Anda di halaman 1dari 6

Pertemuan II, III

Pemilihan Bahan Tambah

II.1 Umum
Bebagai bahan stabilisasi telah digunakan dalam pembangunan jalan, bahan-bahan tersebut dapat
berupa semen, kapur, abu terbang (fly-ash), aspla dll, bahan-bahan ini dapat mengikat partikel tanah
dengan permanen, sehingga butiran tanah menjadi lebih kasar, butiran yang membesar akan
mengurangi plastisitas tanah dan menambah kekuatannya

II.2 Pertimbangan pemilihan bahan tambah


Bahan stabilisasi dipilih menurut macam tanah, kondisi lapangan, ekonomis, jadi tanah dilokasi tetap
digunakan, dengan tidak melakukan pembongkaran untuk penggantian tanah setempat.
Pemilihan bahan tanah tergantung pada maksud penggunaannya. Penggunaan bahan tambah
ditentukan dari uji laboratorium, yang mensimulasikan kondisi lapangan, cuaca, daya tahan atau
kekuatan.
Pemilihan bahan tambah dan pelaksanaannya juga diperhitungkan dengan biaya, karenanya harus
dipilih hal yang sesuai kondisi lapangan dengan biaya seekonomis mumngkin.
Beberapa pertimbangan yang perlu dilakukan dalam memilih tipe bahan tambah yang cocok adalah ;
1. Jenis tanah yanag akan distabilisasi
Jenis tanah menentukan jenis bahan tambah yang cocok untuk stabilisasi, contoh semen lebih
cocok untuk stabilisasi tanah granuler dan kurang cocok untuk lempung plastis, sebaliknya
kapur lebih cocok untuk tanah lempung plastis. Kapur mengurangi plastisitas tanah dan
memudahkan pengerjaannya. Kombinasi kapur-semen dan abu terbang cocok untuk stablisasi
lapis pondasi (base cource). Aspal cocok dicampur dengan pasir berlanau dan material
granuler, karena aspal dapat membungkus seluruh butiran tanah.
2. Jenis struktur yang distabilisasi
3. Ketentuan-ketentuan tanah yang harus dicapai
4. Tipe dari perbaikan tanah yang diinginkan
5. Dana yang tersedia
6. Kondisi lingkungan

III. Metoda Pemilihan Bahan Tambah


Beberapa metoda diusulkan bergantung pada pengalaman antara lain ;
1. Alaska Departemen Of Transportation And Public Facilities Reserch & Technology Transfer
Hicks (2002) dalam metoda diatas mengusulkan petunjuk cara pemilihan bahan stabilisasi
seperti Tabel Berikut,
Tabel 2.1 Petunjuk awal untuk pemilihan metode stabilisasi
Material lolos sar 200 > 25% lolos sar. No. 200 (0,075 mm) < 25% lolos saringan no. 200 (0,075 mm)
Indeks Plstisitas (PI) ≤ 6 (PI x
≤ 10 10 - 20 ≥ 20 persen lolos ≤ 10 ≥ 10
sar. 200 ≤ 60)
Bentuk Stabilisasi
Semen dan campuran
Cocok Ragu Tidak cocok Cocok Cocok Cocok
pengikat
Kapur Ragu Cocok Cocok Tidak cocok Ragu Cocok
Aspal (bitumen) Cocok ragu Tidak cocok cocok cocok ragu
Aspal / semen dicampur Cocok Ragu Tidak cocok Cocok Cocok Ragu
Granuler Cocok Tidak cocok Tidak cocok Cocok Cocok Ragu
Campuran lain Tidak cocok Cocok Cocok Tidak cocok Ragu Cocok

2. Ingels dan Metcalf


Distribusi ukuran tanah dijadikan petunjuk untuk menentukan jrnis stabilisasi yang cocok
digunakan, seperti pada table berikut,

Tabel 2,2 Penerapan stabilisasi tanah yang cocok (Ingles dan Metcalf, 1972)
Tipe Tanah Lempung Lempung Lanau halus Lanau kasar Pasir halus Pasir kasar
halus kasar
Uk butiran tanah 0,0006 –
< 0,0006 0,002 – 0,01 0,01 – 0,06 0,06 – 0,40 0,40 – 2,00
0,002
Stabilisasi vol tanah Sangat buruk Sedang Sedang Biak Sangat baik Sangat baik
Kapur
Semen
Aspal
Tipe
Polimerik
stabilisasi
Organik
Mekanis
Termal

Keterangan
Efektif, tetapi pengendalian mutu sulit
Efisiensi maksimum

3. Departement Of The Army And The Air forces


Metode ini memberikan cara untuk memilih bahan tambah untuk stabilisasi tanah yaitu
dengan menggunakan Gambar 2.1 dan Tabel 2.3
Gambar 2.1 Batas-batas gradasi butiran untuk pemilihan bahan tambah untuk stabilisasi

Tabel 2.3 Syarat pemilihan bahan tambah untuk stabilisasi


Area Klasifikasi Tipe bahan Batasan PI, LL Batasan lolos sar no Keterangan
Tanah tambah dan PL (%) 200
penstabil
SW / SP A - -
IA S - - -
K-S-AT PI ≤ 25 -
SW-SM / A PI ≤ 20 -
SP-SM / S PI ≤ 30 - -
IB
SW-SC / K PI ≤ 12 -
SP-SC K-S-AT PI ≤ 25 -
A PI ≤ 10 ≤ 30% terhadap berat
SM/SC/ S …..(b) - -
IC
SM-SC K PI ≥12 -
K-S-AT PI ≤ 25 -
A - - Hanya material gradasi baik, material harus
2A GW/GP S - - mengandung > 45% lolos saringan no 4 (terhadap
K-S-AT PI ≤ 25 - berat)
GW-GM/ A PI ≤ 10 - Hanya material bergradasi baik, material harus
GP-GM/ S PI ≤ 30 - mengandung > 45% lolos saringan no.4 (terhadap
2B
GW-GC/ K PI ≥ 12 - berat)
GP-GC K-S-AT PI ≤ 25 -
A PI ≤ 10 ≤ 30% terhadap berat
GM/GC/ S …..(b) - -
2C
GM-GC K PI ≥12 -
K-S-AT PI ≤ 25 -
CH/CL/ S LL < 40 dan PI , - Tanah organic dan sangat asam dalam area ini
3 MH/OH/ 20 tidak cocok distabilsasi dengan cara-cara yang
OL/ML-CL K PI ≥ 12 - biasanya
Catatan kaki Tabel 2.3
Klasifikasi menurut system Unified (MIL-STD619B), batasan LL dan PI menurut metoda 103 dalam MIL-STD-621
a. PI < {20 + ¼ x (50% lolos saringan no 200)}
b. A = aspal, S = semen, K = kapur, AT = abu terbang

Kecocokan bahan tambah yang digunakan untuk stabilisasi bergantung pada gradasi tanah
dan indeks plastisitas (PI). Jadi data Aterberg dan analisis gradasi harus tersedia dulu
sebelum memilih bahan tambah. Tipe bahan stabilisasi kolom 3 Tabel 2.3 seperti
A = aspal
S = semen
K = kapur
AT = abu terbang
Batasan gradasi Tabel 2.3 kolom 5 berguna untuk menghidari bahan tambah yang tidak cocok
untuk tanah tertentu, cara pemilihan tipe bahan tambah yang cocok sebagai berikut ;

a. Misalnya tanah yang akan distabilisasi dilapangan mempunyai klasifikasi system Unified
adalah SC. Dari hasil saringan diperoleh lolos saringan no.4 adalah 90% dan lolos
saringan no.200 adalah 27%. Dari uji Aterberg diperoleh LL= 20%, PL = 11% , sehingga
PI = 9%, material yang lolos saringan no. 4 dan tertahan saringan no. 200 adalah 90% –
27% = 63% maka pemilihan bahan tambah adalah ;
b. Subsitusikan nilai-nilai dari tanah tersebut kedalam Gambar 2.1, maka tanah masuk area
IC, Tabel 2.3 kolom 3 ada empat kemungkinan bahan-bahan yang akan digunakan yaitu
A, S, K, K-S-AT, kemudian diperhatikan batasan-batasan kecocokannya.
c. Bila digunakan A, PI harus ≤ 10 dan material lolos saringan no. 200 ≤ 30%, maka A
cocok digunakan untuk tanah tersebut.
d. Bila digunakan S , PI = 9 ≤ 20 + ¼ (27/2) = 23,4% dari catatan kaki Tabel 2.3. jadi S juga
cocok digunakan
e. Bila digunaka K, PI ≥ 12, karena PI tanah hanya 9%, maka kapur tidak cocok digunakan
f. Bila digunakan K-S-AT, PI ≤ 25. Jadi K-S-AT cocok untuk tanah tersebut

Dari hasil diatas maka A, S, K-S-AT dapat digunakan sebagai bahan stabilisasi, untuk
pertimbangan berikutnya maka bahan stabilisasi dipertimbangkan berdasarkan factor lain
diantaranya ;
a. Ketersediaan material
b. Kondisi lingkungan
c. Ke-ekonomisan
Jika tipe bahan stabilisasi sudah ditentukan, maka beberapa sampel harus diuji dilaboratorium,
guna menentukan kadar campuran dan kriteria untuk stabilisasi lapanagan.

4. Indiana Departement Of Transportation (INDOT, 2002)


Metode ini mrip dengan metode Departement of the Army and air forces (1994), yaitu
pemilihan bahan tambah yang cocok untuk tanah tertentu didasarkan pada batas-batas
Atterberg dan gradasi butiran tanah

Untuk maksud stabilisasi tanah ;


a. Kapur ; jika tanah mempunyai PI > 10 dan kadar lempung (0,002 mm) > 10%
b. Semen ; jika tanah mempunyai PI ≤ 10 dan persen lolos saringan no. 200 < 20%
c. Kapur, semen atau kombinasi dengan abu terbang jika tanah , 10% lolos saringan no. 200
dan 10 < PI < 20

Untuk maksud modifikasi tanah ;


a. Kapur, jika tanah > 35% lolos sar. No 200 dan PI > 5
b. Semen atau abu terbang , jika tanah ≤ 35% lolos sar. No. 200 dan PI < 5 (semen dan abu
terbang dapat dikombinasikan)

Kadar bahan tambah yang digunakan untuk stabilisasi


a. Kapur : 3 – 9%
b. Semen : 3 – 10%
c. Abu terbang : 10 – 25%

Untuk lebih mengefektifkan maksud stabilisasi tanah, campuran tanah dengan kapur + abu
terbang, tanah dengan semen + abu terbang dan tanah dengan kapur dan abu terbang, INDOT
(2002) menyarankan ;
a. Perbandingan kapur dan abu terbang antara 1 : 1 sampai 1 : 9
b. Perbandingan semen dan abu terbang antara 1 : 3 sampai 1 : 4
c. Kombinasi kapur, semen dan abu terbang digunakan perbandingan 1 : 2 ; 4
Pembahasan dengan rinci mengenai cara-cara penentuan kadar bahan tambah dipelajari
berikutnya.

III. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan


Factor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe bahan tambah untuk stabilisasi
adalah,
a. Iklim
Dalam area yang basah dengan kadar air yang tinggi, karenanya kekuatan material yang
distabilisasi harus diperhatikan dalam kondisi basah. Kapur umumnya cocok untuk tanah
kohesif, agar tanah menjadi agak kering, kapur juga dapat digunakan untuk tanah berlanau,
jika ditambah pozzolan guna untuk menaikan reaksi sementasi.
b. Uji laboratorium
Sebelum proyek dimulai, perlu melakukan uji pendahuluan dilaboratorium, guna untuk
menentukan kadar bahan tambah yang digunakan. Nilai kadar bahan tambah dipilih
berdasarkan maksud dilakukan nya pekerjaan stabilisasi yaitu untuk modifikasi atau untuk
stabilisasi tanah.
c. Ketersediaan biaya, alat personil dan bahan
Keputusan terakhir dalam menentukan bahan stabilisasi didasarkan kepada biaya yang
tersedia, disamping itu ketersediaan alat dan personil yang berpengalaman harus dilakukan.
Lokasi material juga diperhitungkan, jika lokasi ini jauh, maka harga satuan akan mahal,
sehingga dari ketiga factor diatas, maka factor biaya sangat menentukan.

Anda mungkin juga menyukai