Anda di halaman 1dari 14

APAKAH SIPHON ITU?

AIR baku untuk DKI Jakarta sebanyak 82% dialirkan melaui saluran Kanal Tarum Barat (KTB)
yang membentang sepanjang 70 km dari sisi timur jakarta (Curug,Kerawang hingga Cawang,
Jakarta Timur)
Saluran terbuka sepanjang 70 km tersebut melintasi 3 sungai besar yaitu Sungai Cibeet, Sungai
Cikarang, dan Kali Bekasi. Untuk menjaga kualitas air yang mengalir di dalam saluran KTB ini,
maka dibangunlah perlintasan saluran melalui bawah sungai, yang dikenal dengan istilah
SIPHON.

Awalnya siphon hanya dibangun di Sungai Cibeet, dan kali ini baru selesai dibangun siphon
kedua yaitu di Kali Bekasi.

Fungsi siphon ini adalah agar air yang mengalir di dalam saluran KTB, tidak tercampur oleh
sungai yang dilintasinya, sehingga kualitas air di dalam KTB relatif bisa terkendali.
Dalam setiap bengunan siphon disediakan juga pintu air yang tetap bisa mengijinkan air sungai
yang dilintasi tadi masuk ke saluran KTB dengan pengaturan tentunya, hal ini menjadikan debit
air di saluran KTB tetap terjaga kuantitasnya.
- See more at: http://blogs.brpamdki.org/apakah-siphon-itu/#sthash.aSqjbIHR.vH7YLfnf.dpuf

->Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran lain (biasanya
pembuang) atau jalan. Siphon bersifat saluran bertekanan atau tertutup.
->Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan tanah
lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan. Bangunan
terjunan dapat berupa terjunan tegak atau terjunan miring.
-> Gorong-gorong dipakai untuk membawa aliran air melewati bawah jalan air
lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api. Gorong-gorong mempunyai
potongan melintang yang lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir.
...
Published in: Engineering
0 Comments
0 Likes
Statistics
Notes

Post

Be the first to comment

Siphon, Terjunan, Gorong-gorong


1. 1. Siphon Bangunan Terjunan Gorong-Gorong
2. 2. Anggota Kelompok Yahya Muchaimin Aji 135060401111053 Gading
Komala Pramesi 135060401111053 Saifuddin Muhammad
135060407111012 Masfufahtut Thohuroh 135060407111023
3. 3. SIPHON Siphon adalah bangunan pembawa yang melewati bawah saluran
lain (biasanya pembuang) atau jalan. Siphon adalah saluran bertekanan
atau tertutup. Perencanaan hidrolis siphon harus memperhatikan
perhitungan kecepatan aliran dan kehilangan energi. Diameter minimum
siphon adalah 0,60 m untuk memungkinkan pembersihan dan inspeksi.
4. 4. Siphon tidak banyak dipakai pada saluran pembuang. Hal tersebut
dikarenakan sedikitnya fleksibilitas siphon dalam mengangkut lebih banyak
air daripada debit rencana Untuk menghindari penyumbatan akibat sampah,
mulut pipa ditutup dengan trashrack Biasanya, pelimpah dibangun tepat di
sebelah hulu agar air tidak meluap di atas tanggul saluran hulu apabila debit
air melebihi kapasitas tampung
5. 5. Kecepatan yang tinggi berfungsi meminimalisi sedimentasi, akan tetapi
head loss juga besar Kecepatan aliran dalam siphon harus dua kali lebih
tinggi dari kecepatan normal aliran dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari

1 m/dt, lebih baik lagi apabila nilainya lebih dari 1,5 m/dt, tetapi kecepatan
maksimum aliran sebaiknya tidak melebihi 3 m/dt Bila panjang siphon >100
m, sangat dianjurkan untuk memasang lubang periksa (manhole), pintu
pembuang, dan khususnya jembatan siphon.
6. 6. Terkadang, sangat menguntungkan untuk membuat jembatan-sipon.
Bangunan ini membentang di atas lembah yang lebar dan dalam. Talang
bertekanan atau talang tertutup ini juga cukup ekonomis dan stabil.
Kehilangan tinggi energi pada siphon terdiri dari : Kehilangan masuk
kehilangan akibat gesekan kehilangan pada siku kehilangan keluar
7. 7. SIPHON
8. 8. Bangunan Terjun Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika
kemiringan permukaan tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum
saluran yang diizinkan Mempunyai empat bagian fungsional: Bagian hulu
pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi superkritis bagian di mana
air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah bagian tepat di sebelah hilir
potongan U dalam, yaitu tempat di mana energi diredam bagian peralihan
saluran memerlukan lindungan untuk mencegah erosi
9. 9. Bangunan Terjun Tegak Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar
apabila ketinggiannya ditambah Terjunan tegak sering dipakai pada saluran
induk dan sekunder, bila tinggi terjun tidak terlalu besar Tinggi terjun tegak
dibatasi sebagai berikut : Tinggi terjun maksimum 1,50 meter untuk Q <
2,50 m3 / dt. Tinggi terjun maksimum 0,75 meter untuk Q > 2,50 m3 / dt
10. 10. Bangunan Terjun Tegak
11. 11. Bangunan Terjun Miring Bangunan terjun miring digunakan jika tinggi
energi jatuh melebihi 1,5 m Jika peralihan ujung runcing dipakai di antara
permukaan pengontrol dan permukaan belakang (hilir), disarankan untuk
memakai kemiringan yang tidak lebih curam dari 1: 2
12. 12. Bangunan Terjun Miring
13. 13. Gorong-Gorong Bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air
melewati bawah jalan air lainnya atau bawah jalan, serta jalan kereta api
Gorong-gorong mempunyai potongan melintang yang lebih kecil daripada
luas basah saluran hulu maupun hilir
14. 14. Pada gorong-gorong aliran bebas, benda- benda yang hanyut dapat
lewat dengan mudah, tetapi biaya pembuatannya umumnya lebih mahal
dibanding gorong-gorong tenggelam. Dalam hal gorong-gorong tenggelam,
seluruh potongan melintang berada dibawah permukaan air. Biaya
pelaksanaan lebih murah, tetapi bahaya tersumbat lebih besar. Kecepatan
aliran : - v = 1.5 m/dt untuk saluran irigasi - v = 3 m/dt untuk saluran
pembuang
15. 15. Kehilangan Energi (Head Loss) Kehilangan Energi Masuk : Kehilangan
Energi Akibat Gesekan : Kehilangan Energi Keluar : 2g v)-(va masuk 2
masukH 2g v . D L .hf 2 f 2g v)-(va keluarH 2 keluar
16. 16. Dengan : hf = kehilangan akibat gesekan, m V = kecepatan aliran, m/dt L
= panjang pipa, m g = percepatan gravitasi, m/dt2 D = diameter pipa, m

Pengertian Gutter Dan Aplikasinya

Gutter atau biasa disebut selokan, got maupun talang air, merupakan suatu jalur
aliran air yang dibuat untuk menampung lalu mengalihkan atau membuang aliran
air tersebut. Selokan adalah saluran untuk menyalurkan air pembuangan
dan/atau air hujan untuk dibawa ke suatu tempat agar tidak menjadi masalah
bagi lingkungan dan kesehatan. Selokan umumnya terdapat di pinggir jalan,
didesain untuk mengalirkan kelebihan air hujan dan air permukaan dari jalan
raya, tempat parkir, sisi jalan, dan atap.

Besarnya selokan / gutter dihitung atas dasar curah hujan tertinggi, aliran air
buangan ataupun air tanah (khususnya didaerah pegunungan), ataupun dari
waduk untuk mengalirkan air keperluan irigasi. kalau terlalu kecil dapat
mengakibatkan air dari selokan meluap keluar dari selokan bahkan dapat
mengakibatkan banjir. Agar air dalam selokan dapat berjalan dengan lancar perlu
dilakukan perawatan selokan secara reguler untuk membuang aliran air dari
sampah. Gutter diaplikasikan / diterapkan pada banyak tempat seperti rumah,
gedung bertingkat, jalan raya dan sarana olahraga.

Talang Air Hujan

Talang air hujan / rain gutter adalah wadah atau tempat untuk menampung air
yang mengalir dari atap gudang / pabrik / rumah agar air tersebut mengalir
terarah ke suatu tempat yang dituju, dan air tidak berantakan kemana mana,
talang air sebaiknya terbuat dari fiberglass karena lebih tahan lama dan tidak
korosi atau bocor. Talang air hujan adalah sebuah palung yang sempit atau
saluran yang mengumpulkan air hujan dari atap bangunan dan mengalihkan
menjauh dari struktur, biasanya ke saluran pembuangan.

Box Gutter
Talang kotak, selokan paralel, atau palung adalah talang air di atap biasanya
berbentuk persegi panjang, mungkin akan dilapisi dengan logam, atau bisa juga
aspal, dan dapat dipasang tersembunyi di balik tembok pembatas atau pinggiran
atap, atau di celah atap. Talang kotak pada dasarnya ditempatkan di antara
permukaan paralel / sejajar, seperti di lembah antara atap paralel atau di
persimpangan atap dan dinding tembok pembatas. Ketentuan dalam desain
talang ini yaitu tergantung dari aliran hujan untuk outlet dengan kemiringan
maksimum 1:200 dan minimal 1:400.

Selokan Jalan

Selokan jalan / Street gutter, suatu depresi yang membentang berdampingan


dengan jalanan kota, biasanya di pinggir jalan dan mengalihkan air hujan dan
mencegah air menggenang apabila hujan besar. Air yang menggenangi jalan
atau bahu jalan akan mempercepat kerusakan jalan. Oleh karena itu drainase
permukaan jalan merupakan hal yang harus diperhatikan dan dirawat secara
reguler.

Talang

Adalah Bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi yang lewat di atas saluran lainnya, sungai atau
cekungan, lembah-lembah dan jalan. Aliran di dalam talang adalah aliran bebas

1.
3.

11.

1.
2.
3.
4.

1.
2.

1.
2.

5.
6.
7.
8.
9.
10.

Produk Hukum tentang Sumber Daya Air


Undang-Undang
1.
7 Tahun 2004: Sumberdaya Air (situs asli: 01, 02)
2.
6 Tahun 1996: Perairan Indonesia
3.
11 tahun 1974 tentang Pengairan
Peraturan Pemerintah
73 Tahun 2013: Rawa, Lampiran Peta Indikatif Sebaran Rawa Nasional (3 MB jpg)
2.
38 Tahun 2011: Sungai
22 Tahun 2011: Perubahan atas PP no. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan
4.
37 tahun 2010: Bendungan
5.
21 Tahun 2010: Perlindungan Lingkungan Maritim
6.
20 Tahun 2010: Angkutan di Perairan
7.
61 Tahun 2009: Kepelabuhan
8.
43 Tahun 2008: Air Tahah
9.
42 Tahun 2008: Pengelolaan Sumber Daya Air
10.
20 Tahun 2006: Irigasi
82 Tahun 2001: Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air
12.
27 Tahun 1991: Rawa
13.
20 Tahun 1990: Pengendalian Pencemaran Air
14.
22 Tahun 1982: Tata Pengaturan Air
Perpres/Keppres
Perpres no. 33 Tahun 2011: Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumberdaya Air. (situs
asli, lampiran)
Perpres no. 54 Tahun 2008: Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang,
Bekasi, Puncak, Cianju
Keppres no. 123 Tahun 2001: Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air
Keppres no. 9 Tahun 1999: Pembentukan Tim Koordinasi Kebijaksanaan Pendayagunaan
Sungai dan Pemeliharaan Kelestarian Daerah Sungai
Instruksi Presiden
Instruksi Presiden no. 3 Tahun 1999: Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi
Instruksi Presiden no. 2 Tahun 1984: Pedoman Pelaksanaan Pembinaan Perkumpulan Petani
Pemakai Air
Peraturan/Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
01 Tahun 2010: Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air
28 Tahun 2009: Daya Tampung Beban Pecermaran Danau dan atau Waduk
3.
12 Tahun 2009: Pemanfaatan Air Hujan
4.
05 Tahun 2009: Pengelolaan Limbah di Pelabuhan
03 Tahun 2009: Sertifikasi Kompetensi dan Standar Kompetensi Manager Pengendalian
Pencemaran Air
03 Tahun 2007: Fasilitas Pengumpulan dan Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun di Pelabuhan
01 Tahun 2007: Pedoman Pengkajian Teknis untuk Menetapkan Kelas Air
12 Tahun 2006: Persyaratan dan Tata Cara Perizinan Pembuangan Air Limbah ke Laut
10 Tahun 2006: Baku Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Industri Vinyl Choloride
Monomer dan Poly Vinyl Chloride
04 Tahun 2006: Baku Mutu Air Limabah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Biji
Timah

11.

02 Tahun 2006: Baku Mutu Air Limabah bagi Kegiatan Rumah Potong
12.
Kepmen no. 202 Tahun 2004: Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan atau Kegiatan
Pertambangan Bijih Emas dan atau Tembaga
13.
Kepmen no. 142 Tahun 2003: Perubahan Atas Kepmen LH no. 111 Tahun 2003 Tentang
Pedoman Mengenai Syarat Dan Tata Cara Perizinan Serta Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau
Sumber Air
14.
Kepmen n0. 115 Tahun 2003: Pedoman Penentuan Status Mutu Air
15.
Kepmen no. 113 Tahun 2003: Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan
Pertambangan Batu Bara
16.
Kepmen no. 112 Tahun 2003: Baku Mutu Air Limbah Domestik
17.
Kepmen no. 111 Tahun 2003: Pedoman Mengenai Syarat Dan Tata Cara Perizinan Serta
Pedoman Kajian Pembuangan Air Limbah Ke Air Atau Sumber Air
18.
Kepmen no. 110 Tahun 2003: Pedoman Penetapan Daya Tampung Beban Pencemaran Air
Pada Sumber Air
19.
Kepka No : Kep-68/Bapedal/05/1994: Tata Cara Memperoleh Izin Penyimpanan,
Pengeumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan, Pengolahan, dan Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun
Peraturan/Keputusan Menteri Dalam Negeri
1.
Permen no. 22 Tahun 2003: Pedoman Pengaturan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab
Lembaga Pengelola Irigasi Propinsi dan Kabupaten/Kota
2.
Kepmen no. 50 Tahun 2001: Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)
Peraturan/Keputusan Menteri Keuangan
1.
298/KMK/02/2003: Pedoman Penyediaan Dana Pengelolaan Irigasi Kabupaten/Kota
Peraturan/Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
1.
PerMen no. 18 Tahun 2009 : Pedoman Pengalihan Alur Sungai Dan/Atau Pemanfaatan Ruas
Bekas Sungai
2.
PerMen no. 16/PRT/M/2008: Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Air Limbah Permukiman
3.
PerMen no. 21/PRT/M/2006: Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan
4.
PerMen no.11A/PRT/M/2006: Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai
5.
PerMen no. 49/PRT/1990: Tata Cara dan Persyaratan Izin Penggunaan Air dan atau Sumber
Air
6.
PerMen no. 48/PRT/1990: Pengelolaan atas Air dan atau Sumber Air pada Wilayah Sungai
7.
PerMen no. 45/PRT/1990: Pengendalian Mutu Air pada Sumber-Sumber Air
8.
PerMen no. 39/PRT/1989: Pembagiah Wilayah Sungai
See
more
at:
air.html#sthash.W7JtTOr8.dpuf

http://www.kopertis12.or.id/2013/01/23/produk-hukum-tentang-sumber-daya-

Anda mungkin juga menyukai