II.1 Umum
Bebagai bahan stabilisasi telah digunakan dalam pembangunan jalan, bahan-bahan tersebut dapat
berupa semen, kapur, abu terbang (fly-ash), aspla dll, bahan-bahan ini dapat mengikat partikel tanah
dengan permanen, sehingga butiran tanah menjadi lebih kasar, butiran yang membesar akan
mengurangi plastisitas tanah dan menambah kekuatannya
Tabel 2,2 Penerapan stabilisasi tanah yang cocok (Ingles dan Metcalf, 1972)
Tipe Tanah Lempung Lempung Lanau halus Lanau kasar Pasir halus Pasir kasar
halus kasar
Uk butiran tanah 0,0006 –
< 0,0006 0,002 – 0,01 0,01 – 0,06 0,06 – 0,40 0,40 – 2,00
0,002
Stabilisasi vol tanah Sangat buruk Sedang Sedang Biak Sangat baik Sangat baik
Kapur
Semen
Aspal
Tipe
Polimerik
stabilisasi
Organik
Mekanis
Termal
Keterangan
Efektif, tetapi pengendalian mutu sulit
Efisiensi maksimum
Kecocokan bahan tambah yang digunakan untuk stabilisasi bergantung pada gradasi tanah
dan indeks plastisitas (PI). Jadi data Aterberg dan analisis gradasi harus tersedia dulu
sebelum memilih bahan tambah. Tipe bahan stabilisasi kolom 3 Tabel 2.3 seperti
A = aspal
S = semen
K = kapur
AT = abu terbang
Batasan gradasi Tabel 2.3 kolom 5 berguna untuk menghidari bahan tambah yang tidak cocok
untuk tanah tertentu, cara pemilihan tipe bahan tambah yang cocok sebagai berikut ;
a. Misalnya tanah yang akan distabilisasi dilapangan mempunyai klasifikasi system Unified
adalah SC. Dari hasil saringan diperoleh lolos saringan no.4 adalah 90% dan lolos
saringan no.200 adalah 27%. Dari uji Aterberg diperoleh LL= 20%, PL = 11% , sehingga
PI = 9%, material yang lolos saringan no. 4 dan tertahan saringan no. 200 adalah 90% –
27% = 63% maka pemilihan bahan tambah adalah ;
b. Subsitusikan nilai-nilai dari tanah tersebut kedalam Gambar 2.1, maka tanah masuk area
IC, Tabel 2.3 kolom 3 ada empat kemungkinan bahan-bahan yang akan digunakan yaitu
A, S, K, K-S-AT, kemudian diperhatikan batasan-batasan kecocokannya.
c. Bila digunakan A, PI harus ≤ 10 dan material lolos saringan no. 200 ≤ 30%, maka A
cocok digunakan untuk tanah tersebut.
d. Bila digunakan S , PI = 9 ≤ 20 + ¼ (27/2) = 23,4% dari catatan kaki Tabel 2.3. jadi S juga
cocok digunakan
e. Bila digunaka K, PI ≥ 12, karena PI tanah hanya 9%, maka kapur tidak cocok digunakan
f. Bila digunakan K-S-AT, PI ≤ 25. Jadi K-S-AT cocok untuk tanah tersebut
Dari hasil diatas maka A, S, K-S-AT dapat digunakan sebagai bahan stabilisasi, untuk
pertimbangan berikutnya maka bahan stabilisasi dipertimbangkan berdasarkan factor lain
diantaranya ;
a. Ketersediaan material
b. Kondisi lingkungan
c. Ke-ekonomisan
Jika tipe bahan stabilisasi sudah ditentukan, maka beberapa sampel harus diuji dilaboratorium,
guna menentukan kadar campuran dan kriteria untuk stabilisasi lapanagan.
Untuk lebih mengefektifkan maksud stabilisasi tanah, campuran tanah dengan kapur + abu
terbang, tanah dengan semen + abu terbang dan tanah dengan kapur dan abu terbang, INDOT
(2002) menyarankan ;
a. Perbandingan kapur dan abu terbang antara 1 : 1 sampai 1 : 9
b. Perbandingan semen dan abu terbang antara 1 : 3 sampai 1 : 4
c. Kombinasi kapur, semen dan abu terbang digunakan perbandingan 1 : 2 ; 4
Pembahasan dengan rinci mengenai cara-cara penentuan kadar bahan tambah dipelajari
berikutnya.