Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI PERENCANAAN ABUTMEN DAN PONDASI PADA PROYEK

JEMBATAN Di BAWADASI KECAMATAN LAHOMI KAB. NIAS BARAT

Nelson Hutahaean, ST, MT1


Alfonsius Marco Hia 2

1)
Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil Universitas Darma Agung
2)
Alumni Program Studi Teknik SipilUniversitas Darma Agung

ABSTRAK
Jembatan Bawadasi adalah jembatan pedestrian sepanjang 60 m yang didesain untuk
pejalan kaki, kendaraan roda 2 dan roda 4, letaknya di Kec. Lahomi di Kabupaten Nias
Barat, Provinsi Sumatra Utara. Sebagai urat nadi perekonomian nasional di daerah
Kabupaten Nias Barat, pembangunan Jembatan Bawadasi merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan aksesibilitas, meningkatkan perekonomian, memberikan
kemudahan untuk masyarakat penduduk di lokasi tersebut dalam kegiatan sehari-hari
serta meningkatkan produktivitas melalui pengurangan biaya distribusi dan
menyediakan akses ke pasar regional. Jembatan merupakan suatu konstruksi terpenting
yang mampu menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan
seperti alur sungai. Kerusakan jembatan terutama struktur bagian bawah seperti
abutment dan pondasi akan berakibat fatal terhadap struktur jembatan. Abutment adalah
bangunan bawah jembatan yang terletak pada kedua ujung jembatan, berfungsi sebagai
pemikul seluruh beban hidup dan beban mati pada jembatan. Pondasi yang digunakan
dalam perencanaan ini adalah pondasi tiang bor. Pondasi tiang bor (bored pile) adalah
pondasi tiang yang mampu menembus lapisan tanah batuan dan pemasangannya
dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya, baru kemudian diisi
tulangan dan dicor beton. Besar beban struktur yang diterima oleh abutment sebesar ΣV
= 416.928 ton dan ΣMV = 256.835 ton, untuk beban struktur yang diterima oleh
pondasi tiang bor sebesar ΣV = 177.773 ton dan ΣMV = 222.216 ton. Perencanaan
terdiri dari abutment dengan dimensi tinggi 7 meter dan lebar 8 meter, untuk dimensi
pondasi tiang bor berdiameter 0.8 meter. a)Kontrol Terhadap Guling: 2493.727 Ton
553.641Ton….OK !!!, b)Kontrol Terhadap Geser: , c)Kontrol
2 2
Terhadap Daya Dukung: = 10.272 T / m dan = 63.961T/m . Evaluasi
kapasitas grup tiang = 2643.797 Ton 2195.269 Ton ……. OK!

Kata Kunci : Jembatan, Mekanika Tanah, Abutment, Pondasi tiang bor.

I. PENDAHULUAN rintangan lainnya. Namun ada bagian


Jembatan sebagai salah satu prasarana terpenting dari struktur jembatan yang
transportasi strategis bagi pergerakan tidak terlihat dan terletak di bagian
lalu lintas. Jembatan adalah istilah struktur paling bawah jembatan yaitu
umum untuk suatu konstruksi yang pondasi. Sampai saat ini pondasi masih
dibangun sebagai jalur transportasi yang menjadi suatu struktur terpenting dari
melintasi sungai, danau, rawa, maupun sebuah bangunan, khususnya pada

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 36-48 36


bangunan jembatan, baik untuk penentu 2. Menghitung efisiensi tiang grup.
posisi struktur bangunan diatasnya yang 3. Menghitung pembebanan jembatan.
berupa pilar (pier) maupun sebagai 4. Menghitung pembebanan abutmen.
struktur penahan beban-beban yang 5. Menghitung stabilitas abutmen.
diterima jembatan itu sendiri. Maupun 6. Mengevaluasi kapasitas grup tiang.
bukan merupakan hal baru, namun Jembatan adalah suatu konstruksi
dalam pembuatan pondasi selalu yang gunanya untuk meneruskan jalan
memerlukan pertimbangan khusus baik melalui rintangan yang berada lebih
dalam perencanaannya maupun rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain
pengerjaannya agar mendapat kualitas (jalan air atau jalan lalu lintas biasa).
dan kemanan yang terbaik nantinya. (Struyk dan Veen, 1984). Jembatan
Dalam perencanaan pondasi akan adalah suatu bangunan yang
selalu mempertimbangkan karakteristik memungkinkan suatu jalan menyilang
tanah sebagai dasar kajian agar sungai/saluran air, lembah atau
didapatkan desain pondasi yang sesuai. menyilang jalan lain yang tidak sama
Pada perencanaan pondasi Jembatan tinggi permukaannya. Secara umum
Lahomi Kab. Nias Barat, memiliki suatu jembatan berfungsi untuk melayani
kondisi tanah yang lunak dan berpasir. arus lalu lintas dengan baik, dalam
Sementara itu karena posisi dilapangan perencanaan dan perancangan jembatan
berada di area sungai lahomi, sebaiknya mempertimbangkan fungsi
mengakibatkan tanah dilokasi tersebut kebutuhan transportasi, persyaratan
memiliki kadar air yang cukup tinggi teknis dan estetika-arsitektural yang
sehingga tidak memungkinkan untuk meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek
menggunakan tiang pancang hamer. teknis, Aspek estetika. (Supriyadi dan
Berdasarkan masalah tersebut Muntohar, 2007).
diputuskan perencanaan pondasinya
adalah pondasi tiang bor (bore pile). 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pada perencanaan pondasi 2.1 Bagian-bagian Struktur
Jembatan Lahomi Kab. Nias Barat, juga Jembatan
perlu pertimbangan-pertimbangan teknis Menurut Departement Pekerjaan
pelaksanaan baik dalam pelaksanaan Umum (Pengantar Dan Prinsip-Prinsip
pengeboran ppondasi tersebut, agar Perencanaan Bangunan bawah /Pondasi
didapat hasil sesuai rencana. Jembatan, 1988). Suatu bangunan
Pengambilan obyek studi pondasi ini jembatan pada umumnya terdiri dari 6
mengacu pada sedikitnya pembangunan bagian pokok, yaitu:
jembatan yang menggunakan pondasi 1. Bangunan atas
tiang bor pile di Nias Barat. Diharapkan 2. Landasan
tulisan ini dapat memberikan informasi, 3. Bangunan bawah
wacana, serta pemahaman mengenai 4. Pondasi
perhitungan struktur pondasi pada 5. Oprit
proyek-proyek sejenis di tempat lain. 6. Bangunan pengaman jembatan
Penelitan ini bertujuan : Menurut (Siswanto,1993), secara
1. Menghitung daya dukung tiang umun bentuk dan bagian-bagian
tunggal. suatustruktur jembatan dapat dibagi

37 EVALUASI PERENCANAAN ABUTMEN DAN PONDASI PADA PROYEK JEMBATAN Di BAWADASI


KECAMATAN LAHOMI KAB. NIAS BARAT
Nelson Hutahaean, ST, MT1 , Alfonsius Marco Hia 2
dalam empat bagian utama, yaitu: memberikan semacam kaki atautumit
struktur bawah,struktur atas, jalan pada bidang pondasinya.
pendekat, bangunan pengaman. 2) Pilar Jembatan
Bentuk pilar jembatan:
2.2.1 Struktur Bawah a) Berbeda dengan abutment yang
Menurut Departemen Pekerjaan jumlahnya 2 buah dalam satu
Umum (modul Pengantar Dan Prinsip- jembatan, maka pilar ini belum
Prinsip Perencanaan Bangunan tentu ada dalam suatu jembatan.
Bawah/Pondasi Jembatan, 1988),fungsi b) Pilar jembatan pada umumnya
utamabangunan bawah adalah memikul terkena pengaruh aliran sungai
beban -beban pada bangunan atas dan sehingga didalam
padabangunan bawahnya sendiri untuk perencanaannya direncanakan
disalurkan ke pondasi. Yang selanjutnya selain segi kekuatannya harus
beban-beban tersebut oleh pondasi juga diperhitungkan segi-segi
disalurkan ke tanah.Bangunan bawah keamananya.Bentuk dari
jembatan ada dua macam yaitu: dinding pilar ini bisa masif
1) Kepala Jembatan (abutment) (solid), kotak atau beberapa
Karena letak abutment yang berada kotak (cellular), bias terdiri dari
di ujung jembatan maka abutment ini kolom-kolom (trestle) atau dari
berfungsi juga sebagai penahan 1 kolom saja (hammer head).
tanah. Umumnya abutment 3) Pada solid type selain dari beton
dilengkapi dengan konstruksi sayap bertulang, sering dijumpai juga
yang berfungsi menahan tanah dalam terbuat dari pasangan batu. Bila
arah tegaklurus as jembatan. Bentuk bentuk ini dipergunakan khusus
umum abutment pada gambar sering pada bidang kotak dengan arus air
kita jumpai baik padajembatan- harus dibuat lengkung air (cut
jembatan baru dan jembatan- water). Salah satu keuntungannya
jembatan lama.Bila abutment ini ialah mudah di dalam
makin tinggi, maka berat tanah pengerjaannya.
timbunan dan tekanan tanahaktif Penggunaan bentuk ini harus
makin tinggi pula, sehingga sering diperhitungkan terhadap arah arus
kali dibuat bermacam-macam bentuk sungaiyang tidak konstan. Jika arah arus
untuk mereduksi pengaruh-pengaruh parallel dengan arah dinding pilar
tersebut. Disamping beban-beban makabidang kontak langsung dengan
vertikal dan momen tersebut, arus hanya sebesar tebal dinding
kadang-kadang gaya-gaya horizontal sumuranD, akan tetapi apabila suatu
yang timbul masih cukup besar ketika arah arus yang barumenyudut α
sehingga, misalnya pada abutment dengan arah arus yang lama maka
dengan pondasi langsung yang mana bidang kontak tersebutmenjadi D’ ∞ B
didalam perhitungannya masih sin α dimana B = panjang dinding pilar
didapatkan koefisien keamanan dan D’ ini > D.
terhadap geser yang belum Bentuk yang lebih ekonomis,
mencukupi persyaratan, maka sering misalnya jika dinding pilar
ditempuh cara lain misalnya dengan dilaksanakandengan bentukkolom bulat

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 36-48 38


dan oval (trestle type dan hammer perletakan, sambungan siarmuai dan
type),meskipun pelaksanaannya lebih perlengkapan lainnya; struktur utama
sulit. Bentuk kolom bulat mempunyai bangunan atas jembatan dapat
suatukeuntungan yaitu tidak ada berbentuk pelat, gelagar, sistem
perubahanpengaruh jika arah arus rangka, gantung, jembatan kabel
berubah-ubah.Untuk pilar-pilar yang (cable stayed) atau pelengkung.
tinggi bentuk trestle type, sering Menurut (Siswanto,1993),
diperkuat dengankopel ataudinding struktur atas jembatan adalah bagian-
untuk menambah kekakuan dalam bagian jembatan yang memindahkan
kaitannya denganpengaruh tekuk pada beban-beban lantai jembatan kearah
kolom. (Menurut siswanto,1999), secara perletakan.Struktur atas terdiri dari
umum struktur bawah dilakukanmeliputi gelagar-gelagar induk, struktur
stabilitasdan kekuatan elemen-elemen tumpuan atau perletakan, struktur
struktur, sehingga aman terhadap lantai jembatan / kendaraan,
penggulinagan atau penggeseran. pertambahan arah melintang dan
Struktur bawah suatu jembatan adalah memanjang. Gambar komponen
merupakan sutau pengelompokan jembatan dapat dilihat pada gambar
bagian-bagian jembatan yang 2.1 berikut ini.
menyangga jenis-jenis beban yang sama
danmemberikan jenis reaksi sama, atau
juga dapat disebutstruktur yang langsung
berdiri di atas dasar tanah.
1. Fondasi, merupakan bagian dari
sebuah jembatan yang meneruskan
bebanbeban langsung kea tau dari
tanah atau batuan/lapisan tanah
keras.
2. Bangunan bawah (pangkal
jembatan, pilar) yaitu bagian-
bagian jembatan yang
memindahkan beban-beban dari
perletakan ke fondasi, dan
biasanya juga difungsikan sebagai Gambar 2.1 Komponen Jembatan
bangunan penahan tanah.
2.2.2 Struktur Atas 2.6 Abutmen Jembatan
Menurut (Pranowo dkk, 2007) Pangkal jembatan /abutment
struktur atas jembatan adalah bagian adalah bangunan bawah jembatan yang
daristrukturjembatan yang secara terletak pada kedua ujung jembatan,
langsung menahan beban lalu lintas berfungsi sebagai pemikul seluruh beban
untukselanjutnyadisalurkan ke pada ujung luar batang, pinggir dan
bangunan bawah jembatan; bagian- gaya-gaya lainnya, serta melimpah ke
bagian pada strukturbangunan pondasi. Apabila daya dukung tanah
atasjembatan terdiri atas struktur yang terdapat di bawah abutment tidak
utama, sistem lantai, system memenuhi maka daya dukungnya harus

39 EVALUASI PERENCANAAN ABUTMEN DAN PONDASI PADA PROYEK JEMBATAN Di BAWADASI


KECAMATAN LAHOMI KAB. NIAS BARAT
Nelson Hutahaean, ST, MT1 , Alfonsius Marco Hia 2
ditambah dengan pondasi dalam Rvd : Gaya tekan akibat beban dari atas
(pondasi sumuran, pondasi caisson). Gaya – gaya yang bekerja pada
Adapun jenis pondasi yang digunakan abutment:
adalah tergantung dari jenis tanah yang  Gaya akibat beban mati
ada di bawah struktur tersebut.  Gaya Horisontal akibat gesekan
Abutment / pangkal jembatan dapat tumpuan bergerak (Hg)
diasumsikan sebagai dinding penahan Koefisien gesekan = 0,25 ( PPPJJR /
tanah, yang berfungsi menyalurkan gaya 1987 pasal 2.6.2)
vertikal dan horizontal dari bangunan Hgesekan = koefisien gesekan. Rvd
atas ke pondasi dengan fungsi tambahan Rvd = ton .................... (2.9)
untuk mengadakan peralihan tumpuan
 Gaya akibat muatan hidup
dari oprit ke bangunan atas jembatan.
RqL = l (ton)................... (2.10)
Pada perencanaan abutment jembatan ini
akan diperhitungkan banyak gaya dan RPL = kl (ton) .............(2.11)
beban yang bekerja pada abutment
Koefisien kejut = 1 + kl (ton).
tersebut. Gaya–gaya tersebut dapat
dilihat pada gambar 2.5 berikut ini. (2.12)
 Gaya akibat rem dan traksi
Diperhitungkan 5 % dari beban D
tanpa koefisien kejut dengan titik
tangkap 1,8 m di atas permukaan
lantai kendaraan ( PPPJJR / 1987 hal
15).
Traksi Rrt = (ton)....
(2.13)
 Gaya gempa akibat bangunan atas
G1 = K . Rvd....................... (2.14)
K = koefisien gempa

 Gaya horisontal tanah


Ka = ( 45 - )............ (2.15)
Gambar 2.5 Gaya yang bekerja pada
abutment Ka = ( 45° + ).......... (2.16)
Keterangan: Pa1 = Ka.q .h1.b.................... (2.17)
Pa1 , Pa2 , Pa3 : Gaya tekan aktip tanah Pa2 = ½ . Ka. . ............. (2.18)
pada belakang abutment Pp = ½ . Kp. . .b........ (2.19)
Pp1 , Pp2: Gaya tekan pasif tanah pada
depan abutment Stabilitas Abutmen
G: Berat sendiri abutment Perhitungan stabilitas abutment
G1 : Gaya gempa akibat bangunan  Syarat aman terhadap geser
atas
Hg : Gaya gesek akibat tumpuan SF =
bergerak
Hrm : Gaya akibat rem

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 36-48 40


Syarat aman terhadap guling
SF =
Syarat aman terhadap eksentrisitas
e= - <
Kontrol Terhadap Tegangan
σ=

3. Alur Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis
melakukan beberapa tahapan
pelaksanaan sehingga tercapai tujuan
dari penelitian, seperti yang dirangkum
pada Bab I. Untuk memudahkan
tercapainya tujuan tersebut, maka
penulis melakukan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Tahap pertama Gambar 3.1. Tampak Samping Jembatan
Mengumpulkan berbagai jenis (Sumber: Dinas PU Nias Barat, 2016)
literatur dalam bentuk buku maupun
tulisan ilmiah yang berhubungan Pondasi pada abutmen yang
dengan penelitian ini. digunakan adalah pondasi tiang bored
b. Tahap kedua pile. Jumlah kelompok tiang sebanyak
Pengumpulan data-data penyelidikan 12 buah. Adapun gambar penulangan
tanah dari proyek tersebut yang abutmen dan gambar detail dimensi
terkait dengan penelitian yang sedang pondasi bore pile.
dikerjakan. Data yang digunakan
adalah data hasil sondir (CPT).
c. Tahap ketiga
Melakukan analisa antara data yang
diperoleh dari lapangan dengan buku
dan jenis literatur lainnya
d. Tahap keempat
Pada tahap ini dilakukan kegiatan
menghitung daya dukung ultimate
dan daya dukung ijin tiang bored pile
tunggal dan kelompok secara analitis
pada titik Sondir I (S1) dari data
sondir (CPT).

Gambar 3.2 Potongan Gambar


Jembatan
(Sumber: Dinas PU Nias Barat, 2016)

41 EVALUASI PERENCANAAN ABUTMEN DAN PONDASI PADA PROYEK JEMBATAN Di BAWADASI


KECAMATAN LAHOMI KAB. NIAS BARAT
Nelson Hutahaean, ST, MT1 , Alfonsius Marco Hia 2
1. Perhitungan Daya Dukung Pondasi
Daya dukung pondasi dihitung
dengan menggunakan metode
Meyerhoft dengan menggunakan data
Sondir (CPT). Adapun lokasi yang
ditinjau adalah pada titik S-1.
Kedalaman rencana adalah pada
kedalaman 7m.
2. Perhitungan Efisiensi Tiang
GroupEfisiensi kelompok tiang
dihitung dengan menggunakan
metode Converse Labarre.
3. Perhitungan Beban JembatanBeban-
beban yang bekerja pada jembatan
dihitung sesuai dengan Peraturan
Perencanaan Pembebanan Jembatan
Gambar 3.3. Penulangan Abutmen Jalan Raya Tahun 1987.
Jembatan 4. Stabilitas Abutmen
(Sumber: Dinas PU Nias Barat, 2016) a) Stabilitas Terhadap Guling
b) Stabilitas Terhadap Geser
c) Stabilitas Terhadap Daya Dukung

4.ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Perhitungan Daya Dukung
Pondasi
4.1.1 Daya Dukung Pondasi Tunggal
Menggunakan Data Sondir
4.1.1 Nilai qc diambil rata-rata seperti
pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut.
Nilai qc diambil rata-rata seperti pada
tabel 4.1 adalah sebagai berikut.
qc1 =
= 134 kg/cm2
qc2 = 215
qc =
= 174.5 kg/cm2
Ap = x π x (D)2
= x 3,14 x (80)2
Gambar 3.4 Detail Pondasi Abutmen = 5024 cm2
(Sumber: Dinas PU Nias Barat, 2016) K11 = π x D
= 3,14 x 80
= 251,2 cm

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 36-48 42


Perhitungan kapasitas daya dukung Perhitungan Pembebanan
ultimate tiang menurut Meyerhof adalah Perhitungan pembebanan pada jembatan
sebagai berikut: ini mencakup perhitungan beban mati,
Qc = 174.5 kg/cm2 (tahanan ujung beban hidup, dan beban gempa.
sondir pada titik S-1 kedalaman Peraturan pembebanan yang digunakan
6,00 m) adalah PPPJR 1987.
Ap = 5024 cm2 (luas penampang
tiang) Perhitungan Gelagar Memanjang
JHL = 274kg/cm (jumlah hambatan Pembebanan Gelagar Memanjang
lekat pada sondir titik S-1) I. Gelagar Tengah
K11 = 251,2 cm (keliling tiang) a) Beban Mati
Maka Qu= (qc x Ap) + (JHL x K11) Berat Plat Lantai = 1.5 m x
= (174.5 kg/cm2 x 5024 cm2 ) + (274 0.25 m x 2.4 Ton / m3 =
kg/cm x 251,2 cm) 0.9 Ton / m
= 876688 kg + 68828.8 kg Berat Aspal = 1.5 m x 0.2 m x
= 945516.8 kg = 945.517 Ton 2.3 Ton / m3 = 0.69 Ton / m
Berat sendiri Profil WB60 (400.400.16)
Faktor Aman: = 0.86 Ton / m
DL = 2.45 Ton / m
Qi = +
Reaksi tumpuan pada gelagar
tengah dapat dilihat pada
gambar 4.1 berikut ini.
= 305995.093 kg
= 305.995 Ton
4.2 Perhitungan Efisiensi Kelompok
Tiang
Perhitungan Efisiensi Kelompok Tiang
Menggunakan Metode Converse
Labarre:
Eg =1–θx
q = arctg
m =4 Gambar 4.1 Reaksi Tumpuan
n =3 RA = RB = (5 m x 2.45 Ton/m)/2 =
D = 80 cm 6.125 Ton
S = 250 cm Gelagar yang Letaknya di Tepi
Ө = arc tan ( = 17,74o a) Berat pelat beton
= 0.675 x 0.15 m x 2.4 ton / m2
Eg = 1 – 17,74 x
= 0.243 Ton / m
= 0,72 b) Berat profil ( IWF 250.125)
Kapasitas Daya Dukung Kelompok = 0.03 Ton / m
Tiang c) Berat tembok pembatas
Qg = Eg x n x Qi = 0.76 mx 1.5 m x 2.4 Ton / m3
= 0,72 x 12 x 305.995 = 2.736 Ton / m
= 2643.797 Ton

43 EVALUASI PERENCANAAN ABUTMEN DAN PONDASI PADA PROYEK JEMBATAN Di BAWADASI


KECAMATAN LAHOMI KAB. NIAS BARAT
Nelson Hutahaean, ST, MT1 , Alfonsius Marco Hia 2
qDL = berat plat + berat sendiri profil PPPJJR hal.19.a: Beban hidup yang
+ berat tembok pembatas diterima oleh tiap gelagar tengah adalah
= 0.243 T / m + 0.03 T / m + 0.21 sebagai berikut:
T / m + 2.736 T / m Beban Terbagi rata: q = x
= 3.009 Ton / m ton/m
Reaksi Perletakan:
Beban garis P= x ton
RA = RB = ½ ( 5 x 3.009 ) = 7.523
Ton Dimana :
Gelagar memanjang berjarak 1.5m dan S = jarak gelagar yang berdekatan (dari
memiliki bentang 5m dapat dilihat pada sumbu ke sumbu )
gambar 4.2 berikut ini. = 0.75 bila kekuatan gelagar
melintang diperhitungkan
PELAT BETON = 1.00 bila kekuatan gelagar
melintang tidak diperhitungkan
Beban Merata:
Gelagar Memanjang ( IWB 400.400)
q1 = l = 1.65 / 2.75 x 1.5 = 0.9 ton /
1.50 m
Beban Garis:
P= 12 Ton / lajur
P= xlxK
Gambar 4.2 Gambar Profil Gelagar
Memanjang = x 1.5 x 1.18= 7.72 Ton
b) Beban Hidup Di luar jalur:
Berdasarkan PPPJJR 1987, beban Beban Merata:
“D” atau beban jalur adalah susunan q2 = 0.5 x l = 0.5 x ( ) x 1.5 =
beban setiap jalur lalu lintas yang
0.45 ton / m
terdiri dari beban terbagi rata
sebesar “q” dan beban “P” per jalur
Beban Garis:
lalu lintas.
P = 12 Ton / lajur
Koefisien Kejut ( K ) = =
P = 0.5 x ( )xlxK
= 1.18
= 0.5 x ( ) x 1.5 x 1.18
 Di dalam jalur: = 3.86 Ton
Beban Merata (PPPJJR hal.7.2.4.a) Beban Hidup Pada trotoar:
Untuk 30 m < L < 60 m Q=500kg/m2, menurut peraturan dalam
ton / m perhitungan kekuatan gelagar-gelagar,
ton / m pengaruh muatan hidup pada trotoar
1.65 ton / m diperhitungkan 60% lebar trotoar. Lebar
trotoar 0.5m jadi:
Koefisien kejut = 1.18 q3 = 60 % x Q x l
PPPJJR hal.8c: = 60 % x 500 kg / m2 x 0.90 m
Beban Terbagi rata = ton / m = 0.27 ton/m
Beban garis = ton Untuk sketsa pembebanan beban merata
(q) pada gelagar memanjang dapat

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 36-48 44


dilihat pada gambar 4.3 berikut ini. RA = RB = ( ½ x 3.86 ) +
0.50 0.25 5.50 0.25 0.50 { }= 3.73 Ton
q1 = 0.9 T/m

q2 = 0.45 T/m

q3 = 0.27 T/m
Untuk sketsa pembebanan gelagar
memanjang bagian tepi dapat dilihat
pada gambar 4.6 berikut ini.
1.50 1.50 1.50 1.50
P1 = 7.72 T/m
q1 = 0.9 T/m
Gambar 4.3 Gambar sket pembebanan q
pada gelagar
Untuk sketsa pembebanan beban garis
(P) pada gelagar memanjang dapat
dilihat pada gambar 4.4 berikut ini.
0.25 5.50 0.25

P1 = 7.72 T/m

5.00
P2 = 3.8 T/m

Gambar 4.6 Pembebanan gelagar


memanjang bagian tengah
1.50 1.50 1.50 1.50 RA = RB = ½ (7.72 T ) + ½ ( 5 m x 0.9
T/m ) = 6.11 T
Gambar 4.4 Gambar sket pembebanan P
pada gelagar Perhitungan Gelagar Melintang
Untuk sketsa pembebanan gelagar Gelagar melintang memiliki bentang 6.8
memanjang bagian tepi dapat dilihat m
pada gambar 4.5 berikut ini. Pembebanan Gelagar Melintang:
P2 = 3.86 T/m 1.Beban Mati
q2 = 0.45 T/m a. Berat sendiri profil
(IWB. 450.200.12) = 136 kg / m =
0.136 T / m
q3 = 0.27 T/m
RA = RB = ½ x (0.136 x 7) = 0.476 Ton
b.Akibat beban dari gelagar memanjang
(P)
Semua beban pelat beton dan beban lalu
lintas setelah ditumpu oleh gelagar
5.00 memanjang kemudian dialirkan melalui
gelagar melintang ini sehingga gelagar
RA = 3.73 T/m RB = 3.73 T/m
melintang menahan beban akibat reaksi
Gambar 4.5 Pembebanan gelagar dari gelagar memanjang.
Untuk pembebanan gelagar melintang
memanjang bagian tepi
akibat beban mati gelagar memanjang
dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut ini.

45 EVALUASI PERENCANAAN ABUTMEN DAN PONDASI PADA PROYEK JEMBATAN Di BAWADASI


KECAMATAN LAHOMI KAB. NIAS BARAT
Nelson Hutahaean, ST, MT1 , Alfonsius Marco Hia 2
P1 = 3.73 Ton rangka luas sisi jembatan yang
P2 = 6.11 Ton terkena angin diambil 30% dari luas
P1 P2 P2 P2 P1 sisi jembatan. Tinggi jembatan = 6.35
m.
RHA A

HW1 6.35

Gambar 4.7 Pembebanan gelagar HW2


melintang akibat beban mati gelagar 2.00

memanjang
0.20

RA=RB= (2 x ½ x 6.11 ) + (2 x ½ x 3.73 RHB


0.90

) = 9.84 Ton
B
Beban Hidup : Untuk pembebanan
Gambar 4.9 Pembebanan Angin
gelagar melintang akibat beban hidup
gelagar memanjang dapat dilihat pada A. Gaya angin pada sisi rangka
gambar 4.8 berikut ini. jembatan
P1 = 3.73 Ton HW1 = 30 % x qW x A
P2 = 6.11 Ton = 30 % x 150 x
P1 P2 P2 P2 P1
{ }
= 16430.62 kg
Gaya angin pada muatan hidup
setinggi 2m
HW2 = qW x A
Gambar 4.8 Pembebanan gelagar = 150 x 2 x 60
melintang akibat beban hidup = 18000 kg
gelagar memanjang
RA=RB = (2 x ½ x 3.73 ) + ( 2 x B. Gaya pada pertambatan angin atas
½ x 6.11 ) = 9.84 Ton ∑ =0
Beban ultimit gelagar melintang: (HW1 x ½ x 5) - RHA x 6.35=0
PU1= 1.2 PDL1 + 1.6 PLL1 (16430.62 x 2.5 ) - 6.35RHA= 0
= 1.2 ( 3.73 ) + 1.6 ( 3.73 ) RHA= 41076.55/6.35=6468.74 kg
= 10.444 Ton Reaksi tumpuan ikatan angin atas:
PU2= 1.2 PDL2 + 1.6 PLL2 R = 6468.74 kg/2= 3234.37 kg
= 1.2 ( 6.11 ) + 1.6 ( 6.11 ) Pada 1 buhul: P = 1/11 x
= 17.108 Ton 3234.37 kg = 294.03 kg
RA = RB= (2 x ½ x 10.444 ) + ( 2 x ½ x Pada buhul tepi =½P=½
17.108 ) = 27.552 Ton x 294.03 = 147.01 kg

4.4.3 Perhitungan Ikatan Angin C. Ikatan Angin Atas


Beban angin = 150 kg / m2 Ikatan angin atas merupakan
(PPPJR,1987 hal 13). Untuk jembatan konstruksi rangka yang berfungsi

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 36-48 46


untuk menahan kestabilan struktur q = ( 20 + 3L ) b
rangka jembatan akibat = ( 20 + 3 x 50 ) 7 m
pembebanan horizontal angina = 1190 kg / m
pada bagian atas rangka jembatan. W2 =2xqxl
= 2 x 1190 kg / m x 60
P/2 P P P P P P P P P P/2 = 142800 kg
= 142.8 Ton

Wtot = W1 + W2
= 11.539 Ton + 142.8
5.00
= 154.339 Ton
Setiap rangka baja menerima
beban sebesar = 154.339 / 2 =
RA RB 77.169 Ton
50.00
Reaksi Tumpuan (R2):
Gambar 4.10 Ikatan Angin Atas (R2) = ½ x 77.169 Ton
RA = RB = 11631.1 kg = 38.584 Ton
P = 1057.83 kg 4.4.5 Akibat beban dari gelagar
P/2 = 133.6 kg melintang
4.4.4 Pembebanan Rangka Baja a. Beban mati
1. Ikatan angin atas Reaksi dari gelagar melintang:
a. Terdiri dari profil L 90.90.9: (R) = 9.84 Ton
= 2 x 11 Reaksi pada tumpuan:
(R3) = ½ x ( 13 x 9.84 Ton ) =
{√ } =
63.96 Ton
40988.01 kg = 40.98 Ton
b. Beban hidup
Setiap rangka baja menerima
Reaksi dari gelagar melintang:
beban sebesar = = 20.49 Ton R = 9.84 Ton
Pada 1 buhul = P1 = = Reaksi Pada tumpuan:
(R4) = ½ x ( 13 x 9.84 )
2.049 Ton
= 63.96 Ton
Pada ujung buhul = = Total Reaksi pada perletakan
= 1.024 Ton (tumpuan):
Reaksi Tumpuan = R1  Reaksi tumpuan akibat beban
= ½ ( 11 x 2.049 ) = 11.269 mati:
Ton Rtot = R1 + R2 + R3
b. Berat pipa sandaran = 11.269 + 38.584 +
= 60 % x 500 kg / m2 x 0.90 m = 63.96
0.27 Ton = 113.813 Ton
W1 = 11.269 + 0.27  Reaksi tumpuan akibat beban
= 11.539 Ton hidup
Rtot = 63.96 Ton
c. Berat Rangka Baja
Ditaksir

47 EVALUASI PERENCANAAN ABUTMEN DAN PONDASI PADA PROYEK JEMBATAN Di BAWADASI


KECAMATAN LAHOMI KAB. NIAS BARAT
Nelson Hutahaean, ST, MT1 , Alfonsius Marco Hia 2
Reaksi dari gelagar melintang akibat a) Kontrol Terhadap Guling:
beban hidup + beban mati dapat dilihat 2493.727 Ton 553.641 Ton
pada gambar 4.11 berikut ini. ….OK !!!
b) Kontrol Terhadap Geser:

c) Kontrol Terhadap Daya Dukung:


= 10.272 T / m2 dan =
63.961T/m2
d) Evaluasi kapasitas grup tiang =
P P P P P P P P P P P 2643.797 Ton 2195.269 Ton
……. OK!
Gambar 4.11 Reaksi Dari Gelagar
Melintang akibat Beban Hidup + Beban DAFTAR PUSTAKA
Mati Bowles, J.E . (1986). Analisis dan
5.1 Kesimpulan Desain Pondasi jilid 2. Penerbit
Panjang total jembatan dalam Erlangga, Jakarta.-(1986). Sifat-sifat
perencanaan jembatan ini adaalah 60 m. Fisis Dan Geoteknis Tanah. Erlangga.
Dari evaluasi perencanaan jembatan Jakarta.
didapatkan beberapa kesimpulan Bowles, J.E.-(1988). Foundation
analysis and Design, 4th Edition.
dibawah ini adalah sebagai berikut.
McGraw – Hill. -(1991). Analisis Dan
1) Perhitungan daya dukung tiang Desain Pondasi Jilid 1. Erlangga.
tunggal didapatkan Qi = 305.995 Ton. Jakarta. -(1997). Analisis Dan Desain
2) Perhitungan efisiensi tiang group Pondasi Jilid II. Erlangga. Jakarta.
menggunakan metode Converse Broms, B. B. (1964), The Lateral
Labarre didapatkan Eg = 0,72. Resistance of Piles in Cohesive Soils,
3) Pada gelagar memanjang Journal of the Soil Mechanics Divisions,
menggunakan profil WB60 ASCE, Vol. 90, No SM3.
(400.400.16),pada gelagar melintang Hardiyatmo, H. C. 2010, Analisis
menggunakan profil IWB. 450.200.12 dan Perancangan Pondasi, Bagian II,
Gadjah Mada University
dan pada gelagar ditepi (trotoar)
Press,Yogyakarta, Indonesia.
menggunakan profil ( IWF 250.125). H. C. 2002, Teknik Pondasi 1,
4) Pada pembebanan jembatan di Edisi Kedua,Beta Offset, Perum FT,
dapatkan akibat beban hidup sebesar UGM, No.3, Seturan YK, Indonesia.
113.813 Ton dan akibat beban mati Meyerhof, G. G. (1983). Scale
sebesar 63.96 Ton. effects of ultimate pile capacity. J
5) Pada pembebanan abutmen Geotech Eng 109:797–806.
menggunakan pondasi tiang bored G. G. (1956). Penetration tests and
pile. bearing capacity of cohesionless
6) Bored pile menggunakan diameter 0.8 soils.ASCEJ Soil Mech Found Div
82:866–1019.
m dan panjang 7 m.
PPPJR, 1987, Perencanaan
7) Menghitung Stabilitas Abutmen Pembebanan Jembatan Jalan Raya dan
didapatkan: Brigde Management System,
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta

JURNAL TEKNIK VOLUME VIII, FEBRUARI 2019 ; 36-48 48

Anda mungkin juga menyukai