Anda di halaman 1dari 29

UNSUR-UNSUR IKLIM DAN

CUACA, CURAH HUJAN, SERTA


EVAPORASI

Dwi Anggi Ade T 181710201003


M. Sholihuddin 181710201008
Mohamad Mansyur 181710201034
Reo Nurdiansyah 181710201040
Feri Saputri 181710201041
Nur Afandi 181710201080
Moch. Alfian Maulana H 181710201086
Unsur-unsur Iklim dan Cuaca
Data unsur-unsur iklim dan cuaca.
Waktu Pengamatan (menit)
No. Unsur 0 30 60 90 120
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 Suhu/Temperatur 29 29 29 29.5 29.5 29.5 29 29 29 29 29 29 30 30 30
2 Radiasi Sinar Matahari 40100 40800 41900 4900 6200 5600 9000 4100 9300 8300 9700 6800 6100 5700 5800
3 Kelembaban Udara (Manual) 100 100 100 92 92 92 90 90 90 90 90 90 84 84 84
4 Angin 0.06 0.02 0.09 0.2 0.62 0.46 0.01 0.1 0.01 0.17 0.14 0.06 0.48 0.26 0.34
5 Kelembaban Udara (Digital) 31.8 32.9 36.8 31.6 31.2 30.8 32.4 37.4 32.6 32.1 29.8 32.1 34.4 38.8 34.4
1. Suhu

Berdasarkan dari hasil pengamatan grafik diatas yaitu suhu pada saat menit 0-30
mengalami kenaikan 0,5 sedangkan pada saat menit 30-90 nilai suhu stabil di angka
29, kemudian pada saat menit 120, suhu mengalami kenaikan lagi dengan nilai 30,
naik nilai 1 dari menit sebelumnya, adanya perbedaan dari suhu yang didapatkan yaitu
karena intensitas matahari saat pengukuran berbeda-beda nilai yang dihasilkan.
Penyebab dari intensitas matahari yaitu meliputi cuaca, posisi matahari, ketinggian
yang sangat berpengaruh karena setiap ketinggian memiliki perbedaan suhu dan udara
 Hubungan Suhu dengan evaporasi
Evaporasi atau penguapan suatu proses perpindahan massa
termal/panas secara secara bersamaan. Hubungan suhu dengan
evaporasi yaitu jika suhu memiliki nilai yang tinggi maka nilai yang
dihasilkan oleh evaporasi juga tinggi hal ini terjadi karena suhu dan
evaporasi berbanding lurus jika pada suhu mengalami kenaikan
maka proses penguapan yang terjadi juga cepat (Wirakartakusumah
et al., 1989).
 Hubungan Suhu dengan kelembapan
Hubungan suhu dengan kelembapan udara sangat berkaitan, karena
jika pada nilai kelembapan udara mengalami kenaikan maka nilai
pada suhu akan mengalami penurunan hal itu karena suhu udara dan
kelembapan berbanding terbalik (Safriyanti, 2016).
 Hubungan Suhu dengan curah hujan
Curah hujan yaitu banyaknya air yang jatuh pada lapisan
permukaan bumi sedangkan Suhu udara yaitu panas dingin yang
dinyatakan dengan derajat C suatu udara pada lingkungan, dapat
disimpulkan bahwa suhu dan curah hujan berbanding terbalik
karena apabila curah hujan yang tinggi turun ke permukaan bumi
maka suhu yang terjadi pada bumi mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh air yang jatuh (Handayani, 2015).
 Hubungan Suhu dengan kecepatan angin
Hubungan suhu udara dengan kecepatan angin yaitu jika pada nilai
kecepatan angina yang kencang atau tinggi maka nilai dari suhu
akan mengalami kenaikan sebab hubungan dari suhu dan kecepatan
angina adalah berbanding lurus karena angina akan membawa unsur
panas yang membuat suhu udara semakin naik (Putra, 2017).
2. Radiasi Sinar Matahari

45000.00
40000.00
35000.00
30000.00
dias

25000.00
(W
Ra

m-
2)
i

20000.00
radiasi matahari
15000.00
10000.00
5000.00
0.00
0 30 60 90 120
Waktu (menit)

Berdasarkan dari hasil pengamatan radiasi sinar matahari didapatkan data pengukuran,
bahwa pada menit ke-0 didapatkan nilai yaitu 40933,33 W m -2, pada menit ke-30
didapatkan nilai yaitu 5566,67 W m-2,pada menit ke-60 didapatkan nilai yaitu 7466,67
W m-2,pada waktu menit ke-90 didapatkan nilai yaitu 8266,67 W m -2, pada waktu menit
ke-120 didapatkan nilai yaitu 5866,67 W m-2.
2. Radiasi Sinar Matahari

45000.00
40000.00
35000.00
30000.00
(W 25000.00
dia
Ra

m-
2)
si

20000.00
radiasi matahari
15000.00
10000.00
5000.00
0.00
0 30 60 90 120
Waktu (menit)

 Pada dasarnya semakin siang waktu pengamatan maka radiasi sinar matahari akan
semakin tinggi, dan radiasi akan kembali menurun apabila matahari telah melewati waktu
intensitas tertinggi yaitu waktu siang ke sore (Wirawan, 2016).
 Berdasarkan grafik diatas didapatkan data hubungan antara waktu dengan radiasi sinar
matahari yang berbanding fluktuatif. Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penerimaan radiasi matahari ke permukaan bumi antara lain, jarak antara
matahari dengan bumi, panjang hari dan sudut datang, pengaruh atmosfer bumi
(Yuliatmaja, 2009).
 Hubungan Radiasi Matahari Dengan Suhu
Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk antara
bidang horizontal atau mendatar dengan datangnya sinar matahari.
Jadi semakin besar sudut datangnya sinar matahari (tegak lurus)
maka semakin tinggi pula suhunya, sebalikna semakin kecil sudut
datangnya sinar matahari (semakin miring) maka suhunya juga
semakin rendah (Ambarwati, 2018).
 Hubungan Radiasi Matahari Dengan Kelembaban
Pada dasarnya semakin tinggi radiasi matahari maka akan
mengakibatkan suhu udara naik, kenaikan suhu udara inilah yang
akan mempengaruhi kelembaban, kelembaban udara adalah jumlah
uap air yang ada diudara. semakin tinggi suhu udara yang
diakibatkan oleh radiasi matahari maka kelembaban udara akan
semakin rendah (Noviani, 2014).
Hubungan Radiasi Matahari Dengan Kecepatan
Angin
 Radiasi global adalah radiasi matahari yang diterima
permukaan bumi, baik radiasi langsung maupun radiasi baur.
Radiasi langsung adalah radiasi yang diterima bumi dari pusat
matahari, sedangkan radiasi baur adalah radiasi matahari yang
diterima bumi dari partikel udara dan awan.
 Perubahan radiasi global dipengaruhi oleh radiasi matahari
juga kecepatan angin, semakin tinggi suhu radiasi matahari
maka semakin tinggi pula radiasi global. Sebaliknya semakin
besar kecepatan angin maka semakin menurun suhu radiasi
global (Sangkertadi, 2013).
Hubungan Radiasi Matahari Dengan Curah Hujan

 Turunnya hujan salah satunya dipengaruhi oleh nilai albedo


(nilai yang menunjukkan ketebalan atau kandungan air pada
awan). Nilai albedo yang kecil akan memberikan intensitas
radiasi matahari yang besar. dikarenakan ketebalan atau
tutupan awan akan menghalangi pancaran radiasi matahari ke
permukaan bumi.
 Semakin tinggi curah hujan maka intensitas radiasi matahari
akan semakin rendah. Dapat disimpulkan bahwa jumlah curah
hujan sebanding dengan lamanya tutupan awan yang
menghalangi sinar matahari ke permukaan bumi dan molekul-
molekul air yang ada di atmosfer akan menyerap radiasi
matahari (Rifai, 2014).
3. Kelembaban Udara (Manual)

Hubungan Waktu dengan Kelembaban Udara


105

100
Kelembaban Udara

95

90

85

80

75
0 30 60 90 120
Waktu (menit)

Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa data hasil pengamatan


kelembaban udara selama 120 menit dengan interval waktu 30 menit, pada
saat menit ke 0 mempunyai nilai kelembaban paling besar yaitu 100 %, pada
menit ke-30 nilai kelembaban turun menjadi 92 %, lalu saat menit ke-60
kelembaban turun lagi menjadi 90 %, pada menit ke 90 mempunyai nilai
kelembaban yang sama seperti menit ke-60 yaitu sebesar 90 %, dan pada
menit 120 nilai kelembaban kembali turun lagi sebesar 84 %.
3. Kelembaban Udara (Manual)

Hubungan Waktu dengan Kelembaban Udara


105

100
Kelembaban Udara

95

90

85

80

75
0 30 60 90 120
Waktu (menit)

Berdasarkan data yang diperoleh nilai kelembaban hasil pegamatan berbanding lurus.
Karena semakin lama waktu pengukuran maka nilai yang didapatkan akan semakin turun.
Besarnya kelembaban udara tergantung dari banyaknya uap air yang masuk ke atmosfer
sebagai hasil penguapan, selain itu terjadi pula transpirasi yaitu penguapan dari tumbuhan,
sedangkan banyaknya air di udara bergantung pada beberapa faktor seperti ketersediaan
air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin (Fadholi, 2013).
4. Kelembaban Udara (Digital)

Kelembaban udara menyatakan bayaknya uap air yang ada di dalam udara (Arpan
dkk., 2004). Berdasarkan grafik tersebut didapatkan data pengamatan kelembaban
udara selama 120 menit dengan interval 30 menit, pada saat menit ke 0 nilai
kelembaban sebesar 33,833%, pada menit ke 30 kelembaban turun menjadi 31,2 %,
lalu naik kembali pada menit ke 60 menjadi 34,133 %, kelembaban kembali turun
pada menit ke 90 menjadi 31,333 % dan pada menit ke 120 naik kembali menjadi
35,867 %.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat jika nilai kelembaban tidak stabil,
terjadi nilai yang turun-naik. Hal itu bisa terjadi karena beberapa faktor
seperti suhu udara saat waktu itu, angin yang berhembus, tekanan udara,
dan kadar uap air yang ada di udara pada saat itu. Besarnya kelembaban
udara tergantung dari banyaknya uap air yang masuk ke atmosfer sebagai
hasil penguapan, selain itu terjadi pula transpirasi yaitu penguapan dari
tumbuhan, sedangkan banyaknya air di udara bergantung pada beberapa
faktor seperti ketersediaan air, sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan
angin (Fadholi, 2013).

 Hubungan kelembaban air dengan suhu berbanding lurus, hal ini sesuai
dengan pendapat Arpan dkk. (2004) yang menyatakan bahwa kelembaban
adalah jumlah air yang ada di udara, sedangkan kapasitas udara adalah
jumlah uap air yang dapat dikandung oleh udara, semakin tinggi suhu maka
semakin tinggi juga kapasitas udaranya.
 Hubungan kelembaban udara dengan curah hujan
Kelembaban udara juga mempengaruhi kemungkinan hujan yang
ada karena kandungan air yang ada di udara. Semakin tinggi
kelembaban udara semakin tinggi pula kemungkinan akan
terjadinya hujan (Arpan dkk., 2004)
 Hubungan kelembaban udara dengan radiasi matahari
Kelembaban juga dipengaruhi oleh radiasi matahari yang ada di
daerah tersebut. Berkurangnya tingkat radiasi menyebabkan
turunnya suhu udara, selain itu menyebabkan kelembaban relative
akan meningkat (Hanggoro, 2011).
4. Angin

Berdasarkan gambar grafik diatas maka data rata-rata kecepatan angin dan waktu ke-0, 30, 60,
90, 120 menit berturut-turut adalah 0,057 m/s, 0,427 m/s, 0,040 m/s, 0,123 m/s, dan 0,360 m/s.
Kecepatan angin dipengaruhi oleh dua variabel yang paling utama yaitu tekanan udara dan
temperatur udara. Angin terbentuk karena adanya perbedaan temperatur dan tekanan udara.
Karena terdapat hubungan antara kecepatan angin ratarata harian dengan tekanan udara dan
temperatur udara (Winarno dkk., 2019).
Karena kecepatan dan arah angin selalu berubah, hal ini
akan mengakibatkan turbulensi yaitu variasi kecepatan
dan arah angin dalam waktu yang sangat singkat dalam
orde beberapa detik hingga beberapa menit (Sirajuddin,
2017).
 Hubungan angin dengan matahari
Penyinaran matahari adalah penerimaan ener gi matahari oleh permukaan
bumi dalam bentuk sinar gelombang pendek yang menerobos atmosfer.
Inten sitas panas matahari yang diterima dipengaruhi oleh besarnya sudut
datang sinar matahari, lama penyi naran matahari, jenis tanah atau benda
yang disinari oleh matahari, dan keadaan awan pada waktu penyinaran. Hal
ini menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara disuatu tempat
berbeda. Sehingga semakin tinggi angina disuatu daerah menyebabkan
sinar matahari kurang (Qudratullah dkk., 2017).
 Hubungan angin dengan kelembaban udara

Besarnya kelembaban udara tergantung dari banyaknya uap air yang


masuk ke atmosfer sebagai hasil penguapan, selain iut terjadi pula
transpirasi yaitu penguapan dari tumbuhan, sedangkan banyaknya
air di udara bergantung pada beberapa faktor seperti ketersediaan air,
sumber uap, suhu udara, tekanan udara, dan angin (Fadholi, 2013).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tinggkat
intensitas angi maka kelembaban udara akan semakin tinggi.
 Hubungan angin dengan curah hujan
Kecepatan angin dan arah angin memudah kan proses penguapan yang
terjadi pada air laut hal ini mengakibatkan curah hujan di suatu daerah
tinggi karena awan yang dibawa angin mengandung butir air yang
banyak karena penguapan pada air laut yang disebabkan kecepatan dan
arah angina (Qudratullah dkk., 2017).
 Hubungan angina dengan suhu
Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara
maksimum menuju daerah yang bertekanan udara minimum. Ketika
suhu tinggi molekul udara akan mengembang dan volume udara jadi
lebih besar. Jika volume udara tetap, maka suhu akan naik dan massa
udara akan mengalami kenaikan juga. Hal inilah yang menyebabkan
tekanan udara rendah (Qudratullah dkk., 2017). Sehingga angin pada
tekanan rendah meniliki nilai kecepatan yang lebih tinggi.
Curah Hujan
 Data curah hujan yang didapat adalah 23,5 mm/hari,
pengukuran curah hujan dilakukan selama 1x24 jam dengan
alat ombrometer.

Berdasarkan data tersebut maka curah hujan yang terjadi pada


saat itu sekitar 23,5 mm. Menurut Nuraya dan Apriansyah
(2016) bahwa hubungan uap air dengan curah hujan
termasuk hubungan sedang dan hubungan antara kecepatan
angin dengan curah hujan termasuk hubungan rendah.
 Hubungan curah hujan dengan suhu
Curah hujan yaitu banyaknya air yang jatuh pada lapisan
permukaan bumi sedangkan Suhu udara yaitu panas dingin yang
dinyatakan dengan derajat C suatu udara pada lingkungan, dapat
disimpulkan bahwa suhu dan curah hujan berbanding terbalik
karena apabila curah hujan yang tinggi turun ke permukaan bumi
maka suhu yang terjadi pada bumi mengalami penurunan yang
diakibatkan oleh air yang jatuh (Handayani, 2015).
 Hubungan curah hujan dengan radiasi matahari
Semakin tinggi curah hujan maka intensitas radiasi matahari akan
semakin rendah. Dapat disimpulkan bahwa jumlah curah hujan
sebanding dengan lamanya tutupan awan yang menghalangi sinar
matahari ke permukaan bumi dan molekul-molekul air yang ada di
atmosfer akan menyerap radiasi matahari (Rifai, 2014).
 Hubungan curah hujan dengan kelembaban udara
Koefisien kelembaban bertanda positif, berarti semakin besar
kelembaban semakin besar hujan (Arpan dkk., 2004).
 Hubungan curah hujan dengan angin
Karena angin dari udara yang menyebabkan tiupan yang akan
membantu awan-awan bergerak ke tempat yang lain.
Pergerakan angin memberikan pengaruh besar terhadap awan
sehingga membuat awan kecil menyatu dan kemudian
membentuk awan yang lebih besar lagi lalu bergerak ke langit
atau ke tempat yang memiliki suhu lebih rendah. Dan semakin
banyak butiran awan yang terkumpul awan akan berubah
warna menjadi semakin kelabu (Winarno dkk., 2019).
Evaporasi
Data yang didapat:
-Manometer Awal = 10 mm
-Manometer Keesokan harinya = -5,15 mm
-Curah Hujan = 23,5 mm
-Akhir-awal = -5,15-10= -15,15 mm
Rumus perhitungan evaporasi :
ETo = kp.Eo
= kp. ((manometer akhir – manometer awal)+curah hujan)
ETo = 0,7.(-15,15 + 23,5)
= 0,7.8,35
= 5,845 mm/hari
Berdasararkan data yang telah dihitung, maka nilai
evaporasi pada saat itu sebesar 5,845mm/hari.

Menurut Jesiani dkk., (2019) bahwa saat suhu udara


tinggi maka diikuti meningkatnya evaporasi, ketika
suhu udara relatif rendah, evaporasi pun relatif rendah.
Namun, hubungan kelembaban udara dan evaporasi
berbanding terbalik.
 Hubungan evaporasi dengan suhu,
Pola evaporasi dengan suhu udara dan defisit tekanan uap air memiliki
pola yang hampir sama, evaporasi mengikuti pola suhu udara dan defisit
tekanan uap air pada interval waktu harian, dasarian dan bulanan. Pola
evaporasi dengan suhu udara menunjukkan hubungan yang positif,
semakin tinggi suhu udara, evaporasi semakin tinggi pula (Wati dkk.,
2015).
 Hubungan evaporasi dengan radiasi matahari
Perbandingan pola evaporasi dengan lama penyinaran menunjukkan
hubungan yang positif dan memiliki pola yang hampir sama. Hal ini
menunjukkan besaran lama penyinaran mempengaruhi nilai evaporasi.
Pola evaporasi dengan lama penyinaran menunjukkan hubungan yang
positif, semakin tinggi nilai lama penyinaran, evaporasi semakin tinggi
pula (Wati dkk., 2015). Proses evaporasi membutuhkan energi dari radiasi
matahari di mana bahang laten dalam jumlah banyak dipindahkan dari
permukaan bumi ke atmosfer.
 Hubungan evaporasi dengan kelembaban
Menunjukkan hubungan yang negatif, dimana
evaporasi meningkat dengan menurunnya
kelembaban udara pada interval harian, dasarian dan
bulanan. Pola evaporasi dengan kelembaban udara
menunjukkan hubungan yang negatif, semakin tinggi
kelembaban relatif, evaporasi semakin rendah (Wati
dkk., 2015).
Daftar Pustaka
Ambarwati, T, S. 2018. Pengukuran Suhu Dan Kelembaban Pada Udara Dan Tanah. Malang:
Ekologo Tumbuhan.
Arpan, F., D.G. C. Kirono, dan Sudjarwadi. 2004. Kajian Meteorologi Hubungan antara
Hujan Harian dan Unsur-unsur Cuaca. Majalah Geografi Indonesia. 18(2); 69-79.
Fadholi, A. 2013. Pemanfaatan Suhu Udara dan Kelembaban Udara Dalam Persamaan
Regresi Untuk Simulasi Prediksi Total Hujan Bulanan di Pangkalpinang. Jurnal
CAUCHY. 3(1): 1-9.
Handayani Harminuke Eko., Janry Efriyanto. S., Maulana Yusuf. 2015. Pengaruh kecepatan
angin terhadap kenaikan temperatur dan lamanya waktu pada proses swabakar batubara
ba-59, ba-61, ba-63 pada skala laboratorium di pt. Bukit asam (persero) TBK. Universitas
Sriwijaya, Indonesia. Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Pertambangan.
Hanggoro, W. 2011. Pengaruh Intensitas Radiasi Saat Gerhana Matahari Cincin terhadap
Beberapa Parameter Cuaca. Jurnal Meteorologi dan Geofisika. 12(2): 137-144.
Jesiany, Eka Mey, Apriansyah, dan Riza Adriat. 2019. Model Pendugaan Evaporasi dari Suhu
Udara dan Kelembaban Udara Menggunakan Metode Regresi Linier Berganda di Kota
Pontianak. Prisma Fisika. 7(1): 46-50.
Mujtahiddin, M. I. 2014. Analisis Spasial Indeks Kekeringan Kabupaten Indramayu. Jurnal
Meteorologi dan Geofisika. 15(2): 99-107.
Ningsih, D. H. U. 2012. Metode Thiessen Polygon untuk Ramalan Sebaran Curah Hujan Periode
Tertentu pada Wilayah yang Tidak Memiliki Data Curah Hujan. Jurnal Teknologi Informasi
Dinamik. 17(2):154-163.
Nuraya, T., Ihwan, A., dan Apriansyah, A. 2016. Analisis Hujan Ekstrim Berdasarkan Parameter
Angin dan Uap Air di Kototabang Sumatera Barat. PRISMA FISIKA. 4(1): 22-27.
Noviani, R, E, dkk. 2014. Pengaruh Jumlah Kendaraan Dan Faktor Meteorologis (Suhu,
Kelembaban, Kecepatan Angin) Terhadap Peningkatan Konsentrasi Gas Pencemar NO 2 Pada
Persimpangan Jalan Kota Semarang (Studi Kasus Di Jl Karangrejo Raya, Sukun Raya, Dan
Ngersep Timur). Semarang: Jurnal Teknik Lingkungan. 3(1).
Purwantara S. 2015. Studi Temperatur udara terkini di Wilayah Jawa Tengah dan DIY.
Geomedia.13(1): 41-52.
Putra Bima Bayu., Aisyah Lahdji. 2017. Hubungan Curah Hujan, Suhu, Kelembabandengan Kasus
Demam Berdarah Dengue di Kota Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang. Fakultas
Kedokteran. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Syifa’ Medika. 8(1).
Qudratullah, M. I., Asrizal, A., dan Kamus, Z. 2017. Analisis Unsur–unsur Cuaca Berdasarkan
Hasil Pengukuran Automated Weather System (Aws) Tipe Vaisala Maws 201. Pillar of Physics.
9(1): 17-24.
Rifai, L, D, dkk. 2014. Analisis Intensitas Radiasi Matahari Di Manado Dan Maros. Manado:
Jurnal MIPA Unsrat Online. 3(1).
Safriyanti Nur, Elli Yane Bangkele. 2016. Hubungan suhu dan kelembapan dengan kejadian
demam berdarah dengue (dbd) di kota palu tahun 2010-2014. Medika tadulako, Jurnal Ilmiah
Kedokteran. 3(2) .
Sangkertadi. 2013. Pengaruh Kecepatan Angin Terhadap Kenyamanan Termal Di Ruang Luar
Iklim Tropis Lembab. Manado: Jurnal Lingkungan. 2(1).
Sirajuddin, H. 2017. Komparasi Levenberg-marquardt (Lm) dengan Broyden, Fletcher,
Goldfarb, And Shanno Quasi-newton (Bfgs) BPNN Untuk Diimplementasikan pada Data
Kecepatan Angin. Technologia: Jurnal Ilmiah. 8(2): 90-96.
Wati, T., Pawitan, H., dan Sopaheluwakan, A. 2015. Pengaruh Parameter Cuaca Terhadap Proses
Evaporasi Pada Interval Waktu Yang Berbeda. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika. 16(3).
Winarno, Gunardi Djoko, Sugeng P. Harianto, dan Rio Santso. 2019. Klimatolgi pertanian.
Pusaka Media: Bandar Lampung.
Wirakartakusumah, A., D. Hermanianto dan N. Andarwulan. 1989. Prinsip Teknik Pangan. PAU
Pangan dan Gizi. Bogor.
Wirawan, M, dkk. 2016 Pengaruh Jumlah Haluan Pipa Paralel Pada Kolektor Surya Plat Datar
Absorber Batu Krikil Terhadap Laju Perpindahan Panas. Mataram: Dinamika Teknik Mesin.
2(6).
Yuliatmaja, M, R. 2009. Kajian Lama Penyinaran Matahari Dan Intensitas Radiasi Matahari
Terhadap Pergerakan Semu Matahari Saat Solstice Di Semarang. Semarang: Fakultas MIPA,
Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai