Oleh :
RIAN HIDAYAT
M1A1 21 080
KELOMPOK 20 B
KEHUTANAN B
lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi
mampu memberi manfaat secara lestari. Keempat ciri pokok dimiliki suatu
hutan sebagai sub ekosistem global menenpatikan posisi penting sebagai paru-
swasta, dinilai gagal oleh banyak pihak. Untuk itu, perlu dikembangkan
masyarakat dalam berusah atani. Selain itu, keberadaan hutan desa juga
keanekaragaman hayati, mencegah erosi dan menjaga tata air serta menghasilkan
berbagai jenis hasil hutan bukan kayu yang dapat membantu perekonomian
masyarakat sekitarnya, serta melindungi tata aliran sungai yang ada sehingga
sungai yang menjadi alur pengatus (drainage) utama. Pengertian DAS sepadan
dengan istilah dalam bahasa inggris drainage basin, drainage area, atau
egunungan atau tebing/bukit yang memisahkan sistim aliran yang satu dari yang
lainnya. Dari pengertian ini suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah
(catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang
sebagai suatu kesatuan sumberdaya darat. Sehingga pengelolaan DAS yang bijak
bidang pemerintahan daerah, sumber daya air, perencanaan tata ruang, dan
konservasi tanah dan air. Semua bentuk peraturan yang berkaitan dengan
pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) harus diatur secara ketat sebagai dasar
model regulasi yuridis pengelolaan DAS yang ideal di Indonesia. Oleh karena itu
perlu dirumuskan bentuk pengaturan ideal pengelolaan DAS antara lain dengan
Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari
berkaitan dengan aktivitas manusia yangada di dalamnya. Saat ini masalah utama
yang dihadapi adalah air yang ada dipermukaan sering tercemar sehingga
mengurangi kualitas air. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil
guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang
sesuai standar tertentu saat ini menjadi barang yang mahal,karena air sudah
secara kualitas sumber daya air telah mengalami penurunan (Tarigan, 2020).
Daerah Aliran Sungai terdiri atas unsur abiotik (tanah, air, udara),biotik
(vegetasi, binatang dan organisme hidup lainnya) dan kegiatan manusia yang
saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain, sehingga merupakan
satu kesatuan ekosistem, hal ini berarti bahwa pengelolaan hutan, tanah, air,
ekosistem tersebut. Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air)
yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit aliran
tersebut dipengaruhi dengan adanya siklus hidrologi, salah satunya yaitu hujan.
Pada musim kemarau besar debit air aliran air menyusut drastis sedangkan pada
musim hujan debit aliran akan semakin deras dan dipengaruhi pula oleh tingkat
intensitas hujan yang terjadi. Pada intensitas yang rendah debit aliran kecil dan
pada intensitas hujan tinggi debit aliran akan semakin besar Besar kecilnya debit
aliran mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu sungai. Debit aliran
sungai dapat diukur, salah satunya menggunakan alat current meter dengan
karakteristik debit banjir kecil dan waktu banjir relatif lama. DAS yangberbentuk
air pada suatu wadah dengan luas penampang area tertentu. Terdapat beberapa
metode yang dapat digunakan untuk pengukuran kecepatan aliran air pada sungai
atau alur antara lain: Area-velocity method, Tracermethod, Slope area method,
Weir dan flume,Volumetric method Area. Kecepatan aliran dapat diukur dengan
dalam alur tidak sama pada arah horisontal maupun arah vertikal. Saat ini di
pasaran banyak tersedia alat pengukuran debit air, tetapi kebanyakan disediakan
untuk mengukur debit air dalam penampang pipa. Karena kecepatan aliran
dengan faktor luas penampang area ukur. Pada penelitian ini pengukuran kecepat
akan menghasilkan pulsa pada rotary encoder, kemudian pulsa ini dikonversi
menjadi kecepatan aliran., untuk menghasilkan sebuah alat ukur kecepatan aliran
pengukuran debit dari suatu Daerah AliranSungai (DAS). Hidrograf Satuan hanya
berlaku untuk DAS yang bersangkutan dan hanya pada titik dimana pengukuran
Model parameter Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) seperti debit puncak (Qp),
waktu puncak (Tp) dan waktu dasar (Tb) dengan karakteristik fisik faktor bentuk
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dipandang sebagai suatu sistem, maka
setiap ada masukkan berupa curah hujan ke dalam ekosistem tersebut akan
lainnya yang terbawa oleh aliran sungai. Di dalam suatu DAS terdapat sumber
daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang saling berinteraksi
sehingga membentuk karakteristik yang berbeda antara satu DAS dengan DAS
lainnya. Debit air di Daerah Aliran Sungai (DAS) berasal dari jumlah curah hujan
perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai. Curah hujan
sebagai input akan berinteraksi dengan kondisi fisik dan morfometri DAS
mengangkut berbagai muatan sedimen dan material lainnya. Ada beberapa faktor
bentuk dan ukuran DAS, kemiringan lereng, karakteristik tata guna lahan dan
karakteristik geologi. Data curah hujan, yaitu besarnya curah hujan yang terja di
maka penulis meneliti pengaruh kondisi fisik dan morfometriDAS terhadap debit
yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait
dengan proses air hujan yang jatuh di dalam DAS. Morfometri DAS juga
kuantitatif .Keadaan yang dimaksud antara lain meliputi luas DAS, rasio lingkaran
(circularity ratio), rasio bifurkasi (bifurcation ratio), rasio panjang sungai (stream
bentuk (form factor) dan rasio elongasi (elongation ratio) (Pamuji, 2020).
untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. Morfologi DAS
meliputi, 1) Luas DAS, meliputi area di dalam garis batas antara punggung
permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan ke masin
gmasing DAS. 2) Panjang dan lebar DAS. Panjang DAS adalah sama dengan
jarak datar dari muara sungai ke arah hulu sepanjang sungai induk, sedangkan
lebar DAS adalah pebandingan antara luas DAS dengan panjang sungai induk.
gradien sungai, merupakan perbandingan beda tinggi antara hulu dengan hilir dan
tertentu pada saluran sungai utama. 4) Orde dan tingkat percabangan sungai,
adalah posisi percabangan alur sungai didalam urutannya terhadap induk sungai
pada suatu DAS. Orde sungai dapat ditetapkan dengan metode Horton, Strahler,
Shreve, dan Scheidegger, 5) Jumlah alur sungai suatu orde dapat ditentukan dari
angka indeks percabangan sungai yang dimana untuk setiap ukuran ordonya
Informasi Geografis (SIG) maka batas DAS dan data morfometri DAS dapat
dengan cepat, otomatis dan terintegrasi dengan data DAS lainnya. Data DEM
memiliki kegunaan untuk menentukan jaringan drainase dan batas DAS, sehingga
teknologi SIG. Pemetaan jaringan sungai pada DAS dapat digunakan untuk
topografi dengan menggunakan sistem radar dari wahana pesawat antariksa. Citra
DEM yang digunakan sudah tersedia untuk seluruh dunia dengan resolusi spasial
90×90 meter, sedangkan untuk resolusi 30×30 meter hanya tersedia di wilayah
merupakan aspek pengukuran atau aspek kuantitatif dari suatu daerah, misalnya
kemiringan, profil dan tekstur suatu daerah. Parameter yang akan diukur dan
dianalisis meliputi aspek morfometri linier DAS, aspek morfometriareal DAS,
morfometri DAS daerah penelitian adalah, Luas DAS, Jumlah Orde Sungai,
Sungai, Panjang dan Lebar DAS, dan Kemiringan Sungai (Vienastra, 2018).
Kepekaan DAS untuk mengubah hujan menjadi air limpasan (run-off) sangat
ditentukan oleh keadaan DAS yang bersangkutan. Keadaan DAS ini dapat ditinjau
dari berbagai aspek, salah satu aspek adalah keadaan hidro morfometrinya.
Variabel hidro morfometri antara satu DAS dengan DAS yang lainnya
akhir ini banyak peneliti menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai
alat yang sangat bermanfaat untuk melakukan analisis morfologi DAS. Salah satu
aplikasi dari paramater mofometri DAS adalah untuk menduga respon hidrologi
terhadap aliran ketika terjadi hujan. Besar ukuran DAS dan panjang sungai
kondisi dimana anak-anak sungai langsung masuk kedalam induk sungai. Bentuk
menyebabkan debit banjirnya relatif kecil karena perjalanan banjir dari anak
batuan, vegetasi, struktur geologi, dan kondisi alam. Terdapat beberapa bentuk
DAS yaitu bentuk DAS bulu burung, radial, paralel, dan kompleks. Pada bentuk
sungai bulu burung, anak sungai langsung menyatu dengan induk sungai. Bentuk
DAS ini terdapat pada aliran sungai dengan topografi curam, tetapi di beberapa
sub DAS, bentuk DAS bulu burung juga terdapat di area landai khususnya pada
sub DAS sempit yang dekat dan paralel dengan sungai induk. Pada bentuk ini
bulu burung. Bentuk ini ditandai adanya sungai utama atau sungai induk yang
perjalanan banjir dari anak sungai berbeda waktunya. Namun sebaliknya, jika
terjadi banjir akan berlangsung dalam waktu yang relatif lama karena penyebaran
konsentrasi debit puncak ke sungai lainnya memerlukan waktu yang lama. Daerah
aliran sungai biasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu daerah hulu, tengah dan hilir.
yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar
geologi, jenis tanah dan penutupan lahan adalah karakteristik fisik yang akan
hujan. Perubahan faktor biofisik akan memberikan dampak nyata terhadap volume
hujan dan waktu. Pengaruh bentuk kipas debit puncak banjir relatif besar dengan
perjalanan banjir dari anak-anak Sungai berbeda-beda waktunya. Jika dilihat dari
peta bentuk Sub DAS Karang mumus bentuk Daerah Aliran Sungai adalah bentuk
perpaduan antara bentuk kipas di bagaian hulu dan bentuk memanjang di bagian
terhadap aliran ketika terjadi hujan. Besar ukuran DAS dan panjang sungai
terpanjang mempengaruhi bentuk hidrograf aliran dan puncak aliran. Bentuk DAS
radial terjadi karena anak-anak sungai berpusat pada satu titik sungai utama secara
Akibatnya waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru arah alur
sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan yang
sifatnya merata di seluruh DAS maka akan terjadi banjir besar dalam waktu yang
atau membuang air. Drainase merupakan sebuah sistem yang ditujukan untuk
menangani masalah air berlebih yang tidak diperlukan baik yang mengalir di atas
permukaan tanah maupun yang berada di bawah permukaan tanah. Kelebihan air
ini dapat bersumber dari limpasan akibat hujan (excess rainfall) ataupun berasal
untuk mencegah banjir. terjadi di wilayah pemukiman sering kali disebabkan oleh
gagalnya saluran drainase membuang kelebihan air tersebut. Di mana curah hujan
yang tinggi tidak diimbangi dengan kapasitas saluran yang memadai atau bahkan
permukaan dalam cekungan-cekungan seperti danau, rawa dan badan sungai yang
mengalir di suatu DAS. Kerapatan daerah aliran merupakan faktor penting dalam
menentukan kecepatan air larian. Semakin tinggi kerapatan daerah aliran maka
semakin besar pula kecepatan air larian untuk curah hujan yang sama.
pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam lainnya, juga menimbulkan
kerusakan sumber daya alam yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan
Metode rasional adalah curah hujan yang merupakan curah hujan yang
seragam dan dalam interval waktu yang lama. Koefisien aliran diperoleh dengan
memperhatikan nilai dari curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, penutup
lahan dan kerapatan aliran. Kerapatan aliran diperoleh dari rasio panjang sungai
(km) dengan luas area DAS (km2 ). Hasil rasio ini kemudian diklasifikasikan
seberapa cepat keringnya atau lama genangan akibat aliran permukaan yang
Kerapatan aliran adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi luas
DAS. Semakin besar nilai Dd semakin baik sistem pengaliran (drainase) di daerah
tersebut. Artinya, semakin besar jumlah air larian total (semakin kecil infiltrasi)
dan semakin kecil air tanah yang tersimpan di daerah tersebut. Berdasarkan
kriteria Kementerian Kehutanan (2010), maka kapadatan sungai DAS Wai Samal,
tergolong dalam kelas kerapatan sedang, yang mengindikasikan banyak air yang
Kerapatan aliran adalah jumlah panjang alur sungai (baik yang berair
maupun tidak) per unit area. Tingkat kerapatan aliran berasosiasi dengan
kemiringan lereng, lapisan material permukaan, dan curah hujan. Kerapatan aliran
yang tinggi menunjukkan intensitas erosi yang tinggi pada masa lampau. Semakin
yang diekstrak dari peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000, dan interpretasi
tingkat torehan (degree of dissection) secara visual data SRTM. Semakin tinggi
tingkat torehan semakin tinggi kerapatan aliran. Kerapatan aliran dibagi atas tiga
A.1.1 Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo, Kota
praktikum DAS dan data SHP DAS KLHK 2020 dan SHP DEM Sultra yang
membuat Peta Kerapatan Drainase dan Aliran Sungai. Alat yang digunakan pada
Sungai
berikut.
1. Add data DEM sulawesi tenggara, kemudian masukkkan shp batas das.
2. Pilih Extract by mask, input raster dimasukkan dem sulawesi tenggara, input
raster or feature mask data masukkan shp batas das, ouput raster tempat
penyimpanan.
3. Pilih fill, input surface raster masukkan DAS yang telah di extract dan output
4. Pilih flow direction, input surface raster masukkan fill, output flow direction
5. Pilih flow accumulation, input flow direction raster masukkan flow direction
penyimpanannya.
6. Pilih raster calculator, layer and variables klik kiri 2x flow accumulation
kemudian pilih simbol lebih besar (>) 300, output raster nya yaitu tempat
penyimpanan
7. Pilih stream order, input stream raster yaitu raster calculator, input flow
penyimpanan
8. Pilih stream to feature, input stream raster masukkan stream order, input
flow direction raster masukkan flow direction, output polyline features nya
9. Klik kanan stream to features, buka properties, pilih tab symbologi, pilih
quantities, pilih graduated symbols masukkan classes nya sesuai ordo sungai.
12. Klik open attribute table pada dissolve lalu membuat tabel baru dengan cara
klik add field lalu nama (Luas_ha) kemudian typenya diatur menjadi double
13. Klik kanan di tabel panjang sungai, kemdian pilih calculate geometry, unit
14. Buat tabel baru di das masing-masing, tabel pertama membuat tabel luas
15. Membuat tabel yang sama untuk menghitung keliling das kemudian klik
calculate geomtery, untuk property nya ganti permeter dan unitnya menjadi
kilometers (km).
1. Bentuk DAS
4π A
Rc = 2
p
Keterangan :
Rc = nisbah kebulatan
2. Kerapatan Sungai
L
Dd =
A
Keterangan :
L
Dd =
A
Kelas
No. Dd (Km/Km2) Keterangan
Kerapatan
Alur sungai melewati batuan
dengan resistensi keras,
maka angkutan sedimen
yang terangkut aliran sungai
lebih kecil jika dibandingkan
<0,25 Rendah pada alur sungai yang
melewati batuan dengan
resistensi yang lebih lunak,
apabila kondisi lain yang
1.
mempengaruhinya sama.
Alur sungai melewati batuan
0,25-10 Sedang dengan resistensi yang lebih
2. lunak sehingga angkutan
sedimen yang terangkut akan
lebih besar.
4.1 Hasil
Karakteristik ini terkait dengan proses (drainase) air hujan yang jatuh didalam
DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai,
kerapatan aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman sungai (Sobatnu et al., 2017).
berhubungan dengan proses meresapnya air hujan yang jatuh ke dalam tanah.
aliran, pola aliran dan gradien sungai (Farida dan Irnawati, 2020).
topografi, potensi air permukaan, serta hal-hal yang dapat digunakan dalam
cekungan seperti danau, rawa dan badan sungai yang mengalir di suatu DAS.
air larian. Semakin tinggi kerapatan daerah aliran maka semakin besar pula
kecepatan air larian untuk curah hujan yang sama (Utama et al., 2016).
Kerapatan Sungai
L
Dd =
A
12 ,7
= 5 ,94
= 2,14 km/km2
Keterangan :
L
Dd =
A
sedang berarti kondisi sungai cenderung agak baik dan jarang mengalami
genangan. Indeks kerapatan sungai sedang juga menunjukan bahwa alur sungai
akan membawa angkutan sedimen yang lebih kecil. Sedangkan (Budiarti et al.,
semakin besar. Diungkapkan bahwa semakin besar nilai kerapatan aliran maka
Panjang sungai utama (L) yaitu panjang sungai diukur dari mulai outlet yaitu
dimulai dari (hilir sungai) sampai pada inlet (hulu sungai). Panjang orde sungai
sungai terkait dengan bentuk DAS. Bentuk DAS yang memanjang memiliki
sungai utama yang lebih panjang dari pada bentuk DAS yang membulat
(Vienastra, 2018).
Rasio Membulat
4 πA
Rc= 2
p
4 ×3 , 14 × 5 ,93
Rc= 2
14 , 85
Rc=5 , 01
Keterangan:
Rc = rasio memanjang
bentuknya berbeda namun mempunyai luas yang sama dan menerima hujan
dengan intensitas yang sama (Soplantila et al., 2013). Bentuk Daerah Aliran
konsentrasi air hujan yang mengalir menuju outlet. Bentuk DAS digolongkan
menjadi dua bentuk yaitu bentuk DAS memanjang dan membulat, dengan
karakteristik daerah aliran sungai, makin besar DAS makin lama pula limpasan
mencapai outlet, sehingga lebar DAS akan semakin besar karena hujan yang
ditangkap juga semakin banyak. Luas DAS menentukan besarnya daya tampung
terhadap masukan hujan (Simanullang, 2022). Luas peta aliran Daerah Aliran
sungai (DAS) Soropia yakni sebesar 5,93 km2 dan memiliki keliling sebesar 14,85
km. Luas daerah aliran sungai merupakan luasan bidang datar dengan batasan
DAS atau luasan bidang proyeksi mendatar dari DAS sedangkan keliling DAS
merupakan panjang dari garis batasan sungai (Sadad dan Ridho, 2021).
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Luas DAS Soropia yaitu sebesar 5,93 Km2, panjang sungai utama 2.01 Km
2. Panjang sungai utama pada DAS Lembo DS yaitu sebesar 12,7 Km. Panjang
sungai utama (L) yaitu panjang sungai diukur dari mulai outlet yaitu dimulai
dari (hilir sungai) sampai pada inlet (hulu sungai). Panjang orde sungai (Lu)
3. Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Soropia yaitu berbentuk membulat atau
radial, umumnya dibentuk oleh dua buah alur sungai atau lebih nya menyatu
dibagian hilirnya.
4. Kerapatan drainase pada DAS Pasarwajo adalah 2,14 km/ km² , termasuk
5.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah sebaiknya pada saat praktikum
peta.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, S., Wayan, I., dan I. N. Rai, 2017. Studi analisis kualitas air di daerah
aliran Sungai Pakerisan Provinsi Bali. Ecotrophic, 11(2), 378159.
Agustina, A., dan B. Bertarina, 2022. Analisis karakteristik aliran sungai pada
sungai Cimadur, Provinsi Banten dengan menggunakan hec-ras. Journal of
Infrastructural in Civil Engineering. 3(01).
Angella, B., R. Riduansyah dan B. Widiarso, 2022. Studi karakteristik sub daerah
aliran sungai Jetak pada daerah aliran sungai Melawi Kecamatan Dedai
Kabupaten Sintang. Perkebunan dan Lahan Tropika. 12(2).
Ariyani, N., Ariyanti, D. O., dan M. Ramadhan, 2020. Pengaturan ideal tentang
pengelolaan daerah aliran sungai di Indonesia (Studi di Sungai Serang
Kabupaten Kulon Progo). Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 27(3), 592-614.
Astuti, A. P., M. F. I. Massinai dan H. Hasanuddin, 2021. Identifikasi morfometri
daerah aliran sungai Molompar dan Totok, Kabupaten Minahasa
Tenggara, Sulawesi Utara, Indonesia. Open Science and Technology. 1(1).
Dharmananta, I. D. P. G. A, 2019. Pengaruh morfometri DAS terhadap debit dan
sedimentasi DAS Yeh Ho. Agroekoteknologi Tropika, 8(1), 32-42.
Farida, Z, 2014. Tinjauan daerah aliran sungai sebagai sistem ekologi dan
manajemen daerah aliran sungai. Jurnal Lentera, 6(1).
Finawan, A., dan A Mardiyanto, 2021. Pengukuran debit air berbasis
mikrokontroler AT89S51. Jurnal litek, 8(1), 28-31.
Fuady, Z., 2013. Tinjauan daerah aliran sungai sebagai sistem ekologi dan
manajemen daerah aliran sungai. Jurnal Lentera, 6(1).
Hambali, R., 2018. Analisis Hubungan Bentuk Das Dengan Debit Banjir Studi
Kasus: Das Kali Pesanggrahan, Das Kali Krukut, Dan Das Kali
Cipinang. Faktor Exacta, 10(4), 389-400.
Kusumadewi, D. A., 2013 Arahan Spasial Teknologi Drainase Untuk Mereduksi
Genangan Di Sub DAS Watu Bagian Hilir. Jurnal Teknik Pengairan, 3(2),
258-276.
Luis, R. R. A., M. O. Dharmawan dan P. Priyono, 2021. Penyusunan peta desa
dalam kegiatan pengabdian masyarakat hibah peta di Kelurahan Jebres,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Abdi Geomedisains. 1(8).
Mardiatno, D., dan A. Marfai, 2021. Analisis bencana untuk pengelolaan daerah
aliran sungai (das): studi kasus kawasan hulu das Comal. Ugm Press.
Mubarokah, N., 2020. Analisis daya dukung lahan pertanian tanaman pangan
daerah aliran Sungai Cibaliung, Provinsi Banten. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, 25(1), 73-80.
Muin, N., dan E. Hapsari, 2014. Hutan desa kabupaten Bantaeng dan manfaatnya
bagi masyarakat. Buletin Eboni, 11(1), 27-36.
Murtiono, T, 2013. Relationship beetwen morphometry, geographic location and
water quality parameters of Eu-ropean Lakes. Hydrobiologia, (633) : 33-
43.
Nadia, F., Fauzi, M., dan A. Sandhyavitri, 2016. Ekstraksi Morfometri Daerah
Aliran Sungai (Das) Di Wilayah Kota Pekanbaruuntuk Analisis Hidrograf
Satuan Sintetik. In Proceedings ACES (Annual Civil Engineering
Seminar) (Vol. 1, pp. 201-206).
Ningkeula, E. S, 2016. Analisis karakteristik morfometri dan hidrologi sebagai
ciri karakteristik biogeofisik DAS Wai Samal Kecamatan Seram Utara
Timur Kobi Kabupaten Maluku Tengah. Agrikan. Jurnal Agribisnis
Perikanan. 9(2).
Noges, T, 2019. Relationship beetwen morphometry, geographic location and
water quality parameters of Eu-ropean Lakes. Hydrobiologia, (633) : 33-
43.
Nugraha, I, 2017. Estimasi debit puncak sub das sail menggunakan integrasi data
penginderaan jauh dan Sistm Informasi Geografi (SIG).Jurnal Saintis.
17(1).
Pamuji, K. E., 2022. Analisis Morfometri Daerah Aliran Sungai (Das) Muari Di
Kabupaten Manokwari Selatan. Jurnal Natural, 16(1), 38-48.
Pamuji, K. E., O. A. Lestari dan R. R. Mirino, 2020. Analisis morfometri daerah
aliran sungaiMuari di Kabupaten Manokwari Selatan. Jurnal Natural.
16(1).
Pattiselanno, S. R. R., 2017. Mitigasi karakter muka air banjir dari morfometri
DAS Wai Loning–Negeri Laha, berbasis Geographic Information System
(GIS). Jurnal Simetrik, 7(2).
Pingale, S.M., H. Chandra, H.C. Sharma, dan S.S. Mishra, , 2013. Morphometric
Analysis of Maun Watershed in Tehri Garhwal District of Uttarakhand
Using GIS. International Journal of Geomatics dan Geosciences, 3: 373-
387.
Purnama, S.,S Suyono., dan B.Sulaswono, 2016. Sistem Akuifer dan Potensi
Airtanah Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak. In Forum Geografi 21(2),
pp. 111-122).
Rahayu, S., R.H. Widodo, N.M. Van, Suryadi, dan I. Verbist, B, 2019. Monitoring
Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor, Word Agroforestry Centre – ICRAF
Asia Tenggara : ISBN : 979-3198-45-3.
Rahayu, W. E., A.Y.N. Suryoputro dan G. Ifdi, 2017. Pengaruh karakteristik sub-
das ganggang terhadap banjir di Desa Ngulanan Kecamatan Dander
Kabupaten Bojonegoro. Bangunan. 22(2).
Rahayu, W. E., A.Y.N. Suryoputro dan G. Ifdi, 2019. Pengaruh karakteristik sub-
das ganggang terhadap banjir di Desa Ngulanan Kecamatan Dander
Kabupaten Bojonegoro. Bangunan. 25(6).
Saidah, H., N. K. Nur., P. R. Rangan., M. I. Mukrim., T. Tamrin., M. Tumpu dan
F. D. Sindagamanik, 2021. Drainase perkotaan. Yayasan Kita Menulis.
Asia Tenggara : ISBN : 979-3198-45-3.
Setiawan,B, 2019. Pengaruh kondisi geologi terhadap perubahan morfometri
sungai Musi daerah Empat Lawang. Applicable Innovation of Engineering
and Science Research (AVOER). 2(2).
Sobatnu, F.,F.A. Irawan dan A. Salim, 2017. Identifikasi dan pemetaan
morfometri daerah aliran sungai Martapura menggunakan teknologi GIS.
Jurnal Gradasi Sipil. 1(2).
Sundari, Y. S, 2022. Kondisi biofisik sungai berpengaruh terhadap terjadinya
banjir pada alur sungai karang mumus di Kota Samarinda. Jurnal
Keilmuan Teknik Sipil. 5(1).
Tjasyono,B. K., I. Juaeni, dan W. B. Harijono, 2017. Proses Meteorologis
Bencana Ban jir. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 8(2), 64–78.
Triany, N., S.D. Nuryana., R. Adhitama., A. Guntoro, M.H. Yudisatrio dan R.H.
Daned, 2021. Karakteristik DAS Cisadane berdasarkan parameter
morfometri di Daerah RumpinCiseeng, Kabupaten Bogor Barat. Jurnal
Ilmiah Teknik Perminyakan. 10(3).
Utama, A.,G., A. P. Wijaya dan A. Sukmono, 2016. Kajian kerapatan sungai dan
indeks penutupan lahan sungai menggunakan penginderaan jauh. Jurnal
Geodesi Undip. 5(1).
Vienastra, S., 2018. Geomorfologi dan Morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS)
Tinalah di Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Teknologi Technoscientia, 21-28.
Yogafanny, E, 2015. Pengaruh aktifitas warga di sempadan sungai terhadap
kualitas air sungai Winongo. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan.
7(1).