Anda di halaman 1dari 13

Tugas Kuliah

Makalah Daerah Aliran Sungai

Mata Kuliah Morfologi Sungai

Dosen Pengampu : Dr. Very Dermawan, ST., MT.

Disusun Oleh :

Yusra Syarifah B. 155060401111008

Jean Christenssen B. K. 175060400111040

Cornella Sacharissa V. P. 175060407111012

KELAS D

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


MALANG

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk serta rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Morfologi Sungai. Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi kriteria penilaian
dari mata kuliah ini, dan juga sebagai sumber serta tambahan ilmu mengenai materi yang
terkandung dalam pembahasan dibawah ini.

Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran
sangatlah diharapkan dengan tujuan memberi masukan untuk kedepannya.

Akhir kata semoga penyusunan makalah mata kuliah Morfologi Sungai ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Penyusun

Malang, Februari 2019

1
Bab I
Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Air adalah salah satu hal crucial dalam kehidupan manusia dan keberadaan bumi.
Telah diketahui bawah 97% dari bumi adalah air yang terbagi menjadi 2 bagian yaitu 69%
merupakan es dan gletser, 28% lainnya merupakan air yang berada dan terkandung di dalam
tanah. Air yang berada di bumi akan selalu berputar, siklus perputaran ini disebut dengan
siklus Hidrologi. Siklus Hidrologi adalah salah satu dari enam siklus biogeokimia yang
berlangsung dan berada di bumi. Kata hidrologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “Hydrologia”
yang berarti ilmu air. Hidrologi ialah cabang ilmu geografi yang membahas tentang distribusi,
kualitas dan pergerakan air di bumi. Siklus hidrologi memegang peran penting bagi
kelangsungan hidup organisme yang ada di bumi. Siklus air atau siklus hidrologi adalah
sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer
melalui tahap kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Siklus hidrologi merupakan siklus atau sirkulasi air yang berasal dari Bumi kemudian
menuju ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara terus menerus. Karena
bentuknya memutar dan berlangsung secara berkelanjutan inilah yang menyebabkan air seperti
tidak pernah habis. Melalui siklus ini, ketersediaan air di daratan bumi dapat tetap terjaga,
proses siklus hidrologi juga berdampak pada teraturnya suhu lingkungan, cuaca, hujan dan
keseimbangan ekosistem bumi. Pemanasan air laut oleh paparan sinar matahari merupakan
kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara terus menerus. Air berevaporasi,
kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan es dan salju (sleet), hujan
gerimis atau kabut.

Presipitasi atau sering disebut sebagai hujan adalah kondisi turunnya air yang
sebelumnya menguap ke atmosfer dengan bantuan panas matahari. Air yang terkumpul di
atmosfer ini berkumpul dan membentuk awan dengan tekanan tertentu. Bila tekanan pada
awan sudah cukup besar dan perbedaan selisih suhu di atmosfer dan sekitar tinggi, pretsipitasi
akan terstimulasi dan terjadilah hujan. Hujan yang turun kembali ke permukaan Selanjutnya,
air hujan ini akan meresap ke dalam tanah (infiltrasi dan perkolasi) atau mengalir menjadi air
permukaan (run off). Air yang ada di permukaan serta sebagian air yang ada di bawah
permukaan, baik itu yang mengalir atau yang tergenang seperti air pada waduk, danau, rawa,
sungai.

Hujan kemudian akan turun pada suatu daerah penangkapan yang disebut sebagai
daerah aliran sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-
punggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh
punggung gunung dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai utama (Asdak,
1995). DAS termasuk suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan

2
anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan
pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktivitas daratan. (PP No 37 tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1). Batas wilayah DAS diukur
dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu
dengan yang lain. Daerah aliran sungai (DAS) memiliki banyak jenis atau macam bentuk yang
akan mempengaruhi volume penangkapan, jenis debit, dan aliran.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian tentang Daerah Aliran Sungai (DAS)?


2. Berapa jenis Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dapat terbentuk?
3. Apakah jenis dari masing – masing Daerah Aliran Sungai (DAS) berpengaruh terhadap
unsur – unsur DAS itu sendiri?
4. Bagaimana proses terbentuknya suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui tentang pengertian dan definisi suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)
2. Mengetahui macam dari Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hal – hal yang dipengaruhi
olehnya
3. Mengetahui cara terbentuknya suatu Daerah Aliran Sungai (DAS)

3
Bab II

Pembahasan

2. 1. Pengertian Daerah Aliran Sungai


Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang di batasi punggung-punggung
gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan ditampung oleh
punggung gunung tersebut dan akan dialirkan melalui sungai-sungai kecil ke sungai
utama (Asdak, 1995). DAS termasuk suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut
sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. (PP No 37
tentang Pengelolaan DAS, Pasal 1).

Istilah lain DAS:


- Daerah aliran sungai (DAS)
- Daerah pengaliran sungai (DPS),
- River basin,
- Drainage basin,
- Cacthment area,
- Watershed.

DAS dalam bahasa Inggris disebut Watershed atau dalam skala luasan kecil
disebut Catchment Area adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh punggung
bukit atau batas-batas pemisah topografi, yang berfungsi menerima, menyimpan dan
mengalirkan curah hujan yang jatuh di atasnya ke alur-alur sungai dan terus mengalir
ke anak sungai dan ke sungai utama, akhirnya bermuara ke danau/waduk atau ke laut.

Gambar Daerah Aliran Sungai

4
2. 2. Bagian-bagian Daerah Aliran Sungai
Pembagian ekosistem DAS menurut Asdak (2004: 11) adalah sebagai berikut:
a. Daerah Hulu
Daerah hulu DAS merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase
lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar (lebih besar dari
15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh
pola drainase, dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan.

b. Daerah Tengah
Daerah tengah merupakan daerah transisi antara karakteristik biogeofisik
daerah hulu dan hilir, peka terhadap kerusakan, sehingga masalah utama adalah
perlindungan. Keadaan daerah ini relative landai sehingga jalur transpirasi dan
komunikasinya relative mudah. Daerah ini merupakan aktivitas penduduk, seperti
pertanian, perdagangan, perindustrian dan merupakan pusat permukiman
penduduk.

c. Daerah Hilir
Daerah hilir DAS merupakan daerah pemanfaatan, kerapatan drainase lebih
kecil, merupakan daerah dengan kemiringan lereng kecil sampai dengan sangat
kecil (kurang dari 8%), pada beberapa tempat merupakan daerah banjir
(genangan), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh bangunan irigasi, dan jenis
vegetasi didominasi tanaman pertanian kecuali daerah estuaria yang didominasi
hutan bakau/gambut.

2. 3. Jenis Daerah Aliran Sungai


Para ahli hidrologi membedakan daerah aliran sungai berdasarkan pola alirannya.
Pola aliran tersebut dipengaruhi oleh geomorfologi, topografi, dan bentuk wilayah.
Menurut Sosrodarsono dan Takeda (1977), coraknya terdiri dari corak bulu burung,
corak radial, dan corak pararel.
a. Corak Bulu Burung
Disebut bulu burung karena bentuk aliran anak sungainya menyerupai ruas-ruas
tulang dari bulu burung. Anak-anak sungai langsung mengalir ke sungai utama.
Corak seperti ini resiko banjirnya relatif kecil karena air dari anak sungai tiba di
sungai utama pada waktu yang berbeda-beda.

b. Corak Radial
Atau disebut juga menyebar. Anak sungai menyebar dan bertemu di titik-titik
tertentu. Wilayahnya berbentuk kipas atau lingkaran. Memiliki resiko banjir yang
cukup besar di titik-titik pertemuan anak sungai.

c. Corak Paralel
Memiliki dua jalur sub daerah aliran sungai yang sejajar dan bergabung di
bagian hilir. Memiliki resiko banjir yang cukup besar di titik hilir aliran sungai.

5
Gambar Jenis Daerah Aliran Sungai

2. 4. Karakteristik Daerah Aliran Sungai


a. Luas
Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat
memisahkan dan membagia air hujan ke masing-masing DAS. Garis batas tersebut
ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta tofografi sedangkan luas DAS
nya dapat diukur dengan alat planimeter.
Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian perhitungan luasnya.
adapun formula untuk perhitungan luas yaitu:

Luas = Jumlah kotak x (skala)2

b. Panjang dan Lebar


Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke arah hulu
sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah perbandingan antara luas
DAS dengan panjang sungai induk.

Lebar = Luas DAS/ Panjang Sungai Induk

c. Kemiringan atau Gradien Sungai


Gradien atau kemiringan sungai dapat diperoleh dengan persamaan sebagai
berikut:

g = Jarak Vertikal/ Jarak Horisontal

Ket :
g = Gradien Sungai
J. Vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m)
J. Horisontal = Panjang sungai induk (m)

d. Orde dan Tingkat Percabangan Sungai


i. Orde Sungai
Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai.
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap

6
induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah orde
sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur
sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks
yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.

ii. Tingkat Percabangan Sungai


Untuk menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan rumus:

Rb = Nu/ (Nu+1)

Ket:
Rb = Indeks tingkat percabangan sungai
Nu = jumlah alur sungai untuk orde ke u
Nu + 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1
Adapun karakteristik dari tiap nilai Rbnya yaitu:

e. Kerapatan Sungai
Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan banyaknya
anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh dengan persamaan
sebagai berikut:

Dd = L/ A

Ket:
Dd = indeks kerapatan sungai (km/km2)
L = jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas DAS (km2)
Adapun karakteristik dari nilai indeks kerapatan sungai (Dd) yaitu:

7
f. Bentuk Daerah Aliran Sungai
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti
penting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap
kecepatan terpusat aliran.
Menurut Gregari dan Walling (1975), untuk menentukan bentuk DAS dapat
diketahui dengan terlebih dahulu menentukan nilai Rc nya.

Rc = 4пA/P2

Ket:
Rc = Basin circularity
A = Luas DAS (m2)
P = Keliling (m)
п = 3,14
Adapun karakteristik dari nilai Basin circularity yaitu:

8
g. Pola Pengairan Sungai
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran sungai
dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak sungai
mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu pola
tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi, iklim, vegetasi
yang terdapat di dalam DAS bersangkutan.
Adapun pola-pola Pengairan Sungai yaitu:
i. Pola Trellis dimana memperlihatkan letak anak-anak sungai yang paralel
menurut strike atau topografi yang paralel. Anak-anak sungai bermuara pada
sungai induk secara tegak lurus. Pola pengaliran trellis mencirikan daerah
pegunungan lipatan (folded mountains). Induk sungai mengalir sejajar dengan
strike, mengalir di atas struktur synclinal, sedangkan anak-anak sungainya
mengalir sesuai deep dari sayap-sayap synclinal dan anticlinal-nya. Jadi, anak-
anak sungai juga bermuara tegak lurus terhadap induk sungainya.

ii. Pola Rectanguler, dicirikan oleh induk sungainya memiliki kelokan-kelokan ±


90o, arah anak-anak sungai (tributary) terhadap sungai induknya berpotongan
tegak lurus. Biasanya ditemukan di daerah pegunungan patahan (block
mountains). Pola seperti ini menunjukkan adanya pengaruh joint atau bidang-
bidang dan/atau retakan patahan escarp-escarp atau graben-graben yang saling
berpotongan.

iii. Pola Denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya (tributaries)
cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya bermuara
pada induk sungai dengan sudut lancip. Model pola denritis seperti pohon
dengan tatanan dahan dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak
sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau pada
daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas.

iv. Pola Radial Sentripugal, Pola pengaliran beberapa sungai di mana daerah hulu
sungai-sungai itu saling berdekatan seakan terpusat pada satu “titik” tetapi
muaranya menyebar, masing-masing ke segala arah. Pola pengaliran radial
terdapat di daerah gunungapi atau topografi bentuk kubah seperti pegunungan
dome yang berstadia muda, hulu sungai-sungai berada di bagian puncak, tetapi
muaranya masing-masing menyebar ke arah yang lain, ke segala arah.

v. Pola Radial Sentripetal, kebalikan dari pola radial yang menyebar dari satu
pusat, pola sentripetal ini justru memusat dari banyak arah. Pola ini terdapat
pada satu cekungan (basin), dan biasanya bermuara pada satu danau. Di daerah
beriklim kering dimana air danau tidak mempunyai saluran pelepasan ke laut
karena penguapan sangat tinggi, biasanya memiliki kadar garam yang tinggi
sehingga terasa asin.

vi. Pola Paralel, adalah pola pengaliran yang sejajar. Pola pengaliran semacam ini
menunjukkan lereng yang curam. Beberapa wilayah di pantai barat Sumatera
memperlihatkan pola pengaliran paralel.

9
vii. Pola Annular, pola pengaliran cenderung melingkar seperti gelang; tetapi bukan
meander. Terdapat pada daerah berstruktur dome (kubah) yang topografinya
telah berada pada stadium dewasa. Daerah dome yang semula (pada stadium
remaja) tertutup oleh lapisan-lapisan batuan endapan yang berselang-seling
antara lapisan batuan keras dengan lapisan batuan lembut.

Gambar Pola Pengairan Sungai

10
Bab III

Penutup

3. 1. Kesimpulan

Dari paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan sesuai dengan
makalah “Daerah Aliran Sungai” bahwa pengertian DAS adalah suatu kawasan yang
dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh,
terkumpul dalam kawasan tersebut. Guna dari DAS adalah menerima, menyimpan, dan
mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui sungai.

DAS terbagi menjadi tiga bagian dan jenis. Bagian-bagian DAS dibagi menjadi daerah
hulu, daerah tengah, dan daerah hilir. Jenis-jenis DAS berdasarkan alirannya dibagi
menjadi corak bulu burung, radial, dan parallel.

Karakteristik DAS terbagi menjadi tujuh yaitu luas, panjang dan lebar, kemiringan atau
gradien dasar sungai, orde dan tingkat percabangan sungai, kerapatan sungai, bentuk
DAS, serta pola pengairan sungai. Pola pengairan sendiri terbagi menjadi tujuh yaitu
pola trellis, rectangular, denritik, radial sentripugal, radial sentripetal, parallel, dan
annular.

3. 2. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber–
sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan. Untuk
bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka.

11
Daftar Pustaka

Candra, Dudi (6 Desember 2015). Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS). Dikutip 18
Februari 2019 dari Elang:
http://elang.or.id/2015/12/pengertian-daerah-aliran-sungai-das/

Hallaf, H.P., 2005. Geomorfologi Sungai dan Pantai. Makassar: Jurusan Geografi UNM.

Risnandar, Cecep (8 April 2018). Daerah Aliran Sungai. Dikutip 20 Februari 2019 dari Jurnal
Bumi:
https://jurnalbumi.com/knol/daerah-aliran-sungai/

Saddoen, Arifin (31 Oktober 2018). Siklus Hidrologi, Pengertian, Proses Terjadinya, Macam-
macam, Dan Penjelasan. Dikutip 18 Februari 2019 dari TheMoonDoggies:
https://moondoggiesmusic.com/siklus-hidrologi/

Soewarno, 1991. Hidrologi: Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai (Hidrometri).
Bandung: Nova.

Sosrodarsono, S. dan T. Takeda. 1982. Hidrologi untuk Pengairan. Bandung: Pradnya


Paramita.

12

Anda mungkin juga menyukai