Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI

MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Disusun Untuk Menenuhi Tugas Geomorfologi yang Diampu Oleh :

Disusun oleh :

1. Aditiya Eka Saputra K5418003


2. Anisa Kusuma Wardhani K5418012
3. Anisatun Nuzula Fitriani K5418013
4. Al Ihza Imay Mahendra K5418008
5. Ayu Damayanti K5418019
6. Bayu Aji Pamungkas K5418021
7. Elisabeth Tamara T.R. K5418026
8. Faujan Adiatama K5418029
9. Happy Indriani K5418033

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2019
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. JUDUL
MORFOMETRI DAERAH ALIRAN SUNGAI
II. TUJUAN
1. Agar mahasiswa mampu menentukan batas Daerah Aliran
Sungai (DAS)
2. Agar mahasiswa mampu menggambarkan alur sungai yang
terdapat dalam DAS
3. Agar mahasiswa mampu menghitung luas dan panjang DAS
4. Agar mahasiswa dapat menentukan ordo DAS
5. Agar mahasiswa mampu menentukan bentuk DAS
6. Agar mahasiswa mampu menghitung kerapatan alur sungai
7. Agar mahasiwa mampu menghitung kemiringan rata-rata sungai
III. Alat dan Bahan
1. Peta Rupa Bumi Indonesia
2. Kertas Kalkir
3. Kertas milimeter
4. Penggaris
5. Alat tulis menulis
6. Benang
IV. LANGKAH KERJA
1. Mengamati dan menentukan DAS dalam peta RBI yang akan
digunakan
2. Menentukan batas-batas DAS dengan mengamati igir pada garis
kontur di sekitar DAS
3. Menggambar DAS yang telah ditentukan pada kertas kalkir
4. Menghitung luas DAS dan panjang DAS
5. Mencari ordo-ordo sungai yang ada pada DAS
6. Menentukan bentuk DAS yang telah ditentukan
7. Menentukan kerapatan alur sungai
8. Menghitung kemiringan rata-rata sungai pada wilayah DAS
V. DASAR TEORI
DAERAH ALIRAN SUNGAI
1. Pengertian DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan
yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung
gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk
kemudian menyalurkannya ke sungai seterusnya sampai ke
danau atau laut ( Seyhan, 1990; Summerfield, 1991; Ritter,
1995; Asdak, 2002; Suripin, 2004).
Daerah aliran sungai merupakan suatu ekosistem dimana
didalamnya terjadi suatu proses interaksi antara faktor-faktor
biotik, abiotik, dan manusia. Sebagai suatu ekosistem, maka
setiap masukan (input) dan proses yang terjadi dapat di evaluasi
berdasarkan keluaran (output) dari ekosistem tersebut.
Karakteristik biofisik DAS sebagai prosesor dalam merespon
curah hujan yang jatuh dalam wilayah DAS tersebut dapat
memberikan pengaruh terhadap besar kecilnya evapotranspirasi.
Daerah Aliran Sungai (Watershed) didefinisikan sebagai suatu
wilayah daratan yang menerima air hujan, menampung dan
mengalirkannya melalui satu sungai utama ke laut dan atau ke
danau. Satu DAS, biasanya dipisahkan dari wilayah lain di
sekitarnya (DAS-DAS lain) oleh pemisah alam topografi
(seperti punggung bukit dan gunung). Suatu DAS terbagi lagi ke
dalam sub DAS yang merupakan bagian DAS yang menerima
air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai
utamanya (Dirjen Reboisasi & Rehabilitasi Lahan, 1998).
Menurut Asdak (1995:4) Daerah Aliran Sungai (DAS)
adalah daerah yang dibatasi punggung-punggung gunung
dimana air hujan yang jatuh pada daerah tersebut akan
ditampung oleh punggung gunung tersebut dan dialirkan melalui
sungai-sungai kecil ke sungai utama.
Asdak (2002) dalam Arini (2005) menyatakan pengertian
DAS sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografik
dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung
dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke
laut melalui sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan
Daerah Tangkapan Air (DTA) atau Water Catchment Area yang
merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas
sumberdaya alam (tanah, air, dan vegetasi) dan sumberdaya
manusia sebagai pemanfaat sumber daya alam.
DAS merupakan suatu wilayah tertentu yang bentuk dan
sifat alamnya merupakan satu kesatuan ekosistem, termasuk
didalamnya hidrologi dengan sungai dan anak-anak sungainya
yang berfungsi sebagai penerima, penampung dan penyimpan
air yang berasal dari hujan dan sumber lainnya. Sungai atau
aliran sungai sebagai komponen utama DAS didefinisikan
sebagai suatu jumlah air yang mengalir sepanjang lintasan di
darat menuju ke laut sehingga sungai merupakan suatu lintasan
dimana air yang berasal dari hulu bergabung menuju ke satu arah
yaitu hilir (muara).
DAS merupakan daerah yang mensuplai sungai dengan air
dan sedimen yang berupa cekungan yang dibatasi oleh garis
pemisah air. Garis pemisah air adalah garis yang menghubungka
titik-titik tertinggi yang membatasi cekungan pengairan. Dalam
suatu wilayah DAS yang baik, maka sungai uatamanya, cabang
dan rantingnya secara keseluruhan membentuk pola jaringan dan
biasanya pola ini dikontrol oleh struktur geologi dari daerah
yang dikeringkan. Pola aliran sungai tidak selalu sama antara
satu DAS dengan DAS yang lainnya, Apalagi jika DAS tersebut
sangat besar dan luas. Pada suatu DAS yang besar yang besar
bisa terbentuk beberapa pola aliran yang dikendalikan oleh
struktur geologi seperti kekar, jenis dn kemiringan lapisan,
lipatan, sesar, jenis batuan, dan sebagainya.
Daerah Aliran Sungai (DAS) memiliki beberapa
karakteristik yang dapat menggambarkan kondisi spesifik antara
DAS yang satu dengan DAS yang lainnya. Karakteristik itu
dicirikan oleh parameter yang terdiri atas (Dephutbun 1998):
1. Morfometri DAS yang meliputi relief DAS, bentuk DAS,
kepadatan drainase, gradien sungai, lebar DAS dan lain-lain.
2. Hidrologi DAS, mencakup curah hujan, debit dan sedimen.
3. Tanah.
4. Geologi dan geomorfologi.
5. Penggunaan lahan.
6. Sosial ekonomi masyarakat di dalam wilayah DAS.

2. Ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS).

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas


komponen-komponen yang saling berintegrasi sehingga membentuk
suatu kesatuan. Ekosistem terdiri atas komponen biotis dan abiotis
yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur.
Dengan demikian, tidak ada satu komponen ekosistem yang berdiri
sendiri, melainkan mempunyai keterikatan dengan komponen yang
lain, baik secara langsung maupun tidak langsung. Manusia
merupakan salah satu komponen ekosistem yang penting dan
dinamis. Manusia menjalankan aktivitasnya sering kali
mengakibatkan dampak pada salah satu komponen lingkungan dan
dengan demikian akan mempengaruhi ekosistem secara
keseluruhan. Selama hubungan timbal-balik antar komponen
ekosistem dalam keadaan seimbang, selama itu pula ekosistem
berada dalam kondisi yang stabil. Namun sebaliknya apabila jika
hubungan timbal-balik antar komponen mengalami gangguan maka
terjadilah gangguan ekologi.
Uraian diatas menjelaskan bahwa ekosistem harus dilihat
secara holistik, yaitu dengan cara mengidentifikasi semua
komponen yang terlibat serta interaksi antar komponen tersebut.
Pendekatan holistik digunakan agar pemanfaatan sumber daya yang
ada dapat dilakukan secara efisien dan efektif.
3. Pembagian Ekosistem DAS
Menurut Asdak (1995: 11), dalam mempelajari ekosistem DAS, biasanya
DAS dibagi menjadi 3 bagian yaitu daerah hulu, tengah, dan hilir. Berikut
merupakan ciri-ciri dari ketiga daerah DAS tersebut :
HULU TENGAH HILIR
Daerah konservasi. Daerah pemanfaatan.
transisi dari DAS hulu

Kerapatan drainase Kerapatan drainase


Merupakan daerah

yang lebih tinggi. lebih kecil.


dan DAS hilir.

Kemiringan lereng Kemiringan lereng


besar (> 15%). kecil sampai dengan
sangat kecil (< 8%).
Bukan daerah Beberapa tempat
banjir. merupakan daerah
banjir (genangan).
Pengaturan Pengaturan
pemakaian air pemakaian air
ditentukan pola ditentukan oleh
drainase. bangunan irigasi.
Tabel Ciri Pewilayahan DAS

Hulu Tengah
Hilir

Gambar Pewilayahan DAS

Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena


mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS.
Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air. Oleh karena itu
perencanaan DAS hulu seringkali menjadi fokus perencanaan,
mengingat bahwa dalam suatu DAS, daerah hulu dan hilir mempunyai
keterikatan biofisik melalui daur hidrologi.

1) Pola Aliran Daerah Aliran Sungai


Sungai- sungai dalam suatu DAS membentuk suatu jaringan yang
memiliki pola tertentu, dimana anak sungai- anak sungai akan mengalir
ke dalam suatu sungai utama yang lebih besar. Pola aliran sungai tersebut
dipengaruhi oleh kondisi topografi, geologi, iklim , dan vegetasi.
Pola alira sungai antara lain :
1. Radial
Pola aliran sungai radia menggambarkan arah aliran sungai
yang tersebar ke semua arah. Pola aliran sungai yang berbentuk
radial dijumpai di daerah lereng gunung berapi, atau daerah
dengan topografi berbentuk kubah. Pola aliran radial yang
kompleks dalam suatu bidang vulkanik disebut multiradial.
2. Rektangular
Pola aliran sungai rectangular merupakan pola aliran sungai
dimana sudut pertemuan dua anak sungai berbentuk siku. Pola
ini berkembang pada batuan yang resistensi terhadap erosinya
seragam . Pola rectangular terdapat di daaerah batuan kapur.
Pola ini dicirika dengan induk sungai yang memiliki kelokan-
kelokan kuran lebih 90º.
3. Trellis
Pola aliran trelis biasanya dijumpai di daeraaah dengan lapisan
sedimen di daerah pegunungan lipatan dengan kemiringan
besar. Bentuknya panjang seperti pola trail pagar. Sungai trellis
dicirikan dengan oleh saluran-saluran air yang berpola sejajar,
mengalir searah kemiringan lereng dan tegak lurus dengan
sungai utamanya. Pola trellis memperlihatkan letak anak-anak
sungai parallel menurut strike atau topografi yang parallel.
4. Parallel
Pola aliran parallel mwnunjukan pola aliran sungai yang lurus,
searah mengikuti lereng. Pola seperti ini terbentuk oleh lereng
yang curam.
5. Dendritik
Pola aliran dendritic berbentuk seperti cabang-cabang pohon.
Pertemuan dua anak sungai membentuk sudut-sudut yang
lancip cenderung siku. Pola ini umunya terdapat pada di daerah
dengan batuan sejenis dan penyebarannya luas. Pada pola ini
anak-anak sungai cenderung sejajar dengan induk sungainya.
Anak-anak sungai bermuara pada induk sungai dengan sudut
lancip.
6. Anular
Pola ini menunjukan arah aliran sungai yang terpencar mulai
dari suatu titik yang tinggi ke arah hilir dan menyatu di satu
titik.

Gambar pola aliran DAS

4.Morfometri DAS
Morfometri DAS adalah istiah yang digunakan untuk
menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. Sifat
yang khas dari suatu DAS dapat dilihat dari morfometri DASnya.
Morfometri DAS adalah pengukuran bentuk dan pola DAS yang
dapat dilihat dari suatu peta. Gordon (1992) menjelaskan bahwa
parameter dalam DAS saling berhubungan satu sama lain, sehingga
sering kali salah satu parameter dapat dijadikan pewakil parameter
lainnya.
Respon hidrologi dari suatu DAS terhadap masukan curah
hujan dijelaskan pula oleh Asdak (2001) yang menyatakan bahwa
beberapara parameter morfometri DAS seperti luas, kemiringan
lereng, bntuk, kerapatan drainase dapat berpengaruh terhadap
besaran dan running dari hidrograf aliran yang dihasilkanya.
Pengaruh luasan DAS terhadap bentuk hidrograf aliran adalah
pada waktu konsentrasi aliran air di daerah outlet. Dimana semakin
besar luas DAS maka semakin banyak curah hujan yang diterima
namun semakin lama waktu konsentrasi aliran air untuk mencapai
debit puncaknya. Sehingga bentuk hidrograf dari DAS yang
mempunyai luasan yang besar cenderung menjadi panjang.
Kemiringan lereng DAS mempengaruhi ceoat lambatnya laju
run-offyang kemudian dapat mempercepat respon DAS terghadap
cuah hujan yang terjadi. DAS yng memiliki run off datar akan
mempunai run off sedikit.
a. Luas DAS
Luas DAS digunakan oleh garis batas antar dua DAS. Garis
batas antara dua DAS dalam hal ini adalah punggung bukit
(igir) yang dapat memisahkaan dan membagi air hujan ke
masing-masing DAS. Garis batas tersebut ditentukan
berdasarkan perubahan kontur dari Peta Topografi, sedangkan
luas DAS dapat diukur dengan alat planimeter. Luas DAS
dinyatakan dalam km².
DAS bisa dibagi menurut luasnya :
DAS kecil luasnya < 5.000 km2
DAS sedang luasnya 5.000 – 20.000 km2
DAS besar luasnya > 20.000 km2
b. Bentuk Das
Bentuk DAS Miller (1953) dalam Kemenhut (2013)
menggunakan circularity ratio dengan menggunakan rumus (1)
di bawah ini :
Rc = (4πA)/P2
Keterangan:
Rc = nisbah kebulatan (faktor bentuk kebulatan)
A = luas DAS (km2)
P = keliling (perimeter DAS) (km)
π = konstanta sebesar 3,14 (22/7).
Bila besarnya nilai Rc adalah 1 berarti bentuk DAS tersebut
adalah lingkaran.
c. Panjang dan Lebar
Panjang DAS sama dengan jarak datar antara muara sungai ke
arah hulu sepanjang sungai induk. Lebar DAS dihitung
berdasarkan luas DAS dibagi panjangnya.
d. Kemiringan
Kemiringan lereng antara dua lokasi ketinggian dapat dihitung
dengan rumus :
e. Orde Sungai
Orde sungai adalah posisi percabangan alur sungai dalam
urutannya terhadap induk sungai di dalam suatu DAS. Metode
penentuan orde sungai yang sering digunakan adalah Metode
Stahler. Metode Staahler dalam dalam penentuan orde sungai
Alur sungai yang paling hulu yang tidak mempunyai cabang
disebut orde 1 Pertemuan antara dua orde 1 disebut orde 2, dan
pertemuan antara dua orde 2 disebut orde 3 dan seterusnya
sampai pada sungai utaman ditandai dengan nomor orde paling
besar. Pemberian nomor harus menggunakan peta topografi
skala besar agar semua sungai orde 1 dapat terbaca.
f. Rasio Percabangan Sungai ( Bifurcation Ratio)
Berdasarkan atas penomoran orde sungai, maka dapat
ditetapkan angka indeks yang menyatakan rasio percabangan
sungai. Rasio percabangan sungai dapat dihitung dengan
persamaan:
RB = Nu/Nu+1
 Rb < 3 alur sungai mempunyai kenaikan muka air banjir
dengan cepat, sedangkan penurunannya berjalan lambat
 Rb 3 - 5 alur sungai mempunyai kenaikan dan
penurunan muka air banjir tidak terlalu cepat atau tidak
terlalu lambat
 Rb > 5 alur sungai mempunyai kenaikan muka air banjir
dengan cepat, demikian pula penurunannya akan
berjalan dengan cepat
g. Kerapatan Aliran
Kerapatan aliran adalah indeks yang menunjukkan banyaknya anak
sungai dalam suatu
DAS, dinyatakan dengan perbandingan antara panjang keseluruhan
sungai (L) dengan luas DAS (A).
Pengelompokan nilai Dd sebagai berikut :
 < 0,25 km/km2 termasuk rendah
 0,25 – 10 km/km2 termasuk sedang
 10 – 25 km/km2 termasuk tinggi
 25 km/km2 termasuk sangat tinggi

Dd =L/A
Dd = kerapatan drainase (km/km2)
L = panjang aliran sungai (km)
A = luas DAS (km2)

Anda mungkin juga menyukai