Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KONSTRUKSI BENDUNGAN 1

(COFFER DAM,INTAKE,SPILLWAY DAN EMERGENCY,BENDUNGAN,POWER HOUSE)

OLEH KELOMPOK IV

NAMA ANGGOTA KELOMPOK :

1. FRANSISKA JOLI (1823715741)

2. GREGORIUS D.B. NURAK (1823715742)

3. JENIARTY ANA AMBU (1823715744)

KELAS : VI TPIPP B

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, rahmat serta
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan Laporan makalah kami yang berjudul “Bagian-
Bagian Bendungan” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Indradhi Lasmana ST.,MT selaku dosen
pengampuh mata kuliah Konstruksi Bendungan 1, kepada teman kelompok yang telah bersama-
sama mengerjakan laporan ini dan semua pihak yang telah membantu dengan caranya masing-
masing.

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai salah satu syarat perkuliahan Konstruksi Bendungan
1. Laporan ini membahas tentang bagian-bagian bendungan hydropower yakni : outlet, pipa pesat,
bak penenang, river diversion, dan waduk.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik penyusunan
hingga tata bahasa penyampaian dalam makalah ini.Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Kupang, 22 Juli 2021

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1
1.1. Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.1. Tujuan penulisan...............................................................................................................1
1.1. Manfaat penulisan.............................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................................3
2.1. Definisi Cofferdam............................................................................................................3
2.2. Intake.................................................................................................................................6
2.3. Spillway dan Emergency Spillway....................................................................................9
2.4. Bendungan.......................................................................................................................12
2.5. Power House....................................................................................................................14
BAB III...........................................................................................................................................16
PENUTUP.......................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................16
3.1. Saran................................................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bendungan adalah penahan air buatan jenis urugan atau jenis lainnya, yang menampung air
atau dapat menampung air, baik secara alamiah maupun buatan, termasuk pondasi,
bukit/tebing tumpuan, serta bangunan pelengkap atau peralatannya. Waduk di belakang
bendungan merupakan sarana penyimpan air, yang digunakan untuk merubah ketersediaan
air di hilirnya, dari sangat banyak di musim hujan dan sangat sedikit di musim kemarau,
menjadi kira-kira merata sebesar yang dibutuhkan sepanjang musim.
Pada pembuatan bendungan harus didesain dengan standar keamanan yang tinggi sehingga
bendungan tersebut aman terhadap overtopping (pada banjir rencana), pipping serta beban
gempa yang terjadi.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi.Seringkali bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.Kebanyakan dam juga memiliki
bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap
atau berkelanjutan (Wikipedia).Bendungan memiliki beberapa manfaat penting antara lain
irigasi, penyediaan air bersih, sebagai PLTA, pengendali banjir, perikanan, pariwisata dan
olahraga air.Dalam pembangunan bendungan tentu bertujuan untuk memberikan manfaat
dan kesejahteraan bagi masyarakat.Pembangunan ditujukan untuk mencapai kondisi yang
lebih baik dari sebelumnya.Bendungan merupakan bangunan air yang dibangun secara
melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai
ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-
saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian (Kartasapoetra, 1991:37).Suatu
bendungan dapat dipandang dari beberapa segi yang masing-masing menghasilkan tipe
bendungan yang berbeda-beda. Dalam hal ini pembagian dari tipe bendungan dapat dilihat
dari tujuh keadaan, yaitu: berdasarkan ukurannya, tujuan pembangunannya,
penggunaannya, jalannya air, konstruksi, fungsinya dan menurut ICOLD (The International
Commission on Large Dams).

1.1. Rumusan Masalah

Dari pembahasan di atas dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan yaitu:


1. Apa itu Coffer Dam?
2. Apa itu Intake?
3. Apa itu bendungan?
4. Apa itu Spillway dan emergency spillway?
5. Apa itu power house?

1
1.1. Tujuan penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk :


1. Mengetahui apa itu coffer dam dan fungsinya.
2. Mengetahui apa itu intake dan bagian-bagiannya.
3. Mengetahui tentang bendungan
4. Mengetahui tentang spillway dan emergency spillway
5. Mengetahui power house dan komponen-komponennya.

1.1. Manfaat penulisan

Manfaat penulisan makalah ini adalah sebagai bahan acuan dalam belajar.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Cofferdam

Sebuah cofferdam adalah struktur sementara yang dirancang untuk menjaga air dan / atau
tanah keluar dari penggalian di mana dermaga, jembatan atau struktur lainnya
dibangun.Ketika konstruksi harus dilakukan di bawah air, sebuah cofferdam dibangun
untuk memberikan para pekerja lingkungan kerja yang kering. Tumpukan sheetpile akan
didorong di sekitar lokasi kerja, segel beton ditempatkan ke bagian bawah untuk mencegah
air merembes masuk dari bawah sheet pile, dan air dipompa keluar. Kata "cofferdam"
berasal dari "coffer" yang berarti kotak, dengan kata lain bendungan dalam bentuk kotak.
Cofferdam merupakan selungkup sementara untuk mencegah air dan tanah sehingga
memungkinkan pengeringan dan pembangunan fasilitas permanen (struktur) di tempat
kering.Sebuah cofferdam melibatkan interaksi antara struktur, tanah, dan air. Beban yang
dikenakan termasuk gaya hidrostatik air, serta gaya dinamis akibat arus .Beban yang
dikenakan pada struktur cofferdam oleh peralatan konstruksi dan operasi harus
dipertimbangkan, baik selama pemasangan cofferdam dan selama konstruksi struktur itu
sendiri. Pelepasan cofferdam harus direncanakan dan dilaksanakan dengan tingkat
perawatan yang sama seperti pemasangannya, pada tahap demi tahap. Efek pelepasan pada
permanen struktur juga harus dipertimbangkan.Untuk alasan ini, sheetpile memanjang di
bawah struktur permanen sering terputus dan dibiarkan di tempat, karena pemindahannya
dapat merusak tanah pondasi berdekatan dengan struktur.
a. Jenis-jenis cofferdam:
Cofferdams dapat dibagi dalam tiga jenis utama Tergantung pada tata letak dan
metode konstruksi.
 Diafragma Cells
Dalam konstruksi sel tipe diafragma, sejumlah sel dibentuk dengan
menghubungkan serangkaian dinding lurus, atau busur lingkaran.dalam 7
kasus terakhir bagian melengkung memiliki jari-jari yang sama dengan
lebar sel untuk mempertahankan tegangan yang sama dalam sambungan
Sheet Pile. Bagian melengkung terhubung ke dinding silang pada sudut
120 derajat.sel-sel dalam kasus ini tidak dapat diisi dan digali secara
independen secara berurutan karena tingkat diferensial (selama penggalian
dan pengisian) tidak boleh melebihi 1,5 m selama konstruksi untuk
menghindari defleksi berlebihan sheet pile (USACE 1989). Sel-sel juga
tergantung pada sel-sel yang berdekatan setelah bendungan dibangun, dan
kegagalan satu sel dapat menyebabkan kegagalan seluruh cofferdam.jenis
struktur pekerjaan sementara ini umumnya digunakan untuk ketinggian
yang tidak terlalu tinggi dan di mana lebar cofferdam relatif kecil (tinggi
terhadap lebar < 1)
 Circular Cells

3
Circular Cofferdam Terdiri dari sejumlah setengah lingkaran, atau Sel
Circular Lengkap dihubungkan oleh bagian melengkung seperti yang
ditunjukkan pada.Bagian melengkung terhubung pada sudut antara 30
hingga 45 derajat ke sumbu cofferdam dalam kasus sel-sel yang benar-
benar melingkar.sel-sel dapat dibangun, digali dan diisi secara
independen, suatu sel bekerja secara independen dan kegagalan satu sel
tidak akan mempengaruhi sel yang berdekatan. jenis konstruksi ini sering
digunakan untuk lebar sedang dan tinggi yang dipertahankan cofferdam
(tinggi terhadap lebar rasio antara 1 dan 1,5)
 Cloverleaf cells
Dalam tipe konfigurasi ini, setiap sel dibagi dalam empat kompartemen
menggunakan dua bagian dinding lurus yang dihubungkan oleh empat
dinding melengkung yang memotong diafragma pusat pada sudut 120
derajat .Sel dihubungkan satu sama lain menggunakan busur membuat
sudut 30 sampai 40 derajat dengan sumbu longitudinal dari cofferdam.
Tingkat diferensial antara sel yang berdekatan selama konstruksi terbatas
kira-kira 1,5 m antara kompartemen dalam sel, tetapi sel dapat dibangun
secara independen. Juga, sel-sel bereaksi secara independen dan
kegagalan satu sel tidak akan mempengaruhi sel-sel lain, maka jenis
konstruksi ini memiliki tegangan pengunci yang lebih rendah
dibandingkan dengan konstruksi sel melingkar. Konfigurasi ini digunakan
ketika lebar dan tinggi sel tetap besar.Namun, hal ini relatif sulit
dibangun.
b. Jenis-Jenis Beban Yang Diterapkan
Sebuah cofferdam akan mengalami beberapa kondisi pembebanan saat sedang
dibangun dan selama berbagai tahap konstruksi. Beban yang signifikan adalah
tekanan hidrostatik, beban lateral tanah, gaya seret,.
 Tekanan Hidrostatis
Tekanan hidrostatis pada suatu titik di dalam zat cair ditentukan oleh
kedalaman zat cair yang diukur dari permukaan dan tidak bergantung pada
luas serta bentuk penampang.
 Tekanan Tanah Lateral
Tekanan lateral tanah adalah tekanan oleh tanah pada bidang horizontal.
Contoh aplikasi teori tekanan lateral adalah untuk desain-desain seperti
dinding penahan tanah, dinding basement, terowongan, dll.Tekanan lateral
tanah dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
Jika dinding tidak bergerak K menjadi koefisien tekanan tanah diam (K0)
Jika dinding bergerak menekan ke arah tanah hingga runtuh, koefisien K
mencapai nilai maksimum yang dinamakan tekanan tanah pasif (Kp)
Jika dinding menjauhi tanah, hingga terjadi keruntuhan, nilai K mencapai
minimum yang dinamakan tekanan tanah aktif (Ka).
c. Gaya Arus Pada Struktur
Cofferdam yang tipis, tidak hanya terdiri dari gaya yang bekerja pada proyeksi
normal tetapi juga pada gaya seret yang bekerja di sepanjang sisi. Dengan sheet
pile datar, yang terakhir mungkin relatif kecil, sedangkan dengan Z-Piles mungkin
substansial, karena akan membentuk pusaran di belakang setiap lekukan profil.

4
Parameter saat ini yang akan digunakan dalam desain fasilitas pelabuhan adalah
kecepatandan arahnya. Kondisi terparah harus ditetapkan, berdasarkan pengukuran
lapangan di lokasi pemasangan fasilitas yang dipermasalahkan atau estimasi
numerik. Untuk gaya saat ini, pertimbangan harus diberikan pada gaya geser yang
tergantung pada jenis fasilitas yang dimaksud dan bentuk struktural. Untuk struktur
yang terletak di tempat dengan arus kuat seperti arus pasang surut atau aliran
sungai, diperlukan penyelidikan pada kecepatan terbesar dari arah paling
kritis.Ketika gelombang aktif bersamaan dengan arus, perlu untuk menggunakan
arus kecepatan dan arah dalam keadaan koeksistensi.Jenis arus di wilayah laut
meliputi arus laut, yang dijelaskan di bawah ini, bersama dengan arus kepadatan
disebabkan oleh perbedaan kepadatan karena salinitas atau suhu air. Selain itu, di
daerah pesisir, ada arus longshore dan arus rip yang disebabkan oleh gelombang,
arus Dekat Pantai dizona berselancar, ada arus khusus yang disebut arus dekat
pantai yang disebabkan oleh gelombang. Arus dekat pantai diinduksi dalam zona
selancar, maka mengangkut sedimen tersuspensi dan menyebabkan topografi
pergantian pantai.Akibatnya, pemahaman tentang pola arus dekat pantai mengarah
ke yang lebih dalam persepsi perubahan topografi.
d. Komponen Cofferdam
Cofferdam adalah produk konstruksi yang diproduksi denganpenyambungan
mekanis "Interlock" di kedua ujung bagian. Koneksi mekanis ini saling terkait satu
sama lain untuk membentuk dinding terpal yang terus menerus. Aplikasi sheet pile
biasanya dirancang untuk membuat penghalang yang kaku untuk tanah dan air,
sambil menahan tekanan lateral dari kekuatan lentur tersebut. Bentuk atau
geometri suatu bagian cocok dengan struktur kekuatan.Selain itu, tanah di mana
bagian didorong memiliki banyak property mekanis yang dapat mempengaruhi
kinerja.
 Bracing Frame
Pengaturan dan lokasi lateral ke sheet pile adalah faktor yang paling
penting ketika merancang cofferdarn. Sementara integritas struktural
harus menjadi prioritas pertama, tata ruang support harus kompatibel
dengan konstruksi pekerjaan permanen dan menyebabkan penghambatan
paling sedikit pada penggalian dan akses material. Ketinggian dari internal
support/bracing fram harus diatur agar pengecoran dapat diselesaikan
sebelum melepas frame yang diperlukan. Susunan layout frame harus
menciptakan ruang yang jelas antara rangka sebanyak mungkin tanpa
jalan lain untuk ukuran rangka yang terlalu besar
 Segel beton
Cofferdam yang tipis, seperti dermaga jembatan, terdiri dari sheet pile
yang dipasang di sekitar bracing bingkai dan didorong ke tanah cukup
jauh untuk memberikan dukungan vertikal dan lateral dan memotong
aliran tanah dan dalam beberapa kasus aliran air. Struktur di dalamnya
dapat didirikan langsung di atas batu atau tanah yang keras atau mungkin
memerlukan tiang fondasi. Dalam kasus terakhir, ini umumnya meluas
jauh di bawah cofferdam. Penggalian di dalam biasanya dilakukan
menggunakan clam shell buckets. Untuk mengeringkannya cofferdam,
bagian bawah harus stabil dan mampu menahan peningkatan
hidrostatik.Penempatan suatu concrete seal di bawah laut adalah metode

5
tercepat dan paling umum. segel beton di bawah laut kemudian dapat
ditempatkan sebelum pengeringan untuk menyegel air, menahan
tekanannya, dan juga bertindak sebagai lempengan untuk menahan ke
dalam pergerakan sheet piles untuk memobilisasi resistensi ke gaya
angkat di bawah tekanan hidrostatik
 Bentuk Sheet Piles Tradisional Tipe-Z (Z)
Digunakan untuk konstruksi antara dinding dalam, bagian Z dianggap
salah satu tumpukan paling efisien yang tersedia saat ini. Z - Piles
umumnya digunakan untuk kantilever dan sistem penahan terikat-kembali.
Aplikasi tambahan juga termasuk jembatan bantalan beban penyangga.
e. Tahapan konstruksi Cofferdam
Untuk cofferdam yang tipis, seperti untuk dermaga jembatan, prosedur konstruksi
mengikuti pola sebagai berikut.
1. Pra-pengerukan untuk menghilangkan tanah atau sedimen lunak dan meratakan
area cofferdam
2. memindahakan internal support seperti pada.
3. Tegakkan sementara rangka menguatkan pada tiang penyangga
4. Atur tumpukan lempengan baja, mulai dari keempat sudut dan bertemu di
tengah setiap sisi
5. Dorong tumpukan pile ke grade
6. Blok antara bracing bingkai dan sheet pile, dan memberikan ikatan untuk sheet
pile di bagian atas diperlukan
7. Menggali bagian dalam grade atau sedikit di bawah grade, sambil membiarkan
offerdam penuh air
8. Drive pile bearing
9. Tempatkan isian batu sebagai leveling dan penyangga
10. Pasang segel beton tremie
11. Periksa pemblokiran antara bracing dan lempengan baja
12. Dewatering
13. Buat struktur baru
14. Banjiri Cofferdam
15. Lepaskan sheet piles
16. Lepaskan bracing
17. biarkan air menggenangi struktur

2.2. Intake

A. Pengertian Intake
Intake atau bangunan penangkap air adalah bangunan penyadap air atau alat yang berfungsi
untuk mengambil air dari sumbernya. Pada dasarnya intake dilengkapi dengan kisi-kisi
atau saringan dimana air baku masih dapat melewatinya. Fungsi dari bangunan penangkap
air adalah untuk menampung air sementara sebelum dialirkan melalui pipa transmisi. Hal
ini untuk menjamin kuantitas air bersih sesuai dengan kebutuhan kota. Dalam
pererencanaan bangunan penangkap air perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Topografi sumber.
b. Debit yang akan diambil
c. Faktor teknis dan ekonomis

6
Dalam penentuan lokasi intake ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar intake dapat
berfungsi dengan baik, yaitu:

a. Tersedia air baku yang memenuhi syarat kualitas air baku.


b. Tidak terancam arus deras.
c. Kuantitas mencukupi (sampai akhir batas perencanaaan).
d. Mudah diambil dan dicapai.
e. Lokasi intake sebaiknya di bagian hulu (sebelum tercemar oleh kegiatan masyarakat).
Adapun syarat-syarat dari intake adalah sebagai berikut:
1. Keandalan (memenuhi: kualitas dan kuantitas)
2. Keamanan (tidak ada faktor kontaminasi, tidak rusak)
3. Operasi yang murah

Selain persyaratan diatas, intake itu juga harus ditempatkan pada suatu lokasi yang tepat,
yaitu sungai, danau dan sumber air permukaan lainnya. Sedangkan syaratsyarat dari
penentuan lokasi intake antara lain:

a. Mudah dijangkau
b. Dapat diandalkan
c. Dapat memberikan suplai air dalam jumlah yang spesifik
d. Perlu dilakukan studi, untuk menentukan lokasi intake
1. Hak guna air
2. Kualitas sumber air
3. Kondisi alam (Geografis dan geologis)
e. Fluktuasi aliran air
f. Ketinggian muka air (untuk menentukan titik sadap air
g. Peraturan dan hukum yang berlaku dari instalasi yang berwenang

Kondisi ekonomi Seperti yang kita ketahui bahwa bangunan intake satu sama lain
mempunyai bentuk yang berbeda sesuai dengan sumber airnya misalkan broncapterig kata
lain dari intake untuk mata air, intake tipe jembatan atau ponton untuk sungai, dam atau
waduk kata lain dari intake untuk sungai yang dibendung dan masih banyak lagi yang
lainnya, namun semuanya mempunyai fungsi yang sama yaitu untuk menangkap air baku
dengan kapasitas yang memadai sebelum dialirkan ke Instalasi Pengolahan Air. Dasar
perencanaan bangunan penangkap air:

a. Intake dibangun tegak lurus terhadap aliran untuk menghindari masuknya pasir ke
dalam bangunan
b. Dibangun sedemikian rupa sehingga dalam kondisi yang terburuk masih dapat
dipergunakan
c. Dibangun dengan mempertimbangkan kemungkinan peningkatan kapasitas air dimasa
yang akan datang
d. Konstruksi beton yang terletak dibagian luar harus kedap air Sekarang ini telah banyak
jenis-jenis intake atau bangunan pengambilan air ini, intake sungai antara lain adalah
tower, crib, shome dan pipe/condult.
B. Intake Tower Lokasi.
1. Lokasi diusahakan sedekat mungkin dengan tepian air minum yang ditempatkan
dengan kedalaman air minum 10 ft (3 m), kecuali intake yang berukuran kecil.

7
2. Bentuk dan Ukuran. Bagian puncak tower minimum harus dapat mencapai
ketinggian 5 ft (1,5 m) diatas permukaan air tertinggi. Jembatan penghubung juga
harus memiliki ketinggian yang sama. Diameter tower harus cukup besar untuk
meletakkan dan memperbaiki pintu intake juga pompa.
3. Struktur
Material yang digunakan untuk membangun tower harus kuat dan tahan lama,
seperti rainforced concrete dan harus dibangun diatas pondasi yang kokoh
sehingga dapat bertahan walaupun terjadi bencana banjir.
4. Intake Ports
Pintu intake port haruslah tersedia untuk beberapa kedalaman air.Pintu terendah
terletak 2 ft dari dasar. Interval vertikal dari pintu-pintu berikutnya antara 10 – 15
ft (3 – 4,5 m). Kecepatan aliran yang melewati pintu pada ketinggian yang sama
tidak lebih dari 1 fps (0,3 m/s). Didaerah-daerah yang sering terjadi pembekuan
air, kecepatan aliran air yang dianjurkan dibawah 0,5 fps (0,15 m/s).
C. Shore Intake
Lokasi. Shore intake harus ditempatkan dengan ketinggian air minimal 6 ft atau 1,8m.
Tipe. Shore intake tipikal. Tipe Sumur siphon, tersuspensi, terapung, tergantung situasi
daerahnya. Intake Bay. Intake bay harus dapat dilewati aliran dengan kecepatan
maksimal 15fps (0,45m/s). Jika terdapat sampah ataupun es dalam jumlah yang besar,
kecepatan harus diturunkan sampai dibawah 1 fps (0,3 m/s).
D. Intake Crib Lokasi. Lebih dari 10 ft (3 m) dari permukaan dan terletak dilokasi dimana
intake crib tidak akan terbenam oleh sedimen yang terbentuk, terbawa aliran sungai.
Struktur. Terletak pada area dimana ketinggian air lebih dari 10 ft, puncak intake harus
berada 3 ft (1 m) dari dasar. Jika ketinggian air kurang dari 10 ft, crib harus diletakkan
dibawah dasar sungai sejauh 1–3 ft (0,3–1 m). Semua sisi harus dilindungi dengan
tembok batu ataupun lempengan beton. Kecepatan maksimal aliran yang lewat adalah
0,25–0,5 fps (0,08–0,15 menit per detik).
E. Intake Pipe/Condult
1. Ukuran. Dalam upaya mencegah akumulasi sedimen, dengan ukuran pipa/condult
haruslah memadai agar dapat dilewati air dengan kecepatan maksimum aliran 3– 4
ft (0,09–1,2 m/s). Perlindungan. Jika pipa harus menyebrangi sungai ataupun
danau untuk menuju shaft, puncak harus dilindungi. Kadang-kadang pecahan batu
harus diletakkan diatas selokan penghubung sebagai pelindung.
2. Kemiringan. Untuk menghindari terjebaknya udara dalam saluran pipa, maka harus
diletakkan dalam kondisi miringInfiltration Gallery. Arah memiliki sudut yang
tepat terhadap sungai ataupun paralel dengan arah aliran yang tergantung pola
underflow, tingkat kesulitan, bahaya pembangunan gallery.
3. Kedalaman. Kedalaman yang umum adalah 5 ft (4,5 m) dibawah dasar sungai
ataupun danau. Namun demikian kedalaman yang sebenarnya haruslah ditentukan
berdasarkan study hidrologi
Kriteria Perencanaan:
1. KemiringanBar ( 40 – 60 ).
2. Diameter Bar ( 0.5 – 1 ) inch.
3. Kecepatan aliran ( 0.3 – 0.6 ) m/det.
4. Lebar saluran 1.5 m.

Perhitungan:

8
1. Luas Permukaan Saringan (As) As = Debit (Q) / Kecepatan (V)
2. Lebar total bukaan saringan (Ws) Ws = As.Sin  / Diameter Bars
3. Jumlah batang (n) n = (Lebar Saluran – Ws) / Diameter Batang
4. Jarak antar batang (b) B = Ws / (n-1)
F. Perlengkapan Bangunan Intake
Bangunan intake mempunyai perlengkapan sebagai berikut:
a. Screen.
Screen adalah penyaring atau penahan yang terbuat dari batang-batang besi tegak.
Pada screen, partikel-partikel mengambang, sampah dan benda-benda terapung
lainnya yang mungkin ada ditempat-tempat penyadapan terutama di bangunan
sadap sungai (intake) dapat disisihkan. Cara penyisihannya yaitu dengan
melewatkan air pada screen sehingga partikel-partikel yang tidak diinginkan dapat
tertahan di screen tersebut. Screen berada pada struktur intake, reservoir dan
sungai. Screen mempunyai bukaan/opening yang umumnya berukuran seragam,
materinya berupa bar (batang), wire (kawat), grating,perfored plate; berbentuk
lingkaran ataupun segiempat. Screen dari paralel bars atau rods disebut: rack yang
fungsinya untuk melindungi pompa-pompa, valve, pipa dan instalasi lainnya.
Istilah screen dikhususkan untuk perforated plate dan wire chlot.
b. Wash Out Berfungsi untuk pengurasan/ drainase berkaitan dengan proses
pengendapan di daerah mulut intake.
c. Over Flow Over Flow berfungsi untuk menyalurkan kelebihan air sehingga tinggi
muka air akan konstan.
d. Alat Ukur Debit Alat ukur debit berfingsi untuk mengetahui jumlah air yang
mengalir dalam pipa transmisi.
e. Mistar Ukur Mistar ukur digunakan untuk mengetahui kedalaman/ ketinggian dari
dasar intake.

2.3. Spillway dan Emergency Spillway

A. Spillway
Setiap waduk memiliki kapasitas tertentu untuk menampung air. Jika waduk
mengalami kepenuhan air, maka permukaan waduk akan naik sehingga dapat
mengakibatkan air pada waduk meluap. Untuk menghindari hal tersebut, maka
kelebihan air harus dialirkan ke bagian hilir.Sehingga memerlukan spillway untuk
mengalirkan air tersebut.Bangunan pelimpah atau spillway dapat dibangun menjadi
bagian dari bendungan atau terpisah dari bendungan.Secara definisi, bangunan
pelimpah (spillway) adalah adalah bangunan hidrolik yang dibangun untuk
menyalurkan aliran banjir lewat bendungan dengan tanpa membahayakan keamanan
bendungan.Bangunan pelimpah (spillway) dapat berupa terkontrol atau tidak
terkontrol.Saluran pelimpah yang terkontrol dilengkapi dengan gerbang yang dapat
dinaikkan atau diturunkan.Sebaliknya, saluran pelimpah yang tidak terkontrol tidak
memiliki gerbang.Saluran tumpah yang terkontrol memiliki keuntungan tertentu. Saat
waduk penuh, level airnya akan sama dengan level puncak spillway.
 Jenis Bangunan Pelimpah Berdasarkan Fungsinya yaitu:
1. Pelimpah Utama (Service Spillway
Pelimpah utama dirancang untuk menyalurkan suatu aliran normal atau banjir
rencana.Jalur pelimpah ini diperlukan untuk semua bendungan.Sebagian besar

9
bendungan hanya menggunakan bangunan pelimpah utama.Saluran pelimpah
utama biasanya sangat kuat, struktur tahan erosi yang sebagian besar terdiri
dari beton bertulang dan lapis pelindung rip-rap.
2. Pelimpah Tambahan (Auxiliary Spillway)
Beberapa bendungan dengan lokasi yang tidak mencukupi membangun
bangunan pelimpah utama sendiri dengan kapasitas besar, memerlukan jalur
pelimpah tambahan.Umumnya, jalur pelimpah tambahan dibangun secara
bersamaan dengan bangunan pelimpah utama.Walaupun jarang digunakan,
pelimpah tambahan dioperasikan sebagai saluran pelimpah sekunder untuk
menambah kapasitas saluran pelimpah utama, jika pelimpah utama tidak
mencukupi mengalirkan banjir desain.Spillway tambahan ini tidak dapat
dibangun sendiri tanpa adanya pelimpah utama.

3. Pelimpah Darurat (Ermegency Spillway). Pelimpah darurat dirancang untuk


memberikan perlindungan tambahan terhadap perluapan bendungan atau
mengalirkan muka air waduk pada kondisi darurat.Dalam hal ini, pelimpah
darurat beroperasi ketika adanya keadaan darurat seperti kesalahan operasi
atau tidak berpungsinya pelimpah utama yang mungkin bisa terjadi kapan saja
selama umur bendungan.

 Jenis Bangunan Pelimpah Berdasarkan Bentuknya


Ada beberapa jenis bangunan pelimpah atau spillway berdasarkan bentuknya
yang akan dibahas secara singkat di bawah ini:
1. Ambang Jatuh Bebas (Free Overfall atau Straight Drop Spillway)
Pada spillway jenis ini, air dengan jatuh bebas dari mercu pelimpah.
Kadang-kadang, mercu pelimpah diperpanjang dalam bentuk bibir yang
menjorok ke depan untuk mengarahkan aliran cukup jauh dari permukaan
bendungan. Bagian bawah tempatnya air yang jatuh dilengkapi dengan
ventilasi sehingga dapat mencegah terjadinya pusaran air.Aliran biasanya
terjun langsung ke dasar hilirnya, sehingga dapat membentuk kolam
dengan kedalaman tertentu.Sehingga, lantai pelindung (apron) yang kedap
air harus dibangun di sisi hilir untuk melindungi struktur dari pengaruh
gerusan.Terkadang, pada bagian sisi hilir dibangun kolam olak (stilling
basin) yang merupakan kolam buatan kecil berfungsi sebagai peredam
energi.

2. Ogee (Overflow Spillway).Sebuah pelimpah ogee memiliki ambang yang


bentuknya menyerupai huruf S atau yang disebut dengan Ogee.Mercu
pelimpah dibuat menyesuaikan dengan profil nappe pada bagian bawah
dari semburan air dilengkapi dengan ventilasi/aerasi yang jatuh bebas dari
ambang yang tajam.Bagian bawah permukaan spillway bersinggungan
dengan kurva atas dan menopang lembaran air yang jatuh. Sehingga mercu
ini tidak akan memberikan tekanan sub atmosfer pada permukaan mercu
sewaktu bendung mengalirkan air pada debit rencananya. Untuk bagian
hulu mercu bervariasi sesuai dengan kemiringan permukaan hilir.
3. Pelimpah Luncur (Chute Spillway). Pelimpah luncur adalah saluran yang
pembuangannya dialirkan dari waduk ke bagian hilir permukaan sungai

10
melalui saluran terbuka.Biasanya, ditempatkan pada tumpuan yang
berdekatan dengan bendungan atau melalui pelana yang jauh dari lokasi
struktur bendungan.Saluran pelimpah ini biasanya terdiri dari saluran
masuk, struktur kontrol, saluran pembuangan, struktur terminal, dan
saluran keluar.Seringkali, sumbu saluran masuk atau saluran pembuangan
harus melengkung menyesuaikan dengan topografi lokasi.Kemiringan
saluran pelimpah dirancang sedemikian rupa sehingga aliran harus selalu
dalam kondisi superkritis.Untuk meredam energi dari loncatan air di
bawah mercu, sehingga peredam energi harus dibangun pada pelimpah
luncur.
4. Pelimpah Samping (Side channel Spillway)Pelimpah ini mirip dengan
pelimpah luncur, perbedaan antara keduanya terletak pada sistem
pengaliran airnya. Puncak pelimpah samping terletak di salah satu sisinya,
sedangkan puncak pelimpah luncur terletak pada dinding kanan dan kiri
pelimpah.Limpahan air dialirkan ke bak bandungan yang sempit hingga
membentuk sudut siku-siku dan mengalir sejajar dengan puncak pelimpah.
5. Pelimpah Corong (Shaft Spillway). Pelimpah corong adalah salah satu
tempat aliran air masuk melalui lubang yang posisinya horizontal, turun
melalui corong vertikal atau miring, dan kemudian mengalir melalui
saluran atau terowongan horizontal atau hampir horizontal hingga
mencapai bagian hilir. Corong yang dibangun dapat berupa buatan atau
alami.Penggalian untuk corong alami hanya mungkin dilakukan jika
terdapat lapisan batuan keras di sisi hulu.Saluran horizontal melewati
badan bendungan atau melalui fondasi bendungan.
6. Pelimpah Sifon (Siphon Spillway).Pelimpah sifon pada dasarnya adalah
sistem saluran tertutup yang berdasarkan prinsio aksi/tarikan sifon. Sistem
saluran berbentuk tabung U terbalik dengan kaki yang tidak sama dengan
ujung saluran masuknya pada tingkat penyimpanan waduk normal. Ketika
permukaan air waduk naik di atas permukaan normal, aliran air awal
serupa dengan aliran di mercu bendung.Aksi sifon terjadi setelah udara di
belokan melalui mercu ditarik oleh aliran air.Setiap kali tingkat naik di
atas permukaan normal, air masuk ke saluran dan dibuang ke hilir saluran
dengan aksi sifonik.

Fungsi utama dari bangunan pelimpah (spillway) adalah membuang kelebihan air
waduk, sehingga air tidak melimpas puncak bendungan (overtopping) yang dapat
membahayakan bendungan, terutama bendungan tipe urugan tanah.Bila pelimpah
tersebut dilengkapi dengan pintu untuk mengendalikan aliran banjir, disebut sebagai
pelimpah berpintu (gated spillway).Bila tidak dan aliran cukup dikendalikan oleh
mercu pelimpah, disebut sebagai pelimpah tidak berpintu (ungated
spillway).Berdasarkan data statistik, banyak bendungan tipe urugan tanah yang runtuh
akibat kurangnya kapasitas pelimpah, dengan kata lain pelimpah tidak didesain
dengan benar. Bebarapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain bangunan
pelimpah tersebut, adalah :

a) Debit inflow, frekuensi dan bentuk hidrografnya.

11
b) Tinggi mercu pelimpah yang direncanakan.

c) Kapasitas waduk pada beberapa variasi permukaan.

d) Kondisi geologi dan kondisi lapangan lainnya.

e) Lokasi berupa lereng yang terjal/curam.

f) Bekas galian yang dapat dimanfaatkan sebagai material timbunan.

g) Daya dukung, stabilitas lereng, rembesan/uplift, dll.

Bagian utama dari pelimpah, adalah :

a) Saluran depan/masuk, untuk mengalirkan dan mengontrol air dari waduk.

b) Konduit/saluran untuk mengalirkan aliran air waduk dari bangunan/saluran depan


ke bagian level muka air rendah bagian hilirnya.

c) Bangunan pengeluar untuk meredam energi aliran air yang cepat dan
mengalirkannya ke saluran balik.

B. Emergency Spillway (Pelimpah Darurat).


Pelimpah darurat didesain untuk memberikan perlindungan tambahan terhadap
peluapan bendungan dan dimaksudkan untuk digunakan pada kondisi ekstrim seperti
kesalahan operasi atau tidak berfungsinya pelimpah utama atau kondisi darurat lain
atau pada waktu terjadinya banjir yang sangat besar, atau Banjir Maksimum Boleh
Jadi. Seperti juga pada pelimpah tambahan (auxiliary), maka pada pelimpah darurat di
perkenankan terjadi kerusakan struktur dan atau erosi sampai tingkat yang di ijinkan,
akibat pengeluaran air sampai dan termasuk debit desain.

2.4. Bendungan

Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi.Seringkali bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.Kebanyakan dam juga memiliki
bagian yang disebut pintu air untuk membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap
atau berkelanjutan (Wikipedia).Bendungan memiliki beberapa manfaat penting antara lain
irigasi, penyediaan air bersih, sebagai PLTA, pengendali banjir, perikanan, pariwisata dan
olahraga air.Dalam pembangunan bendungan tentu bertujuan untuk memberikan manfaat
dan kesejahteraan bagi masyarakat.Pembangunan ditujukan untuk mencapai kondisi yang
lebih baik dari sebelumnya.Bendungan merupakan bangunan air yang dibangun secara
melintang sungai, sedemikian rupa agar permukaan air sungai di sekitarnya naik sampai
ketinggian tertentu, sehingga air sungai tadi dapat dialirkan melalui pintu sadap ke saluran-
saluran pembagi kemudian hingga ke lahan-lahan pertanian (Kartasapoetra, 1991:37).Suatu
bendungan dapat dipandang dari beberapa segi yang masing-masing menghasilkan tipe
bendungan yang berbeda-beda. Dalam hal ini pembagian dari tipe bendungan dapat dilihat
dari tujuh keadaan, yaitu: berdasarkan ukurannya, tujuan pembangunannya,
penggunaannya, jalannya air, konstruksi, fungsinya dan menurut ICOLD (The International

12
Commission on Large Dams). Bendungan mempunyai bermacam-macam jenis, antara lain
(Sarono .W, Eko and Asmoro, Widhi; 2007):
a. Tipe bendungan berdasarkan pembangunannya:
 Bendungan dengan tujuan tunggal (single purpose dam) adalah bendungan
yang dibangun untuk memenuhi satu tujuan saja, misalnya II-2 untuk
pembangkit tenaga listrik, irigasi, pengendali banjir, atau tujuan lainnya
tetapi hanya untuk satu tujuan saja.
 Bendungan serbaguna (multipurpose dam) adalah bendungan yang
dibangun untuk memenuhi beberapa tujuan, misalnya: Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA) dan irigasi, pengendali banjir dan PLTA, air minum
dan irigasi, dan lain sebagainya.
b. Tipe bendungan berdasarkan penggunaannya:
 Bendungan penampung air (storage dam) adalah bendungan yang digunakan
untuk menyimpan air pada masa surplus dan dipergunakan pada masa
kekurangan, termasuk dalam bendungan penampung adalah tujuan rekreasi,
perikanan, pengendali banjir, dan lain-lain.
 Bendungan pembelok (diversion dam) adalah bendungan yang digunakan
untuk meniggikan muka air, biasanya untuk keperluan mengalirkan air ke
dalam sistem aliran menuju ke tempat yang memerlukan. c. Bendungan
penahan (detention dam) adalah bendungan yang digunakan untuk
memperlambat dan mengusahakan seminimal mungkin efek aliran banjir yang
mendadak. Air ditampung secara berkala/sementara, dialirkan melalui
pelepasan (outlet). Air ditahan selama mungkin dan dibiarkan meresap di
daerah sekitarnya.
c. Tipe bendungan berdasarkan jalannya air:
 Bendungan untuk dilewati air (overflow dam) adalah bendungan yang
dibangun untuk dilimpasi air pada bangunan pelimpah (spillway).
 Bendungan untuk menahan air (non overflow dam) adalah bendungan yang
sama sekali tidak boleh dilimpasi air.
d. Tipe bendungan berdasarkan material pembentuknya:
 Bendungan urugan (rock fill dam, embankment dam) adalah bendungan yang
dibangun dari hasil penggalian bahan (material) tanpa tambahan bahan lain
yang bersifat campuran secara kimiawi, jadi betul-betul bahan pembentuk
bangunan asli. Bendungan ini masih dibagi lagi menjadi dua yaitu bendungan
urugan serba sama(homogeneous dam) adalah bendungan apabila bahan yang
membentuk tubuh bendungan tersebut terdiri dari tanah yang hampir sejenis
dan mempunyai gradasi (susunan ukuran butiran) hampir seragam. Kedua
adalah bendungan zonal, adalah bendungan apabila timbunan yang membentuk
tubuh bendungan terdiri dari batuan dengan gradasi (susunan ukuran butiran)
yang berbeda-beda dalam urut-urutan pelapisan tertentu.
 Bendungan beton (concrete dam) adalah bendungan yang dibuat dari
konstruksi beton baik dengan tulangan maupun tidak. Kemiringan permukaan
hulu dan hilir tidak sama pada umumnya bagian hilir lebih landai dan bagian
hulu mendekati vertikal dan bentuknya ramping. Bendungan ini dibagi lagi
menjadi dua yaitu bendungan beton berdasarkan berat sendiri stabilitas
tergantung pada massanya, bendungan beton dengan penyangga (butterss dam)

13
dimana permukaan hulu menerus dan hilirnya pada jarak tertentu ditahan,
bendungan berbentuk lengkung serta bendungan beton kominasi.

Beberapa manfaat yang diberikan oleh waduk antara lain (Sarono .W, Eko and Asmoro,
Widhi; 2007):

1. Irigasi Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian
besar akan ditampung sehingga pada musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain sebagai irigasi lahan pertanian.

2. Penyediaan Air Baku Waduk selain sebagai sumber untuk pengairan persawahan juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum dimana daerah perkotaan sangat langka
dengan air bersih.II-4

3. Sebagai PLTA Dalam menjalankan fungsinya sebagai PLTA, waduk dikelola untuk
mendapatkan kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)
adalah suatu sistem pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi dalam bendungan dengan
memanfaatkan energi mekanis aliran air untuk memutar turbin, diubah menjadi energi
listrik melalui generator.

4. Pengendali Banjir Sungai dengan debit air yang besar jika tidak dikendalikan dengan
cermat maka akan membahayakan masyarakat sekitar sungai, maka permasalahan tersebut
dapat dijadikan sebagai latar belakang dari pembangunan waduk. Pada saat musim hujan,
air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian besar akan mengalir ke sungai-
sungai yang pada akhirnya akan mengalir ke hilir sungai yang tidak jarang mengakibatkan
banjir di kawasan hilir sungai tersebut, apabila kapasitas tampung bagian hilir sungai tidak
memadai. Dengan dibangunnya bendungan-bendungan di bagian hulu sungai maka
kemungkinan terjadinya banjir pada musim hujan dapat dikurangi dan pada musim
kemarau air yang tertampung tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara
lain untuk pembangkit listrik tenaga air, untuk irigasi lahan pertanian, untuk perikanan,
untuk pariwisata dan lain-lain.

5. Perikanan Untuk mengganti mata pencaharian para penduduk yang tanahnya digunakan
untuk pembuatan waduk dari mata pencaharian sebelumnya beralih ke dunia perikanan
dengan memanfaatkan waduk untuk peternakan ikan di dalam jaring-jaring apung atau
karamba-karamba.

6. Pariwisata dan Olahraga Air Dengan pemandangan yang indah waduk juga dapat
dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi dan selain tempat rekreasi juga dimanfaatkan sebagai
tempat olahraga air maupun sebagai tempat latihan para atlet olahraga air.

2.5. Power House

a. Definisi Power House


Power house adalah bangunan dimana semua mesin dan peralatan pembangkit tenaga
listrik berada di dalamnya.Power house sering disebut juga dengan rumah pembangkit
adalah tempat atau ruang untuk instalasi turbin, dimana air yang mengalir melalui water
way akan mengarah ke power house dan memutar turbin yang kemudian menghasilkan
energy listrik. Sebuah contoh energy yang dihasilkan berasal dari aliran air (PLTA). PLTA

14
merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan perbedaan elevasi (ketinggian) air dari
elevasi bendungan sampai elevasi power house. Energy air akan berubah menjadi energy
mekanik, energy mekanik akan memutar generator, generator akan menghasilkan energy
listrik semua kegiatan tersebut akan terjadi di power house.
Besar kecilnya ruangan power house tergantung dari besarnya instalasi turbin dan
berhubungan juga dengan kapasitas energy listrik yang dihasilkan dengan satuan Mega
Watt (MW). Dalam pembangunan sebuah PLTA rumah pembangkit sangat didahulukan
pembangunannya setelah bendungan karna tingkat kesulitan dari pembangunan sebuah
power house yang sangat detail dan membutuhkan man power dan material yang cukup
besar.
Power house juga merupakan tempat instilasi tail race, yaitu saluran yang berfungsi untuk
pembuangan akhir air yang berasal dari turbin.Pentingnya pemanfaatan power house
sebagai alternatif ketika pemadaman listrik dimasyarakat penggunaan power house masi
menjadi prokontra dimasyarakat.Pada dasarnya penggunaan powerhouse belum terlalu
banyak dalam masyarakat, mungkin karena harganya belum terjangkau masyarakat luas.
b. Komponen komponen pada power house
Komponen komponen pada power house (rumah pembangkit) merupakan alat yang
terdiri dari satu set peralatan gabungan yang terdiri dari dua perangkat berbeda yaitu
engine dan generator atau alternator. Engine atau mesin merupakan perangkat pemutar,
segankan generator atau alternator berfungsi sebagai perangkat pembangkit listrik.
Namun memiliki konfigurasi komponen listrik serta desain yang berbeda beda sesuai
dengan penggunaannya.
Jenis bahan bakar yang digunakan pada generator set adalah bensin, minyak tanah,
diesel, atau propane. Pemakaian bahan bakar tersebut disesuaikan dengan beberapa hal,
diantaranya ketersediaan bahan bakar serta harganya, berapa besar daya yang
dihasilkan oleh generator, berapa lama penggunaanya, serta fungsi pemakaian apakah
untuk keperluan rumah tangga, industry, perkantoran, atau tujuan komersil lainnya.
Dalam menghasilkan energy listrik, generator mengubah energy mekanik kemudian
menghasilkan energy listrik.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari pembahasan bab sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:


Sebuah cofferdam adalah struktur sementara yang dirancang untuk menjaga air dan / atau
tanah keluar dari penggalian di mana dermaga, jembatan atau struktur lainnya
dibangun.Ketika konstruksi harus dilakukan di bawah air, sebuah cofferdam dibangun
untuk memberikan para pekerja lingkungan kerja yang kering.
Intake atau bangunan penangkap air adalah bangunan penyadap air atau alat yang berfungsi
untuk mengambil air dari sumbernya. Pada dasarnya intake dilengkapi dengan kisi-kisi
atau saringan dimana air baku masih dapat melewatinya.
Setiap waduk memiliki kapasitas tertentu untuk menampung air. Jika waduk mengalami
kepenuhan air, maka permukaan waduk akan naik sehingga dapat mengakibatkan air pada
waduk meluap. Untuk menghindari hal tersebut, maka kelebihan air harus dialirkan ke
bagian hilir.Sehingga memerlukan spillway untuk mengalirkan air tersebut. Bangunan
pelimpah atau spillway dapat dibangun menjadi bagian dari bendungan atau terpisah dari
bendungan
Emergency Spillway (Pelimpah Darurat).Pelimpah darurat didesain untuk memberikan
perlindungan tambahan terhadap peluapan bendungan dan dimaksudkan untuk digunakan
pada kondisi ekstrim seperti kesalahan operasi atau tidak berfungsinya pelimpah utama
atau kondisi darurat lain atau pada waktu terjadinya banjir yang sangat besar, atau Banjir
Maksimum Boleh Jadi.
Bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi
waduk, danau, atau tempat rekreasi.Seringkali bendungan juga digunakan untuk
mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.
Power house adalah bangunan dimana semua mesin dan peralatan pembangkit tenaga
listrik berada di dalamnya.Power house sering disebut juga dengan rumah pembangkit
adalah tempat atau ruang untuk instalasi turbin, dimana air yang mengalir melalui water
way akan mengarah ke power house dan memutar turbin yang kemudian menghasilkan
energy listrik.

3.1. Saran

Saran yang bisa kami berikan yaitu: pembangunan bendungan sangat diperlukan untuk
kepentingan masyarakat umum.

16
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia

Kartasapoetra, 1991:37

USACE 1989

https://sibima.pu.go.id

17

Anda mungkin juga menyukai