Oleh :
Kelompok : 2 (Dua)
Hari, Tanggal Pratikum : Jumat, 30 Maret 2018
Nama (NPM) : 1. Nahda Balqis Salma (240110150022)
2. Prayoeda Iskandar (240110150026)
3. Tenny Tenka Sujati (240110150042)
4. Imam Fauzan (240110150059)
Asisten Praktikum : 1. Akbar Anugrah, S.TP
2. Novan Hermawan
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sungai
Menurut Sumantry (2012) , sungai adalah massa air yang secara alami mengalir
melalui suatu lembah. Kebanyakan mengalir di permukaan bumi ke tempat yang lebih
rendah, sebagian meresap di bawah permukaan tanah. Alirannya tidak tetap; kadang
deras, kadang lambat, tergantung kemiringan sungai. Alirannya mengikuti saluran
tertentu yang di kanan kirinya dibatasi tebing yang curam.
Debit air sungai adalah jumlah air yang mengalir dari suatu penampang tertentu
(sungai, saluran, mata air) persatuan waktu (L/s). Dalam kegiatan pengukuran debit air
Sungai Cisalak ini digunakan metoda Apung. Metode ini adalah metode tidak langsung
dalam pengukuran debit air, karena hanya kecepatan aliran yang di ukur, yaitu dengan
mengukur waktu yang dibutuhkan benda apung untuk melewati jarak yang telah di
tentukan pada suatu aliran sungai. Metode ini juga tidak membutuhkan peralatan yang
khusus, tetapi dapat memperoleh hasil yang layak.
Air merupakan sumber daya alam yang memegang peranan penting di dalam
kehidupan umat manusia. Air dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan seperti
pertanian, peternakan, perikanan, industri, pariwisata, dan sebagainya. Fungsi-fungsi
strategis tersebut telah menempatkan air sebagai sarana yang vital dalam kehidupan
manusia. Klasifikasi mutu air menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001,
tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dibagi menjadi
empat kelas :
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang mensyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan peruntukan lain yang syarat mutu air sama dengan kegunaan
tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air yang sama dengan kegunaan tersebut.
2.4 Pengukuran Kecepatan Aliran dengan Flow Probe atau Current Meter
Menurut Esminarni (2011), pengukuran kecepatan aliran dengan metode ini
dapat menghasilkan perkiraan kecepatan aliran yang memadai. Prinsip pengukuran
metode ini adalah mengukur kecepatan aliran tiap kedalaman pengukuran (d) pada titik
interval tertentu dengan alat Current Meter (Flowatch). Langkah pengukurannya
adalah sebagai berikut :
a. Pilih lokasi pengukuran pada bagian sungai yang telatif lurus dan tidak banyak
pusaran air, bila sungai relatif lebar bisa dilakukan di bawah jembatan atau
menggunakan perahu untuk kedalaman yang relatif dalam.
b. Bagilah penampang melintang sungai/saluran menjadi 10-20 bagian dengan
ukuran yang sama dengan interval tertentu.
c. Ukur kecepatan aliran pada kedalaman tertentu sesuai dengan kedalaman sungai
pada titik interval yang telah dibuat sebelumnya
d. Hitung kecepatan aliran rata-ratanya
e. Setelah didapatkan Luas penampang (A) dan Kecepatan aliran (V) dapat dihitung
debit yang merupakan jumlah total debit aliran pada setiap penampang atau bisa
dihitung dengan rumus Q = A.V atau seperti berikut :
𝐋𝟏. 𝐃𝟏 .𝐕𝟏 +𝐋𝟐. 𝐃𝟐 .𝐕𝟐 +𝐋𝐧. 𝐃𝐧 .𝐕𝐧
Q (𝐦𝟑 /𝐝𝐞𝐭𝐢𝐤) = 𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐁𝐚𝐠𝐢𝐚𝐧 (𝐧)
Dimana:
Q = Debit aliran (m³/detik)
L = Lebar Interval bagian (m)
V = Kecepatan rata-rata pada tiap (h) titik kedalaman pengukuran (m/detik)
1. Mengukur dimensi saluran seperti tinggi dinding saluran, mengukur lebar luas
penampang horizontal (L) setelah itu bagi menjadi 10 bagian dengan ukuran yang
sama, setelah itu ukur kedalaman (D) di setiap 10 bagian, setelah itu dapat dihitung
per bagian dengan contoh seperti berikut :
2. Menurut Nohardi, dkk (2015), kecepatan Aliran menggunakan alat Current Meter
dapat diukur setelah mengetahui cara mendapatkan nilai yang benar, Current meter
dapat dipasang pada batang atau digantungkan pada tali yang diberi pemberat.
Cara pertama dapat digunakan untuk mengukur kecepatan di sungai kecil atau
saluran dengan kedalaman yang rendah bisa mengukur dengan bercebur akan tapi
pada saat pengukuran posisi orang yang memegang alat berhadapan (berlawanan
arus) dan menaruh alat di depan badan bisa juga melalui bantuan perahu atau pada
jembatan untuk sungai yang relatif dalam. Cara kedua digunakan untuk mengukur
di sungai besar. Karena perubahan kondisi aliran di sungai yang tidak dipengaruhi
pasang surut relatif kecil, pengukuran kecepatan dapat dilakukan dengan hanya
satu alat dari satu vertikal berikutnya dalam satu tampang lintang. Pengukuran
dilakukan di beberapa titik pada vertikal, yang selanjutnya dievaluasi untuk
mendapatkan kecepatan rerata untuk menyingkat waktu dan menghemat biaya,
pengukuran dapat dilakukan hanya di beberapa titik pada vertikal.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.2 Pembahasan
Air sungai selain bermanfaat sebagai air irigasi atau pengairan pada tanaman,
juga bermanfaat sebagai tenaga penggerak sebuah turbin yang dihubungkan dengan
generator sehingga akan menghasilkan tenaga listrik atau yang biasa disebut dengan
pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Suatu perencanaan pembuatan PLTA/PLTMA
membutuhkan pengetahuan dan hasil pengukuran mengenai debit aliran yang nantinya
akan berguna pada saat pemilihan turbinnya. Pengukuran debit aliran sungai ini dapat
menggunakan berbagai macam metode. Praktikum kali ini membahas mengenai
metode pengukuran debit aliran sungai. Aliran sungai yang diamati pada praktikum
kali ini adalah aliran sungai yang berada di Sungai Pedca Utara dan bendung yang
berada di Ciparanje.
Hasil pengukuran pada metode current meter dengan lokasi di Sungai Pedca
Utara, didapatkan 5 segmen atau 5 kali pengukuran. Segmen yang pertama yaitu dari
lokasi yang paling dekat dengan pintu air didapatkan luas segmen sebesar 0,3054 m2
dengan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,3 m/s sehingga didapatkan debit aliran
sebesar 0,9165 m3/s, lalu pada segmen kedua dengan luas segmen sebesar 0,3025 m2
dan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,413 m/s sehingga didapatkan debit aliran
sebesar 0,124932 m3/s, selanjutnya pada segmen ketiga dengan luas segmen sebesar
0,4599 m2 dan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,3583 m/s sehingga didapatkan debit
aliran sebesar 0,164782 m3/s, pada segmen keempat dengan luas segmen sebesar
0,8982 m2 dan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,325 m/s sehingga didapatkan debit
aliran sebesar 0,291915 m3/s, dan pada segmen terakhir dengan luas segmen sebesar
0,4046 m2 dan kecepatan aliran rata-rata sebesar 0,3583 m/s sehingga didapatkan debit
aliran sebesar 0,144496 m3/s. Berdasarkan hasil tersebut, debit terbesar berada pada
lokasi paling dekat dengan pintu air yaitu pada segmen satu. Kecepatan aliran sendiri
dipengaruhi oleh sedimentasi ataupun bahan-bahan lainnya yang berada di sungai
tersebut yang juga akan mempengaruhi terhadap ketinggian muka air sungai.
Pengukuran selanjutnya mengenai pengukuran debit menggunakan metode apung,
sama halnya dengan metode current meter, metode apung ini juga dibagi menjadi 5
segmen namun dikaitkannya bukan dengan nilai kecepatan melainkan dengan waktu
tempuh. Metode ini juga merupakan metode paling sederhana.
Selain melakukan perhitungan terhadap debit aliran sungai menggunakan metode
current meter dan metode apung, dalam menentukan besarnya debit aliran suatu sungai
juga dapat secara langsung menggunakan metode bendung ukur (weir). Bendungan
yang paling umum digunakan adalah berbentuk V atau biasa disebut Bendungan V-
notch. Bendungan V-notch yang terletak di Ciparanje ini memiliki ketinggian
permukaan air sebesar 4,7 cm dari ujung bentuk V dan terbuat dari kayu sehingga lebih
ekonomis. Berdasarkan modul praktikum konservasi sumber daya air, bendungan V-
notch ini digunakan untuk debit berkisar 1 sampai dengan 120 l/detik, sedangkan lebih
dari 120 l/detik biasanya menggunakan bendungan persegi.
Nama : Prayoeda Iskandar
NPM : 240110150026
3.2 Pembahasan
Pengukuran debit dengan menggunakan metode apung dan metode current meter
memiliki hasil nilai yang berbeda, perbedaan tersebut dapat terjadi karena kesalahan
pada saat pengambilan data nilai jika di metode current meter ketinggian di setiap
segmen dan lebar dari titik a ke titik b setiap segmen lalu didapatkan nilai hasil
pengukuran dengan menggunakan alat current meter di satu titik segmen dengan
mendapatkan tiga nilai hasil pengukuran atas, tengah, dan bawah. Jika di metode apung
ketinggian pada setiap segmen yang telah dibagi dan lebar. Data lainnya yaitu waktu
laju botol air di setiap segmen tersebut. Namun jika dibandingkan data yang lebih
akurat metode current meter dengan metode apung, metode current meter lebih akurat
dikarenakan alat yang sudah dikalibrasi terlebih dahulu dan sedikitnya faktor yang
menyebabkan terjadinya kesalahan pada saat pengambilan data. Jika pada metode
apung tersebut terdapat kendala yaitu pada saat pengukuran laju botol di sungai yang
memiliki lebar sungai relatif kecil.
Berdasarkan perhitungan kelompok dua didapatkan luas total sebesar 0,3055 m2
dan kecepatan total 0,3 m/s lalu aliran debit sebesar 0,9165m3/s pada segmen satu, lalu
pada segmen dua didapatkan luas total sebesar 0,3025 m2 dan kecepatan total 0,413 m/s
lalu aliran debit sebesar 0,124932m3/s lalu pada segmen tiga didapatkan luas total
sebesar 0,4599 m2 dan kecepatan total 0,3583 m/s lalu aliran debit sebesar 0,164782
m3/s lalu pada segmen empat didapatkan luas total sebesar 0,8982 m2 dan kecepatan
total 0,325 m/s lalu aliran debit sebesar 0,291915 m3/s lalu pada segmen lima
didapatkan luas total sebesar 0,4046 m2 dan kecepatan total 0,3583 m/s lalu aliran debit
sebesar 0,144496 m3/s. Perbedaan hasil nilai debit yang dihasilkan setiap segmen
berbeda dikarenakan adanya perbedaan dari data luas dan kecepatan. Lokasi praktikum
selanjutnya praktikan melakukan pengukuran pada bendung v-notch yang berada di
sungai Ciparanje. Bendung v-noth ini terbuat dari kayu sehingga terdapat kebocoran
dari dasar bendung v-notch ini dikarenakan adanya ruang yang tidak tertutup semua
oleh bendung tersebut.
Nama : Tenny Tenka Sujati
NPM : 240110150042
3.2 Pembahasan
Praktikum konversi energi dan sumber daya air yang ketiga ini melakukan
pengukuran debit di sungai ciparanje. Alat yang digunakan dalam praktikum yaitu
current meter, roll meter, dan stopwatch. Pengukuran debit dilakukan dengan
menggunakan dua metode, metode yang pertama yaitu dengan menggunakan alat
current meter, sedangkan metode yang kedua menggunakan metode apung.
Pengukuran debit dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang mengalir pada
sungai tersebut dalam satuan volume per waktu.
Sungai yang di amati memiliki bentuk trapesium Pengukuran debit yang pertama
dilakukan dengan menggunakan current meter. Pengukuran debit dengan current
meter di tempatkan pada lima segmen dengan posisi yang berbeda. Nilai yang
diperoleh dari satu segmen current meter yaitu kecepatan permukaan, kecepatan
tengah, dan kecepatan bawah. Hasil debit yang diperoleh pada segmen 1 sebesar
0,09165 m3/s, hasil debit yang diperoleh pada segmen 2 sebesar 0,124932 m3/s, hasil
debit yang diperoleh pada segmen 3 sebesar 0,164782 m3/s, hasil debit yang diperoleh
pada segmen 4 sebesar 0,291915 m3/s, hasil debit yang diperoleh pada segmen 5
sebesar 0,144496 m3/s. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa, nilai
debit dari kelima segmen tersebut memiliki nilai yang berbeda-beda tetapi tidak
signifikan, hal ini disebabkan karena kesalahan pada saat pengambilan data nilai
current meter, kesalahan lainnya disebabkan oleh praktikan karena kurang teliti dalam
melakukan pengukuran. Pengukuran dengan menggunakan current meter kecepatan
sungainya dapat diukur apabila angka pada monitor telah muncul setelah current meter
ditempatkan pada kedalaman tertentu sesuai kedalaman sungai.
Pengukuran debit yang kedua yaitu menggunakan metode apung, pada metode
ini digunakan suatu benda yang dapat mengapung seperti botol aqua yang di isi
setengah air. Kemudian benda tersebut dijatuhkan pada titik pengamatan, dan
pencacatan waktu dimulai, pencacatan waktu dihentikan setelah benda bergerak sejauh
3 meter sebanyak 5 kali pengulangan dengan nilai rata – rata waktu selama 7.1 detik.
Perbandingan hasil pengukuran debit yang diperoleh dari kedua metode tersebut cukup
jauh berbeda, diketahui bahwa hasil debit dengan alat current meter lebih akurat
dibandingkan dengan metode apung, hal tersebut dikarenakan alat current meter dapat
dikalibrasi setelah pengambilan data beberapa kali. Hasil debit aliran dapat dipengaruhi
oleh siklus hidrologi, salah satunya hujan. Ketika intensitas hujan rendah maka aliran
sungai kecil, sedangkan ketika intensitas hujan tinggi maka debit aliran akan semakin
besar. Hal tersebut dapat mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu sungai.
Pengamatan v-notch dilakukan di sungai ciparanje. Berdasarkan pengamatan,
metode v-notch berfungsi sebagai penahan air sehingga dapat meningkatkan ketinggan
permukaan air sungai, dan dapat menghasilkan debit yang lebih besar karena keluaran
ait pada outlet tertahan sehingga tekanan yang dihasilkan menjadi lebih besar.
Nama : Imam Fauzan
NPM : 240110150059
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan di dua tempat berbeda untuk dilakukan berbagai
pengukuran dalam menentukan besar debit air sungai, yaitu Sungai Cileles dan Sungai
Ciparanje. Pengukuran dalam menentukan besar debit air sungai menggunakan metode
current meter, metode apung, dan metode v-notch, sehingga diperoleh hasil yang
berbeda-beda dari penggunaan tiap metode tersebut. Penggunaan metode current meter
memperoleh data kecepatan aliran air sungai yang rentangnya dari 0,1 hingga 0,63 m3/s
sebanyak 5 kali pengukuran di titik yang berbeda. Penggunaan metode apung
memperoleh perbandingan data jarak tempuh botol berisi air yang dihanyutkan dengan
waktu tempuh pada jarak penghanyutan botol, yaitu pada jarak tempuh yang sama
dilakukan 5 kali pengukuran di titik yang sama menghasilkan rentang waktu tempuh
dari 5 hingga 9 detik. Penggunaan metode v-notch memperoleh debit melalui
ketinggian air dari penggunaan bendungan berbentuk huruf v untuk dikalkulasikan
pada sebuah rumus dengan memerhatikan kententuan-ketentuan perhitungan.
Pengukuran laju aliran air sungai dilakukan di tempat terdekat dengan pencatat.
Pengambilan data laju aliran air sungai berbanding lurus pada kedalaman lokasi yang
ditentukan, yaitu pada lebar 15 cm pertama diperoleh kecepatan aliran sungai
permukaan sebesar 0,2 m3/s; tengah 0,2 m3/s; dan dasar 0,15 m3/s sedangkan pada lebar
15 cm kedua diperoleh kecepatan aliran sungai permukaan sebesar 0,5 m3/s; tengah
0,55 m3/s; dan dasar 0,4 m3/s pada lokasi pengukuran pertama. Pengukuran kedua
diperoleh data laju aliran air sungai pada lebar 18 cm pertama diperoleh kecepatan
aliran air sungai permukaan sebesar 0,2 m3/s; tengah 0,3 m3/s; dan dasar 0,25 m3/s
sedangkan pada lebar 18 cm kedua diperoleh kecepatan aliran sungai permukaan
sebesar 0,6 m3/s; tengah 0,63 m3/s; dan dasar 0,5 m3/s. Pengukuran ketiga diperoleh
data laju aliran air sungai pada lebar 22 cm pertama diperoleh kecepatan aliran air
sungai permukaan sebesar 0,4 m3/s; tengah 0,3 m3/s; dan dasar 0,1 m3/s sedangkan pada
lebar 22 cm kedua diperoleh kecepatan aliran sungai permukaan sebesar 0,5 m3/s;
tengah 0,45 m3/s; dan dasar 0,4 m3/s.
Diperoleh data perbandingan waktu dengan jarak tempuh sekaligus data
kedalaman sungai di titik-titik yang berbeda pada pengukuran menggunakan metode
apung, dimana membagi rata 3 meter panjang sungai dengan 5 titik pengambilan
kedalaman sungai yaitu setiap 60 cm sekali. Pengukuran pertama diperoleh kedalaman
sungai yaitu pinggir 15 cm dan 17 cm, tengah 17 cm, lebar sungai 60 cm, dan waktu
tempuh botol 07,06 detik. Pengukuran kedua diperoleh kedalaman sungai yaitu pinggir
15 cm dan 15 cm, tengah 16 cm, lebar sungai 70 cm, dan waktu tempuh botol 06,46
detik. Pengukuran ketiga diperoleh kedalaman sungai yaitu pinggir 18 cm dan 17 cm,
tengah 18 cm, lebar sungai 56 cm, dan waktu tempuh botol 07,51 detik.
Berdasarkan pengamatan, penggunaan bendungan v-notch di Sungai Ciparanje
terbukti dapat meningkatkan ketinggan permukaan air sungai sehingga laju aliran air
sungai yang kecil dapat menghasilkan debit. Bendungan berbahan dasar kayu atau
triplek untuk mempermudah perawatan jika terjadi kerusakan.
Nama : Nahda Balqis Salma
NPM : 240110150022
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Pengukuran debit aliran sungai dapat menggunakan metode current meter dan
juga metode apung/metode benda terapung;
2. Pengukuran debit aliran dengan menggunakan metode current meter didapatkan
aliran terbesar pada lokasi paling dekat dengan pintu air yaitu sebesar 0,9165
m3/s dan debit aliran rata-rata pada sungai tersebut sebesar 0,2955686 m3/s;
3. Pengukuran debit aliran dengan menggunakan metode apung merupakan metode
paling sederhana;
4. Pengukuran debit aliran suatu sungai lebih efisien menggunakan metode current
meter dibandingkan dengan metode apung dikarenakan pengukurannya
dilakukan dengan menggunakan alat;
5. Keberadaan sedimen pada permukaan sungai dapat mempengaruhi kecepatan
aliran sungai dan ketinggian muka air sungai; dan
6. Bendungan V-notch ini digunakan untuk debit berkisar 1 sampai dengan 120
l/detik.
Nama : Prayoeda Iskandar
NPM : 240110150026
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum kali ini yaitu :
1. Luas dan ketinggian dari suatu sungai berpengaruh pada debit yang dihasilkan.
2. Penggunaan metode current meter dan metode apung berdasarkan kondisi
ketinggian di suatu sungai tersebut, sehingga pada ketinggian yang lebih rendah
masih dapat menggunakan metode apung.
3. Luas suatu sungai didapatkan dari lebar sungai dan ketinggian sungai dengan
dilakukan pemotongan atau disebut segmen.
4. Perhitungan rumus debit metode current meter dan metode apung berbeda, dan
dapat diasumsikan metode current meter memiliki tingkat akurasi lebih tinggi
dibandingkan metode apung.
5. Bendung v-noth dengan bahan kayu jika diaplikasikan pada sungai besar
memiliki potensi hancur.
Nama : Tenny Tenka Sujati
NPM : 240110150042
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum konversi energi dan sumber daya air ini adalah
sebagai berikut :
1. Nilai debit dengan menggunakan current meter lebih akurat dibandingkan
dengan metode apung.
2. Pengukuran debit dilakukan untuk mengetahui banyaknya air yang mengalir
pada sungai tersebut dalam satuan volume per waktu
3. Kecepatan aliran berbanding lurus dengan besarnya debit.
4. Besar kecilnya debit aliran mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu
sungai.
5. Penggunaan metode v-notch berfungsi untuk meningkatkan ketinggian
permukaan air sungai.
4.2 Saran
Adapun saran dari praktikum kali adalah sebagai berikut :
1. Sebaiknya pada saat pemaparan materi mengenai v-notch lebih diperjelas lagi
dengan gambar atau penggunaannya agar dapat dipahami oleh praktikan.
Nama : Imam Fauzan
NPM : 240110150059
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Diperoleh hasil yang berbeda-beda dari penggunaan tiap metode pengukuran
debit air sungai, yaitu metode current meter, metode apung, dan metode v-notch.
2. Penggunaan metode apung memperoleh perbandingan data jarak tempuh botol
yang dihanyutkan dengan waktu tempuh pada jarak penghanyutan botol.
3. Penggunaan metode v-notch memperoleh debit melalui ketinggian air untuk
dikalkulasikan pada sebuah rumus.
4. Pengambilan data laju aliran air sungai berbanding lurus pada kedalaman lokasi
yang ditentukan, dimana semakin dalam pengukuran laju aliran air sungai maka
nilai laju aliran yang diperoleh semakin besar.
5. Membagi rata 3 meter panjang sungai dengan 5 titik pengambilan kedalaman
sungai yaitu setiap 60 cm sekali pada pengukuran dengan metode apung.
6. Bendungan v-notch di Sungai Ciparanje dapat meningkatkan ketinggan
permukaan air sungai sehingga laju aliran air sungai yang kecil tetap dapat
menghasilkan debit.
4.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya pada pengukuran dengan metode v-notch diberikan gambaran
hubungan antara volume air yang tertampung pada bendungan dengan debit yang
dihasilkan menggunakan rumus yang direkomendasikan untuk dibandingkan
hasilnya dengan metode pengukuran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Audli, Ridho., dkk. 2014. Rancang Bangun Alat Ukur Portable 9 Titik Kecepatan
Aliran Sungai (Open Channel) Nirkabel Berbasis PC. Bandar Lampung :
Universitas Bandar Lampung.
Norhadi, Ahmad., dkk. 2015. Studi Debit Aliran Pada Sungai Antasan Kelurahan
Sungai Andai Banjarmasin Utara. Banjarmasin : Politeknik Negeri Banjarmasin.
Sumantry, Teddy. 2012. Pengukuran Debit dan Kualitas Air Sungai Cisalak Pada
Tahun 2012. BATAN : Pusat Teknologi Limbah Radioaktif.
LAMPIRAN