Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu
(sungai/saluran/mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air: 1. di bagian
sungai yang relatif lurus, 2. jauh dari pertemuan cabang sungai 3. tidak ada
tumbuhan air, 4. aliran tidak turbelenl, 5. aliran tidak melimpah melewati tebing
sungai. Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan
arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien
permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan.

Kualitas air yang bagus di tentukan oleh pH air tersebut. Bila pH air berkisar
7 maka kualitas air tersebut bagus dan air itu belum terkontaminasi senyawa -
senyawa yang mengandung logam berat yang dapat menyebabkan air tidak layak
lagi untuk di pakai atau di pergunakan oleh manusia atau organieme lain karena
menyebabkan kematian. Perairan umum adalah bagian permukaan bumi yang
secara permanen atau berkala digenangi oleh air, baik air tawar, air payau maupun
air laut, mulai dari garis pasang surut terendah ke arah daratan dan badan air
tersebut terbentuk secara alami ataupun buatan. Perairan umum tersebut
diantaranya adalah sungai, danau, waduk, rawa, goba, genangan air lainnya (telaga,
kolong-kolong dan legokan).

Pengukuran debit air sangat dipengaruhi oleh kecepatan arus air. Kecepatan
arus yang berkaitan dengan pengukuran debit air ditentukan oleh kecepatan gradien
permukaan, tingkat kekasaran, kedalaman, dan lebar perairan. Melalui praktikum
Hidrologi Hutan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai ini semua pembahasan lebih
mengenai Debit air sungai atau pengukuran debit aliran bisa didapatkan, sehingga
menunjang kuliah khususnya di bidang kehutanan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara mengukur debit aliran kecil ?
2. Alat-alat apa saja yang dibutuhkan dalam pengukuran debit aliran kecil ?

1.3 Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari cara-cara pengukuran debit air
dengan menggunakan metode apung serta mengetahui alat-alat yang digunakan
dalam pengukuran debit aliran air.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Debir air adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang
melintang pada suatu titik tertentu per satuan waktu, pada umumnya dinyatakan
dalam m³/s. Debit sungai diperoleh setelah mengukur kecepatan air dengan alat
pengukur atau pelampung untuk mengetahui data kecepatan aliran sungai dan
kemudian mengalirkannya dengan luas melintangnya (luas potongan lintang sungai)
pada lokasi pengukuran kecepatan tersebut (Sosrodarsono, 2003)
Pergerakan air sungai sangat dipengaruhi oleh jenis bentang alam , semakin
besar ukuran batuan dasar dan semakin banyak curah hujan , pergerakan air semakin
kuat dan kecepatan arus semakin cepat maka berpengaruh pada debit. Dalam SI
(Satuan Internasional) besarnya debit dinyatakan dalam satuan m³/s. Bagi pengelola
sumberdaya air debit aliran merupakan suatu informasi penting. Debit puncak over
terjadi banjir maka diperlukan suatu bangunan penampung air tambahan dalam
pengendaliannya. Debit air kecil maka membutuhkan perencanaan akan pemanfaatan
air untuk berbagai keperluan , utamanya dalam pengentasan akan musim kemarau
yang berkepanjangan, serta gambaran potensi sumberdaya dari sungai tersebut
(Effendi 2003)
Arus merupakan gerakan horizontal atau vertikal dari massa air menuju
kestabilan yang terjadi secara terus menerus. Gerakan yang terjadi merupakan hasil
resultan dari berbagai macam gaya yang bekerja pada permukaan, kolom, dan dasar
perairan. Hasil dari gerakan massa air adalah vector yang mempunyai besaran
kecepatan dan arah. Ada dua jenis gaya yang bekerja yaitu eksternal dan internal
Gaya eksternal antara lain adalah gradien densitas air laut, gradient tekanan mendatar
dan gesekan lapisan air (Gross,1990).
Menurut Nurdin (1984) air adalah zat yang mengelilingi semua organismedan
merupakan bagian terbesar pembentuk tumbuh-tumbuhan dan binatang air. Air juga
meruapakan tempat terjadinya berbagai reaksi kimia oleh berbagai organisme hidup.
Menurut Adriman (2002) menyatakan bahwa perairan umum adalah bagian
permukaan bumi yang secara permanent maupun berkala digenangi oleh air,baik air
tawar, payau maupun air laut, mulai dari garis pasng surut terendah kearah daratan
dan badan air tersebut terbentuk secara alami atau buatan. Menurut Sachlan (1980)

2
perairan umum merupakan sumberdaya yangmempunyai potensi besar baik bagi
perikanan maupun untuk kehidupan manusia.
Air merupakan bagian yang esensial dari protoplasma dan dapat dikatakan
bahwasemua jenis makhluk hidup bersifat aquatic. Menurut Sihotang (1988) bahwa
debit air adalah jumlah air yang mengalirdari suatu penampang tertentu (sungai,
saluran, mata air) persatuan waktu (ltr/dtk,m3 /dtk, dm3 /dtk). Menurut Fauzi (1996)
bahwa arus merupakan pergerakan dan perpindahanmassa air secara horizontal dari
suatu tempat ke tempat lain. Menurut Goldman dalam Rambe (1999) bahwa
kecepatan arus air dibedakan  menjadi beberapa kelompok yaitu  arus yang sangat cepat ( >
100cm/detik), cepat (50 – 100 cm/detik), sedang (25 – 50 cm/detik), lambat
(10 – 25cm/detik) dan sangat lambat (< 10 cm/detik).
Menurut Mahida (1984) bahwa pergerakan air yang cukup lambat didaerah
berlumpur menyebabkan patikel-partikel halus mengendap dan detritusberlimpah.
Menurut Hehanusa (2001) debit adalah jumlah atau volume air yangmengalir di
sungai atau badan air yang lain (asal kata dari Belanda, debiet ), dinyatakan dalam
satuan volume per satuan waktu. Menurut Asdak (2002) bahwa pada musim kemarau
besar debit air aliranair menyusut drastis.
Menurut Danar (2004) bahwa pada musim hujan debit air meningkatdrastis.
Dengan tingginya debit air, seluruh air dengan kandungan organik yangtinggi di
dalamnya akan tersapu habis dan masuk ke perairan pesisir. Menurut Odum (1971)
bahwa pengendapan partikel lumpur di dasarperairan tergantung pada arus.
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan
debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju
aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang
sungai per satuan waktu (Asdak,2002).
Dalam praktek, sering variasi kecepatan pada tampang lintang diabaikan, dan
kecepatan aliran dianggap seragam di setiap titik pada tampang lintang yang besarnya
sama dengan kecepatan rerata V, sehingga debit aliran adalah:
Q = AxV
Dengan :
Q = Debit Aliran (m3/s)
A = Luas Penampang (m2)
V = Kecepatan Aliran (m/s)

3
Metode penelitian meliputi pengukuran langsung di lapangan. Pengukuran
langsung di lapangan meliputi pengukuran lebar, tinggi air, tinggi saluran drainase,
sisi miring, dan diameter pada masing-masing saluran drainase dari yang berbentuk
trapesium, persegi, dan lingkaran. Variabel yang diamati adalah debit air pada
masing-masing saluran drainase. Debit air sungai merupakan tinggi permukaan air
sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai ( Mulyana, 2007).

METODE PENGUKURAN DEBIT AIR


Perlu diingat bahwa distribusi kecepatan aliran di dalam alur tidak sama arah
horisontal maupun arah vertikal. Dengan kata lain kecepatan aliran pada tepi alur
tidak sama dengan tengah alur, dan kecepatan aliran dekat permukaan air tidak sama
dengan kecepatan pada dasar alur.
Distribusi Kecepatan Aliran
A : teoritis
B : dasar saluran kasar dan banyak tumbuhan
C : gangguan permukaan (sampah)
D : aliran cepat, aliran turbulen pada dasar
E : aliran lambat, dasar saluran halus
F : dasar saluran kasar/berbatu
Menurut mayong.(situs mayong), ada beberapa metode pengukuran debit
aliran sungai yaitu : Area-velocity method, Fload area method, dan Metode kontinyu.
1) Velocity Method
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah dan kecepatan
aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan pengukuran lebar permukaan air
dan pengukuran kedalaman dengan tongkat pengukur atau kabel pengukur.
Kecepatan aliran dapat diukur dengan metode : metode current-meter dan metode
apung.
Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran (kecepatan
arus). Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling (proppeler type) dan
tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi kecepatan aliran di sungai tidak
sama baik arah vertikal maupun horisontal, maka pengukuran kecepatan aliran
dengan alat ini tidak cukup pada satu titik. Debit aliran sungai dapat diukur
dengan beberapa metode. Tidak semua metode pengukuran debit cocok
digunakan. Pemilihan metode tergantung pada kondisi (jenis sungai, tingkat
turbulensi aliran) dan tingkat ketelitian yang akan dicapai.

4
2) Pengukuran Debit dengan Cara Apung (Float Area Methode)
Jenis-jenis pelampung dapat dilihat pada Gambar dibawah ini..
Prinsip : kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung (U)
luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar saluran (L) dan
kedalaman saluran (D) debit sungai (Q) = A x V atau A = A x k dimana k adalah
konstanta
Q=AxkxU
Q = debit (m3/det)
U = kecepatan pelampung (m/det)
A = luas penampang basah sungai (m2)
k = koefisien pelampung

Pengukuran Debit dengan Current-meter


Prinsip : kecepatan diukur dengan current-meter luas penampang basah
ditetapkan berdasarkan pengukuran kedalaman air dan lebar permukaan air.
Kedalaman dapat diukur dengan mistar pengukur, kabel atau tali.
Pengukuran :
Ada 4 cara pengukuran kecepatan aliran yang disajikan dalam Tabel berikut :
Cara Pengukuran Kecepatan Aliran Keterangan :
Vs di ukur 0,3 m dari permukaan air
Vb di ukur 0,3 m di atas dasar sungai
Kecepatan aliran dihitung berdasarkan jumlah putaran baling-baling per
waktu putarannya (N = putaran/dt). Kecepatan aliran V = aN + b dimana a dan b
adalah nilai kalibrasi alat current meter. Hitung jumlah putaran dan waktu
putaran baling-baling (dengan stopwatch).
3) Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu
Current meter diturunkan kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan
yang konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke
atas dengan kecepatan yang sama.
Pengukuran Debit dengan Metode Kontinyu Current meter diturunkan
kedalam aliran air dengan kecepatan penurunan yang konstant dari permukaan
dan setelah mencapai dasar sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang
sama.

5
Namun menurut Chay asdak metode pengukuran debit air di bagi dalam 4
katagori

a.) Pengukuran air sungai.


Biasanya dilakukan untuk aliran air (sungai) lambat. Pengukuran
debit dengan cara ini dianggap paling akurat, terutama untuk debit aliran
lambat seperti pada aliran mata air. Cara pengukurannya dilakukan dengan
menentukan waktu yang di perlukan untuk mengisi kontainer yang telah
diketahui volumenya. Prosedur yang biasa dilakukan untuk pengukuran debit
dengan cara pengukuran volume adalah dengan membuat dam kecil (atau
alat semacam weir) disalah satu bagian dari badan aliran air yang akan
diukur. Gunanya adalah agar aliran air dapat terkonsentrasi pada satu outlet.
Di tempat tersebut pengukuran volume air dilakukan. Pembuatan dam kecil
harus sedemikian rupa sehingga permukaan air di belakang dam tersebut
cukup stabil. Besarnya debit aliran dihitung dengan cara:
Q =ν/t
Q = debit (m3/dt)
ν = volume air (m3)
t = waktu pengukuran (detik)
b.) Pengukuran debit dengan cara mengukur kecepatan aliran dan menentukan
luas penampang melintang sungai.
Yaitu pengukuran debit dengan bantuan alat ukur current meter atau
sering dikenal sebagai pengukur debit melalui pendekatan velocity-area
method paling banyak dipraktikan dan berlaku untuk kebanyakan aliran
sungai.
c.) Pengukuran debit dengan menggunakan bahan kimia (pewarna) yang
dialirkan dalam aliran sungai.
Sering digunakan untuk jenis sungai yang aliran airnya tidak
beraturan (turbulence). Untuk maksud-maksud pengukuran hidrologi, bahan-
bahan penelusur (tracers),
 Mudah larut dalam aliran sungai
 Bersifat stabil
 Mudah dikenali pada kosentrasi rendah.
 Tidak bersifat meracuni biota perairan dan tidak menimbulkan dampak
(negatif) yang permanen pada badan perairan.

6
 Relatif tidak terlalu mahal harganya.
d.) pengukuran debit dengan membuat bangunan pengukur debit seperti weir
(aliran lambat) atau aliran air cepat.
Persoalan yangsering muncul ketika melakukan pengukuran debit
sungai mendorong para ahli hidrologi mengembangkan alat/bangnan
pengontrol aliran sungai untuk tujuan pengukuran debit.bangnan tersebut
antara lain, weir dan flume. Cara kerja banganunan pengukur debit tersebut
diatas adalah dengan menggunakan kurva aliran untuk mengubah kedalaman
aliran air menjadi debit. Perbedaan pemakaian kedua alat tersebut adalah
bahwa flume digunakan untuk mengukur debit pada sungai dengan debit
aliran besar, sering disertai banyak sampah atau bentuk kotoran lainnya.
Sedangkan aliran air kecil atau dengan ketinggian aliran (h) tidak melebihi 50
cm. Biasanya dipakai weir. Aliran yang melewati lempengan weir akan
menunjukan besar kecilnya debit di tempat tersebut. Kegunaan utama alat
tersebut adalah untuk mengurani kesalahan dalam menentukan hubungan debit
(Q) dan tinggi muka air (Chay.2002).

7
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu Praktikum


Praktikum Pengukuran Debit Aliran Air dilakukan di aliran sungai Jl. Paus,
Rumbai Pesisir, Pekanbaru. Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 03 Desember
2019 pada pukul 13.30 s/d selesai.
3.2 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada saat melakukan praktikum Pengukuran Debit
Aliran, yaitu sebagai berikut :
1. Meteran panjang

2. Tali plastik (panjang sekitar 20 m)

3. Stopwatch

4. Buku penuntun praktikum

5. Alat-alat tulis

6. Pelampung (contoh : bola pingpong, dan lainnya)

7. Stik pengukur (diberi tanda)

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Air sungai mengalir

2. Tally sheet

3.3 Prosedur Kerja


Prosedur kerja dari praktikum mengenai debit air dilakukan langkah-langkah
kerja sebagai berikut: menentukan lokasi, mengukur panjang aliran yang akan diukur
kecepatannya, mengukur waktu yang digunakan untuk menempuh jarak yang telah di
tentukan, menetukan konstanta yang digunakan dengan melihat keadaan dasar
perairan, membentuk daerah yang akan di lalui bola pingpong dengan menggunakan
tali plastik, mengukur kedalaman rata-rata yang di lalui bola pingpong.
Persyaratan Tempat Pengukuran :

1. Tepi-tepi sungai yang lurus (minimal 15 m) dan sejajar satu sama lain dan sejajar

8
terhadap arus sungai di dalamnya

2. Dasar sungai stabil, aliran laminar, tidak terdapat batu-batu besar, bendungan dan
sebagianya yang menyebabkan arus sungai berbalik/turbulen

3. Penampang dasar sungai relatif rata agar komponen kecepatan arus sungai untuk
menghindari adanya turbulensi arus.
Adapun prosedur pengukuran kecepatan aliran sungai dengan metode
apung ( floating method) adalah sebagai berikut:
1. Diukur lebar sungai dengan menggunakan meteran.
2. Dipasang patok pada kedua sisi sungai.
3. Diikat tali rafia pada patok yang sudah dipasang.
4. Diukur kedalaman sungai pada titik pengukuran.
5. Diukur panjang sungai dengan meteran yang akan dijadikan sebagai lintasan
benda.Jarak atau panjang sungai sekurang-kurangnya memberikan waktu
perjalanan selama 20 detik.
6. Dijatuhkan benda yang dapat terapung pada titik pengamatan 1 dan waktu mulai
dihitung. Hentikan pencatat waktu ketika benda telah sampai pada titik
pengamatan 2.
7. Dicatat waktu yang ditempuh benda tersebut.
8. Dilakukan pengamatan beberapa kali minimalnya 10 kali percoban
9. Dihitung rata-rata waktu yang diperlukan benda selama percobaan tersebut.
10.Dihitung kecepatan aliran sungai dengan mengalikan antara jarak titik
pengamatan dengan waktu tempuh rata-rata. Kemudian kalikan kecepatan aliran
tersebut dengan angka tetapan 0,75 ( keadaan dasar sungai kasar).
11.Dihitung debit sungai dengan mengalikan luas sungai dan kecepatan aliran

Penghitungan data :

1. Menghitung kecepatan aliran sungai :

V = L/t

Ket. : V = Kecepatan aliran sungai (meter/detik)

L = Panjang lintasan pengukuran (m)

t = Waktu yang diperlukan pelampung menempuh panjang lintasan (dt)

9
2. Mengitung penampang basah sungai :
A = lebar rata-rata sungai x kedalaman rata-rata sungai
Maka luas penampang sungai :
A = AB x CD

A E B

C
F D

Gambar 1. Luas Penampang sungai

Menghitung Debit Aliran Sungai :


Q = AV
Ket. :
Q = Debit Aliran Sungai (m3/dt)
A = Luas Penampang Basah Sungai (m2)
V = Kecepatan Debit Aliran Sungai (m2/dt)

10
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

4.1 Hasil Praktikum


Pada praktikum debit aliran air sungai menggunakan metode pelampung,
kami membutuhkan data-data yang dibutuhkan dalam menghitung pengukuran
tersebut. Data yang dibutuhkan dalam pengukuran debit aliran air sungai adalah
panjang sungai, lebar sungai, kedalaman sungai/ ketinggian sungai, dan minimal
percobaan menggunakan bola pimpong adalah 10 kali.
Data-data tersebut diperlukan dalam menghitung kecepatan aliran sungai,
penampang basah sungai dan menghitung debit aliran sungai.

Tabel 1. Pengukuran tiap sisi sungai (m)


Bagian Panjang Kedalaman
Lebar Sungai
Sungai Sungai Sungai
pangkal 1,8 0,41
tengah 15 m 1,84 0,42
ujung 1,84 0,44
Total 15 m 5,46 1,27
rata-rata 15 m 1,82 0,423

Tabel 2. Percobaan pengukuran debit aliran sungai


Percobaan Waktu (S)
bola 1 57,01
bola 2 57,87
bola 3 47,79
bola 4 47,2
bola 5 53,8
bola 6 46,7
bola 7 56,2
bola 8 56,9
bola 9 49,5
bola 10 50,6
Jumlah 523,57 s
Rata-rata 52,36 s

1. Menghitung Kecepatan Aliran Sungai

11
Dalam menghitung debit aliran sungai data yang dibutuhkan adalah
panjang lintasan sungai dan waktu yang dibutuhkan pelampung menempuh
panjang lintasan. Dalam menghitung kecepatan aliran sungai digunakan rumus
sebagai berikut:
V = L/t

Ket. : V = Kecepatan aliran sungai (meter/detik)

L = Panjang lintasan pengukuran (m)

t = Waktu yang diperlukan pelampung menempuh panjang lintasan (dt)

V = 15 m/ 52,36 dtk
= 0,286 m/dtk
2. Menghitung penampang basah sungai
Dalam menghitung penampang basah sungai data yang dibutuhkan
adalah lebar rata-rata sungai dan kedalaman rata-rata sungai. Cara menghitung
penampang basah sungai digunakan rumus sebagai berikut:
A = lebar rata-rata sungai x kedalaman rata-rata sungai
= 1,82 m x 0,423 m
= 0,770 m2
3. Menghitung Debit Aliran Sungai
Dalam menghitung diperlukan data luas penampang basah sungai dan
kecepatan debit aliran sungai, yang dihitung menggunakan rumus:
Q = AV
Ket. :
Q = Debit Aliran Sungai (m3/dt)
A = Luas Penampang Basah Sungai (m2)
V = Kecepatan Debit Aliran Sungai (m/dt)
Q = A.V
Q = 0,770 m2 x 0,286 m/dtk
= 0,221 m3/ dtk

BAB V

12
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan

Praktikum pengukuran debit aliran sungai dilakukan pada hari Selasa, 03


Desember 2019 pada pukul 13.30 s/d selesai. Praktikum ini dilakukan di sungai/
parit di Jl. Paus, Rumbai Pesisir, Pekanbaru.

Pengukuran debit aliran sungai merupakan volume air yang mengalir


melalui suatu penampang melintang pada suatu titik tertentu per satuan waktu, pada
umumnya dinyatakan dalam m³/s. Debit sungai diperoleh setelah mengukur
kecepatan air dengan alat pengukur atau pelampung untuk mengetahui data
kecepatan aliran sungai dan kemudian mengalirkannya dengan luas melintangnya
(luas potongan lintang sungai) pada lokasi pengukuran kecepatan tersebut.

 Debit adalah suatu koefesien yang menyatakan banyaknya air yang


mengalir dari suatu sumber persatuan waktu, biasanya diukur dalam satuan
liter per/detik, untuk memenuhi keutuhan air pengairan, debit air harus lebih
cukup untuk disalurkan ke saluran yang telah disiapkan  (Dumiary, 1992).
Pada dasarnya debit air yang dihasilkan oleh suatu sumber air ditentukan oleh
beberapa faktor - faktor yaitu :
1. Intensitas hujan 
2. Penggundulan hutan
3. Pengalihan hutan 
Dalam praktikum ini kami menggunakan metode pelampung dengan alat
bantu bola pimpong, stopwatch, meteran, dll. Dalam metode ini data yang harus
didapat adalah panjang lintasan pengukuran, lebar rata-rata sungai, kedalaman rata-
rata sungai. Data lebar dan kedalaman sungai diperoleh dari rata-rata sungai bagian
pangkal, tengah dan ujung. Dalam praktikum ini kami melakukan percobaan bola
pimpong sebanyak 10 kali untuk mengetahui waktu rata-rata yang diperlukan
pelampung dalam menempuh panjang lintasan. Untuk mengetahui waktu pelampung
melintas adalah menggunakan stopwatch.

13
Dalam praktikum ini bervariasi kecepatan bola pimpong dalam menempuh
panjang lintasan. Ini disebabkan karena arus yang tidak terlalu kuat, volume air
dalam sungai (parit), faktor cuaca / angin, dll. Bola pimpong dijatuhkan dari daerah
strart dan dibiarkan mengalir/ mengapung menuju batas akhir panjang lintasan 15 m.

Pada bola pertama waktu yang diperlukan dalam menempuh panjang


lintasan sungai adalah 57,01 dtk. Pada bola kedua waktu yang diperlukan adalah
57,87 dtk. Pada bola ketiga wktu yang diperlukan adalah 47,79 dtk. Pada bola
keempat waktu yang diperlukan adalah 47,2 dtk. Pada bola kelima waktu yang
diperlukan adalah 53,8 dtk. Pada bola keenam waktu yang diperlukan adalah 46,7
dtk. Pada bola ketujuh waktu yang diperlukan adalah 56,2 dtk. Pada bola kedelapan
waktu yang diperlukan adalah 56,9 dtk. Pada bola kesembilan waktu yang
dibutuhkan adalah 49,5 dtk. Pada bola kesepuluh waktu yang diperlukan adalah 50,6
dtk. Pada percobaan bola pimpong tersebut dapat disajikan dalam bentuk grafik
sebagai berikut:

Percobaan Menggunakan
Bola Pimpong
70
57.01 57.87
60 56.2 56.9
53.8
49.5 50.6
47.79 47.2 46.7
50
40
30
20
10
0
bola 1 bola 2 bola 3 bola 4 bola 5 bola 6 bola 7 bola 8 bola 9 bola 10

Gambar 2. Grafik percobaan bola pimpong

Berdasarkan hasil grafik yang diperoleh bahwa bola pimpong yang bergerak
agak cepat yaitu pada bola keenam, karena memiliki waktu 46,7 dtk. Sedangkan
pada bola kedua bola pimpong bergerak agak lambat dalam melintas aliran sungai
yaitu 57,87 dtk. Berdasarkan grafik tersebut bahwa bola pimpong bergerak

14
bervariasi dalam artian waktu yang ditempuh berbeda-beda ini dikarenakan laju arus
sungai, angin, serta volume air sungai.
Pada praktikum yang kami lakukan terdapat kriteria dalam menentukan tempat,
dimana kriteria tersebut sangat dibutuhkan agar praktikum dapat berjalan dengan
baik . Pemilihan lokasi untuk pengukuran debit aliran air sungai juga harus dapat
dijangkau oleh praktikan. Pengukuran debit dengan pelampung perlu memperhatikan
syarat-syarat lokasi sebagai berikut :
1. Syarat lokasi pengukuran seperti pada metode konvensional
2. Kondisi aliran sedang banjir dan tidak melimpah
3. Geometri alur dan badan sungai stabil
4. Jarak antara penampang hulu dan hilir minimal 3 kali lebar sungai pada kondisi
banjir Di bagian sungai yang relatif lurus
5. Jauh dari pertemuan cabang sungai
6. Tidak ada tumbuhan air
7. Aliran air tidak ada masalah
8. Aliran air tidak melimpah melewati batas sungai.
Pada praktikum ini panjang lintasan aliran sungai yang ditempuh oleh bola
pimpong adalah 15 meter. Lebar dan kedalaman sungai setiap penampangnya
berbeda-beda. Yang mana pada pangkal sungai memiliki lebar 1,80 m dan
kedalaman 0,41 m. Pada tengah sungai memiliki lebar 1,84 m dan kedalaman 0,42
m. Pada ujung sungai memiliki lebar 1,84 m dan memiliki kedalaman 0,44 m.
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per
waktu. Debit air ini merupakan factor yang penting sebagai penentu dalam
pengelolaan daerah aliran sungai. Pada praktikum ini bola pimpong yang
bergerak sebagai percobaan tentu saja tidak berjalan lurus, ini dikarenakan
arus yang tidak stabil terlebih lagi faktor lainnya seperti angin dan gundukan
batu. Semakin banyak volume air yang di dalam sungai maka semakin deras
laju arus sungai sehingga laju pimpong semakin cepat. Semakin ringan
pelampung yang digunakan maka semakin cepat laju atau waktu yang
dibutuhkan. Dan sebaliknya semakin besar bola pimpong maka pergerak bola
tersebut akan melambat karena faktor massa dan bentuk yang besar sehingga
menyulitkan untuk bergerak bebas.

15
Laju aliran sungai akan deras jika volume air tersebut banyak yang
disebabkan oleh aktifitas hujan. Ketika hujan turun ke bumi maka air akan bergerak
ke permukaan dan sebagian akan bergerak mengalir ke sungai sehingga di sungai
jika terjadi hujan akan deras alirannya dan biasanya air tersebut bewarna keruh.
Namun pada saat kami melakukan praktikum belum turun hujan sehingga volume air
yang ada di sungai tersebut tidak terlalu banyak sehingga tidak deras alirannya
sehingga bola pimpong bergerak tidak cepat, dan kami melakukan praktikum pada
siang hari yang mana pada siang hari air akan mengalami evaporasi (penguapan)
akibat cahaya matahari yang masuk ke bumi, memungkinkan volume air akan sedikit
berkurang.
Hujan yang turun ke bumi titik-titik air akan mengalir ke permukaan,
mengalir melalui tajuk, hingga masuk dalam tanah yang akan mengalir ke muara
sungai dan berujung ke laut. Hujan yang semakin deras maka semakin bnyak pula
titik-titik air yang dihasilkan yang biasanya volume sungai juga akan semakin
banyak. Semakin banyak volume air di dalam sungai maka semakin laju aliran
sungai. Maka sebaliknya jika tidak terjadi hujan maka volume air sungai akan
semakin sedikit dan jika jarang sekali terjadi hjan biasanya terdapat sungai-sungai
yang kering. Jika volume air pada sungai sedikit maka laju aliran biasanya akan
lebih tenang dibanding volume air yang banyak.
Di dalam praktikum sebelum menghitung debit aliran sungai kita harus
menghitung kecepatan aliran sungai dan menghitung penampang basah. Untk
menghitung penampang basah kita harus memerlukan data panjang lintasan
pengukiran dan waktu yang diperlukan pelampung menempuh panjang lintasan.
Untuk menghitung penampang sungai data yang dibutuhkan adalah lebar rata-rata
sungai dan kedalaman rata-rata sungai. Untuk satuan kecepatan aliran sungai adalah
meter/ detik sedangkan satuan penampang basah sungai adalah m 2. Jika data
kecepatan aliran sungai dan penampang basah sungai sudah didapatkan maka
barulah bisa menghitung debit aliran sungai. Satuan debit aliran sungai adalah m 3/
detik.
Untuk menghitung kecepatan aliran air sungai digunakan rumus sebagai
berikut:

V = L/t

16
Ket. : V = Kecepatan aliran sungai (meter/detik)

L = Panjang lintasan pengukuran (m)

t = Waktu yang diperlukan pelampung menempuh panjang lintasan (dt)

V = 15 m/ 52,36 dtk
= 0,286 m/dtk
Berdasarkan hasil yang didapat bahwa waktu yang diperlukan pelampung
menempuh panjang diperoleh dari hasil rata-rata percobaan 10 kali. Yang mana
total waktu yang ditempuh bola di percobaan selama 10 kali adalah 523,57 detik.
Semakin deras aliran/ arus sungai maka semakin cepat bola pimpong melaju.
Semakin cepat bola pimpong melaju, maka waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh sampai 15 meter pun akan semakin cepat. Semakin cepatnya bola
pimpong melaju maka kecepatan aliran sungai akan semakin besar. Namun pada
saat praktikum kecepatan bola pimpong melaju tidak cepat ini dikarenakan
volume air yang berkurang akibat tidak hujan dan siang hari mengalami
evaporasi menyebabkan arus sungai menjadi tidak kencang. Jika arus sungai
lambat maka kecepatan yang diproleh juga akan semakin lambat dan sedikit.
Sebaiknya dalam melakukan pengukuran dilakukan setelah turunnya hujan agar
volume air bertambah dan arus sungai agak deras sehingga bola pimpong
bergerak laju dan didapat kecepatan yang besar juga.

A = lebar rata-rata sungai x kedalaman rata-rata sungai


= 1,82 m x 0,423 m
= 0,770 m2
Setelah menghitung kecepatan aliran sungai maka kita harus menghitung
penampang basah sungai. Dalam menghitung penampang basah sungai data yang
dibutuhkan adalah lebar rata-rata sungai dan kedalaman rata-rata sungai. Lebar
rata-rata sungai diperoleh dari rata-rata ketiga sisi sungai yang mana masing-
masingnya memiliki lebar (1,8 m + 1.84 m + 1,84 m) / 3 = 1,82 m. Kedalaman
rata-rata sungai diperoleh dari rata-rata ketiga sungai, yang mana masing-masing
memiliki nilai (0,41 m + 0,42 m + 0,44 m)/ 3 = 0,423 m. Semakin lebar sungai
dan semakin dalam sungai maka penampang basah yang didapatkan akan

17
semkain besar. Namun sebaliknya jika semakin kecil lebar sungai dan semakin
pendek kedalaman sungai maka penampang basah juga akan kecil.
Setelah menghitung data kecepatan aliran sungai dan penampang basah
sungai maka kita akan menghitng debit sungai. Yaitu menggunakan rumus:
Q = AV
Ket. :
Q = Debit Aliran Sungai (m3/dt)
A = Luas Penampang Basah Sungai (m2)
V = Kecepatan Debit Aliran Sungai (m/dt)
Q = A.V
Q = 0,770 m2 x 0,286 m/dtk
= 0,221 m3/ dtk

Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai debit aliran


yaitu 0, 221 m3/ dtk. Semakin deras aliran sungai dan semakin dalam kedalaman
sungai maka debit yang dihasilkan pun akan berbeda karena akan semkain tinggi.
Pengukuran debit suatu aliran sungai dengan menggunakan metode apung adalah
metode yang dapat diterapkan untuk menganalisis dari suatu sungai tentang debit
aliran. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter
kubik per detik (m3/dt).
Sungai dari satu atau beberapa aliran sumber air yang berada di
ketinggian,umpamanya disebuah puncak bukit atau gunung yg tinggi, dimana air
hujan sangat banyak jatuh di daerah itu, kemudian terkumpul dibagian yang
cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya mengalir
keluar melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air.

Selanjutnya air itu akan mengalir di atas permukaan tanah yang paling
rendah, mungkin mula mula merata, namun karena ada bagian- bagian
dipermukaan tanah yg tidak begitu keras, maka mudahlah terkikis, sehingga
menjadi alur alur yang tercipta makin hari makin panjang, seiring dengan makin
deras dan makin seringnya air mengalir di alur itu. Semakin panjang dan semakin
dalam, alur itu akan berbelok, atau bercabang, apabila air yang mengalir disitu
terhalang oleh batu sebesar alur itu, atau batu yang banyak, demikian juga dgn

18
sungai di bawah permukaan tanah, terjadi dari air yang mengalir dari atas,
kemudian menemukan bagian-bagan yang dapat di tembus ke bawah permukaan
tanah dan mengalir ke arah dataran rendah yg rendah.lama kelamaan sungai itu
akan semakin lebar.
Dalam menggunakan cara pelampung ini pengukuran yang dilakukan
pada bagian sungai yang relatif lurus akan lebih efektif dalam melakukan
pengukuran karena akan memperoleh aliran air yang relatif stabil. Pengukuran ini
kurang ideal karena panjang penggal yang diukur hanya 15 meter. Sedangkan
idealnya, panjang penggal sungai yang diukur adalah 20 meter sampai 50 meter.
Dalam menggunakan cara pelampung ini juga dibutuhkan percobaan yang
seharusnya melebihi 10 kali namun pada praktikum yang kami lakukan hanya
melakukan percobaan sebanyak 10 kali sehingga data yang dihasilkan tidaklah
terlalu akurat.
Debit air merupakan komponen yang penting dalam pengelolaan suatu
DAS. Pelestarian hutan juga penting dalam rangka menjaga kestabilan debit air
yang ada di DAS, karena hutan merupakan faktor utama dalam hal penyerapan
air tanah serta dalam proses Evaporasi dan Transpirasi. Juga pengendali
terjadinya longsor yang mengakibatkan permukaan sungai menjadi dangkal, jika
terjadi pendangkalan maka debit air sungai akan ikut berkurang. Selain menjaga
pelestarian hutan, juga yang tidak kalah pentingnya yang sangat penting kita
perhatikan yaitu tingkah laku manusia terhadap DAS, seperti pembuangan
sampah sembarangan.
Hal-hal berikut ini adalah yang mempengaruhi debit air:
1. Intensitas hujan.
Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki
komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan
siklus tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek),
atau kemarau panjang (musim hujan pendek). Yang menyebabkan
bertambahnya debit air.
2. Pengundulan Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai
penahan tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang
jatuh di daerah tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk

19
selanjutnya akan menjadi air tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan
cadangan air bagi sumber air sungai. Oleh karena itu hutan yang terjaga
dengan baik akan memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber-sumber
air pada musim kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul akan menjadi
malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim hujan, air
hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang
kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran
permukaan dan sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah
longsor dan atau banjir bandang yang membawa kandungan lumpur.
3. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Risiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama
besarnya dengan penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi
akibat erosi. Selain akan meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi
(suspended solid) dalam air sungai sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan
diikuti oleh meningkatnya kesuburan air dengan meningkatnya kandungan
hara dalam air sungai.Kebanyakan kawasan hutan yang diubah menjadi lahan
pertanian mempunyai kemiringan diatas 25%, sehingga bila tidak
memperhatikan faktor konservasi tanah, seperti pengaturan pola tanam,
pembuatan teras dan lain-lain.
4. Intersepsi
Adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi diatas
permukaan tanah, tertahan bebereapa saat, untuk diuapkan kembali(”hilang”)
ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Proses intersepsi
terjadi selama berlangsungnya curah hujan dan setelah hujan berhenti. Setiap
kali hujan jatuh di daerah bervegetasi, ada sebagian air yang tak pernah
mencapai permukaan tanah dan dengan demikian, meskipun intersepsi
dianggap bukan faktor penting dalam penentu faktor debit air, pengelola
daerah aliran sungai harus tetap memperhitungkan besarnya intersepsi karena
jumlah air yang hilang sebagai air intersepsi dapat mempengaruhi neraca air
regional. Penggantian dari satu jenis vegetasi menjadi jenis vegetasi lain yang
berbeda, sebagai contoh, dapat mempengaruhi hasil air di daerah tersebut.

20
5. Evaporasi dan Transpirasi
Evaporasi transpirasi juga merupakan salah satu komponen atau
kelompok yang dapat menentukan besar kecilnya debit air di suatu kawasan
DAS, mengapa dikatakan salah satu komponen penentu debit air, karena
melalu kedua proses ini dapat membuat air baru, sebab kedua proses ini
menguapkan air dari per mukan air, tanah dan permukaan daun, serta cabang
tanaman sehingga membentuk uap air di udara dengan adanya uap air diudara
maka akan terjadi hujan, dengan adanya hujan tadi maka debit air di DAS
akan bertambah juga.

21
BAB VI
KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan
1. Debir air adalah volume air yang mengalir melalui suatu penampang melintang
pada suatu titik tertentu per satuan waktu, pada umumnya dinyatakan dalam m³/s
2. Metode yang digunakan dalam menghitung debit aliran sungai adalah metode
pelampung dengan alat bantu pimpong
3. Sebelum menghitung debit aliran sungai kita harus menghitung kecepatan aliran
sungai dan penampang basah sungai.
4. Dalam menghitung kecepatan aliran sungai diperlukan data panjang lintasan
pengukuran dan waktu yang dibutuhkan pelampung menempuh panjang lintasan
5. Kecepatan aliran sungai dapat digunakan dengan rumus : V = L/t, dan hasil
perhitungannya adalah V = 15 m/ 52,36 dtk = 0,286 m/dtk
6. Untuk menghitung penampang basah sungai diperlukan data kelaman rata-rata
sungai dan lebar rata-rata sungai
7. Penampang basah sungai dapat digunakan rumus :
A = lebar rata-rata sungai x kedalaman rata-rata sungai

= 1,82 m x 0,423 m = 0,770 m2


8. Cara menghitung debit aliran digunakan rumus Q = A.V, hasil perhitungannya

Q = 0,770 m2 x 0,286 m/dtk = 0,221 m3/ dtk

9. Hal-hal yang mempengaruhi debit aliran adalah intensitas hujan, penggundilan


hutan, pengalihan hutan menjadi pertanian, intersepsi, evaporasi dan transpirasi
6.2 Saran
1. Sebaiknya para praktikan memehami teori dan memperhatikan metode praktikum
saat berlangsung agar memudahkan dalam pengerjaan laporan
2. Pembibimbing sebaiknya mengawasi praktikan lebih intensif lagi dan
memberikan materi secara rinci
3. Praktikum harus dilakukan dengan sungguh-sungguh agar data yang diperoleh
lengkap dan dapat mengolah data

22
DAFTAR PUSTAKA

Adriman. 2002. Kualitas Dan Distribusi Spasi Karakteristik Fisika Kimia Perairan
Sungai Sulir Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Bengkalis. Berkala Perikanan
Terubuk ISSN 0126-4265 Vol. 29, No. 2.
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjamada
University : Jogjakarta. 618 hal.
Dumiary.1992.Ekonomika Sumber Daya Air. Yogyakarta: BPFE
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Cetakan Kelima. Yogjakarta : Kanisius.
Fauzi. 1996. Kumpulan Istilah Perikanan. Lembaga Yayasan Informasi dan
Kajian. Pekanbaru. 203 hal. (tidak diterbitkan)
Gross, M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc. Englewood Cliff.
New Jersey
Hehanusa, P.E., dan Haryani, G.,s. 2001. Kamus Limnologi (Perairan Darat). Panitia
Nasional Program Hidrologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.230 hal.
Mahida, U.N. 1984. Pencemaran Air Dan Pemanfaatan Limbah Industri. Rajawali :
Jakarta. 543 hal.
Mulyana AN, Kusuma C, Abdullah K, Prasetyo LB, Setiawan BI. 2011. Aplication of
Tank Model for Predicting Water Balance and Flow Discharge Component of
Cisadane Upper Catchment. Jurnal Manajemen Hutan Tropika. 17(2): 63-70.
Nurdin, S,. 1984. Peran Radiasi Matahari Sebagai Input Dalam Kemantapan
Ekosistem. IPB : Bogor. 45 hal.
Rambe, S.B.M.S. 1999. Kualitas Sungai Kampar Di Kecamatan Bangkinang
Barat Ditinjau Dari Karakteristik Fisika, Kimia dan Struktur Komunitas
Phytoplankton. Skripsi, Fperika UNRI. Pekanbaru. 46 hal.
Sachlan,M. 1980. Planktonologi. Diktat Perkuliahan Planktonologi. Fakultas Perikanan
Dan Ilmu Kelautan UNRI : Pekanbaru. 63 hal.
Sastrodarsono, T. 1995. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. PT
Pradnaya Paramita. Jakarta. Terpadu. Jakarta: PT. Pramadya Paramita.

23
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

Lintasan sungai untuk pengukuran debit aliran

Percobaan bola pimpong

24
Bola pimpong diamankan untuk melakukan pengulangan

Arus sungai yang tidak terlalu deras

25

Anda mungkin juga menyukai