Anda di halaman 1dari 21

Kata Pengantar

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Tugas ini dibuat dalam
rangka memenuhi tugas pada mata kuliah Hidrolika. Selain itu juga penulis ingin
memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai Pengaruh Variasi Kemiringan
pada Hulu Bendung dan Penggunaan Kolam Olak Tipe Slotted Roller Bucket
Modification Terhadap Loncatan Airdan Gerusan Setempat. Dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Hidrolika yang telah banyak memberikan pengetahuan kepada penulis dalam
menyusun tugas ini serta kepada semua pihak yang telah membantu .

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca, khususnya dari teman-teman mahasiswa dan dosen pembimbing.

Surabaya, 28 Maret 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................1
Daftar Isi………………………………………………………………….2
Abstrak........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………….4
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................4
1.2Rumusan Masalah.................................................................................5
1.3 Tujuan..................................................................................................5
1.4 Manfaat................................................................................................5
1.5 Batasan Masalah..................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI…………………………….…………….7

BAB III PEMBAHASAN………………………………………….......13


2.1 Pengaruh Variasi Kemiringan Pada Hulu Bendung…………………13
2.2 Hubungan Data Antara Kedalaman Air Dan Energi Spesifik……….14
2.3 Hubungan Data Antara Debit Dan Kedalaman Gerusan Maksimal…16

BAB III PRIORITAS PEMBAHASAN………………..……………..18

BAB IV PENUTUP…………………………………...………………..19
3.1 Kesimpulan……………………………………………………..……19
3.2 Saran....................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA

2
ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh debit dan variasi


kemiringan pada hulu bendung serta penggunaan kolam olak slotted roller bucket
modification terhadap energi spesifik saat loncatan hidrolis dan terjadinya gerusan
lokal dihilir bangunan. Penelitian dilakukan di laboratorium Hidrolika Jurusan Teknik
Sipil Fakultas Teknik UNS menggunakan open flume yang menjadi model saluran
terbuka berukuran 8 x 25 x 500 cm dan variasi tipe pelimpah ogee hulu miring 3:1,
3:2, 3:3 serta kolam olak slotted roller bucket modification. Sedimen yang digunakan
adalah pasir berdiameter seragam 1,18 mm atau lolos ayakan no. 16 dan untuk
pemodelan bentuk gerusan lokal yang terjadi di hilir setelah kolam olak
menggunakan program surfer 8.0. Penelitian ini menunjukkan empat hasil. Pertama,
semakin besar kedalaman air saat loncatan hidrolis di hilir pelimpah Ogee, semakin
kecil energi spesifik yang terjadi. Titik balik terjadi saat kondisi kritis. Kemudian
dengan kedalaman air yang bertambah, semakin besar energi spesifiknya. Kedua,
Variasi kemiringan hulu pelimpah Ogee tidak memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap bentuk gerusan yang terjadi di hilir. Ketiga, Semakin besar debit yang
dialirkan pada saluran maka kedalaman maksimal gerusan lokal di hilir setelah kolam
olak juga semakin dalam. Keempat, Semakin panjang gerusan yang terjadi maka
kedalaman maksimal gerusan juga semakin besar.

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi perkembangan ilmu ketekniksipilan sangat dibutuhkan
untuk konstruksi pada bangunan guna memberikan inovasi-inovasi terbaru pada
perkembangan bangunan yang akan dibangun seperti gedung, jembatan, khususnya
pada bendungan. Bendung adalah suatu bangunan yang dibuat dari pasangan batu
kali, bronjong atau beton, yang terletak melintang pada sebuah sungai.

Pelimpah atau bendungberfungsiuntuk meninggikan muka air, agar air yang


terkumpul menjadi lebihbanyak dan elevasi muka air menjadi lebih tinggi. Pelimpah
atau bendung memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hariyaitu digunakan
sebagai keperluan irigasi,penyediaan air baku, pengendalian banjir, pengendalian
sedimen dan lain-lain. Peninggian muka air karena adanyapembendungan ini akan
mengakibatkan adanya aliran yang deras di bagian hilir yang akan menyebabkan
timbulnya gerusanlokal. Guna mengurangi gerusan digunakan bangunan peredam
energi yang dipakai biasanya adalah kolamolak (stillingbasin). Salah satu jenis kolam
olak adalah tipe slotted roller bucket modification. Dengan menggunakan aliran
saluran terbuka dapat memudahkan dalam hal penelitian.Saluran terbuka meliputi
semua jenis semua saluran terbuka yang bersifa alami dan buatan.Saluran yang
bersifat alami contohnya anak sungai di pegunungan sampai aliran air bawah tanah
yang mempuyai permukaan bebas, sedangkan yang bersifat buatan manusia
contohnya saluran pembangkit listrik,selokan rumah tangga sampai saluran di
laboratorium unuk penelitian.

Penelitian ini diharapkan mampu melihatkarakteristik aliran yang terjadi pada


pelimpah tersebut dan efeknya terhadap gerusan terjadi.Karakteristiktersebutmeliputi
debit aliran, kedalaman air, kecepatan aliran danenergi spesifik yang dihasilkan

4
akibat loncatan hidrolis,kedalaman maksimal gerusan dan panjang gerusan maksimal
yang terjadi.

1.2. Permasalahan

Mengacu pada paparan di atas maka masalah yang dikemukakan melalui


penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh variasi kemiringan pada hulu bendung dan penggunaan


kolam olak tipe slotted roller bucket modiication pada loncatan air ?
2. Bagaimana hubungan data antara kedalaman air dan energy spesifik pada
loncatan air ?
3. Bagaimana hubungan data antara debit dan kedalaman gerusan maksimal
dengan variasi kemiringan pada hulu bendung ?

1.3. Tujuan Penelitian

Beberapa tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini :

1. Mengetahui pengaruh variasi kemiringan pada hulu bendung dan penggunaan


kolam olak tipe slotted roller bucket modification pada loncatan air.

2. Mengetahui data data antara kedalaman air dan energi spesifik pada loncatan air.

3. Mengevaluasi akurasi data antara debit dan kedalaman gerusan maksimal dengan
variasi kemiringan pada hulu bendung.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Model bentuk gerusan local yang terjadi dihilir setelah kolom olak menggunakan
program surfer 8.0, diharapkan menjadi acuan pelengkap pada data pelimpah Ogee
untuk memperdalam pengetahuan dalam bidang Hidrolika

5
2. Merupakan perangkat lunak untuk membuat peta kontur dan pemodelan 3
dimensi.

3 Memenuhi tugas pada mata kuliah Hidrolika

1.5. Batasan Masalah

Pembahasan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variasi kemiringan pada


hulu bendung, maka dengan hal tersebut perlu dijelaskan batasan masalah dalam
penelitian ini antara lain sebagai berikut :

1. Peneliian ini dilakukan di laboratorium Hidrolika Jurusan Teknik Sipil Fakultas


Teknik UNS menggunakan open flume yang menjadi model saluran terbuka serta
kolom olak sloted roller bucke modification.

2. Pemodelan dibuat hanya model aplikasi terbatas pada prediksi, tidak mencakup
peringatan dini.

6
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bagian hilir bendung, terutama bagian hilir kolam olak terdapat
fenomena perubahan aliran dari aliran superkritis menjadi subkritis yang
menyebabkan terjadinya loncatan hidrolis.Loncatan hidrolis menimbulkan
penghancuran energi yang mengakibatkan terjadinya gerusan lokal (local scouring).
Gerusan adalah proses semakin dalamnya dasar sungai karena interaksi antara aliran
dengan material dasar sungai. Legono, 1990). A. J. Peterka dalam Hydraulic design
of stilling basins and energy dissipators (1984) telah melakukan penelitian tentang
penggunaan bermacam-macam bentuk kolam olak slotted roller bucket terhadap
loncatan hidrolis yang terjadi di hilir kolam olak.Aliran air pada bendung adalah
aliran air saluran terbuka Aliran saluran terbuka adalah saluran yang mengalirkan air
dengan permukaan bebas. Saluran terbuka dapat terjadi dalam bentuk yang bervariasi
cukup besar, mulai dari aliran di atas permukaan tanah yang terjadi pada waktu hujan,
sampai aliran dengan kedalaman air konstan dalam saluran prismatis.Masalah aliran
saluran terbuka banyak dijumpai dalam aliran sungai, aliran saluran-saluran irigasi,
aliran saluran pembuangan dan saluran-saluran lain yang bentuk dan kondisi
geometrinya bermacam-macam.
             Mekanika aliran saluran terbuka lebih sulit dibanding dengan mekanika
saluran tertutup.Pada aliran saluran tertutup tidak terdapat permukaan bebas sehingga
tidak terdapat pengaruh langsung dari tekanan atmosfer, pengaruh yang ada hanyalah
tekanan hidraulik yang besarnya dapat lebih besar atau lebih kecil daripada tekanan
atmosfer.Sedangkan pada aliran saluran terbuka terdapat permukaan bebas yang
berhubungan dengan atmosfer dimana permukaan bebas tersebut merupakan suatu
batas antara dua fluida yang berbeda kerapatannya yaitu cairan dan udara, dan pada
permukaan ini terdapat tekanan atmosfer.Dalam hal ini hubungannya dengan
atmosfer perlu adanya pertimbangan bahwa kerapatan udara jauh lebih rendah
daripada kerapatan air.Aliran air pada saluran dapat berupa aliran saluran muka air
bebas dan aliran dalam pipa. Aliran pada saluran muka air bebas mempunyai muka

7
air yang bebas dimana tekanan pada permukaan air sama dengan tekanan atmosfir.
Aliran dalam pipa tidak mempunyai muka air bebas sehingga tidak mempunyai
tekanan atmosfir langsung tetapi mempunyai tekanan hidrolik.

A. Debit Aliran

merupakan fungsi dari kecepatan dan luas penampang basah, dapat dinyatakan
dengan volume per satuan waktu atau jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang
lintang aliran tiap satu satuan waktu. Debit aliran pada umumnya diberi notasi Q,
dengan satuan meter kubik per detik (m /dt).

v
Q=A.V atau Q=
t

dengan :

Q = debit aliran (m3 /dt),

A = Luas penampang basah (m 2 ),

V = kecepatan aliran (m/s),

v = Volume air (liter),

T = Waktu (detik)

B. Bilangan Froude

Aliran subkritis dipengaruhi oleh kondisi hilir, dengan kata lain keadaan di hilir akan
mempengaruhi aliran di sebelah hulu. Apabila kecepatan aliran cukup besar sehingga
gangguan yang terjadi tidak menjalar ke hulu maka aliran disebut superkritis. Dalam
hal ini kondisi di hulu akan mempengaruhi aliran di sebelah hilir. Penentuan
keadaan aliran dapat dilihat dari bilangan Froude yang ditentukan sebagai berikut:

8
V
Fr = ………………………………….[1]
√ gxY

dengan :

Fr = bilanganfroude ,

V = kecepatan aliran (m/s),

g = percepatan gravitasi (9,8m 2/s ),

Y = kedalaman aliran (m).

C. Mercu Pelimpah

Pada penelitian ini penyusun menggunakan mercu tipe ogee. Mercu ogee berbentuk
tirai luapan bawah (flow nape ) diatas bendung ambang tajam Oleh karena itu mercu
ini tidak akan memberikan tekanan subatmosfir/tekanan negatif yang ditimbulkan
limpasan air di bawah tirai air pada permukaan mercu sewaktu bendung mengalirkan
air pada debit rencana (KP-02)

D. Kolam Olak Slotted Roller Bucket Modification

Jika kedalaman konjugasi hilir dari loncat air terlalu tinggi dibanding kedalaman air
normal hilir, atau jika diperkirakan akan terjadi kerusakan pada lantai kolam yang
panjang akibat batu-batu besar yang terangkut lewat atas bendung, maka dapat
dipakai peredam energi yang relatif pendek tetapi dalam. Dalam hal ini peneliti
memilih kolam olak slotted roller bucket modification untul diteliti pengaruhnya
terhadap loncatan air dan gerusan setempat.

E. Loncatan Air

9
Loncatan air terjadi akibat adanya perubahan aliran dari aliran super kritis menjadi
aliran subkritis. Umumnya loncat air terjadi pada saat air keluar dari suatu pelimpah
atau pintu air. Untuk menghitung kecepatan awal aliran saat terjadinya loncatan
hidrolis, dapat dirumuskan sebagai berikut :

Vu = √ 2 g (0,5 H 1+ ∆ z ).......................................[2]
dengan :

Vu = kecepatan aliran saat awal loncatan (m/s)

g = percepatan gravitasi (9,8 m/ s2),

H1 = tinggi energi diatas ambang (m),

∆𝑧= tinggi jatuh air (m).

Suatu loncatan hidrolis akan terbentuk pada saluran, jika bilanganfroude aliran,
kedalaman aliran dan kedalaman konjugasi (Chow (1992)), memenuhi persamaan
berikut :

Y2
= (1/2 √ (1+8 Fr 2−1)........................................[3]
Yu

dengan :

Y2 = Kedalaman Konjugasi (m),

Yu = Kedalaman air saat awal loncatan (m),

Fr = Bilangan froude .

F. Energi Spesifik
menjadi (untuk saluran yang kemiringannya kecil dan α= 1),

10
V2
Es = Y + ............................................................[4]
2g

yang menunjukkan bahwa energi spesifik sama dengan jumlah kedalaman air dan
tinggi kecepatan. Secara sederhana persamaan di atas bisa menjadi :

Q2
Es = = Y + ............................................................[5]
2 gA

2gA

Keterangan :

E : energi spesifik (m),

Y : kedalaman air (m),

V : kecepatan aliran (m/s),

Q : debit aliran (m3 /s),

A : luas penampang saluran (m 2 ),

G. Gerusan Lokal (Local Scour)

Variabel gerusan yang digunakan dalam perhitungan dan untuk mempermudah


pengamatan adalah ketinggian sedimen (ds), kedalaman gerusan (∆ds) dan panjang
gerusan (Ls). Kedalaman gerusan disini didefinisikan sebagai jarak antara
ketinggian permukaan awal sedimen dengan ketinggian sedimen, sedangkan panjang
gerusan adalah panjang cekungan gerusan dari ujung yang satu ke ujung yang lain.

H. Program Surfer 8.0

11
Surfer 8.0 merupakan salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk membuat
peta kontur dan pemodelan 3 dimensi. Perangkat lunak surfer melakukan plotting
data tabular x,y,z yang tidak beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid)
yang beraturan.

12
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu
mengadakan suatu percobaan di laboratorium Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
UNS. Pertama, untuk mendapatkan sedimen seragam dengan diameter tertentu,
diperlukan pengayakan terlebih dahulu.Pengayakan dilakukan di laboratorium
Mekanika Tanah.Kemudian penelitian dilanjutkan ke laboratorium Hidrolika sebagai
tempat utamanya. Dalam penelitian ini menggunakan variasi debit aliran secara
beraturan. Alat yang digunakan adalah ayakan pasir, mesin penggetar, open flume,
pompa air, tail gate, saringan penangkap sedimen, pelimpah ogee, kolam olak slotted
roller bucket modification, stopwatch, mistar ukur, perata pasir. Sedangkan bahan
yang digunakan air bersih, pasir (sedimen), lilin (malam).

2.1 Pengaruh Variasi Kemiringan Pada Hulu Bendung Dan Penggunaan


Kolam Olak Tipe Slotted Roller Bucket Modiication Pada Loncatan Air

Analisis Sedimen

Penelitian ini menggunakan 1 jenis sedimen, yaitu pasir butiran seragam ukuran 1,18
mm atau lolos ayakan nomor 16 dan tertahan pada ayakan nomor 20. Pasir yang
digunakan merupakan pasir yang sudah mengalami proses penyaringan dan
pencucian, sehingga relatif bersih, tidak bercampur dengan kotoran-kotoran atau
butiran-butiran lain.

Data Pengujian Gerusan

Pada percobaan ini, ketebalan sedimen ditetapkan 4 cm diatas dasar saluran, sejajar dengan
ketinggian pada kolam olak Solid Roller Bucket Modification. Bentuk gerusan yang terjadi

13
diolah oleh program Surfer 8 dengan terlebih dahulu menentukan kontur koordinat - kordinat
x, y, z dengan :

x = Panjang gerusan (cm)

y = Lebar saluran (cm)

z = Tinggi sedimen (cm)

Pengolahan Data dari data hasil uji aliran (running model) dan hasil bentuk
gerusan yang terjadi kemudian dilakukan analisa data dengan menggunakan data
hasil pengujian dan pengukuran secara langsung pada model. Analisis tersebut
meliputi mengukur tinggi muka air diatas mercu pelimpah bendung (h1), menghitung
kecepatan aliran yang lewat pada hulu pelimpah bendung (V1), dan menghitung
kecepatan aliran yang lewat pada hilir pelimpah bendung (V2) dari masing-masing
variasi debit dan variasi kemiringan hulu bendung. Dari hasil analisis tersebut
kemudian dapat dihitung tinggi energi diatas mercu pelimpah dan di hilir pelimpah
(H1 dan H2), kecepatan awal loncatan air (Vu), Kedalaman awal loncatan air (Yu),
Bilangan Froude (Fr), tinggi loncatan air (Y2), Ketinggian kritis (Yc), Panjang
loncatan air (Lj), Kedalaman maksimal sedimen (Zmaks), dan panjang maksimal
gerusan (Xmaks)

2.2Hubungan Data Antara Kedalaman Air Dan Energi Spesifik Pada Loncatan
Air

Ditinjau dari pengertianEnergi spesifik. Energy spesifik adalah tenaga tiap


satuan berat air pada sembarang tampang diukur dari dasar saluran Energi spesifik
dalam suatu penampang saluran dinyatakan sebagai energi air setiap pori pada setiap
penampang saluran, diperhitungkan terhadap dasar saluran. Energi spesifik menjadi
(untuk saluran yang kemiringannya kecil dan α= 1),

14
V2
Es = Y + ............................................................[4]
2g

yang menunjukkan bahwa energi spesifik sama dengan jumlah kedalaman air dan
tinggi kecepatan. Secara sederhana persamaan di atas bisa menjadi :

Q2
Es = = Y + ............................................................[5]
2 gA

2gA

Keterangan :

E : energi spesifik (m),

Y : kedalaman air (m),

V : kecepatan aliran (m/s),

Q : debit aliran (m3 /s),

A : luas penampang saluran (m 2 ),

g : percepatan gravitasi (9.81) (m/ s2 ).

15
Gamba
r 9. Grafik Hubungan Kedalaman Air (H) dengan Energi Spesifik (Es) Semua Variasi
Debit

Berdasarkan grafik dalam Gambar 4.3 dapat dilihat hubungan antara


kedalaman air dengan kehilangan energi yang terjadi akibat loncatan hidrolis.Kurva
yang terbentuk adalah pola lengkung parabola atau polynomial yang memiliki puncak
lengkung, karena persamaan hubungan antara kedalaman air dengan energi spesifik
merupakan persamaan kuadrat.

2.3Hubungan Data Antara Debit Dan Kedalaman Gerusan Maksimal Dengan


Variasi Kemiringan Pada Hulu Bendung

Ditinjau dalam segi pengertian Debit Aliran merupakan fungsi dari kecepatan
dan luas penampang basah, dapat dinyatakan dengan volume per satuan waktu atau
jumlah zat cair yang mengalir melalui tampang lintang aliran tiap satu satuan waktu.

16
Debit aliran pada umumnya diberi notasi Q, dengan satuan meter kubik per detik
(m /dt).

v
Q=A.V atau Q=
t

dengan :

Q = debit aliran (m3 /dt),

A = Luas penampang basah (m 2 ),

V = kecepatan aliran (m/s),

v = Volume air (liter),

T = Waktu (detik)

Gamba
r 10. Grafik Hubungan Debit (Q) dengan Maks Gerusan Sedimen (ZMaks) pada
Seluruh Variasi Debit danKemiringan Hulu Bendung

Dari grafik, terlihat, untuk debit yang semakin besar, maka kedalaman
maksimal gerusan pun juga semakin tinggi.

17
\

BAB IV
PRIORITAS PEMBAHASAN

Pelimpah atau bendung biasanya digunakan sebagai bangunan pengambilan


air untuk saluran irigasi.Posisi tubuh bendung yang melintang dan berhulu miring
dapat menghalangi aliran di saluran, hingga menyebabkan elevasi muka air meninggi
dan kemudian melimpas.Kondisi ini menyebabkan perubahan aliran dari superkritis
menjadi subkritis dengan terjadinya peristiwa loncatan hidrolis. Untuk meredam
energi akibat loncatan hidrolis, digunakan peredam energi berupa kolam olak tipe
slotted roller bucket modification. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
pengaruh debit dan variasi kemiringan pada hulu bendung serta penggunaan kolam
olak slotted roller bucket modification terhadap energi spesifik saat loncatan hidrolis
dan terjadinya gerusan lokal dihilir bangunan.

18
Pertama, semakin besar kedalaman air saat loncatan hidrolis di hilir pelimpah
Ogee, semakin kecil energi spesifik yang terjadi. Titik balik terjadi saat kondisi kritis.
Kemudian dengan kedalaman air yang bertambah, semakin besar energi spesifiknya.
Kedua, Variasi kemiringan hulu pelimpah Ogee tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap bentuk gerusan yang terjadi di hilir. Ketiga, Semakin besar debit
yang dialirkan pada saluran maka kedalaman maksimal gerusan lokal di hilir setelah
kolam olak juga semakin dalam. Keempat, Semakin panjang gerusan yang terjadi
maka kedalaman maksimal gerusan juga semakin besar.

BAB V
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dengan penggunaan kemiringan hulu pelimpah Ogee dan kolam olak tipe
slotted roller bucket modification, kedalaman air saat awal loncatan hidrolis lebih
rendah dibandingkan setelah loncatan, sedangkan energi spesifik sebelum loncatan
hidrolis lebih besar dibanding setelah loncatan. Semakin bertambahnya kedalaman air
pada loncatan hidrolis di hilir pelimpah Ogee, semakin kecil energi spesifik yang
terjadi, sampai kedalaman air mencapai kedalaman kritis, terjadi titik balik, dimana
semakin besar kedalaman air, semakin besar energi spesifiknya. Energi spesifik
maksimal terjadi saat debit tertinggi 0,00125 m3/s yakni 0,16806 m.

19
Variasi kemiringan hulu pelimpah Ogee tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap bentuk gerusan yang terjadi di hilir. Semakin besar debit yang
dialirkan pada saluran maka kedalaman maksimal gerusan lokal di hilir setelah kolam
olak juga semakin dalam. Kedalaman gerusan maksimal terjadi saat debit tertinggi
0,00125 m3/s yakni mencapai kedalaman 0,032 m. Semakin panjang gerusan yang
terjadi maka kedalaman maksimal gerusan juga semakin besar. Pada debit tertinggi
0,00125 m3/s panjang gerusan mencapai 0,31 m dan kedalaman gerusan mencapai
0,032 m.

3.2 Saran
1. Dalam perencanaan suatu bangunan air seperti bendung perlu memperhatikan
lokasi yang tepat berdasarkan factor-faktor seperti, keadaan topografi, keadaan
hidrologi, kondisi topografi, kondisi hidraulik, dan morfologi

2. Saran yang penulis dapat sampaikan yaitu selaku pembaca sebaiknya mempelajari
lebih jauh lagi tentang sistem hidrolik dan desain system hidrolik bendungan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Chow, V.T, 1992, Hidrolika Saluran Terbuka (terjemahan), Jakarta : Erlangga.

DPU Pengairan, 1986, Standar Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Bangunan


Utama KP-02, Bandung.

Legono, D., 1990, Gerusan pada Bangunan Sungai, PAU Ilmu-Ilmu Teknik UGM,
Yogyakarta

Peterka, A. J., 1984, Hydraulic design of stilling basins and energy dissipators,
Denver, Colorado, USA.

Setiawan, N., 2011, Gambar Pemodelan Dari Surfer 8.0, Jakarta

https://id.wikipedia.org/wiki/Debit_Aliran_(hidrolika)/2016/03

20
http://odankwagola.blogspot.co.id/2015/04/makalah-desain-sistem-hidrolik-
bendungan.html/2016/03

21

Anda mungkin juga menyukai