Anda di halaman 1dari 11

5

Perancangan Bangunan Air |2 0 1 9


PETA DAERAH DULODUO

PERENCANAAN HIDROLIS
ANALISIS PERENCANAAN HIDROLIS BENDUNG DAN STABILITASNYA

ANALISIS PERENCANAAN HIDROLIS BENDUNG


Diketahui debit banjir rencana dari DAS sungai Ongkag Toraut dengan kala ulang
100 tahun (Q100) sebesar 323.4187096 m3/det. Dari debit tersebut, akan direncanakan
hidrolis bendung yang aman terhadap erosi bawah tanah (piping). Berikut ini akan
dijelaskan langkah-langkah perencanaan hidrolis bendung.

A. Menentukan Kemiringan Rata-Rata Dasar Sungai


Langkah-langkah dalam menghitung kemiringan rata-rata sungai adalah sebagai
berikut.
1. Elevasi Titik Bendung
Elevasi dasar sungai di titik bendung dapat diukur dari peta kontur yang ada,
dalam hal ini Peta Rupabumi Wilayah Duloduo. Dari peta tersebut, didapatkan
elevasi dasar sungai di titik bendung adalah 190 m.

2. Elevasi di Titik Ujung Tinjauan


Ukurlah jarak 500 m ke hulu dan 500 m ke hilir dari titik bendung yang ada di
peta, dimana jarak total tinjauan adalah 1 cm di peta. Dari peta tersebut,
didapatkan elevasi dasar sungai di titik ujung hulu dan titik ujung hilir tinjauan
yaitu:
o Elevasi dasar sungai di titik ujung hulu tinjauan = 194 m
o Elevasi dasar sungai di titik ujung hilir tinjauan = 183 m
o Jarak tinjauan = 1000 m

3. Kemiringan Rata-Rata Dasar Sungai


Setelah diketahui elevasi dasar sungai di titik ujung hulu dan titik ujung hilir
tinjauan, maka kemiringan rata-rata dasar sungai dapat dihitung dengan cara
membagi selisih elevasi dasar sungai di kedua titik ujung tinjauan dengan jarak
tinjauan atau dengan kata lain :
𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑢𝑙𝑢 − 𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝐻𝑖𝑙𝑖𝑟
𝑆=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑇𝑖𝑛𝑗𝑢𝑎𝑛

194 𝑚 − 183 𝑚
𝑆= = 0,011
1000 𝑚

B. Menentukan Lebar Sungai


Lebar sungai seharusnya diukur langsung di lokasi, namun pada tugas ini lebar sungai
diperkirakan berdasarkan debit banjir rencana dengan menggunakan cara pendekatan.
Diketahui data-data yang akan digunakan dalam perhitungan sebagai berikut :
Debit rencana kala ulang 100 tahun (Q100) = 323,4 m³/det
Kemiringan dasar sungai (S) = 0,011

Page | 48
Tinggi Air (h) = 2 m (Maksimal 4 m)
Kemiringan Tebing =1m
Koef Kekasaran Manning = 0,045 m (Lihat di tabel)

Mencari lebar sungai berdasarkan rumus Manning sebagai berikut :


1
𝑄 = 𝐴𝑅 2/3 𝑆 1/2
𝑛
Digunakan pendekatan bentuk penampang sungai yang berbentuk trapesium, dimana
parameter-parameter hidrolis dihitung dengan menggunakan rumus-rumus sebagai
berikut :
𝐴 = 𝑏ℎ + 𝑚ℎ2
𝑃 = 𝑏 + 2ℎ√1 + 𝑚2
𝐴
𝑅=
𝑃
𝑄
𝑣=
𝐴

Keterangan.
Q = Debit aliran, sama dengan debit banjir rencana Q100 (m²/det)
A = Luas penampang basah sungai (m³)
P = Keliling penampang basah sungai (m)
R = Jari-jari hidrolis (m)
n = Koefisien kekasaran Manning (dilihat di tabel)
m = Kemiringan tebing sungai (1 vertikal/m horizontal)
h = Tinggi aliran sungai (maksimal 4 m)
v = Kecepatan aliran sungai (m/s)

PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 49
Perhitungan lebar sungai dilakukan dengan mengasumsikan :
Faktor kekasaran Manning (n)
Kemiringan tebing sungai (m)
Tinggi Aliran Sungai (h)

Pertama-tama, hitung nilai AR2/3 berdasarkan rumus Manning:


1
𝑄 = 𝐴𝑅 2/3 𝑆 1/2
𝑛
𝑛 × 𝑄 (0,045)(323,4)
𝐴𝑅 2/3 = = = 138.780 𝑚
√𝑆 √0.011

Kemudian, tentukan lebar dasar sungai (b) dengan cara coba-coba dimana nilai AR2/3
yang dihitung berdasarkan rumus parameter hidrolis sebelumnya memberikan hasil
yang mendekati nilai AR2/3 yang dihitung berdasarkan rumus Manning. Hasil coba-
coba diberikan pada tabel di bawah ini :

Menentukan lebar sungai dengan cara coba - coba :


b A (m2) v (m/s) P (m) R (m)
AR2/3
(m) (bh + mh^2) Q/A A/P
10.00 24.00 13.476 15.66 1.533 31.907
20.00 44.00 7.350 25.66 1.715 63.040
30.00 64.00 5.053 35.66 1.795 94.523
40.00 84.00 3.850 45.66 1.840 126.123
44.00 92.00 3.515 49.66 1.853 138.780

Berdasarkan tabel hasil coba-coba lebar dasar sungai tersebut, maka didapatkan
lebar dasar sungai (b) adalah 44.00 m
Jika lebar dasar sungai diketahui, maka lebar permukaan aliran sungai/ lebar sungai
(B) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

𝑩 = 𝒃 + (𝟐 𝒙 𝒎 𝒙 𝒉)
𝐵 = 44.00 + 2(1)(2) = 48 𝑚
Jadi,
Lebar Dasar Sungai (b) = 44 m
Lebar Permukaan Sungai (B) = 48 m

Untuk sketsa gambar penampang sungai dapat dilihat pada gambar di bawah

PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 50
C. Menentukan Lebar Efektif Bendung (Beff)
Diketahui data-data yang akan digunakan dalam perhitungan sebagai berikut :
Lebar Dasar Sungai (B) = 44 m
Luas Penampang Sungai (A) =(b + m x h) x h
= (35.814 + 1 x 1.5) x 1.5
= 92 m²
2
Luas Penampang Basah (P) = b + 2 x h (√1 + 𝑚 )
2
= 44 + 2 x 2( √1 + 1 )
= 49.657 m²
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝑆𝑢𝑛𝑔𝑎𝑖 (𝐴)
Jari-Jari Hidrolis (R) = 𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ (𝑃)
92
= 49.657
= 1.853 m²

a. Menghitung Lebar Bendung (BBendung)


Lebar Bendung (BBendung) = Lebar Maks Bendung < 1.2 x Rata-rata Lebar Sungai
= 1,2 x 48 m
= 57.6 m
Jadi, di ambil Lebar Bendung 48 < 57.6
Lebar Bendung (Bbd) = 48 m

b. Menghitung Lebar Mercu (BMercu)


Diketahui data-data yang akan digunakan dalam perhitungan sebagai berikut :
Lebar Pintu Pembilas/Bpb (desain) =2m
Jumlah Pintu Pembilas/npb (desain) = 1 buah
Lebar Pilar / Bp (desain) =1m
Jumlah Pilar/np (desain) = 1 buah

Lebar Mercu (BMercu) = Bbd - Bpb x npb - Bp x np


= 48 m – (2 m x 1) – (1 m x 1)
= 45.0 m

c. Menghitung Lebar Efektif Bendung (BMercueff)


Diketahui data-data yang akan digunakan dalam perhitungan sebagai berikut :
Koefisien Konstruksi Pilar (Kp) = 0,02
Koefisien Konstruksi Pada Abitmen (Ka) = 0,2

Lebar Efektif Bendung (BMercueff) = Lebar Mercu (BMercu) – 2(n.Kp + Ka) H1

PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 51
Mencari H1 (Tinggi Air Diatas Mercu) menggunakan Rumus Q Spillway :

𝑄𝑆𝑝𝑖𝑙𝑙 = 𝑐 × 𝐿 × 𝐻 3/2
2⁄
𝑄 3
𝐻1 = ( )
𝑐×𝐿

Koefisien Kelancipan Spillway(C) Di ambil 1,9 – 2,2 = 2,2


Lebar Mercu (L) = Bmercu = 45.0 m
Tinggi Air Spillway (H) = diasumsikan 3,5 m

Lebar Efektif Bendung (BMercueff) = Lebar Mercu (BMercu) – 2(n.Kp + Ka) H1


= 45.0 m – 2{(1 x 0,02) + 0,2} 3,5 m
= 43.46 m

2⁄
𝑄 3
Tinggi Air (H1) =( )
𝑐𝑥𝐿 2⁄
323,4 3
= (2,2×43.46)

= 2.3 m

d. Menghitung Jari-Jari Mercu


r = Konstanta Jari-Jari Mercu (Konstanta diambil 0,3 – 0,7 m) x H1
= 0,6 x 2,3
= 1.35 m

D. Menentukan Elevasi Mercu Bendung


Diketahui data-data yang akan digunakan dalam perhitungan sebagai berikut :
Tingi Mercu = 4 (diambil dari 3 m - 4 m)
Elevasi Dasar Sungai (Elevasi Titik Bendung) = 190 m
Faktor yang mempengaruhi peil/ elevasi mercu bendung :

Peil Muka Air Sawah Tertinggi 0,2 m


Kehilangan Tekanan dari Tersier ke Sawah 0,1 m
Kehilangan Tekanan dari Sekunder ke Tersier 0,1 m
Kehilangan Tekanan dari Primer ke Sekunder 0,1 m
Kehilangan Tekanan Karena Turning Saluran 0,2 m
Kehilangan Tekanan dari Alat Ukur 0,4 m
Kehilangan Tekanan karena Eksploitasi 0,1 m
Persediaan Untuk Lain-lain Bangunan 0,3 m
Kehilangan Tekanan dari Sungai ke Primer 0,2 m
Total Faktor Pengaruh 1,7 m

PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 52
 Elevasi Sawah Tertinggi = Tinggi Mercu + Elevasi Dasar Sungai – Faktor
................................................Kehilangan
= 4 m + 190 m – 1,7 m
= 192,3 m

 Elevasi Mercu = Tinggi Mercu + Elevasi Dasar Sungai


= 4 m + 190 m
= 194 m

E. Merancang Peredam Energi Tipe MDS

Sebelum mendesain tipe ini perlu ditentukan terlebih dahulu nilai parameter :
- Tipe mercu bendung harus bentuk bulat dengan satu atau dua jari-jari
- Permukaan tubuh bendung bagian hilir dibuat miring dengan perbandingan
kemiringan 1 : m atau lebih tegak dari kemiringan 1 : 1.
- Tubuh bendung dan peredam energi harus dilapisi dengan lapisan tahan aus.
- Elevasi muka air hilir bendung yang dihitung, berdasarkan elevasi dasar sungai
dengan kemungkinan perubahan geometri badan sungai.

Selain parameter di atas kriteria desain yang disyaratkan yaitu :


- Tinggi air udik bendung dibatasi maksimum 4 meter ;
Tinggi pembendungan (dihitung dari elevasi mercu bendung sampai dengan
elevasi dasar sungai di hilir) maksimum 10 meter.
- Dalam hal tinggi air udik bendung lebih dari 4 meter dan atau tingi pembangunan
lebih dari 10 meter taat cara peredam energi tipe MDS ini masih dapat digunakan
asalkan dimensinya perlu diuji dengan model test.

Untuk peredam energy tipe MDS, bagian-bagian yang perlu dihitung adalah :
a. Kedalaman Lantai Peredam Energi (Ds)
Ds = Konstanta Peredam Energi x Tingi Mercu (diambil 1,5 – 2 )
Ds =2x4
=8m

b. Panjang Lantai Dasar Peredam Energi (Ls)


Ls = Ds
Ls =8m

c. Tinggi Ambang Hilir (a)


a = Konstanta Ambang Hilir x Ds (diambil 0,2 – 0,3)
a = 0,3 x 8
= 2,4 m

d. Lebar Ambang Hilir (b)


b = 2 x Tinggi Ambang Hilir (a)
= 2 x 2,4 m
PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 53
e. Panjang Sayap Hilir (Lsi)
Lsi = Panjang Lantai Dasar Peredam Energi (Ls) x Konstanta Sayap Hilir
(Konstanta Sayap Hilir diambil 1,5 – 2)
Lsi = 8 x 1,5
= 12 m
f. Tebal Lantai Olak
Untuk tebal lantai olak dipakai tebal 1 m.

PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 54
PERENCANAAN PINTU PENGAMBILAN (INTAKE)

Perencanaan Intake berdasarkan debit yang di perlukan untuk pengairan Daerah Irigasi
(DI) dan diperlukan luas daerah irigasi dalam perhitungan.

A. Menentukan Debit Irigasi di pintu pengambilan (Intake)

Diketahui data – data yang akan digunakan :


- Kebutuhan Air irigasi (NFR) = 1.1 liter/ha/s
- Luas Daerah Irigasi (Adi) = 1000 ha (diambil 750 ha – 1500 ha)

1. Debit irigasi pada saluran tersier


Debit irigasi yang melalui saluran tersier dapat dihitung sebagai berikut :

𝑄(𝑡𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟) = 𝑁𝐹𝑅 𝑥 𝐴𝑑𝑖


𝑄(𝑡𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟) = 1.1 𝑥 1000
𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟
𝑄(𝑡𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟) = 1100 ≈ 1.1 𝑚3/𝑠
𝑠

2. Debit irigasi pada saluran sekunder


Air yang mengalir melalui saluran sekunder akan terjadinya kehilangan air
sebesar 10%, dengan demikian perlunya di tambah debit irigasi pada saluran tersier
dengan kehilangan sebesar 10%

𝑄(𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = 𝑄(𝑡𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟) + (10% 𝑥 𝑄(𝑡𝑒𝑟𝑠𝑖𝑒𝑟))


𝑄(𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = 1.1 + (10% 𝑥 1.1)
𝑄(𝑠𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) = 1.21 𝑚3/𝑠

3. Debit irigasi pada saluran Primer


Sama halnya dengan sekunder, akan terjadinya kehilangan 10% pada saluran,
maka perlu di tambahkan 10% pada debit irigasi

𝑄(𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟) = 𝑄(𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟) + (10% 𝑥 𝑄(𝑆𝑒𝑘𝑢𝑛𝑑𝑒𝑟))


𝑄(𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟) = 1.21 + (10% 𝑥 1.21)
𝑄(𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟) = 1.331 𝑚3/𝑠

4. Debit irigasi pada Pintu Pengambilan (Intake)


Selama aliran air melalui saluran primer, akan ada kemungkinan terjadinya
kehilangan air sebesar 20%. Dengan demikian, debit irigasi yang masuk dalam pintu
pengambilan (sebelum melalui saluran primer) adalah debit irigasi pada saluran primer
ditambah dengan kehilangan sebesar 20%. Jadi:

𝑄(𝐼𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒) = 𝑄(𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟) + (20% 𝑥 𝑄(𝑃𝑟𝑖𝑚𝑒𝑟))


𝑄(𝐼𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒) = 1.331 + (20% 𝑥 1.331)
𝑄(𝐼𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒) = 1.5972 𝑚3/𝑠 PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 55
Debit yang akan melewati pintu Intake adalah 1.5972 m3/s

B. Menetukan Dimensi Pintu Pengambilan (Intake)


Diketahui debit aliran irigasi yang masuk melalui pintu pengambilan sebesar
1.5972 m3/s. Dimensi pintu pengambilan (intake) dihitung berdasarkan rumus debit aliran
yang melalui pintu pengambilan (intake) sebagai berikut:
Keterangan:

𝑄𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 = 𝜇𝑏𝑎√2𝑔𝑧
Qintake = Debit aliran yang melalui pintu pengambilan (m3/s)
μ = Koefisien debit (0.8)
b = Lebar bukaan (m)
a = Tinggi bukaan (m)
g = Percepatan gravitasi (9.81 m/s2)
z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan (0.15 – 0.30 m, diambil 0.20 m)

Dimisalkan tinggi bukaan sama dengan 1.2 kali lebar bukaan, atau dengan kata lain,

𝑎 = 1.2 𝑏
Maka, dengan mensubstitusikan a = 1,2b ke dalam rumus debit aliran diatas, akan
didapatkan lebar bukaan. Jadi:
𝑄𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 = 𝜇𝑏𝑎√2𝑔𝑧
𝑄𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 = 𝜇𝑏. (1.2𝑏)√2𝑔𝑧
𝑄𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 = 1,2𝜇𝑏 2 √2𝑔𝑧
𝑄𝑖𝑛𝑡𝑎𝑘𝑒 1.5972
𝑏2 = = = 0.84
1,2𝜇 √2𝑔𝑧 (1,2)(0,8)√(2)(9,81)(0,20)
𝑏 = √0.84 = 0.916 𝑚

Sedangkan tinggi bukaan adalah:


𝑎 = 1.2𝑏 = 1.2 × 0.916 𝑚 = 1.1 𝑚
Maka, direncanakan dimensi pintu pengambilan (intake) dengan lebar bukaan 0.916 𝑚
dan tinggi bukaan 1.1 𝑚

a = 𝟏. 𝟏 𝒎 > b = 𝟎. 𝟗𝟏𝟔 𝒎

PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 56
Stabilitas Terhadap Erosi Bawah Tanah (Piping)
Bangunan-bangunan utama seperti bendung harus dicek stabilitasnya terhadap erosi
bawah tanah dan bahaya runtuh akibat naiknya dasar galian (heave) atau rekahnya
pangkal hilir bangunan.
Bahaya ini dianjurkan dicek dengan membuat jaringan aliran/ flownet. Dalam hal
ditemui kesulitan berupa keterbatasan waktu, perhitungan dengan beberapa metode
empiris dapat diterapkan, seperti :
1. Metode Bligh
2. Metode Lane
3. Metode Koshia

1. Metode Lane
Metode lane disebut metode angka rembesan lane (weight creep ratio method)
adalah yang dianjurkan untuk mencek bangunan-bangunan utama untuk
mengetahui adanya erosi bawah tanah.
Metode ini memberikan hasil yang aman dan mudah dipakai. Untuk bangunan-
bangunan yang relatif kecil, metode-metode lain mungkin dapat memberikan
hasil-hasil yang lebih baik, tetapi penggunaannya lebih sulit.
Metode ini membandingkan panjang jalur rembesan di bawah bangunan di
sepanjang bidang kontak bangunan/pondasi dengan beda tinggi muka air antara
kedua sisi bangunan.
Di sepanjang jalur perkolasi ini, kemiringan yang lebih curam dari 45° dianggap
horizontal. Jalur vertikal dianggap memiliki daya tahan terhadap aliran 3 kali
lebih kuat daripada jalur horizontal.

Tabel Harga-Harga Minimum Angka Rembesan Lane (CL)

PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 57
∑ 𝐿𝑉 + 1⁄3 ∑ 𝐿𝐻
𝐶𝐿 =
𝐻
Dengan :
CL = Angka rembesan Lane (Lihat tabel di halaman sebelumnya)
∑ 𝐿𝑉 = Jumlah panjang vertikal (m)
∑ 𝐿𝐻 = Jumlah panjang horizontal (m)
𝐻 = Beda tinggi muka air (m)

Data : Panjang Horizontal dan Vertikal di lihat pada gambar


Panjang
No Garis
Horizontal Vertical
1 AB - 2
2 BC 1 -
3 CD - 1.5
4 DE 1 -
5 EF - 2
6 FG 1.5 -
7 GH - 2
8 HI 1.5 -
9 IJ - 2
10 JK 4.4 -
11 KL - 2
12 LM 8 -
13 MN - 2
14 NO 4.8 -
15 OP - 4.9
Σv - 18.4
Σh 22.2 -
Le / Δh 6.06
Angka Rembesan Lane 5
(CL)
Kontrol OK

PERHITUNGAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

KENYO S. SISVANTO | 16021101053


Page | 58

Anda mungkin juga menyukai