Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Pengertian Air untuk Irigasi dan Sistem Jaringan Irigasi
Dalam tugas ini, kita akan mempelajari bagaimana memanfaatkan sumbersumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi lahan-lahan
bercocok tanam, atau biasa diistilahkan air adalah sumber daya alami terbesar
yang dianugrahkan Tuhan pada umat manusia. Manusia sangat membutuhkan air
untuk mempertahankan hidupnya. Tercatat dalam sejarah bahwa permulaan
peradaban di muka bumi ini pada daerah yang dilalui aliran sungai seperti sungai
Nil di Mesir, sungai Indus di India dan sungai Hwang-Ho di Cina.
Dalam penggunaannya dalam kebutuhan air sehari-hari, sebanyak kurang
lebih 80% di bumi ini digunakan untuk lahan bercocok tanam. Terdapat dua
sumber air yang dapat kita kenal, Sumber air yang berasal dari permukaan
(surface water) seperti danau, aliran sungai dan lain-lain. Dan sumber mata air
yang berasal dari dalam tanah (ground water) seperti mata air. Pemanfaatan
sumber-sumber air tersebut untuk disalurkan dalam penggunaannya mengairi
lahan-lahan bercocok tanam, atau biasa diistilahkan dengan kata irigasi. Irigasi
memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil pangan. Dewasa ini
hanya sekitar 15 % tanah yang memadai untuk lahan pertanian menerima irigasi
yang terjamin. Masih banyak lahan pertanian yang belum tersentuh irigasi.

Sumber: Hasil survey lapangan


Gambar 1.1. Air untuk irigasi

Jaringan irigasi berdasarkan cara pengaturan, pengukuran aliran, dan


lengkapnya fasilitas dibagi menjadi tiga tingkat sebagi berikut :
1. Irigasi non teknis
Dalam sistem irigasi sederhana, pembagian air tidak diukur atau
diatur, air lebih akan mengalir ke selokan pembuang. Para pemakai air
tergabung dalam satu kelompok sosial yang sama, dan tidak diperlukan
keterlibatan pemerintah di dalam organisasi jaringan ini. Persediaan air
biasanya melimpah dan kemiringan berkisar antara sedang sampai curam.
Oleh karena itu hampir tidak diperlukan teknik yang sulit untuk
pembagian air. Pada intinya irigasi non teknis hampir tidak mempunyai
saluran-saluran dan bangunan-bangunan irigasi. Walaupun organisasinya
mudah jaringan irigasi non teknis memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan pertama adalah banyaknya air yang terbuang, karena terletak
di daerah yang tinggi banyak air yang tidak sampai di daerah rendah yang
subur. Kelemahan kedua adalah membuang biaya, karena setiap desa
melakukan pengambilan sendiri-sendiri.

Sumber: KP 01
Gambar 1.2. Irigasi Non Teknis

2. Irigasi semi teknis


Pengaliran air ke sawah dapat diatur, tetapi banyaknya aliran tidak
dapat diukur. Pembagian air tidak dapat dilakukan dengan seksama.
Memiliki sedikit bangunan permanen. Dan hanya ada satu alat pengukur
aliran yang biasanya ditempatkan pada bangunan bendung. Sistem
pemberian air dan sistem pembuangan air tidak mesti sama sekali terpisah.
Dalam banyak hal, perbedaan satu-satunya antara jaringan irigasi
sederhana dan semiteknis adalah bahwa yang belakangan ini bendungnya
terletak di sungai lengkap dengan pengambilan dan bangunan pengukur di
bagian hilirnya. Sistem pembagian air biasanya serupa dengan jaringan
irigasi sederhana, sehingga ada kemungkinan pengambilan dipakai untuk
melayani atau mengaliri daerah yang lebih luas. Oleh karena itu, biasanya
ditanggung oleh lebih banyak daerah layanan. Organisasinya lebih rumit
dan jika bangunan tetapnya berupa bangunan pengambilan dari sungai ,
maka diperlukan lebih banyak keterlibatan dari pemerintah, dalam hal ini
Departemen Pekerjaan Umum. Dapat disimpulkan jaringan irigasi semi
teknis mempunyai saluran-saluran dan bangunan-bangunan namun tidak
lengkap.

Sumber: KP 01
Gambar 1.3. Irigasi Semi Teknis

3. Irigasi teknis
Merupakan jaringan air yang mendapatkan pasokan air terpisah
dengan jaringan pembuang, dan pemberian airnya dapat diukur, diatur, dan
terkontrol pada beberapa titik tertentu. Semua bangunannya bersifat
permanen. Luas daerah irigasinya di atas 500ha. Pada irigasi teknis
mempunyai saluran primer, sekunder, tersier dan kuarter serta bangunan
pelengkap lainnya. Beberapa contohnya ialah sistem irigasi Jatiluhur,
Pemail Comal, dan Sampean.
Dalam jaringan irigasi teknis, petak tersier menduduki fungsi sentral.
Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan
yang umumnya berkisar antara 50ha. Petak tersier menerima air di suatu
tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang
diatur oleh Dinas Pengairan. Pembagian air di dalam petak tersier kapada
para petani. Jaringan saluran tersier dan kuarter mengalirkan air ke sawah.
Kelebihan air ditampung di dalam suatu jaringan saluran pembuang tersier
dan kuarter dan selanjutnya dialirkan ke jaringan pembuang primer.

Sumber: KP 01
Gambar 1.4. Irigasi Teknis

Tabel 1.1. Perbandingan Macam-Macam Jaringan


Klasifikasi jaringan irigasi
Teknis

Bangunan utama

Banguan
permanen

Semiteknis
Bangunan
permanen
atau semi

Sederhana
Bangunan
sementara

permanen
Kemampuan
bangunan dalam
mengukur &

Baik

Sedang

Jelek

mengatur debit
Saluran irigasi
Saluran irigasi
Jaringan saluran

dan

dan

pembuang

pembuang

tidak

terpisah

sepenuhnya
terpisah
Belum
dikembangka

Petak tersier

Dikembangkan
sepenuhnya

n atau
densitas
bangunan
tersier jarang

Efisiensi secara
keseluruhan
Ukuran

50-60%

40-50 %

Tak ada batasan

Sampai 2000 ha

Saluran irigasi dan


pembuang
jadi satu

Belum ada
jaringan
terpisah yang
dikembangka
n
<40%
Tak lebih dari 500
ha

Macam Jaringan Irigasi :


1. Jaringan irigasi utama
Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder
dan ke patok-patok tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi yang terakhir. Saluran primer melayani
petak primer.
Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak
tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung
saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
Saluran pembawa membawa air irgasi dari sumber air lain (bukan
sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan
irigasi primer.
Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke
petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran ini
termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu
pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.
2. Jaringan saluran irigasi tersier
Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan
utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung
saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir.Panjang saluran
tersier sebaiknya kurang dari 1500 m.
Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan
sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah. Panjang saluran kuarter
sebaiknya di bawah 500m dan luasnya antara 8-15ha.

Sumber: KP 01
Gambar 1.5. Jaringan Irigasi
1.2. Maksud dan Tujuan Irigasi
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 1 tahun 1982, tujuan irigasi
disediakan dan dimanfaatkan adalah untuk memperoleh hasil produksi yang
optimal dari semua usaha pertanian yang mendapatkan manfaat dari air irigasi.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 23 ayat 2 tahun 1982, maksud irigasi
disediakan adalah untuk dapat memenuhi kebutuhan air bagi usaha pertanian
dalam jumlah dan waktu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan bagi semua
tanaman menurut tata yang telah ditetapkan. Tujuan irigasi secara teknis adalah
menampung dan mengumpulkan air serta melancarkan jalannya air dari daerahdaerah tergenang (inundasi). Tujuan irigasi secara langsung adalah untuk
membasahi tanah agar dicapai suatu kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan
tanaman dalam hubungannya dengan prosentase kandungan air dan udara sebagai
pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah. Irigasi menunjang
produksi pertanian melalui cara-cara berikut :
a. Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah yang suhu tanahnya
terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman maka suhu
tanah tersebut dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan air yang
bertujuan menurunkan suhu.

b. Pemberantasan hama, sebagai salah satu contohnya adalah dengan


penggenangan air irigasi maka liang atau lubang tempat tikus bersarang
akan direndam oleh air dan tikus akan keluar sehingga lebih mudah dalam
pemberantasannya.
c. Membersihkan tanah, yaitu dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat
adanya unsur-unsur racun dalam tanah. Salah satu usaha untuk
membersihkan tanah, antara lain dengan menggenangkan air sawah untuk
melarutkan unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian air genangan
tersebut dialirkan ke tempat pembuangannya.
d. Memperbaiki permukaan air tanah, misalnya dengan perembesan melalui
dinding-dinding saluran, permukaan air tanah dapat mempertinggi dan
memungkinkan tanaman untuk mengambil air melalui akar-akar meskipun
permukaan tanah tidak dibasahi.
e. Membersihkan bangunan air kotor, misalnya dengan prinsip pengeceran,
karena tanpa pengeceran tersebut air kotor dari kota akan berpengaruh
jelek bagi pertumbuhan tanaman.
f. Kulmatasi, yaitu menimbun tanah-tanah rendah dengan jalan mengalirkan
air berlumpur dan sebagai akibat dari endapan lumpur tersebut maka tanah
yang rendah akan menjadi cukup tinggi, sehingga genangan yang terjadi
selanjutnya tidak terlampau dalam kemudian dimungkinkan adanya usaha
pertanian.
g. Dengan adanya irigasi diharapkan air dari sungai dan hujan dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman sehingga
kebutuhan air tanaman dapat dijaga keberadaannya yang akan dapat
meningkatkan produksi tanaman. Dengan demikian masalah kekurangan
pangan dan sandang dapat diatasi. Lebih lanjut, peningkatan produksi
tanaman ini akan meningkatkan pendapatan petani.
1.3. Keuntungan Irigasi

Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang


pertanian. Dengan adanya irigasi, diharapkan air dari sungai dan hujan dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bagi tanaman, sehingga
kebutuhan air tanaman dapat dijaga keberadaanya yang akan dapat
meningkatkan produksi tanaman. Pada perencanaan penyediaan air irigasi,
selain dimasukkan rencana penyediaan air untuk tanaman sebagai tujuan
utama, juga untuk kebutuhan air keperluan rumah tangga dalam memenuhi
kebutuhan pokok sehari-hari, peternakan, perikanan air tawar, dan
penggelontoran daerah permukiman. Irigasi juga dapat digunakan sebagai
penanggulangan bahaya kebakaran. Masyarakat selalu diperkenankan
menggunakan air yang berada pada saluran-saluran irigasi, karena hal ini
dianggap merupakan suatu keharusan untuk mengatasi bahaya yang
ditimbulkan oleh kebakaran tersebut demi pengamanan dan kesejahteraan
masyarakat yang bersangkutan ataupun yang berada di sekelilingnya, juga
dapat digunakan sebagai untuk transportasi.
Beberapa keuntungan dari adanya suatu proyek-proyek tentang irigasi sebagai
berikut.
a. Perkembangan secara umum negeri tersebut dan kesehatan bangsa.
b. Perlindungan terhadap kelaparan dan persediaan pangan tercukupi.
c. Kemajuan dalam lahan bercocok tanam dan apresiasi dalam nilai tanah.
d. Pembangkit tenaga hidro-elektrik. Air terjun kadang bisa digunakan untuk
membangkitkan tenaga.
e. Pelayaran dalam negeri. Memungkinkan beberapa terusan-terusan besar
dikembangkan untuk kepentingan navigasi.
f. Penyediaan air domestik. Pada tempatnya saluran-saluran air merupakan
satu-satunya sumber air untuk kebutuhan air lokal.
g. Kemajuan dalam komunikasi. Jalan tidak berpermukaan diperlukan
sepanjang saluran-saluran penting, terutama untuk jalan inspeksi, dapat
bermanfaat untuk kepentingan pokok juga.

10

h. Perkebunan. Tumbuhan ditanam sepanjang pinggiran saluran, batas


lapangan, dan sebagainya meningkatkan bahan bakar kayu dan persediaan
buah-buahan.
i. Penambahan persediaan air bawah tanah. Saluran dan air irigasi meresap
ke dalam tanah dan menjadi air tanah.
1.4. Syarat Utama Irigasi
Irigasi memainkan peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil pangan
karena dengan irigasi kebutuhan air untuk tanaman dapat terpenuhi. Sehingga
proses pertumbuhan tanaman dapat berjalan dengan baik. Syarat utama irigasi
yang merupakan tempat unsur fungsional pokok yang harus ada dalam irigasi,
sebagai berikut.
a. Jaringan pembawa berupa saluran yang mengalirkan air irigasi ke petakpetak tersier.
b. Petak-petak tersier dengan sistem pembagian air dan sistem pembuangan
kolektif, air irigasi dibagi dan di alirkan ke sawah-sawah dan kelebihan air
ditampung di dalam suatu sistem pembuangan dalam petak tersier.
c. Sistem pembuang yang ada di luar daeah irigasi untuk membuang
kelebihan air di sungai atau saluran-saluran alamiah.
d. Tersedianya sumber air dan air yang berlimpah untuk dapat mengalirkan
air agar dapat berguna bagi makhluk hidup. Karena jika tidak tersedia air
yang melimpah atau cukup banyak, maka air tidak bisa didistribusikan
untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup.
Dengan adanya bangunan-bangunan utama, jaringan pembawa, petak-petak
tersier, dan sistem pembuang dapat mengorganisir air agar dapat cukup untuk
memenuhi kebutuhan. Karena apabila tidak terdapat empat unsur fungsional
pokok irigasi, air tidak dapat terorganisir dengan baik dan terjadi pemborosan air,
serta bisa saja air tidak sampai ke daerah yang lebih tinggi dari sumber.
1.5. Syarat Utama Air, Tanah, dan Tanaman untuk Irigasi
Tanah merupakan proses penguraian batuan yang terdiri dari proses mekanik
disintegrasi dan proses kimia dekomposisi. Ada beberapa jenis tanah yang
mempunyai komposisi mineral yang sama dengan batu asalnya atau beberapa

11

mineral baru karena dimungkinkan bersenyawa dengan air, karbondioksida dan


mineral organik lainnya. Tanah mendukung pertumbuhan tanaman dengan
menyediakan air dan oksigen yang sangat berguna bagi tanaman. Di dalam tanah
selain terdapat air tanah juga terdapat udara, mineral, dan karbonat bebas yang
tersimpan pada lapisan teratas bumi. Juga terdapat sisa-sisa tanaman dan hewan
(fosil) dengan berbagai macam tingkatan dekomposisi.
Sifat fisik tanah mempengaruhi kesuburan tanah dan daya tumbuh tanaman.
Sifat fisik terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah tekstur
tanah dan struktur tanah. Menurut ukurannya butiran tanah dibedakan atas pasir,
lumpur, dan tanah liat. Untuk mendapatkan mutu tanah yang baik dan lahan yang
baik untuk untuk irigasi perlu diperhatikan ciri fisik dan ciri kimianya, yaitu:

Sedangkan jenis tanah dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. Uraian


bagian tersebut sebagai berikut.
a. Red soil (tanah merah)
Tekstur dari tanah merah kebanyakan sandy loam dan sandy lay yang
mempunyai

derajat kapur

rendah dan punya

warna

merah

di

permukaannya. Biasanya kekurangan kadar nilai praktis yang tinggi dalam


pengolahannya. Selain itu juga dalam hal penggunaan irigasi, pupuk hijau,
pupuk kimia, dan lain-lain.
b. Laterit soil (tanah laterit)
Banyak dijumpai di puncak-puncak bukit, tekstur tanahnya terbuka dan
berpori namun seperti tekstur karang. Di tempat-tempat tersebut tanah
laterit dibuat sebagai bahan bangunan. Laterit punya kadar nitrogen, kadar
phospor, potasium dan kapur yang rendah.

12

c. Aluvial soil (tanah aluvial)


Biasa ditemui sepanjang aliran sungai dan biasanya datang bersamaan
dengan banjir. Teksturnya kekurangan nitrogen dan biasanya respon
dengan pupuk phospor. Tanah semacam ini sangat cocok digunakan untuk
tanaman beras, tebu atau jagung.
d.

Black soil (tanah hitam)


Pada umumnya tanah hitam punya tampilan bongkah-bongkah yang pecah
dimusim kering. Juga pada bagian-bagian tertentu punya kandungan kapur
dengan kedalaman tertentu pula. Tanah hitam respon terhadap penggunaan
pupuk nitrogen dan phospor. Juga dapat pula digunakan pupuk buatan dan
pupuk hijau (kompos).

e.

Desert soil (tanah gurun)


Pada umumnya berpasir, punya curah hujan yang rendah, kadar garam
yang baik dan rendah kandungan organik yang lainnya. Tanah ini akan
sangat produktif jika diterapkan irigasi.

f.

Sakine and alkaline soil


Terdapat pada daerah yang curah hujannya lebih tinggi dari tanah berpasir
(desert soil). Apabila pada tanah ini diterapkan sistem irigasi maka harus
diterapkan sistem drainasi yang baik pula. Karena, apabila tidak maka
akan terjadi pengendapan pada suatu daerah yang tidak dapat ditumbuhi
tanaman.

g. Peaty and marshy soil


Tanah ini terbentuk oleh tanaman yang dapat tumbuh di tempat yang
basah. Tanaman yang mati tidak dapat segera terurai karena adanya
kelebihan air. Setelah beberapa tahun kemudian barulah proses penguraian
berjalan. Jika ada pemupukan dan pengairan yang baik maka tanah ini
dapat menghasilkan dengan baik.
Air penting dalam pertumbuhan tanaman. Jumlah air yang diperlukan
sebanding dengan tumbuhan yang berkembang. Sebagai contoh pada penggunaan
air pada tanaman jagung:

Air sebagai unsur pokok

0,9 %

13

Air sebagai bahan reaksi

0,1 %

Air yang hilang dalam transpirasi

98,9 %

Air di dalam tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian sebagai berikut.
a. Air Higroskopis
Biasa ditahan sebagai partikel tanah oleh gaya tarik molekular dan
tidak terpengaruh oleh gerakan gaya gravitasi ataupun gerakan kapilaritas.
Air ini tidak cocok untuk tanaman.
b. Air Kapiler
Berada pada pori-pori kapiler tanah dan ditahan oleh gaya permukaan.
Cocok untuk digunakan di pertanian dengan syarat adanya sistem irigasi
yang baik.
c. Air Gravitasi
Merupakan air yang berlimpah dalam tanah yang dapat keluar dengan
gaya gravitasi dan juga turun hingga ke muka air tanah.
Air juga dapat diklasifikasikan berdasarkan atas ketersediaan air tanah
bagi tumbuhan yang terbagi atas tidak tersedia (unavailable), tersedia (available),
dan berlebihan (superflous). Klasifikasi air tanah sendiri terbagi atas bagian
berikut.
a. Field capacity (kapasitas lahan)
Jumlah air yang dapat ditahan tanah setelah kelebihan air gravitasi dibuang
dan setelah gerakan air untuk material telah menipis.
b. Permanent wilting point (titik laju penanaman)
Disebut juga koefesien laju, merupakan air dimana tanaman tidak dapat
lagi mengambil air dari tanah untuk pertumbuhannya. Merupakan tingkat
paling rendah pada jangkauan uap air yang tersedia. Untuk sebagian besar
tanah, nilainya sekitar 15% dari air higroskopis.
c. Avaible moisture (uap air yang tersedia)
Merupakan perbedaan jumlah air dalam tanah antara field capacity dan
permanent wilting. Air yang tersedia ini sangat berguna bagi tumbuhan.
d. Moisture equivalent (persamaan uap air)

14

Merupakan prosentase dari uap air yang terkumpul dalam sampel kecil
dari tiap kedalaman 1cm tanah kering dengan pengaruh gravitasi tiap 1000
kali dengan periode 30 menit. Rumus perhitungannya sebagai berikut :
Persamaan Uap Air

= kapasitas lahan (field capacity)

(Moisture Equivalent) = 1,8 hingga 2 titik laju permanen


= 2,7 hingga 3 nilai koefisien higroskopis
Sedangkan dalam suatu proyek irigasi sangat penting untuk mengetahui
kualitas air dalam penggunaannya untuk pertanian. Parameter yang umumnya
dapat mempengaruhi kualitas air irigasi adalah nilai pH (pH rate) dan jumlah
total padatan terlarut (total dissolved solids). Kesesuaian air untuk irigasi dalam
hubungan antara TDS dan nilai pH dapat dilihat pada table berikut.

Kriteria U.S.D.A.
Air irigasi dengan kandungan kalsium dan ion magnesium dalam jumlah

sodium

SAR

yang
seimbang
atau melebihi sodium, sejumlah konsentrasi dari kalsium atau
calcium
magnesium
tertahan pada partikel lempung dari tanah untuk
mempertahankan kemiringan2yang baik dan permeabilitas. Berdasarkan beberapa
magnesium

akan

faktor yang berpengaruh, The U.S Salinity Laboratory pada tahun 1954 memakai
kriteria SAR dengan menghitung konsentrasi ion.

15

Nilai 24 keatas

: tinggi (S1,S2,S3)

Nilai 10 18

: menengah (S2)

Nilai dibawah 10 : rendah (S1)


Dengan penambahan gypsum (CaSO4) pada air dapat menurunkan nilai SAR.
Sedangkan kualitas air yang baik adalah dengan penurunan C1-C2 dan S1-S2.
Nilai C2-S2, C1-S2 dan C3-S1 merupakan nilai air yang cukup baik.
1.6. Kedudukan Irigasi Dalam UU Pengairan, Kepres dan Peraturan Peraturan Daerah Sumber Air Irigasi
a. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1982
Pasal 1 Pengertian
Irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang
pertanian
Jaringan irigasi adalah saluran dan bangunan yang merupakan satu
kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penye
diaan, pengambilan,

pembagian, pemberian, dan penggunaannya.

Daerah irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu
jaringan irigasi.
Petak irigasi adalah petak tanah yang memperoleh air irigasi.Petak
tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan
mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama.Penyediaan air
irigasi adalah penentuan banyaknya air yang dapat dipergunakan untuk
menunjang pertanian.Pembagian air irigasi adalah penyaluran air yang
dilaksanakan oleh pihak yang berwenang dalam jaringan irigasi utama
hingga saluran tersier.Pemberian air irigasi adalah penyaluran jatah air dari
3 jaringan utama ke petak tersier.Penggunaan air irigasi adalah
pemanfaatan air ditingkat usaha tani.
b. Pasal 2 Wewenang Pengurusan Air Irigasi dan Jaringan Irigasi
(1) Pengurusan dan pengaturan air irigasi dan jaringan irigasi beserta
bangunan pelengkapnya yang ada di dalam wilayah Daerah, diserahkan

16

kepada Pemerintah Daerah yang bersangkutan dengan berpedoman pada


ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini, kecuali ditetapkan
lain dalam Peraturan Pemerintah atau Undang-undang.
(2) Air irigasi dan jaringan irigasi beserta bangunan pelengkapnya
dalam petak tersier, irigasi Desa, dan Subak pengurusannya diserahkan
kepada petani pemakai air atau Desa ataupun Subak yang bersangkutan, di
bawah pembinaan Pemerintah Daerah dengan mengingat ketentuanketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
(3) Air irigasi dan jaringan irigasi beserta bangunan pelengkapnya
yang dibangun oleh badan hukum, badan sosial atau perorangan untuk
keperluan usahanya, pengurusannya diserahkan kepada badan hukum,
badan sosial atau perorangan yang bersangkutan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
c. Keppres No. 9 Tahun 1999
Pengelolaan Irigasi

: Didasarkan atas posisi geografi Daerah

Irigasi (DI) atau Jaringan Irigasi (JI) terhadap wilayah administratif, dan
juga didasarkan atas batasan strata luas Daerah.

17

No.
1

Batasan luas DI
DI > 3000 Ha, atau

lintas Propinsi
DI > 1000 Ha =<

Jumlah DI

Luas (Ha)

36

293.482

Pusat
Propinsi

3000 Ha atau lintas


3

Kewenangan Pemerintah

176

168.272

7.673

445.620

Kabupaten/Kota
DI =< 1000 Ha dan
berada dalam satu
Kabupaten/Kota
Jumlah

Kabupaten / Kota

907.374

7.885

e. Perda irigasi Tahun 2009


Irigasi

adalah

usaha

penyediaan,

pembagian,

pemberian,

penggunaan dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang


jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air tanah, irigasi
pompa, dan irigasi tambak.
Sistem irigasi adalah pola yang terpadu dalam pengelolaan irigasi
yang

meliputi

prasarana

irigasi,

air

irigasi,

manajemen

irigasi,

kelembagaan pengelola irigasi, dan sumber daya manusia.


Penyediaan air irigasi adalah penentuan volume air per satuan
waktu yang dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi
yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk
menunjang pertanian dan keperluan lainnya.
Pengaturan air irigasi adalah kegiatan yang meliputi pembagian,
pemberian dan penggunaan air irigasi.
Lahan beririgasi adalah areal sawah yang mendapat oncoran air
dari bangunan bendung dan bangunan pelengkapnya yang cukup untuk

Ket.

18

kegiatan budidaya pertanian dengan indek pertanaman 200 % (2 x padi


atau 1 x padi : 1 x palawija).
Masyarakat petani adalah kelompok masyarakat yang bergerak
dalam bidang pertanian, baik yang telah tergabung dalam organisasi
perkumpulan petani pemakai air maupun petani lainnya yang belum
tergabung dalam organisasi perkumpulan petani pemakai air.
Hak guna air untuk irigasi adalah hak untuk memperoleh dan
memakai atau mengusahakan air dari sumber air untuk kepentingan
pertanian.
Komisi irigasi Kabupaten adalah lembaga koordinasi dan
komunikasi antara wakil pemerintah kabupaten, wakil perkumpulan petani
pemakai air tingkat daerah irigasi kabupaten, dan wakil pengguna jaringan
irigasi pada kabupaten.
Irigasi berfungsi mendukung produktivitas usaha tani guna
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan dan
kesejahteraan masyarakat yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem
irigasi.
Pasal 6
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh
pemerintah daerah melibatkan semua pihak yang berkepentingan dengan
mengutamakan kepentingan dan peran serta petani.
Pasal 7
Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilaksanakan oleh
badan usaha, badan sosial, atau perseorangan diselenggarakan dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat sekitar dan mendorong peran serta
petani.
Pasal 8
(1) Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi dilaksanakan dengan
pendayagunaan sumber daya air yang didasarkan pada keterkaitan antara air
hujan, air permukaan, dan air tanah secara terpadu dengan mengutamakan
pendayagunaan air permukaan.

19

(2) Pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan dengan prinsip satu sistem irigasi dalam satu kesatuan
pengembangan dan pengelolaan, dengan memperhatikan kepentingan pemakai air
irigasi dan pengguna jaringan irigasi di bagian hulu, tengah, dan hilir secara
selaras.
Pasal 9
Pedoman pengembangan dan pengelolaan sistem irigasi yang dilakukan
secara terpadu, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

20

Gambar 1.6 Flowchart

Anda mungkin juga menyukai