d 15
Periode Pemberian Air Tanggal = 16 s/d …. bulan : .... 20…

Tanggal Debit Limpas Bendung Debit Pintu Masuk Pengambilan Debit Debit Sungai
Sung Rata-rata
Kanan kiri ai 5 harian
H Q H Q H Q (l/det) (l/det)
(cm) (l/det) (cm) (l/det) (cm) (l/det)
1 2 3 4 5 6 7 8 9

Penjelasan : ……………, …………… 20


……
1. Pencatatan debit dilakukan tiap Ranting/Pengamat Petugas Operasi Bendung
pukul 08.00 WIB ……………………………… ……………………………………………
2. Perhitungan kolom 8 dan 9 oleh Tanda tangan : Tanda tangan :
pembantu Pelaksana OP
Laporan Tengah Bulanan: mantri / juru Ranting / Pengamat
Mantri / juru Kasi O&P Irigasi Kab,
Mantri / juru Kasi O&P UPT Prov. Nama : Nama:
Mantri / juru Balai WS NIP : NIP : 12
Lokasi Pencatatan Debit
• Pencatatan debit di lokasi Bendung: dibuat dengan berdasarkan
kalibrasi kurva Q-H (lengkung debit / discharge rating curve)
mempergunakan blanko “pencatatan debit sungai”.
• Pencatatan debit dibagian hulu bangunan pengambilan (upstream
bendung)
𝑄𝑠 𝑥 𝐴𝑏
𝑄𝑏 =
𝐴𝑠
• Pencatatan debit dibagian hilir bangunan pengambilan
(downstream bendung)
𝑄𝑠 + 𝑄𝑝
𝑄𝑏 = 𝑥 𝐴𝑏
𝐴𝑠
Keterangan :
Qb = Debit rata-rata dari data harian pada bangunan pengambilan (bendung).
Qs = Debit rata-rata bulanan dari debit harian pada stasiun pencatat tinggi muka air (WLR).
Ab = Luas daerah pengaliran sungai (catchment area) sungai sampai di lokasi bendung.
As = Luas daerah pengaliran sungai sampai di lokasi stasiun WLR.
Qp = Debit pengambilan rata-rata bulanan selama beberapa periode.
Cara Perhitungan Debit
Tersedia Sungai
• Jika tidak ada WLR, dapat digunakan debit rata-rata bulanan
sama dengan yang melimpas bendung ditambah dengan debit
rata-rata pengambilan.
• Ada 2 (dua) cara perhitungan yang dapat dipakai di Indonesia
untuk menghitung debit tersedia suatu sungai, yaitu :
• Perhitungan dengan metode ranking.
• Perhitungan dengan metode statistik (analisa log-normal).
• Cara perhitungan dengan metode statistik lebih akurat walaupun
memerlukan perhitungan yang panjang dan lama, sedangkan
perhitungan dengan metode ranking dapat lebih cepat meskipun
tidak menggunakan komputer.
Perkiraan Kebutuhan Air
Irigasi
• Untuk perhitungan kebutuhan air secara keseluruhan, selain
kebutuhan air irigasi juga harus diperhatikan kebutuhan air
lainnya.
• Kebutuhan air irigasi sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain:
• areal tanam,
• pola dan jadwal tanam,
• tata cara bercocok tanam/sistem golongan,
• curah hujan efektif,
• perkolasi,
• evaporasi, dan
• kehilangan air di jaringan.
Areal Tanam
Areal tanam adalah lahan yang dapat dilayani / diairi oleh suatu
jaringan / saluran irigasi, dan dapat di klasifikasikan dalam tiga jenis
areal, yaitu:
• Daerah Irigasi Total / Bruto / Baku: Daerah proyek dikurangi
dengan perkampungan dan tanah-tanah yang dipakai untuk
mendirikan bangunan, daerah yang tidak diairi, jalan utama,
rawa-rawa dan daerah yg tidak akan dikembangkan untuk irigasi
dibawah proyek yang bersangkutan.
• Daerah Irigasi Netto / Bersih: Daerah total yang bisa diairi
dikurangi dengan saluran-saluran irigasi dan pembuang (primer,
sekunder, tersier dan kuarter), jalan inspeksi, jalan sawah dan
tanggul sawah.
• Daerah Potensial: Daerah yg mempunyai kemungkinan baik untuk
dikembangkan, luas daerah ini sama dengan daerah irigasi netto,
tetapi biasanya belum sepenuhnya dikembangkan akibat
terdapatnya hambatan non-teknis.
Daerah Fungsional
• Bagian dari daerah potensial yg telah memiliki jaringan irigasi
yang telah dikembangkan. Daerah fungsional luasnya sama atau
lebih kecil dari Daerah Potensial.
Tata Tanam
• Pola tanam: rencana penanaman berbagai jenis tanaman selama
satu tahun
• Indonesia 3 (tiga) musim tanam: padi, tebu dan polowijo.
• Pola tanam disusun berdasarkan debit andalan yang tersedia untuk
mendapatkan luas tanam yang optimal.
• Jadwal Tanam: waktu dimulainya tanam (pembibitan dan
pengolahan tanah) s/d berakhirnya panen yang disusun untuk
waktu satu tahun.
• Perencanaan dan persiapan pola tanam serta jadwal tanam suatu
jaringan irigasi bervariasi sesuai dengan kebiasaan petani
terhadap jenis tanaman yang akan dibudidayakan dan jadwal
tanamnya.
• Dalam penerapan pola tanam dan jadwal tanam, kadang-kadang
petani mempertimbangkan banyak faktor lain seperti keterbatasan
modal, buruh, cuaca, hama, ketersediaan benih dan pangsa
pasar.
Perencanaan Golongan
• Pembagian luas areal tanam pada suatu daerah irigasi dengan
mulai awal tanam yang tidak bersamaan.
• Tujuan: mendapatkan areal tanam yang seluas-luasnya dari debit
yang tersedia.
• Cara perencanaan golongan teknis: membagi suatu daerah irigasi
dalam beberapa golongan yang mulai pengolahan tanahnya
dengan selang waktu 10 atau 15 hari.
• Dengan pengunduran waktu memulai pengolahan tanah pada
setiap golongan maka kebutuhan air dapat terpenuhi sesuai
dengan debit yang tersedia.
• Kebutuhan air pada awal masa tanam sangat besar, jika
dilaksanakan pola dan jadwal tanam secara serentak tidak dapat
dipenuhi oleh debit yang ada, maka dilakukan pola dan jadwal
tanam secara golongan.
Bentuk Penggolongan
• Bentuk horizontal: beberapa
petak tersier sepanjang saluran
primer atau saluran sekunder,
dikelompokkan dalam beberapa
kelompok (golongan) yang sejajar
saluran tersebut.
• Bentuk vertical: beberapa petak
tersier sepanjang saluran primer
atau saluran sekunder,
dikelompokkan dalam beberapa
kelompok (golongan) yang
vertikal terhadap saluran
tersebut.
• Bentuk tersebar: setiap petak
tersier dengan penggolongan
tersebar.
Pembuatan Golongan
Banyak bentuk dan tipe golongan apakah vertikal, horizontal
atau tersebar tergantung pada beberapa hal sebagai berikut:
• Bentuk lengkung debit.
• Pengaruh golongan pertama terhadap golongan terakhir
• Contoh: hama yg timbul saat golongan pertama tidak sempat
berakibat fatal bagi tanaman tetapi berakibat fatal pada golongan
terakhir, untuk mengatasi perlu diperhatikan banyak golongan
sekecil mungkin dan “selang waktu” sependek mungkin.
• Petugas O&P yang tersedia
• bentuk golongan tersebar adalah golongan yang paling sukar
dalam pengoperasian, sehingga memerlukan banyak petugas.
• Selang waktu mulai tanam antar golongan yang ada kaitan
dengan banyak golongan dan lengkung debit tersedia.
• Kedisiplinan petani/P3A/GP3A terhadap kesepakatan
rencana tata tanam.
Keuntungan Sistem Golongan
• Dapat memperkecil kebutuhan debit puncak dari
kebutuhan air,
• Pemberian air dapat disesuaikan dengan kebutuhan
air,
• Dapat menyesuaikan ketersediaan tenaga manusia
atau hewan yang ada dengan jadwal pengolahan
lahan.
Kelebihan dan Kekurangan
Bentuk Penggolongan
Rencana Tingkat Tingkat Efisiensi Tingkat Keadilan
Golongan Kemudahan Penggunaan Air Pembagian Air
Operasi
- Vertikal Mudah Efisien Tidak adil
- Horisontal Agak sulit Agak efisien Kurang adil
- Tersebar Sulit Tidak efisien Adil

Catatan :
1. Untuk Daerah Irigasi yang P3Anya kurang/belum/tidak aktif disarankan
untuk memakai golongan vertikal.
2. Untuk P3A/petugas operasi sudah cukup aktif dan memadai dapat
dilaksanakan rencana golongan horisontal.
3. P3A sudah maju/terampil/terlatih dalam operasi jaringan irigasi serta
kondisi jaringan irigasi bagus dapat diterapkan rencana golongan tersebar.
Kebutuhan Air untuk Tanaman
di Sawah
• Kebutuhan Air untuk Padi
NFR = ETc + P – Re + WLR
Dimana :
NFR = Need field requirement ( kebutuhan air di sawah ) mm/hari
ETc = Potential evapotranspiration ( mm/hari )

ETc = Kc x ETo

Kc = koefisien tanaman, tergantung jenis dan tahap pertumbuhannya.


ETo = Potential evaporation ( mm/hari )
P = perkolasi/peresapan ( mm/hari )
Re = curah hujan efektif ( mm/hari )
WLR= penggenangan ( mm/hari )
Kebutuhan Air untuk Tanaman
di Sawah
• Kebutuhan Air untuk Palawija:
NFR = ETc – Re

• Kebutuhan Air untuk Irigasi di Intake:


𝑵𝑭𝑹
𝑰𝑹 =
𝑬𝑰
EI = Efisiensi Irigasi
Re = Curah hujan efektif (mm/hr)
Evaporasi dan Evapotranspirasi
• Perhitungan Evapotranspirasi telah dibahas di Materi
Kuliah Hidrologi (Bab Evapotranspirasi)
• Rumus Penman Modifikasi FAO
• Metode Thornth-Waite
• Metode Blaney-Criddle
Koefisien Tanaman
Periode PADI Kedelai
Tengah
Bulanan Nedeco/Prosida FAO

Varietas Varietas Varietas Varietas


Biasa Unggul Biasa Unggul
1 1,2 1,2 1,1 1,1 0,5
2 1,2 1,27 1,1 1,1 0,75
3 1,32 1,33 1,1 1,03 1,0
4 1,4 1,30 1,1 1,05 0,82
5 1,35 1,30 1,1 0,95 0,45
6 1,24 0 1,05 0
7 1,10 0,95
8 0 0
Koefisien Tanaman
• Tabel Koefisien Tanaman Kedelai, Jagung, Kacang Tanah,
Bawang, Buncis dan Kapas (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi KP – 01)
Setengah Koefisien Tanaman
bulan
Kedelai Jagung Kac.tanah Bawang Buncis Kapas
ke
1 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50
2 0,75 0,59 0,51 0,51 0,64 0,50
3 1,00 0,96 0,66 0,69 0,89 0,58
4 1,00 1,05 0,85 0,90 0,95 0,75
5 0,82 1,02 0,95 0,95 0,88 0,91
6 0,45 0,95 0,95 - - 1,04
7 - - 0,55 - - 1,05
8 - - 0,55 - - 1,05
9 - - - - - 1,05
10 - - - - - 0,78
11 - - - - - 0,65
12 - - - - - 0,65
13 - - - - - 0,65
Koefisien Tanaman
• Tabel nilai koefisien Tanaman Tebu (Sumber: Kriteria Perencanaan Irigasi
KP – 01)

Umur Tanaman RH < 70% RH < 20%


12 bulan 24 bulan
Tahap Pertumbuhan Angin Angin Angin Angin
kecil s/d kencang kecil s/d kencang
sedang sedang
0–1 0 – 2,5 saat tanam s/d 0,25 rimbun*) 0,35 0,6 0,4 0,45
1–2 2,5 – 3,5 0,25 – 0,5 rimbun 0,8 0,85 0,75 0,8
2 – 2,5 3,5 – 4,5 0,5 – 0,75 rimbun 0,9 0,95 0,95 1,0
2,5 – 4 4,5 – 6 0,75 – rimbun 1,0 I’I I’I 1,2
4 – 10 6 – 17 Penggunaan air puncak 1,05 1,25 1,25 1,3
10 – 11 17 – 22 Awal berbunga 0,8 0,95 0,95 1,05
11 – 12 22 – 24 Menjadi masak 0,6 0,7 0,7 0,75
Curah Hujan Efektif (Re)
Curah hujan efektif untuk padi:
• Curah hujan efektif adalah bagian curah hujan yg efektif untuk
kebutuhan irigasi.
• Curah hujan efektif adalah 70% dari curah hujan tengah bulanan
yang terlampaui 80% dari waktu dalam periode tersebut yang
dapat dihitung melalui simulasi dengan memanfaatkan data curah
hujan harian sekurang-kurangnya 10 tahun.

0,70 𝑥 𝑅80
𝑅𝑒 =
𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑎𝑡𝑎𝑛 ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛

• Misal: curah hujan 80% (R80) untuk 10 hari = 20 mm, maka Re =


0,7 x 20 / 10 = 1,4 mm/hr
Curah Hujan Efektif (Re) Polowijo,
Tebu dan Tanaman Ladang
Repol = fD x (1,25 x R50 0,824 - 2,93) x 10 0,00095 x ETo

Dimana : fD = 0,53 + (0,00016 x 10-5 x 0² ) + (2,32 x 10-7 x D³)


D = kedalaman muka air tanah yang diperlukan
Tabel Nilai D pada beberapa jenis tanaman

Tanaman Dalamnya Fraksi air Air tanah yang siap pakai (mm)
akar (m) yang tersedia
Halus Sedang Kasar
Kedelai 0,6 – 1,3 0,5 100 75 35
Jagung 1,0 – 1,7 0,6 120 80 40
Kacang tanah 0,5 – 1,0 0,4 80 55 25
Bawang 0,3 – 0,5 0,25 50 35 15
Buncis 0,5 – 0,7 0,45 90 65 30
Kapas 1,0 – 1,7 0,63 120 90 40
Tebu 1,2 – 2,0 0,65 130 90 40
Sumber: Standard Perencanaan Irigasi KP.01
Catatan: Harga ini cocok dengan jenis tanah jika harga ET tanaman 5 – 6 mm/hari
Cara lain untuk menghitung Re:
Tabel curah hujan efektif rata-rata bulanan dikaitkan dengan ET tanaman
rata-rata bulanan dan curah hujan rata-rata bulanan (USDA(SCS), 1696)
R rata- 12,5 25 37,5 50 62,5 75 87, 100 112, 125 137,5 150 162,5 175 187,5 200
rata 5 5
bulanan
ETo Curah hujan efektif rata-rata bulanan (mm)

25 8 16 24

50 8 17 25 32 39 46

75 9 18 27 34 41 48 56 62 69

100 9 19 28 35 43 52 59 66 73 80 87 94 100

125 10 20 30 37 46 54 62 70 76 85 92 98 107 116 120

150 10 21 31 39 49 57 66 74 81 89 97 104 112 119 127 133

175 11 23 32 42 52 61 69 78 86 95 103 111 118 126 134 141

200 11 24 33 44 54 64 73 82 91 100 109 117 125 134 142 150

225 12 25 35 47 57 68 78 87 96 106 115 124 132 141 150 159

250 13 25 38 50 61 72 84 92 102 112 121 132 140 150 158 167


Perkolasi
• Besar kehilangan air karena perkolasi tergantung pada sifat tanah
dan kedalaman permukaan air.
• Perlu dilakukan pengujian lapangan untuk mengetahui kehilangan
air karena perkolasi pada berbagai jenis tanah seperti Clay, Clay
loam, loam, silty clay, dsb. pada masa tanam yg berbeda
sehingga dapat diperoleh nilai yg dapat mewakili.
• Pada tanah lempung berat dengan pengelolaan (puddling) yang
baik, laju perkolasi dapat mencapai 1 – 3 mm/hari. Sedangkan
pada tanah yang lebih ringan laju perkolasi bisa lebih tinggi.
• Jika tidak terdapat penelitian maka dapat digunakan data sbb:
Tekstur Tanah Perkolasi (mm/hr)

1. Clay 1 – 1,5
2. Silt clay 1,5 – 2
3. Clay loan, silt clay loan 2 – 2,5
4. Muddy clay loan 2,5 – 3
5. Sandy loan 3-5
Kebutuhan Air untuk Pengolahan
Lahan (Persiapan Lahan)
• Kebutuhan air untuk pengolahan lahan (sawah) biasanya lebih
besar dari kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman yaitu antara
200 mm - 300 mm.
• Waktu pengolahan sawah di Indonesia 30 hari - 45 hari dg waktu
pelaksanaan pemberian air sebaiknya digunakan waktu
pengolahan yg sesuai dg kondisi setempat.
• Kebutuhan air ditingkat usaha tani untuk lahan yg baru dibuka
lebih besar dari kebutuhan lahan yg telah lama ditanami. (untuk
penjenuhan dan pengolahan lahan).
• Perhitungan kebutuhan air (l/dt/ha) pada tahun-tahun pertama di
Indonesia yg baru dibuka memakai data perencanaan merupakan
kesalahan besar, sebaiknya kebutuhan air didapat dengan
melakukan penelitian lapangan.
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebagai berikut :

Eo + P T = 30 hari T = 45 hari
S = 250 mm S = 300 mm S = 250 mm S = 300 mm
5,0 11,1 12,7 8,4 9,5
5,5 11,4 13,0 8,8 9,8
6,0 11,7 13,3 9,1 10,1
6,5 12 13,6 9,4 10,4
7,0 12,3 13,9 9,8 10,8
7,5 12,6 14,2 10,1 11,1
8,0 13,0 14,5 10,5 11,1
8,5 13,3 14,8 10,8 11,8
9,0 13,6 15,2 11,2 12,1
9,5 14,0 15,5 11,6 12,5
10,0 14,3 15,8 12,0 12,9
10,5 14,7 16,2 12,4 13,2
11 15 16,5 12,8 13,6

Setelah jangka waktu 1 – 2 bulan setelah transplantasi (penanaman)


dilakukan penggantian lapisan air sebanyak 50 mm setiap kali.
35
Penggantian Lapisan Air
• Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan penggantian
lapisan air sesuai kebutuhan
• Penggantian dilakukan sebanyak dua kali masing-masing 50 mm
(3,3 mm/hari selama dua minggu) selama sebulan atau dua bulan
setelah transplantasi
Contoh :
Apabila awal tanam November 2 maka penggantian lapisan air sbb:

Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli

1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2

WLR 3,3 3,3 3,3 3,3


3
WLR 3,3 3,3 3,3 3,3
2
WLR 3,3 3,3 3,3 3,3
1
WLR 1,1 1,1 2,2 1,1 1,1 1,1 1,1 2,2 1,1 1,1
Efisiensi Irigasi
• Efisiensi irigasi merupakan tolok ukur suksesnya operasi dalam semua
jaringan irigasi. Kehilangan air secara umum dibagi dalam 2 (dua)
kategori seperti berikut :
• Kehilangan akibat fisik disebabkan rembesan air disaluran dan
perkolasi ditingkat lahan usaha tani (sawah).
• Kehilangan akibat operasional – disebabkan pelimpasan dan
kelebihan air pembuangan dan pada waktu pengoperasian saluran
dan pemborosan penggunaan air oleh petani.
• Kehilangan akibat operasional lebih sulit diperkirakan dan dikendalikan
karena tergantung pada faktor yg sulit diketahui sejak awal seperti
datangnya hujan, sikap tanggap petugas operasi dan tingkat
keterlibatannya.
Efisiensi Irigasi
• Efisiensi jaringan irigasi berkisar antara 35% pada
musim hujan (akibat adanya curah hujan efektif)
sampai 60% pada musim kemarau.
• Sesuai buku Kriteria Perencanaan Irigasi Bagian
Penunjang efisiensi irigasi secara keseluruhan sebesar
0,65 (65%).
• Efisiensi tersebut terdiri dari:
• Efisiensi Saluran Primer : 90%
• Efisiensi Saluran Sekunder : 90%
• Efisiensi Saluran Tersier : 80%
• Jumlah : 65%
Tata Pengaturan Air
• Sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum masa tanamnya dimulai, instansi
Pengairan Kabupaten meminta/mengumpulkan laporan dari daerah irigasi
sebagai dasar perencanaan kebutuhan air tiap masa tanam, yang terdiri dari
laporan :
• Jenis tanaman yang akan ditanam.
• Luas areal yang diusulkan.
• Dari laporan tersebut disusun rencana tata tanam global yg selanjutnya
dibahas dalam Panitia Irigasi Kabupaten.
• Berdasarkan usulan rencana tata tanam global dari masing-masing
kabupaten dan ketersediaan debit, perkiraan curah hujan efektif dan sumber
air lainnya di tambah pemanfaatan air buangan, maka instansi pengairan
akan menyiapkan rencana “alokasi air sementara” untuk setiap Daerah Irigasi
dan dibahas dalam rapat panitia.
• Tata pengaturan air ditetapkan alokasinya oleh Gubernur untuk irigasi lintas
atau oleh Bupati untuk sungai yang sepenuhnya berada didalam kabupaten.
Prosedur Perencanaan Tata
Tanam
• Setelah mendapat masukan/usulan rencana tanam, yaitu pola dan
jadwal tanam dari petani, maka perlu disesuaikan dengan air yang
di perkirakan tersedia.
• Pengolahan, penyesuaian dan pengaturan ulang di lakukan guna
menyesuaikan antara debit yg tersedia dg rencana tata tanam
global, yg diuraikan dalam pelaksanaan operasi.
• Hasil penyesuian tersebut diatas akan menjadi rencana tanam
definitif yg disebarluaskan dan akan dilaksanakan dilapangan dg
semua pihak, dalam pelaksanaannya harus memegang rencana
tanam definitif tsb.
Contoh kegiatan pokok dalam prosedur operasi
pada instansi Dinas Pengairan Kabupaten

No Uraian Kegiatan Penanggung Jawab


1. - Usulan rencana tata tanam menurut petak P3A dan Gab. P3A
tersier.
2. - Mengumpulkan dan mengirimkan data Mantri
usulan rencana tanam P3A ke ranting Dinas
Pengairan.
3. - Menerima dan mengelola data usulan Dinas Pengairan
rencana tanam dari para Mantri.
- Menyusun usulan RTT per petak.
No Uraian Kegiatan Penanggung Jawab
- Menyusun usulan RTT perpetak tersier dan
mengirimkan ke Instansi Pengairan.
4. - Menerima usulan RTT yg disampaikan oleh Dinas Pengairan
ranting Dinas Pengairan terkait.
- Menyusun jadwal tanam dan tanggal pemberian
air termasuk golongan.
- Menghitung kebutuhan air dan debit tersedia
persetengah bulan.
- Menyusun RTTG dan neraca air.
5. - Mengajukan RTTG yg optimal kepada Panitia Panitia Irigasi
Irigasi. Kabupaten
- Menetapkan RTTG untuk setiap D.I.
- Mengirimkan ketetapan RTTG ke Cabang Dinas
atas nama Bupati.
- Mengesahkan Pola Tanam dan Jadwal Tanam.
6. - Mendistribusikan/mengirimkan ketetapan RTTG Dinas Pukab / Cabang
per D.I. ke setiap Ranting Dinas Pengairan. Dinas Pengairan /
- Menetapkan RTTD untuk D.I. dg skala besar. Pengamat
- Menentukan RPA tahunan untuk D.I. dg skala
besar.
No Uraian Kegiatan Penanggung Jawab
7. - Menentukan RTTD setiap D.I. berdasarkan Mantri
ketetapan RTTG.
- Menetapkan RPA tahunan.
- Berdasarkan RTTD memutuskan usulan rencana
tanam definitif perpetak tersier dan
mengirimkan ke setiap mantri.
8. - Mendistribusikan serta memberitahukan jenis Mantri
dan luas tanam definitif yg ditentukan Ranting
Dinas Pengairan kepada para anggota P3A dan
PPL.

Keterangan :
RTT : Rencana Tata Tanam
RTTG : Rencana Tata Tanam Global
RTTD : Rencana Tata Tanam Detail
RPA : Rencana Pembagian Air
D.I : Daerah Irigasi
To be continued…

Anda mungkin juga menyukai