Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“DEBIT AIR SUNGAI”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Hidrologi Dan Lingkungan
Dosen Pengampu:
Dr. H. Sidharta Adyatama, S.Pd., M.Sc

COVER

Disusun Oleh:
Winanda Nathania
21110115220001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2022

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 1
PEMBAHASAN

A. DEFINISI DEBIT SUNGAI


Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu
volume perwaktu. Debit aliran sungai adalah tinggi permukaan air
sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air. Pengukuran
dilakukan setiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau
aliran sungai adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.
Pengertian debit adalah satuan besaran air yang keluar dari
Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan debit yang digunakan dalam
system satuan SI adalah meter kubik per detik (m 3 / detik). Menurut
Asdak (2002), debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume
air) yang melewati suatu penampang melintang sungai persatuan
waktu. Dalam system SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan
meter kubik. Debit aliran juga dapat dinyatakan dalam persamaan Q =
A x V, dimana A adalah luas penampang (m 2) dan V adalah kecepatan
aliran (m/ detik). Pengertian debit sungai antara lain:

 Dalam hidrologi, debit air sungai adalah tinggi permukaan air sungai
yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Pengukurannya
dilakukan tiap hari, atau dengan pengertian yang lain debit atau aliran
sungai adalah laju aliran sungai (dalam bentuk volume air) yang
melewati suatu penampang melintang sungai persatuan waktu. Dalam
sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik
perdetik (m3 /dt).

 Menurut Sosrodarsono dan Takeda (2006), debit air sungai adalah laju
aliran air yang melewati suatu penampang melintang dengan
persatuan waktu. Besarnya debit dinyatakan dalam satuan meter kubik
per detik (m3 /detik).

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 2
 Menurut Harnalin (2010), debit air adalah jumlah air yang mengalir dari
suatu penampang tertentu (sungai/saluran/mata air) persatuan waktu
(ltr, dtk,m3/dtk, m3/dtk). Dengan mengetahui debit air suatu perairan
kita dapat mengetahui jenis organisme apa saja yang hidup disuatu
perairan tersebut. Jika debit air disuatu perairan tinggi maka dapat
dipastikan bahwa organisme yang hidup diperairan tersebut adalah
organisme perenang kuat dan apabila debit suatu.

 Menurut Soemarto (1987) debit diartikan sebagai volume air yang


mengalir persatuan waktu melewati suatu penampang melintang
palung sungai, pipa, pelimpah, akuifer dan sebagainya. Data debit
diperlukan untuk menentukan volume aliran atau perubahan –
perubahannya dalam suatu sistem das. Data debit diperoleh dengan
cara pengukuran debit langsung dan pengukuran tidak langsung, yaitu
dengan menggunakan liku kalibrasi. Liku kalibrasi (rantting curve)
menurut Sri Harto (2000) adalah hubungan grafis antara tinggi muka
air dengan debit. Liku kalibrasi diperoleh dengan sejumlah pengukuran
yang terencana dan mengkorelasikan dua variabel yaitu tinggi muka
air dan debit dapat dilakukan dengan menghubungkan titik – titik
pengukuran dengan garis lengkung diatas kertas logaritmik.
Dalam laporan – laporan teknis, debit aliran biasanya ditunjukan
dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah suatu prilaku
debit sebagai respon adanya perubahan karateristik biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya pengelolaan DAS) dan
atau adanya perubahan (fluktuasi musiman atau tahunan).
Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk
mengetahui potensi sumberdaya air disuatu wilayah DAS. Debit aliran
dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi
neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber daya air
permukaan yang ada. Penentuan debit sungai dapat dilaksanakan
dengan cara pengukuran aliran dan cara analisis. Pelaksanaan
pengukuran debit sungai dapat dilakukan secara langsung dan cara
tidak langsung, yaitu dengan melakukan pendataan terhadap
parameter alur sungai dan tanda bekas banjir. Dalam hidrologi

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 3
masalah penentuan debit sungai dengan cara pengukuran termasuk
dalam bidang hidrometri, yaitu ilmu yang mempelajari masalah
pengukuran air atau pengumpulan data dasar untuk analisis mencakup
data tinggi muka air, debit dan sedimentasi.

B. KARAKTERISTIK DEBIT SUNGAI


Karakteristik debit aliran pada suatu DAS sangat dipengaruhi oleh
faktor curah hujan dan juga sifat fisik dari DAS tersebut. Kondisi fisik
DAS yang sangat berperan penting terhadap karakteristik DAS adalah
faktor tanah dan vegetasi pada wilayah DAS sehingga apabila terjadi
perubahan pada kedua faktor tersebut maka berubah pula karakteristik
debit pada DAS tersebut. Dengan demikian informasi tentang
bagaimana kondisi karakteristik debit pada suatu DAS dapat
menjelaskan sejauh mana kondisi fisik DAS yang bersangkutan. Selain
itu informasi tentang kondisi debit pada suatu DAS sangat diperlukan
untuk mengetahui potensi sumberdaya air pada di suatu wilayah DAS
sehingga perencanaan pengelolaan air dapat berlangsung dengan
efektif

C. JENIS-JENIS DEBIT SUNGAI


Berdasarkan debit airnya, sungai dibedakan menjadi empat macam,
yaitu:
1) Sungai Permanen
Sungai permanen adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun
relatif tetap. Contoh sungai jenis ini ialah Sungai Kapuas, Kahayan,
Barito, dan Mahakam di Kalimantan. Sungai Musi, Batanghari, dan
Indragiri di Sumatra.

2) Sungai Periodik
Sungai periodik adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya
banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 4
jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa, misalnya Sungai Bengawan
Solo dan Sungai Opak di Jawa Tengah.

3) Sungai Episodik
Sungai episodik adalah sungai yang pada musim kemarau airnya
kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini
adalah Sungai Kalada di Pulau Sumba.

4) Sungai Ephemeral
Sungai ephemeral adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat
musim hujan.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DEBIT SUNGAI

1. Curah Hujan
Jika curah hujan dalam keadaan tidak tinggi, ada kemungkinan
debit air sungaipun juga tidak akan tinggi dan sudah tentu aliran di
sungai tidak begitu deras. Sedangkan saat curah hujan berada pada
kondisi tinggi terutama di daerah hulu sungai, kemungkinan besar
debit air juga akan meningkat disertai dengan tingginya volume air
sungai. Aliran sungai di sekitar hilir juga akan sangat deras, jika terus
menerus terjadi ada kemungkinan daerah di sekitar hilir akan
mengalami banjir jika volume air sungai semakin tinggi dan melebihi
batas kemampuan sungai untuk menampung air.

2. Bentuk Topografi

Topografi juga berpengaruh pada debit air terutama yang terdapat


pada lereng baik berupa derajat kemiringan tanah, panjang lereng dan

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 5
lain sebagainya. Dapat dikatakan jika semakin miring suatu permukaan
tanah atau daratan maka debit air juga akan semakin besar. Sehingga
tidak heran jika debit air yang berada di hulu lebih besar dibandingkan
dengan debit air yang berada di wilayah hilir. Menurut Direktorat Tata
Guna Tanah Departemen Dalam Negeri, kemiringan tanah dibagi
menjadi:

 Lereng dengan kemiringan 0% – 2%


 Lereng dengan kemiringan 2% – 15%
 Lereng dengan kemiringan 15% – 40%
 Lereng dengan kemiringan lebih dari 40%.

3. Vegetasi
Jika daerah di sekitar sungai banyak ditumbuhi oleh vegetasi, besar
kemungkinan air hujan yang jatuh akan terhalangi oleh bagian dari
tanaman seperti daun dan dahan sehingga tanah tidak terlalu banyak
menerima air yang berasal dari hujan. Selain itu, vegetasi yang tumbuh
juga akan menyerap air yang jatuh ke tanah, jika tidak air tersebut
akan terus mengalir menuju ke sungai. Vegetasi yang tumbuh juga
memperbesar porositas tanah serta kapasitas penyerapan air oleh
akar tanaman sehingga struktur tanah menjadi lebih baik dan
membantu tanah dalam mengurangi kandungan air di dalamnya
dengan cara transpirasi.

4. Luas Wilayah Aliran

Luas daerah atau sungai yang tidak memiliki ukuran besar atau
dengan kata lain termasuk sungai kecil, biasanya debit air akan kecil
saat musim kemarau. Namun debit air akan menjadi meningkat dan
besar ketika musim hujan tiba. Debit air terbesar akan terjadi pada
sungai yang berukuran kecil dan biasanya volume air akan melebihi
kapasitas dari sungai itu sendiri sehingga tidak heran jika daerah di
sekitar sungai akan terkena dampaknya berupa banjir.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 6
E. PENGUKURAN DEBIT SUNGAI
Ada beberapa metode pengukuran debit aliran sungai yaitu:

1. Area- Velocity Method


Pengukuran debit dengan bantuan alat ukur flow meter sering
dikenal sebagai pengukur debit melalui pendekatan velocity-area
method yang paling banyak digunakan dan berlaku untuk kebanyakan
aliran sungai. Flow meter berupa alat yang berbentuk propeller
dihubungkan dengan kotak pencatat ( monitor yang akan mencatat
jumlah putaran selama propeller tersebut berada dalam air) kemudian
dimasukkan kedalam sungai yang akan diukur kecepatan alirannya.
Bagian ekor alat tersebut yang berbentuk seperti sirip akan berputar
karena gerakan aliran air sungai. Kecepatan aliran air akan ditentukan
dengan jumlah putaran per detik yang kemudian dihitung akan
disajikan dalam monitor kecepatan aliran air selama selang waktu
tertentu. Pengukuran dilakukan dengan membagi kedalaman sungai
menjadi beberapa bagian dengan lebar permukaan yang berbeda.
Kecepatan aliran sungai pada setiap bagian diukur sesuai dengan
kedalaman.
Pada prinsipnya adalah pengukuran luas penampang basah
dan kecepatan aliran. Penampang basah (A) diperoleh dengan
pengukuran lebar permukaan air dan pengukuran kedalaman dengan
tongkat pengukuran atau kabel pengukur.
Setelah kecepatan aliran sungai dan luas sungainya
didapatkan, debit aliran sungai dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan matematis berikut.

Current meter adalah alat untuk mengukur kecepatan aliran


(kecepatan arus). Ada dua tipe current meter yaitu tipe baling-baling

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 7
(proppeler type) dan tipe canting (cup type). Oleh karena distribusi
kecepatan aliran disungai tidak sama baik arah vertikal maupun
horizontal, maka pengukuran kecepatan aliran dengan alat ini tidak
cukup pada satu titik.

2. Pengukuran Debit dengan Cara Apung (float area methode)


Prinsip :
Kecepatan aliran (V) ditetapkan berdasarkan kecepatan pelampung
(U) luas penampang (A) ditetapkan berdasarkan pengukuran lebar
saluran (L) dan kedalaman saluran (D) debit sungai ( Q ) = A x V atau
A = a x k dimana k adalah konstanta.

Kedalaman tangkai ( h) per kedalaman air ( d ) yaitu kedalaman


bagian pelampung yang tenggelam dibagi kedalaman air.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 8
3. Pengukuran debit dengan metode kontinyu
Flow meter diturunkan kedalaman alirain air dengan kecepatan
penurunan yang konstant dari permukaan dan setelah mencapai dasar
sungai diangkat lagi ke atas dengan kecepatan yang sama. Untuk
menghitung luas seksi ada dua cara:
A. Mean Section Method
 Menghitung luas penampang

 Menghitung kecepatan

 Menghitung debit seksi (q)

 Menghitung debit sungai

B. Mid Section Method


 Menghitung luas penampang

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 9
 Menghitung debit seksi (q )

 Menghitung debit sungai

Penentuan debit sungai dapat dilaksanakan dengan cara


pengukuran aliran dengan cara analisis. Pelaksanaan pengukuran
debit sungai dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung,
yaitu melakukan pendataan terhadap para meter alur sungai dan tanda
bekas banjir. Dalam hidrologi masalah penentuan debit sungai dengan
cara pengukur termasuk dalam bidang hidrometri. Yaitu ilmu yang
mempelajari masalah pengukuran air dan pengumpulan data dasar
untuk analisis mencangkup data tinggi muka air, debit dan
sedimentasi.

Geomorfologi dan Lingkungan


Winanda Nathania | 10
DAFTAR PUSTAKA

Asdak, Chay. 2004. “Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai”.


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Bisri, M. (2012). Air Tanah. Universitas Brawijaya Press.

C.P. Kumar. 2010. “Aquifer Parameter Estimation”. National Institute of


Hydrology Roorkee – India.

Cherkauer D.S., Ansari S.A., 2005. Estimating Groundwater Rechange from


Topography, Hydrogeology, and Land Cover, Groundwater Journal,
Vol.43 No.1, January-February 2005, 102-112.

Danaryanto H., Djaendi, Hamandi D., Mudiana W., Budiyanto. 2007.


Kumpulan Panduan Teknis Pengelolaan Air Tanah. Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral. Badan Geologi, Pusat Lingkungan
Geologi. Bandung, 2007. ISBN 978-979-17206-18.

Handoko. 1995. Klimatologi Dasar. Pustaka Jaya. Jakarta.

Hendrayana, H., 1994, Pengantar Model Aliran Airtanah, FT UGM,


Yogyakarta.

Heru Hendrayana. 2014. Pengelolaan Sumberdaya Air tanah. Jurusan Teknik


Geologi, Fakultas Teknik, UGM.

Kodoatie, R. J. (2021). Tata ruang air tanah. Penerbit Andi.

MARJUANTO, A. A., Triadi, T., & Sugianto, D. N. (2020). PEMETAAN


INDEKS KERENTANAN AIR TANAH BEBAS TERHADAP
PENCEMARAN DI DATARAN ALUVIAL KOTA SEMARANG DENGAN
METODE SUSCEPTIBILITY INDEX (Doctoral dissertation, School of
Postgraduate).

Susana, T. (2003). Air sebagai sumber kehidupan. Oseana, 28(3), 17-25.

A.
Geomorfologi dan Lingkungan
Winanda Nathania | 11

Anda mungkin juga menyukai