Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HIDROLIKA

DISUSUN OLEH :

WIRA FIRMANSYAH

2019210083

DOSEN PENGAMPU

Ir. Ahmad Refi, M.T.

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG

TAHUN 2021/2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Hidrolika ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Hidrolika.

Pada kesempatan ini penulisan mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis juga
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Ahmad
Refi, M.T. selaku dosen pengampu yang telah member arahan dalam penulisan
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh masih banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap makalah ini dapat diterima
dan disempurnakan.

Padang, 24 Desember 2021

Wira Firmansyah

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Aliran

2.2 Klasifikasi Aliran

2.3 Aliran Permanen Seragam

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hidrolika adalah cabang ilmu teknik sipil yang mempelajari tentang perilaku
zat cair, terdapat cabang ilmu yang hampir sama namun berbeda yaitu ilmu
hidrolika yang mempelajari tentang air hujan debit sungai, banjir dan sejenisnya.
Hidrolika merupakan salah satu topik dalam ilmu terapan dan keteknikan yang
berurusan dengan sifat-sifat mekanika fluida, yang mempelajari prilaku aliran air
secara mikro maupun makro.

Pada konsep keteknikan biasanya hidrolika memiliki peran sebagai controller


(pengontrol), dengan permasalahan yang paling banyak ditemukan biasanya terjadi
pada saluran terbuka (seperti sungai, drainase, pintu air), saluran tertutup
(perpipaan), maupun pada perancangan bendungan, pompa dan turbin yang
kondisi-kondisi tertentu bangunan-bangunan tersebut menggunakan konsep
hidrolika untuk kelangsungannya.

Pada aliran melalui saluran terbuka lebih sulit di bandingkan dengan


saluran tertutup, dikarenakan pada saluran terbuka memiliki bentuk penampang
saluran, kekasaran, kemiringan dasar, belokan, debit aliran yang tidak beraturan
baik terhadap ruang maupun waktu.

Debit aliran pada saluran terbuka dapat mempengaruhi panjang dan tinggi
loncatan hidrolik air yang terjadi pada hilir radial gate. Ketika pintu air dibuka
dapat terjadi pertemuan antara aliran superkritis dengan aliran subkritis yang
menyebabkan timbulnya loncatan hidrolik (hydraulic jump) yang dapat memicu
terjadinya gerusan pada dasar saluran. Karena perbedaan debit aliran, maka
beragam pula ketinggian loncatan hidrolik yang ditimbulkan. Proses loncatan
hidrolik air ini sering kali digunakan untuk menaikkan tinggi muka air di bagian
hilir dan untuk menyediakan kebutuhan tinggi tekanan pengaliran ke dalam suatu
saluran.

1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang

dimaksud dengan aliran?


2. Bagaimana klasifikasi aliran?

3. Apa itu aliran permanen seragam?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu aliran

2. Untuk mengetahui klasifikasi aliran

3. Untuk mengetahui aliran permanen seragam BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ALIRAN

Aliran dalam saluran terbuka maupun saluran tertutup yang mempunyai


permukaan bebas disebut aliran permukaan bebas (free surface flow) atau aliran
saluran terbuka (open channel flow). Permukaan bebas mempunyai tekanan sama
dengan tekanan atmosfir. Jika pada aliran tidak terdapat permukaan bebas dan
aliran dalam saluran penuh, aliran yang terjadi disebut aliran dalam pipa (pipe
flow) atau aliran tertekan (pressurized flow). Aliran dalam pipa tidak mempunyai
tekanan atmosfir akan tetapi tekanan hidraulik

Dalam saluran tertutup kemungkinan dapat terjadi aliran bebas maupun


aliran tertekan pada saat yang berbeda, misalnya gorong-gorong untuk drainase,
pada saat normal alirannya bebas, sedang pada saat banjir karena hujan tiba-tiba
air akan memenuhi gorong-gorong sehingga alirannya tertekan. Dapat juga terjadi
pada ujung saluran tertutup yang satu terjadi aliran bebas, sementara ujung yang
lain alirannya tertekan. Kondisi ini dapat terjadi jika ujung hilir saluran terendam
(sumerged).

Zat cair yang mengalir pada saluran terbuka mempunyai bidang kontak hanya
pada dinding dan dasar saluran. Saluran terbuka dapat berupa:

1. Saluran alamiah atau buatan,

2.Galian tanah dengan atau tanpa lapisan penahan,


3.Terbuat dari pipa, beton, batu, bata, atau material lain,

4. Dapat berbentuk persegi, segitiga, trapesium, lingkaran, tapal kuda, atau tidak
beraturan.

Bentuk-bentuk saluran terbuka, baik saluran buatan maupun alamiah, yang dapat
kita jumpai erlihatkan pada Gambar berikut.

2.2 Klasifikasi Aliran

Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan menjadi berbagai tipe tergantung


kriteria yang digunakan. Berdasarkan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan
mengikuti fungsi waktu, aliran dibedakan menjadi aliran permanen (steady) dan
tidak permanen (unsteady), sedangkan berdasarkan fungsi ruang, aliran dibedakan
menjadi aliran seragam (uniform) dan tidak seragam (non-uniform).

1.Aliran Permanen dan Tidak-permanen

Jika kecepatan aliran pada suatu titik tidak berubah terhadap waktu, maka
alirannya disebut aliran permanen atau tunak (steady flow), jika kecepatan pada
suatu lokasi tertentu berubah terhadap waktu maka alirannya disebut aliran tidak
permanen atau tidak tunak (unsteady flow).

Dalam hal-hal tertentu dimungkinkan mentransformasikan aliran tidak permanen


menjadi aliran permanen dengan mengacu pada koordinat referensi yang bergerak.
Penyederhanaan ini menawarkan beberapa keuntungan, seperti kemudahan
visualisasi, kemudahan penulisan persamaan yang terkait, dan sebagainya.
Penyederhanaan ini hanya mungkin jika bentuk gelombang tidak berubah dalam
perambatannya. Misalnya, bentuk gelombang kejut (surge) tidak berubah ketika
merambat pada saluran halus, dan konsekuensinya perambatan gelombang kejut
yang tidak permanen dapat dikonversi menjadi aliran permanen dengan koordinat
referensi yang bergerak dengan kecepatan absolut gelombang kejut. Hal ini
ekivalen dengan pengamat yang bergerak disamping gelombang kejut sehingga
gelombang kejut terlihat stasioner atau tetap oleh pengamat; jadi aliran dapat
dianggap sebagai aliran permanen. Jika bentuk gelombang berubah selama
perambatannya, maka tidak mungkin mentransformasikan gerakan gelombang
tersebut menjadi aliran permanen. Misalnya gelombang banjir yang merambat
pada sungai alamiah tidak dapat ditransformasikan menjadi aliran permanen,
karena bentuk gelombang termodifikasi dalam perjalanannya sepanjang sungai.

2.Aliran Seragam dan Berubah

Jika kecepatan aliran pada suatu waktu tertentu tidak berubah sepanjang saluran
yang ditinjau, maka alirannya disebut aliran seragam (uniform flow). Namun, jika
kecepatan aliran pada saat tertentu berubah terhadap jarak, alirannya disebut aliran
tidak seragam atau aliran berubah (nonuniform flow or varied flow).

Bergantung pada laju perubahan kecepatan terhadap jarak, aliran dapat


diklasifikasikan menjadi aliran berubah lambat laun (gradually varied flow) atau
aliran berubah tiba-tiba (rapidly varied flow).

3.Aliran Laminer dan Turbulen

Jika partikel zat cair yang bergerak mengikuti alur tertentu dan aliran tampak
seperti gerakan serat-serat atau lapisan-lapisan tipis yang paralel, maka alirannya
disebut aliran laminer. Sebaliknya jika partikel zat cair bergerak mengikuti alur
yang tidak beraturan, baik ditinjau terhadap ruang maupun waktu, maka alirannya
disebut aliran turbulen.

Faktor yang menentukan keadaan aliran adalah pengaruh relatif antara gaya
kekentalan (viskositas) dan gaya inersia. Jika gaya viskositas dominan, alirannya
laminer, jika gaya inersia yang dominan, alirannya turbulen.

Nisbah antara gaya kekentalan dan inersia dinyatakan dalam bilangan Reynold
(Re), yang didefinisikan sebagai :
Re

dengan

V = kecepatan aliran (m/det),

L = panjang karakteristik (m), pada saluran muka air bebas L = R,

R = Jari-jari hidraulik saluran, v =

kekentalan kinematik (m2/det).

Tidak seperti aliran dalam pipa, dimana diameter pipa biasanya dipakai sebagai
panjang karakteristik, pada aliran bebas dipakai kedalaman hidraulik atau jari-jari
hidraulik sebagai panjang karakteristik. Kedalaman hidraulik didefinisikan
sebagai luas penampang basah dibagi lebar permukaan air, sedangkan jari-jari
hidraulik didefinisikan sebagai luas penampang basah dibagi keliling basah. Batas
peralihan antara aliran laminer dan turbulen pada aliran bebas terjadi pada
bilangan Reynold, Re + 600, yang dihitung berdasarkan jari-jari hidraulik sebagai
panjang karakteristik.

Dalam kehidupan sehari-hari, aliran laminer pada saluran terbuka sangat jarang
ditemui. Aliran jenis ini mungkin dapat terjadi pada aliran dengan kedalaman
sangat tipis di atas permukaan gelas yang sangat halus dengan kecepatan yang
sangat kecil.

d.Aliran Subkritis, Kritis, dan Superkritis

Aliran dikatakan kritis apabila kecepatan aliran sama dengan kecepatan


gelombang gravitasi dengan amplitudo kecil. Gelombang gravitasi dapat
dibangkitkan dengan merubah kedalaman. Jika kecepatan aliran lebih kecil
daripada kecepatan kritis, maka alirannya disebut subkritis, dan jika kecepatan
alirannya lebih besar daripada kecepatan kritis, alirannya disebut superkritis.

Parameter yang menentukan ketiga jenis aliran tersebut adalah nisbah


antara gaya gravitasi dan gaya inertia, yang dinyatakan dengan bilangan Froude
(Fr). Untuk saluran berbentuk persegi, bilangan Froude didefinisikan sebagai :
Fr =

Dengan
V = kecepatan aliran (m/det), h =
kedalaman aliran (m), g =
percepatan gravitasi (m/det2).

2.3 Aliran Permanen Seragam

a. Kualifikasi Aliran seragam

Aliran seragam (uniform flow) dianggap memiliki ciri-ciri pokok yaitu :

1. Kedalaman, luas basah, kecepatan dan debit pada setiap


penampang pada bagian seluran yang lurus adalah konstan,

2. Garis energi, muka air dan dasar saluran saling sejajar, berarti
kemiringannya sama atau Sf = Sw = So = S.

Aliran seragam dianggap sebagai suatu aliran permanen (steady flow). Aliran
dalam saluran terbuka dikatakan permanen (steady) bila kedalaman aliran tidak
berubah atau dianggap konstan selama suatu selang waktu tertentu.

Bila air mengalir dalam saluran terbuka, air akan mengalami hambatan saat
mengalir ke hilir. Hambatan ini biasanya dilawan oleh komponen gaya berat yang
bekerja dalam air dalam arah geraknya. Aliran seragam akan terjadi bila hambatan
ini seimbang dengan gaya berat. Besarnya tahanan bila faktor-faktor lain dari
saluran dianggap tidak berubah, tergantung pada kecepatan aliran. Bila air
memasuki saluran secara perlahan, kecepatan mengecil dan oleh karenanya
hambatannya juga mengecil, dan hambatan lebih kecil dari gaya berat sehingga
terjadi aliran percepatan di bagian yang lurus disebelah hulu.

b. Kecepatan Rata-Rata Aliran Seragam

Untuk perhitungan hidrolika, kecepatan rata-rata aliran seragam dalam saluran


terbuka biasanya dinyatakan dengan perkiraan yang dikenal dengan rumus aliran
seragam (uniform flow formula). Sebagian besar rumus-rumus aliran seragam
dapat dinyatakan dalam bentuk umum sebagai berikut :

V = C Rx Sy dimana

V = kecepatan rata-rata (m/det),

C = faktor tahanan aliran yang bervariasi menurut kekasaran saluran, kekentalan

dan berbagai faktor lainnya, R = jari-jari hidrolik (m), S = kemiringan

energi/saluran, x,y = eksponen.

Rumus aliran seragam yang baik untuk saluran aluvial dengan pengangkutan dan
aliran turbulen harus memperhitungkan semua besaran-besaran berikut ini :

• Luas basah (A)

• Kecepatan rata-rata (V)

• Kecepatan permukaan yang maksimum (Vmaks)

• Keliling basah (P)

• Jari-jari hidrolis (R)

• Kedalaman luas basah maksimum

• Kemiringan muka air (Sw)

• Koefisien yang menyatakan kekasaran saluran (n)

• Muatan sedimen yang melayang (Qs)

• Muatan dasar (Qb)

Banyak sekali rumus-rumus praktis mengenai aliran seragam yang telah dibuat
dan dipublikasikan tetapi tidak satupun dari rumus-rumus tersebut memenuhi
persyaratan rumus yang baik. Rumus yang paling terkenal dan banyak dipakai
adalah rumus Manning.

c. Rumus Manning

Pada tahun 1889 seorang insinyur Irlandia, Robert Manning mengemukakan


sebuah rumus yang akhirnya diperbaiki menjadi rumus yang sangat dikenal
sebagai.

V= 1
R2/3S1/2
𝑛

dimana :

V = kecepatan rata-rata (m/dt),

R = jari-jari hidrolik (m), S

= kemiringan saluran, n =

kekasaran dari Manning.

Rumus ini dikembangkan dari tujuh rumus yang berbeda, berdasarkan data
percobaan Bazin yang selanjutnya dicocokkan dengan 170 percobaan. Akibat
sederhananya rumus ini dan hasilnya yang memuaskan dalam pemakaian praktis,
rumus Manning menjadi sangat banyak dipakai dibandingkan dengan rumus aliran
seragamlainnya untuk menghitung aliran saluran terbuka.

Contoh soal :

Saluran segiempat dengan lebar 3,5 m dan kedalaman aliran 1,5 m melewatkan
debit 5 m3/D, hitunglah kemiringan dasar saluran apabila koefisien manning
adalah 0,02

Penyelesaian :

Lebar dasar saluran : B = 3,5 m


Kedalaman aliran : h = 1,5 m Debit

aliran : Q = 5,0 m3/D

Koefisien manning : n = 0,02

Luas tampang aliran : A = Bh = (3,5)(1,5) = 5,25 m2

Keliling basah : P = B+2h = 3,5 + 2(1,5) = 6,5 m

Jari-jari hidrolis : R = A/P = 5,25/6,5 = 0,8077 m

Kecepatan aliran dihitung dengan rumus manning :

V=

Debit aliran : Q = AV

5 = (5,25)(43,3651S1/2)

S = 0,000482

d.Rumus Chezy

Chezy berusaha mencari hubungan bahwa zat cair yang melalui saluran terbuka
akan menimbulkan tegangan geser (tahanan) pada dinding saluran, dan akan
diimbangi oleh komponen gaya berat yang bekerja pada zat cair dalam arah aliran.
Di dalam aliran seragam, komponen gaya berat dalam arah aliran adalah seimbang
dengan tahanan geser, dimana tahanan geser ini tergantung pada kecepatan aliran.
Setelah melalui beberapa penurunan rumus, akan didapatkan persamaan sebagai
berikut :

V = C 𝑅𝐼

Dimana :

V = Kecepatan aliran

R = jari – jari hidraulik


I = kemiringan dasar saluran

C = koefisien Chezy

Contoh soal :

Saluran segiempat dengan lebar 5,0 m dan kedalaman aliran 1,5 m mempunyai
kemiringan dasar 0,0005. Hitung debit aliran apabila koefisien chezy adalah 40
Penyelesaian :

Lebar dasar saluran : B = 5,0 m

Kedalaman aliran : h = 1,5 m

Kemiringan dasar saluran : I = 0,0005

Koefisien Chezy : C = 40

Luas penampang aliran : A = Bh = 5,0 x 1,5 = 7,5 m2

Keliling basah : P = B + 2h = 5,0 + 2x1,5 = 8,0 m

Jari – jari hidraulis : R = A/P = 7,5/8 = 0,9375 m

Kecepatan aliran : V = C = 0,866 m/d

Debit aliran : Q = AV = 7,5 x 0,866 = 6,495 m3/d


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aliran saluran terbuka adalah aliran saluran terbuka maupun saluran tertutup yang
mempunyai permukaan bebas. Aliran permukaan bebas dapat diklasifikasikan
menjadi berbagai tipe tergantung kriteria yang digunakan. Berdasarkan perubahan
kedalaman aliran dibedakan menjadi aliran permanen dan tidak permanen,
sedangkan berdasarkan fungsi ruang, aliran dibedakan menjadi aliran seragam dan
tidak seragam.

3.2 Saran

Diharapkan kepada masyarakat mampu menerapkan ilmu hidrolika dalam


kehidupan sehari-hari maupun dalam bidang teknik dengan baik. Ilmu hidrolika
sangat banyak manfaatnya dalam bidang teknik khususnya teknik sipil.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/183465398/Hidrolika-Buku-Ajar-Prof-Suripin-
dkkpdf

Anda mungkin juga menyukai