Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM II

PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

MORFOMETRI DAS LEMBO DS

Oleh :

RIAN HIDAYAT
M1A1 21 080
KELOMPOK 20 B
KEHUTANAN B

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN DAN ILMU LINGKUNGAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2023
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

sumberdaya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam

lingkungan, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Dari definisi

hutan yang disebutkan, terdapat unsur-unsur yang meliputi, Suatu kesatuan

ekosistem berupa hamparan lahan, sumberdaya alam hayati beserta alam

lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya,serta

mampu memberi manfaat secara lestari. Keempat ciri pokok dimiliki suatu

wilayah yang dinamakan hutan, merupakanrangkaian kesatuan komponen yang

utuh dan saling ketergantungan terhadapfungsi ekosistem di bumi. Eksistensi

hutan sebagai sub ekosistem global menenpatikan posisi penting sebagai paru-

paru dunia (Rahma, 2014).

Pengelolaan hutan oleh negara yang diserahkan haknya kepada pihak

swasta, dinilai gagal oleh banyak pihak. Untuk itu, perlu dikembangkan

pengelolaan hutan berbasis masyarakat, salah satunya adalah hutan desa.

Kehadiran program hutan desa di memberi keamanan dan kenyamanan bagi

masyarakat dalam berusah atani. Selain itu, keberadaan hutan desa juga

memberikan beberapa manfaat, antara lain, sebagai penyerap karbon, menjaga

keanekaragaman hayati, mencegah erosi dan menjaga tata air serta menghasilkan

berbagai jenis hasil hutan bukan kayu yang dapat membantu perekonomian
masyarakat sekitarnya, serta melindungi tata aliran sungai yang ada sehingga

tekanan terhadap kawasan hutan berkurang (Hapsari, 2014).

Daerah aliran sungai (DAS) adalah keseluruhan daerah kuasa (regime)

sungai yang menjadi alur pengatus (drainage) utama. Pengertian DAS sepadan

dengan istilah dalam bahasa inggris drainage basin, drainage area, atau

riverbasin. Sehingga batas DAS merupakang aris bayangan sepanjang punggung

egunungan atau tebing/bukit yang memisahkan sistim aliran yang satu dari yang

lainnya. Dari pengertian ini suatu DAS terdiri atas dua bagian utama daerah tadah

(catchment area) yang membentuk daerah hulu dan daerah penyaluran air yang

beradadi bawah daerah tadah. Dalam pengelolaannya, DAS hendaknya dipandang

sebagai suatu kesatuan sumberdaya darat. Sehingga pengelolaan DAS yang bijak

hendaklah didasarkan pada hubungan antara kebutuhan manusia dan ketersediaan

sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan manusia tersebut (Fuady, 2013).

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai erat kaitannya dengan peraturan di

bidang pemerintahan daerah, sumber daya air, perencanaan tata ruang, dan

konservasi tanah dan air. Semua bentuk peraturan yang berkaitan dengan

pengelolaan daerah aliran sungai (DAS) harus diatur secara ketat sebagai dasar

hukum untuk pengelolaan daerah aliran sungai di Indonesia. Landasan esensialnya

adalah untuk mengetahui, memahami, dan menganalisis kendala yuridis yang

dihadapi dalam pengelolaan daerah aliran sungai diIndonesia dan menganalisis

model regulasi yuridis pengelolaan DAS yang ideal di Indonesia. Oleh karena itu

perlu dirumuskan bentuk pengaturan ideal pengelolaan DAS antara lain dengan

mengambil langkah-langkah yang cepat dan efektif melalui kebijakan-kebijakan


daerah Kabupaten/Kota dengan tetap melakukan upaya sinkronisasi melalui

kebijakan berupa mandat dan tugas pembantuan sub-urusan pengelolaan Daerah

Aliran Sungai (Ariyani, 2020).

Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari

daerah tangkapannya,sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan

berkaitan dengan aktivitas manusia yangada di dalamnya. Saat ini masalah utama

yang dihadapi adalah air yang ada dipermukaan sering tercemar sehingga

mengurangi kualitas air. Penurunan kualitas air akan menurunkan daya guna, hasil

guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung dari sumber daya air yang

pada akhirnya menurunkan kekayaansumber daya alam. Untuk mendapat air

sesuai standar tertentu saat ini menjadi barang yang mahal,karena air sudah

banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari kegiatan manusia sehingga

secara kualitas sumber daya air telah mengalami penurunan (Tarigan, 2020).

Daerah Aliran Sungai terdiri atas unsur abiotik (tanah, air, udara),biotik

(vegetasi, binatang dan organisme hidup lainnya) dan kegiatan manusia yang

saling berinteraksi dan saling ketergantungan satu sama lain, sehingga merupakan

satu kesatuan ekosistem, hal ini berarti bahwa pengelolaan hutan, tanah, air,

masyarakat dan lain-lain harus memperhatikan peranan dari komponen-komponen

ekosistem tersebut. Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air)

yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit aliran

tersebut dipengaruhi dengan adanya siklus hidrologi, salah satunya yaitu hujan.

Pada musim kemarau besar debit air aliran air menyusut drastis sedangkan pada

musim hujan debit aliran akan semakin deras dan dipengaruhi pula oleh tingkat
intensitas hujan yang terjadi. Pada intensitas yang rendah debit aliran kecil dan

pada intensitas hujan tinggi debit aliran akan semakin besar Besar kecilnya debit

aliran mempengaruhi sedimentasi yang terjadi pada hulu sungai. Debit aliran

sungai dapat diukur, salah satunya menggunakan alat current meter dengan

metodevelocity method (Mardianto, 2021).

Jumlah debit dan durasi banjirdapat dipelajari berdasarkan geometri DAS.

DAS yang berbentuk seperti bulu burung atau memanjang mempunyai

karakteristik debit banjir kecil dan waktu banjir relatif lama. DAS yangberbentuk

menyebar mempunyai karakteristik debit banjir besar, dengan konsentrasi di titik-

titikpertemuan anak sungai. DAS yang berbentuk percabangan mempunyai

karakteristik debit banjirbesar, dengan konsentrasi di titik pertemuan sungai di

bagian hilir. hubungan bentuk DAS dengan debit banjir yangdihasilkan

berdasarkan perhitungan ilmiah yang akan dibandingkan berdasarkan teori yang

telahada. Pengukuran ini dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan

pencegahan banjir (Hambali, 2018).

Pengukuran debit air dapat dilakukan dengan mengukur kecepatan aliran

air pada suatu wadah dengan luas penampang area tertentu. Terdapat beberapa

metode yang dapat digunakan untuk pengukuran kecepatan aliran air pada sungai

atau alur antara lain: Area-velocity method, Tracermethod, Slope area method,

Weir dan flume,Volumetric method Area. Kecepatan aliran dapat diukur dengan

metode current-meter dan metode apung. Kemudian distribusi kecepatan aliran di

dalam alur tidak sama pada arah horisontal maupun arah vertikal. Saat ini di

pasaran banyak tersedia alat pengukuran debit air, tetapi kebanyakan disediakan
untuk mengukur debit air dalam penampang pipa. Karena kecepatan aliran

merupakan parameter yangdapat mewakili besaran debit air, yaitu mengalikannya

dengan faktor luas penampang area ukur. Pada penelitian ini pengukuran kecepat

analiran diukur dengan metode penggunaan baling-baling. Putaran baling-baling

akan menghasilkan pulsa pada rotary encoder, kemudian pulsa ini dikonversi

menjadi kecepatan aliran., untuk menghasilkan sebuah alat ukur kecepatan aliran

air dengan tampilan LCD dalam satuan m/det (Finawan, 2021).

Hidrograf Satuan dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk

menghitung debit banjirrancangan yang diturunkan dari data hujan dan

pengukuran debit dari suatu Daerah AliranSungai (DAS). Hidrograf Satuan hanya

berlaku untuk DAS yang bersangkutan dan hanya pada titik dimana pengukuran

debit dilakukan. Keterbatasan data dan keterbatasan berlakunya Hidrograf Satuan

memunculkan gagasan untuk mengembangkan Hidrograf Satuan Sintetik (HSS).

Model parameter Hidrograf Satuan Sintetik (HSS) seperti debit puncak (Qp),

waktu puncak (Tp) dan waktu dasar (Tb) dengan karakteristik fisik faktor bentuk

DAS, sebagai variabel tunggal dalam pemodelan (Hambali, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah

1. Menentukan luas dan keliling DAS Soropia?

2. Menentukan panjang sungai utama Soropia?

3. Menentukan bentuk DAS Soropia?

4. Menentukan kerapatan drainase DAS Soropia?


1.3 Tujuan Dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah

1. Mengetahui luas dan keliling DAS Soropia

2. Mengetahui panjang sungai utama Soropia

3. Mengetahui bentuk DAS Soropia

4. Mengetahui kerapatan drainase DAS Soropia.


II TINJAUN PUSTAKA

2.1 Morfometri Daerah Aliran Sungai

Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat dipandang sebagai suatu sistem, maka

setiap ada masukkan berupa curah hujan ke dalam ekosistem tersebut akan

menghasilkan keluaran (output) berupa debit, muatan sediment dan material

lainnya yang terbawa oleh aliran sungai. Di dalam suatu DAS terdapat sumber

daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang saling berinteraksi

sehingga membentuk karakteristik yang berbeda antara satu DAS dengan DAS

lainnya. Debit air di Daerah Aliran Sungai (DAS) berasal dari jumlah curah hujan

yang jatuh di atasnya yang selanjutnya mengalami evapotranspirasi, infiltrasi,

perkolasi, aliran permukaan, kandungan air tanah, dan aliran sungai. Curah hujan

sebagai input akan berinteraksi dengan kondisi fisik dan morfometri DAS

sehinggaakan menghasilkan keluaran debit yang berbeda-beda. Aliran sungai

mengangkut berbagai muatan sedimen dan material lainnya. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi besarnya aliran (debit) yaitu karakteristik topogafi DAS,

bentuk dan ukuran DAS, kemiringan lereng, karakteristik tata guna lahan dan

karakteristik geologi. Data curah hujan, yaitu besarnya curah hujan yang terja di

berdasarkan besarnya debit sungai tahunan . Berdasarkan permasalahan di atas

maka penulis meneliti pengaruh kondisi fisik dan morfometriDAS terhadap debit

dan suspended load DAS (Suryato, 2019).

Morfometri pada DAS merupakan ukuran kuantitatif karakteristik DAS

yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah. Karakteristik ini terkait
dengan proses air hujan yang jatuh di dalam DAS. Morfometri DAS juga

digunakan untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara

kuantitatif .Keadaan yang dimaksud antara lain meliputi luas DAS, rasio lingkaran

(circularity ratio), rasio bifurkasi (bifurcation ratio), rasio panjang sungai (stream

length ratio), rasiorelief (relief ratio), kerapatan drainase (drainage density),

frekuensi sungai (stream frequency), tekstur drainase (drainage texture), faktor

bentuk (form factor) dan rasio elongasi (elongation ratio) (Pamuji, 2020).

Morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah istilah yang digunakan

untuk menyatakan keadaan jaringan alur sungai secara kuantitatif. Morfologi DAS

meliputi, 1) Luas DAS, meliputi area di dalam garis batas antara punggung

permukaan bumi yang dapat memisahkan dan membagi air hujan ke masin

gmasing DAS. 2) Panjang dan lebar DAS. Panjang DAS adalah sama dengan

jarak datar dari muara sungai ke arah hulu sepanjang sungai induk, sedangkan

lebar DAS adalah pebandingan antara luas DAS dengan panjang sungai induk.

Lebar DAS tidak ditentukan dengan pengukuran langsung, 3) Kemiringan atau

gradien sungai, merupakan perbandingan beda tinggi antara hulu dengan hilir dan

panjang sungai induk. Kemiringan alur sungai rnerupakan parameter dimensional

yang menggambarkan besarnya penurunan rerata tiap satuan jarak horizontal

tertentu pada saluran sungai utama. 4) Orde dan tingkat percabangan sungai,

adalah posisi percabangan alur sungai didalam urutannya terhadap induk sungai

pada suatu DAS. Orde sungai dapat ditetapkan dengan metode Horton, Strahler,

Shreve, dan Scheidegger, 5) Jumlah alur sungai suatu orde dapat ditentukan dari
angka indeks percabangan sungai yang dimana untuk setiap ukuran ordonya

berbeda beda (Sella, 2017).

Penentuan karakteristik suatu DAS dapat dilakukan dengan cepat, dan

otomatis. Dengan ketersediaan Digital Elevation Model (DEM) dan Sistem

Informasi Geografis (SIG) maka batas DAS dan data morfometri DAS dapat

dengan cepat, otomatis dan terintegrasi dengan data DAS lainnya. Data DEM

memiliki kegunaan untuk menentukan jaringan drainase dan batas DAS, sehingga

dari data DEM di dapatkan pemetaan jaringan sungai dengan menggunakan

teknologi SIG. Pemetaan jaringan sungai pada DAS dapat digunakan untuk

memperoleh informasi mengenai karakteristik morfometri DAS. Kajian

karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS). Digital Elevation Model (DEM)

merupakan salah satu model untuk menggambarkan bentuk topografi permukaan

bumi yang divisualisasikan ke dalam bentuk tampilan 3D (tiga Dimensi). SRTM

(Shuttle RadarTopographic Mission) merupakan misi untuk membuat data

topografi dengan menggunakan sistem radar dari wahana pesawat antariksa. Citra

DEM yang digunakan sudah tersedia untuk seluruh dunia dengan resolusi spasial

90×90 meter, sedangkan untuk resolusi 30×30 meter hanya tersedia di wilayah

Amerika saja (Nadia, 2016).

Pengukuran Morfometri DAS adalah bagian dari morfologi yang

merupakan aspek pengukuran atau aspek kuantitatif dari suatu daerah, misalnya

kemiringan lereng, ketinggian tempat dan derajat kekasaran. Studi morfometri

mencakup pengukuran dan analisis matematik terhadap luas, ketinggian, volume,

kemiringan, profil dan tekstur suatu daerah. Parameter yang akan diukur dan
dianalisis meliputi aspek morfometri linier DAS, aspek morfometriareal DAS,

profil topografi dan kemiringan lereng. Variabel-variabel dalam menentukan

morfometri DAS daerah penelitian adalah, Luas DAS, Jumlah Orde Sungai,

Bifurcation Ratio, Circulatioan Ratio, Panjang Sungai Utama, Kerapatan Alur

Sungai, Panjang dan Lebar DAS, dan Kemiringan Sungai (Vienastra, 2018).

Morfometri DAS berhubungan erat dengan hidrologi, banyak para ahli

menggunakan hidromorfometri DAS untuk menerangkan proses-proses hidrologi.

Kepekaan DAS untuk mengubah hujan menjadi air limpasan (run-off) sangat

ditentukan oleh keadaan DAS yang bersangkutan. Keadaan DAS ini dapat ditinjau

dari berbagai aspek, salah satu aspek adalah keadaan hidro morfometrinya.

Variabel hidro morfometri antara satu DAS dengan DAS yang lainnya

mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Analisis morfometri dapat dimanfaatkan

dalam pengelolaan DAS. Interaksi antara kondisi geomorfologi dengan

karakteristik hidrologi dapat dicerminkan dari kondisi morfometri DAS. Akhir-

akhir ini banyak peneliti menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) sebagai

alat yang sangat bermanfaat untuk melakukan analisis morfologi DAS. Salah satu

aplikasi dari paramater mofometri DAS adalah untuk menduga respon hidrologi

terhadap curah hujan di kawasan tersebut (Viena, 2018).


2.2 Bentuk Das

Bentuk DAS merupakan salah satu karakteristik DAS yang berpengaruh

terhadap aliran ketika terjadi hujan. Besar ukuran DAS dan panjang sungai

terpanjang mempengaruhi bentuk hidrograf aliran dan puncak aliran Bentuk-

bentuk DAS pada umumnya Memanjang bentuk DAS memanjang memiliki

kondisi dimana anak-anak sungai langsung masuk kedalam induk sungai. Bentuk

menyebabkan debit banjirnya relatif kecil karena perjalanan banjir dari anak

sungai berbeda-beda waktunya tetapi banjirnya berlangsung agak lama dan

kondisinal (Tjasyono, 2017).

Pola pengaliran terbentuk dari sekumpulan saluran pengaliran dalam suatu

wilayah, baik berupa sungai permanen ataupun tidak. Perkembangan sistem

pengaliran tersebut dipengaruhi oleh kemiringan lereng, jenisbatuan, ketebalan

batuan, vegetasi, struktur geologi, dan kondisi alam. Terdapat beberapa bentuk

DAS yaitu bentuk DAS bulu burung, radial, paralel, dan kompleks. Pada bentuk

sungai bulu burung, anak sungai langsung menyatu dengan induk sungai. Bentuk

DAS ini terdapat pada aliran sungai dengan topografi curam, tetapi di beberapa

sub DAS, bentuk DAS bulu burung juga terdapat di area landai khususnya pada

sub DAS sempit yang dekat dan paralel dengan sungai induk. Pada bentuk ini

sungai minim resiko banjir (Triany, 2021).

Bentuk DAS pada sungai menunjukkan karakteristik memanjang seperti

bulu burung. Bentuk ini ditandai adanya sungai utama atau sungai induk yang

memanjang, dimana anak-anak sungai langsung bermuara. Bentuk memanjang


seperti bulu burung ini biasanya menyebabkan debit banjirnya relatif kecil karena

perjalanan banjir dari anak sungai berbeda waktunya. Namun sebaliknya, jika

terjadi banjir akan berlangsung dalam waktu yang relatif lama karena penyebaran

konsentrasi debit puncak ke sungai lainnya memerlukan waktu yang lama. Daerah

aliran sungai biasanya dibagi menjadi 3 bagian yaitu daerah hulu, tengah dan hilir.

Daerah hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase

yang lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng lebih besar

(>15%), bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan

oleh pola drainase (Angelia, 2022).

Bentuk Daerah Aliran Sungai, kemiringan lereng, luas genangan banjir,

geologi, jenis tanah dan penutupan lahan adalah karakteristik fisik yang akan

mempengaruhi besarnya peningkatan aliran air permukaan sebagai respon curah

hujan. Perubahan faktor biofisik akan memberikan dampak nyata terhadap volume

peningkatan aliran air permukaan, terjadinya debit banjir maksimum, intensitas

hujan dan waktu. Pengaruh bentuk kipas debit puncak banjir relatif besar dengan

perjalanan banjir dari anak-anak Sungai berbeda-beda waktunya. Jika dilihat dari

peta bentuk Sub DAS Karang mumus bentuk Daerah Aliran Sungai adalah bentuk

perpaduan antara bentuk kipas di bagaian hulu dan bentuk memanjang di bagian

hilir (Sundari, 2022).

Bentuk DAS merupakan salah satu karakteristik DAS yang berpengaruh

terhadap aliran ketika terjadi hujan. Besar ukuran DAS dan panjang sungai

terpanjang mempengaruhi bentuk hidrograf aliran dan puncak aliran. Bentuk DAS
radial terjadi karena anak-anak sungai berpusat pada satu titik sungai utama secara

radial. Kadang-kadang gambaran tersebut berbentuk kipas atau lingkaran.

Akibatnya waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru arah alur

sungai memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan yang

sifatnya merata di seluruh DAS maka akan terjadi banjir besar dalam waktu yang

cepat (Rahayu et al., 2017).

2.3 Kerapatan Drainase

Drainase berasal dari kata drainage yang berarti mengatuskan, mongering

atau membuang air. Drainase merupakan sebuah sistem yang ditujukan untuk

menangani masalah air berlebih yang tidak diperlukan baik yang mengalir di atas

permukaan tanah maupun yang berada di bawah permukaan tanah. Kelebihan air

ini dapat bersumber dari limpasan akibat hujan (excess rainfall) ataupun berasal

dari air buangan limbah dari pemukiman, di lingkungan pemukiman, drainase

berfungsi sebagai sarana sanitasi untuk mencegah menggenangnya air yang

mengganggu kenyamanan dan kesehatan lingkungan, sekaligus sebagai sarana

untuk mencegah banjir. terjadi di wilayah pemukiman sering kali disebabkan oleh

gagalnya saluran drainase membuang kelebihan air tersebut. Di mana curah hujan

yang tinggi tidak diimbangi dengan kapasitas saluran yang memadai atau bahkan

tertutup oleh sampah (Kusumadewi, 2013).

Kerapatan aliran sungai menggambarkan kapasitas penyimpanan air

permukaan dalam cekungan-cekungan seperti danau, rawa dan badan sungai yang

mengalir di suatu DAS. Kerapatan daerah aliran merupakan faktor penting dalam

menentukan kecepatan air larian. Semakin tinggi kerapatan daerah aliran maka
semakin besar pula kecepatan air larian untuk curah hujan yang sama.

Meningkatnya intensitas pembangunan selain mengakibatkan meningkatnya

pemanfaatan lahan, air, dan sumber daya alam lainnya, juga menimbulkan

kerusakan sumber daya alam yang dapat mengakibatkan menurunnya kualitas dan

daya dukung lingkungan hidup (Utama et al., 2016).

Metode rasional adalah curah hujan yang merupakan curah hujan yang

seragam dan dalam interval waktu yang lama. Koefisien aliran diperoleh dengan

memperhatikan nilai dari curah hujan, kemiringan lereng, jenis tanah, penutup

lahan dan kerapatan aliran. Kerapatan aliran diperoleh dari rasio panjang sungai

(km) dengan luas area DAS (km2 ). Hasil rasio ini kemudian diklasifikasikan

menggunakan metode Bransby dan William. Kerapatan aliran mencerminkan

seberapa cepat keringnya atau lama genangan akibat aliran permukaan yang

terjadi. Kerapatan aliran tinggi menghasilkan pengeringan yang cepat dan

kerapatan aliran rendah selalu mengalami penggenangan (Nugraha, 2017).

Kerapatan aliran adalah panjang aliran sungai per kilometer persegi luas

DAS. Semakin besar nilai Dd semakin baik sistem pengaliran (drainase) di daerah

tersebut. Artinya, semakin besar jumlah air larian total (semakin kecil infiltrasi)

dan semakin kecil air tanah yang tersimpan di daerah tersebut. Berdasarkan

kriteria Kementerian Kehutanan (2010), maka kapadatan sungai DAS Wai Samal,

tergolong dalam kelas kerapatan sedang, yang mengindikasikan banyak air yang

dapat tertampung di badan-badan sungai tergolong sedang (Ningkeula, 2016).

Kerapatan aliran adalah jumlah panjang alur sungai (baik yang berair

maupun tidak) per unit area. Tingkat kerapatan aliran berasosiasi dengan
kemiringan lereng, lapisan material permukaan, dan curah hujan. Kerapatan aliran

yang tinggi menunjukkan intensitas erosi yang tinggi pada masa lampau. Semakin

tinggi kerapatan aliran maka cenderung berpotensi semakin tinggi kemungkinan

terjadi longsor. Peta kerapatan aliran diturunkan berdasarkan jaringan drainase

yang diekstrak dari peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:25.000, dan interpretasi

tingkat torehan (degree of dissection) secara visual data SRTM. Semakin tinggi

tingkat torehan semakin tinggi kerapatan aliran. Kerapatan aliran dibagi atas tiga

tingkat yaitu rendah, sedang dan tinggi (Suriadi, 2013).


III METODE PRAKTIKUM

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum pengelolaan daerah aliran sungai dilaksanakan pada hari jumat

tanggal 13 Oktober 2023, Pukul 15.30 WITA-selesai, di gedung Perkuliahan

A.1.1 Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan Universitas Halu Oleo, Kota

Kendari, Sulawesi Tenggara.

3.2 Bahan dan Alat

. Bahan yang digunakan pada pratikum ini adalah buku panduan

praktikum DAS dan data SHP DAS KLHK 2020 dan SHP DEM Sultra yang

digunakan untuk menuntun praktikan untuk mengaplikasikan Arcgis dan

membuat Peta Kerapatan Drainase dan Aliran Sungai. Alat yang digunakan pada

praktikum ini adalah laptop atau komputer yang digunakan untuk

mengaplikasikan Arcgis untuk membuat Peta Kerapatan Drainase dan Aliran

Sungai

3.2 Prosedur Kerja

Prosedur kerja dalam laporan praktikum morfometri DAS adalah sebagai

berikut.

1. Add data DEM sulawesi tenggara, kemudian masukkkan shp batas das.
2. Pilih Extract by mask, input raster dimasukkan dem sulawesi tenggara, input

raster or feature mask data masukkan shp batas das, ouput raster tempat

penyimpanan.

3. Pilih fill, input surface raster masukkan DAS yang telah di extract dan output

filenya tempat penyimpanan

4. Pilih flow direction, input surface raster masukkan fill, output flow direction

raster tempat penyimpanan

5. Pilih flow accumulation, input flow direction raster masukkan flow direction

yang telah dibuat kemudian output accumulation raster yaitu tempat

penyimpanannya.

6. Pilih raster calculator, layer and variables klik kiri 2x flow accumulation

kemudian pilih simbol lebih besar (>) 300, output raster nya yaitu tempat

penyimpanan

7. Pilih stream order, input stream raster yaitu raster calculator, input flow

direction raster masukkan flow direction, output raster yaitu tempat

penyimpanan

8. Pilih stream to feature, input stream raster masukkan stream order, input

flow direction raster masukkan flow direction, output polyline features nya

yaitu tempat penyimpanan

9. Klik kanan stream to features, buka properties, pilih tab symbologi, pilih

quantities, pilih graduated symbols masukkan classes nya sesuai ordo sungai.

10. Ordo yang terbesar itulah yg menjadi sungai utama


11. Menghitung panjang sungai utama, pilih dissolve, input features masukkan

stream to future, dissolve fieldnya ceklis grid code kemudian klik ok

12. Klik open attribute table pada dissolve lalu membuat tabel baru dengan cara

klik add field lalu nama (Luas_ha) kemudian typenya diatur menjadi double

lalu klik ok.

13. Klik kanan di tabel panjang sungai, kemdian pilih calculate geometry, unit

nya ganti menjadi kilometers (km) kemudian klik ok.

14. Buat tabel baru di das masing-masing, tabel pertama membuat tabel luas

(Luas_km2) dengan type nya double kemudian klik ok

15. Membuat tabel yang sama untuk menghitung keliling das kemudian klik

calculate geomtery, untuk property nya ganti permeter dan unitnya menjadi

kilometers (km).

16. Analisi data yang telah ada didalam Microsoft excel.

3.4 Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menentukan bentuk DAS dan

kerapatan Sungai adalah sebagai berikut :

1. Bentuk DAS

4π A
Rc = 2
p

Keterangan :

Rc = nisbah kebulatan

A = luas DAS (Km2)

P = keliling (parimeter) DAS (Km)


4 πA
Rc= 2
p

No Rc (Circularty ratio) Keterangan

1 > 0.5 Bentuk daerah aliran sungai membulat, debit puncak

datanya lama, begitu juga penurunannya.

2 < 0.5 Bentuk daerah aliran sungai memanjang, debit puncak

datangnya cepat, begitu juga penurunannya.

2. Kerapatan Sungai

L
Dd =
A

Keterangan :

Dd = Indeks kerapatan Sungai (drainage density) (Km/Km2).

L = Jumlah Panjang Sungai termasuk anak-anak sungainya (Km)

A = Luas DAS (Km)

L
Dd =
A

Kelas
No. Dd (Km/Km2) Keterangan
Kerapatan
Alur sungai melewati batuan
dengan resistensi keras,
maka angkutan sedimen
yang terangkut aliran sungai
lebih kecil jika dibandingkan
<0,25 Rendah pada alur sungai yang
melewati batuan dengan
resistensi yang lebih lunak,
apabila kondisi lain yang
1.
mempengaruhinya sama.
Alur sungai melewati batuan
0,25-10 Sedang dengan resistensi yang lebih
2. lunak sehingga angkutan
sedimen yang terangkut akan
lebih besar.

Alur sungai melewati batuan


dengan resistensi yang lunak
3. 10-25 Tinggi sehingga angkutan sedimen
yang terangkut aliran akan
lebih besar.

Alur sungai melewati batuan


yang kedap air. Keadaan ini
menunjukan bahwa air hujan
4. 25 Sangat tinggi yang menjadi aliran akan lebih
besar jika dibandingkan suatu
daerah dengan Dd rendah
melewati batuan yang
permeabilitas besar.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 4.1 hasil lay-out morfometri DAS Soropia

Tabel 1 Luas dan Keliling DAS Soropia


Nama DAS Luas (Km) Keliling (Km)
DAS Soropia 5,93 14,85

Tabel 2 Panjang Sungai Utama DAS Soropia


Panjang Sungai Utama (Km) Panjang Total Sungai (Km)
2,02 12,7

Tabel 3 Bentuk DAS Soropia


Rc Bentuk DAS
5,01 Membulat

Tabel 4 Kerapatan Drainase


Dd Kelas Kerapatan
2,14 Km/Km2 Sedang
4.2 Pembahasan

Morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan ukuran kuantitatif

karakteristik DAS yang terkait dengan aspek geomorfologi suatu daerah.

Karakteristik ini terkait dengan proses (drainase) air hujan yang jatuh didalam

DAS. Parameter tersebut adalah luas DAS, bentuk DAS, jaringan sungai,

kerapatan aliran, pola aliran, dan gradien kecuraman sungai (Sobatnu et al., 2017).

Morfometri DAS pada dasarnya merupakan karakteristik fisik dari DAS

yang berkaitan dengan kondisi geologi dan geomorfologi. Karakteristik ini

berhubungan dengan proses meresapnya air hujan yang jatuh ke dalam tanah.

Parameter tersebut diantaranya luas, bentuk DAS, jaringan sungai, kerapatan

aliran, pola aliran dan gradien sungai (Farida dan Irnawati, 2020).

Analisis karakteristik morfometri DAS perlu dilakukan dikarenakan

melalui analisis ini akan diperoleh informasi mengenai karakteristik lereng,

topografi, potensi air permukaan, serta hal-hal yang dapat digunakan dalam

pengembangan kawasan DAS, yang meliputi lahan permukiman, pertanian,

perkebunan, industri, pendidikan, dan lainnya (Fitri et al., 2022).

Kerapatan sungai adalah suatu angka indeks yang menunjukkan

banyaknya anak sungai di dalam suatu DAS. Kerapatan aliran sungai

menggambarkan kapasitas penyimpanan air permukaan dalam cekungan-

cekungan seperti danau, rawa dan badan sungai yang mengalir di suatu DAS.

Kerapatan daerah aliran merupakan faktor penting dalam menentukan kecepatan

air larian. Semakin tinggi kerapatan daerah aliran maka semakin besar pula

kecepatan air larian untuk curah hujan yang sama (Utama et al., 2016).
Kerapatan Sungai

L
Dd =
A

12 ,7
= 5 ,94

= 2,14 km/km2

Jadi, kerapatan Sungai berdasarkan kelas kerapatan yaitu Sedang

Keterangan :

Dd = Indeks kerapatan Sungai (drainage density) (Km/Km2).

L = Jumlah Panjang Sungai termasuk anak-anak sungainya (Km)

A = Luas DAS (Km)

L
Dd =
A

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa indeks kerapatan DAS

Soropia sebesar 2,14 Km/Km2 yang menunjukkan kelas kerapatan sedang.

(Sidiq et al., 2022) mengemukakan bahwa Indeks kerapatan sungai bernilai

sedang berarti kondisi sungai cenderung agak baik dan jarang mengalami

genangan. Indeks kerapatan sungai sedang juga menunjukan bahwa alur sungai

akan membawa angkutan sedimen yang lebih kecil. Sedangkan (Budiarti et al.,

2017) mengemukakan semakin rendah nilai kerapatan drainase maka sistem

pengaliran (drainase) semakin buruk sehingga kemungkinan terjadinya banjir

semakin besar. Diungkapkan bahwa semakin besar nilai kerapatan aliran maka

semakin baik sistem pengaliran (drainase).


Panjang sungai utama pada DAS Pongkowulu yaitu sebesar 2,02 Km2.

Panjang sungai utama (L) yaitu panjang sungai diukur dari mulai outlet yaitu

dimulai dari (hilir sungai) sampai pada inlet (hulu sungai). Panjang orde sungai

(Lu) dihitung berdasarkan penjumlahan dari masing-masing orde sungai. Panjang

sungai terkait dengan bentuk DAS. Bentuk DAS yang memanjang memiliki

sungai utama yang lebih panjang dari pada bentuk DAS yang membulat

(Vienastra, 2018).

Bentuk DAS dapat dihitung dengan pendekatan rasio memanjang

(circularity ratio) menggunakan rumus sebagai berikut:

 Rasio Membulat
4 πA
Rc= 2
p
4 ×3 , 14 × 5 ,93
Rc= 2
14 , 85
Rc=5 , 01

Keterangan:

Rc = rasio memanjang

A = luas DAS (km2)

P = keliling (perimeter DAS) (km)

π = konstanta sebesar 3,14 (22/7).

Tabel 2. Klasifikasi Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS)


> 0,5 Bentuk daerah aliran sungai membulat, debit puncak datanya lama,
begitu juga penurunannya
< 0,5 Bentuk daerah aliran sungai memanjang, datangnya cepat, begitu juga
penurunannya. Debit puncak yang datangnya dengan cepat, begitu
juga penurunannya.
Dari analisis data tersebut maka nilai Rc yaitu 0,492 menunjukkan bentuk

DAS memanjang (Ningkeula, 2018).

Bentuk DAS mempunyai pengaruh pada pola aliran dalam sungai.

Pengaruh bentuk DAS terhadap aliran permukaan dapat ditunjukkan dengan

memperhatikan hidrograf-hidrograf yang terjadi pada dua buah DAS yang

bentuknya berbeda namun mempunyai luas yang sama dan menerima hujan

dengan intensitas yang sama (Soplantila et al., 2013). Bentuk Daerah Aliran

Sungai (DAS) Soropia yaitu berbentuk memanjang. Bentuk DAS sangat

berpengaruh terhadap kecepatan aliran sungai. Bentuk DAS mempengaruhi

konsentrasi air hujan yang mengalir menuju outlet. Bentuk DAS digolongkan

menjadi dua bentuk yaitu bentuk DAS memanjang dan membulat, dengan

menghitung/menggunakan nilai elongation ratio (Re) dan circularity ratio (Rc)

(Maimunnah et al., 2020).

Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan salah satu parameter

karakteristik daerah aliran sungai, makin besar DAS makin lama pula limpasan

mencapai outlet, sehingga lebar DAS akan semakin besar karena hujan yang

ditangkap juga semakin banyak. Luas DAS menentukan besarnya daya tampung

terhadap masukan hujan (Simanullang, 2022). Luas peta aliran Daerah Aliran

sungai (DAS) Soropia yakni sebesar 5,93 km2 dan memiliki keliling sebesar 14,85

km. Luas daerah aliran sungai merupakan luasan bidang datar dengan batasan

DAS atau luasan bidang proyeksi mendatar dari DAS sedangkan keliling DAS

merupakan panjang dari garis batasan sungai (Sadad dan Ridho, 2021).
V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Luas DAS Soropia yaitu sebesar 5,93 Km2, panjang sungai utama 2.01 Km

dengan keliling 14,85 Km.

2. Panjang sungai utama pada DAS Lembo DS yaitu sebesar 12,7 Km. Panjang

sungai utama (L) yaitu panjang sungai diukur dari mulai outlet yaitu dimulai

dari (hilir sungai) sampai pada inlet (hulu sungai). Panjang orde sungai (Lu)

dihitung berdasarkan penjumlahan dari masing-masing orde sungai. Panjang

sungai terkait dengan bentuk DAS.

3. Bentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Soropia yaitu berbentuk membulat atau

radial, umumnya dibentuk oleh dua buah alur sungai atau lebih nya menyatu

dibagian hilirnya.

4. Kerapatan drainase pada DAS Pasarwajo adalah 2,14 km/ km² , termasuk

dalam kerapatan sedang.

5.2 Saran

Saran pada praktikum kali ini adalah sebaiknya pada saat praktikum

kakak-kakak asisten mendampingi praktikannya agar tidak kebingungan membuat

peta.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, S., Wayan, I., dan I. N. Rai, 2017. Studi analisis kualitas air di daerah
aliran Sungai Pakerisan Provinsi Bali. Ecotrophic, 11(2), 378159.
Agustina, A., dan B. Bertarina, 2022. Analisis karakteristik aliran sungai pada
sungai Cimadur, Provinsi Banten dengan menggunakan hec-ras. Journal of
Infrastructural in Civil Engineering. 3(01).
Angella, B., R. Riduansyah dan B. Widiarso, 2022. Studi karakteristik sub daerah
aliran sungai Jetak pada daerah aliran sungai Melawi Kecamatan Dedai
Kabupaten Sintang. Perkebunan dan Lahan Tropika. 12(2).
Ariyani, N., Ariyanti, D. O., dan M. Ramadhan, 2020. Pengaturan ideal tentang
pengelolaan daerah aliran sungai di Indonesia (Studi di Sungai Serang
Kabupaten Kulon Progo). Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 27(3), 592-614.
Astuti, A. P., M. F. I. Massinai dan H. Hasanuddin, 2021. Identifikasi morfometri
daerah aliran sungai Molompar dan Totok, Kabupaten Minahasa
Tenggara, Sulawesi Utara, Indonesia. Open Science and Technology. 1(1).
Dharmananta, I. D. P. G. A, 2019. Pengaruh morfometri DAS terhadap debit dan
sedimentasi DAS Yeh Ho. Agroekoteknologi Tropika, 8(1), 32-42.
Farida, Z, 2014. Tinjauan daerah aliran sungai sebagai sistem ekologi dan
manajemen daerah aliran sungai. Jurnal Lentera, 6(1).
Finawan, A., dan A Mardiyanto, 2021. Pengukuran debit air berbasis
mikrokontroler AT89S51. Jurnal litek, 8(1), 28-31.
Fuady, Z., 2013. Tinjauan daerah aliran sungai sebagai sistem ekologi dan
manajemen daerah aliran sungai. Jurnal Lentera, 6(1).
Hambali, R., 2018. Analisis Hubungan Bentuk Das Dengan Debit Banjir Studi
Kasus: Das Kali Pesanggrahan, Das Kali Krukut, Dan Das Kali
Cipinang. Faktor Exacta, 10(4), 389-400.
Kusumadewi, D. A., 2013 Arahan Spasial Teknologi Drainase Untuk Mereduksi
Genangan Di Sub DAS Watu Bagian Hilir. Jurnal Teknik Pengairan, 3(2),
258-276.
Luis, R. R. A., M. O. Dharmawan dan P. Priyono, 2021. Penyusunan peta desa
dalam kegiatan pengabdian masyarakat hibah peta di Kelurahan Jebres,
Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Abdi Geomedisains. 1(8).
Mardiatno, D., dan A. Marfai, 2021. Analisis bencana untuk pengelolaan daerah
aliran sungai (das): studi kasus kawasan hulu das Comal. Ugm Press.
Mubarokah, N., 2020. Analisis daya dukung lahan pertanian tanaman pangan
daerah aliran Sungai Cibaliung, Provinsi Banten. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia, 25(1), 73-80.
Muin, N., dan E. Hapsari, 2014. Hutan desa kabupaten Bantaeng dan manfaatnya
bagi masyarakat. Buletin Eboni, 11(1), 27-36.
Murtiono, T, 2013. Relationship beetwen morphometry, geographic location and
water quality parameters of Eu-ropean Lakes. Hydrobiologia, (633) : 33-
43.
Nadia, F., Fauzi, M., dan A. Sandhyavitri, 2016. Ekstraksi Morfometri Daerah
Aliran Sungai (Das) Di Wilayah Kota Pekanbaruuntuk Analisis Hidrograf
Satuan Sintetik. In Proceedings ACES (Annual Civil Engineering
Seminar) (Vol. 1, pp. 201-206).
Ningkeula, E. S, 2016. Analisis karakteristik morfometri dan hidrologi sebagai
ciri karakteristik biogeofisik DAS Wai Samal Kecamatan Seram Utara
Timur Kobi Kabupaten Maluku Tengah. Agrikan. Jurnal Agribisnis
Perikanan. 9(2).
Noges, T, 2019. Relationship beetwen morphometry, geographic location and
water quality parameters of Eu-ropean Lakes. Hydrobiologia, (633) : 33-
43.
Nugraha, I, 2017. Estimasi debit puncak sub das sail menggunakan integrasi data
penginderaan jauh dan Sistm Informasi Geografi (SIG).Jurnal Saintis.
17(1).
Pamuji, K. E., 2022. Analisis Morfometri Daerah Aliran Sungai (Das) Muari Di
Kabupaten Manokwari Selatan. Jurnal Natural, 16(1), 38-48.
Pamuji, K. E., O. A. Lestari dan R. R. Mirino, 2020. Analisis morfometri daerah
aliran sungaiMuari di Kabupaten Manokwari Selatan. Jurnal Natural.
16(1).
Pattiselanno, S. R. R., 2017. Mitigasi karakter muka air banjir dari morfometri
DAS Wai Loning–Negeri Laha, berbasis Geographic Information System
(GIS). Jurnal Simetrik, 7(2).
Pingale, S.M., H. Chandra, H.C. Sharma, dan S.S. Mishra, , 2013. Morphometric
Analysis of Maun Watershed in Tehri Garhwal District of Uttarakhand
Using GIS. International Journal of Geomatics dan Geosciences, 3: 373-
387.
Purnama, S.,S Suyono., dan B.Sulaswono, 2016. Sistem Akuifer dan Potensi
Airtanah Daerah Aliran Sungai (DAS) Opak. In Forum Geografi 21(2),
pp. 111-122).
Rahayu, S., R.H. Widodo, N.M. Van, Suryadi, dan I. Verbist, B, 2019. Monitoring
Air di Daerah Aliran Sungai. Bogor, Word Agroforestry Centre – ICRAF
Asia Tenggara : ISBN : 979-3198-45-3.
Rahayu, W. E., A.Y.N. Suryoputro dan G. Ifdi, 2017. Pengaruh karakteristik sub-
das ganggang terhadap banjir di Desa Ngulanan Kecamatan Dander
Kabupaten Bojonegoro. Bangunan. 22(2).
Rahayu, W. E., A.Y.N. Suryoputro dan G. Ifdi, 2019. Pengaruh karakteristik sub-
das ganggang terhadap banjir di Desa Ngulanan Kecamatan Dander
Kabupaten Bojonegoro. Bangunan. 25(6).
Saidah, H., N. K. Nur., P. R. Rangan., M. I. Mukrim., T. Tamrin., M. Tumpu dan
F. D. Sindagamanik, 2021. Drainase perkotaan. Yayasan Kita Menulis.
Asia Tenggara : ISBN : 979-3198-45-3.
Setiawan,B, 2019. Pengaruh kondisi geologi terhadap perubahan morfometri
sungai Musi daerah Empat Lawang. Applicable Innovation of Engineering
and Science Research (AVOER). 2(2).
Sobatnu, F.,F.A. Irawan dan A. Salim, 2017. Identifikasi dan pemetaan
morfometri daerah aliran sungai Martapura menggunakan teknologi GIS.
Jurnal Gradasi Sipil. 1(2).
Sundari, Y. S, 2022. Kondisi biofisik sungai berpengaruh terhadap terjadinya
banjir pada alur sungai karang mumus di Kota Samarinda. Jurnal
Keilmuan Teknik Sipil. 5(1).
Tjasyono,B. K., I. Juaeni, dan W. B. Harijono, 2017. Proses Meteorologis
Bencana Ban jir. Jurnal Meteorologi Dan Geofisika, 8(2), 64–78.
Triany, N., S.D. Nuryana., R. Adhitama., A. Guntoro, M.H. Yudisatrio dan R.H.
Daned, 2021. Karakteristik DAS Cisadane berdasarkan parameter
morfometri di Daerah RumpinCiseeng, Kabupaten Bogor Barat. Jurnal
Ilmiah Teknik Perminyakan. 10(3).
Utama, A.,G., A. P. Wijaya dan A. Sukmono, 2016. Kajian kerapatan sungai dan
indeks penutupan lahan sungai menggunakan penginderaan jauh. Jurnal
Geodesi Undip. 5(1).
Vienastra, S., 2018. Geomorfologi dan Morfometri Daerah Aliran Sungai (DAS)
Tinalah di Kabupaten Kulonprogo Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal
Teknologi Technoscientia, 21-28.
Yogafanny, E, 2015. Pengaruh aktifitas warga di sempadan sungai terhadap
kualitas air sungai Winongo. Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan.
7(1).

Anda mungkin juga menyukai