Kelompok Satu
I. I. Latar Belakang
Kemiringan lereng (slope) merupakan suatu unsur topografi dan faktor erosi.
Kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi diberbagai tempat yang
disebabkan oleh gaya-gaya eksogen dan endogen yang terjadi sehingga mengakibatkan
perbedaan letak ketinggian titik-titik di atas permukaan bumi. Gaya endogen ini misalnya
pergeseran magma, terjadinya patahan, dan gempa bumi. Gaya eksogen berasal dari unsur
iklim, terutama curah hujan dan angin yang menyebabkan proses erosi.
Kemiringan lereng mempengaruhi erosi melalui runoff. Makin curam lereng makin
besar laju dan jumlah aliran permukaan dan semakin besar erosi yang terjadi. Selain itu
partikel tanah yang terpercik akibat tumbukan butir hujan makin banyak
(Arsyad, 2000). Tentunya, derajat kemiringan lereng dan panjang lereng merupakan sifat
tofografi yang dapat mempengaruhi besarnya erosi tanah. Semakin curam dan semakin
panjang lereng maka makin besar pula aliran permukaan dan bahaya erosi semakin tinggi.
Megetahui besar kemiringan lereng adalah penting untuk perencanaan dan pelaksanaan
berbagai kebutuhan pembangunan, terutama dalam bidang konservasi tanah dan air antara
lain sebagai suatu faktor yang mengendalikan erosi dan menentukan kelas kemampuan lahan.
Beda tinggi adalah jarak vertical antara dua titik di permukaan bumi.
I.II. Tujuan
Mengetahui dan memahami alat, fungsi, komponen dan kegunaan dari abney level serta
prosedur penggunaan dalam pengukuran kontur di lahan kampus Gunung Gede IPB.
II METODE
Alat yang digunakan untuk pengukuran kontur lahan di sekitar kampus IPB Gunung
Gede yaitu tongkat, patok, spidol, palu, busur derajat, klinometer, meteran, dan kompas.
Sedangkan bahan yang digunakan yaitu lahan kampus IPB Gunung Gede.
II.II Metode
Penelitian yang telah dilakukan dalam membuat garis kontur menggunakan Abney
Level. Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu siapkan alat-alat yang akan digunakan
untuk memperlancar kegiatan. Hal yang pertama dilakukan sebelum membuat garis kontur
yaitu menentukan titik land marknya, setelah itu tentukan titik satu (A1) dengan menentukan
derajat kemiringan lereng oleh pembidik sesuai tinggi mata si pembidik yang telah ditandai
pada tongkat (bilah bambu), setelah hasil yang di dapatkan 0 maka tancapkan patok pada
tempat dimana bilah bambu didirikan. Kemudian, tentukan posisi menggunakan kompas dan
ukur panjang dari land mark ke titik satu (A1), lakukan hal yang sama pada titik A2, dan A3
yaitu menentukan derajat kemiringannya hingga 0, tentukan arah dan jaraknya. Untuk
menentukan titik B1 cari patahan lereng, lalu tentukan derajat kemiringannya menggunakan
abney level juga tentukan horizontal interval dan vertikal intervalnya, dan tentukan posisinya.
Untuk menentukan titik B2, tentukan derajat kemiringannya hingga 0, tentukan posisi dan
jaraknya dari titik B1 ke B2 lakukan hal yang sama untuk titik B3. Menentukan titik C1 sama
halnya dalam menentukan titik B1, yaitu menentukan patahan lerengnya, lalu tentukan
derajat kemiringannya menggunakan abney level juga tentukan horizontal interval dan
vertikal intervalnya, dan tentukan posisinya. Untuk menentukan titik C2 dan C3 lakukan hal
yang sama seperti menentukan titik B2 dan B3.
III HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengukuran Kemiringan, Arah, dan Jarak dari Tiap Titik
Pengukuran jarak antara A1-B1 dan B1-C1 terdapat kemiringan yang berbeda. Dengan nilai
HI yaitu 150 cm dan VI yaitu 70 cm pada jarak A1-B1, dan 77 cm pada HI serta 19cm pada VI jarak
B1-C1. Perhitungan jara kemiringan lereng :
A1-B1 = A2+ B2 B1-C1 = A2+B2
= A2 + B2 = A2 + B2
= 27400 = 6290
= 165,529 cm = 79,309 cm
III.II. Pembahasan
Bagian-bagian abney level yaitu pemfokus objek, skala derajat, skala persen, lensa,
dan tabung. Fungsi bagian pemfokus objek yaitu mengatur posisi dari objek yang kita lihat.
Skala derajat berfungsi untuk menentukan skala derajat suatu objek. Skala persen berfungsi
untuk menentukan skala persen suatu objek4. lensa berfungsi untuk melihat objek. Tabung
berfungsi untuk mencorong objek melalui tabung serta melihat posisi objek dengan cara
melihat gelembung tapat berada ditengah garis (Indriani S, 2014).
Hal pertama kali yang dilakukan oleh praktikan yaitu menentukan Landmark, landmark
yang digunakan oleh grup 1 adalah dinding bangunan, kemudian di beri patok pada landmark
sebagai penanda. Setelah itu menentukan pengamat (membaca abney level dan kompas) dan
yang dibidik. Disamakan ketinggian pandang antara si pengamat dan yang dibidik dengan
menandai tongkat sejajar mata pengamat, kemudian ditandai menggunakan spidol. Setelah itu
hal yang dilakukan oleh pengamat yaitu berdiri di landmark dan melakukan pembidikkan
menggunakan abney level dan klinometer pada tongkat sampai menemukan angka 0o0%.
Nol disini berarti bahwa lahan tersebut tidak memiliki kemiringan atau dapat dikatakan datar.
Setelah angka yang didapatkan nol, diberi patok lahan tesebut dan dinamai titik A1. Jarak
dari landmark ke A1 diukur menggunakan meteran dan arah menggunakan kompas.
Selanjutnya dari titik A1 di bidik lagi untuk menentukan titik A2 nya yaitu dengan melihat
sampai menunjukkan angka 0o0% dan di beri patok, lalu dikur jarak dan arahnya. Dari titik
A2 di bidik lagi untuk menentukan titik A3 nya yaitu dengan melihat sampai menunjukkan
angka 0o0% dan di beri patok,kemudian dikur jarak dan arahnya. Pada pengukuran titik A1
ke B1 dilakukan pengukuran sampai didapatkan patahan lereng, Kemudian di ukur jarak,
arah , HI, dan VI untuk mengukur panjang kemiringan jika alat abney levelnya tidak ada.
Dari B1 di bidik lagi untuk menentukan titik B2 nya yaitu dengan melihat sampai
menunjukkan angka 0o0% dan di beri patok,lalu diukur jarak dan arahnya. kemudian dari B2
di bidik lagi untuk menentukan titik B3 nya yaitu dengan melihat sampai menunjukkan angka
0o0% dan di beri patok,lalu dikur jarak dan arahnya. Pada titik B1 dilakukan pengukuran ke
titik C1 sampai di dapatkan patahan lereng kemudian di beri patok,lalu di ukur
Hi,Vi,arah,dan jaraknya. Dari C1 di bidik lagi untuk menentukan titik C2 nya yaitu dengan
melihat sampai menunjukkan angka 0o0% dan di beri patok, lalu diukur jarak dan arahnya.
Dari C2 di bidik lagi untuk menentukan titik C3 nya yaitu dengan melihat sampai
menunjukkan angka 0o0% dan di beri patok,lalu diukur jarak dan arahnya.
Setelah pengukuran titik C3, praktikan mengukur kembali setiap titik menggunakan
abney level. Hal yang pertama kali dilakukan untuk menggunakan alat abney level yaitu
memegang abney level yang salah satu ujungnya berdekatan langsung dengan mata kanan
untuk mencorong dan mata kiri juga dibuka sedikit untuk melihat agar tepat dengan objek.
Kemudian bidiklah objek yang kita inginkan sambil memutar skala agar tepat dengan posisi
objek. Pastikan gelembung yang ada pada tabung berada tepat ditengah garis horizontal.
Kemudian catat angka di bagian atas dan bawah dimana bagian atas menunjukan persen
kemiringan dan bagian bawag menunjukan sudut kemiringan lahan.
Setelah proses pengambilan data, diketahui jarak dari Land Mark ke titik A1 sebesar
134 cm dengan kemiringan sudut 00% dan arah mata angin 110 dari utara ke arah kanan
searah jarum jam. Kemiringan sudut titik A1 ke titik A2 adalah 00% dan arah mata angin
105 dari utara ke arah kanan searah jarum jam. Kemiringan sudut titik A2 ke titik A3 adalah
00% dan arah mata angin 102 dari utara ke arah kanan searah jarum jam. Pada titik A1 ke
titik B1 terdapat patahan lereng karena memiliki ketinggian tanah yang berbeda dengan
kemiringan -2526% dan memiliki arah mata angin 16 dari utara ke arah kanan searah jarum
jam, dan untuk menghitung panjang lerengnya grup kami menggunakan cara phytagoras
dimana menentukan horizontal interval (HI) sebesar 150 cm dan vertikal interval (VI) sebesar
70 cm dengan rumus phytagoras dan mendapatkan hasil panjang lereng tersebut sebesar
165,529 cm. Kemudian dilakukan pengukuran dari titik B1 ke titik B2 didapatkan kemiringan
sudut titik B1 ke titik B2 adalah 00% dan arah mata angin 115 dari utara ke arah kanan
searah jarum jam. Kemiringan sudut titik B2 ke titik B3 adalah 00% dan arah mata angin
114 dari utara ke arah kanan searah jarum jam. Pada titik B1 ke titik C1 terdapat patahan
lereng karena memiliki ketinggian tanah yang berbeda dengan kemiringan -1416% dan
memiliki arah mata angin 15 dari utara ke arah kanan searah jarum jam, dan untuk
menghitung panjang lerengnya grup satu menggunakan cara phytagoras dimana menentukan
horizontal interval (HI) sebesar 77 cm dan vertikal interval (VI) sebesar 19 cm dengan rumus
phytagoras didapatkan hasil panjang lereng tersebut sebesar 79,309 cm. Selanjutnya
dilakukan pengukuran dari titik C1 ke titik C2 didapatkan kemiringan sudut titik C1 ke titik
C2 adalah 00% dan arah mata angin 110 dari utara ke arah kanan searah jarum jam.
Kemiringan sudut titik C2 ke titik C3 adalah 00% dan arah mata angin 105 dari utara ke
arah kanan searah jarum jam. Menurut Pangemanan (2014), semakin besar nilai sudut
kemiringan lereng maka semakin kecil nilai faktor keamanan. Itu artinya semakin curam
lereng maka kondisinya semakin tidak aman.
IV. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang kami lakukan maka dapat disimpulkan, abney level adalah
sebuah alat yang dipakai untuk mengukur ketinggian yang terdiri dari skala busur derajat (o)
dan persen (%). Beberapa kelebihan abney level adalah alatnya ringan,simple, dan mudah
digunakan dan dibawa. Walaupun lebih praktis dibawa kelapangan, namun data yang
diperoleh dari abney level ini kurang akurat. Hasil yang panjang lereng didapatkan
menggunakan rumus phytagoras dari titik A1 ke titik B1 sebesar 165,529 cm dan dari titik B1
ke titik C1 sebesar 79,309 cm.
V. DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Indriani S. 2014. Pengenalan Alat Geografi Tanah [Internet]. [diunduh 2017 Oktober 24].
Tersedia pada: http://mahasiswa.ung.ac.id/451412046/home/2014/10/23/pengenalan-
alat-geografi-tanah.html
Kartasapoetra, G, dkk. 2000. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Jakarta (ID): Bina
Aksara.
Purwohardjo, U.U. 1986. Ilmu Ukur Tanah Seri C-Pengukuran Topografi. Jurusan Teknik
Geodesi ITB. Bandung.
VI. LAMPIRAN
A3 A2 A1 LM
B3 B2 B1
C3 C2 C1