Anda di halaman 1dari 8

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS)

Pengertian DAS 

Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas
di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan (PP No. 37 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Daerah
Aliran Sungai).

DAS merupakan ekosistem yang merupakan tempat unsur organism dan lingkungan biofisik
serta unsur kimia berinteraksi secara dinamis dan di dalamnya terdapat keseimbangan inflow
dan outflow dari material dan energi. Ekosistem DAS terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
manusia, hewan, vegetasi, tanah, iklim, dan air. Masing-masing komponen tersebut memiliki
sifat yang khas dan keberadaannya tidak berdiri sendiri, namun berhubungan dengan
komponen lainnya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem).

Apabila fungsi dari suatu DAS terganggu, maka sistem hidrologi akan terganggu,
penangkapan curah hujan, resapan dan penyimpanan airnya sangat berkurang, atau memiliki
aliran permukaan (run off) yang tinggi. Vegetasi penutup dan tipe penggunaan lahan akan
kuat mempengaruhi aliran sungai, sehingga adanya perubahan penggunaan lahan akan
berdampak pada aliran sungai.

Berikut definisi dan pengertian DAS dari beberapa sumber buku:


 Menurut Dharmawan, dkk (2005), DAS adalah bentang lahan yang dibatasi oleh
topografi pemisah aliran (topographic divide), yaitu punggung bukit atau gunung
yang menangkap curah hujan, menyimpan dan kemudian mengalirkannya melalui
saluran-saluran pengaliran ke suatu titik (outlet) yang umumnya berada di muara
sungai biasa atau danau. 
 Menurut Asdak (2010), DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik
dibatasi punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan
untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. 
 Menurut Suripin (2002), DAS adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas alam,
seperti punggung bukit-bukit atau gunung, maupun batas batuan, seperti jalan atau
tanggul, dimana air hujan turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik
kontrol (outlet). 
 Menurut Kodoatie dan Sugiyanto (2002), DAS adalah suatu kesatuan
daerah/wilayah/kawasan tata air yang terbentuk secara alamiah dimana air tertangkap
(berasal dari curah hujan), dan akan mengalir dari daerah/wilayah/kawasan tersebut
menuju ke arah sungai dan sungai yang bersangkutan. 
 Menurut Sugiharto (2001), DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah
topografi yang menerima air hujan, menampung, menyimpan, dan mengalirkan ke
sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut.

Fungsi DAS 

Fungsi utama DAS adalah sebagai hidrologis, dimana fungsi tersebut sangat dipengaruhi oleh
jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuk lahan. Fungsi hidrologis yang
dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk mengalirkan air, menyangga kejadian puncak
hujan, melepaskan air secara bertahap, memelihara kualitas air, serta mengurangi
pembuangan massa (seperti terhadap longsor). Berdasarkan fungsinya, DAS dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu:

a. DAS bagian hulu 


DAS bagian hulu dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air,
kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. DAS bagian hulu dicirikan sebagai
daerah dengan lanskap pegunungan dengan variasi topografi, mempunyai curah hujan yang
tinggi dan sebagai daerah konservasi untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar
tidak terdegradasi. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan
fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan
dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen sistem
aliran airnya.

b. DAS bagian tengah 

DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat
diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian
muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan
danau.

c. DAS bagian hilir 

DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat
memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui
kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait
untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah. Bagian hilir merupakan
daerah pemanfaatan yang relatif landai dengan curah hujan yang lebih rendah.

Bentuk Pola DAS 

Pola sungai akan menentukan bentuk dari suatu DAS yang berpengaruh terhadap kecepatan
terpusatnya aliran. Meskipun semua jaringan alur sungai bercabang-cabang dengan cara yang
sama akan tetapi masing-masing menunjukkan pola yang berbeda satu dengan yang lain,
tergantung pada medan dan kondisi geologinya.

Beberapa pola DAS berdasarkan garis batas dan arah aliran sungai antara lain sebagai
berikut:
Bentuk-bentuk DAS

1. DAS berbentuk memanjang. Biasanya induk sungainya akan memanjang dengan


anak-anak sungai langsung mengalir ke induk sungai. Kadang-kadang berbentuk
seperti bulu burung. Bentuk ini biasanya akan menyebabkan besar aliran banjir relatif
lebih kecil karena perjalanan banjir dari anak sungai itu berbeda-beda. Tapi biasanya
banjir berlangsung agak lama. 
2. DAS berbentuk Radial. Bentuk ini karena arah sungai seolah-olah memusat pada
suatu titik sehingga menggambarkan adanya bentuk radial, kadang-kadang gambaran
tersebut memberi bentuk kipas atau lingkaran. Sebagai akibat dari bentuk tersebut
maka waktu yang diperlukan aliran yang datang dari segala penjuru anak sungai
memerlukan waktu yang hampir bersamaan. Apabila terjadi hujan yang sifatnya
merata di seluruh DAS akan menyebabkan terjadinya banjir besar. 
3. DAS berbentuk Paralel. DAS ini dibentuk oleh dua jalur DAS yang bersatu di
bagian hilir. Apabila terjadi banjir di daerah hilir biasanya terjadi setelah di bawah
titik pertemuan. 
4. DAS berbentuk Komplek. Merupakan bentuk kejadian gabungan dari beberapa
bentuk DAS yang dijelaskan di atas.

Karakteristik DAS 

Karakteristik DAS merupakan gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh
parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah geologi, vegetasi,
penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Karakteristik DAS pada dasarnya dibagi menjadi
dua yaitu: karakteristik biogeofisik dan karakteristik sosial ekonomi budaya dan
kelembagaan. Karakteristik DAS secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Karakteristik biogeofisik, yaitu karakteristik meteorologi DAS, karakteristik


morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS, dan
karakteristik kemampuan DAS. 
2. Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan, yaitu karakteristik sosial
kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial ekonomi
DAS dan karakteristik kelembagaan DAS.

Parameter-parameter morfometri dan morfologi yang menjadi nilai dan angka koefisien
karakteristik DAS untuk memprediksi besarnya aliran permukaan terdiri dari beberapa faktor,
yaitu:

1. Kondisi topografi yang menggambarkan kondisi fisiografi ataupun relief permukaan


yang dapat diwakili sebagai ukuran kemiringan lereng permukaan lahan, menjadi
faktor dominan dalam menentukan besar kecilnya curah hujan yang jatuh kemudian
menjadi limpasan permukaan setelah dipertimbangkan besarnya kapasitas infiltrasi. 
2. Kondisi tanah dan batuan yang menentukan besarnya bagian curah hujan yang
mengalami peresapan ke dalam lapisan tanah dan batuan yang dikenal dengan
infiltrasi tanah. 
3. Kondisi tutupan vegetasi dan jenis tanaman semusim yang berfungsi untuk menerima
atau menangkap dan menyimpan air hujan yang jatuh di permukaan lahan tersebut
tergantung pada jenis dan kerapatan penutupan vegetasi dan tanaman semusim
lainnya. 
4. Kondisi timbunan permukaan lahan (surface storage, surface detention) yang mampu
menangkap air hujan yang jatuh sehingga berfungsi untuk menghalangi laju aliran
limpasan permukaan, yang berarti pula bahwa permukaan lahan tersebut menjadi
tergenang ataupun mengalami pengatusan cepat.

Pengelolaan DAS 
Pengelolaan DAS pada dasarnya bertujuan untuk terwujudnya kondisi yang optimal dari
sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberi manfaat secara maksimal dan
berkesinambungan bagi kesejahteraan manusia.

Menurut Asdak (2007), dalam pengelolaan DAS perlu dipertimbangkan aspek-aspek berikut:

1. Aktivitas pengelolaan sumberdaya termasuk tata guna lahan, praktek pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya setempat, dan praktek pengelolaan sumber daya di luar
daerah kegiatan program atau proyek.
2. Alat implementasi untuk menempatkan usaha-usaha pengelolaan DAS seefektif
mungkin melalui elemen-elemen masyarakat dan perseorangan.
3. Pengaturan organisasi dan kelembagaan di wilayah proyek dilaksanakan.

Prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan dalam pengelolaan DAS adalah sebagai berikut:

1. Pengelolaan DAS dilakukan dengan memperlakukan DAS sebagai satu kesatuan


ekosistem dari hulu sampai hilir, satu perencanaan dan satu sistem pengelolaan.
2. Pengelolaan DAS terpadu melibatkan multipihak, koordinatif, menyeluruh dan
berkelanjutan.
3. Pengelolaan DAS bersifat adaptif terhadap perubahan kondisi yang dinamis dan
sesuai dengan karakteristik DAS.
4. Pengelolaan DAS dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi, beban biaya dan
manfaat antar multipihak secara adil. 
5. Pengelolaan DAS berdasarkan akuntabilitas para pemangku kepentingan.

Ruang lingkup kegiatan pengelolaan DAS adalah sebagai berikut:

1. Penatagunaan lahan (land use planning) untuk memenuhi berbagai kebutuhan barang
dan jasa serta kelestarian lingkungan. 
2. Penerapan konservasi sumberdaya air untuk menekan daya rusak air dan untuk
memproduksi air (water yield) melalui optimalisasi penggunaan lahan. 
3. Pengelolaan lahan dan vegetasi di dalam dan luar kawasan hutan (pemanfaatan,
rehabilitasi, restorasi, reklamasi dan konservasi). 
4. Pembangunan dan pengelolaan sumberdaya buatan terutama yang terkait dengan
konservasi tanah dan air. 
5. Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan pengelolaan DAS.

Daftar Pustaka
 Dharmawan, Agus. 2005. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
 Asdak, Chay. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Air Sungai.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
 Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Yogyakarta: Andi.
 Kodoatie, R.J. dan Sugiyanto. 2002. Banjir, Beberapa Penyebab dan Metode
Pengendaliannya dalam Perspektif Lingkungan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
 Sugiharto. 2001. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai