Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM

KONVERSI ENERGI DAN SUMBER DAYA AIR


(3. Pengukuran Debit Menggunakan Current Meter, Metode Apung, dan V-
Notch )

Oleh :
Kelompok : 2 (Dua)
Hari, Tanggal Pratikum : Jumat, 30 Maret 2018
Nama (NPM) : 1. Nahda Balqis Salma (240110150022)
2. Prayoeda Iskandar (240110150026)
3. Tenny Tenka Sujati (240110150042)
4. Imam Fauzan (240110150059)
Asisten Praktikum : 1. Akbar Anugrah, S.TP
2. Novan Hermawan

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Nama : Imam Fauzan
NPM : 240110150059

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu bagian dari siklus hidrologi adalah sungai. Sungai dan anak-anak
sungai tersebut berfungsi untuk menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang
berasal dari curah hujan serta sumber air lainnya. Sungai yang mengalirkan air tawar
dari hulu (sumber) ke hilir (muara) secara terus menerus memberi manfaat bagi
sekitarnya, baik untuk keperluan pertanian dan bahan baku air minum. Wilayah suatu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai yang melaluinya disebut daerah aliran
sungai (DAS).
Berbagai macam persoalan seperti erosi, sedimentasi, longsor dan banjir pada
DAS intensitasnya semakin meningkat. Persoalan-persoalan tersebut merupakan
bentuk respon negatif dari komponen-komponen DAS terhadap kondisi curah hujan.
Debit dan sedimen merupakan komponen penting yang berhubungan dengan
permasalahan DAS seperti erosi, sedimentasi, banjir dan longsor. Oleh harena itu,
pengukuran debit dan sedimen harus dilakukan dalam pemantauan DAS.
Kegiatan yang dilakukan dalam pengukuran debit adalah pembuatan profil
melintang sungai dan pengukuran kecepatan aliran. Profil melintang sungai atau bentuk
geometri saluran sungai berpengaruh terhadap besarnya kecepatan aliran sungai,
sehingga dalam perhitungan debit perlu dilakukan pembuatan profil. Kecepatan aliran
sungai diperoleh dari rata-rata kecepatan aliran pada tiap bagian penampang sungai
tersebut. Idealnya, kecepatan aliran rata-rata diukur dengan menggunakan metode
pengukuran debit seperti metode current meter metode apung.
Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen. Kandungan sedimentasi
berpengaruh pada kecepatan aliran dan kedalaman sungai sehingga debit yang
dihasilkan tidak cukup besar, maka penggunaan bendungan dapat menjadi solusi untuk
mengatasi hal tersebut. Bendungan membantu dalam peningkatan ketinggian muka air
sehingga menghasilkan perubahan besar debit.
1.1. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mampu mengukur debit sungai menggunakan metode current meter, metode
apung, dan v-notch; dan
2. Mengetahui bentuk penampang melintang dari sungai yang diukur.

1.2. Metode Pengamatan dan Pengukuran


Metodologi pengamatan dan pengukuran mengandung dua buah poin, yaitu alat
dan bahan dan metode pelaksanaan, sebagai berikut:
1.3.1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
A. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Current meter;
2. Meteran besi ukuran 3 meter;
3. Meteran kain ukuran 30 meter;
4. Alat tulis; dan
5. Busur derajat.
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Logbook;
2. Modul;
3. Sungai Cileles; dan
4. Sungai Ciparanje.

1.3.2. Metode Pelaksanaan


Metode pelaksanaan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama pengamatan.
2. Menuju lokasi pertama pengamatan yaitu Sungai Cileles.
3. Menentukan 5 buah titik atau lokasi pengukuran laju aliran menggunakan
current meter.
4. Mengukur lebar dan kedalaman sungai dengan membagi beberapa segmen.
5. Melakukan pengukuran laju aliran air sungai menggunakan current meter
dengan membagi 3 lebar sungai dan pengukuran laju alir di permukaan, tengah,
dan dasar sungai.
6. Melakukan pengukuran debit air Sungai Cileles dengan metode apung.
7. Menentukan jarak tempuh botol yang akan dihanyutkan.
8. Mencatat waktu yang ditempuh botol menggunakan stopwatch.
9. Melakukan perulangan pengukuran sebanyak 5 kali.
10. Mengukur lebar dan kedalaman sungai di lokasi pengukuran menggunakan
metode apung.
11. Menuju lokasi kedua pengamatan yaitu Sungai Ciparanje.
12. Mengukur panjang, lebar, tinggi, dan sudut pada bendungan dan pemukaan air
sungai.
13. Menggambarkan sketsa bendungan berdasarkan hasil pengukuran dimensi
bendungan di Sungai Ciparanje.
14. Mencata data hasil perolehan pada logbook.
Nama : Nahda Balqis Salma
NPM : 240110150022

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sungai
Menurut Sumantry (2012) , sungai adalah massa air yang secara alami mengalir
melalui suatu lembah. Kebanyakan mengalir di permukaan bumi ke tempat yang lebih
rendah, sebagian meresap di bawah permukaan tanah. Alirannya tidak tetap; kadang
deras, kadang lambat, tergantung kemiringan sungai. Alirannya mengikuti saluran
tertentu yang di kanan kirinya dibatasi tebing yang curam.
Debit air sungai adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu
(sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (L/s). Dalam kegiatan pengukuran debit air
Sungai Cisalak ini digunakan metoda Apung. Metode ini adalah metode tidak langsung
dalam pengukuran debit air, karena hanya kecepatan aliran yang di ukur, yaitu dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan benda apung untuk melewati jarak yang telah di
tentukan pada suatu aliran sungai. Metode ini juga tidak membutuhkan peralatan yang
khusus, tetapi dapat memperoleh hasil yang layak.
Air merupakan sumber daya alam yang memegang peranan penting di dalam
kehidupan umat manusia. Air dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti
pertanian, peternakan, perikanan, industri, pariwisata, dan sebagainya. Fungsi-fungsi
strategis tersebut telah menempatkan air sebagai sarana yang vital dalam kehidupan
manusia. Klasifikasi mutu air menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001,
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dibagi menjadi
empat kelas :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan peruntukan lain yang syarat mutu air sama dengan kegunaan
tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2.2 Aliran Air Sungai


Sungai merupakan perairan darat sebagai saluran alami yang berfungsi
mengalirkan air hujan, air tanah, maupun air salju yang mencair ke danau dan ke laut.
Menurut Audli, dkk (2014) Air sungai dapat dimanfaatkan antara lain, sebagai berikut:
a. Irigasi atau pengairan khususnya di daerah kering orang membutuhkan air
untuk mengairi sawah. Dalam sistem pertanian intensif sekarang ini, di daerah
basah pun perlu pengairan agar diperoleh hasil yang lebih menguntungkan.
b. Sumber tenaga sebagai penggerak turbin yang dihubungkan dengan generator
sehingga menghasilkan pembangkit tenaga listrik (PLTA).
c. Keperluan domestik, yaitu kebutuhan primer rumah tangga seperti air minum,
memasak, mencuci, dan mandi. Bahkan bagi masyarakat kota air juga
dipergunakan untuk menyiram tanaman dan rumput hias di halaman.
d. Sumber penghasil bahan makanan mentah, seperti ikan, dan udang.
e. Industri sebagai penyuci bahan dasar dan pencair atau pelarut bahan.
f. Transportasi atau sarana perhubungan.
2.2.1 Profil Sungai
Pada prinsipnya, profil memanjang sungai dapat dibedakan menjadi berikut ini:
a. Sungai hulu
Sungai di bagian hulu mempunyai lembah dengan kontur berbentuk v. Hal ini
disebabkan adanya lereng yang terjal sehingga arus air dan erosi berjalan cepat.
Di daerah ini belum terjadi sedimentasi, sehingga air di daerah ini masih jernih.
b. Sungai bagian tengah
Sungai di bagian tengah mempunyai lembah berbentuk u. Sedimentasi sudah
mulai terjadi, namun materialnya masih agak kasar. Sudah terjadi aliran sungai
yang berkelok (meander).
c. Sungai bagian hilir
Sungai di bagian bawah atau hilir berbentuk u. Ciri profil sungai di daerah
hilir ini, antara lain sebagai berikut :
a) Terdapat meander;
b) Endapan berupa material halus;
c) Sering berbentuk delta; dan
d) Sering terdapat tanggul alam.
2.2.2 Aliran Saluran Terbuka
Menurut Audli, dkk (2014), aliran air dalam suatu saluran terbagi menjadi dua,
yaitu aliran saluran terbuka (open channel flow) dan aliran saluran tutup (pipe flow).
Aliran pada saluran terbuka harus memiliki permukaan bebas yang dipengaruhi oleh
tekanan udara bebas (p atmospher) sedangkan aliran pada pipa tidak terpengaruhi oleh
tekanan udara secara langsung kecuali oleh tekanan hydraulic (y).

Gambar 1. Saluran Terbuka dan Tertutup.


(Sumber : Audli, dkk, 2014)
2.2.3 Dinamika Aliran Sungai
Aliran air sungai merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Air bergerak
turun melalui kanal sungai karena pengaruh gaya gravitasi. Kecepatan aliran meningkat
sesuai dengan kelerengan atau kemiringan sungai. Aliran air tidak saja lurus tetapi
dapat pula acak (turbulent). Energi sungai meningkat sejalan dengan peningkatan
kemiringan dan volume air karenanya mampu membawa muatan sedimen. Aliran
sungai sangat fluktuatif dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Beberapa
variabel penting dalam dinamika sungai adalah: (1) debit air (discharge), (2) kecepatan
(velocity), (3) gradient, (4) muatan sedimen (sediment load) dan (5) base level (level
terendah sungai).
2.3 Pengukuran dan Perkiraan Debit Sungai
Menurut Elisa (2018), penentuan debit sungai dapat dilaksanakan dengan cara
pengukuran aliran dan cara analisis. Pelaksanaan pengukuran debit sungai dapat
dilakukan secara langsung dan cara tidak langsung, yaitu dengan melakukan pendataan
terhadap parameter alur sungai dan tanda bekas banjir. Dalam hidrologi masalah
penentuan debit sungai dengan cara pengukuran termasuk dalam bidang hidrometri,
yaitu ilmu yang mempelajari masalah pengukuran air atau pengumpulan data dasar
untuk analisis mencakup data tinggi muka air, debit dan sedimentasi.
2.3.1 Pengukuran Debit Secara Langsung
Besarya aliran tiap waktu atau disebut dengan debit, akan tergantung pada luas
tampang aliran dan kecepatan aliran rerata. Pendekatan nilai debit dapat dilakukan
dengan cara mengukur luas penampang aliran dan mengukur kecepatan aliran tersebut.
Cara ini merupakan prosedur umum dalam pengukuran debit sungai secara langsung.
Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan mengukur tinggi muka air
dan lebar dasar alur sungai. Untuk mendapatkan hasil yang lebih teliti, pengukuran
tinggi muka air dapat dilakukan pada beberapa titik pada sepanjang tampang aliran.
Selanjutnya debit aliran dihitung sebagai penjumlahan dan semua luasan pias tampang
aliran yang terukur. Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan alat ukur kecepatan
arus. Menurut Elisa (2018), beberapa cara pengukuran kecepatan arus aliran sungai
yang banyak digunakan adalah sebagai berikut ini :
a. Pengukuran kecepatan arus dengan pelampung
Pengukuran kecepatan aliran dengan menggunakan pelampung dapat dilakukan
apabila dikehendaki besaran kecepatan aliran dengan tingkat ketelitian yang relatif
rendah. Menurut Elisa (2018), cara ini masih dapat digunakan untuk praktek dalam
keadaan:
1) Untuk memperoleh gambaran kasar tentang kecepatan aliran,
2) Karena kondisi sungai yang sangat sulit diukur, misal dalam keadaan banjir,
sehingga dapat membahayakan petugas pengukur.

b. Pengukuran kecepatan arus dengan velocity head rod


Menurut Elisa (2018), dengan alat ini hasil pengukuran yang didapat juga tidak
begitu teliti dan yang terukur adalah kecepatan aliran permukaan. Sebaiknya
digunakan pada pengukuran yang dikendaki secara cepat pada kecepatan aliran yang
lebih besar dan im/detik.
c. Pengukuran kecepatan arus dengan trupp’s ripple meter
Alat ukur kecepatan arus in mempunyai ketelitian hasil yang lebih baik dari alat
terdahulu. Prinsip yang digunakan adalah dengan mengamati sudut yang dibentuk oleh
riak pada hilir batang yang dipancang pada aliran sungai. Makin besar kecepatan aliran,
sudut ini akan makin kecil.
d. Pengukuran kecepatan arus dengan current meter
Alat ini paling umum digunakan karena dapat menghasilkan ketelitian yang cukup
baik. Prinsip kerja alat ukur ini adalah dengan mencari hubung an antara kecepatan
aliran dan kecepatan putaran baling-baling current meter tersebut. Menurut Elisa
(2018), umumnya hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk sebagai berikut:
V = an + b
Dengan:
V = kecepatan aliran,
N = jumlah putaran tiap waktu tertentu,
A,b = tetapan yang ditentukan dengan kalibrasi alat di laboratorium.
Alat ini ada dua macam, yaitu current meter dengan sumbu mendatar dan
dengan sumbu tegak. Bagian-bagian alat ini terdiri dari:
1) Baling-baling sebagai sensor terhadap kecepatan, terbuat dari streamline styling
yang dilengkapi dengan propeler, generator, sirip pengarah dan kabel-kabel.
2) Contact box, merupakan bagian pengubah putaran menjadi signal elektrik yang
berupa suara atau gerakan jarum pada kotak monitor berskala, kadang juga dalam
bentuk digital,
3) Head phone yang digunakan untuk mengetahui jumlah putaran baling-baling
(dengan suara “klik”), kadang bagian ini diganti dengan monitor box yang memiliki
jendela penunjuk kecepatan aliran secara langsung.
2.3.2 Pengukuran Debit Secara Tidak Langsung
Dalam hal tertentu pengukuran debit secara tidak langsung seringkali diperlukan.
Pengukuran dengan cara ini dapat dilaksanakan apabila pengukuran secara langsung
sulit dilaksanakan karena faktor kondisi atau permasalahan sebagai berikut:
1. Pengukuran debit secara langsung berbahaya bagi keselamatan petugas dan
peralatan yang digunakan,
2. Sifat perubahan debit banjir relatif singkat waktunya dan saat kejadiannya sulit
diramalkan,
3. Selama suatu pengukuran dilakukan, kadang-kadang banjir tidak terjadi,
sehingga diperlukan cara lain untuk memperkirakan debit banjir tersebut,
4. Kadang-kadang pengukuran debit banjir untuk beberapa tempat sulit
dilaksanakan pada saat yang bersamaan, padahal datanya sangat diperlukan.
Pengukuran debit secara tidak langsung dapat dilaksanakan dengan dua cara,
yaitu cara luas kemiringan dan cara ambang.
a. Pengukuran debit dengan cara luas kemiringan
Prinsip pengukuran debit dengan cara luas kemiringan (slope area method)
adalah dengan menghitung debit aliran yang telah terjadi berdasarkan taüda bekas
banjir, geometri sungai dan parameter fisik alur sungai. Hitungan didasarkan pada
rumus pengaliran, dapat dengan rumus manning atau rumus chezy. Prosedur
pengukuran dapat dijelaskan sebagai berikut ini :
1) Pengukuran tanda bekas banjir, yaitu elevasi atau ketinggian muka air banjir
rnaksimum pada dua lokasi/titik di sepanjang alur sungai yang ditinjau.
2) Ukur selisih tinggi antara muka air banjir di hulu dan di hilir ( h) dan panjang
jarak kedua titik tersebut (l). Kemiringan muka air banjir dapat dihitung, yaitu
besamya selisih tinggi muka air banjir dibagi dengan jarak antara dua titik yang
diukur.
3) Ukur luas penampang melintang aliran di kedua titik (a1 dan a2) dan penampang
memanjangnya.

4) Debit aliran dapat dihitung dengan persamaan berikut (manning):


Q = 1/ nar2/3 s1/2
Dengan:
Q = debit aliran (m3/det),
N = koefisien kekasaran manning (det/ m1/3),
A = luas penampang basah (m2),
R = radius hidraulik (m),
S = kemiringan garis energi.
b. Pengukuran debit dengan cara ambang
Pengukuran debit dengan cara ambang dapat dilaksanakan pada aliran melalui
ambang alam atau ambang buatan. Ambang buatan dapat berupa bendung, bangunan
pengendali dan pelindung sungai. Menurut Elisa (2018), prinsip hitungan adalah
dengan menerapkan rumus hidraulika aliran melalui ambang dengan bentuk umum
sebagai berikut:
Q = c x b x hm
Dengan:
Q = debit aliran melalui ambang,
B = lebar ambang,
H = tinggi aliran di atas ambang,
(Elisa, 2018).

2.4 Pengukuran Kecepatan Aliran dengan Alat Pengapung (Metode Apung)


Pengukuran kecepatan aliran dilakukan dengan jalan mengapungkan suatu benda
misalnya bola tenis, pada lintasan tertentu sampai dengan suatu titik yang telah
diketahui jaraknya, pengukuran dilakukan oleh tiga orang yang masing-masing
bertugas sebagai pelepas pengapung di titik awal, pengamat dititik akhir lintasan dan
pencatat waktu perjalanan alat pengapung dari awal sampai titik akhir, langkah
pengukuran kecepatan aliran adalah sebagai berikut:
1. Pilih lokasi pengukuran pada bagian sungai yang relative lurus dan tidak banyak
pusaran air, bila sungai relative lebar, bawah jembatan adalah tempat pengukuran
yang cukup ideal
2. Tentukan lintasan dengan jarak tertentu kira-kira waktu tempuh benda yang
diapungkan lebih kurang 20 detik
3. Buat profil sungai pada titik akhir lintasan
4. Catat waktu tempuh benda apung mulai saat dilepaskan sampai dengan garis
akhir lintasan
5. Ulangi pengukuran sebanyak tiga kali
6. Hitung kecepatan rata-ratanya. Menurut Elisa (2018), kecepatan aliran
merupakan hasil bagi antara jarak lintasan dengan waktu tempuh atau dapat
dituliskan dengan persamaan :
𝐋
𝐕=
𝐭
Dimana :
V = Kecepatan (m/detik)
L = Panjang lintasan (m)
t = Waktu tempuh (detik)

Kecepatan aliran diperoleh dari metode ini merupakan kecepatan maksimal


sehingga perlu dikalikan dengan faktor koreksi kecepatan, pada sungai dengan dasar
yang kasar faktor koreksinya sebesar 0.75 dan pada dasar sungai yang halus faktor
koreksinya 0.85, tetapi secara umum faktor koreksi yang dipergunakan adalah 0.65.

2.4 Pengukuran Kecepatan Aliran dengan Flow Probe atau Current Meter
Menurut Esminarni (2011), pengukuran kecepatan aliran dengan metode ini
dapat menghasilkan perkiraan kecepatan aliran yang memadai. Prinsip pengukuran
metode ini adalah mengukur kecepatan aliran tiap kedalaman pengukuran (d) pada titik
interval tertentu dengan alat Current Meter (Flowatch). Langkah pengukurannya
adalah sebagai berikut :
a. Pilih lokasi pengukuran pada bagian sungai yang telatif lurus dan tidak banyak
pusaran air, bila sungai relatif lebar bisa dilakukan di bawah jembatan atau
menggunakan perahu untuk kedalaman yang relatif dalam.
b. Bagilah penampang melintang sungai/saluran menjadi 10-20 bagian dengan
ukuran yang sama dengan interval tertentu.
c. Ukur kecepatan aliran pada kedalaman tertentu sesuai dengan kedalaman sungai
pada titik interval yang telah dibuat sebelumnya
d. Hitung kecepatan aliran rata-ratanya
e. Setelah didapatkan Luas penampang (A) dan Kecepatan aliran (V) dapat dihitung
debit yang merupakan jumlah total debit aliran pada setiap penampang atau bisa
dihitung dengan rumus Q = A.V atau seperti berikut :
𝐋𝟏. 𝐃𝟏 .𝐕𝟏 +𝐋𝟐. 𝐃𝟐 .𝐕𝟐 +𝐋𝐧. 𝐃𝐧 .𝐕𝐧
Q (𝐦𝟑 /𝐝𝐞𝐭𝐢𝐤) = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 (𝐧)

Dimana:
Q = Debit aliran (m³/detik)
L = Lebar Interval bagian (m)
V = Kecepatan rata-rata pada tiap (h) titik kedalaman pengukuran (m/detik)

Cara Pengujian dan Perhitungan :


Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengukur dimensi saluran seperti tinggi dinding saluran, mengukur lebar luas
penampang horizontal (L) setelah itu bagi menjadi 10 bagian dengan ukuran yang
sama, setelah itu ukur kedalaman (D) di setiap 10 bagian, setelah itu dapat dihitung
per bagian dengan contoh seperti berikut :

Gambar 2 Cara Pembentangan Tali


(Sumber : Norhadi, dkk, 2015)

2. Menurut Nohardi, dkk (2015), kecepatan Aliran menggunakan alat Current Meter
dapat diukur setelah mengetahui cara mendapatkan nilai yang benar, Current meter
dapat dipasang pada batang atau digantungkan pada tali yang diberi pemberat.
Cara pertama dapat digunakan untuk mengukur kecepatan di sungai kecil atau
saluran dengan kedalaman yang rendah bisa mengukur dengan bercebur akan tapi
pada saat pengukuran posisi orang yang memegang alat berhadapan (berlawanan
arus) dan menaruh alat di depan badan bisa juga melalui bantuan perahu atau pada
jembatan untuk sungai yang relatif dalam. Cara kedua digunakan untuk mengukur
di sungai besar. Karena perubahan kondisi aliran di sungai yang tidak dipengaruhi
pasang surut relatif kecil, pengukuran kecepatan dapat dilakukan dengan hanya
satu alat dari satu vertikal berikutnya dalam satu tampang lintang. Pengukuran
dilakukan di beberapa titik pada vertikal, yang selanjutnya dievaluasi untuk
mendapatkan kecepatan rerata untuk menyingkat waktu dan menghemat biaya,
pengukuran dapat dilakukan hanya di beberapa titik pada vertikal.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum


3.1.1 Sketsa dan Perhitungan Metode Current Meter

Gambar 3. Sketsa Metode Current Meter Segmen Satu.

Gambar 4. Sketsa Metode Current Meter Segmen Dua.


Gambar 5. Sketsa Metode Current Meter Segmen Tiga

Gambar 6. Sketsa Metode Current Meter Segmen Empat.

Gambar 7. Sketsa Metode Current Meter Segmen Lima.

3.1.2 Perhitungan Luas dan Kecepatan Setiap Segmen dan Debit :


1. Luas I = (a+b) x t / 2 Luas II = (a+b) x t / 2
= (6+14) x 58,75 / 2 = (14+16) x 117,5 / 2
= 587,5 cm2 = 1762,5 cm2
Luas III = (a+b) x t / 2 Total L = LI + LII + LIII
= (16+8) x 58,75 / 2 = 587,5 + 1762,5 + 705
= 705 cm2 = 3055 cm2 / 0,3055 m2
Kecepatan (v) I = (0,2 + 0,2 +0,15)/3 Vtotal = (0,2+0,2+0,15+0,5+0,55+
= 0,183 m/s (0,4)/6
= 0,3 m/s
Kecepatan (v) II = (0,5 + 0,55 +0,4)/3 = 0,483 m/s
Debit (Q) =vxA
= 0,3 x 0,3055
= 0,09165 m3/s
2. Luas I = (a+b) x t / 2 Luas II = (a+b) x t / 2
= (3+15,5) x 49 / 2 = (15,5+19) x 98 / 2
= 453,25 cm2 = 1690,5 cm2
Luas III = (a+b) x t / 2 Total L = LI + LII + LIII
= (19+17) x 49 / 2 = 453,25 + 1690,5 + 882
= 882 cm2 = 3025,75 cm2 / 0,3025 m2
Kecepatan (v) I = (0,2 + 0,3 +0,25)/3 Vtotal = (0,2+0,3+0,25+0,6+0,63+
= 0,25 m/s (0,5)/6
Kecepatan (v) II = (0,6 + 0,63 +0,5)/3 = 0,413 m/s
= 0,576 m/s
Debit (Q) = v x A
= 0,413 x 0,3025
= 0,124932 m3/s

3. Luas I = (a+b) x t / 2 Luas II = (a+b) x t / 2


= (7+20) x 51,25 / 2 = (20+30) x 102,5 / 2
= 691,876 cm2 = 2562,5 cm2
Luas III = (a+b) x t / 2 Total L = LI + LII + LIII
= (30+17) x 51,25 / 2 = 691,876 + 2562,5 + 1345,375
= 1345,375 cm2 = 4599,751 cm2 / 0,4599 m2
Kecepatan (v) I = (0,4 + 0,3 +0,1)/3 Vtotal = (0,4+0,3+0,1+0,5+0,45+
= 0,26 m/s (0,4)/6
Kecepatan (v) II = (0,5 + 0,45 +0,4)/3 = 0,3583 m/s
= 0,45 m/s
Debit (Q) = v x A
= 0,3583 x 0,4599
= 0,164782 m3/s

4. Luas I = (a+b) x t / 2 Luas II = (a+b) x t / 2


= (9+19,5) x 61,5 / 2 = (19,5+17) x 123 / 2
= 876,375 cm2 = 2244,75 cm2
Luas III = (a+b) x t / 2 Total L = LI + LII + LIII
= (17+11) x 61,5 / 2 = 5876,375 + 2244,75 + 861
= 861 cm2 = 8982,125 cm2 / 0,8982 m2
Kecepatan (v) I = (0,4 + 0,4 +0,3)/3 Vtotal = (0,4+0,4+0,3+0,3+0,3+
= 0,36 m/s (0,25)/6
Kecepatan (v) II = (0,3 + 0,3 +0,25)/3 = 0,325 m/s
= 0,283 m/s
Debit (Q) = v x A
= 0,325 x 0,8982
= 0,291915 m3/s

5. Luas I = (a+b) x t / 2 Luas II = (a+b) x t / 2


= (18+18) x 57,5 / 2 = (18+19) x 115 / 2
= 1035 cm2 = 2127,5 cm2
Luas III = (a+b) x t / 2 Total L = LI + LII + LIII
= (19+10) x 57,5 / 2 = 1035 + 2127,5 + 883,75
= 833,75 cm2 = 4046,25 cm2 / 0,4046 m2
Kecepatan (v) I = (0,5 + 0,5 +0,4)/3 Vtotal = (0,5+0,5+0,4+0,2+0,3+
= 0,46 m/s (0,25)/6
Kecepatan (v) II = (0,2 + 0,3 +0,25)/3 = 0,3583 m/s
= 0,25 m/s
Debit (Q) = v x A
= 0,3583 x 0,4046
= 0,144496 m3/s
3.1.2 Sketsa dan Perhitungan Metode Apung

Gambar 8. Sketsa Metode Apung Segmen Satu.

Gambar 9. Sketsa Metode Apung Segmen Dua.

Gambar 10. Sketsa Metode Apung Segmen Tiga.

Gambar 11. Sketsa Metode Apung Segmen Empat.

Gambar 12. Sketsa Metode Apung Segmen Lima.


3.1.3 Sketsa Bendung V-notch (V-notch weir)

Gambar 13. Sketsa Bendung V-notch.

Gambar 14. Sketsa Bendung V-notch.


Nama : Nahda Balqis Salma
NPM : 240110150022

3.2 Pembahasan
Air sungai selain bermanfaat sebagai air irigasi atau pengairan pada tanaman,
juga bermanfaat sebagai tenaga penggerak sebuah turbin yang dihubungkan dengan
generator sehingga akan menghasilkan tenaga listrik atau yang biasa disebut dengan
pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Suatu perencanaan pembuatan PLTA/PLTMA
membutuhkan pengetahuan dan hasil pengukuran mengenai debit aliran yang nantinya
akan berguna pada saat pemilihan turbinnya. Pengukuran debit aliran sungai ini dapat
menggunakan berbagai macam metode. Praktikum kali ini membahas mengenai
metode pengukuran debit aliran sungai. Aliran sungai yang diamati pada praktikum
kali ini adalah aliran sungai yang berada di Sungai Pedca Utara dan bendung yang
berada di Ciparanje.
Hasil pengukuran pada metode current meter dengan lokasi di Sungai Pedca
Utara, didapatkan 5 segmen atau 5 kali pengukuran. Segmen yang pertama yaitu dari
lokasi yang paling dekat dengan pintu air didapatkan luas segmen sebesar 0,3054 m2
dengan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,3 m/s sehingga didapatkan debit aliran
sebesar 0,9165 m3/s, lalu pada segmen kedua dengan luas segmen sebesar 0,3025 m2
dan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,413 m/s sehingga didapatkan debit aliran
sebesar 0,124932 m3/s, selanjutnya pada segmen ketiga dengan luas segmen sebesar
0,4599 m2 dan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,3583 m/s sehingga didapatkan debit
aliran sebesar 0,164782 m3/s, pada segmen keempat dengan luas segmen sebesar
0,8982 m2 dan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,325 m/s sehingga didapatkan debit
aliran sebesar 0,291915 m3/s, dan pada segmen terakhir dengan luas segmen sebesar
0,4046 m2 dan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,3583 m/s sehingga didapatkan debit
aliran sebesar 0,144496 m3/s. Berdasarkan hasil tersebut, debit terbesar berada pada
lokasi paling dekat dengan pintu air yaitu pada segmen satu. Kecepatan aliran sendiri
dipengaruhi oleh sedimentasi ataupun bahan-bahan lainnya yang berada di sungai
tersebut yang juga akan mempengaruhi terhadap ketinggian muka air sungai.
Pengukuran selanjutnya mengenai pengukuran debit menggunakan metode apung,
sama halnya dengan metode current meter, metode apung ini juga dibagi menjadi 5
segmen namun dikaitkannya bukan dengan nilai kecepatan melainkan dengan waktu
tempuh. Metode ini juga merupakan metode paling sederhana.
Selain melakukan perhitungan terhadap debit aliran sungai menggunakan metode
current meter dan metode apung, dalam menentukan besarnya debit aliran suatu sungai
juga dapat secara langsung menggunakan metode bendung ukur (weir). Bendungan
yang paling umum digunakan adalah berbentuk V atau biasa disebut Bendungan V-
notch. Bendungan V-notch yang terletak di Ciparanje ini memiliki ketinggian
permukaan air sebesar 4,7 cm dari ujung bentuk V dan terbuat dari kayu sehingga lebih
ekonomis. Berdasarkan modul praktikum konservasi sumber daya air, bendungan V-
notch ini digunakan untuk debit berkisar 1 sampai dengan 120 l/detik, sedangkan lebih
dari 120 l/detik biasanya menggunakan bendungan persegi.
Nama : Prayoeda Iskandar
NPM : 240110150026

3.2 Pembahasan
Pengukuran debit dengan menggunakan metode apung dan metode current meter
memiliki hasil nilai yang berbeda, perbedaan tersebut dapat terjadi karena kesalahan
pada saat pengambilan data nilai jika di metode current meter ketinggian di setiap
segmen dan lebar dari titik a ke titik b setiap segmen lalu didapatkan nilai hasil
pengukuran dengan menggunakan alat current meter di satu titik segmen dengan
mendapatkan tiga nilai hasil pengukuran atas, tengah, dan bawah. Jika di metode apung
ketinggian pada setiap segmen yang telah dibagi dan lebar. Data lainnya yaitu waktu
laju botol air di setiap segmen tersebut. Namun jika dibandingkan data yang lebih
akurat metode current meter dengan metode apung, metode current meter lebih akurat
dikarenakan alat yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu dan sedikitnya faktor yang
menyebabkan terjadinya kesalahan pada saat pengambilan data. Jika pada metode
apung tersebut terdapat kendala yaitu pada saat pengukuran laju botol di sungai yang
memiliki lebar sungai relatif kecil.
Berdasarkan perhitungan kelompok dua didapatkan luas total sebesar 0,3055 m2
dan kecepatan total 0,3 m/s lalu aliran debit sebesar 0,9165m3/s pada segmen satu, lalu
pada segmen dua didapatkan luas total sebesar 0,3025 m2 dan kecepatan total 0,413 m/s
lalu aliran debit sebesar 0,124932m3/s lalu pada segmen tiga didapatkan luas total
sebesar 0,4599 m2 dan kecepatan total 0,3583 m/s lalu aliran debit sebesar 0,164782
m3/s lalu pada segmen empat didapatkan luas total sebesar 0,8982 m2 dan kecepatan
total 0,325 m/s lalu aliran debit sebesar 0,291915 m3/s lalu pada segmen lima
didapatkan luas total sebesar 0,4046 m2 dan kecepatan total 0,3583 m/s lalu aliran debit
sebesar 0,144496 m3/s. Perbedaan hasil nilai debit yang dihasilkan setiap segmen
berbeda dikarenakan adanya perbedaan dari data luas dan kecepatan. Lokasi praktikum
selanjutnya praktikan melakukan pengukuran pada bendung v-notch yang berada di
sungai Ciparanje. Bendung v-noth ini terbuat dari kayu sehingga terdapat kebocoran
dari dasar bendung v-notch ini dikarenakan adanya ruang yang tidak tertutup semua
oleh bendung tersebut.
Nama : Tenny Tenka Sujati
NPM : 240110150042

3.2 Pembahasan
Praktikum konversi energi dan sumber daya air yang ketiga ini melakukan
pengukuran debit di sungai ciparanje. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu
current meter, roll meter, dan stopwatch. Pengukuran debit dilakukan dengan
menggunakan dua metode, metode yang pertama yaitu dengan menggunakan alat
current meter, sedangkan metode yang kedua menggunakan metode apung.
Pengukuran debit dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang mengalir pada
sungai tersebut dalam satuan volume per waktu.
Sungai yang di amati memiliki bentuk trapesium Pengukuran debit yang pertama
dilakukan dengan menggunakan current meter. Pengukuran debit dengan current
meter di tempatkan pada lima segmen dengan posisi yang berbeda. Nilai yang
diperoleh dari satu segmen current meter yaitu kecepatan permukaan, kecepatan
tengah, dan kecepatan bawah. Hasil debit yang diperoleh pada segmen 1 sebesar
0,09165 m3/s, hasil debit yang diperoleh pada segmen 2 sebesar 0,124932 m3/s, hasil
debit yang diperoleh pada segmen 3 sebesar 0,164782 m3/s, hasil debit yang diperoleh
pada segmen 4 sebesar 0,291915 m3/s, hasil debit yang diperoleh pada segmen 5
sebesar 0,144496 m3/s. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa, nilai
debit dari kelima segmen tersebut memiliki nilai yang berbeda-beda tetapi tidak
signifikan, hal ini disebabkan karena kesalahan pada saat pengambilan data nilai
current meter, kesalahan lainnya disebabkan oleh praktikan karena kurang teliti dalam
melakukan pengukuran. Pengukuran dengan menggunakan current meter kecepatan
sungainya dapat diukur apabila angka pada monitor telah muncul setelah current meter
ditempatkan pada kedalaman tertentu sesuai kedalaman sungai.
Pengukuran debit yang kedua yaitu menggunakan metode apung, pada metode
ini digunakan suatu benda yang dapat mengapung seperti botol aqua yang di isi
setengah air. Kemudian benda tersebut dijatuhkan pada titik pengamatan, dan
pencacatan waktu dimulai, pencacatan waktu dihentikan setelah benda bergerak sejauh
3 meter sebanyak 5 kali pengulangan dengan nilai rata – rata waktu selama 7.1 detik.
Perbandingan hasil pengukuran debit yang diperoleh dari kedua metode tersebut cukup
jauh berbeda, diketahui bahwa hasil debit dengan alat current meter lebih akurat
dibandingkan dengan metode apung, hal tersebut dikarenakan alat current meter dapat
dikalibrasi setelah pengambilan data beberapa kali. Hasil debit aliran dapat dipengaruhi
oleh siklus hidrologi, salah satunya hujan. Ketika intensitas hujan rendah maka aliran
sungai kecil, sedangkan ketika intensitas hujan tinggi maka debit aliran akan semakin
besar. Hal tersebut dapat mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu sungai.
Pengamatan v-notch dilakukan di sungai ciparanje. Berdasarkan pengamatan,
metode v-notch berfungsi sebagai penahan air sehingga dapat meningkatkan ketinggan
permukaan air sungai, dan dapat menghasilkan debit yang lebih besar karena keluaran
ait pada outlet tertahan sehingga tekanan yang dihasilkan menjadi lebih besar.
Nama : Imam Fauzan
NPM : 240110150059

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan di dua tempat berbeda untuk dilakukan berbagai
pengukuran dalam menentukan besar debit air sungai, yaitu Sungai Cileles dan Sungai
Ciparanje. Pengukuran dalam menentukan besar debit air sungai menggunakan metode
current meter, metode apung, dan metode v-notch, sehingga diperoleh hasil yang
berbeda-beda dari penggunaan tiap metode tersebut. Penggunaan metode current meter
memperoleh data kecepatan aliran air sungai yang rentangnya dari 0,1 hingga 0,63 m3/s
sebanyak 5 kali pengukuran di titik yang berbeda. Penggunaan metode apung
memperoleh perbandingan data jarak tempuh botol berisi air yang dihanyutkan dengan
waktu tempuh pada jarak penghanyutan botol, yaitu pada jarak tempuh yang sama
dilakukan 5 kali pengukuran di titik yang sama menghasilkan rentang waktu tempuh
dari 5 hingga 9 detik. Penggunaan metode v-notch memperoleh debit melalui
ketinggian air dari penggunaan bendungan berbentuk huruf v untuk dikalkulasikan
pada sebuah rumus dengan memerhatikan kententuan-ketentuan perhitungan.
Pengukuran laju aliran air sungai dilakukan di tempat terdekat dengan pencatat.
Pengambilan data laju aliran air sungai berbanding lurus pada kedalaman lokasi yang
ditentukan, yaitu pada lebar 15 cm pertama diperoleh kecepatan aliran sungai
permukaan sebesar 0,2 m3/s; tengah 0,2 m3/s; dan dasar 0,15 m3/s sedangkan pada lebar
15 cm kedua diperoleh kecepatan aliran sungai permukaan sebesar 0,5 m3/s; tengah
0,55 m3/s; dan dasar 0,4 m3/s pada lokasi pengukuran pertama. Pengukuran kedua
diperoleh data laju aliran air sungai pada lebar 18 cm pertama diperoleh kecepatan
aliran air sungai permukaan sebesar 0,2 m3/s; tengah 0,3 m3/s; dan dasar 0,25 m3/s
sedangkan pada lebar 18 cm kedua diperoleh kecepatan aliran sungai permukaan
sebesar 0,6 m3/s; tengah 0,63 m3/s; dan dasar 0,5 m3/s. Pengukuran ketiga diperoleh
data laju aliran air sungai pada lebar 22 cm pertama diperoleh kecepatan aliran air
sungai permukaan sebesar 0,4 m3/s; tengah 0,3 m3/s; dan dasar 0,1 m3/s sedangkan pada
lebar 22 cm kedua diperoleh kecepatan aliran sungai permukaan sebesar 0,5 m3/s;
tengah 0,45 m3/s; dan dasar 0,4 m3/s.
Diperoleh data perbandingan waktu dengan jarak tempuh sekaligus data
kedalaman sungai di titik-titik yang berbeda pada pengukuran menggunakan metode
apung, dimana membagi rata 3 meter panjang sungai dengan 5 titik pengambilan
kedalaman sungai yaitu setiap 60 cm sekali. Pengukuran pertama diperoleh kedalaman
sungai yaitu pinggir 15 cm dan 17 cm, tengah 17 cm, lebar sungai 60 cm, dan waktu
tempuh botol 07,06 detik. Pengukuran kedua diperoleh kedalaman sungai yaitu pinggir
15 cm dan 15 cm, tengah 16 cm, lebar sungai 70 cm, dan waktu tempuh botol 06,46
detik. Pengukuran ketiga diperoleh kedalaman sungai yaitu pinggir 18 cm dan 17 cm,
tengah 18 cm, lebar sungai 56 cm, dan waktu tempuh botol 07,51 detik.
Berdasarkan pengamatan, penggunaan bendungan v-notch di Sungai Ciparanje
terbukti dapat meningkatkan ketinggan permukaan air sungai sehingga laju aliran air
sungai yang kecil dapat menghasilkan debit. Bendungan berbahan dasar kayu atau
triplek untuk mempermudah perawatan jika terjadi kerusakan.
Nama : Nahda Balqis Salma
NPM : 240110150022

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran debit aliran sungai dapat menggunakan metode current meter dan
juga metode apung/metode benda terapung;
2. Pengukuran debit aliran dengan menggunakan metode current meter didapatkan
aliran terbesar pada lokasi paling dekat dengan pintu air yaitu sebesar 0,9165
m3/s dan debit aliran rata-rata pada sungai tersebut sebesar 0,2955686 m3/s;
3. Pengukuran debit aliran dengan menggunakan metode apung merupakan metode
paling sederhana;
4. Pengukuran debit aliran suatu sungai lebih efisien menggunakan metode current
meter dibandingkan dengan metode apung dikarenakan pengukurannya
dilakukan dengan menggunakan alat;
5. Keberadaan sedimen pada permukaan sungai dapat mempengaruhi kecepatan
aliran sungai dan ketinggian muka air sungai; dan
6. Bendungan V-notch ini digunakan untuk debit berkisar 1 sampai dengan 120
l/detik.
Nama : Prayoeda Iskandar
NPM : 240110150026

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu :
1. Luas dan ketinggian dari suatu sungai berpengaruh pada debit yang dihasilkan.
2. Penggunaan metode current meter dan metode apung berdasarkan kondisi
ketinggian di suatu sungai tersebut, sehingga pada ketinggian yang lebih rendah
masih dapat menggunakan metode apung.
3. Luas suatu sungai didapatkan dari lebar sungai dan ketinggian sungai dengan
dilakukan pemotongan atau disebut segmen.
4. Perhitungan rumus debit metode current meter dan metode apung berbeda, dan
dapat diasumsikan metode current meter memiliki tingkat akurasi lebih tinggi
dibandingkan metode apung.
5. Bendung v-noth dengan bahan kayu jika diaplikasikan pada sungai besar
memiliki potensi hancur.
Nama : Tenny Tenka Sujati
NPM : 240110150042

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum konversi energi dan sumber daya air ini adalah
sebagai berikut :
1. Nilai debit dengan menggunakan current meter lebih akurat dibandingkan
dengan metode apung.
2. Pengukuran debit dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang mengalir
pada sungai tersebut dalam satuan volume per waktu
3. Kecepatan aliran berbanding lurus dengan besarnya debit.
4. Besar kecilnya debit aliran mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu
sungai.
5. Penggunaan metode v-notch berfungsi untuk meningkatkan ketinggian
permukaan air sungai.

4.2 Saran
Adapun saran dari praktikum kali adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya pada saat pemaparan materi mengenai v-notch lebih diperjelas lagi
dengan gambar atau penggunaannya agar dapat dipahami oleh praktikan.
Nama : Imam Fauzan
NPM : 240110150059

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Diperoleh hasil yang berbeda-beda dari penggunaan tiap metode pengukuran
debit air sungai, yaitu metode current meter, metode apung, dan metode v-notch.
2. Penggunaan metode apung memperoleh perbandingan data jarak tempuh botol
yang dihanyutkan dengan waktu tempuh pada jarak penghanyutan botol.
3. Penggunaan metode v-notch memperoleh debit melalui ketinggian air untuk
dikalkulasikan pada sebuah rumus.
4. Pengambilan data laju aliran air sungai berbanding lurus pada kedalaman lokasi
yang ditentukan, dimana semakin dalam pengukuran laju aliran air sungai maka
nilai laju aliran yang diperoleh semakin besar.
5. Membagi rata 3 meter panjang sungai dengan 5 titik pengambilan kedalaman
sungai yaitu setiap 60 cm sekali pada pengukuran dengan metode apung.
6. Bendungan v-notch di Sungai Ciparanje dapat meningkatkan ketinggan
permukaan air sungai sehingga laju aliran air sungai yang kecil tetap dapat
menghasilkan debit.

4.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya pada pengukuran dengan metode v-notch diberikan gambaran
hubungan antara volume air yang tertampung pada bendungan dengan debit yang
dihasilkan menggunakan rumus yang direkomendasikan untuk dibandingkan
hasilnya dengan metode pengukuran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Audli, Ridho., dkk. 2014. Rancang Bangun Alat Ukur Portable 9 Titik Kecepatan
Aliran Sungai (Open Channel) Nirkabel Berbasis PC. Bandar Lampung :
Universitas Bandar Lampung.

Elisa. 2018. Pengukuran dan Perkiraan Debit Sungai. Terdapat pada :


elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/3ff08985464b139359206ee1bb8a0d7b
(Diakses pada tanggal 5 April 2018 pukul 20.40 WIB)

Esminarni, Diah. 2011. Pengukuran dan perhitungan Debit Aliran Permukaan


(Sungai). Terdapat pada :
https://envirogirls.wordpress.com/2011/05/19/pengukuran-debit-aliran-
permukaan/ (Diakses pada tanggal 5 April 2018 pukul 21.30 WIB)

Norhadi, Ahmad., dkk. 2015. Studi Debit Aliran Pada Sungai Antasan Kelurahan
Sungai Andai Banjarmasin Utara. Banjarmasin : Politeknik Negeri Banjarmasin.

Sumantry, Teddy. 2012. Pengukuran Debit dan Kualitas Air Sungai Cisalak Pada
Tahun 2012. BATAN : Pusat Teknologi Limbah Radioaktif.
LAMPIRAN

Gambar 15. Pengukuran Metode V-Notch


(Sumber : Dokumentasi, 2018)

Gambar 16. Pengukuran Current Meter


(Sumber : Dokumentasi, 2018)

Gambar 17. Pengukuran Metode Apung


(Sumber : Dokumentasi, 2018)

Anda mungkin juga menyukai