Anda di halaman 1dari 5

Seiring dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian

lingkungan, banyak upaya – upaya yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia dalam
upaya membantu mewejudkan terciptanya lingkungan lestari. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan adalah dengan membuat Sumur Resapan di halaman rumah kita.

Apa sebenarnya sumur resapan itu ? Dilihat dari fungsinya, sumur resapan adalah sumur
buatan yang dibuat sebagai upaya untuk meretensi air hujan yang jatuh disekitar sumur
resapan tersebut berada / sekitar rumah kita. Meretensi air hujan maksudnya adalah upaya
untuk menahan air hujan supaya air hujan tidak langsung dibuang / dialirkan ke badan air
/ saluran / sungai. Selain itu, sumur resapan juga berguna untuk memberikan cadangan air
tanah disekitar sumur tersebut, dengan kata lain “menabung air”.

Pembuatan sumur resapan merupakan salah satu bentuk implementasi dari Konsep
Drainase Ramah Lingkungan (Drainase Modern). Konsep dari drainase ramah
lingkungan adalah : “mengurangi jumah aliran permukaan (surface run off) dengan cara
memaksimalkan penyerapan air kedalam tanah dan kolam – kolam tampungan air seperti
situ, danau, kolam buatan, dll”. Dengan demikian air yang jatuh ke permukaan bumi
(pada saat hujan) akan diupayakan selama mungkin (dalam konteks alami) mencapai
saluran drainase buatan, sungai dan akhirnya ke laut. Intinya, semakin lama air mencapai
saluran air dan laut maka jumlah air yang dapat diretensi akan semakin besar.

Berbeda dengan konsep drainase konvensional yang umum kita gunakan yang
mempunyai prinsip : “to drain” atau “untuk mengeringkan” atau “berusaha membuang air
secepatnya keluar dari kawasan yang kita inginkan”. Pada konsep drainase konvensional
ini, air hujan yang jatuh pada suatu kawasan akan diupayakan secepatnya dibuang ke
saluran drainase. Akibatnya beban saluran drainase dibagian hilir semakin berat. Dapat
dibayangkan jika semua kawasan beruaha membuang air hujan secepatnya ke saluran
drainase tanpa berupaya meresapkan dahulu air ke dalam tanah, maka kawasan di bagian
hilir saluran draianse / sungai yang akan menerima “getahnya”. Maka wajar saja jika
akhir – akhir ini sering kita lihat berita kejadian banjir yang menimpa daerah hilir seperti
Jakarta, Tangerang, Surabaya, Semarang, dll.

Oleh karena itu, mari kita upayakan meretensi air hujan sebelum dibuang ke saluran
draianse / sungai. Jika satu rumah membuat satu sumur resapan dengan ukuran panjang 1
m; lebar 1m dan tinggi 1 m (bentuk segi empat), maka setiap rumah akan meretensi air
hujan setidaknya 1 m3 air setiap kali terjadi hujan. Jika diperhitungkan jumlah air yang
meresap sebelum tanah pada sumur hampir mencapai jenuh, maka jumlah air yang
diretensi akan semakin besar lagi. Jika pada suatu kawasan, sebut saja satu kota kecil,
yang membuat sumur resapan ada 100.000 rumah maka air yang dapat diretensi sebanyak
100.000 m3 atau setara dengan satu kolam penuh air dengan ukuran panjang 100 m; lebar
100 m kedalaman 10 m.

Pokoknya membuat sumur resapan pasti bermanfaat. Selain membantu mengurangi


banjir, juga membantu mengisi ulang air tanah. Berikut ini adalah contoh bangunan
sumur resapan.
Tetangga di komplek saya punya halaman depan yang sarat dengan tanaman dan bunga-
bunga yang cantik-cantik. Hijau campur warna-warni yang segar dipandang mata.
Halaman yang tidak luas tersebut menjadi taman kecil yang cantik. Banyak kupu-kupu
yang berterbangan disana. Eh tidak lama kemudian ternyata rumah tersebut dijual. Dan
pemilik yang baru rupanya tidak mau pusing dengan hijau-hijauan maupun serangga
penyerbuk yang beterbangan disana. Dibongkarnya tanaman-tanaman disana dan
disemenlah pekarangan tersebut dengan warna kelabu suram.

Yah apa mau dikata. Selera orang memang lain-lain barangkali. Ada juga yang lebih suka
memandangi lahan persegi panjang 6×4 meter berwarna abu-abu dibanding kembang-
kembang aneka warna. Tetangga rumah sebelah saya yang dulu pun pernah berbuat
demikian. Halamannya habis difloor. Alasannya malas nyabut rumput. Kalau buat saya
sih akhir pekan sering dipakai buat nyabut-nyabut rumput atau menanam-nanam
kembang. Atau membuat bonsai yang sering berakhir diambil maling. Pagi-pagi sebelum
ngantor pun saya main-main air dengan menyiram-nyiram kembang dan rumput. Rasanya
senang melihat pucuk-pucuk hijau daun bermunculan. Oh ya selain itu saya berencana
untuk membuat sumur resapan penampung air hujan untuk mengembalikan ke tanah agar
tanah dapat meresap air dengan baik dan kemudian menjadi cadangan di dalam tanah.

Menurut saya membuat lingkungan hidup lebih baik tidak sekedar demo minta
pemerintah untuk memikirkan konservasi air atau sekali-kali bersih-bersih selokan di RW
setiap hari Minggu (itupun karena malu kalau tidak ikutan), atau sekedar membayar
restribusi sampah, kemudian teriak-teriak kalau sampahnya tidak diangkut. Tapi juga
memulai di lingkungan rumah sendiri. Dari sel terkecil. Misalnya menabung air dengan
membuat sumur resapan , atau mendaur ulang sampah rumah tangga sendiri. Terus
dijadikan pupuk untuk tanaman di pekarangan. Kalau rumahnya kecil, ya kolektiflah
dengan tetangga. Lumayan kan sambil kenalan-kenalan. Siapa tau anak tetangga ada
yang manis.

Daripada kita ribut Bandung kehabisan air tanah, mari kita dari sekarang mengembalikan
air ke tanah dan menabungnya untuk keperluan hari depan. Daripada beli-beli air melulu
kan? Membuat sumur resapan juga tidak sulit. Ini caranya, saya ambil dari website sini:

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Tata Cara Perencanaan Sumur
Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan, persyaratan umum yang harus dipenuhi
adalah sumur resapan harus berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng,
curam, atau labil. Selain itu, sumur resapan juga dijauhkan dari tempat penimbunan
sampah, jauh dari septic tank (minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak
minimum satu meter dari fondasi bangunan. Bentuk sumur itu sendiri boleh bundar atau
persegi empat, sesuai selera. Penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau
maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah. Dengan teralirkan ke dalam sumur
resapan, air hujan yang jatuh di areal rumah kita tidak terbuang percuma ke selokan lalu
mengalir ke sungai.

Air hujan yang jatuh di atap rumah sekalipun dapat dialirkan ke sumur resapan melalui
talang. Persyaratan teknis sumur resapan lainnya ialah kedalaman air tanah minimum
1,50 meter pada musim hujan. Sedangkan struktur tanah harus mempunyai permeabilitas
tanah lebih besar atau sama dengan 2,0 cm/jam, dengan tiga klasifikasi. Pertama,
permeabilitas tanah sedang (geluh kelanauan) 2,0-3,6 cm/jam. Kedua, permeabilitas
tanah agak cepat (pasir halus), yaitu 3,6-36 cm/jam. Ketiga, permeabilitas tanah cepat
(pasir kasar), yaitu lebih besar dari 36 cm/jam. Spesifikasi sumur resapan tersebut
meliputi penutup sumur, dinding sumur bagian atas dan bawah, pengisi sumur, dan
saluran air hujan. Untuk penutup sumur dapat digunakan, misalnya, pelat beton bertulang
tebal 10 sentimeter dicampur satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil.

Dapat digunakan juga pelat beton tidak bertulang tebal 10 sentimeter dengan campuran
perbandingan yang sama, berbentuk cubung dan tidak diberi beban di atasnya. Dapat
digunakan juga ferocement setebal 10 sentimeter. Sedangkan untuk dinding sumur bagian
atas dan bawah dapat menggunakan buis beton. Dinding sumur bagian atas juga dapat
hanya menggunakan batu bata merah, batako, campuran satu bagian semen, empat bagian
pasir, diplester dan diaci semen. Sementara pengisi sumur dapat menggunakan batu pecah
ukuran 10-20 sentimeter, pecahan bata merah ukuran 5-10 sentimeter, ijuk, serta arang.
Pecahan batu tersebut disusun berongga. Untuk saluran air hujan, dapat digunakan pipa
PVC berdiameter 110 milimeter, pipa beton berdiameter 200 milimeter, dan pipa beton
setengah lingkaran berdiameter 200 milimeter. Sumur resapan dapat dibuat oleh tukang
pembuat sumur gali berpengalaman dengan memerhatikan persyaratan teknis dan
spesifikasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai