“Debit Air”
Disusun Oleh:
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah singkat mata kuliah Hidrologi
Hutan tentang Debit Air yang dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun demikian,
saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah yang selanjutnya. Apabila ada kekuranga ataupun kesalahan dalam
penulisan ataupun dalam ejaan penulis mohon maaf. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.
penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Air merupakan sumber daya alam yang memegang peranan penting di dalam
kehidupan umat manusia. Air dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti
pertanian, peternakan, perikanan, industri, pariwisata, dan sebagainya. Fungsi-fungsi
strategis tersebut telah menempatkan air sebagai sarana yang vital dalam kehidupan
manusia.
Keberadaan sumber air yang bersih dan sehat merupakan salah satu
permasalahan terbesar saat ini. Sedangkan air yang tersedia tidak selalu sejalan
kebutuhannya menurut tempat, waktu dan mutunya. Keadaan ini sering
mengakibatkan timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan
kebutuhan air pada tempat dan waktu tertentu. Peranan vegetasi hutan sangat
tergantung kondisi iklim setempat. Hutan memang tidak menambah debit sungai,
tetapi justru menguranginya. Namun hutan dapat mengatur fluktuasi aliran sungai
karena peranan hutan dalam mengatur limpasan dan infiltrasi. Peran hutan terhadap
tata air dan hasil air dapat dilihat lebih jelas dalam konteks DAS (Daerah Aliran
Sungai).
Debit aliran adalah laju air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Waktu konsentrasi adalah waktu
yang diperlukan limpasan air hujan dari titik terjauh menuju titik kontrol yang
ditinjau. Pengukur kecepatan aliran air dapat dijadikan sebagai sebuah alat untuk
memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi
sumber daya air permukaan yang ada. Pengukuran debit air dapat dilakukan dengan
mengukur kecepatan aliran air pada suatu wadah dengan luas penampang area tertent
u. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengukuran kecepatan alir
an air pada sungai atau alur antara lain: Area-velocity method, Tracer method, Slope
area method, Weir dan flume, Volumetric method Area. Kecepatan aliran dapat diuk
ur dengan metode : metode current-meter dan metode apung. Kemudian distribusi ke
cepatan aliran di dalam alur tidak sama pada arah horisontal maupun arah vertikal.
1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah Hidrologi Hutan mengenai “Debit Air” adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui pengertian tentang debit air
2. Mengetahui proses terjadinya debit air
3. Mengetahui faktor penentu pada debit air
4. Mengetahui cara mengukur debit air
BAB II
PEMBAHASAN
Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan
debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju alir
an air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai p
er satuan waktu. Dengan mengetahui debit air, maka kamu bisa memperoleh
informasi menghitung curah hujan pada suatu hari, menghitung jumlah air yang
digunakan untuk beraktivitas, misalnya menyiram tanaaman dan menghitung besar
aliran sungai.
Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (su
ngai / saluran / mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air :
Sungai terbentuk dengan adanya aliran air dari satu atau beberapa sumber air
yang berada di ketinggian, umpanya disebutkan puncak bukit atau gunung yang
tinggi, dimana air hujan sangat banyak jalur di daerah itu, kemudian terkumpul
dibagian yang cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya
mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air.
Air yang mengalir di atas permukaan tanah yang paling rendah, mungkin
mula-mula merata, namun karena ada bagian-bagian dipermukaan tanah yang tidak
begitu keras, maka mudahlah terjadi pengikisan, sehingga menjadi alur yang makin
hari semakin panjang seiring derasnya dan seringnya air mengalir di alur tersebut,
kemudian alur itu akan berbelok atau bercabang apabila aliran terhalang batu,
begitupun sungai di bawaah permukaan tanah terjadi dari aliran air yang mengalir
dari atas kemudian menemukan bagian yang dapat di tembus ke bawah permukaan
tanah dan mengalir kearah dataran yang rendah kemudian menuju ke sungai menjadi
semakin banyak dan melebar.
Siklus hidrologi memiliki hubungan terhadap proses terjadinya debit air,
beberapa proses yang paling berhubungan yaitu Intersepsi, Evaporasi dan
Transpirasi.
intersepsi air hujan oleh kanopi adalah proses tertahannya air hujan pada
permukaan tanaman yang kemudian diuapkan kembali ke atmosfer. Air hujan
yang jatuh di atas tanaman tidak langsung sampai ke permukaan tanah untuk
berubah menjadi aliran permukaan (surface run off), tetapi untuk sementara
air hujan akan ditampung oleh tajuk atau kanopi, batang dan cabang tanaman.
Setelah tempat-tempat tersebut jenuh air, air hujan akan sampai ke permukaan
tanah melalui air lolos (throughfall) dan aliran batang (stemflow). Akibat
adanya proses penguapan, ada bagian air hujan yang tidak pernah sampai
permukaan tanah yang disebut sebagai air intersepsi. Jumlah air untuk
penjenuhan bergantung dengan fisiologi dari tanaman seperti tekstur,
kelebatan daun dan kerapatan cabang. Hilangnya air melalui intersepsi
merupakan bagian dalam analisis keseimbangan air (water balance) yaitu
kaitannya dengan produksi air (water yield) pada daerah aliran sungai (DAS).
Evaporasi merupakan proses terjadinya penguapan air dipermukaan tanah dan
air (seperti danau, sungai, laut dan waduk) berubah menjadi uap air atau gas
ke atmosfer karena adanya panas matahari. Contoh evaporasi dalam
kehidupan adalah proses penguapan air laut. Penguapan air laut ini yang
kemudian memulai adanya daur hidrologi, uap yang dihasilkan dibawa oleh
udara yang bergerak dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut
terkondensasi membentuk awan, yang pada akhirnya akan membentuk
presipitasi. Semakin banyak terjadi evaporasi maka curah hujan akan tinggi
dan berhubungan dengan debit air pada daerah aliran.
Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui pori-
pori daun oleh proses fisiologi. Hubungan dengan debit air sendiri yaitu
semakin besar transpirasi terjadi maka debit air yang mengalir akan semakin
mudah sampai ke daerah aliran namun jika transpirasi rendah kemungkinan
yang terjadi adalah banjir karna aliran air tidak mengalir semestinya ke daerah
aliran air.
2.3. Faktor Penentu Pada Debit Air
1. Intensitas hujan.
Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki
komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus
tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek), atau kemarau
panjang (musim hujan pendek). Yang menyebabkan bertambahnya debit air.
2. Pengundulan Hutan
Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai penahan
tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang jatuh di daerah
tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan menjadi air
tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi sumber air sungai. Oleh
karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan memberikan manfaat berupa
ketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul
akan menjadi malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim hujan,
air hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang
kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran permukaan dan
sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor dan atau banjir
bandang yang membawa kandungan lumpur.
5. Geologi
karakteristik geologi terutama jenis dan struktur tanah sangat mempengaruhi
bentuk dan kepadatan drainase, sedangkan karakteristik tanah mempengaruhi
kapasitas infiltrasi dan perkolasi. Kepadatan drainase yang rendah menunjukkan
secara relatif pengaliran melalui permukaan tanah yang panjang menuju sungai,
kehilangan air yang besar sehingga meningkat air sungai menjadi lambat. d. Keadaan
tumbuh-tumbuhan, akan mempengaruhi besarnya intersepsi, transpirasi, infiltrasi, dan
perkolasi. Makin banyak pohon akan menyebabkan makin banyaknya air yang
lenyap, baik melalui evapotranspirasi maupun melalui infiltrasi sehingga akan
mengurangi run off yang dapat mempengaruhi debit sungai.
6. Banyaknya Vegetasi
Luas daerah atau sungai yang tidak memiliki ukuran besar atau dengan kata
lain termasuk sungai kecil, biasanya debit air akan kecil saat musim kemarau. Namun
debit air akan menjadi meningkat dan besar ketika musim hujan tiba. Debit air
terbesar akan terjadi pada sungai yang berukuran kecil dan biasanya volume air akan
melebihi kapasitas dari sungai itu sendiri sehingga tidak heran jika daerah di sekitar
sungai akan terkena dampaknya berupa banjir.
Analisis hidrologi pada ujungnya akan memghasikan besar aliran persatuan waktu,
hanya saja jumlah dan letak pos debit tidak sebanyak pos hujan, karena itu selalu
diperlukan data hujan karena tidak semua wilayah dapat terwakili oleh pengamatan
duga air. Sub-bab berikut ini akan menjelaskan bagaimana data debit aliran ari suatu
Pos Duga Air (PDA) yang terpasang. Untuk mendapatkan data debit sungai pada
suatu lokasi pos duga air diperlukan lima tahap pelaksanaan pekerjaan, yaitu:
Beberapa
V = kecepatan aliran
a. Pasang current meter pada kedalaman yang telah ditentukan sesuai tipe
pengukuran serta cacat waktunya.
Pengukuran pada satu titik yang umumnya dilakukan jika kedalaman aliran
kurang dari 1 meter. Alat ditempatkan pada kedalaman 0.6 H yang diukur dari
muka air. Pengukuran pada dua titik, dilakukan pada kedalaman 0.2 H dan 0.8 H
diukur dari muka air. Kecepatan rerata dihitung sebagai berikut: Pengukuran
dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan juga pada 0.8 H.
Hasilnya dirata-ratakan dengan rumus yang ditentukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan