LANDASAN TEORI
5
6
Bendung Glapan di Kali Tuntang Jawa Tengah dibangun tahun 1852 dan
selesai tahun 1959. Namun baru bisa berfungsi 20 tahun kemudian, yaitu pada
tahun 1880 1890. Bendung Glapan adalah bendung pertama yang dibangun di
bawah Pemerintah Kolonial untuk tanaman rakyat.
Irigasi gravitasi merupakan sistem irigasi yang telah lama dikenal dan
diterapkan dalam kegiatan usaha tani. Dalam sistem irigasi ini, sumber air yang
7
diambil dari air yang ada di permukaan bumi yaitu dari sungai, waduk dan danau,
yang ada di dataran tinggi. Pengaturan dan pembagian air irigasi menuju ke petak-
petak yang membutuhkan dilakukana secara gravitatif.
Sumber air yang dapat dipompa untuk keperluan irigasi dapat diambil dari
sungai, misalnya Stasiun Pompa Gambasari dan Pesangrahan (sebelum ada
Bendung Gerak Serayu), atau dari air tanah, seperti pompa air suplesi di DI. Simo,
Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta
Yang dimaksud dengan irigasi pasang-surut adalah suatu tipe irigasi yang
memanfaatkan pengempangan air sungai akibat peristiwa pasang surut air laut.
Areal yang direncanakn untuk tipe Irigasi ini adalah areal yang mendapat
pengaruh langsung dari peristiwa pasang-surut air laut. Untuk daerah kalimantan
misalnya, daerah ini bisa mencapai panjang 30 50 Km memanjang panatai dan
10 15 km masuk ke darat. Air genangan yang berupa air tawar dari sungai akan
menekan dan mencuci kandungan tanah sulfat masam dan akan dibuang pada saat
air laut surut. (Sidartha SK,1997 Irigasi dan Bangunan Air)
3. Irigasi Teknis
Dalam konteks standarisasi irigasi ini, hanya irigasi teknis saja yang
ditinjau. Bentuk Irigasi yang lebih maju ini cocok untuk dipraktekan disebagian
besar pembangunan irigasi di Indonesia
Dalam suatu jaringan irigasi yang dapat dibedakan adanya empat unsur
fungsional pokok yaitu:
Perlunya batasan petak tersier yang ideal hingga maksimum adalah agar
pembagian air disaluran tersier lebih efektif dan efisien hingga mencapai lokasi
sawah terjauh.
11
Petak tersier menerima air irigasi yang dialirkan dan diukur pada
bangunan sadap (offtake) tersier yang menjadi tanggung jawab Dinas Pengairan.
Bangunan sadap tersier mengalirkan airnya ke saluran tersier.
melewati sepanjang garis tinggi daerah saluran primer yang berdekatan harus
dilayani langsung dari saluran primer. (Standar Perencanaan Irigasi Bagian 2,
2002)
Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan
alat ukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah dan pada
waktu tertentu.
Tetapi disadari bahwa sistem proposional tidak bisa diterapkan dalam irigasi yang
melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem golongan.
Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan alat
ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proposional.
a. Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu titik
cabang dan berfungsi untuk membagi alirana antara dua saluran atau lebih.
b. Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau sekunder
ke saluran tersier penerima.
14
d. Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran atau
lebih (tersier,subtersier dan/atau kuarter. (KP-01)
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat,
atau desa penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan
bangunan utama atau sungai yang airnya diambil untuk keperluan irigasi.
Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah irigasi
yang dilayani, contoh: Saluran Primer Metukul.
15
Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang
terletak di petak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan nama
saluran sekundernya. Sebagai contoh saluran sekunder Gusung mengambil nama
Desa Gusung.
Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan utama.
1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang
terletak di antara kedua boks. misalnya (T1 - T2), (T3 - K1)
2. Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2 dan
sebagainya
3. Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan
nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan
seterusnya menurut arah jarum jam
4. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan nomor
urut tertinggi: K1, K2 dan seterusnya.
5. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1,a2 dan seterusnya.
6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya
dka1, dka2 dan seterusnya.
7. Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah jarum
jam. (KP-01)
16
1. Daerah Studi adalah Daerah Proyek ditambah dengan seluruh daerah aliran
sungai (DAS) dan tempat-tempat pengambilan air ditambah dengan
daerah-daerah lain yang ada hubungannya dengan daeah studi.
2. Daerah Proyek adalah daerah dimana pelaksanaan pekerjaan
dipertimbangkan atau diusulkan dan daerah tersebut akan mengambil
manfaat langsung dari proyek tersebut.
3. Daerah Irigasi Total/brutto adalah daerah proyek dikurangi dengan
perkampungan dan tanah-tanah yang dipakai untuk mendirikan bangunan
daerah yang tidak diairi,jalan utama, rawa-rawa dan daerah-daerah yang
tidak akan dikembangkan untuk irigasi dibawah proyek yang
bersangkutan.
4. Daerah Irigasi Netto/Bersih adalah tanah yang ditanami (padi) dan ini
adalah daerah total yang bisa diairi dikurangi dengan saluran-saluran
irigasi dan pembuang (primer, sekunder, tersier dan kuarter) jalan inspeksi,
jalan setapak dan tanggul sawah. Daerah ini dijadikan dasar perhitungan
kebutuhan air, panenan dan manfaat/keuntungan yang dapat diperoleh dari
proyek yang bersangkutan. Sebagai angka standar, luas netto daerah yang
dapat diairi diambil 0,9 kali luas total daerah-daerah yang dapat diairi.
5. Daerah Potensial adalah daerah yang mempunyai kemungkinan baik untuk
dikembangkan. Luas daerah ini sama dengan Daerah Irigasi Netto tetapi
biasanya belum sepenuhnya dikembangkan akibat terdapatnya hambatan-
hambatan nonteknis.
6. Daerah Fungsional adalah bagian dari Daerah Potensial yang telah
memiliki jaringan irigasi yang telah dikembangkan. Daerah fungsional
luasnya sama atau lebih kecil dari Daerah Potensial.
7. Daerah Pengaliran adalah daerah pada pengaliran sungai (DPS), dimana
apabila terjadi peristiwa-peristiwa alam dan perubahan hidro-klimatologi,
akan mempengaruhi kondisi pengaliran pada sungai tersebut. (Sidartha
SK,1997 Irigasi dan Bangunan Air)
17
4. Pola Tanam
5. Kebutuhan air irigasi
Dengan adanya data-data hidrologi tersebut dapat dilakukan perhitungan
besaran nilai curah hujan maksimum, debit andalan, evapotranspirasi, pola tanam.
Selain itu juga dapat menghitung jumlah kebutuhan air irigasi agar tercukupi.
Dalam daftar curah hujan yang disusun terdapat data yang tidak ditulis
(hilang), hilangnya data tersebut ada beberapa kemungkinan diantaranya
kerusakan alat penakar Curah Hujan/kelalaian dari petugas yang mencatatya.
Cara melengkapinya :
1. Standar deviasi < 10%, dapat diambil dari rata-rata data pada bulan dan
tahun yang sama pada stasiun yang mengelilinginya.
2. Standar Deviasi > 10%, hitung berdasarkan perbandingan biasa :
Dimana :
Curah hujan effektif adalah curah hujan yang secara efektif dan secara
langsung dipergunakan memenuhi kebutuhan air tanaman untuk pertumbuhan.
Kriteria Perencanaan irigasi mengusulkan hitungan hujan efektif berdasarkan data
pengukuran curah hujan dengan panjang pengamatan 10 tahun yang telah
dilengkapi dan disusun secara sistematis sesuai dengan urutan ranking dan
mempunyai resiko kegagalan tertentu misalnya 20% maksumum, persen
keberhasilan menjadi 80%. Untuk penentuannya dipakai persamaan :
n/5 + 1 = m
Dimana :
1
R ( R1 R2 R3 ..... Rn)
n
20
Dimana :
R1,R2,Rn =Tinggi curah hujan tiap pos hujan yang diamati (mm)
Dimana :
3. Metode Isohyet
Metode ini merupakan metode yang paling akurat dalam merata-ratakan
hujan pada suatu daerah. Lokasi dan besarnya curah hujan diplot pada petak yang
sesuai dan kontur untuk hujan yang sama (isohyet) kemudian digambar
berdasarkan data tersebut. Sehingga rumusnya:
Dimana :
(A1+A2++An) (km2)
Q = 0,278 . C . I . A
Dimana :
Q = debit, m3/det
C = koefisien aliran
I = intensitas curah hujan bulanan rata-rata, mm/jam
A = luas daerah pengaliran sungai (km2)
2.8.5. Evapotranspirasi
1. Metode penman
Dalam penyelesainnya metode Penman dengan menggunakan persamaan :
E = ( H + 0,27 Ea ) / ( + 0,27 )
Dimana :
Temperatur
Temperatur (C) (K) Ta4 mm air/hari
0 273 11.22
5 278 12.06
10 283 12.96
15 288 13.89
20 293 14.88
25 298 15.92
30 303 17.02
35 308 18.17
40 313 19.38
T / T / T /
Keterangan :
= 0.49
Temperatur
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
(C)
15 12.78 12.86 12.95 13.03 13.11 13.2 13.28 13.37 13.45 13.54
16 13.63 13.71 13.8 13.9 13.99 14.08 14.17 14.26 14.35 14.44
17 14.53 14.62 14.71 14.8 14.9 14.99 15.09 15.17 15.27 15.38
18 15.46 15.56 15.66 15.76 15.86 15.96 16.09 16.16 16.26 16.36
19 16.46 16.57 16.68 16.79 16.9 17.00 17.1 17.21 17.32 17.43
20 17.53 17.64 17.75 17.86 17.97 18.08 18.2 18.31 18.43 18.54
21 18.65 18.77 18.88 19.00 19.11 19.23 19.35 19.46 19.58 19.70
22 19.82 19.94 20.66 20.19 20.31 20.43 20.58 20.69 20.80 20.93
23 21.05 21.19 21.33 21.45 21.58 21.71 21.84 21.97 22.10 22.23
24 22.27 22.50 22.63 22.76 22.91 23.05 23.19 23.31 23.45 23.60
25 23.73 23.90 24.03 24.20 24.35 24.29 24.64 24.79 24.94 25.08
26 25.31 25.45 25.60 25.74 25.84 26.03 26.18 26.32 26.46 26.60
27 26.74 26.90 27.05 27.21 27.73 27.53 27.69 27.85 28.00 28.16
28 28.32 28.49 28.66 28.83 29.00 29.17 29.34 29.51 29.68 29.85
29 30.03 30.20 30.38 30.56 30.74 30.92 31.1 31.28 31.46 31.64
Sumber : Irigasi I, 2004
26
Utara Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
0 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04
5 1.02 0.93 1.03 1.02 1.06 1.03 1.06 1.05 1.01 1.03 0.99 1.02
10 1.09 0.91 1.03 1.03 1.08 1.06 1.08 1.07 1.02 1.02 0.98 0.99
15 0.97 0.91 1.03 1.04 1.11 1.08 1.12 1.08 1.02 1.01 0.99 0.97
20 0.95 0.90 1.03 1.05 1.12 1.11 1.14 1.11 1.02 1.00 1.93 0.94
Tabel 2.7 Faktor koreksi Penyinaran/N (lamanya matahari bersinar) Sebelah Selatan
Selatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
0 1.04 0.94 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04 1.04 1.01 1.04 1.01 1.04
5 1.06 0.95 1.04 1.00 1.02 0.99 1.02 1.03 1.00 1.05 1.03 1.06
10 1.08 0.97 1.05 0.99 1.01 0.96 1.00 1.01 1.00 1.06 1.05 1.10
15 1.12 0.98 1.05 0.98 0.98 0.94 0.97 1.00 1.00 1.07 1.07 1.12
20 1.14 1.00 1.05 0.97 0.96 0.91 0.95 0.99 1.00 1.08 1.09 1.15
k = Kt + Kc
Kt = 0.0311 t + 0,240
3. Rumus Thornthwaite
Rumus Thornthwaite memberikan evapotranspirasi potensial untuk
vegetasi yang pendek dan padat dengan pasokan air permukaan bebas.
t
Evt 1.6 (10 . ) a
I
Dimana :
Dalam beberapa metode yang telah ada diatas metode/cara penman yag
paling banyak digunakan karena tingkat ketelitiannya dianggap lebih tepat
daripada metode-metode yang lain.Adapun data-data yang digunakan dalam
perhitungan evapotranspirasi ini adalah sebagai berikut:
1. Jika ketersediaan air banyak maka dapat dilakukan pola tanam Padi-Padi
2. Jika dipakai padi dengan varitas unggul (umur < 140 hari) maka masih
dimungkinkan menanam palawija sehingga pola tanamnya menjadi :
Padi-Padi-Palawija
2.9.1. Perkolasi
Laju perkolasi sangat tegantung pada sifat-sifat tanah. Apabila padi sudah
ditanam di daerah proyek, maka pengukuran laju perkolasi dapat langsung
dilakukan di sawah.
Dalam menganalisa kebutuhan air normal kita tidak akan lepas dari
kemampuan tanaman berevapotranspirasi, maka dari itu dibuat suatu estimasi
koefisien tanaman bulanan dimana pertumbuhan tanaman didasarkan kepada jenis
tanaman padi serta umurnya saat itu bertitik tolak dari kebutuhan tersebut, maka
kebutuhan paling tinggi pada saat tanaman tersebut telah mencapai umur
pertengahan dari keseluruhan umur produksi.
bulanan yang bervariasi terhadap kondisi iklim. Selanjutnya kebutuhan air normal
ini tidak diadakannya observasi ke arah itu, maka diambil sebagai dasar
perencanaan kebutuhan air tersebut dari angka-angka koefisien.
6 1.24 0 1.05 0
7 1.12 - 0.97 -
8 0 - 0 -
Dimana :
Etc = Kc . Eto
Kc = Koefisien tanaman
Q=A.a
Q
A
V
A = (b+m.h) h
Q
Vd
Ad
2 1
Stickler : V K . R . I
3 2
A
R
P
Dimana :
0.00 - 0.05 .. Min 0.25 1:1 1. Desain untuk tanah lempung biasa
0.40 - 0.50 1.5 0.40 - 0.45 1:1 - 42.5 untuk saluran muka
saluran primer dan sekunder dengan debit < 7.5 m3 /det 45 - 47.5
Jagaan pada suatu saluran adalah jarak vertikal dari puncak saluran ke
permukaan air pada kondisi rencana muka air, disediakan untuk mencegah
gelombang atau kenaikan tinggi muka air yang melimpah.
Tabel 2.13 Tipe Jagaan Berdasarkan Jenis Saluran dan Debit Air Yang
Mengalir
Dalam menentukan elevasi muka air pada saluran ditentukan dari tinggi
muka tanah tertinggi pada suatu jaringan irigasi. Untuk menetukan elevasi muka
air dekat pintu ukur sebelah hilir yaitu elevasi kontur pada sawah tertinggi
ditambah 0,15 m ditambah selisih elevasi akibat kemiringan saluran.
1. Muka air rencana pada saluran diupayakan berada dibawah atau sama
dengan elevasi muka tanah aslinya sekitarnya, hal ini dilakukan supaya
dapat mempersulit pencurian air atau penyadapan liar.
2. Mengupayakan pekerjaan galian dan timbunan seimbang, agar biaya
pelaksanaan bias dibuat seminimal mungkin.
3. Muka air direncanakan cukup tinggi agar dapat mengairi sawah-sawah
yang letaknya paling tinggi pada petak tersier.
Tinggi muka air pada bangunan sadap pada saluran sekunder atau primer dihitung
berdasarkan kehilangan-kehilangan tekanan yang ada pada saluran tersebut.
39
P = A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z
Dimana :
perhitungan pertama adalah dengan harga satuan, dimana semua harga satuan dan
volume tiap jenis pekerjaan dihitung. Yang kedua adalah dengan harga
seluruhnya, kemudian dikalikan dengan harga serta dijumlahkan seluruhnya.
Secara sistematisnya, dapat dilihat pada Gambar 1.2. dalam menghitung anggaran
biaya suatu pekerjaan atau proyek.
3. J. A. Mukomoko, dalam bukunya Dasar Penyusunan Anggaran Biaya
Bangunan, 1987 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah perkiraan nilai
uang dari suatu kegiatan (proyek) yang telah memperhitungkan gambar-gambar
bestek serta rencana kerja, daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar
susunan rencana biaya, serta daftar jumlah tiap jenis pekerjaan.
4. John W. Niron dalam bukunya Pedoman Praktis Anggaran dan Borongan
Rencana Anggaran Biaya Bangunan, 1992, Rencana Anggaran Biaya (RAB)
Proyek mempunyai pengertian sebagai berikut :
a) Rencana : Himpunan planning termasuk detail dan tata cara
pelaksanaan pembuatan sebuah bangunan.
b) Angaran : Perhitungan biaya berdasarkan gambar bestek (gambar
rencana) pada suatu bangunan.
c) Biaya : Besarnya pengeluaran yang ada hubungannya dengan
borongan yang tercantum dalam persyaratan yang ada.
5. Bachtiar Ibrahim dalam bukunya Rencana dan Estimate Real of Cost,1993,
yang dimaksud Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyekadalah perhitungan
banyaknya biaya yang diperlukan untuk bahan dan upah, serta biaya-biaya lain
yang berhubungan dengan pelaksanaan bangunan atau proyek tersebut.
Seperti yang telah disinggung pada bagian diatas, maka jila dirumuskan
secara umum Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek merupakan total
penjumlahan dari hasil perkalian antara volume suatu item pekerjaan dengan
harga satuannya. Bahasa matematis yang dapat dituliskan adalah sebagai beriku
Jika merujuk pada sebuah item pekerjaan, maka pada dasarnya untuk
melaksanakan sebuah item pekerjaan membutuhkan upah, material, peralatan
yang digunakan (sebagai biaya langsung) dan overhead, profitdan tax (sebagai
biaya tidak langsung).
Adapun penjelasan secara rinci mengenai komponen-komponen penyusun
dari Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah sebagai berikut :
44
2.12.3.1. CPM
Critical Path Method (CPM) atau Metode Jalur Kritis merupakan model
kegiatan proyek yang digambarkan dalam bentuk jaringan. Kegiatan yang
digambarkan sebagai titik pada jaringan dan peristiwa yang menandakan awal
atau akhir dari kegiatan digambarkan sebagai busur atau garis antara titik.
47