BENDUNGAN
LEUWIKERIS KABUPATEN CIAMIS
Analisis dan Metode Pekerjaan Pada Segmen D-18 Plat
Lantai Bangunan Pelimpah
YOGYAKARTA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Disusun oleh:
Yogyakarta, …………..
Ketua Program Studi Teknik Sipil
Adwiyah Asyifa, S.T., M.Eng.
NIK 110116081
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
NIM : 5160811217
Yogyakarta,....................
Penulis
5160811217
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek. Sholawat serta
salam semoga tetap terlimpahkan kepada jungjunan kita Nabi Muhammad SAW.
1. Bapak Dr. Bambang Moertono Setiawan, M.M., C.A., Akt. selaku Rektor
Universitas Teknologi Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Endy Marlina, M.T. selaku dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta.
3. Ibu Adwiyah Asyifa S.T., M.Eng. selaku Ketua Program Studi
Teknik Sipil.
4. Bapak Danny Setiawan, S.T., M.Sc. selaku dosen wali.
5. Bapak Puji Utomo, S.T.,M.Eng.selaku dosen pembimbing dalam
penulisan laporan kerja praktik.
6. Pihak PT. Waskita Karya Tbk. (Persero) – PT. Hutama Karya – PT Basuki
Rahmanta Putra KSO, selaku kontraktor yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang penulis perlukan.
7. Orang tua dan keluarga yang selalumemberikan semangat dan dukungan
moril dan materil.
8. Rekan-rekan sesama mahasiswa yang melakukan kerja praktik di Proyek
Pembangunan Bendungan Leuwikeris
v
9. Rekan-rekan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Teknologi Yogyakarta.
Akhir kata penulis memohon kritik dan saran untuk penyempurnaan laporan
dimasa yang akan datang. Semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membacanya.
Yogyakarta, ...........................
vi
DAFTAR ISI
vii
3.1 Organisasi Proyek....................................................................................23
3.1.1 Pemilik Proyek (Owner)..................................................................24
3.1.2 Konsultan Perencana........................................................................24
3.1.3 Konsultan Pengawas........................................................................25
3.1.4 Kontraktor Pelaksana.......................................................................26
3.2 Administrasi Proyek................................................................................32
BAB IV............................................................................................................................34
4. BAHAN DAN ALAT..............................................................................................34
4.1 Bahan Yang Digunakan...........................................................................34
4.2 Alat Yang Digunakan..............................................................................36
BAB V.............................................................................................................................41
5. ANALISIS PELAKSANAAN PEKERJAAN.........................................................41
5.1 Metode Pelaksanaan................................................................................41
5.1.1 Pekerjaan Dewatering......................................................................41
5.1.2 Pekerjaan Beton...............................................................................44
5.2 Analisis Masalah.....................................................................................86
5.2.1 Pekerjaan Subdrain Perporated dia 4...............................................87
5.2.2 Volume Beton K 125.......................................................................87
5.2.3 Luasan Bekisting..............................................................................88
5.2.4 Volume Beton K 225.......................................................................88
5.2.5 Panjang Waterstop...........................................................................89
BAB VI............................................................................................................................89
6. KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................................89
6.1 Kesimpulan..............................................................................................89
6.2 Saran........................................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................90
viii
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar 5.20 Skema Pembesian untuk Fabrikasi...................................................71
Gambar 5.21 Bar Cutter (Kiri) dan Bar Bender (Kanan)......................................71
Gambar 5.22 Flatbed Truck Alat Langsir Besi Tulangan......................................72
Gambar 5.23 Kawat Bendrat Sebagai Alat untuk Menyambung/Merakit Besi
Tulangan Ulir.........................................................................................................75
Gambar 5.24 Las Besi untuk Menyambung/Merakit Tulangan Besi Ulir.............75
Gambar 5.25 Gambar Gunting Besi Manual.........................................................75
Gambar 5.26 Gambar Alat Pemotong Besi Gerinda..............................................76
Gambar 5.27 Bekisting Expose Menggunakan Material Kayu.............................77
Gambar 5.28 Dimensi Lantai.................................................................................79
Gambar 5.29 Dimensi Lantai Secara Keseluruhan...............................................79
Gambar 5.30 Pekerjaan Bekisting Lantai..............................................................80
Gambar 5.31 Rencana Siklus Penggunaan Bekisting Lantai.................................81
Gambar 5.32 Rencana Siklus Penggunaan Bekisting Dinding Spillway...............81
Gambar 5.33 Ilustrasi Pekerjaan Bekisting Lantai.................................................83
Gambar 5.34 Ilustrasi Pengecoran Lantai..............................................................84
Gambar 5.35 Ilustrasi Pengecoran Lantai..............................................................85
Gambar 5.36 Pemasangan Waterstop pada Plat Lantai.........................................86
xi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 8 Dokumentasi
xii
BAB I
1. PENDAHULUAN
1
Pelaksanaan bangunan pelimpah dan dinding penahan tanah bangunan
pelimpah merupakan pekerjaan dari paket 4 yang dilaksanakan oleh PT.
Waskita, PT. Hutama Karya, dan PT. BRP. Proyek pembangunan
Bendungan Leuwikeris ini berlokasi di wilayah Kecamatan Cimaragas dan
Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis dan Kecamatan Cineam,
Kabupaten Tasikmalaya.
1. Pekerjaan
2. Pekerjaan Dinding Penahan Tanah
3. Pekerjaan Bekisting
4. Pekerjaan pengecoran
5. Pekerjaan Plat Lantai
2
Non Vertikal (SNVT) Pembangunan Bendungan Balai Besar Wilayah dan
Sungai (BBWS) Citanduy yang berkantor pusat di Kota Banjar. Konsultan
pengawas adalah PT Virama Karya – PT Caturbina Guna Persada KSO.
Penyedia jasa atau kontraktor yang bekerja pada Proyek Pembangunan
Bendungan Leuwikeris terbagi menjadi tiga. Kontraktor paket satu adalah
PT Pembangunan Perumahan (PP) dan PT Bahagia Bangun Nusa KSO,
Kontraktor paket dua adalah PT. Waskita Karya dan PT Adhi Karya KSO,
sedangkan kontraktor paket tiga adalah PT Hutama Karya (Persero). Karena
terjadi beberapa kendala pada saat pembangunan bangunan pelimpah maka
ada sebagian pekerjaan yang dialihkan ke pekerjaan paket empat yang
dikerjakan oleh PT. Waskita Karya – PT. Hutama Karya dan PT. Basiki
Rahmanto Putra KSO. Sebagian besar lokasi proyek berada di Desa
Handapherang dan Desa Cihalarang di Kecamatan Cijeungjing Kabupaten
Ciamis. Sebagian lainnya berada di Desa Cilangkap dan Desa Pasir batang
di Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat.
Pembangunan bendungan dimulai tahun 2016 dan diperkirakan selesai
tahun 2022.
3
Sebelah Selatan : Desa Ancol (Kec. Cineam,Kab. Tasikmalaya); Desa
Pasirbatang, Desa Cilangkap (Kec. Manonjaya, Kab.
Tasikmalaya)
Sebelah Barat : Desa Cilangkap (Kec. Cineam , Kab. Tasikmalaya)
4
1.1.1 Data Teknis Proyek (Administrasi)
Data-data teknis proyek secara umum adalah sebagai berikut :
No Uraian Keterangan
1 Nama Proyek Pembangunan Bendungan Leuwi Keris Paket 4
2 Lokasi Proyek Ciamis, Jawa barat
3 Sumber Dana APBN Tahun Anggaran 2019-2021
Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat
Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Balai Besar
4 Pemilik Proyek Wilayah Sungai Citanduy
5 Konsultan Perencana PT. Aditya Engineering Consultant
6 Konsultan Supervisi PT. Virama Karya - PT. Caturbina Guna Persada
PT. Waskita Karya - PT. Hutama Karya – PT.
7 Kontraktor BRP
8 Jenis Kontrak Kontrak Harga Satuan
9 Sistem Pembayaran Termin
10 Tanggal Kontrak 12 Desember 2019
11 Masa Pelaksanaan 736 hari kalender
12 Masa Pemeliharaan 365 terhitung sejak tanggal penyerahan
13 Nilai Kontrak Rp. 768.883.000.000,00
14 Nomor Kontrak 01/PP-KTR/BEND-LWK/SPB/XII/2019
SNVT . Pembangunan Bendungan BBWS
15 Satuan Kerja Citanduy
16 Uang Muka 15% dari Harga Kontrak
- 1%0 (perseribu) dari Harga bagian kontrak yang
tercantum dalam kontrak (sebelum PPN)
Denda - 1%0 (perseribu) dari Harga Kontrak (Sebelum
17 Keterlambatan PPN)
No Uraian Keterangan
1 Luas daerah pengaliran sungai 646.00 km²
2 Luas genangan pada kondisi H WL (FWL PM F) 242.90 Ha
5
3 Debit sungai Rata-rata tahunan 36.89 m³/det
4 Curah hujan rata -rata tahunan 2987.00 mm
5 Debit banjir maksimum boleh jadi (QPM Fin) 4767.40 m³/det
6 Debit banjar 1000 tahun (Q1.000in) 1066.90 m³/det
7 Debit banjir 100 tahun (Q100in) 600.30 m³/det
8 Muka air banjir PM F (HWL) 156.618 m
9 Muka air banjir 1.000 tahun 155.278 m
10 Muka air banjir 100 tahun 154.358 m
12 Muka air normal maksimal (NWL) 150.568 m
13 Tampungan bruto (degan sedimen) 81.44 juta m³
14 Tampungan efekf 45.35 juta m³
Tampun gan ma pada elevasi +133.00 m (dengan
15
sedimen) 36.09 Juta m³
16 Usia guna waduk 50 tahun
17 Retensi banjir (Q25) 11.71 %
6
1.1.3 Data Bangunan Bangunan utama Pada Bendungan Leuwikeris
1. Terowongan Pengelak
Diameter : 2 x 6,25 m
Kemiringan : 0,00485
7
Elevasi Outlet Terowongan I dan II : +79,03 m
2. Bendungan Utama
8
Kemiringan lereng Hilir : 1 : 2,50
3. Bangunan Pelimpah
9
Debit Rencana Q1000 : 1066.90 m³/det
Debit Renca Q100 : 600.300 m³/det
Jumlah Pintu : 2 buah
Ukuran Pintu : 10 m x 10 m (b x h)
Panjang Ruang Olak : 50,00 m
Elevasi dasar ruang olak : + 71.568 m
Elevasi dasar Pintu : + 140,568 m
Pelimpah Samping
Tipe : Pelimpah Samping type ogee (tanpa pintu)
Debit Banjir PMF : 4767,40 m³/det
Debit Rencana Q1000 : 1066.90 m³/det
Debit Renca Q100 : 600.300 m³/det
Lebar Mercu : 85,00 m
4. Bangunan Pengambilan
10
Pintu Intake : Pintu Sorong (plat
baja)
Ukuran Pintu Intake : 2,90 m x 2,90 m
Panjang saluran hantar : 45 m
Tipe Waterway : Lingkaran
Panjang Waterway : 450,00 m
Diameter Waterway : 6,25 m
Panjang Penstock : 1062,00 m
Diameter pipa Baja : 2,00 m
Tipe Katub Pengamanan saluran irigasi : Katub kupu-kupu
(F= 2,10 M X 1,95 m) Tipe katub kendali irigasi : Kerucut tetap
(FixedCone) /(Howell-Bungervave)
5. Potensi Pembangkit Tenaga Listrik
Lokasi : Bukit tumpuan kiri
hilir +75,00 m
Jenis gedung pembangkit : Indoor
Kapasitas Terpasang : 2 unit x 10 MW
6. Mekanikal dan Elektrikal
a. Pintu Pengelak
b. Pintu Pengambilan
c. Trashrack
d. Pintu pelimpah
11
BAB II
2. DASAR – DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
2.
13
m. Tata Cara Pengontrolan Sedimentasi Pada Bendungan; SNI 19-6459-
2000
14
2.1.1 Persyaratan Referensi Hukum
Pekerjaan ini mengacu pada aturan perundang-undangan yang berlaku
seperti:
a. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33
b. Undang-Undang Nomor 11 tahun 1974, tentang Pengairan
c. Undang-Undang No. 5 tahun 1990, tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya
d. Undang-Undang No. 22 tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah
e. Undang-Undang No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup
f. Undang-Undang No. 26 tahun 2007, tentang Penataan Ruang
g. Undang-Undang No. 32 tahun 2009, tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup
h. Undang-Undang No. 41 tahun 1999, tentang Kehutanan
i. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 tahun 1990, tentang
Pengendalian Pencemaran Air
j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 tahun 1969, tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan
k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 37 tahun 2010 tentang
Bendungan
15
Dengan adanya pelimpah, elevasi muka air di hulu didesain tidak akan
melampaui batas maksimum berkaitan dengan debit banjir rencana.
Pada bendungan urugan, bangunan pelimpah harus terbuat dari beton
dengan penempatan pada lokasi yang mempunyai daya dukung kuat,
kemiringan yang lebih curam, jarak dengan alur sungai lebih pendek serta
aliran yang searah dengan aliran downstream sungai sehingga saluran
peluncur dan pelepasannya ke sungai tidak terlalu panjang serta mempunyai
hidrolis yang baik. Sangat tidak diperkenankan untuk menempatkan
pelimpah pada daerah timbunan bendungan. Dengan kata lain, penempatan
pelimpah harus di luar as bendungan (Sosrodarsono, 1989).
Untuk bendungan beton cenderung membutuhkan pelimpah yang
lebih sederhana. Biasanya menyatu dengan bendungan, berupa pelimpah
‘ski-jump’. Karena penggunaan chute atau pelimpah berpeluncur pada
bendungan beton membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Karena berbagai
macam kondisi, baik yang berkaitan dengan struktur pelimpah itu sendiri
maupun tinggi muka air di hilir, umumnya diperlukan model tes hidrolik
untuk mendapatkan desain terbaik pelimpah (Susilo, 2015).
16
menyalurkan banjir desain dengan aman. Besaran banjir akan sama
atau lebih kecil dari banjir maksimum boleh jadi.
17
bendungan, meskipun dapat pula di tempatkan pada lokasi pelana
yang jauh dari lokasi struktur bendungan.
2. Pelimpah Samping (Side Channel Spillway)
Pelimpah tipe ini digunakan pada kondisi yang sama seperti
pelimpah luncur. Disebabkan bentuknya yang unik, maka pelimpah
samping dapat di tempatkan pada tumpuan bendungan sempit.
Pelimpah samping umumnya tanpa pintu, karakteristik aliran adalah
sama dengan aliran melalui ambang bebas, kecuali pada debit aliran
tinggi yang mungkin merendam sebagian puncak pelimpah.
Pelimpah jenis ini mempunyai keuntungan lain, mempunyai saluran
sempit, akibat terjalnya lereng tumpuan, ambang pelimpah dapat
didesain cukup panjang untuk mengakomodasi debit banjir desain.
3. Pelimpah Corong (Shaft)
Pelimpah corong termasuk salah satu dari berbagai konfigurasi
desain mercu, dengan dan tanpa pintu, seluruhnya merupakan
transisi ke sistem konduit atau terowongan di hilir mercu. Sistem
konduit tertutup pada pelimpah corong merupakan pengganti saluran
luncur pelimpah yang digunakan pada pelimpah konvensional.
4. Pelimpah Sipon (Siphon)
Pelimpah sipon dibangun dengan satu atau lebih sipon pada
ketinggian mercu, kadang-kadang digunakan untuk menyediakan
pengaturan muka air otomatis dalam batas yang pendek atau bila
kapasitas debit hanya diperlukan pada waktu periode waktu yang
singkat.
5. Pelimpah Labirin
Karakteristik pelimpah labirin yaitu adanya perubahan
alinyemen dari tata letak untuk memperpanjang mercu dibanding
dengan mercu konvensional pada ruang lateral yang sama.
Perubahan alinyemen membentuk satu seri dari weir bentuk V yang
terhubung satu sama lain.
6. Pelimpah Inlet Bak Terjun (Box Inlet Drop Spillway)
18
Pelimpah tipe bak terjun (Drop) vertikal atau tipe jatuh bebas
merupakan salah satu dari bentuk aliran yang jatuh bebas dari daerah
waduk. Tipe ini sesuai untuk bendungan tipe busur yang tipis, aliran
air dapat mengalir bebas atau sepanjang bagian mercu yang sempit.
7. Pelimpah Konduit/Terowongan
Pelimpah konduit/terowongan merupakan saluran tertutup
yang dapat berupa shaft vertikal atau miring atau horisontal yang
melalui formasi tanah atau batuan. Sebagai bangunan/ambang
pengendali dapat berupa hampir semua jenis ambang pelimpah
dengan bukaan vertikal atau miring, lubang glory atau saluran
samping, dan lain-lain. Terowongan biasanya didesain untuk aliran
sebagian penuh, kecuali untuk lubang glory. Tipe ini biasanya
dilengkapi dengan aerasi. Bila saluran tertutup dibangun di bawah
bendungan, bangunan tersebut disebut sebagai pelimpah konduit.
Jenis pelimpah ini biasanya cocok untuk bendungan pada lokasi di
lembah yang lebar, dimana konduit pengelak dibuat di dekat aliran
sungai.
dengan:
Q = debit (m3/dt)
C = koefisien debit
L = lebar efektif ambang (m)
Hd = tinggi tekan di atas ambang (m)
b. Koefisien Debit
19
Koefisien debit juga dapat ditentukan berdasarkan rumus empiris
Iwasaki, rumus ini hanya berlaku untuk tipe standar (Sosrodarsono,
1977:182).
0,99
Hd
Cd = 2,200 − 0,0416 ( ) .............................................(2.2)
P
h
1+ 2a (
Hd )
C = 1,6 ................................................................(2.3)
h
1+ a (
Hd )
dengan:
C = koefisien limpahan untuk semua tinggi tekan
Cd = koefisien limpahan untuk tinggi tekan rencana
h = tinggi air di atas mercu ambang (m)
Hd = tinggi tekan rencana di atas mercu ambang (m)
P = tinggi ambang (m)
a = konstanta diperoleh pada saat
h = Hd, yang berarti C = Cd
20
Tabel 2.3 Nilai K dan n
(Sumber: Chow, 1997:330)
d. Saluran Samping
Perhitungan tinggi permukaan air pada pelimpah samping
tergantung pada persamaan pergerakan aliran, dengan meninjau
dua buah penampang melintang saluran dengan jarak sependek
mungkin. Momentum pada ujung hulu ditambahkan dengan
kenaikan momentum yang timbul sepanjang jarak potongan
tersebut akan mempunyai nilai sama dengan momentum yang
terjadi pada bagian ujung dari potongan hilir, sehingga
persamaannya digambarkan sebagai berikut :
Q1(V 1+V 2) q .V 2 . Δx
Δℎ =
g(Q 1+Q2)
Δv+ ( Q )
.................................(2.5)
dengan:
Δℎ = kenaikan tinggi air pada jarak Δ𝑥
Q1 = debit dipotongan bagian hilir
Q2 = debit dipotongan bagian hulu
V1 = kecepatan rata-rata dipotongan bagian hilir
V2 = kecepatan rata-rata dipotongan bagian hulu
q = debit persatuan lebar
Δ𝑉 = V1-V2
g = percepatan gravitasi
e. Saluran Transisi
Perhitungan hidrolika pada saluran transisi
mengkondisikan aliran di ujung saluran transisi adalah subkritis
21
dan di hilir kritis sesuai dengan rumus kekekalan energi sebagai
berikut (Masrevaniah, 2012:52):
VB 2 VC 2 K (VB 2−VC 2 )
𝑍 + 𝑌𝐵 + = + + + ℎ𝑓 ............(2.6)
2g 2g 2g
dengan:
Z = beda tinggi titik B dan C
YB = tinggi aliran di titik B (ujung hulu transisi)
VB = kecepatan air di titik B (ujung hulu transisi)
YC = kedalaman kritis di titik C (ujung hilir transisi)
VC = kecepatan kritis di titik C (ujung hilir transisi)
K = koefisien kehilangan tinggi akibat perubahan penampang
(0,1 – 0,2)
hf = kehilangan tinggi tekan akibat gesekan
f. Saluran Peluncur
Untuk menentukan profil muka air pada saluran peluncur
dapat digunakan metode kekekalan energi, untuk saluran yang
cukup panjang perhitungan bisa dilakukan secara bertahap dengan
jarak tertentu dengan rumus sebagai berikut (Masrevaniah,
2012:55):
V 12 V 22
𝑍 + 𝑌1 + = 𝑍2 + 𝑌2 + + ℎ𝑓 ................................(2.7)
2g 2g
SF =
∑ Mv > 1,5.....................................................................(2.8)
∑ Mh
dengan:
22
SF = angka keamanan (safety factor)
∑ Mv = momen tanah vertikal (t.m)
SF =
∑ v . f ..............................................................................(2.9)
∑H
dengan:
SF = angka keamanan
∑ v . f = jumlah gaya vertikal (ton)
∑ H = jumlah gaya horizontal (ton)
f = koefisien gesekan
23
BAB III
3. MANAJEMEN PROYEK
23
Gambar 3.7 Struktur Organisasi Proyek
24
Bendungan Leuwikeris PT. Aditya Engineering Consultant ditunjuk sebagai
Konsultan Perencana proyek.
Konsultan Perencana mempunyai tugas dalam pelaksanaan proyek
konstruksi, antara lain :
1. Mengadakan peyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan Pemilik
Proyek (owner).
2. Membuat gambar rencana kerja dan syarat-syarat pelaksana bangunan
(RKS) sebagai pedoman pelaksanaan.
3. Merealisasikan ide Pemilik Proyek (Owner) dalam desain bangunan dan
melakukan perubahan desain bila terjadi penyimpangan.
4. Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur jika terjadi
kegagalan konstruksi.
5. Mengusulkan dan menolak segala bentuk penilaian dan pertimbangan
dari pengguna jasa dan kontraktor perihal pekerjaan proyek.
25
5. Melakukan pengujian terhadap setiap bahan terutama material yang
akan dipakai dan melakukan pengawasan terhadap kualitas pekerjaan
yang dilakukan oleh kontraktor. Material dan kualitas harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan spesifikasi yang ditetapkan.
26
Gambar 3.8 Struktur Organisasi Proyek
a. Project Manager
Adapun tugas dan wewenang Project Manager adalah:
- Mengambil keputusan terakhir yang berhubungan dengan
pembangunan proyek.
- Menandatangani Surat Perintah Kerja (SPK) dan surat perjanjian
(kontrak) antara pimpinan proyek dengan kontraktor.
- Mengesahkan semua dokumen pembayaran kepada kontraktor.
- Menyetujui atau menolak pekerjaan tambah kurang.
- Menyetujui atau menolak penyerahan pekerjaan.
- Memberikan semua instruksi kepada konsultas pengawas.
b. Deputy Project Manager
Deputy Project Manager merupakan wakil Project Manager yang
bertugas membantu Project Manager dalam mengendalikan jalannya
proyek dilapangan. DPM bertanggung jawab kepada Project Manager
yang mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
- Menguasai detail dan spesifikasi teknik kontrak sebagai acuan dalam
pelaksanaan proyek.
- Membantu Project Manager menyusun bahan / Materi Rencana Mutu
Proyek.
27
- Menyiapkan detail materi penyusunan Rencana Anggaran Proyek
- Menyusun schedule mingguan / bulanan berdasarkan master schedule
yang dibuat.
- Menjamin tersedianya tenaga kerja, material dan alat yang memadai.
- Menjamin tersedianya gambar kerja untuk dilaksanakan oleh mandor /
sub kontraktor.
- Menjamin tersedianya dana pembayaran upah / opname mandor.
- Memimpin / mengarahkan secara langsung Kordinator Lapangan
untuk memenuhi persyaratan mutu, waktu, dan biaya yang telah
disepakati.
- Menyusun detail / materi progress claim untuk disetujui oleh Project
Manager dan Pemberi Tugas.
- Tertib administrasi sesuai dengan sistem administrasi perusahaan.
- Menyiapkan detail materi laporan bulanan bersama Project Manager.
c. Site HSE Superintendent
Adapun tugas dan wewenang dari Site HSE Superintendent adalah :
- Memastikan bahwa program K3L yang direncanakan dan dituangkan
dalam SMK3LP telah dilaksanakan.
- Melaporkan laporan harian K3L pada PSMMK3LP.
- Mengevaluasi program K3L secara periodik.
- Membuat laporan harian K3L berdasarkan dari Safety Patrol.
- Mengendalikan kegiatan K3 dan lingkungan di proyek.
- Membuat dan mengadakan komunikasi dan konsultasi dengan unit K3.
- Memantau pemenuhan terhadap Undang-undang dan peraturan yang
berlaku.
d. Site QC Superintendent
Adapun tugas dan wewenang dari Site QC Superintendent adalah:
- Membuat rencana berkala pelaksanaan pemeriksaan sesuai RK3K.
- Melaksanakan pemeriksaan dan pengetesan bahan.
- Memberikan tanda status pada pekerjaan yang telah diperiksa.
- Melakukan final inspection atau memastikan bahwa seluruh kegiatan
pemeriksaan dan pengetasan telah terlaksana.
28
- Melakukan inspeksi terhadap material khususnya yang dipasok
untukpelanggan apakah sesuai dengan persyaratan / perjanjian
sebelumnya.
- Melaksanakan teknik statistik untuk menentukan karakteristik produk.
- Mengkoordinir pelaksanaan tindakan koreksi dan pencegahan.
- Membuat daftar induk dokumen yang mutakhir dan memastikan
dokumen mutu yang didistribusikan telah sampai.
- Memelihara bukti-bukti kerjanya.
e. Site Engineering Manager
Adapun tugas dan wewenang dari Site Engineering Manager
adalah:
- Mengkoordinir bagian-bagian dibawahnya dan menjamin pelaksanaan
pekerjaan dan sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan pemilik.
- Mengkoordinir pelaksanaan penyelesaian keluhan pelanggan.
- Bertanggung jawab terhadap pelaksnaan penyelesaian produk tidak
sesuai.
- Mendata perubahan-perubahan pelaksanaan.
- Memastikan pelaksanaan tindakan koreksi dan pencegahan telah
direkomendasikan PSMMK3L.
- Mempelajari, menganalisa, dan melaksanakan semua perencanaan
yang diterima dari project manager.
- Menyerahkan job list dan scope pekerjaan kepada pelaksana untuk
dilaksanakan dalam bentuk metode kerja.
- Melaksanakan pengawasan mutu pelaksanaan pekerjaan.
- Menghentikan pelaksanaan pekerjaan yang tidak memenuhi standar
mutu yang diterapkan.
- Membuat laporan-laporan yang telah ditetapkan perusahaan dan
laporan-laporan lain yang berhubungan dengan tugasnya.
- Mengajukan request direksi proyek sebelum pekerjaan dimulai.
- Mengkoordinir pemakaian alat dan bahan di lapangan.
f. Drafter
Adapun tugas dan wewenang dari drafter adalah:
29
- Membuat dan mengendalikan gambar kerja pelaksanaan (shop
drawing) dan as built drawing termasuk membuat catatan hasil
konsultasi dengan pemberi tugas atau wakilnya.
- Menerima dan menyimpan dengan baik gambar kontrak dengan status
master dan mendistribusikannya ke wilayah dengan status terkendali.
g. Site Commercial Manager
Adapun tugas dan wewenang dari Site Commercial Manager
adalah:
- Mengawasi dan mengelola keuangan suatu proyek seiring
kemajuannya.
- Perluasan, pelestarian, atau peningkatan prosedur dan standar secara
strategis.
- Menyelesaikan masalak kontrak komersial.
- Menawarkan arahan dan instruksi keuangan kepada tim proyek.
- Menilai tugas beresiko.
- Meninjau dan mengembangkan aliran operasional.
- Memastikan bahwa semua pemangku kepentingan memahami dan
mematuhi kewajiban kontrak.
- Memastikan bahwa aspek keuangan dan dampak kontrak jelas bagi
semua pihak.
- Mengawasi indikator kinerja utama keuangan proyek.
- Melaporkan kinerja keuangan kepada Manager Proyek dan anggota
staf senior lainnya.
h. Site Administration Manager
Adapun tugas dan wewenang dari Site Administration Manager
adalah:
- Melakukan seleksi merekrut tenaga kerja di proyek sebagai pegawai
harian lepas proyek atau harian yang dipakai.
- Menyimpan arsip kebutuhan training yang dibuat KUP/KAPRO
- Pembuatan laporan keuangan / laporan kas bank proyek.
- Ketepatan pengiriman laporan – laporan ke wilayah.
- Melaksanakan verifikasi pemeriksaan bukti bukti yang akan dibayar.
30
- Melayani tamu tamu intern maupun ekstern dan tugas umum.
- Mengisi data – data kepegawaian karyawan di tingkat proyek.
- Mengadakan opname kas setiap akhir pekan atas kuasa PM.
- Pembayaran gaji dan tunjangan karyawan.
- Pembuatan laporan akuntansi setiap akhir bulan dibantu petugas
khusus.
i. Site Logistic Manager
Adapun tugas dan wewenang dari Site Logistic Manager adalah:
- Melakukan pembelian barang / alat sesuai dengan tingkatan proyek
dengan mengambil pemasok yang sudah termasuk dalam daftar
pemasok terseleksi dan atas persetujuan kepala wilayah.
- Menyediakan tempat layak dan memelihara dengan baik barang
langsung maupun alat yang dipasok pelanggan.
- Memberi label keterangan pada setiap barang yang disimpan untuk
menghindari kesalahan pemakaian.
- Bertanggung jawab terhadap cara penyimpanan barang dan mencatat
keluar masuknya barang-barang di gudang.
- Mengelola penyediaan bahan / material dalam jumlah cukup pada
waktu diperlukan dengan biaya murah sesuai dengan persyaratan mutu
serta tidak melampaui ARP.
- Membuat dan menyusun laporan yang telah diterapkan perusahaan
dan laporan lain yang berhubungan dengan tugasnya.
- Membuat berita acara penerimaan / penolakkan material setelah
pengontrolan kualitas dan kuantitas menyusun laporan-laporan yang
dikeluarkan perusahaan.
j. Site Operational Manager
Adapun tugas dan wewenang dari Site Operational Manager
adalah:
- Memastikan unit kerja di bawahnya menyimpan gambar kerja dengan
baik.
- Memastikan implementasi K3L oleh bagian-bagian dibawahnya
berjalan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
31
- Melaksanakan disposisi terhadap pekerjaannya yang sesuai dengan
persyaratan.
- Mengkoordinir pelaksanaan penyelesaian keluhan pelanggan.
- Melaksanakan tindakan koreksi dan pencegahan.
- Mengolah detail program kerja berdasarkan program mingguan /
harian yang ada.
- Mengolah buku pelaksanaan harian (BPH)
- Memakai bahan, mesin-mesin / alat-alat dalam pekerjaan yang sedang
dilaksanakan.
k. Surveyor
Adapun tugas dan wewenang dari Surveyor adalah:
- Menentukan titik-titik batas area galian dan lingkup pekerjaan.
- Membaca shop drawing dengan melihat bentuk dan ukuran bangunan
untuk diaplikasikan di lapangan.
- Menentukan elevasi kedalaman galian.
- Melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek.
l. Superintendent
Adapun tugas dan wewenang dari superintendent adalah:
- Mengkordinir seluruh pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
- Bertanggungjawab atas seluruh pelaksanaan proyek dari awal sampai
selesai.
- Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan kontrak.
- Memotivasi seluruh stafnya agar bekerja sesuai dengan ketentuan dan
sesuai dengan tugasnya masing-masing.
32
Administrasi proyek juga berfungsi sebagai media pengatur mengenai time
schedule dan kemajuan proyek, serta sebagai alat komunikasi resmi untuk
menyampaikan segala suatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan
proyek. Administrasi proyek bersifat teknis dan berhubungan dengan
masalah pelaksanaan pekerjaan termasuk surat-menyurat, kontrak dan
segala perubahan yang ditanda tangani sebagai kontrak.
Time schedule pada Proyek Pembangunan Bendungan Leuwikeris
mengalami sedikit kemunduran dari rencana awal. Hal tersebut terjadi
karena kendala pembebasan lahan pada awal pembangunan. Selain itu,
kondisi alam mempengaruhi kelancaran pekerjaan, seperti perbedaan jenis
batuan yang ada pada pekerjaan bangunanbangunan spillway . Dalam
melaksanakan Proyek Pembangunan Bendungan Leuwikeris, kontraktor
dibantu oleh sub-kontraktor. Sub-kontraktor menyuplai para pekerja yang
berkompetensi khusus dan sesuai dengan apa yang sub-kontraktor tersebut
kerjakan.
33
BAB IV
4. BAHAN DAN ALAT
Tabel 4.4 Bahan Yang Digunakan Pada Saat Pekerjaan Plat Lantai
Bahan pada tabel tetsebut menjadi daya dukung pelaksanaan pekerjaan Plat
Lantai, dibagian pekerjaan cor terdapat pula material tersendiri seperti:
a) Agregar kasar
b) Agregat halus
34
c) Pasir
d) Air
e) Semen
f) Dan bahan campuran kimia
a) Tulangan Pokok
1. Besi D19-150 sebanyak 48 batang
2. BesiD32-100 sebanyak 188 batang
b) Tulangan Bagi
1. Besi D10-200 sebanyak 76 batang
2. Besi D16-200 sebanyak 66 batang
35
Fungsi dari waterstop sendiri adalah untuk menahan jalannya air baik
itu berasal dari samping , atas, maupun dari arah lainnya agar tidak
merembes ke dalam campuran beton yang sudah dituang kedalam bekisting
yang sudah disiapkan. Waterstop yang digunakan pada bangunan plat lantai
pelimpah bendungan ini menggunakan Tipe-O.
Tabel 4.5 Bahan yang digunakan pada saat pelaksanaan pekerjaan Plat Lantai
1. Batching Plan
a. Cement Cilo adalah tempat penampungan semen.
b. Pan/Concrete Mixer berfungsi sebagai tempat pencampuran material.
c. Measuring system adalah sistem pengukuran berat agregat yang
berfungsi untuk menimbang agregat sesuai dengan Job Mix Formula.
d. Water tank yaitu tempat penampungan air.
e. Water Pump (pompa air).
f. Additive tank (tanki zat additive).
g. Aggregate batching plan berfungsi sebagai tempat penyaring agregat
agar sesuai dengan diameter yang diinginkan.
h. Conveyor berfungsi sebagai alat transportasi material seperti kerikil
dan pasir menuju pan mixer.
36
Cilo Cement
Operator Room
Water Tank Additive Tank
Batching Plan
2. Truck Mixer
Truck Mixer
3. Concrete Pump
37
Concrete Pump
4. Pompa Kodok
Pompa Kodok
38
Penggunaan alat ini biasanya dilakukan apabila area pengecoran sulit
untuk dijangkau.
5. Excavator
39
BAB V
5. ANALISIS PELAKSANAAN PEKERJAAN
5.1.1 Pekerjaan
Pelaksanaan konstruksi bangunan pelimpah tidak bisa lepas dari
pekerjaan dewatering yang didalamnya terkait teknik pembebasan area
konstruksi dari gangguan air (sistem ).
a) Dasar galian, berupa rembesan atau sumber air tanah, genangan air
hujan dan air limbah operasi pekerjaan.
b) Rembesan dari arah kedua sandaran / lereng.
a) Pematusan permukaan
b) Pemompaan sumuran dan Paritan.
c) Subdrain
A. Pematusan Permukaan
41
permukaan lebih sederhana dan efisien. Pada galian yang lebih
dalam dan dijumpai rembesan ditebing galian dapat dipatus dengan
saluran tempel menuju ke saluran atau sumuran pembuang.
42
Gambar 5.11 Pembuatan saluran tempel
43
Sumuran
Pemompaan
a) Beton K 225
b) Beton K 125
c) Bekisting Expose
d) Besi tulangan ulir dan polos.
e) Rubber waterstop
f) Joint filler t 20mm
g) Curing beton
h) Pasangan Batu Kosong
i) Subdrain porporated dia. 4”
j) Besi Angker D 32 & D 19
44
Berikut Bagan Alir Pengecoran Lantai Beton Mutu K-225
Mulai
Persiapan Gambar
Kerja, Metode dan
Job Mix Formula
Pengajuan Gambar
Kerja, Metode dan
Job Mix Formula
Tidak
Persetujuan Gambar
Kerja, Metode dan
Job Mix Formula
Ya Tenaga Kerja
Persiapan Lokasi Peralatan
untuk Pengecoran Bekisting Lantai
K - 225 Pembersihan Lokasi
Pekerjaan
Pengukuran
Tidak
Inspeksi untuk
Pengecoran K -225
Selesai
45
Gambar 5.14 Tipikal potongan saluran pengelak/Spilway
46
5.1.2.2 Pasangan Batu Kosong
Pasangan Batu Kosong (Blinding Stone) yang digunakan
sebagai pondasi dari struktur harus disediakan sebagaimana yang
ditunjukkan oleh Gambar. Komponen utama dari Pasangan Batu
Kosong (Blinding Stone) haruslah batu kerakal atau batu pecah
yang disetujui, dengan ukuran maksimum sesuai dengan ketebalan
pasangan batu kosong (blinding stone) sebagaimana yang
ditunjukkan dalam gambar. Tinggi minimum dari setiap batu
dipasang harus 7 cm. Batu harus disusun berdekatan, sesuai dengan
dimensi yang ditunjukkan dalam gambar, permukaan bagian atas
dibuat sampai elevasi akhir.
a. Batu untuk pasangan batu kosong harus terdiri dari batu yang
keras dan awet.
b. Batu untuk pasangan batu kosong harus bersudut tajam,
memiliki dimensi 15-30 cm. Konsultan dapat memerintahkan
batu yang ukurannya lebih besar jika kecepatan aliran sungai
cukup tinggi.
47
Gambar Pasangan Batu Kosong (Blinding Stone) pada pekerjaan spillway
START
PERSIAPAN LANTAI
KERJA
NOT OK
DROP MATERIAL
PERATAAN MATERIAL
FINISH
48
Batu gunung yang dipakai harus dipecah-pecah hingga
diameternya antara 15-30 cm.
5. Material pasangan batu kosong digelar menggunakan
excavator dan juga dibantu oleh pekerja.
6. Seluruh permukaan batu harus dibersihkan dan dibasahi
sampai jenuh sebelum ditempatkan. Selanjutnya batu yang
baru akan diletakkan di atasnya. Batu harus ditanamkan secara
kokoh pada lereng dan dipadatkan sehingga bersinggungan
dengan batu-batu yang berdekatan sampai membentuk
ketebalan pasangan batu kosong yang diperlukan.
7. Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji
atau batu-batu kecil, sedemikian hingga dari rongga-rongga
tersebut harus diisi dengan beton sampai padat dan rapi dengan
ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari permukaan batu-batu
tersebut.
8. Setting elevasi top kemudian persiapan pengecoran lantai kerja
(lean concrete)
Gambar 5.16 Ilustrasi Gambar Pekerjaan Pasangan Batu Kosong (Blinding Stone)
49
5.1.2.3.1 Pekerjaan Persiapan
A. Pembersihan Lahan
C. Pekerjaan Pemadatan
50
dengan tanah yang lebih bagus. Biasanya menggunakan
vibrator loader.
51
Gambar 5.17 tahapan pekerjana pipa perporated
A. Pemasangan geotextile
B. Penaburan gravel
C. Pemasangan Geopipe
52
Selanjutnya geopipe berukuran 4” dipasang, untuk Geopipe
dipasang diatas gravel yang telah sesuai levelnya. Pastikan pipa
diletakan ditempat yang tepat sesuai dengan gambar. Untuk
pekerjaan pipa perporated bangunan pelimpah ini panjang pipa
dipotong per 4 m. Geopipe diselimuti non woven geotektile
agar mencegah material material masuk melalui lubang geopipe
D. Penaburan Gravel
53
lapisan pasir dpaat ditaburkan perlahan kemudian dolakukan
pemadatan ringan.
Start
Pembersihan Lahan
OK
Pekerjaan Galian dan
Timbunan
Pekerjaan Persiapan
TIDAK Pekerjaan
OK
TIDAK Pemadatan
OK
Inspeksi Pekerjaan
PersiapanPemasangan
OK Geotextile
Penaburan Gravel
Pekerjaan Pemasangan
Pemasangan Geopipe
Pipa Perporated
TIDAK 4"
OK Penaburan Gravel
Selesai
54
Berikut Bagan Alir Pekerjaan Beton Mutu K-125
Mulai
Persiapan Gambar
Kerja, Metode dan
Job Mix Formula
Pengajuan Gambar
Kerja, Metode dan
Job Mix Formula
Persetujuan
Tidak Gambar Kerja,
Metode dan Job
Mix Formula
Ya
Persiapan Lokasi
untuk Pengecoran
K -125
Pekerjaan
Pengukuran
Tidak
Inspeksi untuk
Pengecoran K -125
Ya
Pelaksanaan Suplay dari Ready Mix
Pengecoran K -125 Slump sesuai spesifikasi teknik
Pembongkaran
Bekisting yang
disetujui oleh
konsultan
Selesai
Urutan Pelaksanaan Pekerjaan
55
2. Beton mutu K-125 adalah beton yang dicor dengan rencana
kuat tekan kubus beton pada umur 28 hari adalah 125 kg/cm2.
3. Proses pencampuran dengan perbandingan volume yang
diperoleh dari hasil perbandingan berat dalam Job Mix
Formula, dari instansi berwenang yang disetujui Direksi dan
Konsultan Pengawas .
4. Proses pelaksanaan pengecoran tetap memperhatikan sifat
workability beton dalam batas batas faktor air semen (slump)
yang telah ditentukan didalam spesifikasi teknik.
5. Pengambilan sample benda uji (kubus beton) dilaksanakan
dengan ketentuan yang telah diatur dalam Spesifikasi Teknik.
6. Pembukaan bekisting/acuan beton dilaksanakan setelah beton
cukup kuat menahan berat sendiri.
7. Perawatan beton dilaksanakan dengan cara penyiraman dan
menutup permukaan beton dengan karung basah.
56
Gambar 5.18 Ilustrasi Pengecoran Lantai
57
dengan diameter sesuai dengan yang tertera pada gambar dan
spesifikasi. Sebelum besi didatangkan ke site, penyedia jasa akan
menyerahkan sampel besi berikut daftar berat dan sertifikat yang
diterbitkan oleh Pabrik sebagai Produsen. Jika sudah disetujui, besi
akan didatangkan sesuai kebutuhan.
58
f) Besi tulangan yang datang, distock di area yang sudah
ditentukan, diberi alas portal agar tidak bersinggungan
langsung dengan tanah basah, disusun berdasarkan
diameternya untuk memudahkan pemeriksaan.
59
Berikut Flow Chart Pekerjaan Besi Tulangan
Mulai
Persiapan Daftar
besi dan Spesifikasi
Pengajuan Daftar
Sampel besi berikut
besi dan Spesifikasi
daftar berat dan sertifikat
Pekerjaan Pemasangan
Pembersihan Area
Kerja Pekerjaan pengukuran
Tidak
a) BesiInspeksi
D19 -150, D22-200, D32-100
Sebelum
Pengecoran
b) Besi D10-200, D12-200
c) Dowel/Constraction
Ya
Joint dengan bar D32
Siap untuk Pengecoran
d) Kawat Bendrat
Selesai
60
Gambar 5.20 Pembesian Lantai dengan D19-150 dan D10-200
61
Gambar 5.23 Constraction Joint dengan Bar D32 pada Lantai
62
Gambar Flowchart Alur Proses Penyimpanan/Stock Material Besi Tulangan
63
Gambar Tes Tarik Besi Tulangan Ulir Di Laboratorium
Pengujian didasarkan pada standar spesifikasi teknis
sebagai berikut
64
No. 3 18 180⁰ d > 16 = 4 x d
Catatan 1. Hasil uji lengkung tidak booleh terletak pada sisi luar lengkungan
Untuk baja tulangan sirip ≥ 8.32 nilai renggang dikurangi 2%
Untuk baja tulangan sirip 8.40 dan 8.60 dikurangi 4% dari nilai yang tercantum
pada tabel 6
1 kgf/mm2 = 9.81 N/mm2
65
Gambar 5.24 Truck Pengangkut Material Besi dari Lokasi Poduksi Menuju Gudang
Penyipangan Besi Ulir
66
dengan diameter sehingga dapat memudahkan saat
dilakukan fabrikasi besi.
67
Selain penamaan sebagai metode untuk kontrol dan
monitoring diperlukan juga proses perawatan besi
tulangan ulir dengan benar. Pada saat penumpukan
pastikan besi tulangan ulir tidak langsung bersentuhan
dengan tanah sehingga perlu diberikan ganjalan kayu
atau beton, selain itu pastikan setelah pengambilan
material besi tulangan ulir ditutup dengan material terpal
sebagai perlindungan dari kondisi hujan. Tujuan
perawatan dan penyimpanan yang baik adalah
menghindari besi dari kondisi keropos atau berkarat yang
dapat mengakibatkan mutu besi tulangan ulir yang
buruk.
68
ii. Fabrikasi Besi Tulangan Ulir
69
Gambar 5.28 Skema Pembesian untuk Fabrikasi
70
sesuai dengan pemesanan di lapangan atau sesuai dengan
yang akan dipasang dilapangan.
71
Flow Chart Pekerjaan Pemasangan Besi Tulangan :
72
sehingga dapat dijamin kestabilannya sewaktu pelaksanaan
pengecoran beton.
3. Dudukan dan pengatur jarak diantara tulangan atas dan
bawah pelat beton dan di antara dua lapisan tulangan pada
dinding-dinding. Benda-benda ini harus di-fabrikasi dari
tulangan polos bulat berdiameter minimum 6 mm dan
dibentuk sedemikian rupa sehingga benda-benda tersebut
tidak akan bergeser sewaktu beton di-cor.
4. Dudukan harus dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan penutup beton tulangan yang dimaksud, untuk
menyangga tulangan atas pelat beton. Benda-benda ini
harus di-fabrikasi seperti pada butir c di atas.
5. Pengaturan jarak antar dudukan tulangan dengan cara di
atas harus didasarkan pada ukuran dan jarak tulangan tetapi
di dalam keadaan apapun harus mampu menyangga dengan
kaku tulangan-tulangan tersebut dan pengaturan jarak ke
segala jurusan tidak boleh lebih dari 1200 mm.
6. Apabila terdapat penambahan jumlah sambungan pada
tulangan maka sambungan-sambungan ini harus memenuhi
syarat-syarat yang tercantum dalam Pasal 7 dari ACI 318M-
89 atau PBI 1971-NI.2 Pasal 8.12 dan 8.13.
7. Pastikan semua terdokumentasikan dilapangan saat
pemasangan, bila dalam proses pemasangan mengalami
kesulitan menggunakan kawat bendrat, maka dapat
digunakan peralatan las yang telah disediakan.
73
Gambar 5.31 Kawat Bendrat Sebagai Alat untuk Menyambung/Merakit Besi Tulangan Ulir
74
Gambar 5.34 Gambar Alat Pemotong Besi Gerinda
75
Gambar 5.35 Bekisting Expose Menggunakan Material Kayu
Start Start
Start
Fabrikasi Bekisting Fabrikasi Bekisting
Lantai Dinding
ProsesPengecoran
Gambar Teknik
Pemesanan material Gambar Teknik
1. Tego Film 1 Face 18 mm
PotongTego Film berukuran 1 NotOK Potong Tego Film dengan dimensi
2. Kayu Balok 5x7 Ceklist Not OK Cek KondisiBeton
meter dengan panjang 7,5 meter 5m x 4m dan 3m x 4m
3. Paku Cek gambar dan Cek jumlah bila belum umur
4. Tierod 1. Multiplek Tago Film 1 face tunggu hing a bekisting
5. Minyak Bekisting 2. Kayu 5x7 Cek Gambar dan dapat dibuka
Buat rangka berbentuk papan catur Buat rangka berbentuk papan catur CukupUmur
dengan menggunkan kayu 5x7 3. Paku dengan menggunkan kayu 5x7 Cek Bekisting Expose yang telah
4. Tierod difabrikasi
Ceklist Not OK 5. Minyak Bekisting Setelah 1 hari bekisting
Pendatangan material akan dilepas
Atur kayu 5x7 dengan jarak 25 cm atau Atur kayu 5x7 dengan jarak 25 cm atau
(sesuai dengan persetujuan owner) (sesuai dengan persetujuan owner) Ceklist OK
Fabrikasi
Langsir bekisting expose
Bekisting Cek Kondisi Bekisting, Umumnya
Buat rangka berbentuk papan catur ke lokasi pemasangan
Cek material Buat rangka berbentuk papan catur bekisting Tego Film dapat digunakan
dengan menggunakan kayu 5x7, 3 kali siklus pemakaian
1. Cek Jumlah dengan menggunakan kayu 5x7,
secaravertikal kemudian buat
2. Cek Fisik potongmeng unakan gerinda kayu
Labelling/Penamaan ͞Bekisting secara horizontal Pemasangan ͞bekisting expose͟
3. Cek Surat Jalan Expose͟sesuai dengan penggunaan 1.Penyambungan bekisting expose
4. Cek Surat Produksi dan rencana siklus Bekisting dilepas, dikembalikan kegudang
perlembar hing a bagian struktur yang
Sambungkan rangka secaravertikal dan Sambungkan rangka dengan tego film (sudah tidak dapat dipakai)
akan di cor tertutup
horizontaldengan material Tego film berukuran 4m x 5m sambungkan hingga
Ceklist OK 2. Berikan Minyak bekisting pada bagian
yang telah di potong dengan nantinya bila disambungkan dapat
Penurunan Material dalam sisi Face Tego Film
menggunakan paku Penyimpanan Bekisting tepenuhi ukuran 10mx4m OK Finish
Gudang penyimpanan Expose NOT OK
Cat bagian bekisting sisi luar untuk Cat bagian bekisting sisi luar untuk Celist bekisting expose terpasang,
Perawatan Material ͞besi membuat estetika dan bekisting Finish membuat estetika dan bekisting kesesuaian dengan gambar teknik
tulangan ulir͟ lebih terawat lebih terawat
76
Start Start
Start
Fabrikasi Bekisting Fabrikasi Bekisting
Lantai Dinding
Proses Pengecoran
Gambar Teknik
Pemesanan material Gambar Teknik
1. Tego Film 1 Face 18 mm
Potong Tego Film berukuran 1 Not OK Potong Tego Film dengan dimensi
2. Kayu Balok 5x7 Ceklist Not OK Cek Kondisi Beton
meter dengan panjang 7,5 meter 5m x 4m dan 3m x 4m
3. Paku Cek gambar dan Cek jumlah bila belum umur
4. Tierod 1. Multi ple k Tago Film 1 face tunggu hingga bekisting
5. Minyak Bekisting 2. Kayu 5x7 Cek Gambar dan dapat dibuka
Buat rangka berbentuk papan catur Buat rangka berbentuk papan catur Cukup Umur
dengan menggunkan kayu 5x7 3. Paku dengan menggunkan kayu 5x7 Cek Bekisting Expose yang telah
4. Tierod difabrikasi
Ceklist Not OK 5. Minyak Bekisting Setelah 1 hari bekisting
Pendatangan material akan dile pas
Atur kayu 5x7 dengan jarak 25 cm atau Atur kayu 5x7 dengan jarak 25 cm atau
(sesuai dengan persetujuan owner) (sesuai dengan persetujuan owner) Ceklist OK
Fabrikasi
Langsir bekisting expose
Bekisting Cek Kondisi Bekisting, Umumnya
Buat rangka berbentuk papan catur ke lokasi pemasangan
Cek material Buat rangka berbentuk papan catur bekisting Tego Film dapat digunakan
dengan menggunakan kayu 5x7, 3 kali siklus pemakaian
1. Cek Jumlah dengan menggunakan kayu 5x7,
secara vertikal kemudian buat
2. Cek Fisik potong menggunakan gerinda kayu Labelling/Penamaan ͞Bekisting secara horizontal Pemasangan ͞bekisting expose͟
3. Cek Surat Jalan Expose͟sesuai dengan penggunaan 1.Penyambungan bekisting expose
4. Cek Surat Produksi dan rencana siklus perlembar hingga bagian struktur yang Bekisting dilepas, dikembalikan kegudang
Sambungkan rangka secara vertikal dan Sambungkan rangka dengan tego film (sudah tidak dapat dipakai)
akan di cor tertutup
horizontal dengan material Tego film berukuran 4m x 5m sambungkan hingga
Ceklist OK 2. Berikan Minyak bekisting pada bagian
yang telah di potong dengan nantinya bila disambungkan dapat
Penurunan Material dalam sisi Face Tego Film
menggunakan paku Penyimpanan Bekisting tepenuhi ukuran 10mx4m OK Finish
Gudang penyimpanan Expose NOT OK
Cat bagian bekisting sisi luar untuk Cat bagian bekisting sisi luar untuk Celist bekisting expose terpasang,
Perawatan Material ͞besi membuat estetika dan bekisting Finish membuat estetika dan bekisting kesesuaian dengan gambar teknik
tulangan ulir͟ lebih terawat lebih terawat
Start Start
Start
Fabrikasi Bekisting Fabrikasi Bekisting
Lantai Dinding
Proses Pengecoran
Gambar Teknik
Pemesanan material Gambar Teknik
1. Tego Film 1 Face 18 mm
Potong Tego Film berukuran 1 Not OK Potong Tego Film dengan dimensi
2. Kayu Balok 5x7 Ceklist Not OK Cek Kondisi Beton
meter dengan panjang 7,5 meter 5m x 4m dan 3m x 4m
3. Paku Cek gambar dan Cek jumlah bila belum umur
4. Tierod 1. Multiplek Tago Film 1 face tunggu hingga bekisting
5. Minyak Bekisting 2. Kayu 5x7 Cek Gambar dan dapat dibuka
Buat rangka berbentuk papan catur Buat rangka berbentuk papan catur Cukup Umur
dengan menggunkan kayu 5x7 3. Paku dengan menggunkan kayu 5x7 Cek Bekisting Expose yang telah
4. Tierod difabrikasi
Ceklist Not OK 5. Minyak Bekisting Setelah 1 hari bekisting
Pendatangan material akan dilepas
Atur kayu 5x7 dengan jarak 25 cm atau Atur kayu 5x7 dengan jarak 25 cm atau
(sesuai dengan persetujuan owner) (sesuai dengan persetujuan owner) Ceklist OK
Fabrikasi
Langsir bekisting expose
Bekisting Cek Kondisi Bekisting, Umumnya
Buat rangka berbentuk papan catur ke lokasi pemasangan
Cek material Buat rangka berbentuk papan catur bekisting Tego Film dapat digunakan
dengan menggunakan kayu 5x7, 3 kali siklus pemakaian
1. Cek Jumlah dengan menggunakan kayu 5x7,
secara vertikal kemudian buat
2. Cek Fisik potong menggunakan gerinda kayu
Labelling/Penamaan ͞Bekisting secara horizontal Pemasangan ͞bekisting expose͟
3. Cek Surat Jalan Expose͟sesuai dengan penggunaan 1.Penyambungan bekisting expose
4. Cek Surat Produksi dan rencana siklus perlembar hingga bagian struktur yang Bekisting dilepas, dikembalikan kegudang
Sambungkan rangka secara vertikal dan Sambungkan rangka dengan tego film (sudah tidak dapat dipakai)
akan di cor tertutup
horizontal dengan material Tego film berukuran 4m x 5m sambungkan hingga
Ceklist OK
2. Berikan Minyak bekisting pada bagian
yang telah di potong dengan nantinya bila disambungkan dapat
Penurunan Material dalam sisi Face Tego Film
menggunakan paku Penyimpanan Bekisting tepenuhi ukuran 10mx4m OK Finish
Gudang penyimpanan Expose NOT OK
Cat bagian bekisting sisi luar untuk Cat bagian bekisting sisi luar untuk Celist bekisting expose terpasang,
Perawatan Material ͞besi membuat estetika dan bekisting Finish membuat estetika dan bekisting kesesuaian dengan gambar teknik
tulangan ulir͟ lebih terawat lebih terawat
77
Bekisting expose yang digunakan untuk mengecor lantai agak
sedikit berbeda design yang digunakan, umumnya bekisting expose
untuk lantai bisa kita temui dalam pengecoran rigid di jalan.
Bekisting expose yang digunakan berbahan material sebagai
berikut:
78
akan berbentuk persegi panjang dengan dimensi p x l x t yaitu; 10
meter x 7,5 meter x 1 meter.
79
Gambar 5.39 Rencana Siklus Penggunaan Bekisting Lantai
18 C-1-1
18 C-3-1
18 A-1-1
19 C-2-1
HARI KE-14
18 A-3-1
18 B-1-1
18 E-1 18 D-1 19 C-4-1
-1 -1
19 A-2-1
18 B-3-1
18 D-3
20 C-3-2
18 D-3
P18
-1 -1
19 A-4-1
19 B-2-1
19 E-2 19 D-2 20 C-1-2
-1 -1
20 A-3-2
19 B-4-1
19 E-4 19 D-4
-1 21 C-4-2
P19
-1
20 A-1-2
20 B-3-2
20 E-3 20 D-3 21 C-2-2
-2 -2
21 A-4-2
20 B-1-2
20 E-1 20 D-1 22 C-1-3
-2 -2
21 A-2-2
P20
21 B-4-2
21 E-4 21 D-4
-2 22 C-3-3
-2 22 A-1-3
21 B-2-2
21 E-2 21 D-2 23 C-2-3
-2 -2
22 A-3-3
22 B-1-3
KET : 22 E-3
-3
22 D-1
-3
23 A-2-3
23 C-4-3
P21
22 B-3-3
22 D-1 22 D-3
-3 -3 23 A-4-3
PEMBESIAN 23 B-2-3
P22
23 D-4 23 D-2
-3 -3
23 B-4-3
PEMASANGAN BEKISTING 23 D-2
-3
23 D-4
-3
PENGECORAN
BONGKAR BEKISTING
FINISH
P23
80
Berikut Bagan Alir Pemasangan dan Pembongkaran
Bekisting Expose:
Start
Proses Pengecoran
Gambar Teknik
81
4. Pasangkan bekisting lantai dengan dimensi lantai 7,5 meter x 10
meter dengan tinggi 1 meter pastikan terpasang di atas lantai kerja.
Dan pastikan sudah dipasangkan tahu beton sebagai jarak antara
tulangan dengan beton (selimut beton 75mm untuk lantai dan
dinding)
82
5.1.2.7 Rubber Waterstop
Rubber Waterstop akan dipasang pada konstruksi beton,
terutama di bangunan beton yang konstruksinya menerus. Yaitu
pada beton lantai dan beton dinding. Akan terpasang pada celah –
celah sambungan beton.
83
Gambar 5.43 Ilustrasi Pengecoran Lantai
a) Batching plant
b) Truck mixer
c) Concrete pump
d) Beton vibrator
84
5.1.2.10 Sambungan Beton (Joint Filler t = 20 mm)
Batang Dowel adalah merupakan sarana yang digunakan
sebagai penyambung/pengikat pada beberapa jenis sambungan
pelat beton maupun dinding beton. Untuk sambungan antar beton
harus menggunakan waterstop w 300 untuk mencegah terjadinya
kebocoran dan pada permukaan harus dipasang seal.
85
5.2.1 Pekerjaan Subdrain Perporated dia 4
Nilai Geotex Pekerjaan Subdrain Perporated 4” Diambil Dari
Rumus Keliling Lingkaran :
= 8 m2
= 0,16 x 8
= 1,28 m3
Geotex = PxLxT
= 2 m2 x 3,14 x 0,05 x 8 m2
= 2,5 m3
= 6,2 m3
= 0,9 m3
86
∑vol = Vol beton + Vol Coveran Beton
= 6,2 m3 + 0,9 m3
= 7,1 m3
Jadi hasil dari volume beton segmen D-18 dan coveran segmen
D-18 adalah 7,1 m3 dan membutuhkan sekitar kurang lebih 2 Truck
Mixer untuk satu segmen yang sedang melakukan pekerjaan
pengecoran. Satu Truck Mixer membawa campuran beton dengan
maksimal kapasitas 5 kubik dikarenakan jalan akses yang sangat
curam yang beresiko mix dalam satu wadah Truck Mixer dapat terjadi
insiden yang tidak diinginkan.
= 1,1 m2 x 10 m2 x 2 (7,5 m2 x 2)
= 37 m2
= 10 m2 x 7,5 m2 x 1 m2
= 75 m3
87
Volume Coveran Beton = P ( L x T )
= 13,1 m3
= 75 m3 + 13,1 m3
= 98,1 m3
Jadi hasil dari volume Beton K 225 segmen D-18 dan coveran
segmen D-18 adalah 98,1 m3 dan membutuhkan sekitar kurang lebih
20 Truck Mixer untuk satu segmen yang sedang melakukan pekerjaan
pengecoran. Satu Truck Mixer membawa campuran beton dengan
maksimal kapasitas 5 kubik dikarenakan jalan akses yang sangat
curam yang beresiko mix dalam satu wadah Truck Mixer dapat terjadi
insiden yang tidak diinginkan.
= (10 m2 x 2) + (7,5 m2 x 2)
= 35 m2
88
BAB VI
6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Proyek Bendungan Leuwikeris ini merupakan proyek BUMN yang
sangat besar. Secara administratif berlokasi pada dua wilayah kabupaten.
Kiri aliran Sungai Citanduy di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing,
Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Sedangkan untuk sebelah kanan
aliran Sungai Citanduy di Desa Ancol, Kecamatan Cineam, Kabupaten
Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Pembangunan proyek ini tujuannya
untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air, Penyedia air irigasi, penyedia air
Baku, dan Pariwisata. Pada pembangunan Bendungan Leuwikeris paket 4
ini adanya bangunan pengelak yang difungsikan untuk membantu proses
pembangunan struktur bendungan utama. Energi penggerak yang
digunakan oleh terowongan tersebut berasal dari tenaga Turbin. Ketika
terowongan pengelak tersebut sudah jadi, yang akan difungsikan hanya
terowongan pengelak 1 yang digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan
masyarakat sekitarnya.
6.2 Saran
89
suka masuk ke lokasi proyek tanpa sepengatahuan pihak keamanan.
4. Segala jenis permasalahan yang terjadi harus segera ditanggapai dan
diatasi dengan cepat, karena dapat mengganggu progres proyek yang
dapat mengakibatkan keterlambatan pengerjaan.
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Pekerjaan Umum, (2011) Pedoman Perencanaan dan Pelaksanaan
Kontruksi Terowongan Untuk Bendungan
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy,
(2016), Surat Perjanjian Kontrak Konstruksi Harga Satuan, Banjar:
Badan Penerbit PU
90