Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr,Wb .
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
hidayahnya sehingga, Alhamdulillah makalah ini dapat penulis selesaikan dengan
judul materi “ Bangunan Pelimpah/Spillway “. Tak lupa pula kita kirimkan salam dan
shalawat kepada nabi Muhammad SAW, yang telah berhasil memperjuangkan agama
islam yang mulia ini beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
Ir. Hasdaryatmin Djufri S.T., M.T. selaku dosen mata kuliah Rekayasa Konstruksi
Bangunan Air yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dan teman-teman.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan, karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Namun, demikian kami berharap semoga makalah ini dapat benar-benar bermanfaat
bagi penulis khususnya, serta para pembaca umumnya. Selain itu juga kami berharap
adanya kritik dan saran dari para pembaca demi terwujudnya kesempurnaan makalah
ini.
Wassalamualaikum Wr, Wb .

Makassar, Mei 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1.          Latar Belakang .................................................................................1
1.2.          Rumusan Masalah ............................................................................1
1.3.          Tujuan Penulisan .............................................................................2
1.4.          Manfaat Penulisan ...........................................................................2
BAB II JENIS-JENIS PELIMPAH .............................................................3
2.1.          Pelimpah Terbuka (Open Spillway).................................................3
2.2.          Pelimpah poros (shaft spillway).......................................................10
2.3.          Siphon Spillway / Tunnel Spillway..................................................12
BAB III BAGIAN UTAMA BANGUNAN PELIMPAH.............................16
3.1.          Saluran Pengarah Aliran...................................................................16
3.2.          Saluran Pengatur Aliran....................................................................17
3.3.          Mercu................................................................................................18
3.4.          Saluran Transisi................................................................................19
3.5.          Saluran Peluncur...............................................................................19
3.6.          Peredam Energi.................................................................................19
BAB IV PENUTUP.........................................................................................23
4.1.          Kesimpulan ......................................................................................23
4.2.          Saran ................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Spillway atau disebut dengan pelimpah merupakan bangunan air beserta


instalasinya yang berfungsi untuk mengalirkan debit banjir yang masuk ke dalam
waduk agar tidak membahayakan keamanaan bendungan terhadap overtopping
dan gerusan di hilir. Dimana kapasitasnya ditentukan terutama berdasarkan debit
banjir yang diperhitungkan akan melalui bangunan air. Pelimpah selain terdapat
pada bendungan, dapat pula digunakan sebagai kelengkapan utama pada bendung,
embung, kantong lahar, dan lain-lain. Dengan adanya pelimpah, elevasi muka air
di hulu didesain tidak akan melampaui batas maksimum berkaitan dengan debit
banjir rencana.
Pada bendungan urugan, bangunan pelimpah harus terbuat dari beton
dengan penempatan pada lokasi yang mempunyai daya dukung kuat, kemiringan
yang lebih curam, jarak dengan alur sungai lebih pendek serta aliran yang searah
dengan aliran downstream sungai sehingga saluran peluncur dan pelepasannya ke
sungai tidak terlalu panjang serta mempunyai hidrolis yang baik. Sangat tidak
diperkenankan untuk menempatkan pelimpah pada daerah timbunan bendungan.
Dengan kata lain, penempatan pelimpah harus di luar as bendungan
(Sosrodarsono, 1989).
Untuk bendungan beton cenderung membutuhkan pelimpah yang lebih
sederhana. Biasanya menyatu dengan bendungan, berupa pelimpah ‘ski-jump’.
Karena penggunaan chute spillway atau pelimpah berpeluncur pada bendungan
beton membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Karena berbagai macam kondisi,
baik yang berkaitan dengan struktur pelimpah itu sendiri maupun tinggi muka air
di hilir, umumnya diperlukan model tes hidrolik untuk mendapatkan desain
terbaik pelimpah (Susilo, 2015).

1
Pelimpah ini merupakan fitur yang sangat penting dari setiap proyek
bendungan. Oleh karena itu, disini akan disusun makalah yang memakarkan
tentang spillway dan bagian utama dari spillway.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Spillway ?
2. Apa jenis-jenis dan fungsi dari spillway ?
3. Apa bagian utama dari bnagunan pelimpah/spillway ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan pada penulisan makalah ini ialah untuk memudahkan para
pembaca memahami bangunan pelimpah/spillway pada bendungan, yang meliputi
fungsi dari jenis-jenis pelimpah dan bagian utama dari bangunan pelimpah.

1.3 Manfaat Penulisan


1. Agar bisa memahami dan dapat membedakan jenis-jenis bangunan
pelimpah/spillway
2. Mengetahui bagian utama dan fungsi dari bangunan
pelimpah/spillway pada bendungan

2
BAB II
JENIS-JENIS PELIMPAH (SPILLWAY)

Ada 3 (tiga) jenis utama pelimpah yakni pelimpah terbuka (open spillway),
pelimpah poros (shaft spillway), dan siphon spillway. Biasanya ada yang
tergabung dalam bendungan tapi kadang-kadang merupakan struktur yang
terpisah. Jenis pelimpah terbuka adalah yang paling sering ditemui (Weber, 1978).

2.1. Pelimpah Terbuka (Open Spillway)


2.1.1 Aliran di atas pelimpah
Tidak diperkenankan terjadi overtopping pada puncak bendungan, untuk
itu dibuat pelimpah guna mengalirkan debit banjir ke hilir sehingga kontruksi
bendungan tetap aman. Kondisi aliran di hulu pelimpah adalah sub kritis dan
berubah perlahan menjadi superkritis setelah melalui puncak pelimpah.

Gambar 2.1 Profil aliran di atas puncak pelimpah

Karena kecepatan air di pelimpah terbuka relatif tinggi adalah penting


bahwa profil puncak harus memandu aliran semulus mungkin dan dengan
minimum turbulensi. Profil yang cembung berlebihan cenderung mengurangi
tekanan air yang mengalir di atasnya dan memperbesar kemungkinan terjadinya
kavitasi.
Untuk meminimalkan efek ini, profil diadopsi sesuai dengan bagian
bawah tutupan aerasi untuk bendung ambang tajam. Untuk menghitung debit
melalui pelimpah berlaku persamaan berikut (Weber, 1978):

3
Q = C.L.h3/2 ............................................................................................................(1)

Dengan :
Q = debit
C = koefisien pelimpah biasanya antara 1,6 dan 2,2, tergantung jenis dan
bentuk pelimpah
L = lebar pelimpah
h = tinggi air di atas pelimpah

2.1.2 Aliran di kaki pelimpah


Air melintasi lereng curam hilir bendungan gravitasi berangsur-angsur
makin cepat dan pada saat mencapai kaki pelimpah telah mencapai kecepatan
yang sangat tinggi, jauh di atas nilai kritis. Aliran kecepatan tinggi secara bertahap
dihambat oleh gesekan dan dengan demikian mampu menyebabkan gerusan parah
dan erosi untuk jarak yang cukup jauh di hilir.
Gerusan dapat dicegah dengan lapisan beton, tapi ini merupakan solusi
yang mahal dan harus memperbaiki desain hidrolis guna menghilangkan
kelebihan energi dalam jarak sedekat mungkin dari kaki pelimpah. Telah
disebutkan sebelumnya bahwa ada kehilangan energi yang besar terkait dengan
lompatan hidrolik. Dan fenomena lompatan hidrolis selalu berupa aliran hulu
superkritis sementara di hilir hampir selalu sub kritis. Namun, adanya variasi debit
pelimpah dan tinggi muka air di hilir menyebabkan tidak selalu mudah untuk
membatasi lompatan dan turbulensi pada jarak yang relatif pendek dari kaki
pelimpah.

Gambar 2.2 Profil aliran di kaki pelimpah 4


Gambar 2.2 menunjukkan aliran air di atas pelimpah. Menggunakan persamaan
Bernoulli dari puncak dan kaki pelimpah kita memperoleh hD + h = d1 + V12/2g.
Dengan V1 = q / d1, di mana q adalah debit per unit lebar, diperoleh persamaan
(Weber, 1978) :
.....................................................................................(2)

Persamaan ini dapat diselesaikan untuk d1 dengan trial and error.

Hubungan kedalaman hulu d1 dan hilir d2 dari lompatan hidrolik terkait dengan
persamaan

.....................................................................................(3)

Jika dT kurang dari d2, lompatan hidrolis terjadi disaat kedalaman d1 telah
meningkat menjadi d1'. Aliran pada lereng / kemiringan landai menghasilkan
profil aliran dari jenis M3. Apabila dT lebih besar dari d2, lompatan hidrolis
menjadi tenggelam dan aliran kecepatan tinggi terjun ke muka air hilir.

Gambar 2.3 Profil muka air hilir rendah

Gambar 2.4 Profil muka air hilir tinggi

5
Langkah-langkah yang dapat diambil untuk membatasi turbulensi adalah
sebagai berikut (Weber, 1978) :
a) Kondisi tinggi muka air di hilir rendah
Kondisi ini erat kaitannya dengan kemiringan saluran hilir cukup curam.
Lompatan hidrolik dapat terjadi di dekat kaki pelimpah dengan menurunkan apron
hingga di bawah muka air hilir, kolam yang terbentuk disebut kolam olak (stilling
basin). Ambang pada akhir apron berfungsi menjaga kedalaman yang diperlukan
serta mengatur aliran dan membatasi turbulensi .

Gambar 2.5 Kolam olak dengan ambang

b) Kondisi tinggi muka air di hilir tinggi


Dengan apron miring, seperti di Gambar 2.6, lompatan hidrolis dibuat terjadi di
beberapa titik di lereng. Lokasi melompat sebagian besar ditentukan oleh
perpotongan permukaan tailwater dan aliran kecepatan tinggi, tidak ada analisis
teoritis yang memuaskan tersedia, tetapi percobaan menunjukkan bahwa
disediakan lereng tidak lebih besar dari 1: 6 bentuk modifikasi dari melompat
akan terjadi.

Gambar 2.6 Pelimpah dengan apron miring

6
Kaki pelimpah dengan bentuk ’bucket’ (Gambar 2.7) adalah cara lain untuk
membatasi turbulensi hilir. Dengan membuat jari-jari cukup besar dan
memastikan bahwa ’bucket’ yang terus terendam, gerakan sirkulasi di dalamnya
sangat efektif dalam memecah energi.

Gambar 2.7 Pelimpah dengan ’roller bucket’

Lompat ski adalah peredam energi jenis yang agak berbeda karena efektivitasnya
terletak pada kombinasi lompatan dan hambatan udara. Seperti digambarkan
dalam Gambar 2.8 ujung dari pelimpah dibuat dengan profil ke atas cekung,
dirancang agar air melompat ke udara di atas muka air hilir. Ini menghasilkan
energi yang hilang melalui interaksi dengan udara.

Gambar 2.8 Pelimpah ski-jump


2.1.3. Jenis – jenis pelimpah terbuka
a) Free-overfall (straight drop) spillway
Karakteristik dari pelimpah tipe ini meliputi:
- Cocok pada bendung pelengkung yang tipis atau bendung dengan puncak
yang memiliki bagian hilir yang nyaris vertikal.
- Sebuah kolam olakan perlu dibangun di dasar ketinggian jatuh bebas
- Loncatan hidrolik dapat terbentuk pada bagian datar jika tailwater memiliki
kedalaman yang cukup.
7
- Permasalahan hidrolik utama yang sering muncul dalam desain pelimpah tipe
ini adalah karakteristik dari pengaturan dan peredaman energi aliran di hilir.

pah.itu agar lebih memperhatikann manfaat dari bagian tiap bangunan

Gambar 2.9 Straight Drop Spillway

b) Chute spillway
Chute spillway atau pelimpah banjir tipe peluncur memungkinkan aliran
yang melimpah di atas mercu pelimpah untuk mengalir pada suatu saluran terbuka
yang curam yang disebut peluncur atau terusan. Saluran terbuka tersebut biasanya
dibuat dari pelat-pelat beton bertulang.

Gambar 2.10 Pelimpah Jenis Chute Spillway

Bangunan semacam ini relatif ringan dan cocok untuk bendungan urugan
dengan kondisi topografi yang mendukung untuk dibangunnya chute spillway
tersebut. Bila kemiringan peluncur dapat disesuaikan terhadap keadaan topografi
daerahnya, maka jumlah urugan dapat dikurangi. Peluncur kadang-kadang
8
mempunyai lebar yang seragam, tetapi ada juga yang lebarnya dipersempit untuk
penghematan dan kemudian diperlebar di dekat ujungnya untuk mengurangi
keceparan aliran. Dinding di samping peluncur juga harus cukup tinggi.

c) Side channel spillway

Gambar 2.11 Side Channel Spillway


yang dilengkapi chute / peluncur

Ilustrasi pelimpah banjir jenis luapan samping atau side channel spillway
dapat dilihat pada Gambar 2.11. Seperti terlihat pada gambar tersebut, side
channel spillway adalah pelimpah yang alirannya, setelah lewat di atas mercu,
disalurkan di dalam suatu alur yang arahnya sejajar dengan mercu. Setelah
melalui alur samping tersebut air biasanya dialirkan melalui suatu peluncur
(chute) atau terowongan (tunnel).

Gambar 2.12. Aliran pada sebuah side channel spillway

9
Mercu pelimpah tipe ini biasanya berupa bagian gaya berat yang dibuat
dari beton, tetapi dapat juga berupa lantai perkerasan yang terletak di atas
timbunan tanah atau permukaan tanah asli.

2.2. Pelimpah poros (shaft spillway)


Kondisi lapangan terkadang tidak memungkinkan untuk dibuat sebuah
pelimpah terbuka, antara lain keterbatasan ruang yang tersedia atau karena
bendungan terbuat dari urugan tanah. Maka pelimpah poros dapat menjadi solusi.
Seperti ditunjukkan pada Gambar 2.13, pelimpah poros terdiri dari poros vertikal
(atau miring) dihubungkan dengan terowongan horizontal atau gorong-gorong
yang berada di atas permukaan air di hilir.
Air masuk poros atas bendung melingkar, dengan inlet berbentuk bell-
mouth atau terompet. Ketika bendung dalam kondisi aliran bebas, perhitungan
menggunakan persamaan bendung umum. Panjang puncak L dengan lingkar
efektif, yakni panjang lingkar bendung dikurangi tulang rusuk (pier), yang
biasanya berjarak sekitar puncak untuk menangkal setiap kecenderungan gerak
pusaran. Hal ini berpengaruh mengurangi koefisien debit.

Gambar 2.13 Pelimpah poros (Shaft spillway)


10
Terdapat 3 jenis kondisi operasional yakni :
a. Pada pelimpahan pertama, kuantitas air tidak cukup untuk mengisi bagian
terowongan dan beroperasi sebagai saluran sebagian penuh dengan permukaan
bebas.
b. Dengan meningkatnya debit, ada tahap transisi antara aliran bebas dan
tekanan. Throttling dari tikungan yang lebih rendah dan terowongan
menyebabkan air untuk cadangan di poros sampai kepala mengembangkan h2
untuk mengatasi kerugian gesekan. Sesuai dengan Darcy Weisbach (
konstan) atau rumus Manning, debit pada saluran bertekanan sebanding
dengan H21/2. Selama kedua kondisi aliran (a) dan (b) volume udara yang
cukup besar sebanding dengan air yang mengalir.
c. Ketika debit telah meningkat hingga elevasi air di poros naik di atas puncak,
hubungan antara debit dan head di atas crest tidak berlaku (Gambar 2.14) dan
head h2 mengatur debit di seluruh terowongan. Setiap peningkatan kedalaman
di atas puncak dalam kondisi tenggelam menambahkan sedikit debit. Ini
adalah kerugian serius namun dalam kondisi tenggelam, volume udara
tertekan sangat sedikit. Karena kondisi aliran yang kompleks, model tes selalu
diperlukan pada tahap desain.

Gambar 2.14 Rating curve pada pelimpah poros

11
2.3. Siphon Spillway / Tunnel Spillway
Siphon spillway pada dasarnya merupakan outlet pendek terletak di atas
garis hidrolik. Adanya tekanan atmosfer memungkinkan air pada permukaan
bebas di hulu siphon untuk dialirkan ke elevasi yang lebih rendah di hilir.
Mekanisme operasi dapat dijelaskan dengan mengacu pada siphon sederhana yang
ditunjukkan pada Gambar 2.20.
Kenaikan tinggi muka air hulu memberikan tekanan yang menarik air
masuk ke dalam tenggorok (throat) siphon, sampai pada tahap dimana air dalam
tenggorok siphon melimpah di atas crest. Kenaikan muka air hulu lebih lanjut
menyebabkan peningkatan kecepatan aliran dalam siphon dan memperbesar
tekanan udara di dalam yang mengakibatkan siphon bekerja penuh, di mana tahap
ini setiap kenaikan lebih lanjut di tingkat hulu sekarang hanya menghasilkan
peningkatan debit yang sangat sedikit, karena diferensial head menjadi kriteria.

Gambar 2.20. Siphon spillway sederhana

Pelimpahan melalui siphon menghasilkan penurunan muka air hulu tetapi


siphon terus beroperasi meskipun muka air mungkin telah berada di bawah
puncak siphon tersebut. Hal ini terjadi sampai inlet terbuka. Debit siphon dapat
diperoleh dengan menerapkan persamaan Bernoulli untuk muka air hulu dan hilir
sebagaimana berikut :
12
..................................................................(4)

Vt = kecepatan pada throat siphon;


K1, K2, K3, K4 adalah koefisien empiris yang merupakan kehilangan head energi
untuk inlet, kaki bagian atas, kaki bagian bawah, dan outlet. Debit siphon
diperoleh melalui persamaan berikut :

……………………………………
(5)

At = luas penampang throat


Nilai (K1+K2+K3+K4)1/2 biasanya antara 0,5 dan 0,9 sehingga diperoleh
persamaan :

..............................................................................................(6)
Aplikasi lebih lanjut dari persamaan Bernoulli untuk head tekanan absolut pada
throat adalah sebagai berikut :

........................................................(7)
dan

........................................................(8)
dimana :
= head tekanan asmosfer
t = koefisien head kecepatan

Secara teoritis tekanan minimum dapat diharapkan terjadi di puncak sebuah


siphon. Dengan menggunakan persamaan yang berlaku untuk saluran tikungan
persegi panjang, dan mengingat bahwa siphon sebagai bidang vertikal, diperoleh
perbedaan head tekanan di puncak :
13
.................................(9)

b = lebar throat, rs = jari-jari siphon, rc = jari-jari puncak

Untuk menghindari penurunan tekanan pada crest, diperlukan jari-jari


dalam yang besar. Mengabaikan kehilangan dan dengan asumsi bahwa elevasi
puncak dan muka air hulu adalah sama, kecepatan maksimum di puncak adalah 12
m/dtk, dengan head tekanan absolut minimal 3 m. Ini berarti bahwa kecepatan
rata-rata yang diijinkan di throat adalah 8 m/dtk.
Sebuah siphon spillway dirancang dengan baik mampu mengendalikan
muka air hulu dalam batas sangat dekat. Jika memungkinkan, outlet dengan katup
diperlukan karena ini membantu tindakan priming. Ketika outlet tanpa katup,
pengukuran yang tepat harus diambil untuk mencegah pengisian udara. Prosedur
yang paling sederhana adalah memastikan bahwa dinding tirai air dibelokkan
melintasi tubuh hilir. Hal ini dijelaskan dalam Gambar 9.28.

Tipe Belokan
Tipe S

Gambar 2.21. Siphon spillway dengan aliran bebas

Priming biasanya terjadi ketika permukaan air hulu meningkat menjadi


tidak lebih dari sekitar sepertiga dari ketinggian tenggorokan. Ventilasi udara
dibuat pada struktur, berfungsi mematahkan aksi Siphonic ketika permukaan air
hulu turun ke elevasi di bawah crest.

14
Adapun kelebihan dan kekurangan dari siphon spillway dibandingkan
dengan pelimpah terbuka adalah :
Kelebihan :
a. ketinggian air dapat dikontrol secara otomatis dalam rentang yang sangat kecil
b. debit yang dilimpahkan tergantung pada perbedaan head antara hulu dan hilir
c. siphon mampu bekerja dengan kapasitas penuh pada kondisi kenaikan pesat
muka air hulu
d. tekanan yang lebih besar dalam siphon berguna pada ruang panjang puncak
terbatas

Kelemahan :
a) priming secara tiba-tiba dari siphon spillway menghasilkan aliran air hilir yang
dalam banyak situasi dianggap tidak menguntungkan.
b) Dalam kondisi upper leg siphon tertutup muka air dan terjadi limpahan di atas
crest siphon, kenaikan lebih lanjut pada tinggi muka air hulu hanya sedikit
berpengaruh pada peningkatan debit di atas crest, sedangkan debit dari
bendung meningkat tanpa ada batasan head. Sehingga diperlukan struktur
tambahan untuk mengamankan bendungan dari overtopping.
c) Biaya konstruksi mahal.

15
BAB III
BAGIAN UTAMA BANGUNAN PELIMPAH

3.1 Saluran Pengarah Aliran


Bagian ini berfungsi sebagai penuntun dan pengarah aliran agar aliran
tersebut dalam kondisi hidrolika yang baik. Pada saluran pengarah aliran ini,
kecepatan masuknya aliran air supaya tidak melebihi 4 m/dt dan lebar saluran
makin mengecil kearah hilir. Apabila kecepatan tersebut melebihi 4 m/dt, maka
aliran akan bersifat helisoidal dan kapasitas pengalirannya akan menurun. Di
samping itu aliran helisoidal tersebut akan mengakibatkan peningkatan beban
hydrodinamis pada bangunan pelimpah tersebut. Kedalaman dasar saluran
pengarah aliran biasanya diambil lebih besar dari 1/5xtinggi rencana limpasan di
atas mercu ambang pelimpah (Sosrodarsono, 1981).
. Alirannya dapat berupa aliran seragam (uniform flow) atau tak seragam
(non uniform flow). Umumnya sifat aliran di saluran pengarah adalah aliran
superkritik.
Tidak standard yang dapat dipergunakan sebagai landasan untuk
perencanaan saluran pengarah ini, sehingga pembuatan rencana teknisnya
biasanya didasarkan pada pengujian model hidrolika (hydraulic model test).

Gambar 3.1. Bangunan Pelimpah

16
3.2 Saluran Pengatur Aliran
Bagian ini berfungsi sebagai pengatur kapasitas aliran (debit) air yang
melintasi bangunan pelimpah. Bentuk dan sistem kerja saluran pengatur ini sangat
bermacam-macam disesuaikan dengan ketelitian pengaturan yang disyaratkan
untuk bagian ini.
Contoh dari bagian pengatur aliran, sebagai berikut:
a. Tipe ambang bebas (flowing into canal type)
Digunakan untuk debit air yang kecil dengan bentuk sederhana bagian depan
dapat berbentuk tegak atau miring, kemudian horizontal dan akhirnya
berbentuk lengkung.

Gambar 3.2. Saluran pengatur dengan ambang bebas

b. Tipe bendung pelimpah (over flow weir type)


Bendung pelimpah ini merupakan salah satu komponen dari saluran pengatur
aliran dibuat untuk lebih meningkatkan pengaturan serta memperbesar debit
air yang akan melintasi bangunan pelimpah.

c. Tipe pelimpah samping (Side weir over flow type)


Suatu bangunan pelimpah yang saluran peluncurnya berposisi menyamping
terhadap saluran pengatur aliran diudiknya disebut bangunan pelimpah
samping (side spillway). Biasanya saluran pengatur alirannya disebut saluran
pengatur aliran type pelimpah samping dilengkapi dengan suatu bendung
pengatur dan kadang-kadang bahkan dipasang pintu-pintu.

17
Aliran yang melintasi bangunan pelimpah samping tersebut, seolah-olah
terbagi menjadi dua tingkatan dengan dua buah peredam energi, yaitu yang
pertama terletak pada bagian akhir saluran pengatur yang disebut saluran
saming (side ditch) dan yang kedua adalah peredam energi di bagian akhir
dari bangunan pelimpah tersebut.
Persyaratan yang perlu diperhatikan pada bangunan pelimpah tipe ini adalah
agar debit banjir yang melintasinya tidak menyebabkan aliran yang
menenggelamkan bendung pada saluran pengatur, karena saluran samping
agar dibuat cukup rendah terhadap bendung tersebut (Sosrodarsono, 1981).

3.3 Mercu
Di Indonesia pada umumnya digunakan dua tipe mercu untuk bendung
pelimpah : tipe Ogee dan tipe bulat.

Gambar 3.2 Mercu tipe ogee

Gambar 3.3 Mercu tipe bulat

18
Kedua bentuk mercu tersebut dapat dipakai baik untuk konstruksi beton
maupun pasangan batu atau bentuk kombinasi dari keduanya. Kemiringan
maksimum muka bendung bagian hilir yang dibicarakan di sini berkemiringan 1
banding 1 batas bendung dengan muka hilir vertikal mungkin menguntungkan jika
bahan pondasinya dibuat dari batu keras dan tidak diperlukan kolam olak. Dalam
hal ini kavitasi dan aerasi tirai luapan harus diperhitungkan dengan baik.

3.4 Saluran Transisi


Saluran transisi direncanakan agar debit banjir rencana yang akan
disalurkan tidak menimbulkan air terhenti (back water) di bagian hilir saluran
samping dan memberikan kondisi yang paling menguntungkan, baik pada aliran
di dalam saluran transisi tersebut maupun pada aliran permulaan yang akan
menuju saluran peluncur.

3.5 Saluran Peluncur


Perencanaan dimensi saluran peluncur pada mulanya didasarkan pada
kondisi topografi daerah setempat. Dalam perencanaannya hendaknya didasarkan
pada aspek ekonomis, keamanan hidrolis dan keamanan konstruksinya. Pada
saluran peluncur ini diusahakan memiliki trase yang lurus, dan bilangan Froude
yang terjadi di dalamnya tidak melebihi nilai 9.
Perhitungan profil muka air pada saluran peluncur ini pada dasarnya sama
dengan perhitungan pada saluran transisi, hanya saja dalam hal ini kehilangan
tinggi tekan akibat turbulensi diabaikan mengingat bentuk salurannya yang
prismatis.

3.6 Peredam Energi


Sebelum aliran air yang melintasi bangunan pelimpah dikembalikan lagi ke
dalam sungai, maka aliran dengan kecepatan yang tinggi dalam kondisi aliranaliran sub
kritis. Dengan demikian kandungan energi dengan daya penggerus yang sangat kuat
tersebut harus diredusit hingga mencapai tingkat yang normal kembali, sehingga aliran
tersebut kembali kedalam sungai tanpa membahayakan kestabilan alur sungai yang

19
bersangkutan. Guna meredusir energi yang terdapat didalam aliran tersebut, maka diujung
hilir saluran peluncur biasanya dibuat suatu bangunan yang disebut peredam energi
pencegah gerusan (scour protection stilling basin) (Sosrodarsono, 1981).
Berdasarkan dengan tipe bendungan urugan yang dipilih dan kondisi
topografi serta sistim kerjanya maka peredam energi mempunyai berbagai tipe,
antara lain :
a. Tipe Loncatan (water jump type)
Peredam energi loncatan biasanya dibuat untuk sungai-sungai yang
dangkal (dengan kedalaman yang lebih kecil dibandingkan kedalaman loncatan
hidrolis aliran di ujung udik peredam energi). Tetapi tipe ini hanya cocok untuk
sungai dengan dasar alur yang kokoh.

b. Tipe Kolam Olakan (stilling basin type)


Secara umum tipe kolam olakan dibedakan menjadi 3 tipe utama :
1. Kolam olakan miring ke hilir
2. Kolam olakan miring ke hulu
3. Kolam olakan datar
Yang paling umum dipergunakan adalah kolam olakan datar. Selanjutnya
kolam olakan datar dibedakan menjadi 4 macam, yang dibedakan oleh rezim
hidrolika alirannya dan kondisi konstruksinya.
 Kolam olakan datar tipe I
Tipe ini digunakan untuk debit yang kecil dengan kapasitas peredaman
energi yang kecil pula dan kolam olakannya berdimensi kecil. Tipe ini
biasanya dibangun untuk suatu kondisi yang tidak memungkinkan
pembuatan perlengkapan-perlengkapan lainnya pada kolam olakan
tersebut.
 Kolam olakan datar tipe II
Kolam olakan ini dilengkapi dengan gigi-gigi pemencar aliran di pinggir
hulu dasar kolam dan ambang bergerigi di pinggir hilirnya. Kolam olakan
tipe ini digunakan untuk aliran dengan tekanan hidrostatis yang tinggi dan

20
dengan debit yang besar (q = 45 m3/dt/m, tekanan hidrostatis > 60 m dan
bilangan froude > 4,5)
Gigi-gigi pemencar aliran berfungsi untuk untuk lebih meningkatkan
efektifitas peredaman, sedangkan ambang bergerigi berfungsi sebagai
penstabil loncatan hidrolis dalam kolam olakan tersebut. Kolam olakan
tipe ini sangat sesuai untuk bendungan tipe urugan dan penggunaanya
cukup luas.
 Kolam olakan datar tipe III
Pada hakekatnya perinsip kerja kolam olakan ini sangat mirip dengan
sistim kerja kolam olakan datar tipe II, akan tetapi lebih sesuai untuk
mengalirkan air dengan tekanan hidrostatis yang rendah dan debit yang
agak kecil (q < 18,5 m3/dt/m, V < 18 m/dt dan bilangan froude > 4,5).
Untuk mengurangi panjang kolam olakan, biasanya dibuatkan gigi-gigi
pemencar aliran di tepi hulu dasar kolam, gigi-gigi penghadang aliran pada
dasar kolam olakan. Kolam olakan tipe ini biasanya untuk bangunan
pelimpah pada bendungan urugan yang rendah.
 Kolam olakan datar tipe IV
Sistem kerja kolam olakan tipe ini sama dengan sistem kerja kolam olakan
tipe III, tetapi penggunaannya yang cocok adalah untuk aliran dengan
tekanan hidrostatis yang rendah dan debit yang besar per unit lebar, yaitu
utnuk aliran dalam kondisi super kritis dengan bilangan froude antara 2,5
s/d 4,5. Biasanya kolam olakan ini digunakan pada bangunan pelimpah
suatu bendungan urugan yang sangat rendah.

c. Tipe Bak Pusaran (roller bucket type)


Peredam energi tipe bak pusaran adalah bangunan peredam energi yang
terdapat di dalam aliran air dengan proses pergesekan antara molekul-molekul air
akibat adanya pusaran vertikal di dalam kolam. Biasanya bak pusaran ini
membutuhkan pondasi batuan yang kukuh dan air yang terdapat di hilirnya cukup
dalam. Bak pusaran ini mempunyai bentuk serta modifikasi yang beraneka ragam,

21
disesuaikan dengan kondisi topografi dan geologi tempat kedudukannya serta
kondisi fluktuasi permukaan air di hilir kolam tersebut.

22
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan tentang Pelimpah (Spillway) yang telah dilakukan, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Spillway merupakan kelengkapan utama yang harus ada pada beberapa jenis
Bangunan air, seperti Bendungan, Bangunan Utama Bendung (Bendung),
Checkdam, Saluran, Tanggul Saluran dan sebagainya.
2. Spillway berfungsi untuk melimpahkan debit air yang dianggap berkelebihan
dan untuk menanggulangi bahaya overtopping terhadap beberapa jenis
kelengkapan Bangunan Air.
3. Kapasitas pelimpah ditentukan terutama berdasarkan debit banjir yang
diperhitungkan akan melalui bangunan air. Faktor lain yang juga harus
diperhatikan dalam penentuan kapasitas pelimpah antara lain :
 Sifat banjir rancangan
 Biaya pembuatan
 Risiko atas tingkat kerugian apabila terjadi bencana banjir

4.2 Saran
Saran Untuk pembaca sebaiknya dapat mengerti dan memahami tentang
fungsi dan manfaat dari Spillway bendungan yang ada pada setiap bendungan,
selain itu agar lebih memperhatikann manfaat dari bagian tiap bangunan
pelimpah.

23
DAFTAR PUSTAKA

Susilo,Hadi.BangunanPengembanganAir.
http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/11035-9-182326886529.pdf,
Diakses tanggal 22 April 2015.

www.4.bp.blogspot.com/

www.americanshoringinc.com/archive/gallery2, 2015

www.featurepics.com/online/Chute-Spillway-1624769.asp

www.flickr.com/photos/royluck/5202956126/

24

Anda mungkin juga menyukai