Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

PRAKTIKUM PENGELOLAAN HAMA TERPADU


ACARA I. SAMPLING DAN MONITORING

Di susun Oleh :

Kelompok 8

1. Yusuf Fadhilah Umar


2. Cici Monika Sari
3. Agustian Bayu Dewangga
4. Arif
5. Yusuf ardi

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2020
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampling adalah proses dan cara mengambil sampel/ contoh untuk
menduga keadaan suatu populasi. Sampling dan monitoring merupakan dua
kegiatan yang tidak bisa dipisahkan. Pengamatan rutin (monitoring) tidak
mungkin dilakukan secara menyeluruh terhadap populasi atau pertanaman
yang ada tetapi dilakukan terhadap contoh (sample). Sampling bisa dilakukan
untuk dua tujuan, yaitu pengambilan sample untuk tujuan diagnosis dan
pengambilan sample untuk tujuan monitoring. Untuk tujuan diagnosis
sampling difokuskan pada pengamatan gejala penyakit pada tingkat individu
tanaman. Setelah itu ditentukan bagian tanaman apa yang perlu diambil
sebagai sample untuk didiagnosis. Sedangkan untuk tujuan monitoring,
sampling dilakukan melalui beberapa tahap. Dalam petunjuk praktikum ini,
dijelaskan tentang sampling untuk tujuan monitoring.
Teknik pengamatan penyakit pada tumbuhan menjadi penting karena
dengan mengetahui serta melakukan kegiatan ini maka kita dapat mengetahui
penyakit yang menyerang, mengetahui perkembangan penyakitnya, pola
penyebarannya, besarnya kerusakan yang ditimbulkan serta dapat
memprediksi kapan terjadinya serangan. Dengan informasi yang diperoleh
tersebut maka penyakit dapat dicegah serta dapat dikendalikan dengan tepat.
Dalam melakukan pengamatan terdapat beberapa kesulitan yaitu populasi
yang demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh
elemen diamati, keterbatasan waktu, biaya, dan sumber daya manusia.
Sehingga untuk mengatasi kesulitan dalam melakukan pengamatan digunakan
sampling.

B. Tujuan Praktikum
Melatih mahasiwa agar mempunyai ketrampilan dalam melakukan
sampling dengan pola yang tepat untuk tujuan monitoring.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sampling merupakan hal yang sangat penting dalam patologi tumbuhan.


Sampling dapat mempermudah pemahaman kita tentang bagaimana epidemi
berkembang menurut tempat dan waktu dan dapat digunakan sebagai bahan
pengambilan keputusan (Parnell et al., 2001). Teknik pengambilan contoh yang
tepat adalah sangat penting karena dapat menentukan akurasi data yang
diperoleh dan seberapa lama waktu dan seberapa besar usaha yang dilakukan
untuk sampling itu sendiri (Delp et al., 1986). Data-data tersebut meliputi
insidensi penyakit, intensitas penyakit, dan sebaran penyakit di lapangan. Pola
pengambilan contoh yang digunakan disesuaikan dengan pola distribusi penyakit
di lapangan, apakah distribusinya acak (random) atau mengelompok
(aggregated).
Menurut Delp et al. (1986), pola pengambilan contoh yang digunakan
adalah pola diagonal, pola huruf W, dan X (Gambar 1). Tanaman contoh
kemudian diambil di sepanjang jalur dari masing-masing pola tersebut. Pola
huruf W dan X lebih cocok untuk penyakit-penyakit dengan pola sebaran
mengelompok.
Penyakit tanaman merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang
dapat menurunkan hasil secara nyata, terutama di negara-negara sedang
berkembang. Oleh karena itu monitoring di lapangan tentang penyebaran
penyakit menjadi sangat penting. Monitoring dapat dilakukan pada unit-unit
sampel yang sudah ditentukan sebelumnya saat melakukan penentuan sampel.
Tujuan utama monitoring adalah untuk mengumpulkan informasi tentang
sebaran dan insidensi penyakit utama dan praktek-praktek budidayanya
(Anonim, 2012).
Ketelitian prakiraan insidensi penyakit dapat dievaluasi pada kisaran yang
luas mulai dari kelompok individu tanaman, heterogenitas penyakit karena
tempat, dan kondisi di mana penyakit tidak ditemukan (Madden dan Hughes,
1999). Monitoring dilakukan pada unit-unit sample yang sudah ditentukan, juga
tentang praktek-praktek budidaya yang dilakukan.
Menurut Mustafa (2000) dan Nasution (2003) sampling atau sampel adalah
objek bagian dari populasi yang ingin diamati. Artinya tidak akan ada sampel jika
tidak ada populasi. Sedangkan populasi sendiri adalah keseluruhan elemen atau
unsur yang akan kita amati. Dalam pengambilan sampel ada beberapa defenisi
yang harus dipahami yaitu:

a. Populasi Sasaran (Target Populasi): Yaitu populasi yang menjadi sasaran


pengamatan atau populasi dari mana suatu keterangan,akan diperoleh.
b. Kerangka Sampel (Sampling Frame): Yaitu suatu daftar unit-unit yang ada
pada populasi yang akan diambil sampelnya (daftar anggota populasinya).
c. Unit Sampel (Sampling Unit): Yaitu unit terkecil pada populasi yang akan
diambil sebagai sampel.
d. Rancangan Sampel Yaitu rancangan yang meliputi cara pengambilan
sampel dan penentuan besar sampelnya.
e. Random Yaitu cara mengambil sampel, dimana setiap unit dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Agar sampel yang digunakan masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih
bisa mewakili karakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus
dilakukan secara seksama. Sampel yang baik adalah sampel yang harus memenuhi
kriteria sebagai berikut Menurut Mustafa (2000) :

1. Akurasi atau ketepatan

tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain


makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel
tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah populasi. Cooper dan
Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang
maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena
pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung
mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata
luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang
terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias.
Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis

2. Presisi

Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi.
Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik
populasi. Contoh : Dari Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang.
Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong
produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan
produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang
dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari
sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-
rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel
tersebut.

Selain hal tersebut di atas yang perlu diperhatikan lagi adalah ukuran
sampel. Menurut (Gomez, 1984) ukuran sampel adalah banyaknya satuan
penarikan contoh yang diambil dari populasi. Hal ini menjadi penting karena
manakala pengamatan yang dilakukan adalah menggunakan analisis kuantitatif.
Akan tetapi berbeda jika analisis yang digunakan adalah kualitatif karena yang
diutamakan dalam hal ini adalah kekayaan informasi, jumlah sampel sedikit tetapi
kaya informasi maka sampel tersebut lebih bermanfaat.

Metode Sampling

Metode sampling yang digunakan atau dipilih juga menentukan


keberhasilan dalam pengmatan. Secara umum metode sampling dapat dibedakan
menjadi 2 kelompok besar yaitu : random sample (probability sampling) dan non
random sample (nonprobability sampling). Sampel probabilitas atau disebut juga
sampel acak adalah sampel yang pengambilannya berlandaskan pada prinsip teori
peluang, yakni prinsip memberikan peluang yang sama kepada seluruh unit
populasi untuk dipilih sebagai sampel. Sebaliknya, sampel nonprobabilitas atau
sampel tak acak adalah sampel yang pengambilannya didasarkan pada
pertimbangan-pertimbangan tertentu (bisa pertimbangan penelitian maupun
pertimbangan peneliti). Sampel probabilitas diambil dengan menggunakan teknik
sampling probabilitas atau teknik sampling random, sedangkan untuk mengambil
sampel nonprobabilitas atau sampel nonrandom digunakan teknik sampling
nonprobabilitas, yakni pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel probabilitas
cenderung memiliki tingkat representasi yang lebih tinggi daripada sampel
nonprobabilitas.

Untuk pengamatan penyakit biasanya metode yang sering dipakai adalah


random sample (probability sampling). Hal ini dikarenakan untuk mengetahui
keadaan yang sesungguhnya dilapangan. Metode random sample sendiri terdiri
atas (Gomez, 1984; Mustafa, 2000; dan Nasution 2003) :

1. Pengambilan Sampel Secara Random Sederhana (Simple Random


Sampling)

Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga setiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Peluang yang dimiliki oleh
setiap unit penelitian untuk dipilh sebagai sampel sebesar n/N, yakni ukuran
sampel yang dikehendaki dibagi dengan ukuran populasi. Jadi dalam pengambilan
contoh acak sederhana , hanya ada satu macam satuan pengambilan contoh.
Teknik ini biasanya dilakukan apabila bahannya banyak, dalam area yang luas,
dan biasanya dilakukan pada penyakit dalam skala luas. Contohnya pengamatan
penyakit tungro di Jawa Tengah.

2. Pengambilan Sampel Secara Random Sistematis (Systematic Random


Sampling)

Teknik ini merupakan pengembangan teknik sebelumnya hanya bedanya


teknik ini menggunakan urut-urutan alami. Caranya ialah pilih secara random
dimulai dari antara angka 1 dan integer yang teredekat terhadap ratio sampling
(N/n); kemudian pilih item-item dengan interval dari integer yang terdekat teradap
ratio sampling. Persyaratan untuk sampel random sederhana, yakni tersedianya
kerangka sampling (ukuran populasinya diketahui dengan pasti), dan populasinya
mempunyai pola beraturan yang memungkinkan untuk diberikan nomor urut serta
bersifat homogen.

3. Teknik Pengambilan Sampel Secara Random Bertingkat (Stratified


Random Sampling)

Teknik sampling ini digunakan apabila populasinya tidak homogen


(heterogen). Makin heterogen suatu populasi, makin besar pula perbedaan sifat-
sifat antara lapisan tersebut. Untuk dapat menggambarkan secara tepat tentang
sifat-sifat populasi yang heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus
dibagi-bagi kedalam lapisan-lapisan (strata) yang seragam atau homogen, dan dari
setiap strata dapat diambil sampel secara random (acak). Kemudian sampel
diambil secara acak pada masing-masing kategori tadi dengan jumlah yang
proporsional. Sebagai contoh, hasil sampling penyakit busuk basah pada wortel
didapatkan nilai 10%, misalnya pada suatu tempat dating sebuah truk dan hasil
samplingnya untuk penyakit busuk basah 10% maka ketika dating 3 truk maka
sampel yang harus diambil juga sebanyak 10% dari total semua wortel yang
dating. Sehingga dapat disimpulkan apabila jumlah wortel naik maka jumlah
sampel juga naik.

4. Teknik Pengambilan Sample Kluster Bertsrata (Stratified Cluster)

Objek pengamatan sebelumnya dilakukan pengelompokan selanjutnya


dilakukan pengambilan sampel kelompok secara acak. Semua anggota kelompok
sampel akan menjadi anggota sampel.

5. Sampel Bertingkat (Multi Stage Sampling)

Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua maupun


lebih. Cara ini dilakukan apabila wilayah pengamatannya sangat luas misalnya
mencakup propinsi, untuk itu diadakan sampling bertingkat mulai dari aras
kabupaten, kecamatan, desa sampai akhirnya petak pengamatan.
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat


Praktikum Pengelolaan Hama Terpadu pada acara Sampling dan
Monitoring Pada Petak Percobaan ini dilakuakan di Kebun Percobaan UPT
Gunung Bulu dan Laboratorium Agronomi Universitas Mercu Buana
Yogyakarta pada Bulan Oktober – November 2019 pukul 15.00 s/d 18.00 WIB.

B. Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum meliputi :
a. Alat Tulis
b. Kertas
c. Gunting
Bahan yang digunakan dalam praktikum meliputi :
a. Lahan Pertanaman
b. Tali raffia
c. Label
d. Patok
e. Tanaman Sampel

C. Cara Kerja
a. Sampling
1. Menentukan hamparan pertanaman yang akan dijadikan tempat untuk
pengambilan sampel.
2. Masing-masing kelompok melakukan sampling dengan menggunakan
pola atau disain sampling yang berbeda-beda yaitu pola huruf W,
huruf X, diagonal, dan stratified random sampling (acak bertingkat).
3. Masing-masing kelompok memberi tanda pola pengambilan sample
tersebut dengan menggunakan tali.
4. Setelah itu ditentukan titik-titik (spot) unit sampel di sepanjang garis
pada pola pengambilan sampel masing-masing (penentuan unit
sample).
5. Tanaman contoh diambil di dalam titik-titik unit sampel yang telah
ditentukan, kemudian masing-masing tanaman contoh diberi label.
b. Monitoring
1. Mengumpulkan data teknis budidaya dari tanaman yang ditanam.
2. Masing-masing kelompok melakukan pengamatan dan penghitungan
insidensi penyakit pada unit-unit contoh yang sudah ditentukan
sebelumnya.
3. Pengamatan dan penghitungan insidensi penyakit dilakukan tiap
minggu sebanyak 4 kali pengamatan.
4. Insidensi penyakit dihitung dengan rumus berikut:
n
A = x 100%
N
Dengan A = agihan penyakit, n = jumlah tanaman yang menunjukkan
gejala penyakit, N = jumlah seluruh tanaman yang diamati.
5. Masing-masing kelompok melakukan pengamatan dan penghitungan
intensitas penyakit pada unit-unit contoh yang sudah ditentukan
sebelumnya.
6. Pengamatan dan penghitungan intensitas penyakit dilakukan tiap
minggu sebanyak 4 kali pengamatan.
7. Intensitas penyakit dihitung dengan rumus berikut:
∑nxv
IP = x 100%
ZxN
Dengan IP = intensitas penyakit, n = jumlah daun dengan kriteria
tertentu, v = skor penyakit dari daun yang diamati, Z = skor tertinggi,
N = jumlah daun yang diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Sampling Petak Tanam Pada Pola Diagonal

O O O O O
O O ■ ■ O
O O O O O
O O O O O
O O O panen O O
O O kotak O O O
O O O O O
O O O O O
O ■ ■ ■ O
O O O O O

■ sampel tanaman 1
■ sampel tanaman 2
■ sampel tanaman 3
■ sampel tanaman 4
■ sampel tanaman 5

2. Monitoring Serangan Penyakit


a. Perhitungan Intensitas Penyakit
Tabel 1. Hasil Intensitas Penyakit Bercak Coklat
Tanaman Pengamatan Intensitas Penyakit Minggu Ke-
Sampel I II III IV V VI
1 3,2 9,2 8,1 12,5 32,32 38,1
2 3,5 16,3 4,1 10,3 34,37 30,8
3 1 10,1 6,4 10 29,37 42,3
4 3,1 1,6 16,5 12,2 20,76 45,2
5 2,9 1,2 9,6 1,6 48,30 45
Rata-rata 2,74% 7,68% 8,94% 9,32% 33,02% 40,28%
b. Perhitungan Insidensi Penyakit
Tabel. 2 Nilai Insidensi Penyakit
Pengamatan
Nilai Insidensi Penyakit
Minggu Ke-
1 1
2 1
3 1
4 1
Rata-rata 1

B. Pembahasan
V. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum yang dilakukan sebagai berikut :
1. Yu
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Monitoring and Surveillance of Cereals Pests, Diseases and


Weeds. Report from Central Asia 2012. Sub-regional Office of FAO for
Central Asia (FAO-SEC).
Delp, B. R., Stowell, L. J., and Marois, J. J. 1986. Field runner: A disease
incidence, severity, and spatial pattern assessment system. Plant Disease
70:954-957.
Madden, L. V., and Hughes, G. 1999. Sampling for plant disease incidence.
Phytopathology 89:1088-1103.
Parnell, S., Tim Gottwald, Mike Irey, and Frank van den Bosch. 2001.
Estimating the spatial distribution of a plant disease epidemic from a
sample.
http://www.ars.usda.gov/SP2UserFiles/Place/66180000/Parnelletal_2009P
rocIEW10Estimatingthespatialdistributionofaplantdiseaseepidemicfromasa
mple.pdf. Diakses 16 Januari 2020.

Anda mungkin juga menyukai