PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Air untuk Irigasi dan Sistem Jaringan Irigasi
Dalam tugas ini, kita akan mempelajari bagaimana memanfaatkan sumbersumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan
bercocok tanam, atau biasa diistilahkan air adalah sumber daya alami terbesar
yang dianugrahkan Tuhan pada umat manusia. Manusia sangat membutuhkan air
untuk mempertahankan hidupnya. Tercatat dalam sejarah bahwa permulaan
peradaban di muka bumi ini pada daerah yang dilalui aliran sungai seperti sungai
Nil di Mesir, sungai Indus di India dan sungai Hwang-Ho di Cina.
Dalam penggunaannya dalam kebutuhan air sehari-hari, sebanyak kurang
lebih 80% di bumi ini digunakan untuk lahan bercocok tanam. Terdapat dua
sumber air yang dapat kita kenal, Sumber air yang berasal dari permukaan
(surface water) seperti danau, aliran sungai dan lain-lain. Dan sumber mata air
yang berasal dari dalam tanah (ground water) seperti mata air. Pemanfaatan
sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi
lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan dengan kata irigasi. Irigasi
memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil pangan. Dewasa ini
hanya sekitar 15 % tanah yang memadai untuk lahan pertanian menerima irigasi
yang terjamin. Masih banyak lahan pertanian yang belum tersentuh irigasi.
Sumber: KP 01
Gambar 1.2. Irigasi Non Teknis
Sumber: KP 01
Gambar 1.3. Irigasi Semi Teknis
3. Irigasi teknis
Merupakan jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisah
dengan jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur, dan
terkontrol pada beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat
permanen. Luas daerah irigasinya di atas 500ha. Pada irigasi teknis
mempunyai saluran primer, sekunder, tersier dan kuarter serta bangunan
pelengkap lainnya. Beberapa contohnya ialah sistem irigasi Jatiluhur,
Pemail Comal, dan Sampean.
Dalam jaringan irigasi teknis, petak tersier menduduki fungsi sentral.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan
yang umumnya berkisar antara 50ha. Petak tersier menerima air di suatu
tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang
diatur oleh Dinas Pengairan. Pembagian air di dalam petak tersier kapada
para petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah.
Kelebihan air ditampung di dalam suatu jaringan saluran pembuang tersier
dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang primer.
Sumber: KP 01
Gambar 1.4. Irigasi Teknis
Bangunan utama
Banguan
permanen
Semiteknis
Bangunan
permanen
atau semi
Sederhana
Bangunan
sementara
permanen
Kemampuan
bangunan dalam
mengukur &
Baik
Sedang
Jelek
mengatur debit
Saluran irigasi
Saluran irigasi
Jaringan saluran
dan
dan
pembuang
pembuang
tidak
terpisah
sepenuhnya
terpisah
Belum
dikembangka
Petak tersier
Dikembangkan
sepenuhnya
n atau
densitas
bangunan
tersier jarang
Efisiensi secara
keseluruhan
Ukuran
50-60%
40-50 %
Sampai 2000 ha
Belum ada
jaringan
terpisah yang
dikembangka
n
<40%
Tak lebih dari 500
ha
Sumber: KP 01
Gambar 1.5. Jaringan Irigasi
1.2. Maksud dan Tujuan Irigasi
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 1 tahun 1982, tujuan irigasi
disediakan dan dimanfaatkan adalah untuk memperoleh hasil produksi yang
optimal dari semua usaha pertanian yang mendapatkan manfaat dari air irigasi.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 2 tahun 1982, maksud irigasi
disediakan adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan air bagi usaha pertanian
dalam jumlah dan waktu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan bagi semua
tanaman menurut tata yang telah ditetapkan. Tujuan irigasi secara teknis adalah
menampung dan mengumpulkan air serta melancarkan jalannya air dari daerahdaerah tergenang (inundasi). Tujuan irigasi secara langsung adalah untuk
membasahi tanah agar dicapai suatu kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman dalam hubungannya dengan prosentase kandungan air dan udara sebagai
pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah. Irigasi menunjang
produksi pertanian melalui cara-cara berikut :
a. Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah yang suhu tanahnya
terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman maka suhu
tanah tersebut dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan air yang
bertujuan menurunkan suhu.
10
11
derajat kapur
warna
merah
di
12
e.
f.
0,9 %
13
0,1 %
98,9 %
Air di dalam tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
a. Air Higroskopis
Biasa ditahan sebagai partikel tanah oleh gaya tarik molekular dan
tidak terpengaruh oleh gerakan gaya gravitasi ataupun gerakan kapilaritas.
Air ini tidak cocok untuk tanaman.
b. Air Kapiler
Berada pada pori-pori kapiler tanah dan ditahan oleh gaya permukaan.
Cocok untuk digunakan di pertanian dengan syarat adanya sistem irigasi
yang baik.
c. Air Gravitasi
Merupakan air yang berlimpah dalam tanah yang dapat keluar dengan
gaya gravitasi dan juga turun hingga ke muka air tanah.
Air juga dapat diklasifikasikan berdasarkan atas ketersediaan air tanah
bagi tumbuhan yang terbagi atas tidak tersedia (unavailable), tersedia (available),
dan berlebihan (superflous). Klasifikasi air tanah sendiri terbagi atas bagian
berikut.
a. Field capacity (kapasitas lahan)
Jumlah air yang dapat ditahan tanah setelah kelebihan air gravitasi dibuang
dan setelah gerakan air untuk material telah menipis.
b. Permanent wilting point (titik laju penanaman)
Disebut juga koefesien laju, merupakan air dimana tanaman tidak dapat
lagi mengambil air dari tanah untuk pertumbuhannya. Merupakan tingkat
paling rendah pada jangkauan uap air yang tersedia. Untuk sebagian besar
tanah, nilainya sekitar 15% dari air higroskopis.
c. Avaible moisture (uap air yang tersedia)
Merupakan perbedaan jumlah air dalam tanah antara field capacity dan
permanent wilting. Air yang tersedia ini sangat berguna bagi tumbuhan.
d. Moisture equivalent (persamaan uap air)
14
Merupakan prosentase dari uap air yang terkumpul dalam sampel kecil
dari tiap kedalaman 1cm tanah kering dengan pengaruh gravitasi tiap 1000
kali dengan periode 30 menit. Rumus perhitungannya sebagai berikut :
Persamaan Uap Air
Kriteria U.S.D.A.
Air irigasi dengan kandungan kalsium dan ion magnesium dalam jumlah
sodium
SAR
yang
seimbang
atau melebihi sodium, sejumlah konsentrasi dari kalsium atau
calcium
magnesium
tertahan pada partikel lempung dari tanah untuk
mempertahankan kemiringan2yang baik dan permeabilitas. Berdasarkan beberapa
magnesium
akan
faktor yang berpengaruh, The U.S Salinity Laboratory pada tahun 1954 memakai
kriteria SAR dengan menghitung konsentrasi ion.
15
Nilai 24 keatas
: tinggi (S1,S2,S3)
Nilai 10 18
: menengah (S2)
Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.
Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.Petak
tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan
mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama.Penyediaan air
irigasi adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan untuk
menunjang pertanian.Pembagian air irigasi adalah penyaluran air yang
dilaksanakan oleh pihak yang berwenang dalam jaringan irigasi utama
hingga saluran tersier.Pemberian air irigasi adalah penyaluran jatah air dari
3 jaringan utama ke petak tersier.Penggunaan air irigasi adalah
pemanfaatan air ditingkat usaha tani.
b. Pasal 2 Wewenang Pengurusan Air Irigasi dan Jaringan Irigasi
(1) Pengurusan dan pengaturan air irigasi dan jaringan irigasi beserta
bangunan pelengkapnya yang ada di dalam wilayah Daerah, diserahkan
16
Irigasi (DI) atau Jaringan Irigasi (JI) terhadap wilayah administratif, dan
juga didasarkan atas batasan strata luas Daerah.
17
No.
1
Batasan luas DI
DI > 3000 Ha, atau
lintas Propinsi
DI > 1000 Ha =<
Jumlah DI
Luas (Ha)
36
293.482
Pusat
Propinsi
Kewenangan Pemerintah
176
168.272
7.673
445.620
Kabupaten/Kota
DI =< 1000 Ha dan
berada dalam satu
Kabupaten/Kota
Jumlah
Kabupaten / Kota
907.374
7.885
adalah
usaha
penyediaan,
pembagian,
pemberian,
meliputi
prasarana
irigasi,
air
irigasi,
manajemen
irigasi,
Ket.
18
19
20