Anda di halaman 1dari 15

Makalah Hidrologi Hutan

“Debit Air”

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Hidrologi Hutan
Dosen Pengampu Dr. Badaruddin, S.Hut.,M.P

Disusun Oleh:

Hafida Dwi Rushady


1910611320029
Kelas A

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2021
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan dan manfaat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Debit Air


2.2 Proses Terjadinya Debit Air
2.3 Faktor Penentu Pada Debit Air
2.4 Cara Menghitung Debit Air

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Daftar Pustaka
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah singkat mata kuliah Hidrologi
Hutan tentang Debit Air yang dapat diselesaikan tepat waktu.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Namun demikian,
saya telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
sehingga dapat menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik
dan saran dari semua kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah yang selanjutnya. Apabila ada kekuranga ataupun kesalahan dalam
penulisan ataupun dalam ejaan penulis mohon maaf. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk kita semua.

Banjarbaru, 02 Oktober 2021

penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang memegang peranan penting di dalam
kehidupan umat manusia. Air dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti
pertanian, peternakan, perikanan, industri, pariwisata, dan sebagainya. Fungsi-fungsi
strategis tersebut telah menempatkan air sebagai sarana yang vital dalam kehidupan
manusia.
Keberadaan sumber air yang bersih dan sehat merupakan salah satu
permasalahan terbesar saat ini. Sedangkan air yang tersedia tidak selalu sejalan
kebutuhannya menurut tempat, waktu dan mutunya. Keadaan ini sering
mengakibatkan timbulnya masalah karena tidak seimbangnya ketersediaan dan
kebutuhan air pada tempat dan waktu tertentu. Peranan vegetasi hutan sangat
tergantung kondisi iklim setempat. Hutan memang tidak menambah debit sungai,
tetapi justru menguranginya. Namun hutan dapat mengatur fluktuasi aliran sungai
karena peranan hutan dalam mengatur limpasan dan infiltrasi. Peran hutan terhadap
tata air dan hasil air dapat dilihat lebih jelas dalam konteks DAS (Daerah Aliran
Sungai).

Debit aliran adalah laju air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu
penampang melintang sungai per satuan waktu. Waktu konsentrasi adalah waktu
yang diperlukan limpasan air hujan dari titik terjauh menuju titik kontrol yang
ditinjau. Pengukur kecepatan aliran air dapat dijadikan sebagai sebuah alat untuk
memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi
sumber daya air permukaan yang ada. Pengukuran debit air dapat dilakukan dengan
mengukur kecepatan aliran air pada suatu wadah dengan luas penampang area tertent
u. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk pengukuran kecepatan alir
an air pada sungai atau alur antara lain: Area-velocity method, Tracer method, Slope
area method, Weir dan flume, Volumetric method Area. Kecepatan aliran dapat diuk
ur dengan metode : metode current-meter dan metode apung. Kemudian distribusi ke
cepatan aliran di dalam alur tidak sama pada arah horisontal maupun arah vertikal.

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah Hidrologi Hutan mengenai “Debit Air”
adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian tentang debit air?
2. Bagaimana proses terjadi debit air?
3. Apa faktor penentu pada debit air?
4. Bagaimana cara mengukur debit air?

1.3. Tujuan
Tujuan dari makalah Hidrologi Hutan mengenai “Debit Air” adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui pengertian tentang debit air
2. Mengetahui proses terjadinya debit air
3. Mengetahui faktor penentu pada debit air
4. Mengetahui cara mengukur debit air
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Debit Air

Debit aliran merupakan satuan untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses


yang terjadi di lapangan. Hidrologi mengemukakan bahwa debit air sungai adalah, tin
ggi permukaan air sungai yang terukur oleh alat ukur permukaan air sungai. Pengukur
annya dilakukan tiap hari, atau dengen pengertian yang lain debit atau aliran sungai a
dalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang meli
ntang seungai per satuan waktu. Dalam sistem satuan SI besarnya debit dinyatakan da
lam satuan meter kubik per detik (m3/dt). Sedangkan dalam laporan-laporan teknis, de
bit aliran biasanya ditunjukan dalam bentuk hidrograf aliran. Hidrograf aliran adalah
suatu perilaku debit sebagai respon adanya perubahan karakteristik biogeofisik yang
berlangsung dalam suatu DAS (oleh adanya pengelolaan DAS) dan atau adanya perub
ahan (fluktuasi musiman atau tahunan) iklim lokal.

Debit aliran adalah jumlah air yang mengalir dalam satuan volume per waktu.
Debit adalah satuan besaran air yang keluar dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Satuan
debit yang digunakan adalah meter kubir per detik (m3/s). Debit aliran adalah laju alir
an air (dalam bentuk volume air) yang melewati suatu penampang melintang sungai p
er satuan waktu. Dengan mengetahui debit air, maka kamu bisa memperoleh
informasi menghitung curah hujan pada suatu hari, menghitung jumlah air yang
digunakan untuk beraktivitas, misalnya menyiram tanaaman dan menghitung besar
aliran sungai.

Kemampuan pengukuran debit aliran sangat diperlukan untuk mengetahui pot


ensi sumberdaya air di suatu wilayah DAS. Debit aliran dapat dijadikan sebuah alat u
ntuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan pote
nsi sumberdaya air permukaan yang ada. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk
merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit aliran kecil diperlukan
untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan,
terutama pada musim kemarau panjang. Debit aliran ratarata tahunan dapat
memberikan gambaran potensi sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu
daerah aliran sungai.

Debit air adalah jumlah air yang mengalir dalam suatu penampang tertentu (su
ngai / saluran / mata air). Pemilihan lokasi pengukuran debit air :

1. Dibagian sungai yang relative lurus,

2. Jauh dari pertemuan cabang sungai,

3. Tidak ada tumbuhan air,

4. Aliran tidak turbelen

5. Aliran tidak melimpah melewati tebing sungai.

2.2 Proses Terjadinya Debit Air

Sungai terbentuk dengan adanya aliran air dari satu atau beberapa sumber air
yang berada di ketinggian, umpanya disebutkan puncak bukit atau gunung yang
tinggi, dimana air hujan sangat banyak jalur di daerah itu, kemudian terkumpul
dibagian yang cekung, lama kelamaan dikarenakan sudah terlalu penuh, akhirnya
mengalir keluar melalui bagian bibir cekungan yang paling mudah tergerus air.

Air yang mengalir di atas permukaan tanah yang paling rendah, mungkin
mula-mula merata, namun karena ada bagian-bagian dipermukaan tanah yang tidak
begitu keras, maka mudahlah terjadi pengikisan, sehingga menjadi alur yang makin
hari semakin panjang seiring derasnya dan seringnya air mengalir di alur tersebut,
kemudian alur itu akan berbelok atau bercabang apabila aliran terhalang batu,
begitupun sungai di bawaah permukaan tanah terjadi dari aliran air yang mengalir
dari atas kemudian menemukan bagian yang dapat di tembus ke bawah permukaan
tanah dan mengalir kearah dataran yang rendah kemudian menuju ke sungai menjadi
semakin banyak dan melebar.
Siklus hidrologi memiliki hubungan terhadap proses terjadinya debit air,
beberapa proses yang paling berhubungan yaitu Intersepsi, Evaporasi dan
Transpirasi.

 intersepsi air hujan oleh kanopi adalah proses tertahannya air hujan pada
permukaan tanaman yang kemudian diuapkan kembali ke atmosfer. Air hujan
yang jatuh di atas tanaman tidak langsung sampai ke permukaan tanah untuk
berubah menjadi aliran permukaan (surface run off), tetapi untuk sementara
air hujan akan ditampung oleh tajuk atau kanopi, batang dan cabang tanaman.
Setelah tempat-tempat tersebut jenuh air, air hujan akan sampai ke permukaan
tanah melalui air lolos (throughfall) dan aliran batang (stemflow). Akibat
adanya proses penguapan, ada bagian air hujan yang tidak pernah sampai
permukaan tanah yang disebut sebagai air intersepsi. Jumlah air untuk
penjenuhan bergantung dengan fisiologi dari tanaman seperti tekstur,
kelebatan daun dan kerapatan cabang. Hilangnya air melalui intersepsi
merupakan bagian dalam analisis keseimbangan air (water balance) yaitu
kaitannya dengan produksi air (water yield) pada daerah aliran sungai (DAS).
 Evaporasi merupakan proses terjadinya penguapan air dipermukaan tanah dan
air (seperti danau, sungai, laut dan waduk) berubah menjadi uap air atau gas
ke atmosfer karena adanya panas matahari. Contoh evaporasi dalam
kehidupan adalah proses penguapan air laut. Penguapan air laut ini yang
kemudian memulai adanya daur hidrologi, uap yang dihasilkan dibawa oleh
udara yang bergerak dalam kondisi yang memungkinkan, uap tersebut
terkondensasi membentuk awan, yang pada akhirnya akan membentuk
presipitasi. Semakin banyak terjadi evaporasi maka curah hujan akan tinggi
dan berhubungan dengan debit air pada daerah aliran.
 Transpirasi adalah penguapan air dari daun dan cabang tanaman melalui pori-
pori daun oleh proses fisiologi. Hubungan dengan debit air sendiri yaitu
semakin besar transpirasi terjadi maka debit air yang mengalir akan semakin
mudah sampai ke daerah aliran namun jika transpirasi rendah kemungkinan
yang terjadi adalah banjir karna aliran air tidak mengalir semestinya ke daerah
aliran air.
2.3. Faktor Penentu Pada Debit Air

Beberapa faktor yang menentukan terjadinya debit air :

1. Intensitas hujan.

Karena curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki
komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus
tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek), atau kemarau
panjang (musim hujan pendek). Yang menyebabkan bertambahnya debit air.

2. Pengundulan Hutan

Fungsi utama hutan dalam kaitan dengan hidrologi adalah sebagai penahan
tanah yang mempunyai kelerengan tinggi, sehingga air hujan yang jatuh di daerah
tersebut tertahan dan meresap ke dalam tanah untuk selanjutnya akan menjadi air
tanah. Air tanah di daerah hulu merupakan cadangan air bagi sumber air sungai. Oleh
karena itu hutan yang terjaga dengan baik akan memberikan manfaat berupa
ketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaiknya hutan yang gundul
akan menjadi malapetaka bagi penduduk di hulu maupun di hilir. Pada musim hujan,
air hujan yang jatuh di atas lahan yang gundul akan menggerus tanah yang
kemiringannya tinggi. Sebagian besar air hujan akan menjadi aliran permukaan dan
sedikit sekali infiltrasinya. Akibatnya adalah terjadi tanah longsor dan atau banjir
bandang yang membawa kandungan lumpur.

3. Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian

Risiko penebangan hutan untuk dijadikan lahan pertanian sama besarnya


dengan penggundulan hutan. Penurunan debit air sungai dapat terjadi akibat erosi.
Selain akan meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended solid) dalam
air sungai sebagai akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh meningkatnya
kesuburan air dengan meningkatnya kandungan hara dalam air sungai.Kebanyakan
kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian mempunyai kemiringan diatas
25%, sehingga bila tidak memperhatikan faktor konservasi tanah, seperti pengaturan
pola tanam, pembuatan teras dan lain-lain.
4. Bentuk Topografi

Topografi, terutama bentuk dan kemiringan lereng mempengaruhi lama waktu


mengalirnya air hujan melalui permukaan tanah ke sungai dan intensitas banjirnya.
Daerah permukaan yang miring akan menyebabkan aliran permukaan yang deras dan
besar bila dibandingkan dengan daerah yang agak datar. Sehingga tidak heran jika
debit air yang berada di hulu lebih besar dibandingkan dengan debit air yang berada
di wilayah hilir. Menurut Direktorat Tata Guna Tanah Departemen Dalam Negeri,
kemiringan tanah dibagi menjadi:

 Lereng dengan kemiringan 0% – 2%

 Lereng dengan kemiringan 2% – 15%

 Lereng dengan kemiringan 15% – 40%

 Lereng dengan kemiringan lebih dari 40%.

5. Geologi
karakteristik geologi terutama jenis dan struktur tanah sangat mempengaruhi
bentuk dan kepadatan drainase, sedangkan karakteristik tanah mempengaruhi
kapasitas infiltrasi dan perkolasi. Kepadatan drainase yang rendah menunjukkan
secara relatif pengaliran melalui permukaan tanah yang panjang menuju sungai,
kehilangan air yang besar sehingga meningkat air sungai menjadi lambat. d. Keadaan
tumbuh-tumbuhan, akan mempengaruhi besarnya intersepsi, transpirasi, infiltrasi, dan
perkolasi. Makin banyak pohon akan menyebabkan makin banyaknya air yang
lenyap, baik melalui evapotranspirasi maupun melalui infiltrasi sehingga akan
mengurangi run off yang dapat mempengaruhi debit sungai.
6. Banyaknya Vegetasi

Jika daerah di sekitar sungai banyak ditumbuhi oleh vegetasi, besar


kemungkinan air hujan yang jatuh akan terhalangi oleh bagian dari tanaman seperti
daun dan dahan sehingga tanah tidak terlalu banyak menerima air yang berasal dari
hujan. Selain itu, vegetasi yang tumbuh juga akan menyerap air yang jatuh ke tanah,
jika tidak air tersebut akan terus mengalir menuju ke sungai. Vegetasi yang tumbuh
juga memperbesar porositas tanah serta kapasitas penyerapan air oleh akar tanaman
sehingga struktur tanah menjadi lebih baik dan membantu tanah dalam mengurangi
kandungan air di dalamnya dengan cara transpirasi.

7. Luas Wilayah Aliran

Luas daerah atau sungai yang tidak memiliki ukuran besar atau dengan kata
lain termasuk sungai kecil, biasanya debit air akan kecil saat musim kemarau. Namun
debit air akan menjadi meningkat dan besar ketika musim hujan tiba. Debit air
terbesar akan terjadi pada sungai yang berukuran kecil dan biasanya volume air akan
melebihi kapasitas dari sungai itu sendiri sehingga tidak heran jika daerah di sekitar
sungai akan terkena dampaknya berupa banjir.

2.4. Cara Menghitung Debit Air

Analisis hidrologi pada ujungnya akan memghasikan besar aliran persatuan waktu,
hanya saja jumlah dan letak pos debit tidak sebanyak pos hujan, karena itu selalu
diperlukan data hujan karena tidak semua wilayah dapat terwakili oleh pengamatan
duga air. Sub-bab berikut ini akan menjelaskan bagaimana data debit aliran ari suatu
Pos Duga Air (PDA) yang terpasang. Untuk mendapatkan data debit sungai pada
suatu lokasi pos duga air diperlukan lima tahap pelaksanaan pekerjaan, yaitu:

a) Pengumpulan data tinggi muka air

b) Pengukuran debit sungai

c) Perhitungan debit sungai

d) Pembuatan lengkung debit

e) Perhitungan dan evaluasi data debit.

Beberapa

 Dengan metode pelampung.


Metode ini adalah metode tidak langsung dalam pengukuran debit air, karena
hanya kecepatan aliran yang di ukur, yaitu dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan benda apung untuk melewati jarak yang telah di tentukan pada suatu
aliran sungai, lagkah-langkahnya yaitu :
1. Pasang patok kiri-kanan sungai dan bentangkan tali nilon pada kedua patok
tersebut sebagai awal start pelepasan pelampung.
2. Tarik garis lurus dari awal start, tentukan garis kedua sebagai garis akhir. Jarak
antar start awal dan akhir 10 m (semakin cepat aliran maka jarak semakin
diperpanjang)
3. Lepas pelampung sebelum bentangan start/sebelah hulu garis start.
4. Hidupkan stop watch pada saat pelampung tepat pada bentangan start awal.
5. Matikan stop watch pada saat pelampung tepat pada bentangan akhir/garis
akhir. 6. Catat waktu yang ditentukan oleh stop watch (waktu tempuh pelampung
dari star ke akhir).
 Pengukuran kecepatan dengan Velocity Head Rod
Dengan alat ini hasil pengukuran yang didapat juga tidak begitu teliti dan yang
terukur adalah kecepatan aliran permukaan. Sebaiknya digunakan pada
pengukuran yang dikendaki secara cepat pada kecepatan aliran yang lebih besar
dan im/detik. Cara pengukuran dapat dijelaskan sebagai berikut ini :
1. Alat diletakan sejajar dengan arah arus aliran, bila sudah tenang, ketinggian
muka air pada skala yang ada di baca (H1).
2. Lalu putar alat tersebut 90°, sehingga tegak lurus arah aliran..
3. Kemudian dengan hati-hati tinggi muka air yang ditunjukkan oleh skalanya
dibaca (H2). H dalam meter.
4. Hitung Kecepatan alirannya (m/detik) dengan rumus : V = √2g*(H2-H1)
 Pengukuran dengan Trupp’s Ripple Meter
Alat ukur kecepatan arus ini mempunyai ketelitian hasil yang lebih baik dari
alat terdahulu. Prinsip yang digunakan adalah dengan mengamati sudut yang
dibentuk oleh riak pada hilir batang yang dipancang pada aliran sungai. Makin
besar kecepatan aliran, sudut ini akan makin kecil. Pengukuran dapat dilakukan
sebagai berikut ini :
1. Alat pengukur dimasukkan ke dalam air, dan 2 buah riak yang terbentuk di
masing-masing batang tersebut diamati.
2. Ukur jarak antara titik pengukuran sampai titik potong kedua riak tersebut.
3. Hitung Kecepatan alirannya dengan rumus : V = C + XL Keterangan : C =
tetapan = 0,40 X = Variabel yang tergantung dari W
 Dengan Current Meter
Alat ini paling umum digunakan karena dapat menghasilkan ketelitian yang
cukup baik. Prinsip kerja alat ukur ini adalah dengan mencari hubungan antara
kecepatan aliran dan kecepatan putaran baling-baling current meter tersebut.
Umumnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut yaitu
V  an  b

V = kecepatan aliran

n = jumlah putaran tiap waktu tertentu


a,b = tetapan yang ditentukan dengan kalibrasi alat di laboratorium.

1. Menyiapkan current meter (periksa jalannya baling-baling dan bunyi


siren horn/ alarmnya/counternya.
2. Mengukur jarak dari tepi air (titik o s/d titik seksi tempat pengukuran
kecepatan).
3. Mengukur kedalaman air pada setiap seksi tersebut dengan mistar
ukur/tongkat ukur.
4. Banyaknya titik pengukuran sesuai dengan ketentuaan.

Cara Pengukuran dan Perhitungan Kecepatan Aliran Dengan Current Meter

a. Pasang current meter pada kedalaman yang telah ditentukan sesuai tipe
pengukuran serta cacat waktunya.

b. Kecepatan aliran di lihat berdasarkan jumlah putaran baling-baling per waktu


putaran (n)

c. Kecepatan aliran di rumuskan V aliran = a n + d dimana a dan b adalah


konstanta Current meter sesuai dengan tipe current meter-nya.
Dengan alat ini dapat dilakukan pengukuran pada beberapa titik dalam suatu
penampang aliran. Dalam praktek digunakan untuk pengukuran kecepatan aliran
rerata pada satu vertikal dalam suatu tampang aliran tertentu. Mengingat bahwa
distribusi kecepatan aliran secara vertikal tidak merata, maka pengukuran dapat
dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut ini.

Pengukuran pada satu titik yang umumnya dilakukan jika kedalaman aliran
kurang dari 1 meter. Alat ditempatkan pada kedalaman 0.6 H yang diukur dari
muka air. Pengukuran pada dua titik, dilakukan pada kedalaman 0.2 H dan 0.8 H
diukur dari muka air. Kecepatan rerata dihitung sebagai berikut: Pengukuran
dengan tiga titik dilakukan pada kedalaman 0.2 H, 0.6 H dan juga pada 0.8 H.
Hasilnya dirata-ratakan dengan rumus yang ditentukan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai