Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN SUMBER DAYA LAHAN


(Pengukuran Titik Detail Untuk Pemetaan Topografi)

Oleh:
Kelompok/Shift : 2/B1
Hari, Tanggal Praktikum : Jumat, 9 November 2018
Nama (NPM) : 1. Syifa Unawahi (240110170059)
2. Artta G Malau (240110170064)
3. Rhafly Alfiansyah (240110170069)
4. Febrianti (240110170072)
5. Ganendra Akbar H (240110170067)
Asisten Praktikum : 1. Muhamad Iqbal
2. N. Putri Purnamasari K.
3. Riswandha Febry V.
4. Shinta Atilia Diatara
5. Zaki Andika

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
Artta G Malau
240110170064
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pekerjaan pengukuran sumber daya lahan yang memiliki prinsip teknik sipil
tidak lepas dari kegiatan pengukuran pekerjaan konstruksi seperti pembuatan jalan
raya, saluran drainase, jembatan, pelabuhan, jalur rel kereta api dan sebagainya.
Kegiatan ini memerlukan data hasil pengukuran agar konstruksi yang dibagun dapat
dipertanggungjawabkan dan terhindar dari kesalahan konstruksi. Untuk
memperoleh hasil pengukuran berkualitas baik ditinjau dari kesesuaian dengan
spesifikasi teknis yang dibutuhkan diperlukan metode pengukuran yang tepat serta
peralatan ukur yang tepat pula.
Keperluan pengukuran dan pemetaan selain pengukuran Kerangka Dasar
Vertikal yang menghasilkan tinggi titik - titik ikat dan pengukuran Kerangka Dasar
Horizontal yang menghasilkan koordinat titik - titik ikat juga perlu dilakukan
pengukuran titik - titik detail untuk menghasilkan yang tersebar di permukaan bumi
yang menggambarkan situasi daerah pengukuran. Dalam pengukuran titik - titik
detail prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi titik - titik detail dari
titik-titik ikat. Metode yang sering digunakan adalah metode Tachymetri karena
relatif cepat dan mudah dan yang diperoleh dari lapangan adalah pembacaan rambu,
sudut horizontal (azimuth magnetis), sudut vertikal (zenith atau inklinasi) dan tinggi
alat. Hasil yang diperoleh dari pengukuran tachymetri adalah posisi planimetris X,
Y dan ketinggian Z.
Posisi planimetris X, Y, dan z dari titik-titik detil yang dapat memberikan
informasi bentuk lahan setiap perubahan ketinggian yang signifikan ataupun tidak
dari tempat alat sangatlah penting. Hal ini akan memberikan informasi berharga
dalam pembuatan peta. Maka dari itu, praktikum pengukuran lahan dengan metode
titik detil sangat diperlukan bagi seorang calon sarjana teknik dengan kompetensi
surveyor.
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum adalah:
1. Mampu melakukan pengukuran titik-titik detil yang ditetapkan berdasar
metode titik-titik control ( controlling point method ) untuk pemetaan
topografi dengan baik dan benar.
2. Mampu memilih/menentukan lokasi titik-titik detil untuk pemetaan topografi
berdasarkan metode titik-titik control dengan tepat.
3. Mampu melakukan pengukuran titik-titik detil tersebut dengan metode
tachymetry yang diikatkan pada titik-titik kerangka dasar polygon yang
tersedia dengan benar.

1.3 Metodologi Pengamatan dan Pengukuran


1.3.1 Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah :
1. Alat tulis;
2. Patok;
3. Rambu ukur;
4. Teodolit;
5. Tripod;
6. Unting-unting.

1.3.2 Metode Praktikum


Metode praktikum kali ini sebagai berikut:
a. Teodolit didirikan sesuai dengan yang telah dicontohkan asisten dosen
terlebih dahulu di titik yang telah di tentukan dan atur nivo agar alat dalam
keadaan datar.
b. Langkah kerja pengukuran titik detail
1. Alat diukur ketinggian nya dan mencatat tinggi alat (Hi);
2. Bidikkan ke rambu ukur yang dipasang di titik tertentu yang mewakili
perbedaan ketinggian yang ada di sekitar tempat alat, titik ini sebagai titik
benchmark;
3. Baca dan catat BA, BB, BT, dan sudut vertikal;
4. Bidikkan alat ke rambu ukur yang dipasang di titik selanjutnya yang
mewakili perbedaaan ketinggian;
5. Baca dan catat BA, BB, BT, dan sudut vertikal.
6. Bidikkan alat ke tempat alat selanjutnya yang telah di tentukan;
7. Baca dan catat BA, BB, BT, dan sudut vertikal.
8. Pindahkan alat ke tempat alat selanjutnya dan Bidikkan alat ke tempat
alat sebelumnya yang telah di pasangkan rambu;
9. Baca dan catat BA, BB, BT, dan sudut vertikal serta sudut horizontal nya
di nol kan;
10. Bidikkan ke rambu ukur yang dipasang di titik tertentu yang mewakili
perbedaan ketinggian yang ada di sekitar tempat alat, titik ini sebagai titik
benchmark;
11. Baca dan catat BA, BB, BT, dan sudut vertikal
12. Ulangi percobaan ini sampai ke tempat alat yang ke 12;
13. Setelah melakukan prosedur 1-12, hitunglah besar sudut vertikal, sudut
horizontal, jarak datar, jarak miring, dan beda tinggi (∆ℎ).

c. Membuat skesta pengukuran pada lembar survey


1. Menggambarkan titik-titik tempat alat dan bidikan disertai dengan nama-
nama titik tersebut.
2. Sesuaikan jarak dari hasil pengukuran di sketsa gambar nya dengan skala
tertentu.
Febrianti
240110170072

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Metode Pengukuran Titik Detil


2.1.1 Metode Offset
Metode offset adalah pengukuran titik-titik menggunakan alat alat
sederhana yaitu pita ukur, dan yalon. Pengukuran untuk pembuatan peta cara offset
menggunakan alat utama pita ukur, sehingga cara ini juga biasa disebut cara rantai
(chain surveying). Dari jenis peralatan yang digunakan ini, cara offset biasa
digunakan untuk daerah yang relatif datar dan tidak luas, sehingga kerangka dasar
untuk pemetaanyapun juga dibuat dengan cara offset. Peta yang diperoleh dengan
cara offset tidak akan menyajikan informasi ketinggian rupa bumi yang dipetakan.
Menurut Pinara (2012), cara pengukuran titik detil dengan cara offset ada tiga cara:
 Cara siku-siku (cara garis tegak lurus),
 Cara mengikat (cara interpolasi),
 Cara gabungan keduanya.
2.1.2 Metode Pengukuran Tachimetri
Metode tachymetri adalah pengukuran menggunakan alat-alat optis,
elektronis, dan digital. Pengukuran detail cara tachymetri dimulai dengan
penyiapan alat ukur di atas titik ikat dan penempatan rambu di titik bidik. Setelah
alat siap untuk pengukuran, dimulai dengan perekaman data di tempat alat berdiri,
pembidikan ke rambu ukur, pengamatan azimuth dan pencatatan data di rambu BT,
BA, BB serta sudut miring . Metode tachymetri didasarkan pada prinsip bahwa pada
segitiga-segitiga sebangun, sisi yang sepihak adalah sebanding. Kebanyakan
pengukuran tachymetri adalah dengan garis bidik miring karena adanya keragaman
topografi, tetapi perpotongan benang stadia dibaca pada rambu tegak lurus dan
jarak miring “direduksi” menjadi jarak horizontal dan jarak vertikal.
Pada gambar, sebuah transit dipasang pada suatu titik dan rambu dipegang
pada titik tertentu. Dengan benang silang tengah dibidikkan pada rambu ukur
sehingga tinggi t sama dengan tinggi theodolite ke tanah. Sudut vertikalnya (sudut
kemiringan) terbaca sebesar a. Perhatikan bahwa dalam pekerjaan tachymetri tinggi
instrumen adalah tinggi garis bidik diukur dari titik yang diduduki (bukan TI, tinggi
di atas datum seperti dalam sipat datar). Metode tachymetri itu paling bermanfaat
dalam penentuan lokasi sejumlah besar detail topografik, baik horizontal maupun
vetikal, dengan transit atau planset. Di wilayah-wilayah perkotaan, pembacaan
sudut dan jarak dapat dikerjakan lebih cepat dari pada pencatatan pengukuran dan
pembuatan sketsa oleh pencatat.
Tachymetri “diagram’ lainnya pada dasarnya bekerja atas bekerja atas
prinsip yang, sama sudut vertikal secara otomatis dipapas oleh pisahan garis stadia
yang beragam. Sebuah tachymetri swa-reduksi memakai sebuah garis horizontal
tetap pada sebuah diafragma dan garis horizontal lainnya pada diafragma keduanya
dapat bergerak, yang bekerja atas dasar perubahan sudut vertikal. Kebanyakan
alidade planset memakai suatu jenis prosedur reduksi tachymetri (Pinara, 2012).

2.2 Pengukuran Polygon


Pengukuran dan pemetaan polygon merupakan salah satu metode pengukuran
dan pemetaan kerangka dasar horizontal untuk memperoleh koordinat planimetris
(X, Y) titik-titik ikat pengukuran. Metode polygon adalah salah satu cara penentuan
posisi horizontal banyak titik dimana titik satu dengan lainnya dihubungkan satu
sama lain dengan pengukuran sudut dan jarak sehingga membentuk rangkaian titik-
titik (polygon). Dapat disimpulkan bahwa polygon adalah serangkaian garis
berurutan yang panjang dan arahnya telah ditentukan dari pengukuran di lapangan
(Yolanda, 2009).
Pengukuran polygon sendiri mempunyai maksud dan tujuan untuk menentukan
letak titik di atas permukaan bumi serta posisi relatif dari titik lainnya terhadap
suatu sistem koordinat tertentu yang dilakukan melalui pengukuran sudut dan jarak
serta dihitung terhadap referensi koordinat tertentu. Selanjutnya posisi horizontal
atau koordinat tersebut digunakan sebagai dasar untuk pemetaan situasi topografi
suatu daerah tertentu (Yolanda, 2009).
Kerangka kontrol horizontal merupakan kerangka dasar pemetaan yang
memperlihatkan posisi horizontal antara satu titik relatif terhadap titik yang lain di
permukaan bumi pada bidang datar. Untuk mendapatkan posisi horizontal dapat
digunakan berbagai metode, salah satunya adalah pengukuran metode polygon.
Metode polygon ini digunakan untuk penentuan posisi horizontal banyak titik
dimana titik yang satu dan lainnya dihubungkan dengan jarak dan sudut sehingga
membentuk suatu rangkaian sudut titik-titik (polygon). Pada penentuan posisi
horizontal dengan metode ini, titik yang belum diketahui koordinatnya ditentukan
dari titik yang sudah diketahui koordinatnya dengan mengukur semua jarak dan
sudut dalam polygon (Yolanda, 2009).

2.3 Teodolit
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan
tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass
yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalam theodolit sudut yang dapat di
baca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Alat ini dilengkapi dengan dua
lingkaran berskala, yaitu lingkaran berskala horizontal dan vertikal. Apabila sudut
vertikal zenith diatur 90o atau nadir 0o maka dapat berfungsi sebagai alat menyipat
datar (Chairil, 2009).
Cara kerja alat ini adalah dengan mengatur nivo dan unting-unting di bawah
theodolit. Kemudian menetapkan salah satu titik sebagai acuan. Setelah itu,
menembak titik-titik yang lain dengan patokan titik awal yang ditetapkan tadi.
Theodolit dapat mengecek kondisi dalam arah vertikal, juga untuk menentukan
ketinggian suatu titik. Dalam penggunaannya, theodolit didirikan pada tripod atau
kaki tiga.

Gambar 1. Theodolit digital


(Sumber: Chairil, 2009)
2.4 Sudut Azimuth
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang meridian
acuan. Dalam pengukuran tanah datar, Azimut biasanya diukur dari utara, tetapi
para ahli astronomi, militer dan National Geodetic Survey memakai selatan sebagai
arah acuan.
Seperti ditunjukkan dalam gambar 6, Azimut berkisar antara 0 sampai 360° dan
tidak memerlukan huruf-huruf untuk menunjukkan kuadran. Jadi Azimut OA
adalah 70°, Azimut OB 145°, Azimut OC 235°, dan Azimut OD 330°. Perlu
dinyatakan dalam catatan lapangan apakah Azimut diukur dari utara atau selatan
(Jaelani, 2004).

Gambar 2. Sudut Azimuth


(Sumber : oc.its.ac.id)
Nama: Rhafly Alfiansyah
NPM: 240110170069

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Praktikum
Tabel 1. Hasil Pengukuran
Bacaan Belakang Bacaan Muka Bacaan Sudut
Te-
Tinggi Titik Beda
mpat Jarak Elevasi
Alat Bidik BA BT BB BA BT BB Hor Ver Tinggi
Alat

3 15,8 1A 17,7 17,55 17,4 55,5 97,29 97,29 0,000 780,247


2A 25,45 25,15 24,9 113,3 90,83 90,83 -1,015 779,233
3A 18,75 18,5 18,35 145,74 90,83 90,83 -0,328 779,919
4A 13,85 13,65 13,45 186,41 90,83 90,83 0,157 780,404
5A 11,05 10,85 10,65 234,17 90,83 90,83 0,437 780,684
4 27,65 27,1 26,55 145 90,54 90,54 -1,234 779,014
BM-
4 15,25 22,5 21,9 21,35 0 80,04 80,04 1,294 779,286
3
1B 21,9 21,65 21,45 175,49 90,76 90,76 -0,700 778,586
2B 10,45 10,3 10,15 234,6 90,76 90,76 0,455 779,741
3B 6,15 5,9 5,7 285,55 90,76 90,76 0,875 780,161
5 14,5 13,5 12,5 195,28 95,3 95,3 -0,090 779,195
BM- 85,06 85,062
5 15,2 16,55 15,25 14,25 0 1,967 776,883
4 25 5
1C 15,55 15,3 15,05 14,53 90,84 90,84 -0,083 776,799
2C 22,75 25,5 22,2 142,23 90,84 90,84 -1,111 775,772
3C 10,6 10,45 10,3 210 90,84 90,84 0,431 777,314
319,28
4C 3,15 2,85 2,55 90,84 90,84 1,147 778,030
00
6 17,95 17,05 16,1 238,55 85,14 85,14 1,377 778,259
BM-
6 15,4 27,25 26,35 25,45 0 90,84 90,84 -1,359 779,766
5
1D 20,85 20,55 20,25 21,44 90,84 90,84 -0,603 779,163
2D 19,25 19,1 18,95 92,87 90,84 90,84 -0,414 779,352
Bacaan Belakang Bacaan Muka Bacaan Sudut
Te-
Tinggi Titik Beda
mpat Jarak Elevasi
Alat Bidik BA BT BB BA BT BB Hor Ver Tinggi
Alat

3D 9,95 9,75 9,55 245,94 90,84 90,84 0,506 780,273


7 17,2 16,4 15,6 279,68 80,2 80,2 2,584 782,350
BM-
7 14,5 12,65 11,9 11,1 0 100,7 100,7 -2,568 781,209
6
18,550
1E 14,4 14,1 13,85 100,7 100,7 -0,963 780,245
0
88,73 88,737
2E 13,55 13,35 13,1 66,68 0,214 781,423
75 5
3E 24,6 14,45 24,25 310,1 90 90 0,005 781,214
8 5,7 5 4,3 204,65 90 90 0,950 782,159
BM-
8 15,85 25,55 24,85 24,15 0 90 90 -0,900 783,131
7
1F 17,9 17,7 17,5 18,43 89,99 89,99 -0,184 782,947
2F 19,95 19,75 19,55 214,79 90 90 -0,390 782,741
3F 26,75 26,55 26,3 754,44 90 90 -1,070 782,061
308,53
4F 26,6 26,4 26,5 90 90 -1,055 782,076
75
202,33
9 20,45 19,9 19,35 90 90 -0,405 782,726
00
BM-
9 15,8 11,75 11,2 10,65 0,0000 90 90 0,460 782,170
8
59,070
1G 8,25 8,05 7,8 90 90 0,775 782,945
0
102,30
2G 10,3 10,15 10 90 90 0,565 782,735
00
212,53
3G 20,05 19,9 19,75 90 90 -0,410 781,760
00
Bacaan Belakang Bacaan Muka Bacaan Sudut
Te-
Tinggi Titik Beda
mpat Jarak Elevasi
Alat Bidik BA BT BB BA BT BB Hor Ver Tinggi
Alat

267,42
4G 25,95 25,75 25,55 90 90 -0,995 781,175
00
113,19
10 3,5 3,1 2,7 90 90 1,270 783,440
00
BM-
10 16 21,4 21 20,55 0 95,02 95,02 -1,241 783,612
9
16,160
1H 23,9 23,55 23,2 90 90 -0,500 783,112
0
32,870
2H 18,9 18,7 18,05 90 90 -0,270 783,342
0
90,130
3H 13,9 13,65 13,45 90 90 0,235 783,847
0
320,64
4H 21,95 21,75 21,55 90 90 -0,575 783,037
00
249,53
11 17,2 16,85 16,55 90 90 -0,085 783,527
00
BM-
11 15,8 15,05 14,7 14,3 0,0000 90 90 0,110 783,131
10
50,090
1I 7,35 7,1 6,85 90 90 0,870 784,001
0
134,03
2I 11,05 10,85 10,65 90 90 0,495 783,626
00
251,06
3I 22,75 22,6 22,45 90 90 -0,680 782,451
00
305,09
4I 19,95 19,75 19,6 90 90 -0,395 782,736
00
121,41
12 7,15 6,65 6,2 90 90 0,915 784,046
00
Bacaan Belakang Bacaan Muka Bacaan Sudut
Te-
Tinggi Titik Beda
mpat Jarak Elevasi
Alat Bidik BA BT BB BA BT BB Hor Ver Tinggi
Alat

BM-
12 15,6 24,85 24,4 23,95 0,0000 90 90 -0,880 784,573
11
75,570
1J 14,35 14,2 14 90 90 0,140 784,713
0
278,61
2J 19,5 19,3 19,05 90 90 -0,370 784,203
00
309,98
3J 24,55 24,65 24,35 90 90 -0,905 783,668
00
231,30
13 15,95 15,35 14,75 90 90 0,025 784,598
00
BM-
1 15,2 15,8 15,2 14,6 0,0000 90 90 0,000 783,131
12
26,340
1K 11,85 11,65 11,45 90 90 0,355 783,486
0
216,57
2K 21,65 21,45 21,25 90 90 -0,625 782,506
00
240,90
3K 29,05 28,75 28,45 90 90 -1,355 781,776
00
318,11
2 21,5 20,6 19,7 94,1 94,1 -1,824 781,307
00
BM-
2 15,5 25,4 24,5 23,6 0,0000 80,97 80,97 1,890 782,170
1
10,780
1L 15,45 15,05 14,65 85,85 85,85 0,622 782,792
0
42,470
2L 20 19,75 19,65 85,85 85,85 -0,172 781,998
0
226,34
3L 19 18,7 18,45 85,85 85,85 0,077 782,247
00
Bacaan Belakang Bacaan Muka Bacaan Sudut
Te-
Tinggi Titik Beda
mpat Jarak Elevasi
Alat Bidik BA BT BB BA BT BB Hor Ver Tinggi
Alat

171,50
3 15 14,25 13,5 96,5 96,5 -1,562 780,608
00
Syifa Unawahi
240110170059

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini praktikan melakukan percobaan mengenai titik detil dalam
pemetaan topografi. Metode yang di gunakan dalam pengukuran titik detil ini yaitu
menggunakan titik kontrol yang dimana penggunaannya dilakukan dengan
membaca satu kali bacaan belakang dan menggunakan beberapa titik bacaan muka
sebanyak maksimal 5 kali dengan penyebaran titik pengukuran yang dipakai secara
acak dengan beda ketinggian satu sama lain. Pengukuran pada lima titik yang
berbeda ini bertujuan untuk memberikan penggambaran detil topografi di lapangan
pada peta hasil pengukuran. Kelima titik yang telah ditentukan titik-titiknya ini
merupakan titik yang dapat mewakili daerah disekitar titik berdiri alat, sehingga
dapat diperoleh jarak dan beda tinggi di setiap titik-titik tersebut berdasarkan
benchmark yang telah diukur. Pengukuran titik detil kali ini dilakukan cukup
banyak yaitu 69 titik yang 12 titik di antaranya merupakan tempat alat sedangkan
setiap tempat alat nya terdapat tiga sampai lima titik bidikan yang dianggap
mewakili variasi kontur di sekitar masing-masing tempat alat. Semakin lengkap
titik detail hasil gambar akan semakin akurat sehingga gambar yang terbentuk dapat
menyerupai bentuk aslinya. Data yang di dapatkan dari praktikum kali ini kemudian
diolah dengan menggunakan microsoft excel yang berfungsi sebagai data masukan
dalam pembuatan peta kontur lahan dengan mengaplikasikannya ke dalam program
Arcgis sehingga menghasilkan peta kontur yang dapat mendekati gambaran
senyatanya di lapangan. Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui kontur dari
tanah tersebut yang akhirnya akan di hubungkan menjadi suatu titik dengan titik
yang lain untuk mendapatkan data pada sekeliling lapangan pengukuran yang akan
dijadikan peta topografi.
Metode yang digunakan untuk menggambarkan peta topografi ini adalah
metode titik-titik kontrol dengan poligon tertutup. Pengukuran titik detail
menggunakan metode poligon tertutup, prinsip pengukuran titik detail ini adalah
penentuan posisi berupa posisi planimetris dan posisi topografis. Posisi planimetris
merupakan posisi ke arah horizontal dengan sistem koordinat (X dan Y) dan posisi
topografis adalah posisi ke arah vertikal yang dinyatakan dengan elevasi titik (Z).
Data yang didapatkan berupa titik koordinat dan elevasi setaip titik detail dari titik-
titik ikatnya. Titik ikat merupakan titik yang telah diketahui koordinat dan
elevasinya.
Data-data yang diperoleh berupa data Koordinat Horizontal untuk masing-
masing titik pengukuran, bacaan (Ba, Bt, dan Bb) serta Azimuthnya dengan
berdasarkan pada 0° Utara. Hasil data pengamatan tersebut akan dicari jarak (d),
beda tinggi, sudut Sinus α dan sudut Cosinus α untuk masing-masing titik
pengukuran. Hasil pengukuran dapat dilihat bahwa sudut alfa ada yang memiliki
nilai minus maupun plus, hal tersebut disebabkan karena perbedaan kontur tanah di
lahan praktikum pedca utara. Data-data hasil pengukuran ini menandakan bahwa
posisi titik lebih tinggi maupun lebih rendah dibandingkan tempat berdirinya alat,
yang dapat disimpulkan pula bahwa kondisi lahan yang diukur cukup bervariasi
bentuk topografinya. Berdasarkan hasil pengukuran titik detail di lahan pedca utara,
koordinat titik X dan Y pada titik tiga berturut-turut adalah 783678.911 dan
12204175.306 yang dapat dijadikan acuan titik koordinat lainnya.
Praktikum kali ini memiliki beberapa kesulitan yaitu dalam melakukan
pembidikan, saat melakukan pembidikan terhadap beberapa titik yang telah
ditentukan terdapat banyak pembacaan rambu ukur yang keliru sehingga harus
dibaca berulang kali agar hasil yang didapatkan sesuai dengan perhitungan, serta
pada saat praktikum berlangsung terjadi perubahan cuaca yang menyebabkan
praktikan terburu-buru dan menyebabkan pembacaan rambu ukur yang kurang
tepat. Terdapat tempat alat yang susah didirikan teodolit karena curamnya tanah
dan banyaknya ranting membuat terhalangnya pembidikan.
Kegunaan pemetaan topografi titik detail ini dapat berfungsi untuk
menentukan atau menggambarkan suatu kontur lahan. Bidang keteknikan pertanian
khususnya pada bidang soil and water engineering. Metode pemetaan ini dapat
digunakan untuk penentuan saluran irigasi sehingga dalam penentuan titik tersebut
dapat membantu enginer untuk mengetahui titik-titik atau alur yang bisa dipakai
untuk irigasi. Pengukuran titik detail juga dapat digunakan untuk pemetaan
ketinggian suatu tempat. Fungsinya apabila kita akan membangun suatu bangunan
pertanian pada suatu daerah atau suatu lahan yang memiliki bentuk toopografi
datar, maka kita dapat menggunakan metode cut and fill untuk menjadikan lahan
tersebut menjadi rata.
Syifa Unawahi
240110170059

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Pengukuran detil dilakukan untuk pemetaan topografis yang dapat
menggambarkan perbedaan ketinggian dan jarak sesuai dengan kondisi
sebenarnya di lapangan;
2. Pengukuran dilakukan dengan mengukur enam titik disekitar titik berdiri alat
sehingga dapat menggambarkan beda tinggi dan kondisi lahan di lapangan;
3. Pengukuran detil ini dilakukan dengan kerangka pengukuran poligon pada
praktikum sebelumnya;
4. Pengukuran awal dilakukan dengan mengukur ke titik utara dengan tujuan agar
sudut horizontal diikat 0 derajat ke arah utara dan koordinat awal diikatkan ke
titik benchmark;
5. Pengukuran awal dilakukan pada titik IX dengan elevasi sebesar 782,1699219
mdpl;
6. Praktikum ini bertujuan untuk mendapatkan koordinat X,Y,dan Z,dengan Z
didapatkan dari elevasi disetiap titik;
7. hasil pengukuran titik detail di lahan pedca utara, koordinat titik X dan Y pada
titik tiga berturut-turut adalah 783678.911 dan 12204175.306 yang dapat
dijadikan acuan titik koordinat lainnya;
8. Kesalahan pada pengukuran kali ini yaitu terdapat pada pemasangan rambu
ukur yang miring sehingga pembacaan rambu menjadi tidak akurat dan
pembacaan sudut horizontal menjadi tidak akurat.

4.2 Saran
Adapun saran yang dapat diambil dari praktikum kali ini adalah:
1. Semakin banyak titik detil yang dibidik, semakin detil hasil gambar pada peta
topografi yang akan dibuat.
2. Praktikum kali ini diharapkan praktikan difasilitasi rambu ukur lebih dari satu
supaya mengefisiensikan waktu yang ada.
Artta Gracia Malau
240110170064

3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini, praktikan membidik suatu lahan dengan ketinggian yang
berbeda-beda menggunakan metode titik detil. Pembidikan dilakukan
menggunakan teodolit dan membutuhkan banyak patok, karena pada satu tempat
alat, praktikan memasang minimal 6 patok agak berjauhan baik dengan patok yang
lain, maupun dengan tempat alat dengan melingkari tempat alat tersebut.
Pembidikan ini dilakukan sebanyak 12 titik. Pembidikan dilakukan untuk
mengetahui jarak, elevasi, dan beda tinggi lahan tersebut. Pada tempat alat pertama,
yaitu pada titik 3, praktikan membidik titik pada arah utara, kemudian membidik
banch mark yang sudah ditentukan. Setelah itu, praktikan membidik patok-patok
yang telah ditempatkan, disekeliling tempat alat, yaitu 3a, 3b, 3c, 3d. 3e, 3f,
kemudian membidik tempat alat selanjutnya, yaitu titik 4. Pada titik 74, yang
menjadi bacaan belakang adalah patok terdekat dengan tempat alat, yaitu 4c.
Kemudian bacaan mukanya adalah patok-patok yang melingkar, yaitu 4a, 4b, 4c,
4d, 4e, dan 4f, lalu tempat alat selanjutnya, titik 5, begitu seterusnya hingga pada
akhir bidikan, kembali membidik di titik 3, dengan bacaan belakang adalah patok
terdekat di titik 2, yaitu 2f dan bacaan muka adalah BM. Menggunakan Ms. Excel,
dengan elevasi pada titik 1 hingga 12 telah diketahui, maka elevasi pada titik detail
pun dapat diketahui dengan mengurangi elevasi pada titik tersebut dengan beda
tinggi yang telah dihitung.
Kesalahan pada pengukuran dapat saja terjadi, hal tersebut disebabkan ketika
pembidikan dilakukan, pembacaan rambu ukur kurang teliti, bisa juga rambu ukur
yang dipegang praktikan tidak pada posisi yang diam, kerusakan pada alat karena
penggunaan dan pemeliharaan yang kurang tepat atau karena alat sudah lama, saat
menempatkan alat, alat kurang tepat dengan patok yang sudah ditentukan,
pengukuran tinggi alat yang berpengaruh saat perhitungan, dan pengaturan posisi
nivo kotak dan nivo tabung yang kurang tepat.
Pembidikan yang dilakukan praktikan cukup lama bila dibandingkan dengan
praktikan lain, hal ini disebabkan praktikan mengalami kesulitan mengatur kotak
nivo dan nivo tabung setiap berpindah tempat. Hasil perhitungan beda tinggi dari
data yang diperoleh selama pembidikan berlangsung ada yang negatif lalu ada pula
positif. Hasil yang negatif ini menunjukkan target yang diukur memiliki ketinggian
yang berada di bawah alat yang digunakan untuk mengukur atau berada di posisi
yang menurun, hasil yang positif menunjukkan target yang diukur lebih tinggi dari
alat atau memiliki ketinggian di atas alat.
Perhitungan dapat dilakukan secara manual, namun dengan data yang banyak,
melakukan perhitungan manual tidaklah efisien karena memakan waktu lama,
sehingga perhitungan dilakukan dengan menggunakan Ms. Excel. Menggunkan
aplikasi pengolah data pun dapat terjadi kesalahan, diantaranya karena salah
memasukkan rumus, salah menempatkan prioritas perhitungan pada rumus, dan
salah memasukkan data. Sehingga pada perhitungan ini, diperlukan ketelitian yang
lebih.
Artta Gracia Malau
240110170064

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum kali ini adalah:
1. Pada pembidikan menggunakan metode titik detil membutuhkan patok untuk
dibaca pada satu tempat alat dengan jumlah minimal 6 patok.
2. Perhitungan menggunakan aplikasi pengolah angka agar perhitunga data yang
banyak bisa lebih cepat, mengurangi kesalaha, dan lebih efektif.
3. Hasil beda tinggi yang negatif karena target yang diukur memiliki ketinggian yang
berada di bawah alat yang digunakan untuk mengukur atau berada di posisi yang
menurun, hasil yang positif menunjukkan target yang diukur lebih tinggi dari alat
atau memiliki ketinggian di atas alat.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi keakuratan data, yaitu ketelitian, pembacaan
ketinggian alat, pengaturan nivo kotak dan nivo tabung, dan penempatan rambu
ukur yang tepat.

4.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini adalah:
1. Sebaiknya saat praktikum berlangsung, praktikan lebih kondusif, sehingga
pembidikan berlangsung tepat dan selesai dengan cepat.
2. Sebaiknya saat pembidikan, praktikan bisa lebih serius dan teliti, sehingga data
yang diperoleh akan lebih akurat.
Nama: Rhafly Alfiansyah
NPM: 240110170069

3.2 Pembahasan
Pengukuran dalam praktikum kali ini praktikan melakukan pengukuran titik
detail pada suatu lahan menggunakan metode poligon tertutup. Alat yang digunakan
dalam praktikum kali ini praktikan menggunakan alat ukur teodolit dikarenakan dapat
pengukur perbedaan ketinggian yang cukup besar. Pengukuran dilakukan dengan
menentukan titik pada lahan yang berbeda elevasi. Titik detail yang ditentukan minimal
berjumlah 3 pada setiap penempatan alat dikarenakan poligon akan terbentuk minimal
3 titik. Hasil pengukuran titik detail akan digunakan untuk membuat peta berdasarkan
nilai kontur lahan pada lahan yang diukur.
Pengukuran awal praktikan melakukan pengukuran dititik 3. Pengukuran pada
setiap titik memiliki jumlah titik detail yang berbeda-beda dikarenakan tergantung pada
kondisi lahan yang akan diukur, semakin banyak perbedaan elevasi pada titik
penempatan alat tersebut maka semakin banyak titik detail yang ditentukan.
Pengukuran dilakukan menggunakan 12 titik penempatan alat dengan hasil pengukuran
titik detail berjumlah 68 titik.
Hasil pengukuran metode titik detail berupa nilai kordinat X, Y dan Z. Kordinat
X dan Y akan mewakili posisi titik, sedangkan Z akan mewakili nilai ketinggian.
Keluaran yang didapat pada praktikum kali ini dapat berupa peta dengan menggunakan
nilai kordinat X, Y dan Z yang didapatkan dalam pengukuran.
Kendala dalam pengukuran disebabkan dari medan yang akan diukur, medan
yang cenderung mendatar sulit dalam menentukan posisi titik detail, oleh karena itu
pengukuran harus dilakukan dengan lahan yang memilki nilai kemiringan yang
bervariasi. Selain itu, halangan dalam praktikum juga menjadi kendala dalam
pengukuran seperti pohon yang dapat menghalangi pandangan dalam pengukuran.
Kesalahan dalam pengukuran disebabkan kurang telitinya praktikan dalam
membaca nilai pada rambu ukur, selain itu kondisi alat yang digunakan dapat
mempengaruhi hasil pengukuran. Oleh karena sebab itu praktikan harus berhati-hati
dalam setiap melakukan pengukuran dan selalu mengecek kondisi alat sehingga dapat
meminimalisir kesalahan yang terjadi.
Nama: Rhafly Alfiansyah
NPM: 240110170069

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan, antara lain:
1. Pengukuran titik detail menggunakan metode poligon untuk menentukan titik-
titik.
2. Hasil pengukuran titik detail berupa kordinat X, Y dan Z untuk dapat digunakan
membuat peta.
3. Semakin banyak posisi titik yang digunakan maka akan semakin akurat seperti
bentuk pada wilayah aslinya.
4. Titik detail mewakili perbedaan evelasi pada setiap penempatan alat.

4.2 Saran
Saran praktikum kali ini, antara lain:
1. Gunakan alat ukur yang tidak rusak agar memudahkan dalam pengukuran.
2. Lakukan pengukuran secara berkala untuk mendapatkan nilai rata-rata hasil yang
didapatkan agar pengukuran akurat.
3. Kerjasama kelompok diperlukan untuk memudahkan praktikan dan
meminimalisir kesalahan.
Nama : Febrianti
NPM : 240110170072

3.2 Pembahasan
Pengukuran titik detil pada praktikum kali ini menghasilkan data-data di
lapangan yang digunakan sebagai gambaran lahan dalam bentuk poligon tertutup. Data
tersebut di antaranya adalah jarak antara titik satu dengan titik lain, sudut horizontal
titik satu ke titik lain, serta perbedaan elevasi di setiap titik detil yang diukur. Data
tersebut kemudian diolah dengan menggunakan microsoft excel yang berfungsi sebagai
data masukan dalam pembuatan peta kontur lahan dengan mengaplikasikannya ke
dalam program Arcgis sehingga menghasilkan peta kontur yang dapat mendekati
gambaran senyatanya di lapangan.
Peta kontur adalah hasil dari pemetaan topografi yang membutuhkan
pengukuran dengan hasil yang akurat supaya peta yang dibuat dapat benar-benar
menggambarkan kondisi lahan sesungguhnya, sehingga pengukuran titik detil kali ini
dilakukan cukup banyak yaitu 69 titik yang 12 titik di antaranya merupakan tempat alat
sedangkan setiap tempat alat nya terdapat tiga sampai lima titik bidikan yang dianggap
mewakili variasi kontur di sekitar masing-masing tempat alat. Metode titik kontrol
digunakan dalam pengukuran titik detil agar dapat mengetahui koordinat setiap titik
yang merupakan data penting dalam pembuatan peta, metode ini dilakukan dengan cara
pembidikan dari titik kontrol ke muka secara menyebar dan mengikuti kemiringan
lahan nya. Pengukuran yang dilakukan dengan metode poligon akan memberikan
informasi suatu titik berupa posisi planimetris dan posisi topografisnya. Posisi
planimetris itu sendiri menunjukkan posisi titik dalam arah horizontal yang sistemnya
berupa koordinat X dan Y, sedangkan posisi topografis menunjukkan posisi titik dalam
arah vertikal yang dapat dinyatakan dengan Z sebagai elevasi titik.
Praktikan memulai pengukuran di titik tiga dengan elevasi sebesar 780,247 meter
diatas permukaan laut. Pembidikan ke titik-titik yang dianggap dapat menggambarkan
variasi kontur di sekitar tempat alat menghasilkan data beda tinggi bernilai positif dan
negatif, dimana hal ini menandakan bahwa posisi titik lebih tinggi maupun lebih rendah
dibandingkan tempat berdirinya alat, yang dapat disimpulkan pula bahwa kondisi lahan
yang diukur cukup bervariasi bentuk topografinya sehingga menghasilkan perbedaan
tinggi yang beragam. Semakin besar perbedaan ketinggian titik yang diukur dengan
titik pengukuran maka semakin curam lahan tersebut. Berdasarkan hasil pengukuran di
lapangan, koordinat titik X dan Y pada titik tiga berturut-turut adalah 783678.911 dan
12204175.306 yang dapat dijadikan acuan titik koordinat lainnya.
Selama praktikum berlangsung pembacaan rambu ukur dan pengoperasian
teodolit sudah dilakukan dengan benar sehingga kesalahan dalam pengukuran tidak
begitu berarti dan dapat diatasi dengan pengkoreksian apabila dibutuhkan untuk
kepentingan yang lebih khusus lagi. Pemetaan topografi kali ini terbilang cukup akurat
dengan banyak nya titik yang dianggap dapat mewakili variasi kontur yang ada. Luas
lahan yang diukur dengan jumlah titik yang dijadikan acuan pengukuran sudah
seimbang dan sesuai untuk mewakili keadaan lahan yang dilakukan pemetaan. Manfaat
pengukuran titik detil yang telah dilakukan pada praktikum kali ini dalam keteknikan
pertanian adalah untuk menentukan ketinggian suat wilayah, potensi curah hujan, suhu
yang akan mempengaruhi tanaman pertanian serta informasi kemiringan lereng yang ada.
Nama : Febrianti
NPM : 240110170072

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil praktikum kali ini adalah:
1. Pengukuran titik detil merupakan salah satu rangkaian pemetaan topografi yang
salah satu keluarannya adalah peta kontur atau peta topografi.
2. Peta topografi atau kontur menampilkan gambaran permukaan lahan yang
berisikan data beda ketinggian, jarak, kontur yang sesuai dengan kenyataan di
lapangan dengan skala yang telah ditentukan.
3. Titik detil yang ditentukan menggambarkan variasi elevasi pada lahan.
4. Peta kontur membutuhkan informasi titik yang di antarnya adalah posisi
planimetris berupa data koordinat x dan y, serta posisi topografis berupa besar
elevasi suatu titik, sehingga dapat dibentuk peta topografi yang sesuai.
5. Semakin besar beda tinggi nya, semakin curam lahan tersebut.
6. Semakin sedikit beda tinggi nya, semakin landai lahan tersebut.
7. Kondisi lahan yang diukur cukup bervariasi bentuk topografinya terbukti dari
pembidikan ke titik-titik yang dianggap dapat menggambarkan variasi kontur di
sekitar tempat alat menghasilkan data beda tinggi bernilai positif dan negatif.

4.2 Saran
Adapun saran untuk praktikum kali ini diharapkan praktikan difasilitasi lebih
banyak lagi rambu ukur guna mengefisiensikan waktu yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

Chairil. 2010. Pengukuran Titik Detil. Terdapat di: http://ftsl.itb.ac.id. (Diakses pada
hari Minggu, 25 November 2018 pukul 22:00).

Jaelani. 2004. Sudut, Arah, Dan Azimut . Terdapat pada


oc.its.ac.id/ambilfile.php?idp=375. (Diakses pada hari Minggu, 25 November
2018 pukul 21:00).

Pinara. 2012. Penuntun Praktikum Pemetaan Sumber Daya Lahan. Terdapat pada:
https://www.plengdut.com/pengukuran-titik-titik-detail/928/.(Diakses pada
hari Minggu, 25 November 2018 pukul 22:30).

Yolanda, Yunita. 2007. Jurnal Pembimbing Pengukuran Polygon. Jakarta: Universitas


Indonesia.
LAMPIRAN

Gambar 2. Pembacaan Nilai Rambu Ukur


(sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Gambar 3. Pengukuran Titik Detail


(sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

Anda mungkin juga menyukai