Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELOLAAN DAS
(Karakteristik Biofisik DAS)

Oleh :

Kelompok : 2 (Dua)
Hari / Tanggal : Jumat / 27 Maret 2015
Nama dan NPM : 1. Rusu Fitriyanti 240110120003
2. Tita Wulandari 240110120005
3. Agung Ridwan 240110120009
4. Septian Adhe W. 240110120028
5. David Sitinjak 240110120033
6. Novri H.R. 240110120085
7. Wanti Wulandari 240110120094
8. Nadya Shita K. 240110120096
9. Divo Kurniadi 240110120116
Asisten Dosen : 1. Fajar Arif
2. Yohanes Christian

DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang


Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan air yang mengalir pada suatu
kawasan yang dibatasi oleh titik-titik tinggi di mana air tersebut berasal dari air
hujan yang jatuh dan terkumpul dalam sistem tersebut. Daerah Aliran Sungai
berguna untuk menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh
diatasnya melalui sungai. Garis batas suatu DAS adalah punggung bukit sekeliling
sebuah sungai. Garis batas DAS tersebut merupakan garis khayal yang tidak bisa
dilihat, tetapi dapat digambarkan pada peta. Batas DAS kebanyakan tidak sama
dengan batas wilayah administrasi. Akibatnya sebuah DAS bisa berada pada lebih
dari satu wilayah administrasi. Ada DAS yang meliputi wilayah beberapa negara ,
beberapa wilayah kabupaten atau hanya pada sebagian dari suatu kabupaten.
Pada daerah aliran sungai terdapat berbagai macam penggunaan lahan,
misalnya hutan, lahan pertanian, pedesaan dan jalan. Dengan demikian DAS
mempunyai berbagai fungsi sehingga perlu dikelola. Pengelolaan DAS
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, petani dan pemerintah
untuk memperbaiki keadaan lahan dan ketersediaan air secara terintegrasi di
dalam suatu DAS. Sebagai mahasiwa Teknik Pertanian dengan bidang kajian
Teknik Tanah dan Air, sangat diperlukan untuk mengetahui dan mempelajari
mengenai suatu Daerah Aliran Sungai. Karena pentingnya mempelajari mengenai
suatu Daerah Aliran Sungai, maka mahasiswa diharuskan melakukan praktikum
mengenai Karakteristik Biofisik (Morfologi dan Morfometri) dan Sosial Ekonomi
pada Daerah Aliran Sungai Kawasan UNPAD, Jatinangor.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa dapat mengetahui suatu Daerah Aliran Sungai (DAS).
2. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik biofisik (morfologi dan
morfometri) dan sosial ekonomi Daerah Aliran Sungai kawasan
UNPAD, Jatinangor.
3. Mahasiswa memiliki pemahaman wilayah secara singkat mengenai
kondisi topografi, jenis vegetasi tutupan lahan dan penggunaan lahan
dalam kawasan DAS.
4. Mahasiswa dapat membatasi dan mendeskripsikan bentuk DAS.
5. Mahasiswa dapat mengetahui tingkat orde sungai (percabangan
sungai).
6. Mahasiswa dapat membuat profil topografi DAS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Aliran Sungai


Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan unit alam berupa kawasan yang
dibatasi oleh pemisah topografis berupa punggung-punggung bukit yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh diatasnya ke
sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan Daerah Tangkapan Air (DTA
atau catchment area) yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya
terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya manusia
sebagai pemanfaat sumberdaya alam (Asdak 1995).
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
menyebutkan bahwa DAS adalah suatu bentang lahan yang dibatasi oleh punggung
bukit pemisah aliran (topographic divide) yang menerima, menyimpan, dan
mengalirkan air hujan melalui jaringan sungai dan bermuara di satu patusan (single
outlet) di sungai utama menuju danau dan laut. DAS merupakan ekosistem alam
berupa hamparan lahan yang bervariasi menurut kondisi geomorfologi (geologi,
topografi, dan tanah), penggunaan lahan, dan iklim yang memungkinkan
terwujudnya ekosistem hidrologi yang unik.
Secara makro, DAS terdiri dari unsur biotik (flora dan fauna), abiotik
(tanah, air, dan iklim), dan manusia yang saling berinteraksi dan saling
ketergantungan membentuk sistem hidrologi. DAS juga dapat dipandang sebagai
suatu sistem hidrologi yang dipengaruhi oleh presipitasi (hujan) sebagai masukan
ke dalam sistem. DAS mempunyai karakteristik yang spesifik berkaitan dengan
unsur-unsur utama seperti jenis tanah, topografi, geologi, geomorfologi, vegetasi,
dan tata guna lahan.
Berdasarkan fungsinya, DAS dibagi menjadi tiga bagian yaitu DAS bagian
hulu, DAS bagian tengah, dan DAS bagian hilir. DAS bagian hulu didasarkan
pada fungsi konservasi yang dikelola untuk mempertahankan kondisi lingkungan
DAS agar tidak terdegradasi, yang dapat diindikasikan oleh kondisi tutupan
vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah
hujan. DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang
dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi,
yang dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan
air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti
pengelolaan sungai, waduk, dan danau. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi
pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat sosial dan
ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian,
air bersih, serta pengelolaan air limbah (Effendi 2008).
Pengelolaan DAS pada dasarnya ditujukan untuk terwujudnya kondisi
yang optimal dari sumberdaya vegetasi, tanah, dan air, sehingga mampu memberi
manfaat secara maksimal dan berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia.
Selain itu pengelolaan DAS dipahami sebagai suatu proses formulasi dan
implementasi kegiatan atau program yang bersifat manipulasi sumberdaya alam
dan manusia yang terdapat di DAS untuk memperoleh manfaat produksi dan jasa
tanpa menyebabkan terjadinya kerusakan sumberdaya air dan tanah, yang dalam
hal ini termasuk identifikasi keterkaitan antara tata guna lahan, tanah dan air, serta
daerah hulu dan hilir suatu DAS (Asdak 1995).

2.2 Batas DAS


Antara DAS yang satu dengan DAS yang lainnya dibatasi oleh titik-titik
tertinggi muka bumi berbentuk punggungan yang disebut stream devide atau batas
daerah aliran (garis pemisah DAS). Bila suatu stream devide itu merupakan
jajaran pebukitan disebut stream devide range. (Hallaf H.P, 2006). Morfomeri
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan
keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. keadaan yang dimaksud untuk
analisa aliran sungai antara lain meliputi :
A. Luas
Garis batas antara DAS adalah punggung permukaan bumi yang dapat
memisahkan dan membagia air hujan ke masing-masing DAS. Garis
batas tersebut ditentukan berdasarkan perubahan kontur dari peta
tofografi sedangkan luas DAS nya dapat diukur dengan alat
planimeter. Skala peta yang digunakan akan mempengaruhi ketelitian
perhitungan luasnya. adapun formula untuk perhitungan luas yaitu :
Luas = Jumlah kotak x (skala)……….(1)
B. Panjang dan lebar
Panjang DAS adalah sama dengan jarak datar dari muara sungai ke
arah hulu sepanjang sungai induk. Sedangkan lebar DAS adalah
perbandingan antara luas DAS dengan panjang sungai induk.
Lebar = Luas DAS/Panjang Sungai Induk……….(2)
C. Kemiringan atau Gradien Sungai
Gradien atau kemiringan sungai dapat diperoleh dengan persamaan
sebagai berikut :
G = Jarak Vertikal/Jarak Horisontal……….(3)
Keterangan :
G = Gradien Sungai
Jarak Vertikal = Beda tinggi antara hulu dengan hilir (m)
Jarak Horisontal = Panjang sungai induk (m)

2.3 Orde Sungai


Alur sungai dalam suatu DAS dapat dibagi dalam beberapa orde sungai.
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai di dalam urutannya terhadap
induk sungai di dalam suatu DAS. Dengan demikian makin banyak jumlah orde
sungai akan semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur
sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks
yang ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde. Untuk
menghitung tingkat percabangan sungai dapat digunakan rumus :
Rb = Nu/Nu+1……….(4)
Keterangan :
Rb = Indeks tingkat percabangan sungai
Nu = jumlah alur sungai untuk orde ke u
Nu + 1 = jumlah alur sungai untuk orde ke u + 1
Tabel 1. Karakteristik dari Tiap Nilai Rb

2.4 Kerapatan Sungai


Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan
banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Indeks tersebut diperoleh dengan
persamaan sebagai berikut:
Dd = L/A……….(5)
Keterangan :
Dd = indeks kerapatan sungai (km/km2)
L = jumlah panjang sungai termasuk anak-anak sungainya
A = Luas DAS (km2)

Tabel 2. Karakteristik dari Nilai Indeks Kerapatan Sungai (Dd)


2.5 Bentuk Daerah Aliran Sungai
Pola sungai menentukan bentuk suatu DAS. Bentuk DAS mempunyai arti
penting dalam hubungannya dengan aliran sungai, yaitu berpengaruh terhadap
kecepatan terpusat aliran menurut Gregari dan Walling (1975), untuk menentukan
bentuk DAS dapat diketahui dngan terlebih dahulu menentukan nilai Rc nya.
Rc = 4пA/P2 ……….(6)
Keterangan :
Rc = Basin circularity
A = Luas DAS (m2)
P = Keliling (m)
П = 3,14

Tabel 3. Karakteristik dari Nilai Basin Circularity

2.6 Panjang Sungai Utama


Panjang sungai utama sebagai morfometri ketiga dalam kajian ini akan
menunjukkan besar atau kecilnya suatu DAS serta kemiringan sungai utama yang
lebih-kurang identik dengan kemiringan DAS. Kemiringan sungai utama akan
berpengaruh terhadap kecepatan aliran, maksudnya semakin tinggi kemiringan
sungai utama maka semakin cepat aliran air di saluran untuk mencapai outlet atau
waktu konsentrasinya semakin pendek. Sungai utama beserta anak-anak
sungainya membentuk pola aliran tertentu. Jumlah panjang seluruh alur sungai
dibagi dengan luas DAS disebut kerapatan drainase. Menurut Linsley (1982
dalam Tikno, 1996) menyatakan bahwa kerapatan drainase atau drainage density
mempunyai hubungan dengan tingkat penggenangan. Nilai kerapatan kurang dari
1 menunjukkan bahwa DAS tersebut sering tergenang atau drainasenya buruk,
sedangkan kerapatan drainase 1 – 5 mengindikasikan bahwa DAS tersebut tidak
pernah tergenang atau drainasenya baik.

2.7 Jaringan Sungai ( Drainage Network )


Pola aliran atau susunan sungai pada suatu DAS merupakan karakteristik
fisik setiap drainase basin yang penting. Hal ini karena pola aliran sungai
mempengaruhi efisiensi sistem drainase dan karakteristik hidrografis dan pola
aliran menentukan bagi pengelola DAS untuk mengetahui kondisi tanah dan
permukaan DAS khususnya tenaga erosi.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Penggaris.
2. Spidol.
3. Kalkulator.
4. Clip.
3.1.2 Bahan
1. Peta DAS UNPAD.
2. Kertas milimeter blok.
3. Kertas Mika.
4. Data Sosial Kependudukan DAS.
5. Lahan Praktikum Ciparanje UNPAD.

3.2 Prosedur Praktikum


3.2.1 Menentukan Sungai Utama dari Suatu Peta Morfometri
1. Menyiapkan peta Sungai Cikeruh yang akan dicari sungai utamanya
yaitu dengan menentukan titik outlet dari sungai.
2. Menyiapkan spidol warna, dan alat tulis lainnya untuk memberi garis
pada titik-titik outlet hingga mendapatkan rangkaian sungai (sungai
utama dan sungai anakan).

3.2.2 Metode Penentuan Luas dan Bentuk DAS


3.2.2.1 Metode Segi Empat
Pengukuran luas dengan metode segi empat ini dilakukan dengan cara :
1. Menyiapkan peta Sungai Cikeruh yang akan di ukur luas DAS nya.
2. Menyiapkan plastik mika, spidol warna, clip, dan alat tulis lainnya
untuk menggambar ulang peta sungai cikeruh di plastik mika.
3. Membatasi DAS didalam peta dengan cara menandainya
menggunakan spidol dan membuat garis pada punggungan disekitar
DAS tersebut.
4. Membuat petak-petak atau kotak-kotak bujur sangkar dengan
penggaris pada daerah yang akan dihitung luasnya didalam kertas
millimeter blok.
5. Menentukan batas tepi yang luasnya setengah kotak atau lebih
dibulatkan menjadi satu kotak sedangkan kotak yang luasnya kurang
dari setengah dihilangkan (tak dihitung).
6. Memperhatikan pertimbangan keseimbangan.
7. Menyesuaikan antara kotak yang akan dibulatkan dengan yang
dihilangkan.
8. Menghitung luas dengan Square method :
L = jumlah kotak (n) x (luas setiap kotak x skala).
3.2.2.2 Metode Untuk Menentukan Bentuk DAS
1. Menganalisa data pada peta tersebut.
2. Menghitung dengan Circularity Ratio :
4 × π ×A
Perimeter (Keliling DAS) Rc = p2

3. Menyimpulkan apabila hasil perhitungan mendekati 1 bentuk DAS


maka bentuknya semakin mendekati Lingkaran.

3.2.3 Metode Transek


3.2.3.1 Metode Transek Vegetatif
1. Menentukan trayek perjalanan untuk mengidentifikasikan vegetatif
daerah DAS tersebut.
2. Memplotkan titik koordinat pada peta saat melakukan pengamatan,
kemudian menganalisa lingkungan sekitar.
3. Menentukan jenis tanaman dan tumbuhan yang tumbuh disekitar DAS.
4. Melihat kondisi tanaman dan tumbuhan tersebut, untuk menentukan
kondisi DAS tersebut.
5. Menganalisa lingkungan sekitar, lalu memastikan apakah sesuai
dengan kondisi peta atau tidak.
6. Mencari tahu nama tumbuhan tidak dikenal mengambil foto tanaman
tersebut dan mencari jenis tanaman apa, lalu mengidentifikasikannya.
3.2.3.2 Metode Transek Karakteristik Air
1. Menyusuri DAS tersebut dengan mengikuti alur sungai.
2. Mengidentifikasikan air sungai dan unsur bilogis disekitar sungai
tersebut.
3. Menganalisa kualitas air sungai tersebut, untuk mengkategorikan
karakteristik air DAS tersebut.
3.2.3.3 Metode Transek Pola Tanam
1. Menyusuri lahan pertanian disekitar DAS tersebut.
2. Mengidentifikasi lahan pertanian tersebut konservatif atau tidak.
3. Menganalisa dampak dari lahan pertanian tersebut terhadap kondisi
DAS.
4. Mengakategorikan DAS tersebut.

3.2.4 Metode Menentukan Ordo Sungai


3.2.4.1 Metode Strahler (1975)
1. Menentukan Orde sungai adalah nomor urut setiap segmen sungai
terhadap sungai induknya.
2. Menentukan Sungai orde 1 menurut Starhler adalah anak-anak sungai
yang letaknya paling ujung dan dianggap sebagai sumber mata air
pertama dari anak sungai tersebut.
3. Menentukan Segmen sungai sebagai hasil pertemuan dari orde yang
setingkat adalah orde 2, dan segmen sungai sebagai hasil pertemuan
dari dua orde sungai yang tidak setingkat adalah orde sungai yang
lebih tinggi.

3.2.5 Metode Sosial Kependudukan DAS


1. Mengumpulkan data statistik kependudukan dan kebutuhan air daerah
DAS tersebut.
2. Menganalisa data statistik kependudukan dan kebutuhan air warga
sekitar DAS tersebut.
3. Mengidentifikasikan DAS tersebut termasuk daerah yang rusak atau
tidak akibat adanya kependudukan didaerah DAS tersebut.
BAB VI
HASIL PERCOBAAN

4.1 Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Mahasiswa Universitas Padjajaran,


Jatinangor, Sumedang
a. Jumlah mahasiswa di Universitas Padjajaran, Jatinangor, Sumedang
tahun 2015 adalah 36.955 jiwa dari 14 fakultas yang ada di Jatinangor.
1. Staff Akademik 4.738 jiwa
2. Mahasiswa 32.217 jiwa
Jumlah 36.955 jiwa
b. Jumlah kebutuhan air yang digunakan mahasiswa dalam 1 hari yaitu
4.645 liter.
c. Total jumlah kebutuhan air mahasiswa unpad dalam 1 hari
= Jumlah mahasiswa Unpad Jatinangor × Jumlah kebutuhan air
mahasiswa dalam 1 hari
= 36.955 jiwa × 4.645 liter
= 171.655.975 liter/ hari kebutuhan air yang digunakan oleh seluruh
mahasiswa unpad tahun 2015.
4.2 Hasil Pengamatan DAS UNPAD
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan DAS UNPAD
No. Gambar Keterangan

Pintu air Sub DAS Unpad terletak di


1.
lokasi Pedca – Unpad.

Tanaman tajuk (vegetasi) yang


menutupi permukaan tanah agar
hujan yang jatuh tidak langsung
memecahkan top soil sehingga
aliran permukaan dapat
2.
diminimalisir. Vegetasi tersebut
diantaranya tanaman perdu serasah,
kelapa, cemara, rerumputan, bambu,
pohon jati, pohon mahoni dan pohon
pisang.

Terdapat lahan miring yang sudah


dibuat menjadi terasering disekitar
sub DAS Unpad. Lahan miring
tersebut ditanami tanaman jagung,
ubi jalar, talas-talasan, sereh dan
3. singkong. Fungsi utama lahan
miring berterasering tersebut yaitu
untuk mengurangi laju aliran
permukaan sehingga mengurangi
terjadinya erosi. Pola penanaman
yang digunakan yaitu tumpang sari.
No. Gambar Keterangan

Dari punggung DAS, aliran sungai


mengalir ke bawah yang terletak
pada daerah Ciparanje. Kualitas air
4.
sungai berwarna coklat (keruh),
karena banyak top soil yang terbawa
air limpasan (run off).

4.3 Perhitungan Luas DAS UNPAD


Berdasarkan hasil proyeksi peta di mm block diperoleh 15.438 kotak besar
dengan luas 1 cm2. Dapat dihitung berdasarkan skala sebagai berikut :
Total Kotak Besar = 15.438 buah
= 15.438 cm2
Luasan Asli = 15.438 cm2 x 15.000 cm x 15.000 cm
= 347,355x1010 cm2
= 347,355 ha

4.4 Perhitungan Jumlah Ordo Sungai


Dari hasil proyeksi peta dapat terlihat ordo sungai yang terdapat di DAS
UNPAD yaitu :
a. Ordo 1 = 4 buah.
b. Ordo 2 = 4 buah.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ditemukan ordo 3 sebagai sungai
utama pada DAS UNPAD.
BAB V
PEMBAHASAN

Pada praktikum Teknik Pengelolaan DAS kali ini dibagi menjadi tiga
pertemuan. Praktikum dilaksanakan didalam ruangan kelas maupun terjun
langsung ke DAS UNPAD.
Pada pertemuan pertama praktikan diterangkan mengenai penentuan
sungai utama dari suatu peta morfometri yang berupa garis-garis kontur dan aliran
sungainya. Langkah awal untuk menentukan sungai utamanya yaitu dengan
menentukan titik outlet dari sungai. Untuk peta ini sudah ditentukan titik-titik
outlet yang kemudian dari situ diteruskan garisnya hingga mendapatkan rangkaian
sungai (sungai utama dan sungai anakan). Batas sungai yang dijadikan objek
adalah Daerah Aliran Sungai Cikeruh.
Pada pertemuan kedua praktikan awalnya diminta melakukan survei
lapangan sekitaran DAS Unpad untuk mengetahui jumlah total mahasiswa Unpad
yang berdomisili di daerah Jatinangor tahun 2015 dari 14 fakultas yang ada, dari
jumlah mahasiswa tersebut dihitung jumlah kebutuhan airnya per hari. Menurut
data yang diperoleh, jumlah mahasiswa Unpad yang aktif saat ini mencapai
36.995 jiwa pengguna air dengan rata-rata kebutuhan air per orang sebanyak
4.645 liter. Dari data hasil perhitungan kebutuhan air pada daerah aliran sungai di
UNPAD ini sebesar 171.655.975 liter/hari. Hasil tersebut bukanlah jumlah yang
sedikit 171.655.975 liter/hari sangatlah banyak dan ternyata kebutuhan air ini
dapat dipenuhi setiap harinya. Hal tersebut menandakan bahwa air yang mengalir
pada daerah aliran sungai ini terutama air bersih sangatlah banyak dan masih
dapat memenuhi kebutuhan air disekitar DAS. Sehingga, hal ini menunjukan
bahwa daerah aliran sungai masih efektif dan masih terjaga. Berhubungan dengan
kepadatan mahasiswa yang setiap tahun pasti mengalami peningkatan, dimana
jumlah manusia yang makin meningkat memiliki dampak dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti bidang ekonomi, sosial, kebutuhan irigasi dan lingkungan.
1) Dampak kepadatan penduduk terhadap ekonomi adalah pendapatan per
kapita berkurang sehingga daya beli masyarakat menurun. Hal ini juga
menyebabkan kemampuan menabung masyarakat menurun sehingga
dana untuk pembangunan negara berkurang. Akibatnya, lapangan kerja
menjadi berkurang dan pengangguran makin meningkat.
2) Pengaruh kepadatan penduduk terhadap bidang sosial. Jika lapangan
pekerjaan berkurang, maka pengangguran akan meningkat. Hal ini
akan meningkatkan kejahatan. Selain itu, terjadinya urbanisasi atau
perpindahan penduduk dari desa ke kota untuk mendapatkan pekerjaan
yang layak makin meningkatkan penduduk kota. Hal ini berdampak
pada lingkungan dan kesehatan masyarakat.
3) Pengaruh kepadatan penduduk terhadap lingkungan. Jumlah penduduk
yang makin meningkat menyebabkan kebutuhannya makin meningkat
pula. Hal ini berdampak negatif pada lingkungan, yaitu :
 Makin berkurangnya lahan produktif, seperti sawah dan
perkebunan karena lahan tersebut dipakai untuk pemukiman.
Terumata bagi kebutuhan mahasiswa yaitu kost-kostan, di daerah
Jatinangor ini jumlah kost-kostan lebih banyak jika dibandingkan
dengan pemukiman/rumah-rumah masyarakat Jatinangor sendiri.
 Makin berkurangnya ketersediaan air bersih. Manusia
membutuhkan air bersih untuk keperluan hidupnya. Pertambahan
penduduk akan menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih.
Hal ini menyebabkan persediaan air bersih menurun.
 Pertambahan penduduk juga menyebabkan arus mobilitas
meningkat. Akibatnya, kebutuhan alat tranportasi meningkat dan
kebutuhan energi seperti minyak bumi meningkat pula. Hal ini
dapat menyebabkan pencemaran udara dan membuat persediaan
minyak bumi makin menipis.
 Pertambahan penduduk juga menyebabkan makin meningkatnya
limbah rumah tangga, seperti sampah dan lain-lain. Hal ini dapat
menyebabkan pencemaran lingkungan.
 Pencemaran atau polusi adalah penambahan segala substansi ke
lingkungan akibat aktivitas manusia. Sedangkan, polutan adalah
segala sesuatu yang menyebabkan polusi. Semua zat dikategorikan
sebagai polutan bila kadarnya melebihi batas normal, berada di
tempat yang tidak semestinya, dan berada pada waktu yang tidak
tepat.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Unpad merupakan satu kesatuan ekosistem
yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi
serta sumberdaya manusia sebagai pelaku pemanfaat terhadap sumberdaya alam
tersebut. Mahasiswa sebagai penduduk dalam wilayah DAS Unpad memiliki
kecenderungan untuk bertambah jumlahnya. Kebutuhan penduduk yang paling
mendasar adalah lahan pemukiman dan lahan pertanian. Hal ini menyebabkan
terjadinya alih guna lahan yang pada awalnya merupakan ruang terbuka hijau
menjadi ruang terbangun yang kemudian berpengaruh terhadap fungsi hidrologi
dalam kesatuan wilayah DAS terutama DAS Unpad.
Pada pertemuan ketiga, praktikan survei ke lapangan menyusuri sekitar
daerah aliran sungai di UNPAD sampai perbatasan dengan IPDN. Praktikan
memulai jalan dari pedca dan ditemukan adanya pintu air. Pintu air berfungsi
sebagai pengatur debit aliran sungai yang mengalir melalui sungai tersebut.
Kemudian praktikan berjalan kearah atas dan menemukan beberapa vegetasi.
Vegetasi ini berfungsi untuk menutupi permukaan tanah agar hujan yang jatuh
tidak langsung memecahkan top soil sehingga aliran permukaan dapat
diminimalisir. Vegetasi tersebut diantaranya tanaman perdu serasah, kelapa,
cemara, rerumputan, bambu, pohon jati, pohon mahoni dan pohon pisang.
Kemudian ditemukan lahan miring yang sudah dibuat menjadi terasering disekitar
sub DAS Unpad. Lahan miring tersebut ditanami tanaman jagung, ubi jalar, talas-
talasan, sereh dan singkong. Fungsi utama lahan miring terasering tersebut yaitu
untuk mengurangi laju aliran permukaan sehingga mengurangi terjadinya erosi.
Pola penanaman yang digunakan yaitu tumpang sari. Selanjutnya praktikan terus
menelusuri hingga menemukan punggung DAS yang terletak di kawasan gunung
Manglayang. Dari punggung DAS, aliran sungai mengalir ke bawah yang terletak
pada daerah Ciparanje. Kualitas air sungai yang terdapat pada DAS tersebut
berwarna coklat (keruh), karena banyak top soil yang terbawa air limpasan (run
off).
Pada pertemuan keempat praktikan di minta untuk menjiplak peta DAS
UNPAD di atas kertas mika, kemudian kertas mika ditempelkan diatas kertas
millimeter block dan dihitung jumlah kotaknya. Berdasarkan hasil proyeksi peta
di mm block diperoleh 15.438 kotak besar dengan luas 1 cm2. Hasil yang
diperoleh berdasarkan skala sebesar 347,355 ha. Selanjutnya praktikan
mempelajari cara membaca orde sungai. Alur sungai dalam suatu DAS dapat
dibagi dalam beberapa orde sungai. Orde sungai adalah posisi percabangan alur
sungai di dalam urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Semakin
banyak jumlah orde sungai, semakin luas dan semakin panjang pula alur
sungainya. Orde sungai dapat ditetapkan dengan metode Horton, Strahler, Shreve,
dan Scheidegger. Namun pada umumnya metode Strahler lebih mudah untuk
diterapkan dibandingkan dengan metode yang lainnya, dan praktikan pun
menggunakan metode ini untuk menentukan jumlah ordenya. Berdasarkan metode
Strahler, alur sungai paling hulu yang tidak mempunyai cabang disebut dengan
orde pertama (orde 1), pertemuan antara orde pertama disebut orde kedua (orde
2), demikian seterusnya sampai pada sungai utama ditandai dengan nomor orde
yang paling besar. Dengan demikian makin banyak jumlah orde sungai akan
semakin luas pula DAS nya dan akan semakin panjang pula alur sungainya.
Tingkat percabangan sungai (bufurcation ratio) adalah angka atau indeks yang
ditentukan berdasarkan jumlah alur sungai untuk suatu orde.
Sungai di dalam semua DAS mengikuti suatu aturan yaitu bahwa aliran
sungai dihubungkan oleh suatu jaringan suatu arah dimana cabang dan anak
sungai mengalir ke dalam sungai induk yang lebih besar dan membentuk suatu
pola tertentu. Pola itu tergantungan dari pada kondisi tofografi, geologi, iklim,
vegetasi yang terdapat di dalam DAS bersangkutan. Pada praktikum kali ini sesuai
data diatas didapatkan hasil bahwa luas Daerah aliran sungai di kawasan UNPAD
yaitu seluas 347,355 ha, dengan jumlah ordo 1 sebanyak 4 titik dan ordo 2
sebanyak 4 titik. Jika dilihat dari pola alirannya, pada DAS Unpad memiliki pola
aliran dendritik. Pola denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya
(tributaries) cenderung sejajar dengan induk sungainya. Anak-anak sungainya
bermuara pada induk sungai dengan sudut lancip. Model pola denritik seperti
pohon dengan tatanan dahan dan ranting sebagai cabang-cabang dan anak-anak
sungainya. Pola ini biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau pada
daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan penyebaran yang luas.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum kali ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Batas DAS dapat ditentukan dari daerah topografi dengan
menggunakan millimeter blok atau dengan batas-batas daerah
hidrologi DAS tersebut.
2. Parameter pada morfometri itu ada batas dan luas DAS, panjang
sungai utama, orde sungai, dan tingkat kerapatan drainase.
3. Batas sungai sangat mempengaruhi kemiringan sungai utama akan
berpengaruh terhadap kecepatan aliran.
4. Dengan batas DAS maka DAS dapat digunakan sebagai unit
perencanaaan wilayah.
5. Penetapan batas DAS dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan batas-
batas Hidrologi dari DAS tersebut.
6. Didapatkan hasil bahwa luas DAS di kawasan UNPAD yaitu seluas
347,355 ha.
7. Terdapat jumlah ordo 1 sebanyak 4 titik dan ordo 2 sebanyak 4 titik.
8. Terdapat pintu air yang berfungsi sebagai pengatur debit aliran sungai
yang mengalir melalui sungai tersebut.
9. Pada daerah aliran sungai seluas 347,355 ha ini terdapat 36.955 jiwa
pengguna air dengan rata-rata kebutuhan air per orang sebanyak 4.645
liter.
10. Kebutuhan air pada DAS UNPAD yaitu sekitar 171.655.975 liter/ hari.
11. Jika dilihat dari pola alirannya, pada DAS Unpad memiliki pola aliran
dendritik. Pola denritik, yaitu pola sungai dimana anak-anak sungainya
(tributaries) cenderung sejajar dengan induk sungainya.
12. Pola denritiki biasanya terdapat pada daerah berstruktur plain, atau
pada daerah batuan yang sejenis (seragam, homogen) dengan
penyebaran yang luas.
6.2 Saran
Adapun saran dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Praktikan diharapkan berdoa di awal dan di akhir praktikum.
2. Sebelum memulai praktikum sebaiknya praktikan memahami dasar
dan tujuan dari praktikum itu agar pada saat praktikum tidak menemui
banyak kendala.
3. Memperhatikan asisten ketika sedang menjelaskan metode praktikum.
4. Pergunakan alat dan bahan praktikum yang sudah disediakan dengan
maksimal.
5. Lebih teliti terhadap hasil yang didapatkan, karena kurangnya
ketelitian dalam menghitung maupun menentukan hasil akan
berpengaruh pada hasil akhirnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sandy, I Made. 1982. DAS, Ekosistem, Penggunaan Tanah. Dalam : Proceedings


Lokakarya Pengelolaan Terpadu DAS di Indonesia. Fakultas Kehutanan
IPB, Bogor.

Glensa, Viron. 2012. Daerah Aliran Sungai. Available at :


http://glensoviron.blogspot.com/2012/09/das-daerah-aliran-sungai.html
(Diakses hari Kamis, 9 April 2015 pada pukul 12.36 WIB).

Geovani. 2012. Karakteristik Daerah Aliran Sungai. Available at :


http://geoenviron.blogspot.com/2011/12/karakteristik-das-dan
pengelolaannya.html (Diakses hari Kamis, 9 April 2015 pada pukul
13.27 WIB).
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai