Di susun Oleh :
Kelompok 8
A. Latar Belakang
Sampling adalah proses dan cara mengambil sampel/ contoh untuk
menduga keadaan suatu populasi. Sampling dan monitoring merupakan dua
kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. Pengamatan rutin (monitoring) tidak
mungkin dilakukan secara menyeluruh terhadap populasi atau pertanaman
yang ada tetapi dilakukan terhadap contoh (sample). Sampling bisa dilakukan
untuk dua tujuan, yaitu pengambilan sample untuk tujuan diagnosis dan
pengambilan sample untuk tujuan monitoring. Untuk tujuan diagnosis
sampling difokuskan pada pengamatan gejala penyakit pada tingkat individu
tanaman. Setelah itu ditentukan bagian tanaman apa yang perlu diambil
sebagai sample untuk didiagnosis. Sedangkan untuk tujuan monitoring,
sampling dilakukan melalui beberapa tahap. Dalam petunjuk praktikum ini,
dijelaskan tentang sampling untuk tujuan monitoring.
Teknik pengamatan penyakit pada tumbuhan menjadi penting karena
dengan mengetahui serta melakukan kegiatan ini maka kita dapat mengetahui
penyakit yang menyerang, mengetahui perkembangan penyakitnya, pola
penyebarannya, besarnya kerusakan yang ditimbulkan serta dapat
memprediksi kapan terjadinya serangan. Dengan informasi yang diperoleh
tersebut maka penyakit dapat dicegah serta dapat dikendalikan dengan tepat.
Dalam melakukan pengamatan terdapat beberapa kesulitan yaitu populasi
yang demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh
elemen diamati, keterbatasan waktu, biaya, dan sumber daya manusia.
Sehingga untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan pengamatan digunakan
sampling.
B. Tujuan Praktikum
Melatih mahasiwa agar mempunyai ketrampilan dalam melakukan
sampling dengan pola yang tepat untuk tujuan monitoring.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Agar sampel yang digunakan masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih
bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus
dilakukan secara seksama. Sampel yang baik adalah sampel yang harus memenuhi
kriteria sebagai berikut Menurut Mustafa (2000) :
2. Presisi
Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi.
Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik
populasi. Contoh : Dari Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang.
Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong
produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan
produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang
dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari
sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-
rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel
tersebut.
Selain hal tersebut di atas yang perlu diperhatikan lagi adalah ukuran
sampel. Menurut (Gomez, 1984) ukuran sampel adalah banyaknya satuan
penarikan contoh yang diambil dari populasi. Hal ini menjadi penting karena
manakala pengamatan yang dilakukan adalah menggunakan analisis kuantitatif.
Akan tetapi berbeda jika analisis yang digunakan adalah kualitatif karena yang
diutamakan dalam hal ini adalah kekayaan informasi, jumlah sampel sedikit tetapi
kaya informasi maka sampel tersebut lebih bermanfaat.
Metode Sampling
Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh
setiap unit penelitian untuk dipilh sebagai sampel sebesar n/N, yakni ukuran
sampel yang dikehendaki dibagi dengan ukuran populasi. Jadi dalam pengambilan
contoh acak sederhana , hanya ada satu macam satuan pengambilan contoh.
Teknik ini biasanya dilakukan apabila bahannya banyak, dalam area yang luas,
dan biasanya dilakukan pada penyakit dalam skala luas. Contohnya pengamatan
penyakit tungro di Jawa Tengah.
C. Cara Kerja
a. Sampling
1. Menentukan hamparan pertanaman yang akan dijadikan tempat untuk
pengambilan sampel.
2. Masing-masing kelompok melakukan sampling dengan menggunakan
pola atau disain sampling yang berbeda-beda yaitu pola huruf W,
huruf X, diagonal, dan stratified random sampling (acak bertingkat).
3. Masing-masing kelompok memberi tanda pola pengambilan sample
tersebut dengan menggunakan tali.
4. Setelah itu ditentukan titik-titik (spot) unit sampel di sepanjang garis
pada pola pengambilan sampel masing-masing (penentuan unit
sample).
5. Tanaman contoh diambil di dalam titik-titik unit sampel yang telah
ditentukan, kemudian masing-masing tanaman contoh diberi label.
b. Monitoring
1. Mengumpulkan data teknis budidaya dari tanaman yang ditanam.
2. Masing-masing kelompok melakukan pengamatan dan penghitungan
insidensi penyakit pada unit-unit contoh yang sudah ditentukan
sebelumnya.
3. Pengamatan dan penghitungan insidensi penyakit dilakukan tiap
minggu sebanyak 4 kali pengamatan.
4. Insidensi penyakit dihitung dengan rumus berikut:
n
A = x 100%
N
Dengan A = agihan penyakit, n = jumlah tanaman yang menunjukkan
gejala penyakit, N = jumlah seluruh tanaman yang diamati.
5. Masing-masing kelompok melakukan pengamatan dan penghitungan
intensitas penyakit pada unit-unit contoh yang sudah ditentukan
sebelumnya.
6. Pengamatan dan penghitungan intensitas penyakit dilakukan tiap
minggu sebanyak 4 kali pengamatan.
7. Intensitas penyakit dihitung dengan rumus berikut:
∑nxv
IP = x 100%
ZxN
Dengan IP = intensitas penyakit, n = jumlah daun dengan kriteria
tertentu, v = skor penyakit dari daun yang diamati, Z = skor tertinggi,
N = jumlah daun yang diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Sampling Petak Tanam Pada Pola Diagonal
O O O O O
O O ■ ■ O
O O O O O
O O O O O
O O O panen O O
O O kotak O O O
O O O O O
O O O O O
O ■ ■ ■ O
O O O O O
■ sampel tanaman 1
■ sampel tanaman 2
■ sampel tanaman 3
■ sampel tanaman 4
■ sampel tanaman 5
B. Pembahasan
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan sebagai berikut :
1. Yu
DAFTAR PUSTAKA