Disusun oleh :
PENDIDIKAN GEOGRAFI
2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. JUDUL
MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI
II. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mampu menentukan batas Daerah Aliran
Sungai (DAS)
2. Agar mahasiswa mampu menggambarkan alur sungai yang
terdapat dalam DAS
3. Agar mahasiswa mampu menghitung luas dan panjang DAS
4. Agar mahasiswa dapat menentukan ordo DAS
5. Agar mahasiswa mampu menentukan bentuk DAS
6. Agar mahasiswa mampu menghitung kerapatan alur sungai
7. Agar mahasiwa mampu menghitung kemiringan rata-rata sungai
III. Alat dan Bahan
1. Peta Rupa Bumi Indonesia
2. Kertas Kalkir
3. Kertas milimeter
4. Penggaris
5. Alat tulis menulis
6. Benang
IV. LANGKAH KERJA
1. Mengamati dan menentukan DAS dalam peta RBI yang akan
digunakan
2. Menentukan batas-batas DAS dengan mengamati igir pada garis
kontur di sekitar DAS
3. Menggambar DAS yang telah ditentukan pada kertas kalkir
4. Menghitung luas DAS dan panjang DAS
5. Mencari ordo-ordo sungai yang ada pada DAS
6. Menentukan bentuk DAS yang telah ditentukan
7. Menentukan kerapatan alur sungai
8. Menghitung kemiringan rata-rata sungai pada wilayah DAS
V. DASAR TEORI
DAERAH ALIRAN SUNGAI
1. Pengertian DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan
yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung
gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk
kemudian menyalurkannya ke sungai seterusnya sampai ke
danau atau laut ( Seyhan, 1990; Summerfield, 1991; Ritter,
1995; Asdak, 2002; Suripin, 2004).
Daerah aliran sungai merupakan suatu ekosistem dimana
didalamnya terjadi suatu proses interaksi antara faktor-faktor
biotik, abiotik, dan manusia. Sebagai suatu ekosistem, maka
setiap masukan (input) dan proses yang terjadi dapat di evaluasi
berdasarkan keluaran (output) dari ekosistem tersebut.
Karakteristik biofisik DAS sebagai prosesor dalam merespon
curah hujan yang jatuh dalam wilayah DAS tersebut dapat
memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya evapotranspirasi.
Daerah Aliran Sungai (Watershed) didefinisikan sebagai suatu
wilayah daratan yang menerima air hujan, menampung dan
mengalirkannya melalui satu sungai utama ke laut dan atau ke
danau. Satu DAS, biasanya dipisahkan dari wilayah lain di
sekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah alam topografi
(seperti punggung bukit dan gunung). Suatu DAS terbagi lagi ke
dalam sub DAS yang merupakan bagian DAS yang menerima
air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai
utamanya (Dirjen Reboisasi & Rehabilitasi Lahan, 1998).
Menurut Asdak (1995:4) Daerah Aliran Sungai (DAS)
adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung
dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui
sungai-sungai kecil ke sungai utama.
Asdak (2002) dalam Arini (2005) menyatakan pengertian
DAS sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografik
dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung
dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke
laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan
Daerah Tangkapan Air (DTA) atau Water Catchment Area yang
merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas
sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya
manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam.
DAS merupakan suatu wilayah tertentu yang bentuk dan
sifat alamnya merupakan satu kesatuan ekosistem, termasuk
didalamnya hidrologi dengan sungai dan anak-anak sungainya
yang berfungsi sebagai penerima, penampung dan penyimpan
air yang berasal dari hujan dan sumber lainnya. Sungai atau
aliran sungai sebagai komponen utama DAS didefinisikan
sebagai suatu jumlah air yang mengalir sepanjang lintasan di
darat menuju ke laut sehingga sungai merupakan suatu lintasan
dimana air yang berasal dari hulu bergabung menuju ke satu arah
yaitu hilir (muara).
DAS merupakan daerah yang mensuplai sungai dengan air
dan sedimen yang berupa cekungan yang dibatasi oleh garis
pemisah air. Garis pemisah air adalah garis yang menghubungka
titik-titik tertinggi yang membatasi cekungan pengairan. Dalam
suatu wilayah DAS yang baik, maka sungai uatamanya, cabang
dan rantingnya secara keseluruhan membentuk pola jaringan dan
biasanya pola ini dikontrol oleh struktur geologi dari daerah
yang dikeringkan. Pola aliran sungai tidak selalu sama antara
satu DAS dengan DAS yang lainnya, Apalagi jika DAS tersebut
sangat besar dan luas. Pada suatu DAS yang besar yang besar
bisa terbentuk beberapa pola aliran yang dikendalikan oleh
struktur geologi seperti kekar, jenis dn kemiringan lapisan,
lipatan, sesar, jenis batuan, dan sebagainya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki beberapa
karakteristik yang dapat menggambarkan kondisi spesifik antara
DAS yang satu dengan DAS yang lainnya. Karakteristik itu
dicirikan oleh parameter yang terdiri atas (Dephutbun 1998):
1. Morfometri DAS yang meliputi relief DAS, bentuk DAS,
kepadatan drainase, gradien sungai, lebar DAS dan lain-lain.
2. Hidrologi DAS, mencakup curah hujan, debit dan sedimen.
3. Tanah.
4. Geologi dan geomorfologi.
5. Penggunaan lahan.
6. Sosial ekonomi masyarakat di dalam wilayah DAS.
Hulu Tengah
Hilir
4.Morfometri DAS
Morfometri DAS adalah istiah yang digunakan untuk
menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. Sifat
yang khas dari suatu DAS dapat dilihat dari morfometri DASnya.
Morfometri DAS adalah pengukuran bentuk dan pola DAS yang
dapat dilihat dari suatu peta. Gordon (1992) menjelaskan bahwa
parameter dalam DAS saling berhubungan satu sama lain, sehingga
sering kali salah satu parameter dapat dijadikan pewakil parameter
lainnya.
Respon hidrologi dari suatu DAS terhadap masukan curah
hujan dijelaskan pula oleh Asdak (2001) yang menyatakan bahwa
beberapara parameter morfometri DAS seperti luas, kemiringan
lereng, bntuk, kerapatan drainase dapat berpengaruh terhadap
besaran dan running dari hidrograf aliran yang dihasilkanya.
Pengaruh luasan DAS terhadap bentuk hidrograf aliran adalah
pada waktu konsentrasi aliran air di daerah outlet. Dimana semakin
besar luas DAS maka semakin banyak curah hujan yang diterima
namun semakin lama waktu konsentrasi aliran air untuk mencapai
debit puncaknya. Sehingga bentuk hidrograf dari DAS yang
mempunyai luasan yang besar cenderung menjadi panjang.
Kemiringan lereng DAS mempengaruhi ceoat lambatnya laju
run-offyang kemudian dapat mempercepat respon DAS terghadap
cuah hujan yang terjadi. DAS yng memiliki run off datar akan
mempunai run off sedikit.
a. Luas DAS
Luas DAS digunakan oleh garis batas antar dua DAS. Garis
batas antara dua DAS dalam hal ini adalah punggung bukit
(igir) yang dapat memisahkaan dan membagi air hujan ke
masing-masing DAS. Garis batas tersebut ditentukan
berdasarkan perubahan kontur dari Peta Topografi, sedangkan
luas DAS dapat diukur dengan alat planimeter. Luas DAS
dinyatakan dalam km².
DAS bisa dibagi menurut luasnya :
DAS kecil luasnya < 5.000 km2
DAS sedang luasnya 5.000 – 20.000 km2
DAS besar luasnya > 20.000 km2
b. Bentuk Das
Bentuk DAS Miller (1953) dalam Kemenhut (2013)
menggunakan circularity ratio dengan menggunakan rumus (1)
di bawah ini :
Rc = (4πA)/P2
Keterangan:
Rc = nisbah kebulatan (faktor bentuk kebulatan)
A = luas DAS (km2)
P = keliling (perimeter DAS) (km)
π = konstanta sebesar 3,14 (22/7).
Bila besarnya nilai Rc adalah 1 berarti bentuk DAS tersebut
adalah lingkaran.
c. Panjang dan Lebar
Panjang DAS sama dengan jarak datar antara muara sungai ke
arah hulu sepanjang sungai induk. Lebar DAS dihitung
berdasarkan luas DAS dibagi panjangnya.
d. Kemiringan
Kemiringan lereng antara dua lokasi ketinggian dapat dihitung
dengan rumus :
e. Orde Sungai
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai dalam
urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Metode
penentuan orde sungai yang sering digunakan adalah Metode
Stahler. Metode Staahler dalam dalam penentuan orde sungai
Alur sungai yang paling hulu yang tidak mempunyai cabang
disebut orde 1 Pertemuan antara dua orde 1 disebut orde 2, dan
pertemuan antara dua orde 2 disebut orde 3 dan seterusnya
sampai pada sungai utaman ditandai dengan nomor orde paling
besar. Pemberian nomor harus menggunakan peta topografi
skala besar agar semua sungai orde 1 dapat terbaca.
f. Rasio Percabangan Sungai ( Bifurcation Ratio)
Berdasarkan atas penomoran orde sungai, maka dapat
ditetapkan angka indeks yang menyatakan rasio percabangan
sungai. Rasio percabangan sungai dapat dihitung dengan
persamaan:
RB = Nu/Nu+1
Rb < 3 alur sungai mempunyai kenaikan muka air banjir
dengan cepat, sedangkan penurunannya berjalan lambat
Rb 3 - 5 alur sungai mempunyai kenaikan dan
penurunan muka air banjir tidak terlalu cepat atau tidak
terlalu lambat
Rb > 5 alur sungai mempunyai kenaikan muka air banjir
dengan cepat, demikian pula penurunannya akan
berjalan dengan cepat
g. Kerapatan Aliran
Kerapatan aliran adalah indeks yang menunjukkan banyaknya anak
sungai dalam suatu
DAS, dinyatakan dengan perbandingan antara panjang keseluruhan
sungai (L) dengan luas DAS (A).
Pengelompokan nilai Dd sebagai berikut :
< 0,25 km/km2 termasuk rendah
0,25 – 10 km/km2 termasuk sedang
10 – 25 km/km2 termasuk tinggi
25 km/km2 termasuk sangat tinggi
Dd =L/A
Dd = kerapatan drainase (km/km2)
L = panjang aliran sungai (km)
A = luas DAS (km2)