SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Disusun oleh:
Air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui keberadaannya. Semua
makhluk hidup memanfaatkan air untuk memenuhi kebutuhannya. Oleh karena
itu, keberadan air perlu dijaga agar dapat dimanfaatkan seterusnya. Sebagian besar
air berasal dari hujan, hujan yang jatuh ke permukaan bumi, sebagian akan
meresap ke bawah permukaan bumi dan sisanya akan mengalir di permukaan
bumi yang dikenal sebagai air limpasan (surface runoff). Air yang mengalir di
permukaan tergantung dari besarnya intensitas hujan dibandingkan terhadap laju
infiltrasi dari masing-masing daerah (Mamok Soeprapto dan Susilowati, 1987).
Setiap sungai memiliki daerah tangkapan air hujan yang umumnya disebut
sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS adalah suatu kawasan lahan dimana
semua air baik dari air hujan maupun air salju, mengalir ke bawah menuju suatu
penampungan air, seperti sungai, danau, atau rawa.
Tata guna lahan sangat berperan dalam proses pengalihragaman hujan menjadi
aliran. Perubahan tata guna lahan yang tidak memperhatikan lingkungan
mengakibatkan semakin besarnya aliran permukaan dan semakin berkurangnya air
yang terinfiltrasi ke dalam tanah. Aliran permukaan ini akan langsung menuju
sungai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perubahan tersebut, baik faktor alam
(natural factor) maupun faktor manusia (human factor). Namun, penyebab utama
kerusakan DAS tersebut kebanyakan akibat ulah manusia. Penebangan hutan,
pembuatan sistem terasering yang tidak tepat, industri yang tidak mengindahkan
lingkungan, dan eksploitasi material sungai secara berlebihan dapat menyebabkan
kerusakan pada DAS (Jurnalis KOMPAS, 2008). Keadaan yang kurang
menguntungkan tersebut dapat menyebabkan sedimentasi, erosi sungai, dan
pencemaran sungai. Beragam upaya sudah banyak dilakukan manusia untuk
melindungi sumber-sumber air dan menjaga keberlangsungan air agar dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pengelolaan DAS yang baik dapat mencegah
munculnya masalah-masalah yang terkait dengan air di masa mendatang.
Salah satu upaya yang sering dilakukan manusia dalam pemanfaatan air adalah
dengan pembuatan bendung untuk meninggikan permukaan air sungai atau waduk
serba guna sebagai penampung air. Air permukaan dimanfaatkan manusia untuk
memenuhi beragam kebutuhannya. Salah satu pemanfaatan air terbanyak adalah
untuk memasok air ke daerah irigasi.
Pasokan air untuk irigasi diambilkan dari air permukaan atau sungai melalui
intake pada bangunan utama (bendung) yang dibangun melintang sungai. Setelah
melalui intake air mengalir ke awal saluran induk, berupa saluran penangkap
pasir.
Hal-hal yang membatasi obyek penelitian agar langkahnya lebih sistematis dan
terarah adalah:
1. Penelitian dilakukan di laboratorium Hidrolika Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik UNS, dengan menggunakan open flume yang menjadi
model saluran irigasi dengan ukuran 7,7 x20x500 cm 3 ,
2. Aliran pada saluran irigasi dianggap tetap dan seragam (steady uniform
flow),
3. Dasar saluran irigasi dianggap kedap air dan pengaruh rembesan air
diabaikan,
4. Penelitian hanya dibatasi untuk sedimen non-cohesive, sedimen berupa
pasir dengan butiran seragam diameter 2,36 mm atau lolos ayakan no 8.
1.4. Tujuan Penelitian
Aliran air dalam suatu saluran terbuka merupakan aliran bebas (free flow) yang
dipengaruhi oleh tekanan udara. Pada semua titik di sepanjang saluran, tekanan
udara di permukaan air adalah sama. Ilustrasi aliran pada saluran terbuka dapat
dilihat pada Gambar-2.1.
Chow dkk., 1989, membedakan saluran terbuka menurut asalnya menjadi saluran
alam (natural) dan saluran buatan (artificial). Saluran alam meliputi semua alur
air yang terdapat secara alamiah di bumi, mulai dari anak sungai di pegunungan,
sungai besar, sampai ke muara sungai. Saluran buatan dibentuk oleh manusia,
seperti saluran banjir, saluran pembangkit listrik, dan saluran irigasi.
Berdasarkan perubahan kedalaman aliran sesuai dengan waktu dan ruang, aliran
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
Chow dkk., 1989, menyatakan bahwa aliran seragam adalah aliran yang
mempunyai kecepatan konstan terhadap jarak, garis aliran lurus dan sejajar, dan
distribusi tekanan adalah hidrostatis serta luas penampang tidak berubah terhadap
ruang, baik besar maupun arahnya. Hal ini berarti bahwa saluran harus
mempunyai bentuk tampang identik. Aliran seragam tidak dapat terjadi pada
kecepatan aliran yang besar atau kemiringan saluran yang sangat besar. Aliran
dalam saluran irigasi termasuk dalam aliran yang seragam, dengan catatan tidak
ada perubahan penampang secara mendadak di saluran tersebut.
Berdasarkan pengaruh gaya tarik bumi aliran dibedakan menjadi aliran sub kritis,
kritis, dan super kritis. Aliran disebut sub kritis apabila gangguan (misalnya batu
dilemparkan ke dalam aliran sehingga menimbulkan geombang) yang terjadi di
suatu titik pada aliran dapat menjalar ke arah hulu. Aliran sub kritis dipengaruhi
oleh kondisi hilir, dengan kata lain keadaan di hilir akan mempengaruhi aliran di
sebelah hulu. Apabila kecepatan aliran cukup besar sehingga gangguan yang
terjadi tidak menjalar ke hulu maka aliran disebut super kritis. Dalam hal ini
kondisi di hulu akan mempengaruhi aliran di sebelah hilir. Penentuan tipe aliran
dapat didasarkan pada nilai bilangan Froude Fr, yang mempunyai bentuk:
V
Fr = .................................. (2.1)
g. y
Ilustrasi aliran laminer dan turbulen dapat dilihat pada Gambar-2.5 berikut.
v.L
Re= .................................. (2.2)
u
m
u = .................................. (2.3)
r
dengan: m = kekentalan dinamik,
r = rapat massa fluida.
Untuk saluran terbuka, termasuk saluran irigasi, umumnya jarang terjadi aliran
laminer. Fakta bahwa permukaan aliran tampak licin dan mengkilat bagi seorang
pengamat tidak boleh disimpulkan bahwa aliran tersebut bersifat laminer.
Kemungkinan besar hal ini menunjukkan bahwa kecepatan air di permukaan lebih
kecil dari yang diperlukan untuk menimbulkan gulungan-gulungan gelombang
(Chow dkk., 1992). Sehingga penelitian ini dicoba untuk membangkitkan arus
turbulensi di saluran irigasi dan pada akhirnya diharapkan tidak terjadi
sedimentasi di saluran tersebut.
Kecepatan aliran pada saluran terbuka dapat ditentukan dengan rumus Chezy, dan
rumus Manning atau rumus Strickler. Kedua rumus tersebut hanya dibedakan
pada nilai koefisien kekasarannya. Rumus Chezy menggunakan nilai koefisien
kekasaran kekasaran C yang ditentukan oleh Ganguillet dan Kutter, H. Bazin, atau
Powell (Chow dkk., 1989).
Sedangkan rumus Manning yang memiliki nilai koefisien kekasaran n yang
dipengaruhi oleh kekasaran permukaan, tetumbuhan, ketidakteraturan saluran,
trase saluran, pengendapan dan penggerusan, hambatan, ukuran dan bentuk
saluran, serta taraf dan debit air (Chow dkk.,1989).
Dalam penelitian ini akan digunakan rumus Manning karena rumus tersebut
sering digunakan untuk penentuan kecepatan di saluran terbuka.
Secara teori, debit (Q) suatu aliran dalam saluran ditentukan oleh kecepatan aliran
(V) dan luas penampang saluran (A). Apabila luas penampang saluran kecil, maka
kecepatan aliran akan bertambah. Sebaliknya, jika luas penampang saluran besar,
maka kecepatan aliran akan berkurang. Selain itu, perubahan penampang saluran
juga dapat berpengaruh pada perubahan tekanan dan kecepatan aliran pada
saluran. Perubahan penampang saluran tersebut bisa berupa perbesaran saluran
maupun pengecilan saluran.
Menurut Chow dkk., 1989, bahwa penampang saluran (channel section) adalah
potongan melintang saluran yang tegak lurus arah aliran. Penampang saluran
inilah yang menjadi tinjauan untuk menentukan geometri saluran. Penampang
saluran alam sangat tidak beraturan, kadang berbentuk parabola, lingkaran,
trapesium, persegi atau bentuk tidak beraturan lainnya. Namun dalam penelitian
ini digunakan asumsi penampang saluran berbentuk persegi.
Definisi dari beberapa unsur geometri saluran yang penting adalah sebagai
berikut:
A
D=
T ................................... (2.5)
Untuk lebih jelas dalam memahami penampang geompetris saluran lihat Tabel-2.1
berikut, yang merupakan daftar beberapa bentuk penampang geometris saluran
yang sering dipakai.
( B + z.h).h
(B+z.h).h B + 2.h. 1 + z 2 ( B + z.h).h B+2.z.h
B + 2.z.h
B + 2.h. 1 + z 2
(Sumber: Chow dkk., 1989)
2.1.6. Saluran Irigasi
Saluran irigasi merupakan salah satu contoh dari saluran terbuka yang berfungsi
membawa air dari sumbernya (bendung, bendungan) ke petak-petak sawah guna
memenuhi kebutuhan air bagi tanaman. Saluran irigasi diupayakan lurus dengan
dimensi dan kemiringan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat tidak terjadi
endapan maupun penggerusan (KP-03 Standar Perencanaan Irigasi, 1986).
Mengingat kondisi topografi yang sering kali tidak sesuai dengan perencanaan,
maka kadang diperlukan lining (pada tanah percus atau mudah longsor), bangunan
(pada persilangan jalan, sungai, selokan, lembah) maupun belokan (menghindari
kampung, kuburan, mencari kontur yang lebih sesuai). Walaupun demikian
bangunan maupun belokan yang dimaksud harus tetap dapat memenuhi syarat
teknis agar tidak terjadi gerusan pada belokan dan tidak kehilangan energi pada
bangunan yang dapat mengakibatkan penurunan muka air yang cukup tinggi.
Penurunan muka air ini mengakibatkan berkurangnya luas areal yang dilayani.
a. Kemiringan saluran
Kemiringan Perbandingan
Debit (m3/dt)
Dinding 1 : m b/h
0,15 - 0,30 1 1,0
0,30 - 0,50 1 1,0 - 1,2
0,50 - 0,75 1 1,3 - 1,5
Tinggi air saluran harus diperhitungkan pada dua keadaan tersebut. Hal ini
dimaksudkan agar pada saat aliran maksimal, saluran mampu mengalirkan
air, dan pada saat air rendah, saluran dan bangunan-bangunan masih tetap
berfungsi dengan baik. Selain itu perlu adanya perencanaan tinggi jagaan
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya luapan di saluran. Untuk lebih
jelasnya dapat melihat Gambar-2.8 berikut.
Gambar 2.8. Tinggi air dan tinggi jagaan pada saluran irigasi
Tabel 2.3. Tinggi jagaan minimum untuk saluran dari tanah dan dari
pasangan batu
Besarnya debit Tinggi jagaan (m) Tinggi jagaan (m)
Q (m3/det) untuk pasangan batu saluran dari tanah
< 0,50 0,20 0,40
0,50 – 1,50 0,20 0,50
1,50 – 5,00 0,25 0,60
5,00 – 10,00 0,30 0,75
10,00 – 15,00 0,40 0,85
> 15,00 0,50 1,00
(Sumber: Departemen Pekerjaan Umum RI)
2.1.8. Sedimentasi di Saluran Irigasi
Sedimentasi pada saluran irigasi akan terjadi jika kapasitas angkut sedimen
berkurang. Dengan kata lain, kecepatan aliran tidak mampu mengangkut partikel
sedimen. Untuk itu kecepatan aliran saluran irigasi harus dijaga. Berdasarkan
buku KP – 03 tentang Standar Perencanaan Irigasi, 1986, kecepatan minimum
yang diijinkan adalah kecepatan terendah yang tidak akan menyebabkan
pengendapan dengan diameter maksimum sediman yang diijinkan (0,06 – 0,07
mm).
Bagian awal dari saluran induk irigasi adalah saluran penangkap pasir yang
berfungsi untuk mencegah masuknya sedimen ke dalam jaringan saluran irigasi.
Namun, pada kenyataanya banyak saluran penangkap pasir daerah irigasi saat ini
tidak berfungsi dengan baik. Salah satunya penyebabnya adalah meningkatnya
jumlah dan ukuran butiran sedimen yang terangkut air sungai akibat kerusakan
DAS. Sedimen terendap di saluran penangkap pasir dan dengan cepat saluran
tersebut dipenuhi dengan endapan. Sedimen ini lama kelamaan semakin banyak
dan menjadi padat, pada akhirnya akan membentuk delta-delta di saluran irigasi.
Hal inilah, yang akan mendasari penelitian ini untuk membangkitkan arus di
saluran penangkap pasir sehingga sedimentasi dapat dicegah.
Transpor sedimen adalah perpindahan tempat partikel sedimen oleh air yang
mengalir pada suatu tampang aliran yang secara umum bergerak searah aliran
(Alfan Widyastanto, 2006).
Dalam pola aliran air yang berputar-putar (turbulence flow) energi yang
diakibatkan oleh kecepatan aliran air tersebut akan diteruskan ke arah aliran yang
lebih lambat oleh gulungan-gulungan air yang berawal dan berakhir secara tidak
menentu. Gulungan-gulungan aliran air ini akan mengakibatkan terjadinya bentuk
perubahan dari energi kinetis yang dihasilkan oleh adanya gerakan aliran air
tersebut menjadi tenaga panas, artinya ada tenaga yang hilang oleh adanya
gulungan-gulungan air tersebut (Kironoto, 2003).
Ripples mempunyai amplitudo, Hr, relatif kecil terhadap panjang gelombang, Lr,
dan bentuknya relatif simetris (lihat Gambar-2.10) sedangkan dunes mempunyai
bentuk yang kurang teratur dan asimetris dengan gelombang dengan sisi sebelah
hulu lebih landai dan sisi sebelah hilir lebih curam (lihat Gambar-2.11).
Gambar 2.10. Bentuk ripples
Rapat massa butiran sedimen umumnya (< 4 mm) tidak banyak berbeda. Karena
pasir yang paling bayak terdapat di sedimen alam, rata-rata dapat dianggap rapat
massanya ρs = 2650 kg/m3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel-2.4.
1. Gaya Vertikal
a. Gaya berat di udara (W) = weight force
b. Gaya apung (B) = bouyant force
c. Gaya angkat hidrodinamik = hydrodynamic lift force
2. Gaya Horisontal
a. Gaya gesek (Ffr) = friction force
b. Gaya seret hidrodinamik (FD) = hidrodynamic drag force
Ketika kondisi permulaan gerak butiran (initiation of particle motion) salah satu
yang mampu menggerakkan butir sedimen adalah kecepatan. Menurut Einstein
kecepatan yang efektif untuk menggerakkan butir di dasar adalah u z , dipengaruhi
oleh gravitasi, jari-jari hidraulik, dan kemiringan dasar saluran.
Kekuatan aliran adalah energi dari suatu aliran untuk menggerakan butiran
sedimen. Knight, 1999, mendefinisikan bahwa energi yang dihasilkan berasal dari
energi potensial aliran tersebut, energi ini pada akhirnya akan berubah menjadi
energi kinetik.
Komponen gaya tekan horizontal (Fx; Fy) yang bekerja pada gaya apung suatu
benda adalah sama tetapi berlawanan arah sehingga saling meniadakan.
Sedangkan gaya vertikal (Fd; Fu) yang bekerja pada benda yang terapung tidak
saling meniadakan (Bambang Triatmodjo, 1996).
Hukum Archimedes menyatakan bahwa benda yang terapung dalam zat cair akan
mengalami gaya apung yang besarnya sama dengan berat zat cair yang
dipindahkan benda tersebut. Dengan kata lain, apabila benda terapung dalam zat
cair, resultan gaya yang bekerja padanya adalah sama dengan perbedaan antara
tekanan ke atas oleh zat cair pada benda dan gaya ke bawah karena berat benda.
Seperti yang ditunjukan pada Gambar-2.12.
Fd
Fy Fx
Fu
Debit aliran pada umumnya diberi notasi Q, dengan satuan meter kubik per detik
(m3/dt). Secara teori, debit dalam suatu aliran dalam saluran irigasi ditentukan
oleh kecepatan aliran dan luas penampang saluran. Apabila luas penampang
saluran kecil, maka kecepatan aliran akan bertambah. Sebaliknya, jika luas
penampang saluran besar, maka kecepatan aliran akan berkurang. Sehingga
hubungan antara luas penampang saluran dengan kecepatan aliran ditulis:
Seperti yang telah dicantumkan pada tinjauan pustaka bahwa bentuk dari rumus
Manning adalah sebagai berikut:
1,49 2 3 12
V = .R .S ................................. (2.8)
n
Salah satu yang mampu menggerakkan butir sedimen pada awal geraknya adalah
kecepatan. Kecepatan efektif untuk menggerakan butiran dapat ditulis dalam
rumus:
ux = g .R .S .................................... (2.10)
dengan: u* = kecepatan geser (m/dt),
g = gravitasi (m/dt2),
R = jari-jari hidraulik (m),
S = kemiringan dasar saluran.
u * .D s
Re = .................................... (2.11)
u
tc
F* = .................................... (2.12)
(g s - g ).Ds
Awal gerak butiran sedimen tergantung besarnya tegangan geser yang terjadi.
Apabila:
τ0 > τc maka butiran bergerak
τ0 = τc maka butiran mulai bergerak (kondisi kritis)
τ0 < τc maka butiran diam
Suatu benda terapung dalam keseimbangan stabil apabila pusat beratnya berada di
bawah pusat apung. Rumus-rumus berikut untuk menentukan keseimbangan
benda terapung dalam bentuk silinder.
Berat benda dalam air dirumuskan sebagai berikut:
1
FG = .p .D 2 .H .g bendal .................................... (2.14)
4
1
FB = .p .D 2 .d .g air .................................... (2.15)
4
p 4
I0 = .D .................................... (2.16)
64
Dari rumus-rumus di atas, keseimbangan suatu benda dalam zat cair dapat
diketahui. Dalam keadaan mengapung berlaku FG = FB.
Berat jenis tanah didapat dari perbandingan antara berat butir tanah dengan
berat air di udara pada volume yang sama dan temperatur tertentu.
Penelitian berat jenis butiran tanah (Gs) ini dilakukan berdasarkan ASTM
D 854-92.
Pada percobaan ini digunakan alat piknometer, yaitu botol gelas dengan
leher sempit dan bertutup yang berlubang kapiler, dengan kapasitas 50 cc.
(W2 - W1 )
Gs = .................................. (2.18)
(W4 - W1 ).t1 - (W3 - W2 ).t 2
dengan:
Gs = Berat jenis butiran tanah,
W1 = Berat piknometer kosong (gr),
W2 = Berat piknometer + sampel tanah kering (gr),
W3 = Berat piknometer + sampel tanah kering + aquades (gr),
W4 = Berat piknometer + aquades (gr),
t1 = Suhu pada W4 (0C),
t2 = Suhu pada W3 (0C).
b. Analisis Saringan (Sieve Analysis)
c. Porositas
Disamping porositas, h, dikenal juga istilah void ratio (v.r) dan bulk
density. Void ratio didefinisikan sebagai perbandingan antara volume
ruang pori terhadap volume partikel, atau:
Secara umum dapat dikatakan bahwa material dengan ukuran butiran halus
akan mempunyai porositas lebih besar dibandingkan dengan butiran
ukuran besar. Beberapa porositas dari material sedimen dapat dilihat pada
Tabel-2.7.